MUSLiM Network
191 subscribers
298 photos
307 videos
6 files
114 links
Educate, Unite & Empower for the sovereignty of Muslim
Download Telegram
#munajat

بسم الله الرحمن الرحيم

Ya Allah,,,
Jadikanlah aku sebagai hamba yang beruntung mendapatkan RidhoMu.
Berikanlah aku kesempatan lebih lama untuk mendapatkan pengampunan yang lebih dari Mu.
Dan jadikanlah setiap amal ibadahku sebagai bukti sujudku padaMu yang Engkau Ridhoi.

Ya Allah
Berkahilah hidupku dengan RidhoMU agar setiap amal ibadah ku menjadi penyelamat bagiku di akhirat nanti ..
Sungguh hanya Engkaulah penyelamat hidupku, hanya Engkaulah penyelamat jiwaku,
Engkaulah Yang Maha Memiliki.

Ya Allah.....
Panjangkanlah umur kami,
Sehatkanlah jasad kami, Terangilah hati kami, Tetapkanlah iman kami, Baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam  agama, dunia, dan akhirat. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Ya ... Allah Indahkan hidup kami dengan mencintaiMu,
Berilah semangat dengan merindukanMu
Muliakan akhlak kami dengan merasa dekat denganMu, hapuskan
seluruh kesalahan dan kebodohan kami.

Ya... Allah jadikan umur yang tersisa ini, menjadi hari hari untuk lebih dekat dengan Mu.
Jika jantung ini tak lagi berdetak, Jika mata ini sudah tak lagi mampu melihat kuasaMu, Jika nafas ini tak lagi ada, maka kembalikan kami padaMu dalam keadaan *husnul khatimah*

ﺁﻣِﻴْﻦُ ﻳَﺎ ﺭَﺏَّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦ
#KisahHikmah : Rasulullah dan Anak Yatim di Hari Idul Fitri

Hari raya Idul Fitri merupakan momen berbahagia bagi semua umat Muslim, setelah satu bulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Ibnu ‘Arabi menuturkan, dinamakan “id” (dari kata Idul Fitri), karena momen itu selalu hadir pada setiap tahun dengan penuh rasa gembira (lihat Tadzhib al-Lughah, juz 3, hal 132) Namun, apa jadinya jika di momen penuh suka cita itu, masih ada sebagian orang yang bersedih karena tidak bisa merayakan Idul Fitri sebagaimana mestinya. Seperti kisah sebatang kara anak yatim yang diadopsi oleh Rasulullah saw. Berikut kisahnya.

Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad as-Syakir al-Khuwairy (salah satu ulama abad ke-13) dalam kitab Durratun Nashihin (hal. 278), menjelaskan salah satu hadis riwayat Anas bin Malik yang mengisahkan sosok anak yatim yang bersedih di hari raya Idul Fitri. Kemudian, karena iba, Rasulullah saw pun mengasuhnya.

Dikisahkan, suatu ketika Rasulullah saw berangkat untuk melaksanakan shalat ‘Id. Di perjalanan, beliau melihat begitu banyak anak-anak bermain dengan cerianya. Tapi, Rasulullah terkejut begitu di hadapannya ada seorang anak kecil seorang diri dengan pakaian kumal sembari menangis.

Merasa iba, Rasulullah saw pun bertanya, “Wahai anak kecil, apa yang membuatmu menangis. Kenapa tidak ikut bermain bersama teman-temanmu?” Kebetulan anak kecil itu tidak tahu, bahwa yang di hadapannya adalah Sang Rasul. Anak itu menjawab, “Wahai laki-laki di hadapanku, ayahku telah meninggal saat mengikuti suatu peperangan bersama Rasulullah. Setelah itu, ibuku menikah lagi dan memakan semua harta-hartaku. Lalu bapak tiriku mengusirku dari rumah.” “Sejak itu, aku pun tidak lagi memiliki makanan, minuman, pakaian dan rumah.

Ketika telah sampai hari ini (Idul Fitri), aku melihat begitu banyak anak-anak berbahagia dengan ayah-ayah mereka. Aku pun sedih dan menangis.” Setelah mendengar penjelasan anak yatim tadi, Rasulullah merasa begitu iba dan bermaksud untuk merawatnya. “Wahai anak kecil, bersediakah jika aku menjadi bapakmu, ‘Aisyah menjadi ibumu, Ali menjadi pamanmu, Hasan dan Husein menjadi kedua saudara laki-lakimu, dan Fatimah menjadi saudara perempuanmu?” tawar Rasulullah.

Anak itu pun tahu, bahwa laki-laki yang di hadapannya itu adalah Rasulullah. “Bagaimana mungkin aku tidak senang wahai Rasulullah,” jawab sang anak dengan penuh gembira. Nabi pun membawanya pulang ke rumahnya. Memberinya pakaian yang indah, memberi makan sampai kenyang, menghiasinya dan memberinya minyak wangi yang harum.

Sekarang, anak yatim itu bisa bermain dengan penuh tawa bahagia bersama teman-teman seusianya. Melihat itu, anak-anak yang lain melihatnya penasaran, “Bukannya engkau yang dulu menangis, mengapa sekarang terlihat begitu bahagia?” tanya mereka penasaran. Anak yatim itu menjawab, “Memang, dulu aku kelaparan, tapi sekarang aku kenyang. Dulu pakaianku buruk, kini sudah tidak lagi. Dulu aku seorang yatim, tapi kini Rasulullah adalah ayahku, ‘Aisyah ibuku, Hasan dan Husein saudara laki-lakiku, Ali pamanku, dan Fatimah saudara perempuanku. Bagaimana mungkin aku tidak bahagia?”

Anak-anak yang mendengar pengakuan itu merasa iri. “Andai saja bapak kami syahid saat peperangan, pasti sudah seperti engkau.”

Setelah Rasulullah wafat, anak itu kembali terlunta sebagai akan yatim. Kemudian diasuh oleh Abu Bakar ra. Kisah Rasulullah saw dan anak yatim di atas memiliki beberapa pelajaran penting yang perlu kita teladani. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, momen Idul Fitri merupakan momen berbahagia. Tapi jangan sampai kita terlalu larut dalam kebahagiaan diri sendiri sampai melupakan nasib orang lain. Dari kisah itu, kita melihat sendiri bagaimana Rasulullah begitu iba melihat kondisi sebatang kara anak yatim yang tengah bersedih, di saat anak-anak usia seusianya bersuka cita. Melihat kepiluan itu, tanpa pikir panjang, Rasulullah merawatnya dengan penuh kasih sayang. Setelah itu, anak yatim itu hidup dengan penuh bahagia.
Kedua, pentingnya rasa tanggung jawab. Sebagai nabi sekaligus kepala negara, Rasulullah memiliki rasa tanggung jawab penuh terhadap rakyatnya. Ketika beliau melihat ada sebatang kara anak yatim yang ayahnya meninggal karena peperangan, dengan sifat kepemimpinannya, Rasulullah merasa bertanggung jawab dan tanpa pikir panjang mengadopsinya.

Ketiga, anjuran mengasihi anak yatim. Apa yang dicontohkan Rasulullah di atas merupakan dorongan bagi umatnya untuk selalu menyantuni dan mengasihi anak yatim. Ada banyak sekali hadits-hadits nabis yang menjelaskan anjuran dan keutamaan menyantuni anak yatim. Dalam satu hadits, Nabi bersabda,

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا، وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا

Artinya, “Aku dan orang yang mengurus (menanggung) anak yatim (kedudukannya) di dalam surga seperti ini.” Beliau mengisyaratkan dengan (kedua jarinya yaitu) telunjuk dan jari tengah serta agak merenggangkan keduanya.” (HR. Imam Al-Bukhari).

Hadits di atas menunjukkan betapa besar keutamaan yang diperoleh orang yang mau mengurus anak yatim. Sampai-sampai, saking begitu dekatnya, diibaratkan seperti dua jari (jari teulunjuk dan jari tengah) yang begitu dekat. Pengibaratan ‘seperti kedua jari yang berdampingan’ ini menunjukkan balasan mulia bagi orang yang mengurusi akan yatim, yaitu cepat masuk surga dan kedudukan tertinggi di dalamnya.

Ibnu Batthal menjelaskan, bahwa berdasarkan hadits ini, orang yang mengurus anak yatim akan mendapatkan kedudukan tertinggi di akhirat, yaitu bersama Rasulullah saw. (lihat Fathul Bari, juz 13, hal 43)

Mari, jadikan momen Idul Fitri yang penuh bahagia ini, juga sebagai momen berbagi kebahagiaan terhadap sesama. Momen Idul Fitri merupakan momen berbahagia dan istimewa. Tapi akan lebih istimewa lagi jika kebahagiaan itu juga dirasakan oleh orang lain.
___

© Muhamad Abror, Pengasuh Madrasah Baca Kitab.

21 Ramadhan 1446 H.
#PAY Peduli Anak Yatim
Media is too big
VIEW IN TELEGRAM
Alhamdulillah Tabarakallah, telah dilaksanakan santunan tahap ke-4 Program PAY (Belanja Baju Lebaran bersama Anak Yatim) yang dilaksanakan di Suzuya Mall pada tanggal 23 Maret 2025.

Kami mengucapkan terima kasih kepada para donatur dan para pihak yang membantu terlaksananya kegiatan ini.

Insya Allah menjadi amalan yang membawa kita menuju Jannah bersama Rasulullah... Aamiin Ya Rabb.

Barakallah fiikum

#PeduliAnakYatim
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
#muhasabah : Hidup ini adalah sebuah perjalanan, nikmati setiap prosesnya & tinggalkan jejak² kebaikan dijalan-Nya..

Semoga kita senantiasa diberikan hidayah, usia yang berkah, kesehatan, rejeki yang berlimpah dan di ridho-Nya .. Aamiin
#muhasabah : HIDUP ADALAH LADANG AMAL

“Semua orang akan menemui Allah setelah kematian. Orang bijak menemui Allah sebelum kematian.” (Rumi)

Mereka yang bijak menyadari hakikat kehidupan dunia sebagai ladang amal, bukan ladang maksiat. Ini tercermin dari komitmennya untuk melakukan ketaatan, walau di luar Ramadhan. Selain puasa (sunnah), ibadah yang perlu istiqamah adalah shalat fardhu dan shalat-shalat sunnah lainnya yang akan dihisab pertama untuk bisa ‘bertemu hakiki’ dengan Allah di surga.

"Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah shalatnya, Allah Jalla wa 'Azza berfirman kepada Malaikat, "Periksalah shalat hambaKu, sempurnakah atau kurang? Sekiranya sempurna, maka catatlah baginya dengan sempurna,” dan jika terdapat kekurangan, Allah berfirman, "Periksalah lagi, apakah hambaKu memiliki amalan shalat sunnah?” Jikalau terdapat shalat sunnahnya, Allah berfirman, "Cukupkanlah kekurangan yang ada pada shalat wajib hambaKu itu dengan shalat sunnahnya.” (Abu Daud: 733)
_____
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah. Maafkan kami, maafkan kami. Maafkan aku, Ibu. Ibu, maafkan aku"

Kata-kata terakhir salah satu paramedis heroik yang dieksekusi oleh peluru "tentara pendudukan Zionis."

Source: SerajSat
#tazkirah : Perbanyaklah mengingat kematian.

Bisa jadi saat kita sedang tertawa ria, ternyata kain kafan kita sudah ditenun.

Bisa jadi saat kita merasa masih muda, tapi ajal kita sudah di depan mata.

Bisa jadi saat kita sibuk mengejar dunia, ternyata ajal kita datang tiba-tiba.

Bisa jadi saat kita sedang asyik bermaksiat, ternyata itu akhir dari kehidupan kita,

Maka perbanyaklah mengingat kematian, karena dengan mengingat kematian akan banyak memberi manfaat :

1. Mengingat mati menjadikan seseorang bersegera untuk bertaubat,
2. Mengingat mati menjadikan hidup lebih qanaah,
3. Mengingat mati menjadikan seseorang bersemangat melakukan amal shalih.
4. Mengingat mati termasuk orang yang cerdas, karena ia akan segera mempersiapkan bekalnya.
5. Mengingat mati menjadikan seseorang jarang bersuka ria berfoya-foya.
6. Mengingat mati menjadikan seseorang segera melunasi hutangnya.
7. Mengingat mati menjadikan seseorang memperbaiki hubungannya dengan saudara, tetangga dan temannya.
8. Mengingat mati menjadikan seseorang lebih khusyu' dalam menjalan ibadah.
9. Mengingat mati menjadikan seseorang semakin mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah.
10. Mengingat mati menjadikan seseorang akan segera memperbaiki agamanya.
11. Mengingat mati dapat menjadikan seseorang meninggalkan yg haram/riba dan berusaha mencari yang halal.
12. Mengingat mati menjadikan seseorang takut berlaku dzalim dan melakukan maksiat.
13. Mengingat mati menjadikan seseorang zuhud terhadap dunia, tidak pelit dan tamak akan dunia.

Ad-Daqqaq Rahimahullah menjelaskan,

“Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, dia akan dimuliakan dengan tiga perkara, yaitu: (1) bersegera dalam bertaubat, (2) hati yang qanaah, (3) bersemangat melakukan ibadah. Barangsiapa yang lupa mengingat kematian, dia akan dihukum dengan tiga perkara, yaitu: (1) menunda-nunda taubat, (2) tidak rida terhadap pemberian (takdir) Allah, (3) malas beribadah” [At-Tadzkirah, 1: 27].

Semoga dengan banyak mengingat kematian dapat melembutkan hati kita, menjadikan kita lebih bersamangat beribadah dan menyiapkan bekal amal shalih, dan semoga Allah ﷻ memberikan akhir kehidupan kita yang Husnul Khotimah.

Sumber :
Habibie Quotes, 13 Juni 21