Pendidikan Merdeka Belajar
Photo
Sabtu 22 Maret 2025 jam 15.30, siap-siap isi agenda soremu dengan *"Ngabubuart - Home Decor Mini Painting/Artwork with Solo is Solo"*.
Buat ortu yg pengen dapat *pengalaman inspiratif, produktif, edukatif, dan sekaligus relaxing*, harus ikut kegiatan ini. Buat pemula yg bahkan belum pernah pegang kuas kecuali kuas make up, bisa bangettt. Hasilnya jg bisa langsung dipajang buat dekor rumah. Hari gini boro-boro buat beli artwork, mending duitnya buat belanja groceries yg tiap hari ada aja kejutan harganya ya kaaan.... Lagian, artwork karya sendiri dijamin lebih puas, dan pastinya bisa menginspirasi anak-anak jg.
Bakal ada apa aja ya di sana?
*bikin mini painting* ini acara intinya yg dipandu sm teman-teman dr SoloisSolo, iya betul yg bikin rame Gatsu tiap weekend itu, udah kebayang kan artsy-nya
*garage sale for edu* ini isinya jualan buku, baju, dll yg hasilnya buat subsidi kegiatan-kegiatan edukatif
*curhat parents* pastinya bisa ketemu parents lainnya, bisa rasan-rasan, berjejaring, dan (semoga) berdampak positif yaa
*bukber* doong, krn masih dlm bulan puasa, jd disediain takjil jg, nah kalau ada yg mau bawa makanan sangat disarankan yaa, jangan lupa yg ramah lingkungan
Catat lokasinya niiih
📍 Tempat: PAUD Sajati (GMaps : Rumah Pak Bukik) - https://maps.app.goo.gl/RuCz6LgSmtnvT37r9
📝 Daftar Sekarang! Jangan ntar-ntar, krn *kuota terbatas 20 peserta*
https://bit.ly/Ngabubuart2025
_*Undangan akan dikirim via email, setelah pengisian form pendaftaran*_
Buat ortu yg pengen dapat *pengalaman inspiratif, produktif, edukatif, dan sekaligus relaxing*, harus ikut kegiatan ini. Buat pemula yg bahkan belum pernah pegang kuas kecuali kuas make up, bisa bangettt. Hasilnya jg bisa langsung dipajang buat dekor rumah. Hari gini boro-boro buat beli artwork, mending duitnya buat belanja groceries yg tiap hari ada aja kejutan harganya ya kaaan.... Lagian, artwork karya sendiri dijamin lebih puas, dan pastinya bisa menginspirasi anak-anak jg.
Bakal ada apa aja ya di sana?
*bikin mini painting* ini acara intinya yg dipandu sm teman-teman dr SoloisSolo, iya betul yg bikin rame Gatsu tiap weekend itu, udah kebayang kan artsy-nya
*garage sale for edu* ini isinya jualan buku, baju, dll yg hasilnya buat subsidi kegiatan-kegiatan edukatif
*curhat parents* pastinya bisa ketemu parents lainnya, bisa rasan-rasan, berjejaring, dan (semoga) berdampak positif yaa
*bukber* doong, krn masih dlm bulan puasa, jd disediain takjil jg, nah kalau ada yg mau bawa makanan sangat disarankan yaa, jangan lupa yg ramah lingkungan
Catat lokasinya niiih
📍 Tempat: PAUD Sajati (GMaps : Rumah Pak Bukik) - https://maps.app.goo.gl/RuCz6LgSmtnvT37r9
📝 Daftar Sekarang! Jangan ntar-ntar, krn *kuota terbatas 20 peserta*
https://bit.ly/Ngabubuart2025
_*Undangan akan dikirim via email, setelah pengisian form pendaftaran*_
Rumah Pak Bukik · Jl. Pajajaran Sel. Gg. I No.8, Sumber, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57138, Indonesia
★★★★★ · Community centre
🔥1
Kalau Balik Lagi ke Penjurusan, Kita Kehilangan Besar
“Don’t limit a child to your own learning, for he was born in another time.”
— Rabindranath Tagore
Dulu, saat masih sekolah, kita terbiasa mendengar kalimat: “Masuk jurusan IPA aja, biar masa depanmu cerah.” Seolah-olah hanya satu jalan yang benar, dan yang lain adalah cadangan. Padahal, dunia tak lagi bekerja seperti itu. Dunia kerja hari ini justru membutuhkan orang-orang yang bisa berpikir lintas bidang, bukan yang terjebak dalam satu jalur sempit. Kalau kita kembali ke sistem penjurusan yang kaku, kita bukan hanya mundur langkah—tapi kehilangan potensi besar anak-anak kita.
Kurikulum Merdeka memberi peluang baru: siswa SMA bisa memilih sendiri mata pelajaran yang sesuai minat dan bakat mereka. Tak lagi ada batas jurusan. Mau belajar fisika dan ekonomi? Silakan. Tertarik dengan biologi dan musik? Boleh. Kebebasan ini bukan sekadar variasi kurikulum. Ini adalah cara sekolah mempersiapkan anak menghadapi masa depan yang tak bisa ditebak. Anak-anak dilatih membuat pilihan, belajar dengan alasan yang mereka yakini, dan bertanggung jawab atas arah yang mereka pilih sendiri.
Manfaatnya sudah terasa. Siswa jadi lebih semangat belajar, guru bisa melihat potensi unik setiap anak, dan suasana sekolah perlahan berubah dari tekanan menjadi pencarian. Di sisi lain, riset global menunjukkan bahwa mereka yang belajar secara interdisipliner punya peluang kerja lebih luas dan lebih tahan banting terhadap perubahan. Mereka tak hanya pintar, tapi juga lentur.
Tapi ketika isu penjurusan mulai dibicarakan lagi sebagai wacana kebijakan, kita patut khawatir. Dulu, sistem ini meninggalkan luka: anak-anak yang tidak masuk IPA sering dicap “kurang pintar”, guru-guru non-IPA merasa dipinggirkan, dan sekolah menjadi tempat yang sempit untuk mimpi besar. Stigma ini tak berhenti di kelas—ia terbawa ke bangku kuliah, bahkan ke dunia kerja. Kalau kita kembali ke sistem lama, bukan hanya ruang belajar yang menyempit, tapi kepercayaan anak pada dirinya pun bisa ikut mengecil.
Perubahan besar butuh waktu. Kurikulum Merdeka baru berjalan dua setengah tahun. Jangan buru-buru menarik kesimpulan dari hasil yang belum matang. Yang dibutuhkan saat ini adalah penguatan, bukan penggantian. Perlu asesmen minat dan bakat yang lebih tajam, pendampingan karier sejak kelas X, dan pelatihan guru untuk memahami dinamika lintas mata pelajaran. Dengan langkah itu, kita tidak hanya menyelamatkan semangat belajar anak, tapi juga memastikan mereka tumbuh menjadi pribadi yang siap menghadapi masa depan—dengan pilihan yang benar-benar milik mereka sendiri.
Karena itu, kalau peduli pada masa depan pendidikan, mari bersuara. Sampaikan dengan jelas: kita tidak setuju sistem penjurusan dihidupkan kembali. Bukan karena kita menolak perubahan, tapi karena kita sedang membangun perubahan yang lebih besar—yakni kemerdekaan belajar anak-anak Indonesia.
“Don’t limit a child to your own learning, for he was born in another time.”
— Rabindranath Tagore
Dulu, saat masih sekolah, kita terbiasa mendengar kalimat: “Masuk jurusan IPA aja, biar masa depanmu cerah.” Seolah-olah hanya satu jalan yang benar, dan yang lain adalah cadangan. Padahal, dunia tak lagi bekerja seperti itu. Dunia kerja hari ini justru membutuhkan orang-orang yang bisa berpikir lintas bidang, bukan yang terjebak dalam satu jalur sempit. Kalau kita kembali ke sistem penjurusan yang kaku, kita bukan hanya mundur langkah—tapi kehilangan potensi besar anak-anak kita.
Kurikulum Merdeka memberi peluang baru: siswa SMA bisa memilih sendiri mata pelajaran yang sesuai minat dan bakat mereka. Tak lagi ada batas jurusan. Mau belajar fisika dan ekonomi? Silakan. Tertarik dengan biologi dan musik? Boleh. Kebebasan ini bukan sekadar variasi kurikulum. Ini adalah cara sekolah mempersiapkan anak menghadapi masa depan yang tak bisa ditebak. Anak-anak dilatih membuat pilihan, belajar dengan alasan yang mereka yakini, dan bertanggung jawab atas arah yang mereka pilih sendiri.
Manfaatnya sudah terasa. Siswa jadi lebih semangat belajar, guru bisa melihat potensi unik setiap anak, dan suasana sekolah perlahan berubah dari tekanan menjadi pencarian. Di sisi lain, riset global menunjukkan bahwa mereka yang belajar secara interdisipliner punya peluang kerja lebih luas dan lebih tahan banting terhadap perubahan. Mereka tak hanya pintar, tapi juga lentur.
Tapi ketika isu penjurusan mulai dibicarakan lagi sebagai wacana kebijakan, kita patut khawatir. Dulu, sistem ini meninggalkan luka: anak-anak yang tidak masuk IPA sering dicap “kurang pintar”, guru-guru non-IPA merasa dipinggirkan, dan sekolah menjadi tempat yang sempit untuk mimpi besar. Stigma ini tak berhenti di kelas—ia terbawa ke bangku kuliah, bahkan ke dunia kerja. Kalau kita kembali ke sistem lama, bukan hanya ruang belajar yang menyempit, tapi kepercayaan anak pada dirinya pun bisa ikut mengecil.
Perubahan besar butuh waktu. Kurikulum Merdeka baru berjalan dua setengah tahun. Jangan buru-buru menarik kesimpulan dari hasil yang belum matang. Yang dibutuhkan saat ini adalah penguatan, bukan penggantian. Perlu asesmen minat dan bakat yang lebih tajam, pendampingan karier sejak kelas X, dan pelatihan guru untuk memahami dinamika lintas mata pelajaran. Dengan langkah itu, kita tidak hanya menyelamatkan semangat belajar anak, tapi juga memastikan mereka tumbuh menjadi pribadi yang siap menghadapi masa depan—dengan pilihan yang benar-benar milik mereka sendiri.
Karena itu, kalau peduli pada masa depan pendidikan, mari bersuara. Sampaikan dengan jelas: kita tidak setuju sistem penjurusan dihidupkan kembali. Bukan karena kita menolak perubahan, tapi karena kita sedang membangun perubahan yang lebih besar—yakni kemerdekaan belajar anak-anak Indonesia.
👍3❤1🔥1
Penjurusan Dikembalikan Terkait TKA, Sudah Pas?
Penjurusan di tingkat SMA akan kembali dihidupkan terkait dengan TKA. Namun, Bukik menilai jika alasan pengembalian jurusan ini dikarenakan TKA yang berbasis mapel, maka logika tersebut salah arah.
"Kalau alasan pengembalian penjurusan adalah karena TKA berbasis mata pelajaran, menurut saya itu logika yang keliru arah. Justru karena TKA berbasis mata pelajaran, siswa perlu ruang untuk memilih dan memperdalam pelajaran sesuai rencana masa depannya, bukan dipaksa masuk ke paket jurusan yang belum tentu relevan," papar Bukik.
Ia menegaskan, TKA adalah alat asesmen, bukan penentu struktur belajar. Sehingga fungsinya yakni mengukur, bukan mengarahkan anak secara paksa ke dalam jalur tertentu.
Apabila mengembalikan ke sistem penjurusan agar siswa siap ikut TKA, maka menurutnya mendesain pendidikan untuk tes, bukan untuk kehidupan.
"Kita mengorbankan potensi anak demi sistem seleksi," pungkasnya.
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-7868848/tka-jadi-alasan-kembalikan-penjurusan-di-sma-pengamat-logika-yang-keliru-arah
Penjurusan di tingkat SMA akan kembali dihidupkan terkait dengan TKA. Namun, Bukik menilai jika alasan pengembalian jurusan ini dikarenakan TKA yang berbasis mapel, maka logika tersebut salah arah.
"Kalau alasan pengembalian penjurusan adalah karena TKA berbasis mata pelajaran, menurut saya itu logika yang keliru arah. Justru karena TKA berbasis mata pelajaran, siswa perlu ruang untuk memilih dan memperdalam pelajaran sesuai rencana masa depannya, bukan dipaksa masuk ke paket jurusan yang belum tentu relevan," papar Bukik.
Ia menegaskan, TKA adalah alat asesmen, bukan penentu struktur belajar. Sehingga fungsinya yakni mengukur, bukan mengarahkan anak secara paksa ke dalam jalur tertentu.
Apabila mengembalikan ke sistem penjurusan agar siswa siap ikut TKA, maka menurutnya mendesain pendidikan untuk tes, bukan untuk kehidupan.
"Kita mengorbankan potensi anak demi sistem seleksi," pungkasnya.
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-7868848/tka-jadi-alasan-kembalikan-penjurusan-di-sma-pengamat-logika-yang-keliru-arah
detikedu
TKA Jadi Alasan Kembalikan Penjurusan di SMA, Pengamat: Logika yang Keliru Arah
Pengamat pendidikan Bukik Setiawan menilai kembalinya penjurusan di SMA berisiko tinggi. Ia pun pertanyakan TKA dijadikan alasan kebijakan tersebut.
👍1
📌 HARI TERAKHIR DAFTAR!!!
Festival Cerita Guru Belajar
Tema: "Dari Kelas yang Kaku, Menjadi Lebih Memanusiakan Hubungan"
🗓 21 April 2025 (19.00 - 21.00 WIB)
✅ Link Pendaftaran: https://bit.ly/festivalcgb
✅ Grup Whatsapp Kegiatan: https://chat.whatsapp.com/HWMquA1pafo6GSBw5ixPmb
Dapatkan
✅ Insight pendidikan terkini
✅ Kisah Para Guru Pengubah Iklim Belajar
✅ Beragam info kesempatan belajar seru
✅ Peluang mengembangkan karier
SEGERA DAFTAR SEBELUM PENUH!!
Festival Cerita Guru Belajar
Tema: "Dari Kelas yang Kaku, Menjadi Lebih Memanusiakan Hubungan"
🗓 21 April 2025 (19.00 - 21.00 WIB)
✅ Link Pendaftaran: https://bit.ly/festivalcgb
✅ Grup Whatsapp Kegiatan: https://chat.whatsapp.com/HWMquA1pafo6GSBw5ixPmb
Dapatkan
✅ Insight pendidikan terkini
✅ Kisah Para Guru Pengubah Iklim Belajar
✅ Beragam info kesempatan belajar seru
✅ Peluang mengembangkan karier
SEGERA DAFTAR SEBELUM PENUH!!
Ketua Belajar Foundation Bukik Setiawan menilai sistem tanpa jurusan di SMA sudah sesuai dengan kebutuhan siswa di masa kini dan masa depan untuk masuk ke dunia profesional.
Hal ini dikatakan Bukik merespons rencana dikembalikannya penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
"Dalam situasi ketika anak-anak kita sedang membangun arah belajarnya sendiri, kebijakan ini justru mengancam untuk menarik mereka kembali ke sistem lama yang telah lama dikritik karena tidak relevan dengan tantangan masa kini," kata Bukik dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (23/4/2025).
Bukik juga menyoroti potensi hilangnya kepercayaan publik terhadap sistem pendidikan karena perubahan kebijakan tanpa kajian menyeluruh.
https://www.kompas.com/edu/read/2025/04/24/104707571/guru-guru-minta-rencana-pengembalian-penjurusan-di-sma-dibatalkan
Hal ini dikatakan Bukik merespons rencana dikembalikannya penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
"Dalam situasi ketika anak-anak kita sedang membangun arah belajarnya sendiri, kebijakan ini justru mengancam untuk menarik mereka kembali ke sistem lama yang telah lama dikritik karena tidak relevan dengan tantangan masa kini," kata Bukik dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (23/4/2025).
Bukik juga menyoroti potensi hilangnya kepercayaan publik terhadap sistem pendidikan karena perubahan kebijakan tanpa kajian menyeluruh.
https://www.kompas.com/edu/read/2025/04/24/104707571/guru-guru-minta-rencana-pengembalian-penjurusan-di-sma-dibatalkan
KOMPAS.com
Guru-guru Minta Rencana Pengembalian Penjurusan di SMA Dibatalkan
Ketua Guru Belajar Foundation Bukik Setiawan menilai sistem tanpa jurusan di SMA sudah sesuai dengan kebutuhan siswa di masa kini dan masa depan.
Kompas Tanpa Utara
Refleksi Hari Pendidikan Nasional 2025
Hari ini kita kembali merayakan Hari Pendidikan Nasional. Seperti biasa, akan ada pidato, unggahan penuh harapan, dan spanduk yang menyatakan bahwa pendidikan adalah jalan masa depan.
Tapi izinkan saya mengajak Anda menepi sejenak dari semua itu - bukan untuk sinis, tapi untuk jujur. Karena di balik semua parade kata indah, kita perlu bertanya: apakah kita masih tahu ke mana arah pendidikan kita?
https://medium.com/@bukik/kompas-tanpa-utara-6c6df02d391a
Refleksi Hari Pendidikan Nasional 2025
Hari ini kita kembali merayakan Hari Pendidikan Nasional. Seperti biasa, akan ada pidato, unggahan penuh harapan, dan spanduk yang menyatakan bahwa pendidikan adalah jalan masa depan.
Tapi izinkan saya mengajak Anda menepi sejenak dari semua itu - bukan untuk sinis, tapi untuk jujur. Karena di balik semua parade kata indah, kita perlu bertanya: apakah kita masih tahu ke mana arah pendidikan kita?
https://medium.com/@bukik/kompas-tanpa-utara-6c6df02d391a
Medium
Kompas Tanpa Utara
Refleksi Hari Pendidikan Nasional 2025
Sedekah terbaik adalah yang terus mengalir manfaatnya.
Yuk, bantu dengan satu langkah kecil agar murid-murid bisa terus sekolah
Satu donasimu bisa jadi pembuka jalan bagi masa depan mereka.
Dan sedekahmu hari ini, bisa jadi pahala yang tak putus esok hari.
💛 Salurkan donasimu di:
kitabisa.com/teruslanjutbelajar
Yuk, bantu dengan satu langkah kecil agar murid-murid bisa terus sekolah
Satu donasimu bisa jadi pembuka jalan bagi masa depan mereka.
Dan sedekahmu hari ini, bisa jadi pahala yang tak putus esok hari.
💛 Salurkan donasimu di:
kitabisa.com/teruslanjutbelajar
👍1
Festival Cerita Guru Belajar
📌 Tema: Sekolah Ramah Iklim: Saatnya Belajar, Bertindak, dan Berdampak!
🗓 Selasa, 20 Mei 2025 (19.00 - 21.00 WIB)
✅ Link Pendaftaran: https://bit.ly/festivalcgb
✅ Grup Whatsapp Kegiatan: https://chat.whatsapp.com/HWMquA1pafo6GSBw5ixPmb
Dapatkan
• Insight pendidikan iklim berkelanjutan
• Kisah para guru dalam menumbuhkan pembelajaran iklim
• Peluang kembangkan karier melalui TPN XII di 45 daerah
SEGERA DAFTAR SEBELUM PENUH!!
📌 Tema: Sekolah Ramah Iklim: Saatnya Belajar, Bertindak, dan Berdampak!
🗓 Selasa, 20 Mei 2025 (19.00 - 21.00 WIB)
✅ Link Pendaftaran: https://bit.ly/festivalcgb
✅ Grup Whatsapp Kegiatan: https://chat.whatsapp.com/HWMquA1pafo6GSBw5ixPmb
Dapatkan
• Insight pendidikan iklim berkelanjutan
• Kisah para guru dalam menumbuhkan pembelajaran iklim
• Peluang kembangkan karier melalui TPN XII di 45 daerah
SEGERA DAFTAR SEBELUM PENUH!!
👍2
Buku adalah jendela dunia bagi murid untuk belajar dan bermimpi. Namun, masih banyak murid yang sekolah tanpa buku layak.
Di hari Jumat penuh berkah ini, yuk manfaatkan kesempatan berbagi lewat donasi beasiswa #LanjutBelajar.
Dengan dukunganmu, buku yang mereka butuhkan bisa segera di genggam.
Donasi sekarang di: kitabisa.com/teruslanjutbelajar
Di hari Jumat penuh berkah ini, yuk manfaatkan kesempatan berbagi lewat donasi beasiswa #LanjutBelajar.
Dengan dukunganmu, buku yang mereka butuhkan bisa segera di genggam.
Donasi sekarang di: kitabisa.com/teruslanjutbelajar
🌿✨ CERITA DARI KELAS ✨🌿
Bukan sekadar presentasi anak—ini adalah panggung bagi suara, karya, dan semangat belajar tanpa tekanan! 🎨📚
Yuk hadir di:
📅 14 Juni 2025
🕘 Pukul 09.00 – 14.00 WIB
📍 Rumah Budaya Kratonan
https://maps.app.goo.gl/neuxpc1QfSiL1pD49
🎤 Apa yang ada di acara ini?
👧👦 Presentasi anak-anak dari Sanggar Anak Jati
💬 Talkshow inspiratif: "Emak Hepi, Anak Hepi" bersama Pak Bukik Setiawan & Mom Era Wijaya
💡 Belajar tanpa drama, tumbuh tanpa tekanan!
📌 Terbuka untuk umum – Yuk Segera Ðaftar!!!
📱 Info & pendaftaran: Kak Tita (0817-277-714)
Mari rayakan proses tumbuh anak-anak dengan penuh cinta dan makna. 💚
#SanggarAnakJati
#PaudSajati #CeritaDariKelas #EmakHepiAnakHepi #PendidikanTanpaTekanan #AcaraAnakSolo #RumahBudayaKratonan #PlaydateSoloraya #TalkshowParenting
Bukan sekadar presentasi anak—ini adalah panggung bagi suara, karya, dan semangat belajar tanpa tekanan! 🎨📚
Yuk hadir di:
📅 14 Juni 2025
🕘 Pukul 09.00 – 14.00 WIB
📍 Rumah Budaya Kratonan
https://maps.app.goo.gl/neuxpc1QfSiL1pD49
🎤 Apa yang ada di acara ini?
👧👦 Presentasi anak-anak dari Sanggar Anak Jati
💬 Talkshow inspiratif: "Emak Hepi, Anak Hepi" bersama Pak Bukik Setiawan & Mom Era Wijaya
💡 Belajar tanpa drama, tumbuh tanpa tekanan!
📌 Terbuka untuk umum – Yuk Segera Ðaftar!!!
📱 Info & pendaftaran: Kak Tita (0817-277-714)
Mari rayakan proses tumbuh anak-anak dengan penuh cinta dan makna. 💚
#SanggarAnakJati
#PaudSajati #CeritaDariKelas #EmakHepiAnakHepi #PendidikanTanpaTekanan #AcaraAnakSolo #RumahBudayaKratonan #PlaydateSoloraya #TalkshowParenting
Mengapa Anak Perlu Bercerita Tentang Belajarnya?
Bercerita ternyata banyak manfaatnya buat anak. Sayang, banyak orangtua dan guru yang belum menyadarinya. Apa itu?
https://medium.com/@bukik/mengapa-anak-perlu-bercerita-tentang-belajarnya-52ae46cacde7
Bercerita ternyata banyak manfaatnya buat anak. Sayang, banyak orangtua dan guru yang belum menyadarinya. Apa itu?
https://medium.com/@bukik/mengapa-anak-perlu-bercerita-tentang-belajarnya-52ae46cacde7
Medium
Mengapa Anak Perlu Bercerita Tentang Belajarnya?
Bercerita ternyata banyak manfaatnya buat anak. Sayang, banyak orangtua dan guru yang belum menyadarinya. Apa itu?
Berpikir Ulang tentang Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.
Kita mengira bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa cukup dengan mencerdaskan individu — padahal yang “sakit” bukan murid, tapi justru cara kita hidup bersama.
https://medium.com/@bukik/berpikir-ulang-tentang-mencerdaskan-kehidupan-bangsa-d761b72f01fb
Kita mengira bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa cukup dengan mencerdaskan individu — padahal yang “sakit” bukan murid, tapi justru cara kita hidup bersama.
https://medium.com/@bukik/berpikir-ulang-tentang-mencerdaskan-kehidupan-bangsa-d761b72f01fb
Medium
Berpikir Ulang tentang Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Kita terlalu sering mengira bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa cukup dengan mencerdaskan individu — padahal yang sedang sakit bukan hanya…
Pendidikan yang Tidak Asing di Tanah Sendiri
Lima puluh tahun yang lalu, WS Rendra menulis Sajak Seonggok Jagung yang menggambarkan keresahan tentang pendidikan. Keresahan itu bukan hanya milik Rendra, tapi milik saya, milik Anda dan milik kita semua yang peduli tentang masa depan bangsa Indonesia.
Apakah keresahan tersebut telah terjawab? Atau setidaknya, sudahkah ada angin segar yang menenangkan keresahan tersebut? Lima puluh tahun telah berlalu. Tapi keresahan itu tak kunjung reda — justru semakin membuncah. Berbagai kebijakan silih berganti, tapi tak satu pun sungguh-sungguh menjawab keresahan tersebut.
https://medium.com/@bukik/pendidikan-yang-tidak-asing-di-tanah-sendiri-2ddf9fad7370
Lima puluh tahun yang lalu, WS Rendra menulis Sajak Seonggok Jagung yang menggambarkan keresahan tentang pendidikan. Keresahan itu bukan hanya milik Rendra, tapi milik saya, milik Anda dan milik kita semua yang peduli tentang masa depan bangsa Indonesia.
Apakah keresahan tersebut telah terjawab? Atau setidaknya, sudahkah ada angin segar yang menenangkan keresahan tersebut? Lima puluh tahun telah berlalu. Tapi keresahan itu tak kunjung reda — justru semakin membuncah. Berbagai kebijakan silih berganti, tapi tak satu pun sungguh-sungguh menjawab keresahan tersebut.
https://medium.com/@bukik/pendidikan-yang-tidak-asing-di-tanah-sendiri-2ddf9fad7370
Medium
Pendidikan yang Tidak Asing di Tanah Sendiri
Sajak Seonggok Jagung
…
Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi
asing di tengah kenyataan…
…
Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi
asing di tengah kenyataan…
📣 WEBINAR GURU BK
💬 Peran Guru BK Menghadapi Gen Z & Gen Alpha
“Dari Bullying hingga Bimbingan Karier”
👥 Buat Bapak/Ibu Guru BK dan para pendidik yang ingin lebih siap mendampingi generasi Z & Alpha, yuk ikut webinar inspiratif ini!
🎙 Narasumber:
Bukik Setiawan (Guru Belajar Foundation)
Fikri Fatturrahman (Guru BK, Pembuat Konten)
Asfinawati (Wakil Ketua Jentera Bidang Kemahasiswaan)
Aria Suyudi (Ketua STH Indonesia Jentera)
🗓 Selasa, 15 Juli 2025
🕖 19.00 – 21.00 WIB
📍 https://bit.ly/daftarwebinarperanbk
💡 Gratis! Sertifikat, Materi, dan Insight Pengembangan Karier menanti!
💬 Peran Guru BK Menghadapi Gen Z & Gen Alpha
“Dari Bullying hingga Bimbingan Karier”
👥 Buat Bapak/Ibu Guru BK dan para pendidik yang ingin lebih siap mendampingi generasi Z & Alpha, yuk ikut webinar inspiratif ini!
🎙 Narasumber:
Bukik Setiawan (Guru Belajar Foundation)
Fikri Fatturrahman (Guru BK, Pembuat Konten)
Asfinawati (Wakil Ketua Jentera Bidang Kemahasiswaan)
Aria Suyudi (Ketua STH Indonesia Jentera)
🗓 Selasa, 15 Juli 2025
🕖 19.00 – 21.00 WIB
📍 https://bit.ly/daftarwebinarperanbk
💡 Gratis! Sertifikat, Materi, dan Insight Pengembangan Karier menanti!
Halo semuanya! 👋
Perkenalkan, kami Pandu, Fathiyya & Hanna dari Pusat Studi Pendidikan & Kebijakan (PSPK), ingin mengundang Bapak/Ibu guru untuk turut berpartisipasi dalam survei online singkat yang sedang kami laksanakan untuk penelitian kami yang berjudul “Regulasi Gawai Pintar (Smartphone) di Lingkungan Sekolah.”
Pendapat Anda sangat berharga dan akan membantu kami dalam mendapatkan wawasan yang lebih dalam mengenai topik penelitian ini.
🗓 Batas akhir pengisian survei adalah tanggal 31 Juli 2025.
Untuk berpartisipasi, silakan klik link berikut untuk memulai survei:
🔗 pspk.id/surveigawaipintar
Terima kasih atas partisipasi Anda! 🙏
Perkenalkan, kami Pandu, Fathiyya & Hanna dari Pusat Studi Pendidikan & Kebijakan (PSPK), ingin mengundang Bapak/Ibu guru untuk turut berpartisipasi dalam survei online singkat yang sedang kami laksanakan untuk penelitian kami yang berjudul “Regulasi Gawai Pintar (Smartphone) di Lingkungan Sekolah.”
Pendapat Anda sangat berharga dan akan membantu kami dalam mendapatkan wawasan yang lebih dalam mengenai topik penelitian ini.
🗓 Batas akhir pengisian survei adalah tanggal 31 Juli 2025.
Untuk berpartisipasi, silakan klik link berikut untuk memulai survei:
🔗 pspk.id/surveigawaipintar
Terima kasih atas partisipasi Anda! 🙏
Rubrik #SuaraTakTerdengar, Tim Jurnalisme Data Harian Kompas (Kompas.id) mengangkat persoalan kesejahteraan pustakawan, yang kurang mendapat sorotan publik dan dukungan pemerintah, selama dua hari pada Senin–Selasa (15–16/9/2025).
Di balik kerja sunyi mereka menjaga literasi, banyak pustakawan harus bertahan hidup dengan gaji minim, bahkan ada yang hanya menerima ratusan ribu rupiah per bulan.
Nantikan artikel yang mengulas masa depan pustakawan dan relevansinya dengan literasi bangsa pada hari kedua rangkaian penerbitan pada Selasa (16/9). #PeduliPustakawan #SuaraTakTerdengar
----
Pustakawan, Penjaga Literasi Kurang Gaji
Pustakawan, ujung tombak literasi, justru hidup dengan gaji rendah, tanpa jenjang karier, dan sering kali luput dari perhatian publik.
https://www.kompas.id/artikel/pustakawan-penjaga-literasi-kurang-gaji
Pustakawan Berjuang di Sudut Sunyi
Di balik deretan rak dan buku, pustakawan menjalankan tugasnya di tengah kondisi gaji yang rendah, beban kerja berat, serta regulasi yang belum berpihak.
https://www.kompas.id/artikel/pejuang-literasi-berjuang-di-sudut-sunyi
Tips Mengelola Koleksi Buku Pribadi
Apa kata Kepala Perpusnas RI, pustakawan sekolah, dan Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat soal menyusun koleksi buku di rumah?
https://www.kompas.id/artikel/tips-mengelola-koleksi-buku-pribadi
Di balik kerja sunyi mereka menjaga literasi, banyak pustakawan harus bertahan hidup dengan gaji minim, bahkan ada yang hanya menerima ratusan ribu rupiah per bulan.
Nantikan artikel yang mengulas masa depan pustakawan dan relevansinya dengan literasi bangsa pada hari kedua rangkaian penerbitan pada Selasa (16/9). #PeduliPustakawan #SuaraTakTerdengar
----
Pustakawan, Penjaga Literasi Kurang Gaji
Pustakawan, ujung tombak literasi, justru hidup dengan gaji rendah, tanpa jenjang karier, dan sering kali luput dari perhatian publik.
https://www.kompas.id/artikel/pustakawan-penjaga-literasi-kurang-gaji
Pustakawan Berjuang di Sudut Sunyi
Di balik deretan rak dan buku, pustakawan menjalankan tugasnya di tengah kondisi gaji yang rendah, beban kerja berat, serta regulasi yang belum berpihak.
https://www.kompas.id/artikel/pejuang-literasi-berjuang-di-sudut-sunyi
Tips Mengelola Koleksi Buku Pribadi
Apa kata Kepala Perpusnas RI, pustakawan sekolah, dan Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat soal menyusun koleksi buku di rumah?
https://www.kompas.id/artikel/tips-mengelola-koleksi-buku-pribadi
Kompas.id
Pustakawan, Penjaga Literasi Kurang Gaji
Pustakawan, ujung tombak literasi, justru hidup dengan gaji rendah, tanpa jenjang karier, dan sering kali luput dari perhatian publik.
❤2
🤔 Kalau semua pekerjaan dikerjakan AI, lalu anak-anak kita kerja apa kelak?
Jawabannya bisa kita gali bersama dalam acara Sinau Bareng Bukik 💡
📅 Sabtu, 4 Oktober 2025
🕙 10.00 – 12.00 WIB
📍 Luring di Sanggar Anak Jati, Solo
🎟 GRATIS & TERBUKA UNTUK UMUM
🌱 Jangan lewatkan kesempatan berharga ini! Yuk, daftar sekarang 👉 https://wa.me/+628971747788
Jawabannya bisa kita gali bersama dalam acara Sinau Bareng Bukik 💡
📅 Sabtu, 4 Oktober 2025
🕙 10.00 – 12.00 WIB
📍 Luring di Sanggar Anak Jati, Solo
🎟 GRATIS & TERBUKA UNTUK UMUM
🌱 Jangan lewatkan kesempatan berharga ini! Yuk, daftar sekarang 👉 https://wa.me/+628971747788
❤1
Kapan lagi bisa belajar langsung, tatap muka, dan berinteraksi dekat dengan *Master Trainer Guru Belajar Foundation*? 🌟
Di *Kelas Kompetensi Premium* Puncak Temu Pendidik Nusantara XII, Sobat akan mengikuti sesi *workshop 1.5-2 jam yang penuh pengalaman, dialog intim, dan pembelajaran mendalam dengan sertifikat khusus*.
🗓 11–12 Oktober 2025
📍 Sekolah Cikal Lebak Bulus
*Benefit:*
🌻Interaksi langsung dengan Master Trainer
☄ Mendapatkan Modul & Materi Eksklusif
🌈 Praktik & Simulasi Langsung
⚡️ Belajar Konteks Aktual
🧶Membangun Jejaring Komunitas
📃 Sertifikat
*Daftar di link*: linktr.ee/kelaspremiumtpnxii
*Kuota Terbatas*‼️
Selengkapnya cek di https://www.instagram.com/p/DPOXCNREk6Z/?igsh=MXczanoyemF4b2kxdg==.
Di *Kelas Kompetensi Premium* Puncak Temu Pendidik Nusantara XII, Sobat akan mengikuti sesi *workshop 1.5-2 jam yang penuh pengalaman, dialog intim, dan pembelajaran mendalam dengan sertifikat khusus*.
🗓 11–12 Oktober 2025
📍 Sekolah Cikal Lebak Bulus
*Benefit:*
🌻Interaksi langsung dengan Master Trainer
☄ Mendapatkan Modul & Materi Eksklusif
🌈 Praktik & Simulasi Langsung
⚡️ Belajar Konteks Aktual
🧶Membangun Jejaring Komunitas
📃 Sertifikat
*Daftar di link*: linktr.ee/kelaspremiumtpnxii
*Kuota Terbatas*‼️
Selengkapnya cek di https://www.instagram.com/p/DPOXCNREk6Z/?igsh=MXczanoyemF4b2kxdg==.
👍1