Pembebasan Kota Makkah!
Gen Saladin | @gen.saladin | t.me/gensaladin
#TodayinHistory Pada 20 Ramadhan ini, kita sama-sama mentadabburi sebuah momen yang dijadikan model utama bagaimana Kaum Muslimin membebaskan dan memberdayakan, bukan menyakiti dan membalas dendam. Rasulullah ﷺ datang dengan kasih sayang, belas kasih dan sama sekali tak membawa kezaliman ketika beliau membebaskan tanah airnya, kotanya. Dan hebatnya, beliau memaafkan mereka yang dulu menyakitinya.
Bagaimana Fathu Makkah bermula?
Pada tahun 6 Hijriah bertepatan dengan 628 Masehi, Kaum Musyrikin Quraish dan Kaum Muslimin menandatangani gencatan senjata 10 tahun yang disebut Perjanjian Hudaybiyyah. Perjanjian ini disepakati oleh pihak Quraisy yang diwakili Suhail bin Amr, dan oleh Nabi Muhammad yang disekretarisi oleh Ali bin Abi Thalib.
Perjanjian ini awalnya terkesan menyudutkan Kaum Muslimin. Orang yang mau hijrah dari Makkah ke Madinah harus dikembalikan ke Makkah, sementara orang yang mau ke Makkah dari Madinah harus ditahan di Makkah dan tak boleh kembali ke Madinah. Ketidakadilan ini membuat Umar sempat protes, namun Rasulullah menenangkannya.
Kesepakatan ini membuat Kaum Muslimin bisa fokus menebar dakwah Islam secara luas ke seluruh kabilah Arabia. Dalam waktu yang singkat, Rasulullah ﷺ berhasil menyatukan sebagian besar Jazirah Arab dalam naungan Islam, sesuatu yang tidak diperkirakan oleh Musyrikin Quraisy. Abu Sufyan yang saat itu menjadi pemimpin Quraisy mulai berkeringat dingin. Ternyata kesepakatan Hudaibiyah itu malah berbalik menguntungkan Kaum Muslimin.
Parahnya lagi buat Quraisy, gencatan senjata ini menjadi hangus ketika Banu Bakr, sekutu kaum Quraisy, menyerang Banu Khuza'ah, yang baru-baru saja menjadi sekutu kaum Muslimin. Penyerangan Banu Bakr menjadi kesalahan Quraisy yang memicu hancurnya perjanjian Hudaibiyah di saat-saat yang sangat tidak menguntungkan bagi mereka, dan sangat menguntungkan bagi Kaum Muslimin.
Segera, Banu Khuza'ah segera mengirim delegasi ke Madinah untuk memberi tahu Nabi Muhammad tentang pelanggaran gencatan senjata ini. Mereka mencari bantuan dari umat Islam Madinah sebagai koalisi mereka. Di situlah momen bermula.
.
Setelah insiden itu, Musyrikin Quraisy kelabakan. Bahkan Abu Sufyan datang sendiri ke Madinah untuk bertemu Baginda Nabi Muhammad, mengajukan permohonan untuk mempertahankan perjanjian dengan Kaum Muslimin dan menawarkan kompensasi harta. Namun terlambat, Pasukan Muslimin telah berkumpul dalam kekuatan sangat besar untuk membela Banu Khuza'ah yang diserang oleh Banu Bakr. Walaupun saat itu mereka belum tahu, akan dibawa kemana ribuan tentara muslim itu oleh Rasulullah.
Kaum Muslimin Menuju Makkah
Rasulullah ﷺ dan 10 ribu sahabatnya berangkat ke Makkah pada 6 Ramadhan, 8 Hijriah, ada yang mengatakan 10 Ramadhan. Relawan dan bantaun dari suku-suku koalisi Kaum Muslimin bergabung dengan Rasulullah dalam perjalanan sehingga membesar ukurannya menjadi sekitar 10.000 pasukan.
Tahukah kamu? Faktanya, ini adalah kekuatan Muslim terbesar yang pernah dikumpulkan pada saat itu. Rasulullah memerintahkan Kaum Muslimin berkemah di Marruz Zahran, yang terletak sepuluh mil di barat laut Makkah. Rasulullah ﷺ memerintahkan setiap orang untuk menyalakan api besar-besar untuk membuat orang Makkah melebih-lebihkan ukuran pasukan. Sebuah strategi jitu untuk mengendalikan persepsi Musyrikin Quraisy bahwa mereka telah dikepung.
Sementara itu, Abu Sufyan bin Harb melakukan perjalanan bolak-balik antara melobi Rasulullah dan ke Makkah, ia masih berusaha mencapai penyelesaian untuk menghindari tertaklukkannya Makkah. Dan pada akhirnya, Abu Sufyan menyatakan keislamannya pada Rasulullah ﷺ meskipun saat itu karena dalam keadaan kalah dan terpaksa. Namun begitu, di kemudian hari, Abu Sufyan menjadi pahlawan besar dalam sejarah Islam. masyaAllah.
Gen Saladin | @gen.saladin | t.me/gensaladin
#TodayinHistory Pada 20 Ramadhan ini, kita sama-sama mentadabburi sebuah momen yang dijadikan model utama bagaimana Kaum Muslimin membebaskan dan memberdayakan, bukan menyakiti dan membalas dendam. Rasulullah ﷺ datang dengan kasih sayang, belas kasih dan sama sekali tak membawa kezaliman ketika beliau membebaskan tanah airnya, kotanya. Dan hebatnya, beliau memaafkan mereka yang dulu menyakitinya.
Bagaimana Fathu Makkah bermula?
Pada tahun 6 Hijriah bertepatan dengan 628 Masehi, Kaum Musyrikin Quraish dan Kaum Muslimin menandatangani gencatan senjata 10 tahun yang disebut Perjanjian Hudaybiyyah. Perjanjian ini disepakati oleh pihak Quraisy yang diwakili Suhail bin Amr, dan oleh Nabi Muhammad yang disekretarisi oleh Ali bin Abi Thalib.
Perjanjian ini awalnya terkesan menyudutkan Kaum Muslimin. Orang yang mau hijrah dari Makkah ke Madinah harus dikembalikan ke Makkah, sementara orang yang mau ke Makkah dari Madinah harus ditahan di Makkah dan tak boleh kembali ke Madinah. Ketidakadilan ini membuat Umar sempat protes, namun Rasulullah menenangkannya.
Kesepakatan ini membuat Kaum Muslimin bisa fokus menebar dakwah Islam secara luas ke seluruh kabilah Arabia. Dalam waktu yang singkat, Rasulullah ﷺ berhasil menyatukan sebagian besar Jazirah Arab dalam naungan Islam, sesuatu yang tidak diperkirakan oleh Musyrikin Quraisy. Abu Sufyan yang saat itu menjadi pemimpin Quraisy mulai berkeringat dingin. Ternyata kesepakatan Hudaibiyah itu malah berbalik menguntungkan Kaum Muslimin.
Parahnya lagi buat Quraisy, gencatan senjata ini menjadi hangus ketika Banu Bakr, sekutu kaum Quraisy, menyerang Banu Khuza'ah, yang baru-baru saja menjadi sekutu kaum Muslimin. Penyerangan Banu Bakr menjadi kesalahan Quraisy yang memicu hancurnya perjanjian Hudaibiyah di saat-saat yang sangat tidak menguntungkan bagi mereka, dan sangat menguntungkan bagi Kaum Muslimin.
Segera, Banu Khuza'ah segera mengirim delegasi ke Madinah untuk memberi tahu Nabi Muhammad tentang pelanggaran gencatan senjata ini. Mereka mencari bantuan dari umat Islam Madinah sebagai koalisi mereka. Di situlah momen bermula.
.
Setelah insiden itu, Musyrikin Quraisy kelabakan. Bahkan Abu Sufyan datang sendiri ke Madinah untuk bertemu Baginda Nabi Muhammad, mengajukan permohonan untuk mempertahankan perjanjian dengan Kaum Muslimin dan menawarkan kompensasi harta. Namun terlambat, Pasukan Muslimin telah berkumpul dalam kekuatan sangat besar untuk membela Banu Khuza'ah yang diserang oleh Banu Bakr. Walaupun saat itu mereka belum tahu, akan dibawa kemana ribuan tentara muslim itu oleh Rasulullah.
Kaum Muslimin Menuju Makkah
Rasulullah ﷺ dan 10 ribu sahabatnya berangkat ke Makkah pada 6 Ramadhan, 8 Hijriah, ada yang mengatakan 10 Ramadhan. Relawan dan bantaun dari suku-suku koalisi Kaum Muslimin bergabung dengan Rasulullah dalam perjalanan sehingga membesar ukurannya menjadi sekitar 10.000 pasukan.
Tahukah kamu? Faktanya, ini adalah kekuatan Muslim terbesar yang pernah dikumpulkan pada saat itu. Rasulullah memerintahkan Kaum Muslimin berkemah di Marruz Zahran, yang terletak sepuluh mil di barat laut Makkah. Rasulullah ﷺ memerintahkan setiap orang untuk menyalakan api besar-besar untuk membuat orang Makkah melebih-lebihkan ukuran pasukan. Sebuah strategi jitu untuk mengendalikan persepsi Musyrikin Quraisy bahwa mereka telah dikepung.
Sementara itu, Abu Sufyan bin Harb melakukan perjalanan bolak-balik antara melobi Rasulullah dan ke Makkah, ia masih berusaha mencapai penyelesaian untuk menghindari tertaklukkannya Makkah. Dan pada akhirnya, Abu Sufyan menyatakan keislamannya pada Rasulullah ﷺ meskipun saat itu karena dalam keadaan kalah dan terpaksa. Namun begitu, di kemudian hari, Abu Sufyan menjadi pahlawan besar dalam sejarah Islam. masyaAllah.
Telegram
Gen Saladin Channel
Media Dakwah Berbasis Sejarah dan Kepalestinaan • "Learn History, Repeat Victory" • gensaberilmu.com • Free to share 😃
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Ketika membaca sejarah hidup mereka, kita temukan pola yang sama- beliau-beliau hidup untuk menjadi jawaban atas tantangan zam...am #hijrahquote #hijrah #motivasihidup #sunnah #islamichistory #gensa #gensaladin #muslim #muslimharustahu #TodayInHistory.mp4
Kemenangan Muslimin di Elvira
Gen Saladin | @gen.saladin | t.me/gensaladin
#TodayinHistory 21 Juni 1319 M | Tahukah kamu bahwa ada peristiwa besar yang oleh sejarawan Spanyol diberi nama "Disaster of the Vega de Granada"? (Bencana Vega de Granada) Ada sebuah titik sejarah yang ternyata Allah memenangkan Kaum Muslimin di tengah masa titik puncak kekuatan Kerajaan Castilla dan Aragon. Peristiwa yang mengagetkan dunia Eropa kala itu dengan kemenangan spektakuler Muslimin.
Allah mempergantikan kekuasaan demi kekuasaan. Tidak ada yang benar-benar di atas selamanya, dan tidak ada pula yang selalu di bawah. Kemenangan dan kekalahan silih berganti sesuai titah-Nya, "Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia" (Ali Imran 140)
Pertempuran Sierra Elvira, juga disebut Bencana Vega de Granada, adalah rangkaian dari Reconquista Spanyol (gerakan Kerajaan Castile dan Aragon Untuk membersihkan Spanyol dari pengaruh Islam) yang bertempur di dekat kota Granada pada tahun 1319. Pertempuran itu terjadi dan "menghasilkan kekalahan besar bagi Castile" tercatat oleh Sejarawan Spanyol, Miguel Angel Ladero Quesada dalam Buku 'Granada Historia de un país islámico.'
Di Abad 14, Kerajaan Castilla dan Aragon berada di puncak kekuasaannya di Andalusia. Mereka berhasil merebut kota-kota penting Kaum Muslimin seperti Valencia, Sevilla dan Córdova. Baru saja tahun 1319 mereka memenangkan pertempuran Fortuna melawan Muslimin, mereka merasa di atas angin.
Di tahun-tahun 1300-an, Kerajaan Castile cukup terbiasa melakukan serangan militer berkala ke Emirat Islam Granada untuk mengumpulkan barang rampasan. Sekalipun ada perjanjian sementara dan gencatan senjata dengan para pemimpin Granada, penjarahan ke kota-kota dekat Granada sering dilakukan di bawah kepemimpinan para penguasa Castile yang sama.
Pada akhir 1310-an, Castile diperintah oleh Raja Alfonso XI yang masih sangat muda, sehingga Pemerintahan dikelola neneknya, Maria de Molina, dari kakeknya Pangeran John serta pamannya Pangeran Peter.
Di tahun 1319, Pangeran John dan Peter merencanakan pemberangkatan pasukan besar-besaran menuju Granada. Pasukan ini menjadi sangat gemuk jumlahnya, karena dikampanyekan bahkan oleh Paus Yohanes XXII yang dibiayai juga oleh pihak Gereja, kekuatan terbesar Castile.
.
Pasukan dua pangeran ini bertemu di Cordoba pada bulan Juni 1319 dan melintasi perbatasan di bawah kepemimpinan Peter. Banyak elemen pasukan bergabung, di antaranya dari Ordo Santiago, Calatrava dan Alcantara dan Uskup Agung Toledo dan Seville. Sekilas bisa kita simpulkan betapa kuatnya kekuatan Castile.
.
Kedua pasukan besar itu memutuskan untuk berjalan jauh ke dalam wilayah Kaum Muslimin; Vega de Granada, dataran yang terkenal dengan kesuburan dan kekayaannya. Selama perjalanan ke sana, pasukan Castile memenangkan banyak pertempuran kecil dengan desa-desa Kaum Muslimin. Mereka menaklukkan beberapa tempat, mengumpulkan barang rampasan besar.
.
Pasukan Castilia besar berkemah di Vega de Granada. Perjalanan jauh dari Castille menjarah kota-kota Muslimin membuat mereka mendapatkan banyak harta dan mereka merasa puas untuk bekal kembali ke Castile. Sementara itu, mereka juga masih meyakini bahwa Pengepungan kota Granada dianggap mustahil pada saat itu.
.
Di satu hari tertanggal 21 Juni 1319, di bawah panas yang sangat menyengat; pangeran Peter memutuskan untuk membawa pasukan untuk pulang ke ibukota Castile. Di saat itulah peristiwa yang tidak mereka kira malah terjadi...
.
Di saat lengahnya musuh, Sultan Ismail I dari Granada bersama 7000 mujahid, —1500 di antaranya berkuda— memutuskan untuk menyerang balik dan memberikan pelajaran kepada musuh. Saat itu, Pasukan kavaleri elit Muslimin bernama "Al Ghuzah Al Mujahidin" yang dipimpin oleh Utsman bin Abi al-Ula, keluar dari Granada dan mulai merobohkan pertahanan pasukan Castile yang sedang di luar perhatian pangeran John.
Gen Saladin | @gen.saladin | t.me/gensaladin
#TodayinHistory 21 Juni 1319 M | Tahukah kamu bahwa ada peristiwa besar yang oleh sejarawan Spanyol diberi nama "Disaster of the Vega de Granada"? (Bencana Vega de Granada) Ada sebuah titik sejarah yang ternyata Allah memenangkan Kaum Muslimin di tengah masa titik puncak kekuatan Kerajaan Castilla dan Aragon. Peristiwa yang mengagetkan dunia Eropa kala itu dengan kemenangan spektakuler Muslimin.
Allah mempergantikan kekuasaan demi kekuasaan. Tidak ada yang benar-benar di atas selamanya, dan tidak ada pula yang selalu di bawah. Kemenangan dan kekalahan silih berganti sesuai titah-Nya, "Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia" (Ali Imran 140)
Pertempuran Sierra Elvira, juga disebut Bencana Vega de Granada, adalah rangkaian dari Reconquista Spanyol (gerakan Kerajaan Castile dan Aragon Untuk membersihkan Spanyol dari pengaruh Islam) yang bertempur di dekat kota Granada pada tahun 1319. Pertempuran itu terjadi dan "menghasilkan kekalahan besar bagi Castile" tercatat oleh Sejarawan Spanyol, Miguel Angel Ladero Quesada dalam Buku 'Granada Historia de un país islámico.'
Di Abad 14, Kerajaan Castilla dan Aragon berada di puncak kekuasaannya di Andalusia. Mereka berhasil merebut kota-kota penting Kaum Muslimin seperti Valencia, Sevilla dan Córdova. Baru saja tahun 1319 mereka memenangkan pertempuran Fortuna melawan Muslimin, mereka merasa di atas angin.
Di tahun-tahun 1300-an, Kerajaan Castile cukup terbiasa melakukan serangan militer berkala ke Emirat Islam Granada untuk mengumpulkan barang rampasan. Sekalipun ada perjanjian sementara dan gencatan senjata dengan para pemimpin Granada, penjarahan ke kota-kota dekat Granada sering dilakukan di bawah kepemimpinan para penguasa Castile yang sama.
Pada akhir 1310-an, Castile diperintah oleh Raja Alfonso XI yang masih sangat muda, sehingga Pemerintahan dikelola neneknya, Maria de Molina, dari kakeknya Pangeran John serta pamannya Pangeran Peter.
Di tahun 1319, Pangeran John dan Peter merencanakan pemberangkatan pasukan besar-besaran menuju Granada. Pasukan ini menjadi sangat gemuk jumlahnya, karena dikampanyekan bahkan oleh Paus Yohanes XXII yang dibiayai juga oleh pihak Gereja, kekuatan terbesar Castile.
.
Pasukan dua pangeran ini bertemu di Cordoba pada bulan Juni 1319 dan melintasi perbatasan di bawah kepemimpinan Peter. Banyak elemen pasukan bergabung, di antaranya dari Ordo Santiago, Calatrava dan Alcantara dan Uskup Agung Toledo dan Seville. Sekilas bisa kita simpulkan betapa kuatnya kekuatan Castile.
.
Kedua pasukan besar itu memutuskan untuk berjalan jauh ke dalam wilayah Kaum Muslimin; Vega de Granada, dataran yang terkenal dengan kesuburan dan kekayaannya. Selama perjalanan ke sana, pasukan Castile memenangkan banyak pertempuran kecil dengan desa-desa Kaum Muslimin. Mereka menaklukkan beberapa tempat, mengumpulkan barang rampasan besar.
.
Pasukan Castilia besar berkemah di Vega de Granada. Perjalanan jauh dari Castille menjarah kota-kota Muslimin membuat mereka mendapatkan banyak harta dan mereka merasa puas untuk bekal kembali ke Castile. Sementara itu, mereka juga masih meyakini bahwa Pengepungan kota Granada dianggap mustahil pada saat itu.
.
Di satu hari tertanggal 21 Juni 1319, di bawah panas yang sangat menyengat; pangeran Peter memutuskan untuk membawa pasukan untuk pulang ke ibukota Castile. Di saat itulah peristiwa yang tidak mereka kira malah terjadi...
.
Di saat lengahnya musuh, Sultan Ismail I dari Granada bersama 7000 mujahid, —1500 di antaranya berkuda— memutuskan untuk menyerang balik dan memberikan pelajaran kepada musuh. Saat itu, Pasukan kavaleri elit Muslimin bernama "Al Ghuzah Al Mujahidin" yang dipimpin oleh Utsman bin Abi al-Ula, keluar dari Granada dan mulai merobohkan pertahanan pasukan Castile yang sedang di luar perhatian pangeran John.
Telegram
Gen Saladin Channel
Media Dakwah Berbasis Sejarah dan Kepalestinaan • "Learn History, Repeat Victory" • gensaberilmu.com • Free to share 😃
Suleiman The Magnificent; Legenda Raja Terbesar Eropa di Abad 16
#TodayinHistory Trabzon, kota itu menjadi saksi dilahirkannya seorang manusia yang kelak di masa jayanya akan menjadi Sultan terbesar Kekhalifahan Utsmaniyah. Tidak, bahkan raja terhebat di Eropa. Sehingga ada sejarawan Eropa bernama Harold Lamb bilang, "salah satu hari raya terpenting Eropa sepanjang masa adalah hari ketika Sulaiman Al Qanuni wafat."
Namanya Sulaiman, lahir pada 27 April 1495 M, dan ia dididik langsung oleh ayahnya yang tegas dan terkenal sangat pemberani, Sultan Yavuz Salim I yang berhasil menyatukan seluruh negeri-negeri muslim di bawah kepemimpinan Utsmaniyah. Sejak belia, Sulaiman dididik untuk mencintai Islam, suka pada sejarah, mahir berbagai berbahasa dan cerdas ilmu-ilmu agama juga sains.
Sultan Sulaiman Al Qanuni menjadi pemimpin Kekhalifahan Utsmaniyah ketika usianya menginjak 25 tahun. Walau masih muda, beliau sudah melakukan langkah-langkah strategis untuk menata Kekhalifahan dan meninggikan bendera jihad di Eropa Timur. Sepanjang sejarah, Sultan Sulaiman adalah yang paling megah pencapaiannya dalam ekspansi ke Eropa, bahkan seluruh dunia.
Karena kebesaran, keadilan dan ketangkasannya, raja-raja Eropa menggelari beliau dengan sebutan "Suleiman The Great", "Suleiman The Magnificent." Masa kepemimpinannya 46 tahun, adalah masa paling lama dan paling tinggi dari fase kejayaan Utsmaniyah di bumi. Seluas 19 juta km² dari Asia, Afrika, Eropa berada di bawah kepemimpinan Kaum Muslimin, setara dengan 10 kalinya luas Indonesia!
Sekalipun dengan kekuasaan yang luas dan kekuatan yang sangat besar tersebut, Sultan Sulaiman selalu terjun langsung memimpin Mujahidin untuk berjihad di jalan Allah. Bahkan di akhir hidup beliau, ketika usia 74 tahun, saat itu sang Sultan sedang dalam agenda penaklukan Benteng Szigetvar di Hongaria.
Salah satu pesannya, "aku sangat mengharap agar Allah menjadikan aku syahid di atas medan jihad, sebagai mujahid di jalan Allah!"
Makin penasaran dengan sosok Sultan Suleiman Al Qanuni? insyaAllah kita akan lanjutkan di feed-feed selanjutnya.
References :
1. مائة من عظماء أمة الإسلام غيروا مجرى التاريخ، جهاد الترباني
2. أيام لا تنسي، تامر بدر
3. ١٠١ من عمالق آل عثمان، بلال أبو الخير
#TodayinHistory Trabzon, kota itu menjadi saksi dilahirkannya seorang manusia yang kelak di masa jayanya akan menjadi Sultan terbesar Kekhalifahan Utsmaniyah. Tidak, bahkan raja terhebat di Eropa. Sehingga ada sejarawan Eropa bernama Harold Lamb bilang, "salah satu hari raya terpenting Eropa sepanjang masa adalah hari ketika Sulaiman Al Qanuni wafat."
Namanya Sulaiman, lahir pada 27 April 1495 M, dan ia dididik langsung oleh ayahnya yang tegas dan terkenal sangat pemberani, Sultan Yavuz Salim I yang berhasil menyatukan seluruh negeri-negeri muslim di bawah kepemimpinan Utsmaniyah. Sejak belia, Sulaiman dididik untuk mencintai Islam, suka pada sejarah, mahir berbagai berbahasa dan cerdas ilmu-ilmu agama juga sains.
Sultan Sulaiman Al Qanuni menjadi pemimpin Kekhalifahan Utsmaniyah ketika usianya menginjak 25 tahun. Walau masih muda, beliau sudah melakukan langkah-langkah strategis untuk menata Kekhalifahan dan meninggikan bendera jihad di Eropa Timur. Sepanjang sejarah, Sultan Sulaiman adalah yang paling megah pencapaiannya dalam ekspansi ke Eropa, bahkan seluruh dunia.
Karena kebesaran, keadilan dan ketangkasannya, raja-raja Eropa menggelari beliau dengan sebutan "Suleiman The Great", "Suleiman The Magnificent." Masa kepemimpinannya 46 tahun, adalah masa paling lama dan paling tinggi dari fase kejayaan Utsmaniyah di bumi. Seluas 19 juta km² dari Asia, Afrika, Eropa berada di bawah kepemimpinan Kaum Muslimin, setara dengan 10 kalinya luas Indonesia!
Sekalipun dengan kekuasaan yang luas dan kekuatan yang sangat besar tersebut, Sultan Sulaiman selalu terjun langsung memimpin Mujahidin untuk berjihad di jalan Allah. Bahkan di akhir hidup beliau, ketika usia 74 tahun, saat itu sang Sultan sedang dalam agenda penaklukan Benteng Szigetvar di Hongaria.
Salah satu pesannya, "aku sangat mengharap agar Allah menjadikan aku syahid di atas medan jihad, sebagai mujahid di jalan Allah!"
Makin penasaran dengan sosok Sultan Suleiman Al Qanuni? insyaAllah kita akan lanjutkan di feed-feed selanjutnya.
References :
1. مائة من عظماء أمة الإسلام غيروا مجرى التاريخ، جهاد الترباني
2. أيام لا تنسي، تامر بدر
3. ١٠١ من عمالق آل عثمان، بلال أبو الخير
Perjanjian yang Terkubur Oleh Sejarah: Amerika Pernah Meminta Perlindungan Pada Aljazair
#TodayinHistory 5 September 1795, Amerika meminta perlindungan dari Aljazair agar kapal-kapal mereka bisa leluasa berlayar di samudera Atlantik dan Laut Tengah. Perjanjian ini berisi 22 pasal, antara pemimpin Amerika, George Washington dan Pemimpin Armada Laut Aljazair, Hassan Pasha.
Dalam perjanjian berisi 22 artikel itu, Amerika mengakui bahwa Aljazair sebagai kekuatan laut utama dunia kala itu berhak mengatur arus kapal yang berlayar di samudera. Itulah mengapa, dalam salah satu pembukaannya, Amerika siap membayar pajak kemananan yang membuat pelaut mereka terjamin selama melakukan pelayaran.
Dalam artikel perjanjian itu tertulis, "This peace treaty has been concluded, together with the contractual promise to give annually to the garrison of Algiers 12,000 Algerian gold pieces," (Perjanjian damai ini telah disimpulkan, bersama dengan janji kontrak untuk memberikan setiap tahun kepada garnisun Aljazair 12.000 keping emas Aljazair)
Dalam perjanjian itu pula, Amerika Serikat masih menggunakan kalimat "the Governor of the States of the island of America", sementara pemimpin Kaum Muslimin digambarkan dengan pujian yang penuh kegagahan, "His Excellency the noble Vizier and powerful Marshal who sits on the throne of lordship, the destructor of tyranny and injustice and the protector of the country, Hassan Pasha-may God grant to him what he wishes."
Jadi kaya gelarnya raja-raja di Game of Thrones ya, hehe (the First of His Name, King of the Andals and the First Men, Lord of the Seven Kingdoms, and Protector of the Realm)
Itulah mengapa teman-teman semuanya, ada sejarah hebat tentang kelautan Kaum Muslimin yang sengaja ditutupi oleh Eropa, "Dengan takluknya Aljazair di tangan Prancis, kita telah membentangkan jalan kepada Paus untuk membuka gerbang kristenisasi Afrika."
—Victor de Ghaisne de Bourmont, Jenderal Militer Prancis
Jarang-jarang kita mendengar tentang Afrika Utara, apalagi tentang sebuah negeri bernama Aljazair. Paling mentok, mungkin kita hanya akan ingat bahwa Aljazair adalah negara asal Zinedine Zidane. Padahal, dalam sejarah Umat Islam, negeri ini adalah salah satu potongan penting yang hilang dari puzzle sejarah kita.
.
Tidak banyak yang tahu, bahwa Umat Islam selama abad keemasannya menjadi polisi samudera internasional yang tak hanya menjaga negeri Arab. Umat ini juga menjaga keamanan maritim dunia. Negeri Aljazair adalah saksi bisu dari kehebatan itu.
.
Dalam sejarah Eropa abad pertengahan, Aljazair digambarkan oleh mereka sebagai markas bajak laut (Pirates) yang menghadang kapal dagang kerajaan-kerajaan Eropa. Padahal sebenarnya, di bawah kepemimpinan Kekhalifahan Utsmaniyah, Aljazair disulap menjadi pusat Armada Laut Utsmani yang legendaris. Bukan markas perompak laut sebagaimana Eropa gambarkan.
.
Negara-negara besar saat itu; Prancis, Austria, Prussia, Russia dan Britania membayar pajak tahunan pada Kekhalifahan Utsmaniyah sebagai jaminan keamanan, dan Aljazair menjadi sentral kekuatannya. Tercatat, Prancis termasuk negeri yang tidak bisa membayar hutang pada Aljzair.
.
Referensi :
1. Treaty with Algeria (1795).
2. Bangura, Abdul K. (2007-01-01). Stakes in Africa-United States Relations: Proposals for Equitable Partnership
3. https://history.state.gov/countries/algeria
#TodayinHistory 5 September 1795, Amerika meminta perlindungan dari Aljazair agar kapal-kapal mereka bisa leluasa berlayar di samudera Atlantik dan Laut Tengah. Perjanjian ini berisi 22 pasal, antara pemimpin Amerika, George Washington dan Pemimpin Armada Laut Aljazair, Hassan Pasha.
Dalam perjanjian berisi 22 artikel itu, Amerika mengakui bahwa Aljazair sebagai kekuatan laut utama dunia kala itu berhak mengatur arus kapal yang berlayar di samudera. Itulah mengapa, dalam salah satu pembukaannya, Amerika siap membayar pajak kemananan yang membuat pelaut mereka terjamin selama melakukan pelayaran.
Dalam artikel perjanjian itu tertulis, "This peace treaty has been concluded, together with the contractual promise to give annually to the garrison of Algiers 12,000 Algerian gold pieces," (Perjanjian damai ini telah disimpulkan, bersama dengan janji kontrak untuk memberikan setiap tahun kepada garnisun Aljazair 12.000 keping emas Aljazair)
Dalam perjanjian itu pula, Amerika Serikat masih menggunakan kalimat "the Governor of the States of the island of America", sementara pemimpin Kaum Muslimin digambarkan dengan pujian yang penuh kegagahan, "His Excellency the noble Vizier and powerful Marshal who sits on the throne of lordship, the destructor of tyranny and injustice and the protector of the country, Hassan Pasha-may God grant to him what he wishes."
Jadi kaya gelarnya raja-raja di Game of Thrones ya, hehe (the First of His Name, King of the Andals and the First Men, Lord of the Seven Kingdoms, and Protector of the Realm)
Itulah mengapa teman-teman semuanya, ada sejarah hebat tentang kelautan Kaum Muslimin yang sengaja ditutupi oleh Eropa, "Dengan takluknya Aljazair di tangan Prancis, kita telah membentangkan jalan kepada Paus untuk membuka gerbang kristenisasi Afrika."
—Victor de Ghaisne de Bourmont, Jenderal Militer Prancis
Jarang-jarang kita mendengar tentang Afrika Utara, apalagi tentang sebuah negeri bernama Aljazair. Paling mentok, mungkin kita hanya akan ingat bahwa Aljazair adalah negara asal Zinedine Zidane. Padahal, dalam sejarah Umat Islam, negeri ini adalah salah satu potongan penting yang hilang dari puzzle sejarah kita.
.
Tidak banyak yang tahu, bahwa Umat Islam selama abad keemasannya menjadi polisi samudera internasional yang tak hanya menjaga negeri Arab. Umat ini juga menjaga keamanan maritim dunia. Negeri Aljazair adalah saksi bisu dari kehebatan itu.
.
Dalam sejarah Eropa abad pertengahan, Aljazair digambarkan oleh mereka sebagai markas bajak laut (Pirates) yang menghadang kapal dagang kerajaan-kerajaan Eropa. Padahal sebenarnya, di bawah kepemimpinan Kekhalifahan Utsmaniyah, Aljazair disulap menjadi pusat Armada Laut Utsmani yang legendaris. Bukan markas perompak laut sebagaimana Eropa gambarkan.
.
Negara-negara besar saat itu; Prancis, Austria, Prussia, Russia dan Britania membayar pajak tahunan pada Kekhalifahan Utsmaniyah sebagai jaminan keamanan, dan Aljazair menjadi sentral kekuatannya. Tercatat, Prancis termasuk negeri yang tidak bisa membayar hutang pada Aljzair.
.
Referensi :
1. Treaty with Algeria (1795).
2. Bangura, Abdul K. (2007-01-01). Stakes in Africa-United States Relations: Proposals for Equitable Partnership
3. https://history.state.gov/countries/algeria
history.state.gov
Algeria - Countries - Office of the Historian
history.state.gov 3.0 shell
Kekalahan Muslimin di Tours
#TodayinHistory (10 Oktober 732) "Kalau saja", kata Gustave Le Bon, "Kaum Muslimin berhasil memenangkan pertempuran Tours, niscaya Paris akan secemerlang Andalusia; akan jadi pusat peradaban dan intelektual. Di saat ketika anak-anak jalanan Andalusia mampu menulis dan bersyair, sedangkan raja-raja Eropa bahkan tak tahu cara menulis nama mereka."
Mari ingat baik-baik, kawan. Ada kisah hari ini tentang pendahulu kita yang nyaris hendak menembus jantung Eropa. Setengah Perancis sudah disirami darah syuhada, dan azan pernah meninggi di sana walau sejenak saja. Hari ini tahun 732 Masehi, adalah salah satu epik sejarah Islam paling penting di Eropa; ketika nenek moyang kita dikalahkan. Sebabnya karena cinta harta dan saling dengki.
10 Oktober 732, hari ini terjadi sebuah pertempuran dahsyat yang hingga kini diabadikan oleh sejarawan Eropa sebagai peristiwa selamatnya Eropa dari Islam. Hari dimana untuk pertama kalinya perluasan dakwah Islam roboh tak berbekas di medan laga. Hari dimana puluhan ribu mujahid lari ke belakang, meninggalkan panglima mereka tertusuk panah dan dibantai bengis.
.
Kita menamainya dengan "Bilath Asy Syuhada" (pelataran Syuhada) dinamakan demikian, saking banyaknya muslim yang gugur di perang besar itu. Panglima mereka, Abdurrahman Al Ghafiqi, pun syahid di sana dan tercatat namanya sebagai seorang pemimpin besar yang tak kenal takut walau sebesar apapun gempuran melandanya. Jumlah Kaum Muslimin kala itu 50 ribu tentara, dari berbagai kabilah dan suku.
.
Kenapa kok bisa sampai Prancis? Awalnya, Abdurrahman Al Ghafiqi yang baru saja diangkat oleh Kekhalifahan Umayyah sebagai gubernur Andalusia melihat Kaum Muslimin mulai terpecah belah. Beliau diutus untuk memimpin Umat dan memerintah dengan adil bijaksana. Dalam waktu singkat, beliau berhasil menciptakan kondisi yang stabil di Andalusia, dan beliau berpikir sudah saatnya dakwah Islam diluaskan lagi menuju Prancis di utara Andalusia.
.
Perjalanan Abdurrahman Al Ghafiqi bersama 50 ribu mujahid bermula dari membebaskan kota-kota Spanyol yang sebelumnya tak tersentuh cahaya Al Qur'an. (LANJUTAN 1) Semakin hari, makin banyak desa-desa yang didatangi oleh pasukan ini, makin ke utara hingga sampai di daratan Gaul (Prancis hari ini). Kabat Pencapaian Kaum Muslimin yang spektakuler ini terdengar hingga sampai telinga Charles Martel, sehingga membuatnya geram dan bertekad mengumpulkan pasukan besar untuk menghadang laju Kaum Muslimin.
.
Kedua pasukan ini bertemu di sebuah daerah di tengah-tengah Prancis bernama Tours. Di hadapan 50 ribu tentara muslim multi-etnis ini —yang sudah berjalan terlalu jauh dari rumah mereka melintasi Pegunungan Pyrenia dan menembus Prancis— sudah disambut oleh 20 ribu tentara Frank pimpinan Charles Martel. Namun dalam Buku "Ayyamun Laa Tunsa" (Hari yang Tak Akan Terlupakan) tertulis ada 200-400 ribu tentara Frank yang berkemah di sekeliling Kaum Muslimin. Catatan kuno "Mozarabic Chronicle of 754" juga menulis bahwa jumlah pasukan Charles Martel memang jauh lebih banyak.
.
Faktanya, Wilayah Frank (nenek moyang Bangsa Prancis) di bawah kepemimpinan Charles Martel adalah kekuatan militer terkemuka di Eropa Barat kala itu. Selama Charles menjabat sebagai panglima kaum Frank, kekuasaannya terdiri dari Perancis utara dan timur (Austrasia, Neustria dan Burgundy), sebagian besar Jerman barat, dan Negeri-Negeri utaranya (Luksemburg, Belgia, dan Belanda).
.
Selama 7 hari, kedua pasukan terlibat dalam pertempuran kecil. Kaum Muslimin menunggu kekuatan penuh musuh untuk menyerang. Abdurrahman Al Ghafiqi yang terkenal dengan kecerdasannya menjadi tak berkutik ketika Kaum Muslimin mulai ribut dengan hasil rampasan perang. Saat itu, keadaannya Kaum Muslimin sudah berjalan jauh membuka banyak kota. Mereka membawa banyak sekali harta untuk dibawa pulang ke Andalusia. Semua itu dikumpulkan di satu tenda dan diketahui oleh mata-mata Charles Martel.
#TodayinHistory (10 Oktober 732) "Kalau saja", kata Gustave Le Bon, "Kaum Muslimin berhasil memenangkan pertempuran Tours, niscaya Paris akan secemerlang Andalusia; akan jadi pusat peradaban dan intelektual. Di saat ketika anak-anak jalanan Andalusia mampu menulis dan bersyair, sedangkan raja-raja Eropa bahkan tak tahu cara menulis nama mereka."
Mari ingat baik-baik, kawan. Ada kisah hari ini tentang pendahulu kita yang nyaris hendak menembus jantung Eropa. Setengah Perancis sudah disirami darah syuhada, dan azan pernah meninggi di sana walau sejenak saja. Hari ini tahun 732 Masehi, adalah salah satu epik sejarah Islam paling penting di Eropa; ketika nenek moyang kita dikalahkan. Sebabnya karena cinta harta dan saling dengki.
10 Oktober 732, hari ini terjadi sebuah pertempuran dahsyat yang hingga kini diabadikan oleh sejarawan Eropa sebagai peristiwa selamatnya Eropa dari Islam. Hari dimana untuk pertama kalinya perluasan dakwah Islam roboh tak berbekas di medan laga. Hari dimana puluhan ribu mujahid lari ke belakang, meninggalkan panglima mereka tertusuk panah dan dibantai bengis.
.
Kita menamainya dengan "Bilath Asy Syuhada" (pelataran Syuhada) dinamakan demikian, saking banyaknya muslim yang gugur di perang besar itu. Panglima mereka, Abdurrahman Al Ghafiqi, pun syahid di sana dan tercatat namanya sebagai seorang pemimpin besar yang tak kenal takut walau sebesar apapun gempuran melandanya. Jumlah Kaum Muslimin kala itu 50 ribu tentara, dari berbagai kabilah dan suku.
.
Kenapa kok bisa sampai Prancis? Awalnya, Abdurrahman Al Ghafiqi yang baru saja diangkat oleh Kekhalifahan Umayyah sebagai gubernur Andalusia melihat Kaum Muslimin mulai terpecah belah. Beliau diutus untuk memimpin Umat dan memerintah dengan adil bijaksana. Dalam waktu singkat, beliau berhasil menciptakan kondisi yang stabil di Andalusia, dan beliau berpikir sudah saatnya dakwah Islam diluaskan lagi menuju Prancis di utara Andalusia.
.
Perjalanan Abdurrahman Al Ghafiqi bersama 50 ribu mujahid bermula dari membebaskan kota-kota Spanyol yang sebelumnya tak tersentuh cahaya Al Qur'an. (LANJUTAN 1) Semakin hari, makin banyak desa-desa yang didatangi oleh pasukan ini, makin ke utara hingga sampai di daratan Gaul (Prancis hari ini). Kabat Pencapaian Kaum Muslimin yang spektakuler ini terdengar hingga sampai telinga Charles Martel, sehingga membuatnya geram dan bertekad mengumpulkan pasukan besar untuk menghadang laju Kaum Muslimin.
.
Kedua pasukan ini bertemu di sebuah daerah di tengah-tengah Prancis bernama Tours. Di hadapan 50 ribu tentara muslim multi-etnis ini —yang sudah berjalan terlalu jauh dari rumah mereka melintasi Pegunungan Pyrenia dan menembus Prancis— sudah disambut oleh 20 ribu tentara Frank pimpinan Charles Martel. Namun dalam Buku "Ayyamun Laa Tunsa" (Hari yang Tak Akan Terlupakan) tertulis ada 200-400 ribu tentara Frank yang berkemah di sekeliling Kaum Muslimin. Catatan kuno "Mozarabic Chronicle of 754" juga menulis bahwa jumlah pasukan Charles Martel memang jauh lebih banyak.
.
Faktanya, Wilayah Frank (nenek moyang Bangsa Prancis) di bawah kepemimpinan Charles Martel adalah kekuatan militer terkemuka di Eropa Barat kala itu. Selama Charles menjabat sebagai panglima kaum Frank, kekuasaannya terdiri dari Perancis utara dan timur (Austrasia, Neustria dan Burgundy), sebagian besar Jerman barat, dan Negeri-Negeri utaranya (Luksemburg, Belgia, dan Belanda).
.
Selama 7 hari, kedua pasukan terlibat dalam pertempuran kecil. Kaum Muslimin menunggu kekuatan penuh musuh untuk menyerang. Abdurrahman Al Ghafiqi yang terkenal dengan kecerdasannya menjadi tak berkutik ketika Kaum Muslimin mulai ribut dengan hasil rampasan perang. Saat itu, keadaannya Kaum Muslimin sudah berjalan jauh membuka banyak kota. Mereka membawa banyak sekali harta untuk dibawa pulang ke Andalusia. Semua itu dikumpulkan di satu tenda dan diketahui oleh mata-mata Charles Martel.
Penasaran kan? Nah, baca caption ya :)
#TodayinHistory Angkatan laut Prancis yang diperkuat Armada Laut Utsmani melakukan pengepungan terhadap Kota Pelabuhan Nice, sebuah kota di Prancis Selatan yang saat itu dikuasai oleh Spanyol. Pengepungan ini merupakan bagian dari permintaan Prancis pada Utsmani untuk membantu mereka menghadapi Imperium Spanyol.
Faktanya, saat itu Tentara Utsmani banyak berpengaruh dalam melatih pasukan maritim Prancis. Suatu kali Admiral Khairuddin Barbarossa mengkritik kebiasaan tentara Prancis yang tidak profesional. Ia berkata, "apa-apaan tentara ini? Mereka lebih sibuk menimbun tong anggur di kapalnya daripada mengumpulkan bubuk mesiu!"
Duta Besar Prancis untuk Venesia, Blaise de Monluc, memuji pasukan Utsmani sebagai profesional dan jauh lebih unggul daripada kekuatan kekuatan Eropa mana pun. Pelabuhan Nice yang tadinya dikuasai Spanyol akhirnya jatuh ke tangan pasukan Prancis-Utsmani hanya karena armada Utsmani mampu membuka celah di tembok kota sehingga pasukan Prancis bisa masuk.
Reference:
1. Roger Crowley, Empire of the sea, 2008 Faber & Faber
2. Islamstory : Hadatsa fi Hadzal Yaum
3. Frazee, Charles A. (2006) [1983]. Catholics and Sultans: The Church and the Ottoman Empire 1453–1923
#TodayinHistory Angkatan laut Prancis yang diperkuat Armada Laut Utsmani melakukan pengepungan terhadap Kota Pelabuhan Nice, sebuah kota di Prancis Selatan yang saat itu dikuasai oleh Spanyol. Pengepungan ini merupakan bagian dari permintaan Prancis pada Utsmani untuk membantu mereka menghadapi Imperium Spanyol.
Faktanya, saat itu Tentara Utsmani banyak berpengaruh dalam melatih pasukan maritim Prancis. Suatu kali Admiral Khairuddin Barbarossa mengkritik kebiasaan tentara Prancis yang tidak profesional. Ia berkata, "apa-apaan tentara ini? Mereka lebih sibuk menimbun tong anggur di kapalnya daripada mengumpulkan bubuk mesiu!"
Duta Besar Prancis untuk Venesia, Blaise de Monluc, memuji pasukan Utsmani sebagai profesional dan jauh lebih unggul daripada kekuatan kekuatan Eropa mana pun. Pelabuhan Nice yang tadinya dikuasai Spanyol akhirnya jatuh ke tangan pasukan Prancis-Utsmani hanya karena armada Utsmani mampu membuka celah di tembok kota sehingga pasukan Prancis bisa masuk.
Reference:
1. Roger Crowley, Empire of the sea, 2008 Faber & Faber
2. Islamstory : Hadatsa fi Hadzal Yaum
3. Frazee, Charles A. (2006) [1983]. Catholics and Sultans: The Church and the Ottoman Empire 1453–1923
Jerusalem Has Fallen
#TodayinHistory Dunia ini memiliki sejarah panjang peperangan antara Dunia Islam dan Eropa selama berabad-abad. Gerakan berangkatnya ratusan ribu pasukan Eropa itu disebut sebagai; Perang Salib. Ada 7 perang Salib besar dan ratusan perang salib kecil yang terjadi selama ratusan tahun lebih antara seluruh Eropa melawan dunia Islam yang saat itu sedang dalam keadaan berpecah belah.
Dengan mudahnya, mereka bisa merebut Palestina dan selama 88 tahun lamanya Al Aqsha dijadikan kandang kuda yang penuh dengan penistaan. Kapankah perebutan itu terjadi?
Hari ini, 15 Juli tahun 1099, Baitul Maqdis berhasil direbut oleh pasukan Salib gelombang pertama dari Kaum Muslimin. Palestina masuk dalam genggaman raja-raja Eropa, dan banyak sekali literasi sejarah yang menuliskan tentang kekejaman Pasukan Salib ketika memasuki Kota Baitul Maqdis.
Namun, untuk mengetahui hikmah dari peristiwa ini, hendaknya kita sebagai pembaca menilik sebab yang melatari mengapa Pasukan Salib bisa datang ke Palestina. Mereka bukanlah pasukan militer profesional. Mereka juga bukan tentara terlatih. Tapi mereka malah bisa membobol pertahanan Umat Islam yang kala itu terkenal dengan kehebatannya.
Semua itu terjadi karena Umat Islam sedang terbagi ke beberapa pemerintahan yang fokus pada masalah internal negerinya sendiri. Sama persis dengan apa yang terjadi pada negeri-negeri Islam saat ini. Salah satu faktor utamanya adalah hancurnya negeri Seljuk karena wafatnya Perdana Menteri Nizhamul Mulk Ath Thusi dan Sultan Malik Syah yang adil.
Kesibukan Umat Islam pada masalah kekuasaan dan berpecah belahnya mereka mengakibatkan pasukan Salib berpeluang besar menduduki Baitul Maqdis tanpa harus berpeluh deras. Selain itu, seorang Orientalis bernama Al Fayyumi mengomentari apa yang terjadi pada Dunia Islam kala pasukan Salib tiba di Baitul Maqdis...
"Para Khalifah dan penguasa ketika itu tidak mempunyai konsep apapun kecuali sibuk memikirkan diri sendiri, lebih senang menghampiri tempat wisata dan berhura-hura", sebagaimana dikutip dalam Al Udwan Ash Shalibi ala Al 'Aalam Al Islamy.
Di saat yang sama, penguasa Mesir saat itu, Dinasti Syiah Fathimiyah membuka keran diplomasi besar-besaran menyambut Pasukan Salib. Dalam beberapa literatur seperti dikutip Dr Shalahuddin Nawwar dalam bukunya Al Udwan Ash Shalibi ala Al 'Aalam Al Islamy, diplomat Fathimiyah bahkan menawarkan untuk masuk Kristen demi memperkuat koalisi Salib-Syiah.
.
"Maa asybahal yaum bil baarihah", betapa samanya hari ini dengan semalam. Betapa miripnya zaman kita dengan masa lalu. Namun sebagaimana Allah menurunkan ujian, maka Allah juga akan menciptakan Shalahuddin-Shalahuddin selanjutnya!
#TodayinHistory Dunia ini memiliki sejarah panjang peperangan antara Dunia Islam dan Eropa selama berabad-abad. Gerakan berangkatnya ratusan ribu pasukan Eropa itu disebut sebagai; Perang Salib. Ada 7 perang Salib besar dan ratusan perang salib kecil yang terjadi selama ratusan tahun lebih antara seluruh Eropa melawan dunia Islam yang saat itu sedang dalam keadaan berpecah belah.
Dengan mudahnya, mereka bisa merebut Palestina dan selama 88 tahun lamanya Al Aqsha dijadikan kandang kuda yang penuh dengan penistaan. Kapankah perebutan itu terjadi?
Hari ini, 15 Juli tahun 1099, Baitul Maqdis berhasil direbut oleh pasukan Salib gelombang pertama dari Kaum Muslimin. Palestina masuk dalam genggaman raja-raja Eropa, dan banyak sekali literasi sejarah yang menuliskan tentang kekejaman Pasukan Salib ketika memasuki Kota Baitul Maqdis.
Namun, untuk mengetahui hikmah dari peristiwa ini, hendaknya kita sebagai pembaca menilik sebab yang melatari mengapa Pasukan Salib bisa datang ke Palestina. Mereka bukanlah pasukan militer profesional. Mereka juga bukan tentara terlatih. Tapi mereka malah bisa membobol pertahanan Umat Islam yang kala itu terkenal dengan kehebatannya.
Semua itu terjadi karena Umat Islam sedang terbagi ke beberapa pemerintahan yang fokus pada masalah internal negerinya sendiri. Sama persis dengan apa yang terjadi pada negeri-negeri Islam saat ini. Salah satu faktor utamanya adalah hancurnya negeri Seljuk karena wafatnya Perdana Menteri Nizhamul Mulk Ath Thusi dan Sultan Malik Syah yang adil.
Kesibukan Umat Islam pada masalah kekuasaan dan berpecah belahnya mereka mengakibatkan pasukan Salib berpeluang besar menduduki Baitul Maqdis tanpa harus berpeluh deras. Selain itu, seorang Orientalis bernama Al Fayyumi mengomentari apa yang terjadi pada Dunia Islam kala pasukan Salib tiba di Baitul Maqdis...
"Para Khalifah dan penguasa ketika itu tidak mempunyai konsep apapun kecuali sibuk memikirkan diri sendiri, lebih senang menghampiri tempat wisata dan berhura-hura", sebagaimana dikutip dalam Al Udwan Ash Shalibi ala Al 'Aalam Al Islamy.
Di saat yang sama, penguasa Mesir saat itu, Dinasti Syiah Fathimiyah membuka keran diplomasi besar-besaran menyambut Pasukan Salib. Dalam beberapa literatur seperti dikutip Dr Shalahuddin Nawwar dalam bukunya Al Udwan Ash Shalibi ala Al 'Aalam Al Islamy, diplomat Fathimiyah bahkan menawarkan untuk masuk Kristen demi memperkuat koalisi Salib-Syiah.
.
"Maa asybahal yaum bil baarihah", betapa samanya hari ini dengan semalam. Betapa miripnya zaman kita dengan masa lalu. Namun sebagaimana Allah menurunkan ujian, maka Allah juga akan menciptakan Shalahuddin-Shalahuddin selanjutnya!
Forwarded from Gen Saladin Channel
Megaproyek Sultan Abdul Hamid II Untuk Menyatukan Umat: Pengoperasian Pertama Rel Kereta Api Hijaz
Gen Saladin | @gen.saladin | t.me/gensaladin
#TodayinHistory Hari ini, 112 tahun yang lalu tepatnya 22 Agustus 1908, Kesultanan Utsmaniyah secara resmi mengoperasikan perjalanan pertama kereta api jalur Hijaz. Bagi kita mungkin ini biasa, tapi akan menjadi luar biasa ketika kita tahu bahwa di zaman ketika dunia Islam sedang merenggang, Sultan Abdul Hamid II membuat proyek ini untuk menyambung antara pusat-pusat umat dari Damaskus tersambung ke Madinah.
Sebuah proyek besar dengan tujuan mulia: menyatukan umat Islam, dalam jalinan ukhuwah dan cinta.
Hejaz Railway (jalur kereta api Hijaz) ini membentang 1320 km dari Damaskus ke Madinah, melalui wilayah Hijaz di Arab Saudi modern, dengan jalur cabang ke Haifa di Laut Mediterania. Itu adalah bagian dari jaringan kereta api Utsmani dan tujuan awalnya adalah untuk memperpanjang jalur dari Terminal Haydarpaşa di Kadikoy di luar Damaskus ke kota suci Mekkah.
Tujuan utama dari kereta api ini adalah untuk membangun hubungan antara Istanbul, ibu kota Kesultanan Utsmaniyah dan pusat sejarah Kekhalifahan Islam pertama-tama di Arab, juga memudahkan untuk menziarahi Makkah dan Madinah. Alasan penting lainnya adalah untuk meningkatkan integrasi ekonomi dan politik dari provinsi-provinsi Arab yang jauh ke dalam negara Utsmaniyah.
Idenya dicetuskan oleh Sultan Abdul Hamid II, dan menuai pro-kontra. Sebab orang-orang Yahudi tahu, bahwa proyek ini adalah untuk mendukung ide persatuan Islam, yang akan menghambat Yahudi dalam usaha pencengkeraman Baitul Maqdis. Ya, Sultan Abdul Hamid II dalam hari-hari kepemimpinannya sering menggaungkan pentingnya persatuan Islam.
Dunia Tidak Percaya
Banyak orang di dunia tidak percaya bahwa Kesultanan Utsmaniyah dapat mendanai proyek semacam itu: diperkirakan rel kereta akan menelan biaya sekitar 4 juta lira Turki, porsi anggaran yang cukup besar. Bankasi Ziraat, bank negara yang melayani kepentingan pertanian di Negara Utsmani, memberikan pinjaman awal 100.000 lira pada tahun 1900. Pinjaman awal ini memungkinkan proyek dimulai pada tahun yang sama.
.
Sultan Abdulhamid II meminta semua Muslim di dunia untuk ikut berpartisipasi bagi pembangunan Kereta Api Hijaz. Proyek itu mendapatkan sambutan besar dari umat. Ia tidak hanya dianggap sebagai program militer yang penting bagi wilayah tersebut, tetapi juga merupakan simbol persatuan umat. Banyak pengusaha dan rakyat lintas wilayah ramai-ramai menyumbang.
.
Alhamdulillah, tidak ada investasi asing yang diterima dalam proyek tersebut. Komisi Donasi dibentuk untuk mengatur dana secara efektif, dan medali diberikan kepada para penyumbang. Salah satu penyumbang proyek ini adalah Muhammad Inshaullah, editor surat kabar Punjabi yang kaya raya. Dia membantu mendirikan Komite Pusat Kereta Api Hejaz.
.
Terhenti Karena Perang
.
Sayang seribu sayang, proyek persatuan ini mesti kandas karena perang yang dihadapi oleh Kesultanan Utsmaniyah. Pemberontakan berhasil disulut apinya oleh musuh-musuh Islam, sehingga Utsmaniyah yang raksasa itu memecah satu persatu. Sejak awal, ingat; perpecahan bukanlah menguntungkan kita. Buat apa kita banyak berdebat dan menggunjing saudara sendiri?
.
Kereta Api Hijaz bukan proyek transportasi semata. Ada spirit untuk kita ambil inspirasinya. Di saat-saat yang sulit, harapan persatuan selalu ada. Umat ini ternyata besar jika bersatu, lemah jika saling sikut. Sultan Abdul Hamid II memberi contoh pada kita tentang selalu berpikir keras untuk kebangkitan dan kebaikan umat. Meski seakan ia menghadapi seluruh dunia.
.
Referensi :
1. Özyüksel, Murat (2016). The Hejaz railway and the Ottoman Empire: Modernity, Industrialisation and Ottoman Decline. Middle Eastern Studies.
2. Cole, Beverly (2011). Trains. Potsdam, Germany: H.F.Ullmann. p. 127
3. www.islamstory.com
4. Di Balik Runtuhnya Turki Utsmani, Ust Deden Herdiansyah
5. Memoar Sultan Abdul Hamid II
Gen Saladin | @gen.saladin | t.me/gensaladin
#TodayinHistory Hari ini, 112 tahun yang lalu tepatnya 22 Agustus 1908, Kesultanan Utsmaniyah secara resmi mengoperasikan perjalanan pertama kereta api jalur Hijaz. Bagi kita mungkin ini biasa, tapi akan menjadi luar biasa ketika kita tahu bahwa di zaman ketika dunia Islam sedang merenggang, Sultan Abdul Hamid II membuat proyek ini untuk menyambung antara pusat-pusat umat dari Damaskus tersambung ke Madinah.
Sebuah proyek besar dengan tujuan mulia: menyatukan umat Islam, dalam jalinan ukhuwah dan cinta.
Hejaz Railway (jalur kereta api Hijaz) ini membentang 1320 km dari Damaskus ke Madinah, melalui wilayah Hijaz di Arab Saudi modern, dengan jalur cabang ke Haifa di Laut Mediterania. Itu adalah bagian dari jaringan kereta api Utsmani dan tujuan awalnya adalah untuk memperpanjang jalur dari Terminal Haydarpaşa di Kadikoy di luar Damaskus ke kota suci Mekkah.
Tujuan utama dari kereta api ini adalah untuk membangun hubungan antara Istanbul, ibu kota Kesultanan Utsmaniyah dan pusat sejarah Kekhalifahan Islam pertama-tama di Arab, juga memudahkan untuk menziarahi Makkah dan Madinah. Alasan penting lainnya adalah untuk meningkatkan integrasi ekonomi dan politik dari provinsi-provinsi Arab yang jauh ke dalam negara Utsmaniyah.
Idenya dicetuskan oleh Sultan Abdul Hamid II, dan menuai pro-kontra. Sebab orang-orang Yahudi tahu, bahwa proyek ini adalah untuk mendukung ide persatuan Islam, yang akan menghambat Yahudi dalam usaha pencengkeraman Baitul Maqdis. Ya, Sultan Abdul Hamid II dalam hari-hari kepemimpinannya sering menggaungkan pentingnya persatuan Islam.
Dunia Tidak Percaya
Banyak orang di dunia tidak percaya bahwa Kesultanan Utsmaniyah dapat mendanai proyek semacam itu: diperkirakan rel kereta akan menelan biaya sekitar 4 juta lira Turki, porsi anggaran yang cukup besar. Bankasi Ziraat, bank negara yang melayani kepentingan pertanian di Negara Utsmani, memberikan pinjaman awal 100.000 lira pada tahun 1900. Pinjaman awal ini memungkinkan proyek dimulai pada tahun yang sama.
.
Sultan Abdulhamid II meminta semua Muslim di dunia untuk ikut berpartisipasi bagi pembangunan Kereta Api Hijaz. Proyek itu mendapatkan sambutan besar dari umat. Ia tidak hanya dianggap sebagai program militer yang penting bagi wilayah tersebut, tetapi juga merupakan simbol persatuan umat. Banyak pengusaha dan rakyat lintas wilayah ramai-ramai menyumbang.
.
Alhamdulillah, tidak ada investasi asing yang diterima dalam proyek tersebut. Komisi Donasi dibentuk untuk mengatur dana secara efektif, dan medali diberikan kepada para penyumbang. Salah satu penyumbang proyek ini adalah Muhammad Inshaullah, editor surat kabar Punjabi yang kaya raya. Dia membantu mendirikan Komite Pusat Kereta Api Hejaz.
.
Terhenti Karena Perang
.
Sayang seribu sayang, proyek persatuan ini mesti kandas karena perang yang dihadapi oleh Kesultanan Utsmaniyah. Pemberontakan berhasil disulut apinya oleh musuh-musuh Islam, sehingga Utsmaniyah yang raksasa itu memecah satu persatu. Sejak awal, ingat; perpecahan bukanlah menguntungkan kita. Buat apa kita banyak berdebat dan menggunjing saudara sendiri?
.
Kereta Api Hijaz bukan proyek transportasi semata. Ada spirit untuk kita ambil inspirasinya. Di saat-saat yang sulit, harapan persatuan selalu ada. Umat ini ternyata besar jika bersatu, lemah jika saling sikut. Sultan Abdul Hamid II memberi contoh pada kita tentang selalu berpikir keras untuk kebangkitan dan kebaikan umat. Meski seakan ia menghadapi seluruh dunia.
.
Referensi :
1. Özyüksel, Murat (2016). The Hejaz railway and the Ottoman Empire: Modernity, Industrialisation and Ottoman Decline. Middle Eastern Studies.
2. Cole, Beverly (2011). Trains. Potsdam, Germany: H.F.Ullmann. p. 127
3. www.islamstory.com
4. Di Balik Runtuhnya Turki Utsmani, Ust Deden Herdiansyah
5. Memoar Sultan Abdul Hamid II
Dan Dimulailah "Perang Pemikiran" Atas Kaum Muslimin!
#TodayinHistory 25 Agustus 1248 Masehi, Raja Louis IX berangkat bersama 30 ribu tentaranya dari Prancis menuju Mesir untuk meletuskan Perang Salib ketujuh. Kekalahannya dari mujahid Kesultanan Mamalik membuatnya berpikir untuk menyerang Kaum Muslimin dari medan pemikiran, bukan lagi medan militer.
.
*******
.
Raja Prancis itu berangkat dari istananya dengan angkuh. Setiap jalan di Paris berhias gambarnya. Rakyat bersorak sorai menanti kabar baik dari ekspedisinya. Para uskup dan biarawanpun berbaris rapi melepas kepergiannya bersama pasukannya. Apalagi Paus Innocent IV, pemimpin kristen tertinggi di Eropa kala itu -yang menyuruhnya untuk memimpin pasukan gabungan seluruh Eropa untuk menyerang negeri Islam dan merebut Baitul Maqdis- berdiri di hadapannya dan menggelarinya sebagai Kesatria suci yang dijamin surga.
.
Orang Eropa di Abad Pertengahan sampai zaman modern ini menamakan ekspedisi itu dengan; Perang Salib. Ya, perang salib yang ketujuh!
.
Ia dan tentaranya berangkat ke Mesir untuk melumpuhkan negeri Islam dan merebut kembali Kota Baitul Maqdis yang sebelumnya sudah dibebaskan oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah. Namun sedatangnya ia di Mesir, ternyata Kaum Muslimin sudah siap menyambutnya dengan semangat jihad membara.
.
Perang meletus di sebuah kota kecil bernama Al Manshurah di utara Mesir, antara 30 ribu pasukan nasrani gabungan banyak negeri Eropa melawan tentara muslim Mesir -4600 pasukan berkuda dan 6000 pasukan pejalan kaki- yang dipimpin oleh Panglima Fakhruddin Yusuf. Dan sebagaimana kamu tahu, jika Umat Islam masih berpegang teguh pada agamanya, sekecil apapun jumlahnya pasti akan menang dengan iman dan keyakinan.
.
Sudah kalah, Louis IX ditangkap pula. Bahkan, beberapa kali ia mencoba lagi untuk bertempur melawan umat Islam, namun tetap saja ia dan pasukannya menderita kekalahan yang telak.
Hingga suatu hari ia mendapat ide, lalu mengumpulkan orang-orang pentingnya.
.
“Aku telah menemukan cara untuk menghancurkan Umat Islam”, pekik Louis IX penuh kedengkian pada menteri-menterinya, “kita tidak akan menang melawan mereka selama di hati mereka Islam masih bersemi!”
.
“Kamu sekalian tidak akan mampu untuk mengalahkan orang-orang Islam di medan peperangan fisik”, kata Louis IX pada raja-raja Eropa, panglima militer dan menteri-menterinya, “pertama, kamu mesti merusak dulu pemikiran dan keyakinan mereka. Lalu, barulah kamu sekalian bisa menaklukkan mereka dengan mudah!”
.
Lebih jauh, dalam catatannya, Louis IX menuturkan, “Eropa harus menempuh jalan lain, yaitu jalan pemikiran dengan menebarkan keragu-raguan dan tafsir yang sesat di tengah Umat Islam.”
.
Sejak saat itulah, musuh-musuh Islam mengenal sebuah taktik perang baru melawan umat Islam yang kuat di medan perang. Dengan taktik ini mereka berusaha memadamkan cahaya Allah di muka bumi. Taktik culas itu bernama; Perang Pemikiran, atau dalam istilah bahasa Arab adalah, “Ghazwul Fikri.”
.
Referensi :
1. Pengantar Ilmu Filsafat Universitas Al Azhar Kairo, 2016.
2. كتاب الحملة الصليبية على العالم الإسلامي والعالم
3. فشل الغرب عسكريا وتخوفه من الإسلام
#TodayinHistory 25 Agustus 1248 Masehi, Raja Louis IX berangkat bersama 30 ribu tentaranya dari Prancis menuju Mesir untuk meletuskan Perang Salib ketujuh. Kekalahannya dari mujahid Kesultanan Mamalik membuatnya berpikir untuk menyerang Kaum Muslimin dari medan pemikiran, bukan lagi medan militer.
.
*******
.
Raja Prancis itu berangkat dari istananya dengan angkuh. Setiap jalan di Paris berhias gambarnya. Rakyat bersorak sorai menanti kabar baik dari ekspedisinya. Para uskup dan biarawanpun berbaris rapi melepas kepergiannya bersama pasukannya. Apalagi Paus Innocent IV, pemimpin kristen tertinggi di Eropa kala itu -yang menyuruhnya untuk memimpin pasukan gabungan seluruh Eropa untuk menyerang negeri Islam dan merebut Baitul Maqdis- berdiri di hadapannya dan menggelarinya sebagai Kesatria suci yang dijamin surga.
.
Orang Eropa di Abad Pertengahan sampai zaman modern ini menamakan ekspedisi itu dengan; Perang Salib. Ya, perang salib yang ketujuh!
.
Ia dan tentaranya berangkat ke Mesir untuk melumpuhkan negeri Islam dan merebut kembali Kota Baitul Maqdis yang sebelumnya sudah dibebaskan oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah. Namun sedatangnya ia di Mesir, ternyata Kaum Muslimin sudah siap menyambutnya dengan semangat jihad membara.
.
Perang meletus di sebuah kota kecil bernama Al Manshurah di utara Mesir, antara 30 ribu pasukan nasrani gabungan banyak negeri Eropa melawan tentara muslim Mesir -4600 pasukan berkuda dan 6000 pasukan pejalan kaki- yang dipimpin oleh Panglima Fakhruddin Yusuf. Dan sebagaimana kamu tahu, jika Umat Islam masih berpegang teguh pada agamanya, sekecil apapun jumlahnya pasti akan menang dengan iman dan keyakinan.
.
Sudah kalah, Louis IX ditangkap pula. Bahkan, beberapa kali ia mencoba lagi untuk bertempur melawan umat Islam, namun tetap saja ia dan pasukannya menderita kekalahan yang telak.
Hingga suatu hari ia mendapat ide, lalu mengumpulkan orang-orang pentingnya.
.
“Aku telah menemukan cara untuk menghancurkan Umat Islam”, pekik Louis IX penuh kedengkian pada menteri-menterinya, “kita tidak akan menang melawan mereka selama di hati mereka Islam masih bersemi!”
.
“Kamu sekalian tidak akan mampu untuk mengalahkan orang-orang Islam di medan peperangan fisik”, kata Louis IX pada raja-raja Eropa, panglima militer dan menteri-menterinya, “pertama, kamu mesti merusak dulu pemikiran dan keyakinan mereka. Lalu, barulah kamu sekalian bisa menaklukkan mereka dengan mudah!”
.
Lebih jauh, dalam catatannya, Louis IX menuturkan, “Eropa harus menempuh jalan lain, yaitu jalan pemikiran dengan menebarkan keragu-raguan dan tafsir yang sesat di tengah Umat Islam.”
.
Sejak saat itulah, musuh-musuh Islam mengenal sebuah taktik perang baru melawan umat Islam yang kuat di medan perang. Dengan taktik ini mereka berusaha memadamkan cahaya Allah di muka bumi. Taktik culas itu bernama; Perang Pemikiran, atau dalam istilah bahasa Arab adalah, “Ghazwul Fikri.”
.
Referensi :
1. Pengantar Ilmu Filsafat Universitas Al Azhar Kairo, 2016.
2. كتاب الحملة الصليبية على العالم الإسلامي والعالم
3. فشل الغرب عسكريا وتخوفه من الإسلام
Untuk Pertama Kalinya, Kaisar Romawi Jadi Tawanan Perang?!
(Kemenangan Umat Islam di Manzikert; 26 Agustus 1071)
#TodayinHistory Tahun-tahun itu, Umat Islam sedang jarang mendengarkan kabar gembira. "Kotak pos" sunyi, sepi dari pemberitaan kemenangan Umat Islam. Ya, sebab di tahun-tahun itu Abbasiyah sudah mulai kehilangan taringnya, mengalihkan perhatiannya dari jihad sehingga mereka pun mulai kehilangan pengaruhnya di kalangan umat.
Sementara itu kekuatan Syiah sedang mencengkeram di Mesir. Pengaruhnya membuat Umat Islam cukup kewalahan. Dominasi Syiah itu juga berefek pada menurunnya semangat Umat dalam berjihad. Sehingga kemudian, banyak kota-kota Umat Islam yang diambil alih oleh Kekaisaran Romawi Timur lagi.
Fakta pahit itu memang benar, tapi Allah akan selalu bintang-bintang Umat yang hadir memecah kesunyian. Di masa itulah tampil Kesultanan Islam Seljuk yang berakidah Ahlussunah, bermazhab Hanafi. Mereka berasal dari anak-anak keturunan Bangsa Turki dari Asia Tengah, dipimpin oleh seorang sultan bernama Alp Arselan.
Mungkin nama ini termasuk yang cukup sering kita dengarkan. Sultan Alp Arselan, seorang pemecah sunyi yang membuat Dunia Islam kembali memiliki harapan. Beliau menjadi pemimpin Kesultanan Seljuk ketika kaum Muslimin telah lama tidak pernah mendengar kemenangan, yang ada hanya kekalahan demi kekalahan.
Alp Arslan nama aslinya adalah Muhammad ibn Jafri Bek Dawood ibn Mikael bin Seljuk bin Daqqaq. Beliau lahir pada 20 Januari 1030 di keluarga Seljuk, Dinasti Turki yang sangat semangat dalam memeluk Islam.
Keluarga Seljuk menjadi tentara-tentara terbaik kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad saat itu, dan salah satu kehebatan mereka adalah kesuksesan besar mereka menghancurkan pengaruh Syiah di Iran dan Irak, Mesir dan Suriah. Di saat itulah Dinasti Seljuk menjadi harapan Kaum Muslimin untuk meninggikan lagi semangat berjuang di jalan Allah. Dan Alp Arslan adalah salah satu putra terbaiknya.
Seruan jihad banyak ditinggalkan, perpecahan menjadi-jadi, banyak pemberontakan dan ekonomi umat merosot tajam. Ketika Alp Arselan menjadi Sultan, ia langsung membuat banyak sekali kemajuan demi kemajuan.
.
Ibnu Atsir dalam Kitabnya 'Al Kamil fi At Tarikh' menyebutkan bahwa Alp Arselan adalah seorang yang baik, murah hati, penuh kasih, peduli pada rakyat miskin, di setiap Ramadan menyedekahkan 15000 dinar, adil dalam memutuskan perkara dan sangat takut memakan uang haram.
.
Semangat jihad ia nyalakan kembali dengan membasmi aliran-aliran sesat yang membuat umat resah. Termasuk kepada kerajaan Syiah Fathimiyah di Mesir, Alp Arselan bersikap tegas pada mereka, karena mereka banyak bekerjasama dengan tentara Eropa dengan negeri muslimin menjadi imbalannya.
.
Puncak jihad beliau adalah ketika seluruh Eropa, dipimpin oleh Inggris, Prancis, Normandia, Georgia, Armenia, dan Bulgaria berkumpul sekitar 200 ribu pasukan ingin menghancurkan kekuatan inti Umat Islam selama-lamanya dan merebut kembali benteng-benteng yang pernah diambil alih oleh Alp Arselan. Kaisar Romanos Diogenes IV sebagai panglima tertingginya.
.
Namun di pertempuran yang bernama Manzikert tahun 1071 itu, pasukan Eropa mengalami kekalahan yang amat memalukan, bahkan Kaisar Romanos menjadi tawanan perang, itulah pertama kalinya dalam sejarah kaisar Romawi ditawan. Kemenangan Alp Arselan menyebar ke seluruh penjuru dunia dan menambah izzah kaum Muslimin.
.
Yang istimewa adalah, Alp Arselan tidak hebat sendiri. Tidak keren sendiri. Beliau sadar bahwa kaderisasi merupakan hal yang penting untuk menjaga kepemimpinan Umat Islam. Beliau berhasil mengkader anaknya, Malik Shah sebagai pemimpin yang kuat dan shalih sepeninggalnya.
.
Source :
— أيام لا تنسى، تامر بدر
— الكامل في التاريخ لإبن الأثير
— Markham, Paul. "Battle of Manzikert: Military Disaster or Political Failure?"
(Kemenangan Umat Islam di Manzikert; 26 Agustus 1071)
#TodayinHistory Tahun-tahun itu, Umat Islam sedang jarang mendengarkan kabar gembira. "Kotak pos" sunyi, sepi dari pemberitaan kemenangan Umat Islam. Ya, sebab di tahun-tahun itu Abbasiyah sudah mulai kehilangan taringnya, mengalihkan perhatiannya dari jihad sehingga mereka pun mulai kehilangan pengaruhnya di kalangan umat.
Sementara itu kekuatan Syiah sedang mencengkeram di Mesir. Pengaruhnya membuat Umat Islam cukup kewalahan. Dominasi Syiah itu juga berefek pada menurunnya semangat Umat dalam berjihad. Sehingga kemudian, banyak kota-kota Umat Islam yang diambil alih oleh Kekaisaran Romawi Timur lagi.
Fakta pahit itu memang benar, tapi Allah akan selalu bintang-bintang Umat yang hadir memecah kesunyian. Di masa itulah tampil Kesultanan Islam Seljuk yang berakidah Ahlussunah, bermazhab Hanafi. Mereka berasal dari anak-anak keturunan Bangsa Turki dari Asia Tengah, dipimpin oleh seorang sultan bernama Alp Arselan.
Mungkin nama ini termasuk yang cukup sering kita dengarkan. Sultan Alp Arselan, seorang pemecah sunyi yang membuat Dunia Islam kembali memiliki harapan. Beliau menjadi pemimpin Kesultanan Seljuk ketika kaum Muslimin telah lama tidak pernah mendengar kemenangan, yang ada hanya kekalahan demi kekalahan.
Alp Arslan nama aslinya adalah Muhammad ibn Jafri Bek Dawood ibn Mikael bin Seljuk bin Daqqaq. Beliau lahir pada 20 Januari 1030 di keluarga Seljuk, Dinasti Turki yang sangat semangat dalam memeluk Islam.
Keluarga Seljuk menjadi tentara-tentara terbaik kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad saat itu, dan salah satu kehebatan mereka adalah kesuksesan besar mereka menghancurkan pengaruh Syiah di Iran dan Irak, Mesir dan Suriah. Di saat itulah Dinasti Seljuk menjadi harapan Kaum Muslimin untuk meninggikan lagi semangat berjuang di jalan Allah. Dan Alp Arslan adalah salah satu putra terbaiknya.
Seruan jihad banyak ditinggalkan, perpecahan menjadi-jadi, banyak pemberontakan dan ekonomi umat merosot tajam. Ketika Alp Arselan menjadi Sultan, ia langsung membuat banyak sekali kemajuan demi kemajuan.
.
Ibnu Atsir dalam Kitabnya 'Al Kamil fi At Tarikh' menyebutkan bahwa Alp Arselan adalah seorang yang baik, murah hati, penuh kasih, peduli pada rakyat miskin, di setiap Ramadan menyedekahkan 15000 dinar, adil dalam memutuskan perkara dan sangat takut memakan uang haram.
.
Semangat jihad ia nyalakan kembali dengan membasmi aliran-aliran sesat yang membuat umat resah. Termasuk kepada kerajaan Syiah Fathimiyah di Mesir, Alp Arselan bersikap tegas pada mereka, karena mereka banyak bekerjasama dengan tentara Eropa dengan negeri muslimin menjadi imbalannya.
.
Puncak jihad beliau adalah ketika seluruh Eropa, dipimpin oleh Inggris, Prancis, Normandia, Georgia, Armenia, dan Bulgaria berkumpul sekitar 200 ribu pasukan ingin menghancurkan kekuatan inti Umat Islam selama-lamanya dan merebut kembali benteng-benteng yang pernah diambil alih oleh Alp Arselan. Kaisar Romanos Diogenes IV sebagai panglima tertingginya.
.
Namun di pertempuran yang bernama Manzikert tahun 1071 itu, pasukan Eropa mengalami kekalahan yang amat memalukan, bahkan Kaisar Romanos menjadi tawanan perang, itulah pertama kalinya dalam sejarah kaisar Romawi ditawan. Kemenangan Alp Arselan menyebar ke seluruh penjuru dunia dan menambah izzah kaum Muslimin.
.
Yang istimewa adalah, Alp Arselan tidak hebat sendiri. Tidak keren sendiri. Beliau sadar bahwa kaderisasi merupakan hal yang penting untuk menjaga kepemimpinan Umat Islam. Beliau berhasil mengkader anaknya, Malik Shah sebagai pemimpin yang kuat dan shalih sepeninggalnya.
.
Source :
— أيام لا تنسى، تامر بدر
— الكامل في التاريخ لإبن الأثير
— Markham, Paul. "Battle of Manzikert: Military Disaster or Political Failure?"
Musibah di Libya & Teguhnya Anak Cucu Omar Mukhtar
#TodayinHistory 16 September 1931, pejuang Libya bernama Omar Mukhtar syahid setelah berjuang melawan imperialisme Italia di negerinya. Beliau wafat di usia 73 tahun, dan berhasil membuat gentar para tentara Italia yang melakukan kezaliman pada kaum muslimin serta merebut kemerdekaan mereka.
Saudara-saudara kita di Libya sedang tidak baik-baik saja. Negeri di Afrika Utara itu mengalami musibah banjir bandang (10/9) yang bahkan hingga detik ini diperkirakan sudah ada 11300 korban tewas. Angka yang sangat besar, sementara di saat yang sama pula saudara-saudara kita di Maroko terkena gempa (8/9) yang hingga kini telah tercatat 2900 nyawa wafat
Semoga Allah merahmati mereka yang telah meninggal dunia, Allah beri pula kesabaran pada keluarga yang ditinggalkan. Kedua musibah ini terjadi hampir bersamaan di kawasan Afrika Utara, dimana Islam menjadi agama mayoritas penduduknya, tentu membuat kita mesti memasang mata dan membuka hati untuk turut mendoakannya. Bukankah dalam setiap tahiyyat kita berdoa, "assalamu alaina wa ala ibadillahis shalihin"?
Pertama kali aku mengenal Libya, adalah ketika aku menonton sebuah film gubahan Moustapha Akkad berjudul "Lion of The Desert" yang mengisahkan perjuangan pahlawan Libya dan sekaligus seorang mujahid, Omar Mukhtar. Beliau dan rekan seperjuangannya menghalau dominasi Fasis Italia yang tercatat telah membunuh 80-100 ribu Umat Islam, menempatkan ratusan ribu wanita dan anak-anak Libya di kamp konsentrasi.
Kepahlawanan Omar Mukhtar dalam beberapa riwayat membuat Benito Mussolini —Diktator Italia saat itu— berang. Bagaimana mungkin seorang guru ngaji yang sudah tua mampu menyatukan banyak kabilah Libya dan bahkan bisa mengalahkan tank-tank Italia yang kala itu menjadi peserta blok sentral perang dunia 2? Itulah mengapa nama Omar Mukhtar menjadi yang "most wanted" dalam catatan buronan Fasis Italia.
Pada 16 September 1931, Omar Mukhtar dieksekusi mati oleh Italia. Mereka merasa telah memadamkan api perjuangan, namun ternyata Libya tetap bangkit bahkan meledak semangatnya demi mengusir penjajah. Kata-kata Omar Mukhtar begitu nyaring diingat dalam jiwa setiap anak-anak muda Libya, "Demi Allah kita tidak akan menyerah! Kita menang atau syahid di jalan Allah!"
Banjir di Libya dan gempa di Maroko banyak memenuhi timeline media sosial Twitter, banyak sekali ulama Timur Tengah yang membahasnya dan mengajak Kaum muslimin untuk peduli pada saudara-saudaranya. Salah satunya Syaikh Nabil Al Ewadhy yang mencantumkan sebuah video tentang dokter yang melihat sendiri banyaknya mayat bergelimpangan di jalanan. "Innalilahi wa innaa ilaihi Raji'un..."
Di video ini, aku menangis melihat seorang lelaki berkata pada masyarakat Libya yang ditinggal wafat keluarganya, "Nabi Muhammad ﷺ, ciptaan Allah yang paling mulia saja pada akhirnya wafat, maka apakah kita lebih mulia dari Rasulullah?! Allah telah menetapkan bahwa segala sesuatu itu fana. Semua yang ada di bumi itu akan binasa..."
Kita doakan saudara-saudara kita di Libya dan Maroko, juga seluruh Umat Islam di seluruh dunia diberikan kekuatan, ketabahan, kesabaran melewati musibah demi musibah yang terjadi. Anak cucu Omar Mukhtar semoga teguh dan kembali mengingat bahwa segala suatu yang terjadi pasti atas izin Allah. Dan Allah tidak tidur dan tidak pula lupa.
Kita pun mendoakan saudara-saudara kita di Pulau Rempang mendapatkan keadilan, dikuatkan dan diteguhkan. Kabar berita yang kita dengar banyak berisi duka, maka jangan sampai kita hanya melihatnya sebagai peristiwa semata. Ia adalah sinyal dari Allah agar kita peduli dan memberi ruang terbaik untuk mereka dalam doa-doa kita.
#TodayinHistory 16 September 1931, pejuang Libya bernama Omar Mukhtar syahid setelah berjuang melawan imperialisme Italia di negerinya. Beliau wafat di usia 73 tahun, dan berhasil membuat gentar para tentara Italia yang melakukan kezaliman pada kaum muslimin serta merebut kemerdekaan mereka.
Saudara-saudara kita di Libya sedang tidak baik-baik saja. Negeri di Afrika Utara itu mengalami musibah banjir bandang (10/9) yang bahkan hingga detik ini diperkirakan sudah ada 11300 korban tewas. Angka yang sangat besar, sementara di saat yang sama pula saudara-saudara kita di Maroko terkena gempa (8/9) yang hingga kini telah tercatat 2900 nyawa wafat
Semoga Allah merahmati mereka yang telah meninggal dunia, Allah beri pula kesabaran pada keluarga yang ditinggalkan. Kedua musibah ini terjadi hampir bersamaan di kawasan Afrika Utara, dimana Islam menjadi agama mayoritas penduduknya, tentu membuat kita mesti memasang mata dan membuka hati untuk turut mendoakannya. Bukankah dalam setiap tahiyyat kita berdoa, "assalamu alaina wa ala ibadillahis shalihin"?
Pertama kali aku mengenal Libya, adalah ketika aku menonton sebuah film gubahan Moustapha Akkad berjudul "Lion of The Desert" yang mengisahkan perjuangan pahlawan Libya dan sekaligus seorang mujahid, Omar Mukhtar. Beliau dan rekan seperjuangannya menghalau dominasi Fasis Italia yang tercatat telah membunuh 80-100 ribu Umat Islam, menempatkan ratusan ribu wanita dan anak-anak Libya di kamp konsentrasi.
Kepahlawanan Omar Mukhtar dalam beberapa riwayat membuat Benito Mussolini —Diktator Italia saat itu— berang. Bagaimana mungkin seorang guru ngaji yang sudah tua mampu menyatukan banyak kabilah Libya dan bahkan bisa mengalahkan tank-tank Italia yang kala itu menjadi peserta blok sentral perang dunia 2? Itulah mengapa nama Omar Mukhtar menjadi yang "most wanted" dalam catatan buronan Fasis Italia.
Pada 16 September 1931, Omar Mukhtar dieksekusi mati oleh Italia. Mereka merasa telah memadamkan api perjuangan, namun ternyata Libya tetap bangkit bahkan meledak semangatnya demi mengusir penjajah. Kata-kata Omar Mukhtar begitu nyaring diingat dalam jiwa setiap anak-anak muda Libya, "Demi Allah kita tidak akan menyerah! Kita menang atau syahid di jalan Allah!"
Banjir di Libya dan gempa di Maroko banyak memenuhi timeline media sosial Twitter, banyak sekali ulama Timur Tengah yang membahasnya dan mengajak Kaum muslimin untuk peduli pada saudara-saudaranya. Salah satunya Syaikh Nabil Al Ewadhy yang mencantumkan sebuah video tentang dokter yang melihat sendiri banyaknya mayat bergelimpangan di jalanan. "Innalilahi wa innaa ilaihi Raji'un..."
Di video ini, aku menangis melihat seorang lelaki berkata pada masyarakat Libya yang ditinggal wafat keluarganya, "Nabi Muhammad ﷺ, ciptaan Allah yang paling mulia saja pada akhirnya wafat, maka apakah kita lebih mulia dari Rasulullah?! Allah telah menetapkan bahwa segala sesuatu itu fana. Semua yang ada di bumi itu akan binasa..."
Kita doakan saudara-saudara kita di Libya dan Maroko, juga seluruh Umat Islam di seluruh dunia diberikan kekuatan, ketabahan, kesabaran melewati musibah demi musibah yang terjadi. Anak cucu Omar Mukhtar semoga teguh dan kembali mengingat bahwa segala suatu yang terjadi pasti atas izin Allah. Dan Allah tidak tidur dan tidak pula lupa.
Kita pun mendoakan saudara-saudara kita di Pulau Rempang mendapatkan keadilan, dikuatkan dan diteguhkan. Kabar berita yang kita dengar banyak berisi duka, maka jangan sampai kita hanya melihatnya sebagai peristiwa semata. Ia adalah sinyal dari Allah agar kita peduli dan memberi ruang terbaik untuk mereka dalam doa-doa kita.
Qadisiyah, Ketika Negara Adidaya Tertunduk di Hadapan Mujahid
#TodayinHistory Pada tanggal 16 November tahun 636 Masehi, meletuslah sebuah peristiwa besar yang akan mengakhiri kezaliman pemerintahan Sasanid Persia selama-lamanya. Peristiwa itu dinilai oleh para Sejarawan sebagai salah satu pertempuran paling menentukan dalam sejarah manusia.
Apa itu?
Namanya pertempuran Qadisiyah. Imam Ath Thabari dalam buku sejarahnya mengungkapkan bahwa jumlah kaum muslimin hanya 30 ribu mujahid, melawan 200 ribu tentara Persia yang katanya memang salah satu tentara profesional di dunia saat itu. Buktinya, Persia berkali-kali pernah mengalahkan tentara Romawi. Namun di hari-hari Qadisiyah, kehebatan mereka melempem.
Kenapa pertempuran itu terjadi?
Ini adalah bagian dari rentetan program penyebaran dakwah Islam di era Khulafaur Rasyidin, dimulai sejak Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq dan menuai banyak keberhasilan di era Kekhalifahan Umar bin Khattab. Nah, pertempuran ini adalah salah satu momentum dimana Kaum Muslimin ingin mengibarkan dakwah Islam di Persia, tapi pemerintah Persia malah menistakan dakwah.
Bahkan dalam sejarahnya, Rasulullah pernah mengutus utusan untuk menyampaikan ajakan masuk Islam pada Raja Persia yang digelari dengan "Kisra", namun bukannya menyambut utusan dengan hangat, surat itu malah dirobeknya. Rasulullah ﷺ akhirnya bersabda, "Allah akan merobek-robek kerajaan Kisra."
Hadits itu disampaikan Rasulullah di Madinah bertahun-tahun sebelum beliau wafat. Dan benar, Mahabenar Allah dan benarlah ucapan Rasulullah. Tak ada yang menyangka bangsa Arab bisa datang ke Persia sebagai pembebas. Bahkan ada sekitar 100 veteran Badar yang mengikuti Pertempuran Qadisiyah.
Di Madinah, Umar berdoa terus menerus demi kemenangan Kaum Muslimin. Setiap hari beliau berjalan menuju gerbang Madinah, menanti apakah ada utusan yang memberikan kabar keadaan Kaum Muslimin di Qadisiyah.
Siapa pemimpin Kaum Muslimin?
.
Tidak tanggung-tanggung, Sahabat Sa'ad bin Abi Waqqash! Beliau bukan sahabat biasa. Beliau adalah pemanah pertama dalam Islam. Orang yang melindungi Rasulullah di menit-menit berdarah serangan Quraisy di Uhud. Beliau pulalah yang disabdakan Rasulullah sebagai sahabat yang doanya selalu terkabul.
Bayangkan betapa hebatnya Qadisiyah ini. Karena ia sangat menentukan masa depan dakwah Islam. Karena memang perjuangannya besar: 3 hari pertempuran ini terus berjalan sampai akhirnya Allah memberikan kemenangan bagi Kaum Muslimin. Padahal panglima Persia, Rustum Farakhzad, adalah panglima besar yang terkenal dengan kejeniusannya di medan tempur.
.
Alhamdulillaah. Kemenangan datang dari Allah bukan dari jumlah. Datang dari iman bukan dari semata-mata taktik. Itulah salah satu hikmah Qadisiyah yang melegenda. Seorang muslim harus berikhtiar maksimal, namun iringi dengan tawakal. Itulah pula yang saat ini kita lihat di G4z4, ketika pejuang menggambarkan ketegaran dan keimanan menghadapi pasukan yang katanya "tak terkalahkan" itu.
Para pejuang di Palestina pasti sangat memahami sejarah ini. Ketika mereka menembak, mereka mengingat kejituan panah Sa'ad bin Abi Waqqash. Ketika mereka menerjang, mereka terinspirasi dengan kehebatan Khalid bin Walid. Ketika mereka bertakbir, takbirnya adalah takbirnya Zubair saat menghadapi musuh.
Kapan-kapan akan ku tunjukkan bagaimana pemahaman pejuang pada sejarah Islam. Penasaran?
.
Referensi :
1. Tarikh Ath Thabari, Imam Ibnu Jarir Ath Thabari
2. Ayyamun Laa Tunsa, Tamir Badr
#TodayinHistory Pada tanggal 16 November tahun 636 Masehi, meletuslah sebuah peristiwa besar yang akan mengakhiri kezaliman pemerintahan Sasanid Persia selama-lamanya. Peristiwa itu dinilai oleh para Sejarawan sebagai salah satu pertempuran paling menentukan dalam sejarah manusia.
Apa itu?
Namanya pertempuran Qadisiyah. Imam Ath Thabari dalam buku sejarahnya mengungkapkan bahwa jumlah kaum muslimin hanya 30 ribu mujahid, melawan 200 ribu tentara Persia yang katanya memang salah satu tentara profesional di dunia saat itu. Buktinya, Persia berkali-kali pernah mengalahkan tentara Romawi. Namun di hari-hari Qadisiyah, kehebatan mereka melempem.
Kenapa pertempuran itu terjadi?
Ini adalah bagian dari rentetan program penyebaran dakwah Islam di era Khulafaur Rasyidin, dimulai sejak Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq dan menuai banyak keberhasilan di era Kekhalifahan Umar bin Khattab. Nah, pertempuran ini adalah salah satu momentum dimana Kaum Muslimin ingin mengibarkan dakwah Islam di Persia, tapi pemerintah Persia malah menistakan dakwah.
Bahkan dalam sejarahnya, Rasulullah pernah mengutus utusan untuk menyampaikan ajakan masuk Islam pada Raja Persia yang digelari dengan "Kisra", namun bukannya menyambut utusan dengan hangat, surat itu malah dirobeknya. Rasulullah ﷺ akhirnya bersabda, "Allah akan merobek-robek kerajaan Kisra."
Hadits itu disampaikan Rasulullah di Madinah bertahun-tahun sebelum beliau wafat. Dan benar, Mahabenar Allah dan benarlah ucapan Rasulullah. Tak ada yang menyangka bangsa Arab bisa datang ke Persia sebagai pembebas. Bahkan ada sekitar 100 veteran Badar yang mengikuti Pertempuran Qadisiyah.
Di Madinah, Umar berdoa terus menerus demi kemenangan Kaum Muslimin. Setiap hari beliau berjalan menuju gerbang Madinah, menanti apakah ada utusan yang memberikan kabar keadaan Kaum Muslimin di Qadisiyah.
Siapa pemimpin Kaum Muslimin?
.
Tidak tanggung-tanggung, Sahabat Sa'ad bin Abi Waqqash! Beliau bukan sahabat biasa. Beliau adalah pemanah pertama dalam Islam. Orang yang melindungi Rasulullah di menit-menit berdarah serangan Quraisy di Uhud. Beliau pulalah yang disabdakan Rasulullah sebagai sahabat yang doanya selalu terkabul.
Bayangkan betapa hebatnya Qadisiyah ini. Karena ia sangat menentukan masa depan dakwah Islam. Karena memang perjuangannya besar: 3 hari pertempuran ini terus berjalan sampai akhirnya Allah memberikan kemenangan bagi Kaum Muslimin. Padahal panglima Persia, Rustum Farakhzad, adalah panglima besar yang terkenal dengan kejeniusannya di medan tempur.
.
Alhamdulillaah. Kemenangan datang dari Allah bukan dari jumlah. Datang dari iman bukan dari semata-mata taktik. Itulah salah satu hikmah Qadisiyah yang melegenda. Seorang muslim harus berikhtiar maksimal, namun iringi dengan tawakal. Itulah pula yang saat ini kita lihat di G4z4, ketika pejuang menggambarkan ketegaran dan keimanan menghadapi pasukan yang katanya "tak terkalahkan" itu.
Para pejuang di Palestina pasti sangat memahami sejarah ini. Ketika mereka menembak, mereka mengingat kejituan panah Sa'ad bin Abi Waqqash. Ketika mereka menerjang, mereka terinspirasi dengan kehebatan Khalid bin Walid. Ketika mereka bertakbir, takbirnya adalah takbirnya Zubair saat menghadapi musuh.
Kapan-kapan akan ku tunjukkan bagaimana pemahaman pejuang pada sejarah Islam. Penasaran?
.
Referensi :
1. Tarikh Ath Thabari, Imam Ibnu Jarir Ath Thabari
2. Ayyamun Laa Tunsa, Tamir Badr
Sejarah yang Hilang; Kemenangan di Djerba 1560
Gen Saladin | @gen.saladin | t.me/gensaladin
#TodayinHistory Lagi-lagi, ada sejarah yang hilang dari bacaan kita. Sebenarnya ia ada di berbagai literatur sejarah Eropa dan Turki. Mereka mengakui kehebatan angkatan laut Kekhalifahan Utsmaniyah. Tapi tak ada yang mau mengangkatnya jadi memoar yang dikenang. Kenapa? Karena mereka takut akan membangunkan "singa yang tertidur."
Di era Abad 16, Kaum Muslimin benar-benar memiliki izzah gagah perkasa di darat dan lautan. Secara detail, banyak sekali ahli-ahli perang Eropa yang mempelajari sejarah Utsmaniyah dan menemukan fakta bahwa kemenangan muslimin di era ini sangatlah spektakuler. Di antaranya John Hattendorf dan Ernest King dalam buku "Naval Strategy and Power in the Mediterranean: Past, Present and Future."
Ada tiga pertempuran laut paling penting sepanjang sejarah manusia terjadi di Abad 16, yaitu Pertempuran Preveza (1538, dimenangkan Kaum Muslimin) Pertempuran Djerba (14 Mei 1560, dimenangkan Kaum Muslimin) dan Pertempuran Lepanto (1571, dimenangkan koalisi seluruh Eropa). Kali ini kita akan membahas secara umum kemenangan kita di tanggal 18 Sya'ban 967 H/14 Mei 1560, yang berlatar di Djerba, Tunisia.
Pertempuran Djerba terjadi antara 86 kapal Galley Kekhalifahan Utsmaniyah dan gabungan pasukan 6 negara Eropa berjumlah 200 kapal tempur. Peristiwa besar ini terjadi karena semua raja-raja Eropa gerah dengan pencapaian Kaum Muslimin yang setiap hari meluaskan ekspansi dakwahnya di banyak pulau-pulau baru seperti kepulauan Balearic di timur Spanyol. Di bawah komando Raja Phillip II, ia ingin merebut pengaruh Kaum Muslimin di Laut Mediterania.
Untuk itulah mereka meminta Paus Paul IV mengumumkan ke saentero Eropa untuk mengumpulkan sebanyak mungkin tentara guna menumpas kedigdayaan Angkatan Laut Kekhalifahan Utsmaniyah yang merajalela bahkan sampai pantai Spanyol. Berangkatlah 200 kapal dinahkodai oleh Giovanni Andrea Doria, Juan de la Cerda dan Don Alvaro de Sande.
Kaum Muslimin menyadari gerak gerik Eropa yang memberangkatkan 200 kapal tempur lengkap dengan persiapan matang. Tanpa banyak bicara, panglima maritim Kekhalifahan Utsmaniyah, Piyalet Pasha dan Turgut Reis menyiapkan 86 kapal untuk membendung serangan musuh. Bertemulah mereka di Djerba, salah satu pulau di timur Tunisia. Pertempuran pun meletus sejak 13-18 Sya'ban 967 H/9-14 Mei 1560.
.
Dua pertiga tentara koalisi Eropa tewas dalam pertempuran laut heroik tersebut, sementara dari sisi Kaum Muslimin, ada 1000 mujahid yang menyambut kesyahidan di permukaan laut Djerba.
.
Saking hebatnya efek dari peristiwa ini, kemenangan Kaum Muslimin di Djerba diberi tempat penting dalam "The Course of Fortune" oleh Tony Rothman (J. Boylston, 2015), sebuah novel yang berkaitan dengan peristiwa yang mengarah ke Pengepungan Besar Malta, 1565.
.
Referensi :
1. www.islamstory.com
2. Matthew Carr: Blood and Faith: The Purging of Muslim Spain, The New Press, 2009
3. Ernest J King Professor of Maritime History Chairman Maritime History Department and Director Naval War College Museum John B Hattendorf; John B. Hattendorf (5 November 2013). Naval Strategy and Power in the Mediterranean: Past, Present and Future. Routledge. p. 32. ISBN 978-1-136-71317-0
Gen Saladin | @gen.saladin | t.me/gensaladin
#TodayinHistory Lagi-lagi, ada sejarah yang hilang dari bacaan kita. Sebenarnya ia ada di berbagai literatur sejarah Eropa dan Turki. Mereka mengakui kehebatan angkatan laut Kekhalifahan Utsmaniyah. Tapi tak ada yang mau mengangkatnya jadi memoar yang dikenang. Kenapa? Karena mereka takut akan membangunkan "singa yang tertidur."
Di era Abad 16, Kaum Muslimin benar-benar memiliki izzah gagah perkasa di darat dan lautan. Secara detail, banyak sekali ahli-ahli perang Eropa yang mempelajari sejarah Utsmaniyah dan menemukan fakta bahwa kemenangan muslimin di era ini sangatlah spektakuler. Di antaranya John Hattendorf dan Ernest King dalam buku "Naval Strategy and Power in the Mediterranean: Past, Present and Future."
Ada tiga pertempuran laut paling penting sepanjang sejarah manusia terjadi di Abad 16, yaitu Pertempuran Preveza (1538, dimenangkan Kaum Muslimin) Pertempuran Djerba (14 Mei 1560, dimenangkan Kaum Muslimin) dan Pertempuran Lepanto (1571, dimenangkan koalisi seluruh Eropa). Kali ini kita akan membahas secara umum kemenangan kita di tanggal 18 Sya'ban 967 H/14 Mei 1560, yang berlatar di Djerba, Tunisia.
Pertempuran Djerba terjadi antara 86 kapal Galley Kekhalifahan Utsmaniyah dan gabungan pasukan 6 negara Eropa berjumlah 200 kapal tempur. Peristiwa besar ini terjadi karena semua raja-raja Eropa gerah dengan pencapaian Kaum Muslimin yang setiap hari meluaskan ekspansi dakwahnya di banyak pulau-pulau baru seperti kepulauan Balearic di timur Spanyol. Di bawah komando Raja Phillip II, ia ingin merebut pengaruh Kaum Muslimin di Laut Mediterania.
Untuk itulah mereka meminta Paus Paul IV mengumumkan ke saentero Eropa untuk mengumpulkan sebanyak mungkin tentara guna menumpas kedigdayaan Angkatan Laut Kekhalifahan Utsmaniyah yang merajalela bahkan sampai pantai Spanyol. Berangkatlah 200 kapal dinahkodai oleh Giovanni Andrea Doria, Juan de la Cerda dan Don Alvaro de Sande.
Kaum Muslimin menyadari gerak gerik Eropa yang memberangkatkan 200 kapal tempur lengkap dengan persiapan matang. Tanpa banyak bicara, panglima maritim Kekhalifahan Utsmaniyah, Piyalet Pasha dan Turgut Reis menyiapkan 86 kapal untuk membendung serangan musuh. Bertemulah mereka di Djerba, salah satu pulau di timur Tunisia. Pertempuran pun meletus sejak 13-18 Sya'ban 967 H/9-14 Mei 1560.
.
Dua pertiga tentara koalisi Eropa tewas dalam pertempuran laut heroik tersebut, sementara dari sisi Kaum Muslimin, ada 1000 mujahid yang menyambut kesyahidan di permukaan laut Djerba.
.
Saking hebatnya efek dari peristiwa ini, kemenangan Kaum Muslimin di Djerba diberi tempat penting dalam "The Course of Fortune" oleh Tony Rothman (J. Boylston, 2015), sebuah novel yang berkaitan dengan peristiwa yang mengarah ke Pengepungan Besar Malta, 1565.
.
Referensi :
1. www.islamstory.com
2. Matthew Carr: Blood and Faith: The Purging of Muslim Spain, The New Press, 2009
3. Ernest J King Professor of Maritime History Chairman Maritime History Department and Director Naval War College Museum John B Hattendorf; John B. Hattendorf (5 November 2013). Naval Strategy and Power in the Mediterranean: Past, Present and Future. Routledge. p. 32. ISBN 978-1-136-71317-0
Telegram
Gen Saladin Channel
Media Dakwah Berbasis Sejarah dan Kepalestinaan • "Learn History, Repeat Victory" • gensaberilmu.com • Free to share 😃
4 Maret 1193; Wafatnya Shalahuddin, Sang Pembebas Al Aqsha
#TodayInHistory Kalau diukur, sebenarnya usia Umat Rasulullah ﷺ itu pendek sekali dibandingkan usia umat-umat sebelumnya. Nabi Nuh saja berdakwah sampai 950 tahun, Bani Israil banyak yang dikaruniai umur sampai 3 abad. Sedangkan umat Rasulullah ﷺ berkisar dari 60-70 tahun rata-rata.
Namun, di usia yang pendek itu, ada banyak umat Rasulullah ﷺ yang mencurahkan waktu terbaiknya demi Islam. Ada yang usianya ia wakafkan di atas kuda dari Sungai Nil ke Sungai Eufrat untuk memastikan negeri muslimin aman. Ada yang kehilangan senyumnya ketika Al Aqsha terjajah 88 tahun lamanya.
Salah seorang pahlawan yang namanya abadi dalam hati kita, dalam buku-buku sejarah dunia dan terukir megah di alam malaikat, namanya Shalahuddin Al Ayyubi. Nama itu, membuat kita bergetar ketika mendengarnya.
Dan nama itulah yang menginspirasi nama akun ini, Gen Saladin; Generasi Shalahuddin. Nama seorang lelaki yang tak hanya menyatukan Kaum Muslimin setelah terpecah belah, namun juga memberi hadiah terbesar dengan bebasnya Masjid Al Aqsha.
Hati yang bening, yang membuat Shalahuddin Al Ayyubi tak sampai hati menyunggingkan senyumnya ketika melihat kaum Muslimin di Palestina hidup terzalimi. "Bagaimana mungkin aku tersenyum, padahal Baitul Maqdis terjajah!"
Lahir pada 1137 Masehi dan wafat pada 4 Maret 1193, bertepatan dengan 27 Shafar 589 Hijriah. Wafatnya Shalahuddin dideskripsikan oleh banyak sekali Ulama dan sejarawan sebagai hari yang sangat sendu dan setiap jiwa merasakan mendung yang gelap. Kepergian sang pahlawan begitu mengangetkan banyak rakyat yang sangat mencintainya.
Seorang Ulama dan juga sejarawan, Ibnu Syaddad menuturkan, "wafatnya Shalahuddin adalah salah satu bencana terbesar yang menimpa Kaum Muslimin sejak hancurnya Khulafaur Rasyidin."
Kini Shalahuddin memang sudah pergi, namun sejarah akan mencatat lahirnya generasi baru zaman ini yang memecah kesunyian itu. Ya, Generasi Shalahuddin, kau dan aku. Semoga...
Beliau melanjutkan dalam buku Biografi Shalahuddin yang ia tulis, "Seringkali aku mendengar pepatah yang mengatakan 'ku harap aku dapat mati menggantikan dirinya' aku kira itu hanya perumpamaan, namun aku mengerti arti kalimat itu ketika Shalahuddin wafat. Ku harap aku dapat menggantikan Shalahuddin!"
References :
1. بهاء الدين بن شداد (2002). النوادر السلطانية
2. ابن الأثير (2008). الكامل في التاريخ. دار التوفيقية للطباعة
3. ابن كثير. البداية والنهاية
#TodayInHistory Kalau diukur, sebenarnya usia Umat Rasulullah ﷺ itu pendek sekali dibandingkan usia umat-umat sebelumnya. Nabi Nuh saja berdakwah sampai 950 tahun, Bani Israil banyak yang dikaruniai umur sampai 3 abad. Sedangkan umat Rasulullah ﷺ berkisar dari 60-70 tahun rata-rata.
Namun, di usia yang pendek itu, ada banyak umat Rasulullah ﷺ yang mencurahkan waktu terbaiknya demi Islam. Ada yang usianya ia wakafkan di atas kuda dari Sungai Nil ke Sungai Eufrat untuk memastikan negeri muslimin aman. Ada yang kehilangan senyumnya ketika Al Aqsha terjajah 88 tahun lamanya.
Salah seorang pahlawan yang namanya abadi dalam hati kita, dalam buku-buku sejarah dunia dan terukir megah di alam malaikat, namanya Shalahuddin Al Ayyubi. Nama itu, membuat kita bergetar ketika mendengarnya.
Dan nama itulah yang menginspirasi nama akun ini, Gen Saladin; Generasi Shalahuddin. Nama seorang lelaki yang tak hanya menyatukan Kaum Muslimin setelah terpecah belah, namun juga memberi hadiah terbesar dengan bebasnya Masjid Al Aqsha.
Hati yang bening, yang membuat Shalahuddin Al Ayyubi tak sampai hati menyunggingkan senyumnya ketika melihat kaum Muslimin di Palestina hidup terzalimi. "Bagaimana mungkin aku tersenyum, padahal Baitul Maqdis terjajah!"
Lahir pada 1137 Masehi dan wafat pada 4 Maret 1193, bertepatan dengan 27 Shafar 589 Hijriah. Wafatnya Shalahuddin dideskripsikan oleh banyak sekali Ulama dan sejarawan sebagai hari yang sangat sendu dan setiap jiwa merasakan mendung yang gelap. Kepergian sang pahlawan begitu mengangetkan banyak rakyat yang sangat mencintainya.
Seorang Ulama dan juga sejarawan, Ibnu Syaddad menuturkan, "wafatnya Shalahuddin adalah salah satu bencana terbesar yang menimpa Kaum Muslimin sejak hancurnya Khulafaur Rasyidin."
Kini Shalahuddin memang sudah pergi, namun sejarah akan mencatat lahirnya generasi baru zaman ini yang memecah kesunyian itu. Ya, Generasi Shalahuddin, kau dan aku. Semoga...
Beliau melanjutkan dalam buku Biografi Shalahuddin yang ia tulis, "Seringkali aku mendengar pepatah yang mengatakan 'ku harap aku dapat mati menggantikan dirinya' aku kira itu hanya perumpamaan, namun aku mengerti arti kalimat itu ketika Shalahuddin wafat. Ku harap aku dapat menggantikan Shalahuddin!"
References :
1. بهاء الدين بن شداد (2002). النوادر السلطانية
2. ابن الأثير (2008). الكامل في التاريخ. دار التوفيقية للطباعة
3. ابن كثير. البداية والنهاية
Pembebasan Kota Makkah!
Gen Saladin | @gen.saladin | t.me/gensaladin
#TodayinHistory Pada 20 Ramadhan ini, kita sama-sama mentadabburi sebuah momen yang dijadikan model utama bagaimana Kaum Muslimin membebaskan dan memberdayakan, bukan menyakiti dan membalas dendam. Rasulullah ﷺ datang dengan kasih sayang, belas kasih dan sama sekali tak membawa kezaliman ketika beliau membebaskan tanah airnya, kotanya. Dan hebatnya, beliau memaafkan mereka yang dulu menyakitinya.
Bagaimana Fathu Makkah bermula?
Pada tahun 6 Hijriah bertepatan dengan 628 Masehi, Kaum Musyrikin Quraish dan Kaum Muslimin menandatangani gencatan senjata 10 tahun yang disebut Perjanjian Hudaybiyyah. Perjanjian ini disepakati oleh pihak Quraisy yang diwakili Suhail bin Amr, dan oleh Nabi Muhammad yang disekretarisi oleh Ali bin Abi Thalib.
Perjanjian ini awalnya terkesan menyudutkan Kaum Muslimin. Orang yang mau hijrah dari Makkah ke Madinah harus dikembalikan ke Makkah, sementara orang yang mau ke Makkah dari Madinah harus ditahan di Makkah dan tak boleh kembali ke Madinah. Ketidakadilan ini membuat Umar sempat protes, namun Rasulullah menenangkannya.
Kesepakatan ini membuat Kaum Muslimin bisa fokus menebar dakwah Islam secara luas ke seluruh kabilah Arabia. Dalam waktu yang singkat, Rasulullah ﷺ berhasil menyatukan sebagian besar Jazirah Arab dalam naungan Islam, sesuatu yang tidak diperkirakan oleh Musyrikin Quraisy. Abu Sufyan yang saat itu menjadi pemimpin Quraisy mulai berkeringat dingin. Ternyata kesepakatan Hudaibiyah itu malah berbalik menguntungkan Kaum Muslimin.
Parahnya lagi buat Quraisy, gencatan senjata ini menjadi hangus ketika Banu Bakr, sekutu kaum Quraisy, menyerang Banu Khuza'ah, yang baru-baru saja menjadi sekutu kaum Muslimin. Penyerangan Banu Bakr menjadi kesalahan Quraisy yang memicu hancurnya perjanjian Hudaibiyah di saat-saat yang sangat tidak menguntungkan bagi mereka, dan sangat menguntungkan bagi Kaum Muslimin.
Segera, Banu Khuza'ah segera mengirim delegasi ke Madinah untuk memberi tahu Nabi Muhammad tentang pelanggaran gencatan senjata ini. Mereka mencari bantuan dari umat Islam Madinah sebagai koalisi mereka. Di situlah momen bermula.
.
Setelah insiden itu, Musyrikin Quraisy kelabakan. Bahkan Abu Sufyan datang sendiri ke Madinah untuk bertemu Baginda Nabi Muhammad, mengajukan permohonan untuk mempertahankan perjanjian dengan Kaum Muslimin dan menawarkan kompensasi harta. Namun terlambat, Pasukan Muslimin telah berkumpul dalam kekuatan sangat besar untuk membela Banu Khuza'ah yang diserang oleh Banu Bakr. Walaupun saat itu mereka belum tahu, akan dibawa kemana ribuan tentara muslim itu oleh Rasulullah.
.
Kaum Muslimin Menuju Makkah
.
Rasulullah ﷺ dan 10 ribu sahabatnya berangkat ke Makkah pada 6 Ramadhan, 8 Hijriah, ada yang mengatakan 10 Ramadhan. Relawan dan bantaun dari suku-suku koalisi Kaum Muslimin bergabung dengan Rasulullah dalam perjalanan sehingga membesar ukurannya menjadi sekitar 10.000 pasukan.
.
Tahukah kamu? Faktanya, ini adalah kekuatan Muslim terbesar yang pernah dikumpulkan pada saat itu. Rasulullah memerintahkan Kaum Muslimin berkemah di Marruz Zahran, yang terletak sepuluh mil di barat laut Makkah. Rasulullah ﷺ memerintahkan setiap orang untuk menyalakan api besar-besar untuk membuat orang Makkah melebih-lebihkan ukuran pasukan. Sebuah strategi jitu untuk mengendalikan persepsi Musyrikin Quraisy bahwa mereka telah dikepung.
.
Sementara itu, Abu Sufyan bin Harb melakukan perjalanan bolak-balik antara melobi Rasulullah dan ke Makkah, ia masih berusaha mencapai penyelesaian untuk menghindari tertaklukkannya Makkah. Dan pada akhirnya, Abu Sufyan menyatakan keislamannya pada Rasulullah ﷺ meskipun saat itu karena dalam keadaan kalah dan terpaksa. Namun begitu, di kemudian hari, Abu Sufyan menjadi pahlawan besar dalam sejarah Islam. masyaAllah.
Gen Saladin | @gen.saladin | t.me/gensaladin
#TodayinHistory Pada 20 Ramadhan ini, kita sama-sama mentadabburi sebuah momen yang dijadikan model utama bagaimana Kaum Muslimin membebaskan dan memberdayakan, bukan menyakiti dan membalas dendam. Rasulullah ﷺ datang dengan kasih sayang, belas kasih dan sama sekali tak membawa kezaliman ketika beliau membebaskan tanah airnya, kotanya. Dan hebatnya, beliau memaafkan mereka yang dulu menyakitinya.
Bagaimana Fathu Makkah bermula?
Pada tahun 6 Hijriah bertepatan dengan 628 Masehi, Kaum Musyrikin Quraish dan Kaum Muslimin menandatangani gencatan senjata 10 tahun yang disebut Perjanjian Hudaybiyyah. Perjanjian ini disepakati oleh pihak Quraisy yang diwakili Suhail bin Amr, dan oleh Nabi Muhammad yang disekretarisi oleh Ali bin Abi Thalib.
Perjanjian ini awalnya terkesan menyudutkan Kaum Muslimin. Orang yang mau hijrah dari Makkah ke Madinah harus dikembalikan ke Makkah, sementara orang yang mau ke Makkah dari Madinah harus ditahan di Makkah dan tak boleh kembali ke Madinah. Ketidakadilan ini membuat Umar sempat protes, namun Rasulullah menenangkannya.
Kesepakatan ini membuat Kaum Muslimin bisa fokus menebar dakwah Islam secara luas ke seluruh kabilah Arabia. Dalam waktu yang singkat, Rasulullah ﷺ berhasil menyatukan sebagian besar Jazirah Arab dalam naungan Islam, sesuatu yang tidak diperkirakan oleh Musyrikin Quraisy. Abu Sufyan yang saat itu menjadi pemimpin Quraisy mulai berkeringat dingin. Ternyata kesepakatan Hudaibiyah itu malah berbalik menguntungkan Kaum Muslimin.
Parahnya lagi buat Quraisy, gencatan senjata ini menjadi hangus ketika Banu Bakr, sekutu kaum Quraisy, menyerang Banu Khuza'ah, yang baru-baru saja menjadi sekutu kaum Muslimin. Penyerangan Banu Bakr menjadi kesalahan Quraisy yang memicu hancurnya perjanjian Hudaibiyah di saat-saat yang sangat tidak menguntungkan bagi mereka, dan sangat menguntungkan bagi Kaum Muslimin.
Segera, Banu Khuza'ah segera mengirim delegasi ke Madinah untuk memberi tahu Nabi Muhammad tentang pelanggaran gencatan senjata ini. Mereka mencari bantuan dari umat Islam Madinah sebagai koalisi mereka. Di situlah momen bermula.
.
Setelah insiden itu, Musyrikin Quraisy kelabakan. Bahkan Abu Sufyan datang sendiri ke Madinah untuk bertemu Baginda Nabi Muhammad, mengajukan permohonan untuk mempertahankan perjanjian dengan Kaum Muslimin dan menawarkan kompensasi harta. Namun terlambat, Pasukan Muslimin telah berkumpul dalam kekuatan sangat besar untuk membela Banu Khuza'ah yang diserang oleh Banu Bakr. Walaupun saat itu mereka belum tahu, akan dibawa kemana ribuan tentara muslim itu oleh Rasulullah.
.
Kaum Muslimin Menuju Makkah
.
Rasulullah ﷺ dan 10 ribu sahabatnya berangkat ke Makkah pada 6 Ramadhan, 8 Hijriah, ada yang mengatakan 10 Ramadhan. Relawan dan bantaun dari suku-suku koalisi Kaum Muslimin bergabung dengan Rasulullah dalam perjalanan sehingga membesar ukurannya menjadi sekitar 10.000 pasukan.
.
Tahukah kamu? Faktanya, ini adalah kekuatan Muslim terbesar yang pernah dikumpulkan pada saat itu. Rasulullah memerintahkan Kaum Muslimin berkemah di Marruz Zahran, yang terletak sepuluh mil di barat laut Makkah. Rasulullah ﷺ memerintahkan setiap orang untuk menyalakan api besar-besar untuk membuat orang Makkah melebih-lebihkan ukuran pasukan. Sebuah strategi jitu untuk mengendalikan persepsi Musyrikin Quraisy bahwa mereka telah dikepung.
.
Sementara itu, Abu Sufyan bin Harb melakukan perjalanan bolak-balik antara melobi Rasulullah dan ke Makkah, ia masih berusaha mencapai penyelesaian untuk menghindari tertaklukkannya Makkah. Dan pada akhirnya, Abu Sufyan menyatakan keislamannya pada Rasulullah ﷺ meskipun saat itu karena dalam keadaan kalah dan terpaksa. Namun begitu, di kemudian hari, Abu Sufyan menjadi pahlawan besar dalam sejarah Islam. masyaAllah.
Telegram
Gen Saladin Channel
Media Dakwah Berbasis Sejarah dan Kepalestinaan • "Learn History, Repeat Victory" • gensaberilmu.com • Free to share 😃
28 Ramadhan 92 H; Kemenangan Pertama Muslimin di Guadalate
#TodayinHistory Datangnya Kaum Muslimin ke Andalusia merupakan satu momentum penting datangnya cahaya bagi Eropa. Banyak pemikir Eropa yang adil dalam menyatakan bagaimana proses masuknya dakwah Islam ke bumi Semenanjung Iberia ini. Salah satunya Vicente Blasco Ibáñez, jurnalis Spanyol yang mengatakan bahwa warga Andalusia menyambut kedatangan Thariq bin Ziyad dengan tangan hangat.
Salah satu jembatan eksisnya dakwah Islam ke Andalusia adalah peristiwa Pertempuran Guadalete yang dalam Bahasa Arab disebut sebagai Wâdî Lukkah, dimana 12 ribu mujahid Kekhalifahan Umayyah yang sebagian besarnya berasal dari warga Afrika asli berhadapan dengan 100 ribu tentara Visigoth Yang dipimpin oleh Roderick.
Seberapa penting dampak peristiwa ini?
Pertempuran itu penting sebagai puncak dari serangkaian ekspedisi mujahid di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan awal Kepemimpinan Umayyah atas kawasan Eropa Barat Daya. Dalam pertempuran, Roderic kehilangan nyawanya, bersama dengan banyak bangsawan Visigothic, yang kemudian membuka jalan untuk memudahkan Umat Islam membebaskan ibukota Visigoth di Toledo.
Dua kekuatan ini bertemu pada 19 Juli 711 bertepatan dengan 28 Ramadhan 92 Hijriah. Semua pasukan Visigoth pada dasarnya meremehkan pasukan Muslimin, selain karena jumlah muslim lebih kecil, mereka juga bukan orang asli Spanyol, pasti akan kesusahan dalam memenangkan perang.
Tapi, nyatanya pertempuran ini berlangsung selama beberapa hari lamanya, ada yang mengatakan 8 hari penuh. Dengan terbunuhnya Roderick, kekuatan Visigoth runtuh dan berpecah belah. Hal ini merupakan bagian dari takdir yang Allah tetapkan untuk kemudian menjadikan dakwah Islam berkibar 781 tahun lamanya di bagian penting Eropa.
Tamir Badr dalam bukunya, Ayyamun Laa Tunsa mencatat beberapa hasil penting setelah kemenangan Muslimin di Guadalete
1. Masyarakat yang sebelumnya merasakan pajak terlalu tinggi dari pemerintahan Visigoth terbebas dari jeratan ekonomi yang sulit. Kezaliman dan kediktatoran Roderick usai, berganti dengan harapan yang digulirkan oleh Umat Islam.
2. Pasukan Thariq bin Ziyad ini mendapat ghanimah yang sangat besar, namun yang paling penting adalah kuda perang yang sangat banyak hingga membantu para Mujahid untuk lebih efisien dalam menyempurnakan futuhat Islam di Spanyol.
3. Berawal dari jumlah 12 ribu tentara, Kaum Muslimin melewati perang ini dengan sungguh-sungguh, sehingga Allah memenangkan mereka. Pertempuran ini berakhir dengan syahidnya 3000 mujahid. Semoga Allah memberkahi jasadnya, memuliakan mereka di surga tertinggi-Nya.
Hari kemenangan itu melahirkan sebuah peradaban yang bernama Andalusia. Sebuah nama penting yang erat kaitannya dengan lahirnya ilmuwan besar, panglima hebat, penulis-penulis masyhur dan peradaban yang besar. Jika Barat memiliki sejarah terpendam bernama Andalusia, maka Timur juga memiliki jejak sejarah yang mirip dengannya: Asia Tengah yang istimewa.
Sama-sama terpendam. Sama-sama pernah berjaya. Dan, sama-sama akan singkap lagi agar kita bisa mentadabburinya.
Referensi :
1. Ayyamun Laa Tunsa, Tamir Badr
2. Islamstory.com
#TodayinHistory Datangnya Kaum Muslimin ke Andalusia merupakan satu momentum penting datangnya cahaya bagi Eropa. Banyak pemikir Eropa yang adil dalam menyatakan bagaimana proses masuknya dakwah Islam ke bumi Semenanjung Iberia ini. Salah satunya Vicente Blasco Ibáñez, jurnalis Spanyol yang mengatakan bahwa warga Andalusia menyambut kedatangan Thariq bin Ziyad dengan tangan hangat.
Salah satu jembatan eksisnya dakwah Islam ke Andalusia adalah peristiwa Pertempuran Guadalete yang dalam Bahasa Arab disebut sebagai Wâdî Lukkah, dimana 12 ribu mujahid Kekhalifahan Umayyah yang sebagian besarnya berasal dari warga Afrika asli berhadapan dengan 100 ribu tentara Visigoth Yang dipimpin oleh Roderick.
Seberapa penting dampak peristiwa ini?
Pertempuran itu penting sebagai puncak dari serangkaian ekspedisi mujahid di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan awal Kepemimpinan Umayyah atas kawasan Eropa Barat Daya. Dalam pertempuran, Roderic kehilangan nyawanya, bersama dengan banyak bangsawan Visigothic, yang kemudian membuka jalan untuk memudahkan Umat Islam membebaskan ibukota Visigoth di Toledo.
Dua kekuatan ini bertemu pada 19 Juli 711 bertepatan dengan 28 Ramadhan 92 Hijriah. Semua pasukan Visigoth pada dasarnya meremehkan pasukan Muslimin, selain karena jumlah muslim lebih kecil, mereka juga bukan orang asli Spanyol, pasti akan kesusahan dalam memenangkan perang.
Tapi, nyatanya pertempuran ini berlangsung selama beberapa hari lamanya, ada yang mengatakan 8 hari penuh. Dengan terbunuhnya Roderick, kekuatan Visigoth runtuh dan berpecah belah. Hal ini merupakan bagian dari takdir yang Allah tetapkan untuk kemudian menjadikan dakwah Islam berkibar 781 tahun lamanya di bagian penting Eropa.
Tamir Badr dalam bukunya, Ayyamun Laa Tunsa mencatat beberapa hasil penting setelah kemenangan Muslimin di Guadalete
1. Masyarakat yang sebelumnya merasakan pajak terlalu tinggi dari pemerintahan Visigoth terbebas dari jeratan ekonomi yang sulit. Kezaliman dan kediktatoran Roderick usai, berganti dengan harapan yang digulirkan oleh Umat Islam.
2. Pasukan Thariq bin Ziyad ini mendapat ghanimah yang sangat besar, namun yang paling penting adalah kuda perang yang sangat banyak hingga membantu para Mujahid untuk lebih efisien dalam menyempurnakan futuhat Islam di Spanyol.
3. Berawal dari jumlah 12 ribu tentara, Kaum Muslimin melewati perang ini dengan sungguh-sungguh, sehingga Allah memenangkan mereka. Pertempuran ini berakhir dengan syahidnya 3000 mujahid. Semoga Allah memberkahi jasadnya, memuliakan mereka di surga tertinggi-Nya.
Hari kemenangan itu melahirkan sebuah peradaban yang bernama Andalusia. Sebuah nama penting yang erat kaitannya dengan lahirnya ilmuwan besar, panglima hebat, penulis-penulis masyhur dan peradaban yang besar. Jika Barat memiliki sejarah terpendam bernama Andalusia, maka Timur juga memiliki jejak sejarah yang mirip dengannya: Asia Tengah yang istimewa.
Sama-sama terpendam. Sama-sama pernah berjaya. Dan, sama-sama akan singkap lagi agar kita bisa mentadabburinya.
Referensi :
1. Ayyamun Laa Tunsa, Tamir Badr
2. Islamstory.com
Perang Pemikiran, Louis IX dan Alasan Kenapa Umat Hari Ini Diam Atas Palestina
#TodayinHistory 4 Dzulqa'dah 647 H (1248 Masehi) Raja Louis IX bersama 30 ribu tentaranya dari Prancis menyerang Mesir untuk meletuskan Perang Salib ketujuh dalam pertempuran Mansoura dan berakhir kalah. Kekalahannya dari mujahid Kesultanan Mamalik membuatnya berpikir untuk menyerang Kaum Muslimin dari medan pemikiran, bukan lagi medan militer.
Motivasi penggunaan "perang pemikiran" di zaman ini bermula dari kekalahan pahit yang dialami pasukan Salib dari perang pertama mereka dengan kaum Muslimin pada abad ke-5 dan ke-6 Hijriah, (11 dan 12 M), yang berakhir dengan kekalahan telak dan kegagalan dalam mencapai tujuan mencapai apa pun yang ingin dicapai."
Dari kitab : تحصين المجتمع المسلم ضد الغزو الفكري
Raja Prancis itu berangkat dari istananya dengan angkuh. Setiap jalan di Paris berhias pujian buatnya. Rakyat bersorak sorai menanti kabar baik dari ekspedisinya. Para uskup dan biarawanpun berbaris rapi melepas kepergiannya bersama pasukannya. Apalagi Paus Innocent IV, pemimpin kristen tertinggi di Eropa kala itu —yang menyuruhnya untuk memimpin pasukan gabungan seluruh Eropa untuk menyerang negeri Islam dan merebut Baitul Maqdis— berdiri di hadapannya dan menggelarinya sebagai kesatria suci yang dijamin surga.
Orang Eropa di Abad Pertengahan sampai zaman modern ini menamakan ekspedisi itu dengan; Perang Salib. Ya, perang salib yang ketujuh!
Ia dan tentaranya berangkat ke Mesir untuk melumpuhkan negeri Islam dan merebut kembali Kota Baitul Maqdis yang sebelumnya sudah dibebaskan oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah. Namun sedatangnya ia di Mesir, ternyata Kaum Muslimin sudah siap menyambutnya dengan semangat jihad membara.
Perang meletus di sebuah kota kecil bernama Al Manshurah di utara Mesir, antara 30 ribu pasukan nasrani gabungan banyak negeri Eropa melawan tentara muslim Mesir —4600 pasukan berkuda dan 6000 pasukan pejalan kaki— yang dipimpin oleh Panglima Fakhruddin Yusuf. Dan sebagaimana kamu tahu, jika Umat Islam masih berpegang teguh pada agamanya, sekecil apapun jumlahnya biasanya akan menang dengan iman dan keyakinan.
Sudah kalah, Louis IX ditangkap pula. Bahkan, beberapa kali ia mencoba lagi untuk bertempur melawan umat Islam, namun tetap saja ia dan pasukannya menderita kekalahan yang telak.
Hingga suatu hari ia mendapat ide, lalu mengumpulkan orang-orang pentingnya.
“Aku telah menemukan cara untuk menghancurkan Umat Islam”, ucap Louis IX penuh kedengkian pada menteri-menterinya, “kita tidak akan menang melawan mereka selama di hati mereka Islam masih hidup!”
“Kamu sekalian tidak akan mampu untuk mengalahkan orang-orang Islam di medan peperangan fisik”, kata Louis IX pada raja-raja Eropa, panglima militer dan menteri-menterinya, “pertama, kamu mesti merusak dulu keyakinan mereka. Lalu, barulah kamu sekalian bisa menaklukkan mereka dengan mudah!” (Waqi'una Al Muashir, M. Quthb)
Lebih jauh, dalam uraian seorang ulama, Louis IX menyimpulkan bahwa siapapun yang menghadapi Umat Islam, maka mereka mesti menempuh jalan lain, yaitu jalan pemikiran dengan menebarkan keragu-raguan dan opini yang sesat di tengah Umat Islam.
Sejak saat itulah, mereka yang tidak ingin umat ini bangkit, mengenal sebuah taktik melawan umat Islam yang ternyata penuh keteguhan di medan perjuangan. Dengan taktik ini mereka berusaha memadamkan cahaya Allah di muka bumi. Taktik itu bernama; Perang Pemikiran, atau dalam istilah bahasa Arab adalah, “Ghazwul Fikri.”
#TodayinHistory 4 Dzulqa'dah 647 H (1248 Masehi) Raja Louis IX bersama 30 ribu tentaranya dari Prancis menyerang Mesir untuk meletuskan Perang Salib ketujuh dalam pertempuran Mansoura dan berakhir kalah. Kekalahannya dari mujahid Kesultanan Mamalik membuatnya berpikir untuk menyerang Kaum Muslimin dari medan pemikiran, bukan lagi medan militer.
Motivasi penggunaan "perang pemikiran" di zaman ini bermula dari kekalahan pahit yang dialami pasukan Salib dari perang pertama mereka dengan kaum Muslimin pada abad ke-5 dan ke-6 Hijriah, (11 dan 12 M), yang berakhir dengan kekalahan telak dan kegagalan dalam mencapai tujuan mencapai apa pun yang ingin dicapai."
Dari kitab : تحصين المجتمع المسلم ضد الغزو الفكري
Raja Prancis itu berangkat dari istananya dengan angkuh. Setiap jalan di Paris berhias pujian buatnya. Rakyat bersorak sorai menanti kabar baik dari ekspedisinya. Para uskup dan biarawanpun berbaris rapi melepas kepergiannya bersama pasukannya. Apalagi Paus Innocent IV, pemimpin kristen tertinggi di Eropa kala itu —yang menyuruhnya untuk memimpin pasukan gabungan seluruh Eropa untuk menyerang negeri Islam dan merebut Baitul Maqdis— berdiri di hadapannya dan menggelarinya sebagai kesatria suci yang dijamin surga.
Orang Eropa di Abad Pertengahan sampai zaman modern ini menamakan ekspedisi itu dengan; Perang Salib. Ya, perang salib yang ketujuh!
Ia dan tentaranya berangkat ke Mesir untuk melumpuhkan negeri Islam dan merebut kembali Kota Baitul Maqdis yang sebelumnya sudah dibebaskan oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah. Namun sedatangnya ia di Mesir, ternyata Kaum Muslimin sudah siap menyambutnya dengan semangat jihad membara.
Perang meletus di sebuah kota kecil bernama Al Manshurah di utara Mesir, antara 30 ribu pasukan nasrani gabungan banyak negeri Eropa melawan tentara muslim Mesir —4600 pasukan berkuda dan 6000 pasukan pejalan kaki— yang dipimpin oleh Panglima Fakhruddin Yusuf. Dan sebagaimana kamu tahu, jika Umat Islam masih berpegang teguh pada agamanya, sekecil apapun jumlahnya biasanya akan menang dengan iman dan keyakinan.
Sudah kalah, Louis IX ditangkap pula. Bahkan, beberapa kali ia mencoba lagi untuk bertempur melawan umat Islam, namun tetap saja ia dan pasukannya menderita kekalahan yang telak.
Hingga suatu hari ia mendapat ide, lalu mengumpulkan orang-orang pentingnya.
“Aku telah menemukan cara untuk menghancurkan Umat Islam”, ucap Louis IX penuh kedengkian pada menteri-menterinya, “kita tidak akan menang melawan mereka selama di hati mereka Islam masih hidup!”
“Kamu sekalian tidak akan mampu untuk mengalahkan orang-orang Islam di medan peperangan fisik”, kata Louis IX pada raja-raja Eropa, panglima militer dan menteri-menterinya, “pertama, kamu mesti merusak dulu keyakinan mereka. Lalu, barulah kamu sekalian bisa menaklukkan mereka dengan mudah!” (Waqi'una Al Muashir, M. Quthb)
Lebih jauh, dalam uraian seorang ulama, Louis IX menyimpulkan bahwa siapapun yang menghadapi Umat Islam, maka mereka mesti menempuh jalan lain, yaitu jalan pemikiran dengan menebarkan keragu-raguan dan opini yang sesat di tengah Umat Islam.
Sejak saat itulah, mereka yang tidak ingin umat ini bangkit, mengenal sebuah taktik melawan umat Islam yang ternyata penuh keteguhan di medan perjuangan. Dengan taktik ini mereka berusaha memadamkan cahaya Allah di muka bumi. Taktik itu bernama; Perang Pemikiran, atau dalam istilah bahasa Arab adalah, “Ghazwul Fikri.”
Jerusalem Has Fallen
#TodayinHistory Dunia ini memiliki sejarah panjang peperangan antara Dunia Islam dan Eropa selama berabad-abad. Gerakan berangkatnya ratusan ribu pasukan Eropa itu disebut sebagai; Perang Salib. Ada 7 perang Salib besar dan ratusan perang salib kecil yang terjadi selama ratusan tahun lebih antara seluruh Eropa melawan dunia Islam yang saat itu sedang dalam keadaan berpecah belah.
Dengan mudahnya, mereka bisa merebut Palestina dan selama 88 tahun lamanya Al Aqsha dijadikan kandang kuda yang penuh dengan penistaan. Kapankah perebutan itu terjadi?
Hari ini, 15 Juli tahun 1099, Baitul Maqdis berhasil direbut oleh pasukan Salib gelombang pertama dari Kaum Muslimin. Palestina masuk dalam genggaman raja-raja Eropa, dan banyak sekali literasi sejarah yang menuliskan tentang kekejaman Pasukan Salib ketika memasuki Kota Baitul Maqdis.
Namun, untuk mengetahui hikmah dari peristiwa ini, hendaknya kita sebagai pembaca menilik sebab yang melatari mengapa Pasukan Salib bisa datang ke Palestina. Mereka bukanlah pasukan militer profesional. Mereka juga bukan tentara terlatih. Tapi mereka malah bisa membobol pertahanan Umat Islam yang kala itu terkenal dengan kehebatannya.
Semua itu terjadi karena Umat Islam sedang terbagi ke beberapa pemerintahan yang fokus pada masalah internal negerinya sendiri. Sama persis dengan apa yang terjadi pada negeri-negeri Islam saat ini. Salah satu faktor utamanya adalah hancurnya negeri Seljuk karena wafatnya Perdana Menteri Nizhamul Mulk Ath Thusi dan Sultan Malik Syah yang adil.
Kesibukan Umat Islam pada masalah kekuasaan dan berpecah belahnya mereka mengakibatkan pasukan Salib berpeluang besar menduduki Baitul Maqdis tanpa harus berpeluh deras. Selain itu, seorang Orientalis bernama Al Fayyumi mengomentari apa yang terjadi pada Dunia Islam kala pasukan Salib tiba di Baitul Maqdis...
"Para Khalifah dan penguasa ketika itu tidak mempunyai konsep apapun kecuali sibuk memikirkan diri sendiri, lebih senang menghampiri tempat wisata dan berhura-hura", sebagaimana dikutip dalam Al Udwan Ash Shalibi ala Al 'Aalam Al Islamy.
Di saat yang sama, penguasa Mesir saat itu, Dinasti Syiah Fathimiyah membuka keran diplomasi besar-besaran menyambut Pasukan Salib. Dalam beberapa literatur seperti dikutip Dr Shalahuddin Nawwar dalam bukunya Al Udwan Ash Shalibi ala Al 'Aalam Al Islamy, diplomat Fathimiyah bahkan menawarkan untuk masuk Kristen demi memperkuat koalisi Salib-Syiah.
.
"Maa asybahal yaum bil baarihah", betapa samanya hari ini dengan semalam. Betapa miripnya zaman kita dengan masa lalu. Namun sebagaimana Allah menurunkan ujian, maka Allah juga akan menciptakan Shalahuddin-Shalahuddin selanjutnya!...
#TodayinHistory Dunia ini memiliki sejarah panjang peperangan antara Dunia Islam dan Eropa selama berabad-abad. Gerakan berangkatnya ratusan ribu pasukan Eropa itu disebut sebagai; Perang Salib. Ada 7 perang Salib besar dan ratusan perang salib kecil yang terjadi selama ratusan tahun lebih antara seluruh Eropa melawan dunia Islam yang saat itu sedang dalam keadaan berpecah belah.
Dengan mudahnya, mereka bisa merebut Palestina dan selama 88 tahun lamanya Al Aqsha dijadikan kandang kuda yang penuh dengan penistaan. Kapankah perebutan itu terjadi?
Hari ini, 15 Juli tahun 1099, Baitul Maqdis berhasil direbut oleh pasukan Salib gelombang pertama dari Kaum Muslimin. Palestina masuk dalam genggaman raja-raja Eropa, dan banyak sekali literasi sejarah yang menuliskan tentang kekejaman Pasukan Salib ketika memasuki Kota Baitul Maqdis.
Namun, untuk mengetahui hikmah dari peristiwa ini, hendaknya kita sebagai pembaca menilik sebab yang melatari mengapa Pasukan Salib bisa datang ke Palestina. Mereka bukanlah pasukan militer profesional. Mereka juga bukan tentara terlatih. Tapi mereka malah bisa membobol pertahanan Umat Islam yang kala itu terkenal dengan kehebatannya.
Semua itu terjadi karena Umat Islam sedang terbagi ke beberapa pemerintahan yang fokus pada masalah internal negerinya sendiri. Sama persis dengan apa yang terjadi pada negeri-negeri Islam saat ini. Salah satu faktor utamanya adalah hancurnya negeri Seljuk karena wafatnya Perdana Menteri Nizhamul Mulk Ath Thusi dan Sultan Malik Syah yang adil.
Kesibukan Umat Islam pada masalah kekuasaan dan berpecah belahnya mereka mengakibatkan pasukan Salib berpeluang besar menduduki Baitul Maqdis tanpa harus berpeluh deras. Selain itu, seorang Orientalis bernama Al Fayyumi mengomentari apa yang terjadi pada Dunia Islam kala pasukan Salib tiba di Baitul Maqdis...
"Para Khalifah dan penguasa ketika itu tidak mempunyai konsep apapun kecuali sibuk memikirkan diri sendiri, lebih senang menghampiri tempat wisata dan berhura-hura", sebagaimana dikutip dalam Al Udwan Ash Shalibi ala Al 'Aalam Al Islamy.
Di saat yang sama, penguasa Mesir saat itu, Dinasti Syiah Fathimiyah membuka keran diplomasi besar-besaran menyambut Pasukan Salib. Dalam beberapa literatur seperti dikutip Dr Shalahuddin Nawwar dalam bukunya Al Udwan Ash Shalibi ala Al 'Aalam Al Islamy, diplomat Fathimiyah bahkan menawarkan untuk masuk Kristen demi memperkuat koalisi Salib-Syiah.
.
"Maa asybahal yaum bil baarihah", betapa samanya hari ini dengan semalam. Betapa miripnya zaman kita dengan masa lalu. Namun sebagaimana Allah menurunkan ujian, maka Allah juga akan menciptakan Shalahuddin-Shalahuddin selanjutnya!...
Guadalete: Kemenangan Pertama Umat Islam di Bumi Indah Andalusia
#TodayinHistory Datangnya Kaum Muslimin ke Andalusia merupakan satu momentum penting datangnya cahaya bagi Eropa. Banyak pemikir Eropa yang adil dalam menyatakan bagaimana proses masuknya dakwah Islam ke bumi Semenanjung Iberia ini. Salah satunya Vicente Blasco Ibáñez, jurnalis Spanyol yang mengatakan bahwa warga Andalusia menyambut kedatangan Thariq bin Ziyad dengan tangan hangat.
Salah satu jembatan eksisnya dakwah Islam ke Andalusia adalah peristiwa Pertempuran Guadalete yang dalam Bahasa Arab disebut sebagai Wâdî Lukkah, dimana 12 ribu mujahid Kekhalifahan Umayyah yang sebagian besarnya berasal dari warga Afrika asli berhadapan dengan 100 ribu tentara Visigoth Yang dipimpin oleh Roderick.
Seberapa penting dampak peristiwa ini?
Pertempuran itu penting sebagai puncak dari serangkaian ekspedisi mujahid di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan awal Kepemimpinan Umayyah atas kawasan Eropa Barat Daya. Dalam pertempuran, Roderic kehilangan nyawanya, bersama dengan banyak bangsawan Visigothic, yang kemudian membuka jalan untuk memudahkan Umat Islam membebaskan ibukota Visigoth di Toledo.
Dua kekuatan ini bertemu pada 19 Juli 711 bertepatan dengan 28 Ramadhan 92 Hijriah. Semua pasukan Visigoth pada dasarnya meremehkan pasukan Muslimin, selain karena jumlah muslim lebih kecil, mereka juga bukan orang asli Spanyol, pasti akan kesusahan dalam memenangkan perang.
Tapi, nyatanya pertempuran ini berlangsung selama beberapa hari lamanya, ada yang mengatakan 8 hari penuh. Dengan terbunuhnya Roderick, kekuatan Visigoth runtuh dan berpecah belah. Hal ini merupakan bagian dari takdir yang Allah tetapkan untuk kemudian menjadikan dakwah Islam berkibar 781 tahun lamanya di bagian penting Eropa.
Tamir Badr dalam bukunya, Ayyamun Laa Tunsa mencatat beberapa hasil penting setelah kemenangan Muslimin di Guadalete
1. Masyarakat yang sebelumnya merasakan pajak terlalu tinggi dari pemerintahan Visigoth terbebas dari jeratan ekonomi yang sulit. Kezaliman dan kediktatoran Roderick usai, berganti dengan harapan yang digulirkan oleh Umat Islam.
2. Pasukan Thariq bin Ziyad ini mendapat ghanimah yang sangat besar, namun yang paling penting adalah kuda perang yang sangat banyak hingga membantu para Mujahid untuk lebih efisien dalam menyempurnakan futuhat Islam di Spanyol.
3. Berawal dari jumlah 12 ribu tentara, Kaum Muslimin melewati perang ini dengan sungguh-sungguh, sehingga Allah memenangkan mereka. Pertempuran ini berakhir dengan syahidnya 3000 mujahid. Semoga Allah memberkahi jasadnya, memuliakan mereka di surga tertinggi-Nya.
Hari kemenangan itu melahirkan sebuah peradaban yang bernama Andalusia. Sebuah nama penting yang erat kaitannya dengan lahirnya ilmuwan besar, panglima hebat, penulis-penulis masyhur dan peradaban yang besar. Jika Barat memiliki sejarah terpendam bernama Andalusia, maka Timur juga memiliki jejak sejarah yang mirip dengannya: Asia Tengah yang istimewa.
Sama-sama terpendam. Sama-sama pernah berjaya. Dan, sama-sama akan singkap lagi agar kita bisa mentadabburinya.
Referensi :
1. Ayyamun Laa Tunsa, Tamir Badr
2. Islamstory.com
#TodayinHistory Datangnya Kaum Muslimin ke Andalusia merupakan satu momentum penting datangnya cahaya bagi Eropa. Banyak pemikir Eropa yang adil dalam menyatakan bagaimana proses masuknya dakwah Islam ke bumi Semenanjung Iberia ini. Salah satunya Vicente Blasco Ibáñez, jurnalis Spanyol yang mengatakan bahwa warga Andalusia menyambut kedatangan Thariq bin Ziyad dengan tangan hangat.
Salah satu jembatan eksisnya dakwah Islam ke Andalusia adalah peristiwa Pertempuran Guadalete yang dalam Bahasa Arab disebut sebagai Wâdî Lukkah, dimana 12 ribu mujahid Kekhalifahan Umayyah yang sebagian besarnya berasal dari warga Afrika asli berhadapan dengan 100 ribu tentara Visigoth Yang dipimpin oleh Roderick.
Seberapa penting dampak peristiwa ini?
Pertempuran itu penting sebagai puncak dari serangkaian ekspedisi mujahid di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan awal Kepemimpinan Umayyah atas kawasan Eropa Barat Daya. Dalam pertempuran, Roderic kehilangan nyawanya, bersama dengan banyak bangsawan Visigothic, yang kemudian membuka jalan untuk memudahkan Umat Islam membebaskan ibukota Visigoth di Toledo.
Dua kekuatan ini bertemu pada 19 Juli 711 bertepatan dengan 28 Ramadhan 92 Hijriah. Semua pasukan Visigoth pada dasarnya meremehkan pasukan Muslimin, selain karena jumlah muslim lebih kecil, mereka juga bukan orang asli Spanyol, pasti akan kesusahan dalam memenangkan perang.
Tapi, nyatanya pertempuran ini berlangsung selama beberapa hari lamanya, ada yang mengatakan 8 hari penuh. Dengan terbunuhnya Roderick, kekuatan Visigoth runtuh dan berpecah belah. Hal ini merupakan bagian dari takdir yang Allah tetapkan untuk kemudian menjadikan dakwah Islam berkibar 781 tahun lamanya di bagian penting Eropa.
Tamir Badr dalam bukunya, Ayyamun Laa Tunsa mencatat beberapa hasil penting setelah kemenangan Muslimin di Guadalete
1. Masyarakat yang sebelumnya merasakan pajak terlalu tinggi dari pemerintahan Visigoth terbebas dari jeratan ekonomi yang sulit. Kezaliman dan kediktatoran Roderick usai, berganti dengan harapan yang digulirkan oleh Umat Islam.
2. Pasukan Thariq bin Ziyad ini mendapat ghanimah yang sangat besar, namun yang paling penting adalah kuda perang yang sangat banyak hingga membantu para Mujahid untuk lebih efisien dalam menyempurnakan futuhat Islam di Spanyol.
3. Berawal dari jumlah 12 ribu tentara, Kaum Muslimin melewati perang ini dengan sungguh-sungguh, sehingga Allah memenangkan mereka. Pertempuran ini berakhir dengan syahidnya 3000 mujahid. Semoga Allah memberkahi jasadnya, memuliakan mereka di surga tertinggi-Nya.
Hari kemenangan itu melahirkan sebuah peradaban yang bernama Andalusia. Sebuah nama penting yang erat kaitannya dengan lahirnya ilmuwan besar, panglima hebat, penulis-penulis masyhur dan peradaban yang besar. Jika Barat memiliki sejarah terpendam bernama Andalusia, maka Timur juga memiliki jejak sejarah yang mirip dengannya: Asia Tengah yang istimewa.
Sama-sama terpendam. Sama-sama pernah berjaya. Dan, sama-sama akan singkap lagi agar kita bisa mentadabburinya.
Referensi :
1. Ayyamun Laa Tunsa, Tamir Badr
2. Islamstory.com