PONPES ASSUNNAH BATU
7.95K subscribers
802 photos
155 videos
6 files
2.77K links
Channel Resmi Mahad As Sunnah Batu Jawa Timur, di bawah bimbingan Asatidzah Mahad As Sunnah, Al Ustadz Usamah Faishal Mahri hafidzahullah, Al Ustadz Abdusshamad Bawazier hafidzahullah, dan Al Ustadz Ahmad Khadim hafidzahullah
Download Telegram
🪞👣 BIOGRAFI

🖇 (Abul 'Atâhiyah)

▫️▫️▫️

🖋 Beliau bernama Isma'il bin Al Qâsim bin Suwaid Al 'Anazi, berkuniyah Abu Ishaq. Sangat populer dengan panggilan Abul 'Atâhiyah (أبو العتاهية).
Seorang pujangga (ahli syair) Arab, dengan reputasi yang sangat luas, beliau hidup di zaman dinasti Abbasiyah.

📍Beliau lahir pada tahun 130 H, di sebuah kota di Iraq, Ayn Al Tamr (عين التمر) namanya. Menurut sebagian referensi beliau dibawa oleh sang Ayah pindah ke kota Kufah dan tumbuh dewasa di sana. Sebelumnya, beliau berprofesi sebagai pengrajin tembikar, yang dibawa berkeliling untuk dijual. Sampai akhirnya beliau menekuni syair dan mahir di bidang ini.

Ketika beliau sudah di umurnya yang ke-30an, beliau safar menuju kota Baghdad, ketika itu Baghdad sebagai pusat armada militer dan ibukota kepemerintahan dinasti Abbasiyah. Pemerintahan saat itu masih priode kerajaan Khalifah Al Mahdi. Abul 'Atâhiyah pada mulanya ingin "mencari muka" di depan Al Mahdi. Dia pun menggubah syairnya dengan pujian-pujian kepada sang Khalifah. Namun tiada yang menyampaikan informasinya kepada Khalifah tersebut. Sampai akhirnya Al Mahdi pun mengetahui kabar tentang si pujangga. Sehingga dihadapkan kepada sang Khalifah, dan didekatkan kepada beliau.

Sejak saat itu, hubungan Abul 'Atâhiyah semakin kuat dengan sang Khalifah, si pujangga juga semakin banyak menggubah syair-syair indahnya untuk memuji sang Khalifah. Oleh karenanya, sang Khalifah akhirnya sangat memuliakannya dan mengutamakannya melebihi para pujangga senior yang hidup di masanya.

📖 Dikisahkan oleh Khalil bin Asad An Nûsyajâni, beliau berkata,

“Abul 'Atâhiyah pernah mendatangi kami di tempat tinggal kami, lantas dia berkata,

"Orang-orang menuduhku bahwasannya aku seorang zindiq, padahal demi Allah, aku tidak beragama melainkan tauhid".

Kami katakan kepadanya,

"Maka ucapkanlah sesuatu yang bisa kami ceritakan darimu!"

Dia pun melantunkan syairnya,

ألا! إنّه كلنا بائد ** وأي بني آدم خالد؟
وبدؤهم كان من ربهم ** وكل إلى ربه عائد
فيا عجبا كيف يعصى الإله ** أم كيف يجحده الجاحد
ولله في كل تحريكةٍ ** وتسكينة أبدًا شاهد
وفي كل شيء له آية ** تدل على إنّه واحد

"Ketahulilah! Sungguh setiap kita pasti akan sirna,
anak Adam mana yang kekal (tidak mati)"
"Mereka bermula dari (kehendak) Rabb mereka,
dan masing-masing akan kembali kepada Rabbnya"
"Duhai anehnya, bagaimana mungkin Ilâh (Allah) didurhakai,
atau bagaimana mungkin seorang bisa menentang-Nya"
"Sementara setiap gerakan maupun
diamnya, selama-lamanya itu merupakan bukti bagi (keberadaan) Allah"
"Dan pada setiap sesuatu merupakan tanda (bukti),
yang menunjukkan bahwa Allah itu maha Esa"

📜 Disebutkan dalam sebuah narasi, bahwa Abul 'Atâhiyah kemudian beralih kepada gaya hidup yang zuhud, beliau banyak bergaul dengan para ulama dan orang-orang saleh, menyibukkan diri dengan ibadah. Sehingga di masa kekhilafahan Ar Rasyid, beliau menggubah syairnya dengan berlandaskan ilmu dan hikmah, hingga para ulama pun menilainya sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah.
Beliau wafat di Baghdad pada tahun 211 H, rahimahullah.

✒️ [Lihat: Syadzarât Adz Dzahab, karya Ibnul 'Imâd Al Hanbali rahimahullah, Al Mausû'ah Al Mûjazah fî At Târîkh Al Islâmi, karya majmû'atun minal mu'allifîn, Al Bidâyah wa An Nihâyah, karya Ibnu Katsîr rahimahullah]

▫️▫️▫️
#biografi
#sejarah
Gabung Channel
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
🪞👣 BIOGRAFI

🖇️ SATU-SATUNYA YANG MERIWAYATKAN DARI SEPULUH SAHABAT PEMETIK JANJI SURGA

▫️▫️▫️

Namanya sudah menghiasi tulisan-tulisan ilmu. Terukir indah di dalam kertas-kertas buku. Kitab-kitab hadits memenuhi riwayatnya sejak dahulu. Teramat harum, selalu disebut dan dijadikan panutan di setiap waktu.

Beliau bernama lengkap Abu Abdillah Qois bin Abi Hazim al-Bajali al-Kufi. Nama ayahnya adalah Hushain bin Auf, ada juga yang mengatakan selainnya.

Hidup semasa dengan Nabi ﷺ memang tidak menjamin seorang di atas iman dan berstatus sebagai sahabat Rasulullah ﷺ. Namun, Qois hampir saja menyandang gelar itu, beliau beriman kepada Nabi ﷺ dan bertekad melakukan perjalanan dari kampung halamannya di Kufah ke Madinah untuk berbaiat langsung kepada Rasulullah ﷺ. Namun takdir berkata lain, Rasulullah ﷺ wafat sementara Qois masih di tengah perjalanannya menuju Madinah.

Beberapa malam selepas wafatnya Rasulullah ﷺ, Qois akhirnya tiba di Madinah, beliau bertemu dengan pemuka-pemuka sahabat ketika itu, para sahabat senior yang masih hidup saat itu sangatlah banyak. Qois tidak melewatkan kesempatannya begitu saja, segera beliau mengambil ilmu dan riwayat hadits dari para sahabat tersebut.

Sederetan nama besar yang telah diambil haditsnya oleh Qois, antara lain ialah; Abu Bakr ash-Shiddiq, Umar bin al-Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, az-Zubair bin al-Awwam, Sa'id bin Zaid, Abdullah bin Mas'ud, Ammar bin Yasir, Hudzaifah bin al-Yaman, dan masih banyak lagi selain mereka dari kalangan sahabat senior, radhiyallahu 'anhum.

Terkait riwayat ilmu dan hadits yang diperoleh oleh Qois, Abu Daud as-Sijistāni rahimahullah pernah menegaskan,

“Sebaik-baik tabi'in dalam hal sanad adalah: Qois bin Abi Hazim, beliau telah meriwayatkan dari sembilan orang dari sepuluh (pemetik janji Jannah -pen), beliau hanya tidak meriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf.”

Abdurrahman bin Khirasy rahimahullah juga menyatakan,

“Beliau seorang asli Kufah yang mulia, tidak seorang pun dari kalangan tabi'in yang meriwayatkan dari sepuluh orang (pemetik janji surga -pen) kecuali Qois bin Abi Hazim.”

Al-Imam Sufyan bin Uyainah rahimahullah juga berkata,

“Tidak ada di Kufah seorang yang paling banyak riwayatnya dari para sahabat Rasulullah yang melebihi Qois bin Abi Hazim.”

Beliau ucapkan ini padahal ketika itu hidup juga di Kufah para pembesar tabi'in yang juga selevel dengan Qois, seperti: Alqomah bin Qois, Masruq bin al-Ajda', Abidah bin Amer as-Salmani, dan al-Aswad bin Yazid an-Nakha'i. Dan mereka semua adalah 'Mukhadhram'.¹)

Dalam perjalanan hidupnya, beliau banyak melalui peristiwa besar bersama para sahabat, diantaranya ialah peristiwa perang Nahrawan.

Pada peristiwa itu, beliau berada di pihak Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu dalam menumpas Khawarij, hingga terbunuhnya pimpinan mereka, yaitu 'Dzu ats Tsudaiyyah'.

Hadits terkait 'Dzu ast Tsudaiyyah' diriwayatkan oleh Muslim dalam (Shahih no. 1066), begitu juga Abu Daud dalam (Sunan no. 4763), semuanya dari jalur Abidah, dari Ali radhiyallahu 'anhu.

Namun, dalam riwayat al-Khathib al-Baghdādi rahimahullah dalam (Tarikh Baghdād 14/464) datang riwayat tentang perang Nahrawan dari Qois bin Abi Hazim, beliau ikut serta dalam menumpas dan memerangi kaum Khawarij bersama Ali, sekaligus beliau menyaksikan langsung jasad 'Dzu ats Tsudaiyyah' yang diberitakan sebelumnya oleh Rasulullah ﷺ kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu.

Riwayat hadits yang beliau suguhkan untuk generasi setelahnya bertebaran dalam kitab-kitab induk, Shahih al-Bukhari dan Muslim, Sunan Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasai, dan Ibnu Majah.

Beliau wafat setelah atau sebelum tahun 90 Hijriyyah, dan umurnya sudah melewati 100 tahun. Rahimahullah...


¹) Mukhadhram adalah: "Orang yang mendapati Jahiliyyah sekaligus masa diutusnya Rasulullah ﷺ, kemudian beriman kepada Rasulullah ﷺ namun tidak sempat bertemu langsung dengan beliau ﷺ".

✒️ [Lihat biografi beliau dalam: Siyar A'lāmin Nubalā', Tārīkh Baghdād dan selainnya]

▫️▫️▫️
#biografi
#sejarah
Gabung Channel
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
🪞👣 BIOGRAFI

🖇 TERSOHOR KARENA SIKAP ZUHUDNYA

▫️▫️▫️

Terkadang sirna dari sorotan. Hanyut di dalam indahnya ketaatan. Sepanjang masa ibadah yang ia tegakkan. Gelap yang menyelimuti malam pun ia abaikan. Bermunajat dengan Rabnya, al-Khaliq ar-Rahman.

Selalu saja menjadi perbincangan kala itu, bahwa Ma'ruf bukanlah orang yang mumpuni dalam ilmu. Hingga akhirnya Ahmad bin Hanbal rahimahullah membelanya dengan mengatakan kepada orang yang berkata demikian,

“Diam kamu -semoga Allah memaafkanmu-, tidak ada ilmu yang didambakan melainkan yang telah dicapai oleh Ma'ruf.”

Abdullah, putera beliau juga pernah bertanya tentang keilmuan Ma'ruf al-Karkhi kepada sang ayah,

Sang ayah pun menjawab: “Hai puteraku! Dia memiliki puncak ilmu, yaitu rasa takut kepada Allah.”

Bernama lengkap Ma'ruf bin Fairuz, ada pula yang menyebutkan Ma'ruf bin Fairuzan. Berkuniah Abu Mahfudz. Berasal dari Karkh, sebuah kawasan yang ada di Baghdad.

Dikisahkan bahwa kedua orang tuanya dahulu beragama Nasraniyah. Ma'ruf kecil kemudian dititipkan kepada seorang pendeta Nasrani. Si pendeta pun mulai mendidik Ma'ruf, dia berkata kepadanya,

"Ucapkanlah 'Tsalitsu Tsalatsah' (tuhan itu ada tiga -pen)."

Dengan polosnya, Ma'ruf kemudian menjawab,

"Bahkan Allah itu al-Ahad ash-Shamad (Maha Esa dan Dzat yang para hamba bergantung kepada-Nya)."

Lantas karena itu, si pendeta akhirnya memukul Ma'ruf dengan pukulan yang keterlaluan, yang menyebabkan Ma'ruf melarikan diri.

Setelahnya, kedua orang tuanya pun merindukan si buah hati. Hingga mereka berharap Ma'ruf segera kembali ke pelukan mereka, bahkan dengan penuh keyakinan keduanya bertekad akan mengikuti agama yang dianut anaknya.

Tidak berselang lama, Ma'ruf pun pulang, dia ketuk pintu rumahnya.

"Siapa?".

"Saya Ma'ruf."

"Setelah masuk, dia pun kembali ditanya oleh orang tuanya: "Agama apa yang kamu anut ini?"

"Agama Islam". Jawab Ma'ruf. Lantas kedua orang tuanya pun masuk islam dan bersyahadat.

☝️Allahu Akbar... ‼️

📜 Sufyan bin Uyainah rahimahullah pernah mengatakan: "Penduduk kota itu (Karkh di Baghdad) akan senantiasa sejahtera selama orang itu (yaitu: Ma'ruf -ed) berada bersama mereka".

Hampir setiap hari Ma'ruf lalui dengan berpuasa, beliau jelaskan: "Setiap hari aku dalam keadaan berpuasa, ketika ada yang mengundangku (untuk makan) barulah aku makan, dan aku tidak mengatakan bahwa aku sedang berpuasa."

Disebut-sebut sebagai 'Pemimpinnya Ahli Zuhud'. Perangai itu seakan sudah menjadi tabiatnya dalam kehidupan sehari-harinya. Sampai ketika beliau sakit, dan diminta untuk berwasiat, beliau katakan,

"Aku wasiatkan agar seluruh pakaianku disedekahkan, karena aku suka untuk nanti wafat dalam keadaan tanpa busana, sebagaimana dilahirkan dalam keadaan tanpa busana pula."

Beliau juga termasuk orang yang dikabulkan doanya. Pernah suatu saat di masa paceklik, beliau memimpin shalat Istisqa' (shalat meminta hujan), maka para jamaah tidaklah baru saja sampai ke rumahnya masing-masing, melainkan mereka sudah disirami oleh hujan yang deras.

Banyak ucapan hikmah yang diriwayatkan dari beliau, antara lain ucapan beliau,

“Ketika Allah menghendaki kebaikan untuk seorang hamba, maka Dia buka pintu amal dan Dia tutup pintu debat untuknya. Namun, ketika Allah menghendaki kejelekan untuknya, Dia akan buka untuknya pintu debat, dan Dia tutup pintu amal.”

Juga ucapan beliau,

الدنيا أربعة أشياء: المال، والكلام، والمنام، والطعام. فالمال يطغي، والكلام يلهي، والمنام ينسي في، والطعام يقسي

“Dunia itu hanya 4 hal: harta, ucapan, tidur, dan makan. Adapun harta itu melampaui batas, ucapan itu melalaikan, tidur itu membuat lupa, dan makanan itu akan membuat keras (hati).”

Ma'ruf, tersohor sebagaimana namanya. Bahkan setelah wafatnya, masih dikenang sosoknya. Beliau wafat pada tahun 200 H.

Ma'ruf al-Karkhi telah tiada, namun semua orang masih merindukannya. Semoga Allah merahmatinya dan menempatkannya di dalam Jannah-Nya.

✒️ [Siyar A'lāmin Nubalā' (8/87-89), Tārīkh Baghdād (13/201-209),  Thabaqātul Auliyā' (285) dan selainnya]

▫️▫️▫️
#biografi #sejarah
Gabung Channel
Http://t.me/ponpes_assunnah_batu
👣👣 SANG MUJADDID & 'ALIM INDIA

▫️▫️▫️

Konon di negeri India ada seorang tokoh 'alim 'ulama. Namun yang anehnya, setiap kali selesai mengajar kajian untuk kaum muslimin, beliau selalu mengangkat kedua tangannya sembari membaca do'a kepada Allah.

Ternyata bukanlah do'a-do'a kebaikan, atau do'a-do'a rahmat, melainkan do'a-do'a kejelekan yang terlantun dari lisan beliau.

Kepada Allah, dia panjatkan do'a-do'a kejelekan itu, yang ia peruntukkan atas sosok orang yang dikenal dengan nama:

Muhammad bin 'Abdul Wahhab.

Ketika 'alim India itu berdo'a, ternyata di tengah-tengah hadirin ada seseorang yang mendengar do'a itu. Dan tepatnya, orang tersebut termasuk orang-orang  yang gemar untuk bernasehat.

Pada suatu momen tertentu, orang tersebut mendatangi si 'alim India, guna menjelaskan sosok yang telah dido'akan kejelekan oleh beliau setiap selesai kajian.

Sembari menyodorkan sebuah kitab yang berjudul

كتاب التوحيد         (KITAB AT-TAUHID)

Salah satu karya orang yang bernama Muhammad bin 'Abdul Wahhab, sosok yang telah didoakan kejelekan oleh si 'alim India.

Namun cerdiknya sang penasehat, sebelum kitab itu disodorkan, dia cabut cover  kitabnya yang di situ terdapat nama Muhammad bin 'Abdul Wahhab.

Kemudian, ditanyalah si 'alim India oleh sang penasehat,

من هو مؤلف هذا الكتاب ؟

"Siapa penulis kitab ini ?"

Maka diterimalah kitab itu oleh si 'alim India, lalu dibaca dan di cermati pada hari itu.

Keesokan harinya, 'alim India mendatangi si penanya untuk menjawab pertanyaan yang dilemparkan kemarin,

"هو من مؤلفات الإمام البخاري."

"Kitab itu adalah salah satu karya tulis Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah."

Ujar si 'alim India.

Sebelum digelar jawaban yang sebenarnya oleh si penasehat, dikembalikan lagi cover yang sebelumnya dia cabut, sambil berkata,

"هذا هو ابن عبد الوهاب الذي تدعو عليه"

"Ini dia, karya milik (Muhammad) ibnu 'Abdil Wahhab, seorang yang telah anda do'akan kejelekan atasnya."

💦 Lantas kaget dan menyesallah beliau ketika itu; karena merasa begitu jahatnya dia kepada sosok orang yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab.

☛ Yang hekekatnya beliau Seorang 'Alim Najed, Imam di negeri Arab, Tokoh Pembaharu islam, dan seorang da'i yang mengajak manusia kepada Islam yang suci dari karat-karat kesyirikan dan dari ajaran-ajaran sesat yang diada-adakan.

❗️Padahal beliau rahimahullah tidaklah menyeru manusia, kecuali agar mereka kembali kepada Allah dan mentauhidkan-Nya semata.

Dan setelah jelas kedudukan asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab di mata 'alim India; sang 'alim India pun merubah do'a-do'a kejelekannya yang dulu selalu dipanjatkan, lalu beliau ganti dengan do'a-do'a kebaikan untuk asy-Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab pada setiap kajiannya.

🤲 Semoga Allah mengampuni dan merahmati keduanya...

✒️ [Disarikan dari Syarah Fadhlul islam (7-8), Karya Asy Syaikh Shalih Al-Fawzan hafidzahullah]


Faidah yang bisa dipetik dari kisah diatas adalah:

① Tidak terburu-buru dalam menghukumi seseorang, terlebih jika dia dikenal dengan keshalehan dan kealiman. Tidak sekadar fanatik terhadap golongan atau ikut-ikutan, sebelum tatsabbut (mengklarifikasi) segala berita dan kenyataan.

② Kebagusan karya-karya asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullah yang mirip dengan karya-karya 'ulama zaman dulu, seperti: Al-Imam Al-Bukhary.

Dan itu adalah dalil yang menunjukkan bahwa beliau berjalan di atas akidah dan jalannya para 'Ulama Salaf rahimahumullah.

③ Bernasehat dengan cara yang tepat; agar nasehat bisa diterima oleh orang lain. Bukan sekadar hujatan yang berlandaskan emosi belaka.

④ Adanya sifat pengingkaran ketika melihat atau mendengar perkara-perkara yang diketahui sebuah kesalahan.

⑤ Menerima kebenaran dan nasehat, walaupun orang tersebut kedudukannya berada di bawahnya.

⑥ Mendoakan saudara muslim lain dengan kebaikan, terlebih dia adalah seorang 'alim atau guru yang telah mengajarkan ilmu kepadanya.

✍🏼 Al-Ustadz Abu Sufyan سدده الله
Di Bawah Langit Kota Batu
Rabi Ats-Tsânî, 1445 H


▫️▫️▫️
#biografi #kisah_ulama
© Gabung Channel
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
💡💡 Di Antara Ciri Orang Yang Berakal Sehat Adalah Senang Ketika Diingatkan Kesalahannya

▫️▫️▫️

Seorang pakar hadits sekaligus pakar nasab negeri Mesir, al-Imam al-Hafidz 'Abdul Ghaniy bin Sa'id al-Azdiy (W. 409H) rahimahullah, beliau pernah bercerita,

لما رددت على أبي عبد الله الحاكم «الأوهام التي في المدخل» بعث إلي يشكرني، ويدعو لي، فعلمت أنه رجل عاقل.

"Ketika aku membantah Abu 'Abdillah al-Hakim¹, yaitu beberapa kekeliruan yang ada pada kitab beliau 'Al-Madkhal', maka beliau mengirimkan surat kepadaku berterimakasih kepadaku, dan mendoakan kebaikan untukku, maka aku pun yakin bahwa beliau adalah orang yang berakal."

✒️ [Lihat: Tadzkiratul Huffādz 3/1048, dan Siyar A'lāmin Nubalā' 13/56, cet. Muassasah ar-Risalah Beirut]


¹) Seorang pakar hadits di masanya, Muhammad bin 'Abdillah, yang sangat populer dengan julukannya Al-Hakim, wafat pada tahun 405H, rahimahullah.

✍🏼 Abul Walid al-Maidani عفا الله عنه

▫️▫️▫️
#teladan #salaf #biografi #rujuk #berakal
© Gabung Channel
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
🌧🌧 PERJUANGAN KITA BELUM APA-APA...

▫️▫️▫️

Berikut ini sekelumit kisah perjuangan 'ulama dalam berkarya. Kalau kita mengaca, minder jika kita sudah merasa berjasa. Sebut saja salah satu dari mereka :

Al-Imam Al-Hafidz Al-Muarrikh Al-Mufassir Syaikhul Muhadditsin 'Imadud Diin Abul Fida' Isma'il Bin 'Umar Bin Katsir Al-Qurasyi Ad-Dimasyqi Asy-Syafi'i, yang biasa dikenal dengan sebutan,

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah.

Jika kita telisik lebih dalam, beliau rahimahullah memiliki segudang karya yang sangat banyak. Entah berapa lama, berapa tinta dan pena yang beliau habiskan untuk menulis karya-karya itu.

Coba bayangkan, 3 kitab yang kita sebutkan, salah satu gambaran kerja keras dari penulis dalam berdakwah dengan tulisan, seperti diantaranya:

1⃣ Tafsîr Al-Qurân Al-'Adzhîm, yang lebih dikenal tafsir Ibnu Katsir, dan berhasil dicetak dalam jumlah 8 jilid pada cet. Al-Maktabah Al-Islamiyyah. Kitab yang menerangkan tafsir Al-Quran dengan sumber riwayat-riwayat sahabat.

2⃣ Al-Bidâyah Wan-Nihâyah. Kitab besar yang berjumlah 7 jilid, dengan cet. Dar Ibn Al-Jauzi, menceritakan tentang sejarah-sejarah dunia sejak zaman Nabi Adam 'alaihis salam sampai zaman-zaman setelahnya.

3⃣ At-Takmîl Fi Ma'rifati Ats-Tsiqât Wa Adh-Dhu'afâ' wa Al-Majâhîl. Kitab yang menjelaskan tentang kondisi perawi-perawi hadits, yang merupakan gabungan antara kitab Tahdzîb Al-Kamâl dan Mîzân Al-I'tidâl. Dan tercetak sebanyak 5 jilid.

Luar biasa, itupun hanya beberapa.

Tapi yang lebih hebat lagi... Pada kesempatan lain, beliau menulis sebuah karya besar yang berjudul Jâmi' Al-Masâníd wa As-Sunan.

Sebuah kitab yang merupakan gabungan 10 kitab-kitab induk hadits, gabungan Al-Kutub As-Sittah (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan An-Nasai, Sunan Abi Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan Ibni Majah) dan ditambah musnad-musnad yang empat (Musnad Imam Ahmad, Musnad Al Bazzar, Musnad Abi Ya'la, dan Al-Mu'jam Al-Kabir).

Coba Bayangkan, di sekitar tahun 770-an Hijriah, dengan SDM yang belum modern, belum ada program copy paste atau mesin foto copy, kitab yang berisi lebih dari ratusan ribu hadits ini, ditulis oleh beliau satu persatu sesuai dengan urutan abjad nama-nama perawi hadits dari kalangan para sahabat-sahabat Nabi radhiyallahu 'anhum ajma'in yang termaktub dalam kitab-kitab tersebut.

Bukan suatu yang mudah dan kecil.

Sampai-sampai pada percetakan Darul Kutub Al 'Ilmiyyah, karya beliau ini tercetak sampai berjumlah 18 Jilid kitab.

Dengan susah payah, dan tenaga extra beliau kerahkan semua kemampuan untuk merampungkan kitab besar ini.

Namun apa daya dan asa, di akhir-akhir penulisan Jâmi'ul Masânîd, ternyata kurang lengkap hasil akhir penulisan beliau dari sebagian Musnad sahabat Abi Hurairah radhiyallahu 'anhu.

Karena memang satu musnad pada kitab Mu'jam Al-Kabir karya Al-Imam Ath-Thabrani rahimahullah belum termaktub musnad sahabat Abi Hurairah.

Sampai akhirnya di penghujung umur beliau, sempat bercerita tentang pengalaman hebatnya itu.

Di sisi lain, ternyata itu juga sebagai pecutan untuk kita yang belum ada apa-apanya. Kata beliau rahimahullah,

"Aku terus menerus menulis kitab itu (Jami' Al-Masanid) di gelapnya malam. Adapun lentera yang menerangiku, kondisinya redup-redup.

Sampai akhirnya mataku pun pergi bersamanya (mengalami kebutaan). Mudah-mudahan Allah memunculkan seseorang yang akan menyempurnakan kitab tersebut, di samping juga sudah mudah; karena belum termaktub di dalam kitab Mu'jam Ath-Thabrani Al-Kabir musnad sahabat abu hurairah radhiyallahu 'anhu."

🌹Ternyata ketetapan Allah mendahului asa beliau. Hingga akhirnya beliau-pun meninggal dunia di penghujung umurnya yang ke-74 pada tahun 774 H, dan belum lengkap kitab besarnya tersebut dengan musnad Abi Hurairah pada kitab Mu'jam Ath-thabarani Al-Kabir.

Semoga Allah balas beliau dengan pahala dan surga di sisi-Nya.

✒️ [Lihat: Muqaddimah Al-Bidayah Wa An-Nihayah & Tadwin As-Sunnah hlm. 222]

✍🏼 Al-Ustadz Abu Sufyan حفظـہ اللـہ
(Di Bawah Kaki Panderman, Jumadal Akhirah 1445 H)

▫️▫️▫️
#biografi #figur #perjuangan #ulama #karyatulis
© Gabung Channel
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
📜🚪📝 SEJARAWAN ISLAM YANG TIDAK MENGANGGAP SEJARAH DIRINYA

▫️▫️▫️

Bukankah sangat tidak sopan jika ada orang yang menganggap pakar sejarah yang satu ini adalah ulama biasa. Ya, dia dijuluki sebagai Al-Imam (seorang panutan), Al-'Allamah (yang sangat luas ilmunya), Al-Hafidz (seorang penghafal pilih tanding), Mu-arrikhul Islam (sejarawan Islam), Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin 'Utsman Adz-Dzahabi rahimahullah.

Kitab-kitab yang beliau tulis menjadi bukti kapabilitasnya dalam banyak bidang ilmu, terlebih dalam ilmu sejarah Islam. Sebut saja di antara karya tulis beliau:

Tārīkhul Islām. Kitab ini kini tercetak di antaranya hingga 15 jilid, beliau memulainya dari Sirah Nabawiyyah, hingga peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di zaman beliau.

Siyar A'lāmin Nubalā'. Karya tulis yang sangat fenomenal dan menjadi kitab yang sangat diminati oleh banyak kalangan. Kitab ini sudah diterbitkan dalam bentuk buku-buku tebal yang mencapai 30 jilid.

Tadzkiratul Huffādz, atau Thabaqåtul Huffadz. Literatur yang secara khusus menyajikan nama dan biografi singkat para penghafal dan narator hadits, beliau susun dengan standar klasifikasi thabaqah (tingkatan) dan jenjangnya. Dimulai dari tingkatan pertama yaitu para Sahabat radhiyallahu 'anhum, hingga tingkatan ke-21. Dan beliau tutup dengan tingkatan ulama-ulama yang beliau jumpai di masanya.

Mīzānul I'tidāl. Salah satu karya tulis paling penting di dunia dalam bidang ilmu Rijalul Hadits (para perawi dan narator hadits). Beliau mengevaluasi para narator hadits melalui biografi masing-masingnya. Adz-Dzahabi rahimahullah menyusun kitabnya ini sesuai urutan abjad, dari sana beliau mengidentifikasi perawi yang Tsiqah (terpercaya), Shaduq (jujur), atau bahkan Kadzdzab (pendusta), dan Matrukul Hadits (haditsnya ditinggalkan oleh para ulama), dan sebagainya.

Dzail Dīwān Adh-Dhu'afā. Kitab ini sesuai namanya, yaitu Dzail. Secara harfiyah, "Dzail" dalam bahasa Arab didefinisikan sebagai : "ujung dari setiap benda". Maksudnya adalah tambahan, dan memang demikian kenyataannya, kitab Dzail Dīwān Adh-Dhu'afa ini merupakan pelengkap dan tambahan untuk kitab aslinya yaitu Dīwān Adh-Dhu'afa karya Adz-Dzahabi sendiri. Kitab ini hanya berisikan para perawi yang lemah hafalannya, perawi yang tidak dianggap standar keshahihan sebuah riwayat hadits.

Namun, ada keganjalan di kitab terakhir ini, aneh dan mengherankan. Penulisnya yaitu Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullah memasukkan namanya di dalam daftar perawi yang lemah hafalannya. Padahal ulama-ulama hadits di masanya, maupun yang datang setelahnya, semuanya sepakat akan kapabilitas dan kualitas seorang Adz-Dzahabi dalam hafalannya dan keilmuannya.

Perhatikan penggalan kalimat berikut di dalam kitabnya (Dzail Dīwān Adh-Dhu'afa, no. 345, 1/57),

محمد بن أحمد بن عثمان الغافقي : سيّء الحفظ ليس بالمتقن ولا بالمتَّقي، سامحه الله تعالى.

"Muhammad bin Ahmad bin 'Utsman Al-Ghafiqiy (yakni dirinya sendiri -pen) : Seorang yang buruk hafalannya, bukan orang yang mutqin, bukan pula orang yang bertakwa, semoga Allah mengampuninya."

Allahu Akbar!!!

Maka sudah sepantasnya kita bertakwa kepada Allah, bercermin dari seorang Al-Imam Adz-Dzahabi, dan memperbaiki amalan dan kualitas ilmu kita. Sudah seharusnya pula kita malu kepada beliau, dan malu terhadap diri-diri kita. Siapa diri ini hingga tampil membusungkan dada menganggapnya ALIM, PAKAR ILMU HADITS, ULAMA BESAR, MUFTI, SEJARAWAN, dan gelar-gelar yang lainnya.

Lihatlah akhlak seorang yang sangat luas ilmunya, dia hanya menganggap orang lain daripada dirinya sendiri. Dan begitu lah teladan dari Salafus Saleh, betapa indahnya sejarah hidup orang-orang pilihan yang pernah tinggal di bawah kolong langit.

✍🏽 Abul Walid سامحه الله

▫️▫️▫️
#panutan #figur #biografi #akhlak #AdzDzahabi #ulama #tawadhu
© Gabung Channel
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
📃📮📋 TERDIDIK DENGAN HADITS NABI ﷺ MENJADIKAN AKHLAK DAN NAMANYA HARUM

▫️▫️▫️

Sangat besar sekali peran dari hadits Nabi ﷺ dalam menempa karakter dan mencetak kepribadian seorang muslim. Perangai indah dan akhlak mulia menghiasi tubuh-tubuh yang hidup, memberikan arti dan kualitas pada figur-figur generasi terbaik umat ini.

Salafus Shalih, sangat identik dengan hadits Nabi ﷺ. Hari-hari mereka setiap waktunya sangat cerah dengan ucapan: "Rasulullah ﷺ bersabda...", "Nabi ﷺ pernah melakukan demikian..." Dan seterusnya.

Kisah apik penuh inspirasi, terjadi di era Atbaa' Taabi'iin, kisah yang diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dari jalur salah seorang murid Sufyan bin 'Uyainah, yaitu Harun bin Said Al-Ailiy rahimahullah, ketika itu di majelis, ada dari kalangan hadirin yang mengatakan kepada Sufyan -sambil membawakan sebuah hadits-, dia berkata,

"Sungguh Malik (bin Anas) menyelisihimu terkait sanad hadits ini."

Maka, Sufyan rahimahullah dengan kesucian jiwa menjawab,

“Semoga Allah merahmati Malik, aku dengan Malik tidak lain seperti ucapan seorang penyair,

وابن اللبون إذا ما لز في قرن ::: لم يستطع صولة البزل القناعيس

Yang namanya anak unta usia 2 tahun (atau lebih -pen) ketika diikat bergandengan dengan satu tali...
Dia tidak akan mampu memikul layaknya unta tua yang besar badannya.” [Lihat: Hilyatul Auliyā' 9/150]

Beliau bermaksud bahwa dirinya belum ada apa-apanya jika namanya disandingkan dan bergandengan dengan Imam Malik rahimahullah. Layaknya anak unta yang baru genap berusia 2 tahun, ketika diikat bergandengan dengan unta tua, besar dan kuat, kemudian mengangkut di atasnya beban-beban tertentu, pasti akan merasa payah dan tidak mampu karena mengikuti beban unta besar di sebelahnya.

Tidak kemudian beliau menjawab dengan jawaban yang menohok, yang jika ucapan yang sama dilontarkan kepada sebagian kita, kita akan menjawab dengannya. Mungkin jika di posisi beliau, kita akan berkata: "Malik punya standar dalam hadits, aku juga punya standar yang lain." Atau jawaban: "Malik manusia biasa, bisa keliru dalam mengevaluasi hadits." Dan sebagainya.

Namun, hadits Nabi ﷺ mendidik seorang untuk berakhlak mulia, berjiwa besar untuk mengakui keutamaan orang lain, dan menghiasi diri dengan sifat tawadhu'.

Walau tanpa nada, yang keluar dari tutur katanya hanya kalam hikmah yang indah dan santun, menunjukkan kesucian jiwa, dan keluhuran budi dari seorang imam ahli hadits ini.

Sufyan bin 'Uyainah, sosok alim panutan yang menghabiskan waktunya untuk hadits. Tak heran jika beliau sangat dihormati di masanya, dan majelisnya dikerumuni oleh banyak penuntut ilmu. Kala itu, beliau adalah tokoh ahli hadits negeri Al-Haram (Mekkah) yang kuat dan kokoh hafalannya.

Cukuplah ucapan murid tersohornya, Asy-Syafi'i rahimahullah, menjadi bukti kapabilitas sang guru, Sufyan bin 'Uyainah. Kata Asy-Syafi'i rahimahullah,

لولا مالك وسفيان بن عيينة، لذهب علم الحجاز.

"Seandainya tidak ada Malik dan Sufyan bin 'Uyainah, niscaya lenyap ilmu di Hijaz (Mekkah dan Madinah)."

Kini, Sufyan bin 'Uyainah telah tiada. Namun, walau jasadnya sudah di perut bumi, harumnya sejarah hidup beliau lebih semerbak daripada minyak kesturi. Seorang penuntut ilmu pasti akan selalu rindu akan aroma wangi nan semerbak tersebut. Manakala dia sudah tenggelam di dalam aroma harumnya, dia akan selalu membuka kembali kisah-kisah keteladanan, dan akhlak mulia seorang alim besar di masanya.

Sufyan bin 'Uyainah wafat pada tahun 198 H. Semoga Allah merahmati dan meridhoinya.

✍🏽 Ibnu Januardi عفا الله عنه وعن والديه

▫️▫️▫️
#panutan #figur #biografi #akhlak #ahli_hadits #ulama #tawadhu
© Gabung Channel
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
╔●●●💬💬 ═════════════╗
     𝗕𝗜𝗢𝗚𝗥𝗔𝗙𝗜 𝗨𝗟𝗔𝗠𝗔 𝗦𝗔𝗟𝗔𝗙
╚═════════════ 💬💬●●●╝

🖇 ALIM SENIOR, TETANGGA IBNU ABBAS RADHIYALLAHU 'ANHUMA YANG SANGAT MENJAGA LISANNYA

▫️▫️▫️

Yang berilmu pasti terhormat. Dari majelis para Sahabat dia berangkat. Mengikat hasrat, menempuh jalan berat. Semua dilalui tanpa berehat-rehat. Bergerak menuju cinta Rabb-nya, bersemangat kuat. Menambatkan asa hanya untuk negeri akhirat.

Aus bin 'Abdillah Ar-Rib'iy Al-Bashri, berkunyah Abul Jauza' dan lebih dikenal dengan kunyahnya.

Abul Jauza' tergolong ulama generasi Tabi'in. Beliau mengambil ilmu dan riwayat hadits dari sejumlah Sahabat. Antara lain: Ummul Mu'minin 'Aisyah radhiyallahu 'anha, Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, dan Abdullah bin Amer bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhuma.

Semasa hidupnya, Abul Jauza' sangat giat dalam beribadah, bahkan beliau terbiasa puasa 𝘸𝘪𝘴𝘩𝘢𝘭 hingga satu pekan tanpa berbuka sama sekali. Beliau juga terkenal sangat kuat, pernah suatu saat beliau menggenggam lengan anak muda, dan hampir saja membuatnya remuk.

Abul Jauza' adalah tetangga seorang Sahabat yang sangat berilmu. Ya, beliau tinggal berdekatan rumah dengan Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau menceritakan,

جاورت ابن عباس في داره اثنتي عشرة سنة ما في القرآن آية إلا وقد سألته عنها.

"Aku bertetangga dengan Ibnu 'Abbas di perkampungannya selama 12 tahun, tidak ada satu ayat di dalam Al-Quran, melainkan telah aku tanyai beliau tentangnya."

Sehingga tak heran jika ulama sekaliber Qatadah bin Di'amah menyempatkan untuk 𝘯𝘨𝘶𝘯𝘥𝘶𝘩 ilmu dari beliau. Bahkan para ulama senior lainnya juga tidak melewati kesempatan ini, antara lain: Abul Asy-hab Al-'Utharidiy, Amer bin Malik An-Nukri, Aban bin Abi 'Ayyasy, Budail bin Maisarah, Sulaiman bin 'Ali Ar-Rib'iy, dan sejumlah ulama lainnya.

Saking menjaga lisannya, Abul Jauza' tidak pernah melaknat dan mencela makanan sekali pun. Kata beliau,

"Aku tidak pernah melaknat sesuatu apa pun, tidak pula memakan sesuatu yang terlaknat, dan aku tidak pernah mengganggu seorang pun."

Yahya bin Amer bin Malik An-Nukri berkata,

"Aku mendengar ayahku bercerita, bahwa Abul Jauza' tidak pernah melaknati sesuatu apa pun, dan beliau tidak akan memakan sesuatu yang dilaknati."

Dalam riwayat lain, Amer bin Malik menambahkan,

ولم يكذب رجلا قط ولم يجلس على دكاكين قط.

"Beliau tidak pernah berdusta kepada seorang pun, dan tidak pernah sama sekali 𝘯𝘰𝘯𝘨𝘬𝘳𝘰𝘯𝘨 di toko-toko."

Abul Jauza' telah menjadi murid sejati para Sahabat. Hal itu terlihat dari sikapnya kepada pengekor hawa nafsu, sampai-sampai beliau mengatakan,

لأن أجالس الخنازير، أحب إلي من أن أجالس أحدا من أهل الأهواء.

"Aku duduk-duduk dengan babi, itu lebih aku sukai daripada aku duduk-duduk dengan seorang dari kalangan pengekor hawa nafsu."

Abul Jauza' tergolong ulama tsiqah (terpercaya) riwayatnya menurut para ahli hadits, bahkan hadits-hadits dari jalur beliau dikeluarkan oleh imam-imam 𝘬𝘶𝘵𝘶𝘣𝘶𝘴 𝘴𝘪𝘵𝘵𝘢𝘩 (kitab enam imam, yaitu: Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah).

Disebutkan, bahwa beliau termasuk orang yang terbunuh pada peperangan Jamajim di pinggiran Kufah, melawan Al-Hajjaj bin Yusuf.

Perang Jamajim (tengkorak), disebut demikian karena tempat tersebut sudah menjadi gundukan tengkorak dari mayat akibat perang yang berkecamuk dahulu kala. Kemudian ia menjadi tempat pemberontakan Ibnul Asy'ats kepada Al-Hajjaj bin Yusuf, si gubernur yang terkenal kejam, bengis, dan lalim.

Ketika itu, tragedi berdarah, kerusuhan, dan fitnah besar mengguncang dunia Islam dan muslimin. Beberapa orang dari ulama Tabi'in terseret arus fitnah Ibnul Asy'ats, sampai menyebabkan mereka juga harus terbunuh di tempat tersebut.

Di antara mereka yang terbunuh adalah Abul Jauza', pada tahun 83 H. Rahimahullah.

Semoga Allah mengampuni beliau, merahmatinya, dan menjadikan Jannah tempat tinggalnya.

✒️ [Siyar A'lāmin Nubalā' (4/371-372), Tahdzībul Kamāl (3/392-393), Ath-Thabaqat Al-Kubra (7/166-167), dan selainnya]

▫️▫️▫️
#biografi #ulama #salaf
© 𝐆𝐚𝐛𝐮𝐧𝐠 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐧𝐞𝐥
https://t.me/ponpes_assunnah_batu