Perang Dagang AS–China: Perlombaan Antara Kekuatan Lama (AS) dan Kekuatan Baru (China) Untuk Posisi Tertinggi Dalam Tatanan Dunia
https://www.rikopedia.com/2025/04/perang-dagang-aschina-perlombaan-antara.html
https://www.rikopedia.com/2025/04/perang-dagang-aschina-perlombaan-antara.html
Setiap kali rasio ini memuncak, biasanya diikuti oleh krisis atau resesi besar: Depresi Besar 1930-an, Dotcom Bubble 2000, Krisis Keuangan 2008.
Rebalancing besar mungkin terjadi dalam waktu dekat, entah secara alami lewat koreksi pasar atau lewat krisis besar. Banyak aset (saham, crypto, komoditas) dinilai terlalu mahal.
Saat dunia kembali ke “keseimbangan”, banyak aset harus jatuh… kecuali emas.
Emas jadi “pemenang” dalam skenario krisis atau rebalancing global karena ia bukan aset yang bergantung pada kepercayaan terhadap sistem finansial modern. Emas tidak bisa dicetak dan tidak bergantung pada bank sentral. tetap bernilai bahkan saat sistem runtuh.
Emas jadi “pemenang” dalam skenario krisis atau rebalancing global karena ia bukan aset yang bergantung pada kepercayaan terhadap sistem finansial modern. Emas tidak bisa dicetak dan tidak bergantung pada bank sentral. tetap bernilai bahkan saat sistem runtuh.
REMINDER SAHAM RELATED EMAS
ARCI (kontribusi emas thd revenue 100%)
BRMS (kontribusi emas thd revenue 98%)
ANTM (kontribusi emas thd revenue 81%)
AMMN (kontribusi emas thd revenue 50%)
MDKA (kontribusi emas thd revenue 10%)
UNTR (kontribusi emas thd revenue 7%)
HRTA
INDY (Awak mas Commercial Operation Date/COD 2026)
PSAB
ARCI (kontribusi emas thd revenue 100%)
BRMS (kontribusi emas thd revenue 98%)
ANTM (kontribusi emas thd revenue 81%)
AMMN (kontribusi emas thd revenue 50%)
MDKA (kontribusi emas thd revenue 10%)
UNTR (kontribusi emas thd revenue 7%)
HRTA
INDY (Awak mas Commercial Operation Date/COD 2026)
PSAB
Apa penyebabnya ??
1. Stagflasi (inflasi tinggi + pertumbuhan lambat)
2. Defisit fiskal membengkak.
3. Ketidakpastian kebijakan, termasuk konflik tarif dan geopolitik.
4. Ketakutan terhadap de-dollarisasi (berkurangnya dominasi USD global).
5. investor asing mulai mundur dari aset-aset teknologi AS.
1. Stagflasi (inflasi tinggi + pertumbuhan lambat)
2. Defisit fiskal membengkak.
3. Ketidakpastian kebijakan, termasuk konflik tarif dan geopolitik.
4. Ketakutan terhadap de-dollarisasi (berkurangnya dominasi USD global).
5. investor asing mulai mundur dari aset-aset teknologi AS.
Perubahan korelasi ini bisa jadi sinyal awal bahwa sistem keuangan AS sedang berada dalam transisi besar. Jika tekanan ini terus berlanjut, bisa memicu rotasi besar portofolio, penurunan valuasi ekuitas, bahkan krisis kepercayaan terhadap dolar AS.