#marketinginsight : Tenggelamnya Kodak, Sang Raksasa Fotografi
Oleh: Simple Studio Indonesia
Pada masa kejayaannya, Kodak adalah raja dalam industri fotografi.
Didirikan pada tahun 1888 oleh George Eastman, perusahaan ini menguasai 85% pasar kamera dan 90% pasar film di Amerika Serikat pada tahun 1976.
Dengan slogan “You press the button, we do the rest,” Kodak merevolusi cara orang berinteraksi dengan fotografi.
Puncaknya, pada tahun 1996, pendapatan Kodak mencapai $16 miliar.
Namun, di balik kesuksesan tersebut, tersimpan ironi.
Kodak sebenarnya menciptakan kamera digital pertama pada tahun 1975.
Alih-alih memimpin revolusi digital, mereka takut teknologi baru ini akan menggerus bisnis film yang menguntungkan.
Ketika dunia mulai beralih ke digital, Kodak terjebak dalam masa lalunya.
Perusahaan terus berinvestasi besar dalam teknologi film dan cetak tradisional, dan gagal mengkomersialisasikan produk digital yang kompetitif.
Pendapatan mereka menurun drastis, dan pada tahun 2012, Kodak mengajukan kebangkrutan dengan pendapatan hanya sekitar $6 miliar.
Dari kisah Kodak, ada tiga pelajaran penting yang bisa kita ambil.
Pertama, bisnis harus selalu beradaptasi dengan teknologi baru.
Mengabaikan inovasi bisa berakibat fatal.
Kedua, diversifikasi produk dan layanan penting untuk mengurangi risiko dan menangkap peluang baru.
Terakhir, mendengarkan pasar dan pelanggan adalah kunci.
Responsif terhadap kebutuhan pelanggan dan tren pasar dapat membantu mengarahkan strategi bisnis yang tepat.
Kisah tenggelamnya Kodak adalah pengingat penting bahwa bahkan raksasa industri pun bisa jatuh jika tidak siap menghadapi perubahan.
Dapatkan tips-tips seputar bisnis jasa, B2B dan digital marketing dengan join channel telegram kami @tipsbisnissuksesid:
➡️ https://t.me/tipsbisnissuksesID
➡️ https://t.me/tipsbisnissuksesID
#kodak #marketing #tipsmarketing #bisnis #tipsbisnis
Oleh: Simple Studio Indonesia
Pada masa kejayaannya, Kodak adalah raja dalam industri fotografi.
Didirikan pada tahun 1888 oleh George Eastman, perusahaan ini menguasai 85% pasar kamera dan 90% pasar film di Amerika Serikat pada tahun 1976.
Dengan slogan “You press the button, we do the rest,” Kodak merevolusi cara orang berinteraksi dengan fotografi.
Puncaknya, pada tahun 1996, pendapatan Kodak mencapai $16 miliar.
Namun, di balik kesuksesan tersebut, tersimpan ironi.
Kodak sebenarnya menciptakan kamera digital pertama pada tahun 1975.
Alih-alih memimpin revolusi digital, mereka takut teknologi baru ini akan menggerus bisnis film yang menguntungkan.
Ketika dunia mulai beralih ke digital, Kodak terjebak dalam masa lalunya.
Perusahaan terus berinvestasi besar dalam teknologi film dan cetak tradisional, dan gagal mengkomersialisasikan produk digital yang kompetitif.
Pendapatan mereka menurun drastis, dan pada tahun 2012, Kodak mengajukan kebangkrutan dengan pendapatan hanya sekitar $6 miliar.
Dari kisah Kodak, ada tiga pelajaran penting yang bisa kita ambil.
Pertama, bisnis harus selalu beradaptasi dengan teknologi baru.
Mengabaikan inovasi bisa berakibat fatal.
Kedua, diversifikasi produk dan layanan penting untuk mengurangi risiko dan menangkap peluang baru.
Terakhir, mendengarkan pasar dan pelanggan adalah kunci.
Responsif terhadap kebutuhan pelanggan dan tren pasar dapat membantu mengarahkan strategi bisnis yang tepat.
Kisah tenggelamnya Kodak adalah pengingat penting bahwa bahkan raksasa industri pun bisa jatuh jika tidak siap menghadapi perubahan.
Dapatkan tips-tips seputar bisnis jasa, B2B dan digital marketing dengan join channel telegram kami @tipsbisnissuksesid:
➡️ https://t.me/tipsbisnissuksesID
➡️ https://t.me/tipsbisnissuksesID
#kodak #marketing #tipsmarketing #bisnis #tipsbisnis