Sekarang, Dulu dan Nanti
Oleh: Mak Wok
(SE www.syiartravel.id)
Sekarang Saya menambahkan keterangan khusus setelah nama penulis. Dulu hal itu jarang Saya lakukan, nanti juga belum tentu terus Saya lakukan. Begitulah rahasia hari esok, yang rona-ronanya belum tentu diraih.
Demi menggapai asa di masa depan, sekarang Saya yang muda sudah terlewat malah sedang menempuh pendidikan S2 di salah satu kampus swasta.
Dulu saat kuliah S1 teknik di kampus negeri, boro-boro terpikir untuk lanjut S2, proses tamatnya saja sampai diwarnai drama hampir DO (_drop out_) segala.
Wajar adanya ungkapan keraguan dari kolega terhadap kemampuan Saya menyelesaikan kuliah S2-nya.
Dulu juga ada ungkapan bercanda dari karib dengan warung ABCD-nya.
"Jangan-jangan yang dia lingkari saat mendaftar dulu, pilihannya S2", yang diiringi dengan ketawa khasnya.
Semoga Allah Azza Wa Jalla selalu melindunginya, mungkin saja dulu candaannya tercatat sebagai do'a disisi-Nya.
Semoga nanti proses S2-nya bisa mengulangi kesuksesan Saya saat kuliah lagi di S1 kependidikan Universitas Terbuka.
Sedikit bisa angkat muka saat itu, karena tercatat sebagai lulusan terbaik saat diwisuda.
Bahkan koran lokal ternama yang memuat wajah Saya dengan toga di salah satu edisinya, tersimpan lama di laci lemari tua Saya.
Sekarang untuk menempuh pendidikan disetiap jenjang memang tidaklah mudah.
Resiko hidup di zaman pendidikan dikapitalisasi sedemikian rupa.
Tidak seperti dulu yang merasa lebih berbangga dengan status mahasiswa teknik di kampus ternama, dengan beasiswa dari "yayasan ummy".
Nanti bisa jadi berubah menjadi beasiswa dari "yayasan bunda" atau "yayasan keluarga".
Semoga dimudahkan-Nya untuk membiayainya secara mandiri nantinya.
Sekarang memang biaya untuk melanjutkan hidup semakin meningkat.
Tidak seperti dulu yang sedikit lebih ringan karena jumlah tanggungan dan ragam kebutuhan masih minimalis.
Apalagi kalau dulunya ditarik hingga ke zaman khalifah masih ada, bisa gratis biaya pendidikan, kesehatan dan keamanan.
Untuk mencari nafkah juga mudah, selagi mau berusaha.
Contoh kecilnya, ketika ada "tanah mati" sudah lebih dari tiga tahun, bisa Kita "hidupkan", maka Selama masih "hidup", akan tercatat sebagai hak Kita.
Semoga dimudahkan-Nya bagi umat untuk mengembalikan eksistensinya.
Kembalinya Khalifah yang akan memimpin pembebasan Baitul Maqdis, sekarang bisa jadi banyak yang menganggapnya utopia, mimpi disiang bolong, radikalis, fundamentalis, cikal bakal teroris dan banyak lagi stigma negatif yang berusaha disematkan.
Namun dulu eksistensinya terbukti secara historis bisa menggapai peradaban emas dengan cakupan wilayah hampir 2/3 bumi, yang belum tertandingi ketinggiannya.
Nanti pasti akan mewujud kembali karena sudah dijanjikan-Nya dan menjadi kabar gembira bagi umat di zaman akhir karena tertuang dalam hadis utusan-Nya yang mulia.
Yassarallahulana.
Batam, #289/240424
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#MakWok #SekarangDuludanNanti
#Syiartravelumrah
#Surau_2.0
Oleh: Mak Wok
(SE www.syiartravel.id)
Sekarang Saya menambahkan keterangan khusus setelah nama penulis. Dulu hal itu jarang Saya lakukan, nanti juga belum tentu terus Saya lakukan. Begitulah rahasia hari esok, yang rona-ronanya belum tentu diraih.
Demi menggapai asa di masa depan, sekarang Saya yang muda sudah terlewat malah sedang menempuh pendidikan S2 di salah satu kampus swasta.
Dulu saat kuliah S1 teknik di kampus negeri, boro-boro terpikir untuk lanjut S2, proses tamatnya saja sampai diwarnai drama hampir DO (_drop out_) segala.
Wajar adanya ungkapan keraguan dari kolega terhadap kemampuan Saya menyelesaikan kuliah S2-nya.
Dulu juga ada ungkapan bercanda dari karib dengan warung ABCD-nya.
"Jangan-jangan yang dia lingkari saat mendaftar dulu, pilihannya S2", yang diiringi dengan ketawa khasnya.
Semoga Allah Azza Wa Jalla selalu melindunginya, mungkin saja dulu candaannya tercatat sebagai do'a disisi-Nya.
Semoga nanti proses S2-nya bisa mengulangi kesuksesan Saya saat kuliah lagi di S1 kependidikan Universitas Terbuka.
Sedikit bisa angkat muka saat itu, karena tercatat sebagai lulusan terbaik saat diwisuda.
Bahkan koran lokal ternama yang memuat wajah Saya dengan toga di salah satu edisinya, tersimpan lama di laci lemari tua Saya.
Sekarang untuk menempuh pendidikan disetiap jenjang memang tidaklah mudah.
Resiko hidup di zaman pendidikan dikapitalisasi sedemikian rupa.
Tidak seperti dulu yang merasa lebih berbangga dengan status mahasiswa teknik di kampus ternama, dengan beasiswa dari "yayasan ummy".
Nanti bisa jadi berubah menjadi beasiswa dari "yayasan bunda" atau "yayasan keluarga".
Semoga dimudahkan-Nya untuk membiayainya secara mandiri nantinya.
Sekarang memang biaya untuk melanjutkan hidup semakin meningkat.
Tidak seperti dulu yang sedikit lebih ringan karena jumlah tanggungan dan ragam kebutuhan masih minimalis.
Apalagi kalau dulunya ditarik hingga ke zaman khalifah masih ada, bisa gratis biaya pendidikan, kesehatan dan keamanan.
Untuk mencari nafkah juga mudah, selagi mau berusaha.
Contoh kecilnya, ketika ada "tanah mati" sudah lebih dari tiga tahun, bisa Kita "hidupkan", maka Selama masih "hidup", akan tercatat sebagai hak Kita.
Semoga dimudahkan-Nya bagi umat untuk mengembalikan eksistensinya.
Kembalinya Khalifah yang akan memimpin pembebasan Baitul Maqdis, sekarang bisa jadi banyak yang menganggapnya utopia, mimpi disiang bolong, radikalis, fundamentalis, cikal bakal teroris dan banyak lagi stigma negatif yang berusaha disematkan.
Namun dulu eksistensinya terbukti secara historis bisa menggapai peradaban emas dengan cakupan wilayah hampir 2/3 bumi, yang belum tertandingi ketinggiannya.
Nanti pasti akan mewujud kembali karena sudah dijanjikan-Nya dan menjadi kabar gembira bagi umat di zaman akhir karena tertuang dalam hadis utusan-Nya yang mulia.
Yassarallahulana.
Batam, #289/240424
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#MakWok #SekarangDuludanNanti
#Syiartravelumrah
#Surau_2.0
Telegram
MakWok
Writer and Surau_2.0 founder