Buruh Spidol
Oleh: Mak Wok
(SE www.syiartravel.id)
Hari buruh sedunia tanggal 1 Mei, seperti biasanya diwarnai dengan demonstrasi buruh di berbagai tempat.
Profesi yang biasanya pakai kapur atau spidol sedikit bisa santai menikmati libur dihari buruh.
Buruh spidol memang tidak terbiasa demonstrasi di jalan-jalan.
Mereka biasanya demonstrasi di depan kelas.
Sesekali pawai di jalan, dalam rangka memeriahkan hari-hari tertentu.
Buruh spidol merupakan "pahlawan tanpa tanda jasa", sehingga terbiasa diupah seadanya.
Jamak ditemui fakta bahwa gaji buruh spidol lebih rendah dari gaji buruh pabrik di berbagai daerah.
Tuntutan buruh setiap tahun agar UMK (Upah Minimum Kota) dinaikkan biasanya menjadi menu utama disetiap demonstrasi mereka.
Karena memang faktanya, harga kebutuhan pokok selalu naik tiap tahun.
Wajar adanya buruh menuntut kenaikan UMK.
Namun standar gaji mengikuti UMK itu tidak berlaku bagi buruh spidol, yang harus tetap bersabar dan ikhlas dalam mendidik generasi dalam keterbatasan.
Mungkin bagi buruh spidol yang statusnya sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara), _THP_ (_Take Home Pay_) alias gaji dibawa pulang mereka, sudah sama dengan UMK, bahkan mungkin lebih tinggi.
Ceritanya akan jauh berbeda bagi buruh spidol dengan status honor atau buruh spidol di sekolah atau madrasah swasta.
Pengalaman Saya belasan tahun jadi buruh spidol adalah salah satu buktinya. Ketika dibaca diberbagai media, hal yang sama juga terjadi di daerah lainnya.
Saya pertama kali jadi buruh spidol di salah satu SMK swasta tahun 2006, saat itu _THP_-nya Rp 700K, sedikit dibawah UMK yang saat itu Rp 800K.
THP Saya saat mengajar di salah satu madrasah swasta tahun 2009 adalah +- Rp 800K, yang masih dibawah UMK yang saat itu 900K.
Dilanjut dengan mengabdi di sekolah swasta lainnya tahun 2022 dengan nominal yang tertera di slip gaji Rp 1,7 juta, jika tidak ada potongan-potongan yang biasanya beraneka.
Pada saat yang sama, UMK sudah ada diangka +- Rp 4 juta, semakin jauh dibawah UMK.
Buruh spidol memang senantiasa diajak untuk ikhlas beramal, sehingga yang diharapkan adalah pahala jariyah.
Walaupun syarat untuk jadi buruh spidol lebih tinggi tingkat pendidikannya dari buruh pabrik, mereka tetap bertahan mempersiapkan pelanjut estafet dimasa depan.
Disisi lain Ikhlas dan sabar itu amalan hati, yang harus dimiliki oleh setiap diri para perindu syurga, tidak hanya buruh spidol.
Namun amalan untuk menafkahi keluarga dan bertahan hidup adalah amalan fisik, tentu tidak bisa beli beras, beli telur, beli cabe, bayar listrik, bayar air, beli seragam sekolah anak pakai ikhlas dan sabar.
Bagaimana buruh spidol akan selalu kreatif dan berbahagia ketika mengajar di kelas, ketika dapurnya tidak _ngebul_, tagihan-tagihan antri belum terbayar.
Mungkin itu juga yang akhirnya berkontribusi negatif kepada pendidikan secara umum, sehingga menghasilkan generasi dengan kecerdasan rata-rata dibawah 80.
Semua itu ekses dari sistem pendidikan yang bermasalah pada akarnya.
Akarnya sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan, termasuk pendidikan.
Saatnya kembali keakar islam.
Ada khalifah yang menggaji pengajar Al Qur'an sebesar 15 dinar/bulan.
Sekarang setara dengan +- Rp 82 juta dengan harga emas Rp 1.3 juta/gr.
Mereka dengan gaji sebesar itu juga tetap bisa ikhlas dan sabar dalam mengajar.
Batam, #290/040524
IG @makwock
t me/McWok
fb.me/nowrohis
#BuruhSpidol
#Syiartravelumrah
#Surau_2.0
#BengkelPemikiran
Oleh: Mak Wok
(SE www.syiartravel.id)
Hari buruh sedunia tanggal 1 Mei, seperti biasanya diwarnai dengan demonstrasi buruh di berbagai tempat.
Profesi yang biasanya pakai kapur atau spidol sedikit bisa santai menikmati libur dihari buruh.
Buruh spidol memang tidak terbiasa demonstrasi di jalan-jalan.
Mereka biasanya demonstrasi di depan kelas.
Sesekali pawai di jalan, dalam rangka memeriahkan hari-hari tertentu.
Buruh spidol merupakan "pahlawan tanpa tanda jasa", sehingga terbiasa diupah seadanya.
Jamak ditemui fakta bahwa gaji buruh spidol lebih rendah dari gaji buruh pabrik di berbagai daerah.
Tuntutan buruh setiap tahun agar UMK (Upah Minimum Kota) dinaikkan biasanya menjadi menu utama disetiap demonstrasi mereka.
Karena memang faktanya, harga kebutuhan pokok selalu naik tiap tahun.
Wajar adanya buruh menuntut kenaikan UMK.
Namun standar gaji mengikuti UMK itu tidak berlaku bagi buruh spidol, yang harus tetap bersabar dan ikhlas dalam mendidik generasi dalam keterbatasan.
Mungkin bagi buruh spidol yang statusnya sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara), _THP_ (_Take Home Pay_) alias gaji dibawa pulang mereka, sudah sama dengan UMK, bahkan mungkin lebih tinggi.
Ceritanya akan jauh berbeda bagi buruh spidol dengan status honor atau buruh spidol di sekolah atau madrasah swasta.
Pengalaman Saya belasan tahun jadi buruh spidol adalah salah satu buktinya. Ketika dibaca diberbagai media, hal yang sama juga terjadi di daerah lainnya.
Saya pertama kali jadi buruh spidol di salah satu SMK swasta tahun 2006, saat itu _THP_-nya Rp 700K, sedikit dibawah UMK yang saat itu Rp 800K.
THP Saya saat mengajar di salah satu madrasah swasta tahun 2009 adalah +- Rp 800K, yang masih dibawah UMK yang saat itu 900K.
Dilanjut dengan mengabdi di sekolah swasta lainnya tahun 2022 dengan nominal yang tertera di slip gaji Rp 1,7 juta, jika tidak ada potongan-potongan yang biasanya beraneka.
Pada saat yang sama, UMK sudah ada diangka +- Rp 4 juta, semakin jauh dibawah UMK.
Buruh spidol memang senantiasa diajak untuk ikhlas beramal, sehingga yang diharapkan adalah pahala jariyah.
Walaupun syarat untuk jadi buruh spidol lebih tinggi tingkat pendidikannya dari buruh pabrik, mereka tetap bertahan mempersiapkan pelanjut estafet dimasa depan.
Disisi lain Ikhlas dan sabar itu amalan hati, yang harus dimiliki oleh setiap diri para perindu syurga, tidak hanya buruh spidol.
Namun amalan untuk menafkahi keluarga dan bertahan hidup adalah amalan fisik, tentu tidak bisa beli beras, beli telur, beli cabe, bayar listrik, bayar air, beli seragam sekolah anak pakai ikhlas dan sabar.
Bagaimana buruh spidol akan selalu kreatif dan berbahagia ketika mengajar di kelas, ketika dapurnya tidak _ngebul_, tagihan-tagihan antri belum terbayar.
Mungkin itu juga yang akhirnya berkontribusi negatif kepada pendidikan secara umum, sehingga menghasilkan generasi dengan kecerdasan rata-rata dibawah 80.
Semua itu ekses dari sistem pendidikan yang bermasalah pada akarnya.
Akarnya sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan, termasuk pendidikan.
Saatnya kembali keakar islam.
Ada khalifah yang menggaji pengajar Al Qur'an sebesar 15 dinar/bulan.
Sekarang setara dengan +- Rp 82 juta dengan harga emas Rp 1.3 juta/gr.
Mereka dengan gaji sebesar itu juga tetap bisa ikhlas dan sabar dalam mengajar.
Batam, #290/040524
IG @makwock
t me/McWok
fb.me/nowrohis
#BuruhSpidol
#Syiartravelumrah
#Surau_2.0
#BengkelPemikiran
Facebook
Log in or sign up to view
See posts, photos and more on Facebook.