◾ HUKUMAN ZHOHIR & BATHIN ◾
Allah 'Azza wa Jalla berfirman :
وَذَرُوا ظَاهِرَ الْإِثْمِ وَبَاطِنَهُ
"Dan tinggalkanlah dosa zhohir maupun (dosa) bathin" (QS. Al-An’aam [6]: 120)
Makna yang dimaksud adalah perbuatan maksiat secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan.
Imam Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkata :
"Dosa-dosa itu memiliki hukuman, dosa yg tidak nampak maka hukumannya tdk nampak, dan dosa yang nampak maka hukumannya nampak" (Majmu'ul Fatawa 14/111)
Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :
"Tidaklah seorang hamba mendapatkan hukuman yang lebih berat daripada hati yang keras & jauh dari Allah" (Al-Fawaa-id hal 95)
ومن عقوبات المعاصي أنها تمحق بركة العمر، وبركة الرزق، وبركة العلم، وبركة العمل، وبركة الطاعة
"Dan di antara hukuman dari perbuatan maksiat itu adalah akan menghilangkan barakah umur, barakah rezeki, & barakah ilmu, barakah amal, dan juga barakahnya ketaatan" (Ad-Daa' wad Dawaa' hal 199)
Imam al-'Utsaimin رحمه الله berkata :
كثير من الناس يظنون أن العقوبة إنما تكون في الأمور الظاهرة كاالأبدان والأموال والأولاد، والحقيقة أن العقوبة بمرض القلوب وفسادها اشد وأعظم من العقوبة بمثل تلك الأمور
"Kebanyakan manusia mengira bahwa hukuman hanya pada hal-hal yang zhohir saja, seperti pada badan dan harta, atau pada anak2. Padahal hukuman berupa penyakit hati dan kerusakannya itu jauh lebih parah dan juga lebih berat daripada hukuman yang terjadi pada hal-hal yang zhohir tersebut" (Ahkaam min al-Qur’an al-Karim I/87)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
Allah 'Azza wa Jalla berfirman :
وَذَرُوا ظَاهِرَ الْإِثْمِ وَبَاطِنَهُ
"Dan tinggalkanlah dosa zhohir maupun (dosa) bathin" (QS. Al-An’aam [6]: 120)
Makna yang dimaksud adalah perbuatan maksiat secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan.
Imam Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkata :
"Dosa-dosa itu memiliki hukuman, dosa yg tidak nampak maka hukumannya tdk nampak, dan dosa yang nampak maka hukumannya nampak" (Majmu'ul Fatawa 14/111)
Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :
"Tidaklah seorang hamba mendapatkan hukuman yang lebih berat daripada hati yang keras & jauh dari Allah" (Al-Fawaa-id hal 95)
ومن عقوبات المعاصي أنها تمحق بركة العمر، وبركة الرزق، وبركة العلم، وبركة العمل، وبركة الطاعة
"Dan di antara hukuman dari perbuatan maksiat itu adalah akan menghilangkan barakah umur, barakah rezeki, & barakah ilmu, barakah amal, dan juga barakahnya ketaatan" (Ad-Daa' wad Dawaa' hal 199)
Imam al-'Utsaimin رحمه الله berkata :
كثير من الناس يظنون أن العقوبة إنما تكون في الأمور الظاهرة كاالأبدان والأموال والأولاد، والحقيقة أن العقوبة بمرض القلوب وفسادها اشد وأعظم من العقوبة بمثل تلك الأمور
"Kebanyakan manusia mengira bahwa hukuman hanya pada hal-hal yang zhohir saja, seperti pada badan dan harta, atau pada anak2. Padahal hukuman berupa penyakit hati dan kerusakannya itu jauh lebih parah dan juga lebih berat daripada hukuman yang terjadi pada hal-hal yang zhohir tersebut" (Ahkaam min al-Qur’an al-Karim I/87)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
◼️ JANGAN MENCELA PENDOSA ◼️
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
"Bahwa ada seseorang berkata : "Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan", dan sungguh Allah Ta’ala telah berfirman : "Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan ? Sesungguhnya Aku telah mengampuninya, dan Aku pun telah menghapuskan amalmu" (HR. Muslim no. 2621, hadits dari Jundub)
Al-Hasan al-Bashri رحمه الله berkata :
"Para sahabat berkata, barangsiapa yang telah mencela saudaranya dikarenakan dosa-dosanya, padahal saudaranya itu sudah bertaubat kepada Allah, maka si pencela itu tidak akan mati melainkan dia pun akan mengalami dosa (seperti) saudaranya itu" (Ash-Shamtu wa Adabul Lisaan hal 165 oleh Ibnu Abid Dunya)
Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :
"....(Dosa) celaanmu kepada saudaramu karena melakukan suatu dosa (bisa jadi) lebih besar dan juga lebih parah daripada dosa saudaramu tersebut, karena dalam celaanmu itu terdapat perasaan takjub terhadap ketaatan(mu), mensucikan diri, membanggakan, & menyebut-nyebutnya, dan mengklaim (dirimu) bersih dari dosa itu (dgn sombong), sementara (di sisi yg lain, engkau merendahkan) saudaramu itu yg terjatuh ke dalamnya" (Madaarijus Saalikiin I/195)
Muhammad Ramzan حفظه الله berkata :
"Janganlah kau rendahkan para pelaku maksiat yang lemah dalam menghadapi syahwatnya. Bisa jadi engkau telah tidur dlm keadaan tertipu dengan ketaatanmu, sementara dia telah tidur dalam keadaan air matanya membasahi pipinya karena menyesali akan perbuatannya yang telah meremehkan akan kewajibannya kepada Allah. Lantas Allah menerima taubatnya, sedang engkau justru tdk akan diterima amalmu karena kau tertipu dengannya"
(https://twitter.com/0505386236/status/782966085435944960)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
"Bahwa ada seseorang berkata : "Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan", dan sungguh Allah Ta’ala telah berfirman : "Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan ? Sesungguhnya Aku telah mengampuninya, dan Aku pun telah menghapuskan amalmu" (HR. Muslim no. 2621, hadits dari Jundub)
Al-Hasan al-Bashri رحمه الله berkata :
"Para sahabat berkata, barangsiapa yang telah mencela saudaranya dikarenakan dosa-dosanya, padahal saudaranya itu sudah bertaubat kepada Allah, maka si pencela itu tidak akan mati melainkan dia pun akan mengalami dosa (seperti) saudaranya itu" (Ash-Shamtu wa Adabul Lisaan hal 165 oleh Ibnu Abid Dunya)
Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :
"....(Dosa) celaanmu kepada saudaramu karena melakukan suatu dosa (bisa jadi) lebih besar dan juga lebih parah daripada dosa saudaramu tersebut, karena dalam celaanmu itu terdapat perasaan takjub terhadap ketaatan(mu), mensucikan diri, membanggakan, & menyebut-nyebutnya, dan mengklaim (dirimu) bersih dari dosa itu (dgn sombong), sementara (di sisi yg lain, engkau merendahkan) saudaramu itu yg terjatuh ke dalamnya" (Madaarijus Saalikiin I/195)
Muhammad Ramzan حفظه الله berkata :
"Janganlah kau rendahkan para pelaku maksiat yang lemah dalam menghadapi syahwatnya. Bisa jadi engkau telah tidur dlm keadaan tertipu dengan ketaatanmu, sementara dia telah tidur dalam keadaan air matanya membasahi pipinya karena menyesali akan perbuatannya yang telah meremehkan akan kewajibannya kepada Allah. Lantas Allah menerima taubatnya, sedang engkau justru tdk akan diterima amalmu karena kau tertipu dengannya"
(https://twitter.com/0505386236/status/782966085435944960)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
◾ BETAPA BESAR PENYESALAN ◾
Bagaimanakah mata itu akan terpejam, kalau ia sering terbelalak diam, di mana ia merasa sangat awam, di Surga atau di Nerakakah nantinya ia akan berdiam...!?
Seseorang yang tergoda nafsu syahwat, ia pun akan menghampirinya dgn cepat, tidak berfikir tentang apa dampak akibat, yang kelak akan diterimanya di akhirat...
Tatkala datangnya kematian itu pasti, dan adanya siksaan kubur telah menanti, bagi orang yang hatinya keras dan mati, yang tidak ada persiapannya sebelum mati...
Oh, berapa byk kerugian dan penyesalan yang telah diteguknya dan dirasakan...!? Oh, betapa besarnya kehinaan yang akan ditanggung olehnya setelah kematian...!?
Sufyan ats-Tsauri رحمه الله berkata :
"Wahai saudaraku........janganlah engkau iri kpd ahli maksiat dengan kemaksiatan mereka, dan janganlah engkau iri dengan gelimangan kenikmatan yang ada pada mereka. Karena di hadapan mereka itu ada sebuah hari yang kaki-kaki mereka akan terpeleset, dan jasad-jasad mereka akan bergemetar. Rona di wajah mereka akan berubah (pucat), dan waktu berdiri (utk penantian hisab pun) akan panjang. Proses hisab amal mereka akan sangat keras, & hati-hati mereka pun di hari itu juga akan beterbangan hingga sampai kepada kerongkongan2 mereka. Maka, bagaimana besarnya penyesalan atas mereka (ketika itu), atas maksiat2 yang telah mereka lakukan dahulu" (Hilyatul Auliyaa' VII/24)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
Bagaimanakah mata itu akan terpejam, kalau ia sering terbelalak diam, di mana ia merasa sangat awam, di Surga atau di Nerakakah nantinya ia akan berdiam...!?
Seseorang yang tergoda nafsu syahwat, ia pun akan menghampirinya dgn cepat, tidak berfikir tentang apa dampak akibat, yang kelak akan diterimanya di akhirat...
Tatkala datangnya kematian itu pasti, dan adanya siksaan kubur telah menanti, bagi orang yang hatinya keras dan mati, yang tidak ada persiapannya sebelum mati...
Oh, berapa byk kerugian dan penyesalan yang telah diteguknya dan dirasakan...!? Oh, betapa besarnya kehinaan yang akan ditanggung olehnya setelah kematian...!?
Sufyan ats-Tsauri رحمه الله berkata :
"Wahai saudaraku........janganlah engkau iri kpd ahli maksiat dengan kemaksiatan mereka, dan janganlah engkau iri dengan gelimangan kenikmatan yang ada pada mereka. Karena di hadapan mereka itu ada sebuah hari yang kaki-kaki mereka akan terpeleset, dan jasad-jasad mereka akan bergemetar. Rona di wajah mereka akan berubah (pucat), dan waktu berdiri (utk penantian hisab pun) akan panjang. Proses hisab amal mereka akan sangat keras, & hati-hati mereka pun di hari itu juga akan beterbangan hingga sampai kepada kerongkongan2 mereka. Maka, bagaimana besarnya penyesalan atas mereka (ketika itu), atas maksiat2 yang telah mereka lakukan dahulu" (Hilyatul Auliyaa' VII/24)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
◼️ MUNAJAT IMAM IBNUL JAUZI ◼️
إِلٰهِيْ لَا تُعَذِّبْ لِسَاناً يُخْبِرُ عَنْكَ، وَلاَ عَيْناً تَنْظُرُ إِلَى عُلُوْمٍ تَدُلُّ عَلَيْكَ، وَلاَ قَدَمًا تَمْشِيْ إِلَى خِدْمَتِكَ، وَلاَ يَداً تَكْتُبُ حَدِيْثَ رَسُوْلِكَ
Ilaahii......laa tu'adzdzib lisaanan yukhbiru 'anka, wa laa 'ainan tanzhuru ilaa 'uluumin tadullu 'alaika, wa laa qodaman tamsyii ilaa khidmatika, wa laa yadan taktubu hadiitsa Rosuulika
"Wahai Rabbku, janganlah Engkau adzab lisan yang senantiasa memberitakan ilmu tentang-Mu, dan mata yang senantiasa melihat kepada ilmu yang menunjukkan kepada-Mu, kaki yg senantiasa berjalan untuk beribadah kepada-Mu, dan tangan yang senantiasa menulis hadits Rasul-Mu ﷺ" (Dzail Thabaqat al-Hanabilah II/499)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
إِلٰهِيْ لَا تُعَذِّبْ لِسَاناً يُخْبِرُ عَنْكَ، وَلاَ عَيْناً تَنْظُرُ إِلَى عُلُوْمٍ تَدُلُّ عَلَيْكَ، وَلاَ قَدَمًا تَمْشِيْ إِلَى خِدْمَتِكَ، وَلاَ يَداً تَكْتُبُ حَدِيْثَ رَسُوْلِكَ
Ilaahii......laa tu'adzdzib lisaanan yukhbiru 'anka, wa laa 'ainan tanzhuru ilaa 'uluumin tadullu 'alaika, wa laa qodaman tamsyii ilaa khidmatika, wa laa yadan taktubu hadiitsa Rosuulika
"Wahai Rabbku, janganlah Engkau adzab lisan yang senantiasa memberitakan ilmu tentang-Mu, dan mata yang senantiasa melihat kepada ilmu yang menunjukkan kepada-Mu, kaki yg senantiasa berjalan untuk beribadah kepada-Mu, dan tangan yang senantiasa menulis hadits Rasul-Mu ﷺ" (Dzail Thabaqat al-Hanabilah II/499)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
◾ TANDA2 ILMU YANG BERKAH ◾
Beberapa indikasinya di antaranya :
(1). Seseorang semakin ikhlas dalam ibadahnya kepada Allah, dan ia semakin sesuai dengan syariat dan sunnah Nabi ﷺ dalam mempelajari, & mengamalkan, mendakwahi dan mempertahankan ilmu
Imam al-Barbahaari رحمه الله berkata :
"Ketahuilah semoga Allah merahmatimu, bahwasanya (keberkahan pada) ilmu itu bukanlah dengan banyaknya (hafalan) riwayat dan kitab2. Hanyalah (dikatakan) seorang yang 'alim itu adalah siapa yang telah mengikuti (mengamalkan) ilmunya dan sunnah2, sekalipun sedikit ilmu dan kitab2nya. Dan barangsiapa menyelisihi al-Quran & as-Sunnah, maka dia adalah seorang pelaku bid'ah, sekalipun banyak ilmu dan kitab2nya" (Syarhus Sunnah 99)
(2). Ilmu semakin menumbuhkan rasa takut seseorang kpd Allah (QS. 35 : 28)
Sebagian ulama mengatakan : "Siapa yg takut kepada Allah maka ia adalah orang yang berilmu. Dan siapa yang bermaksiat kepada Allah maka dia adalah orang yang bodoh" (Fadhlu Ilmis Salaf alal Khalaf 26)
(3). Ilmu itu mendorong seseorang untuk semakin semangat dalam mengerjakan ketaatan, dan semakin semangat dalam menjauhi berbagai dosa & kemaksiatan.
Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :
"Dan di antara hukuman dari perbuatan maksiat itu adalah akan menghilangkan barakah umur, barakah rezeki, & barakah ilmu, barakah amal, dan juga barakahnya ketaatan" (Ad-Daa' wad Dawaa' hal 199)
Al-Khatib Al-Baghdadi رحمه الله berkata :
"Seseorang tdk dianggap berilmu selama ia tdk mengamalkan ilmunya" (Iqtidhaa-ul 'Ilmi Al-'Amal hal 18)
(4). Ilmu tersebut akan mengantarkan seorang pada sifat qana’ah (senantiasa merasa cukup) dan zuhud pada dunia
Imam Ahmad bin Hambal رحمه الله :
"Zuhud terbagi tiga : (1). meninggalkan yang haram, maka itu adalah zuhudnya orang yg awam. (2). tidak berlebihan dari sesuatu yang halal dan itu zuhudnya dari orang yang khusus & (3). meninggalkan setiap perkara yang menyibukkan serta dapat menjauhkan dari Allah, maka itu zuhudnya al-Arifin (yaitu orang yg telah berma'rifat kepada Allah)" (Mawaa'izh Imam Ahmad hal 50)
(5). Ilmu itu akan semakin menjadikan pada diri seseorang tawadhu’ (rendah hati). Menjadikan hati selalu tunduk dan khusyu' kepada Allah, dan merasa hina di hadapan-Nya, serta semakin mudah utk menerima kebenaran dari siapa pun
Malik bin Dinar رحمه الله berkata :
"Sesungguhnya jika engkau menuntut ilmu dengan tujuan utk diamalkan, maka ilmu itu pun akan membuatmu tawadhu. Jika engkau menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanyalah akan membuatmu jadi semakin ber-bangga2 diri" (Az-Zuhd hal 262 oleh Imam Ahmad)
(6). Ilmu itu akan menjadikan pada diri seseorang benci kepada pujian, dan dia juga enggan utk menyucikan diri sendiri, serta tidak suka ketenaran/popularitas
Imam Ibnu Rajab رحمه الله berkata :
"Dan di antara tanda ilmu yg bermanfaat adalah membimbing pemiliknya utk lari meninggalkan dunia, dan yang terbesar adalah (dari) kepemimpinan, ketenaran, serta pujian. Dan sesungguhnya orang yang memiliki ilmu yang bermanfaat itu dia tidak akan mengaku memiliki ilmu, dia pun tidak akan membanggakannya kepada siapapun, dan juga tidak akan menganggap orang lain bodoh, kecuali terhadap orang-orang yang menyelisihi Sunnah Nabi ﷺ serta yang berpegang teguh dengannya" (Majmu’ur Rasail 3/13)
(7). Ilmu tersebut akan menjadikan pada diri seseorang semakin bersih hatinya, & semakin bersabar. Dia mudah meredam amarah, & mudah memaafkan kesalahan orang lain, tidak ada hasad dan dendam, dan semakin mulia dan luhur akhlaknya
Imam al-'Utsaimin رحمه الله berkata :
"Dan ilmu yang berfaidah adalah ilmu yg teraplikasikan dengan amalan, dimana ilmu tersebut akan nampak pengaruhnya pada raut wajah, perilaku, dan akhlaknya, ibadah, ketenangan, rasa takut, dan yang lainnya. Dan ini merupakan perkara yang penting" (Asy-Syarhul Mumti' VII/166)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
Beberapa indikasinya di antaranya :
(1). Seseorang semakin ikhlas dalam ibadahnya kepada Allah, dan ia semakin sesuai dengan syariat dan sunnah Nabi ﷺ dalam mempelajari, & mengamalkan, mendakwahi dan mempertahankan ilmu
Imam al-Barbahaari رحمه الله berkata :
"Ketahuilah semoga Allah merahmatimu, bahwasanya (keberkahan pada) ilmu itu bukanlah dengan banyaknya (hafalan) riwayat dan kitab2. Hanyalah (dikatakan) seorang yang 'alim itu adalah siapa yang telah mengikuti (mengamalkan) ilmunya dan sunnah2, sekalipun sedikit ilmu dan kitab2nya. Dan barangsiapa menyelisihi al-Quran & as-Sunnah, maka dia adalah seorang pelaku bid'ah, sekalipun banyak ilmu dan kitab2nya" (Syarhus Sunnah 99)
(2). Ilmu semakin menumbuhkan rasa takut seseorang kpd Allah (QS. 35 : 28)
Sebagian ulama mengatakan : "Siapa yg takut kepada Allah maka ia adalah orang yang berilmu. Dan siapa yang bermaksiat kepada Allah maka dia adalah orang yang bodoh" (Fadhlu Ilmis Salaf alal Khalaf 26)
(3). Ilmu itu mendorong seseorang untuk semakin semangat dalam mengerjakan ketaatan, dan semakin semangat dalam menjauhi berbagai dosa & kemaksiatan.
Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :
"Dan di antara hukuman dari perbuatan maksiat itu adalah akan menghilangkan barakah umur, barakah rezeki, & barakah ilmu, barakah amal, dan juga barakahnya ketaatan" (Ad-Daa' wad Dawaa' hal 199)
Al-Khatib Al-Baghdadi رحمه الله berkata :
"Seseorang tdk dianggap berilmu selama ia tdk mengamalkan ilmunya" (Iqtidhaa-ul 'Ilmi Al-'Amal hal 18)
(4). Ilmu tersebut akan mengantarkan seorang pada sifat qana’ah (senantiasa merasa cukup) dan zuhud pada dunia
Imam Ahmad bin Hambal رحمه الله :
"Zuhud terbagi tiga : (1). meninggalkan yang haram, maka itu adalah zuhudnya orang yg awam. (2). tidak berlebihan dari sesuatu yang halal dan itu zuhudnya dari orang yang khusus & (3). meninggalkan setiap perkara yang menyibukkan serta dapat menjauhkan dari Allah, maka itu zuhudnya al-Arifin (yaitu orang yg telah berma'rifat kepada Allah)" (Mawaa'izh Imam Ahmad hal 50)
(5). Ilmu itu akan semakin menjadikan pada diri seseorang tawadhu’ (rendah hati). Menjadikan hati selalu tunduk dan khusyu' kepada Allah, dan merasa hina di hadapan-Nya, serta semakin mudah utk menerima kebenaran dari siapa pun
Malik bin Dinar رحمه الله berkata :
"Sesungguhnya jika engkau menuntut ilmu dengan tujuan utk diamalkan, maka ilmu itu pun akan membuatmu tawadhu. Jika engkau menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanyalah akan membuatmu jadi semakin ber-bangga2 diri" (Az-Zuhd hal 262 oleh Imam Ahmad)
(6). Ilmu itu akan menjadikan pada diri seseorang benci kepada pujian, dan dia juga enggan utk menyucikan diri sendiri, serta tidak suka ketenaran/popularitas
Imam Ibnu Rajab رحمه الله berkata :
"Dan di antara tanda ilmu yg bermanfaat adalah membimbing pemiliknya utk lari meninggalkan dunia, dan yang terbesar adalah (dari) kepemimpinan, ketenaran, serta pujian. Dan sesungguhnya orang yang memiliki ilmu yang bermanfaat itu dia tidak akan mengaku memiliki ilmu, dia pun tidak akan membanggakannya kepada siapapun, dan juga tidak akan menganggap orang lain bodoh, kecuali terhadap orang-orang yang menyelisihi Sunnah Nabi ﷺ serta yang berpegang teguh dengannya" (Majmu’ur Rasail 3/13)
(7). Ilmu tersebut akan menjadikan pada diri seseorang semakin bersih hatinya, & semakin bersabar. Dia mudah meredam amarah, & mudah memaafkan kesalahan orang lain, tidak ada hasad dan dendam, dan semakin mulia dan luhur akhlaknya
Imam al-'Utsaimin رحمه الله berkata :
"Dan ilmu yang berfaidah adalah ilmu yg teraplikasikan dengan amalan, dimana ilmu tersebut akan nampak pengaruhnya pada raut wajah, perilaku, dan akhlaknya, ibadah, ketenangan, rasa takut, dan yang lainnya. Dan ini merupakan perkara yang penting" (Asy-Syarhul Mumti' VII/166)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
◾ ANAKMU, SURGA/NERAKAMU ◾
Allah 'Azza wa Jalla berfirman :
"Wahai orang-orang yg beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia & batu" (QS. At-Tahrim [66]: 6)
Para orang tua yg sukses membesarkan anak-anaknya ialah yg berhasil mendidik mereka menjadi shalih & shalihah, yang selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya ﷺ, dan berbakti kepada orang tuanya...
Apalah artinya orang tua yang memiliki anak yang kaya dan menduduki jabatan yang tinggi, serta memiliki penghasilan yang besar dll, namun mereka durhaka kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya ﷺ, & mereka pun tidak mau berbakti kepada kedua orang tuanya...
Saudaraku, anakmu itu adalah Surgamu atau Nerakamu, yaitu anak bisa menjadi sebab orang tua masuk ke dalam Surga, & anak pun dapat menjadi sebab orang tua dimasukkan ke dalam Neraka...
Jika orang tua melalaikan, meremehkan, serta tidak mau memperdulikan tentang pendidikan anaknya, maka anak itu akan menjadi luka di tenggorokannya dalam kehidupan dunia, & dapat menjadi sebab ditimpakannya adzab kepada orang tua tersebut kelak di akhirat...
Allah 'Azza wa Jalla berfirman :
"Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya, dan jangan (pula) seorang ayah (menderita) karena anaknya" (QS. 2 : 233)
Kenapa orang tua menderita di dunia dan di akhirat !!? Karena anak menjadi rusak dengan sebab orang tua yang tidak ada perhatian dan pendidikan tentang tauhid, dan aqidah, ibadah, akhlak dll, sehingga anak tidak bisa memberi manfaat untuk dirinya sendiri dan orang tuanya...
"Katakanlah : "Sesungguhnya orang2 yg rugi adalah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan juga keluarganya pada hari Kiamat". Ingatlah, yg demikian itu adalah kerugian yg nyata" (QS. 39:15)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
Allah 'Azza wa Jalla berfirman :
"Wahai orang-orang yg beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia & batu" (QS. At-Tahrim [66]: 6)
Para orang tua yg sukses membesarkan anak-anaknya ialah yg berhasil mendidik mereka menjadi shalih & shalihah, yang selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya ﷺ, dan berbakti kepada orang tuanya...
Apalah artinya orang tua yang memiliki anak yang kaya dan menduduki jabatan yang tinggi, serta memiliki penghasilan yang besar dll, namun mereka durhaka kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya ﷺ, & mereka pun tidak mau berbakti kepada kedua orang tuanya...
Saudaraku, anakmu itu adalah Surgamu atau Nerakamu, yaitu anak bisa menjadi sebab orang tua masuk ke dalam Surga, & anak pun dapat menjadi sebab orang tua dimasukkan ke dalam Neraka...
Jika orang tua melalaikan, meremehkan, serta tidak mau memperdulikan tentang pendidikan anaknya, maka anak itu akan menjadi luka di tenggorokannya dalam kehidupan dunia, & dapat menjadi sebab ditimpakannya adzab kepada orang tua tersebut kelak di akhirat...
Allah 'Azza wa Jalla berfirman :
"Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya, dan jangan (pula) seorang ayah (menderita) karena anaknya" (QS. 2 : 233)
Kenapa orang tua menderita di dunia dan di akhirat !!? Karena anak menjadi rusak dengan sebab orang tua yang tidak ada perhatian dan pendidikan tentang tauhid, dan aqidah, ibadah, akhlak dll, sehingga anak tidak bisa memberi manfaat untuk dirinya sendiri dan orang tuanya...
"Katakanlah : "Sesungguhnya orang2 yg rugi adalah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan juga keluarganya pada hari Kiamat". Ingatlah, yg demikian itu adalah kerugian yg nyata" (QS. 39:15)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
◾ KENAPA ANAK BELUM SHALIH ? ◾
(1). Bisa jadi orang tua memiliki dosa2 di masa lalu, dimana mereka belum juga bertaubat kepada Allah Ta'ala, lalu Allah pun menjadikan anak itu belum shalih & shalihah sebagai hukuman atas dosa.
(2). Bisa jadi orang tua memiliki dosa2 di masa lalu, dimana sekarang ini mereka sudah bertaubat, tetapi Allah menjadikan anaknya blm shalih dan shalihah sebagai sebab penggugur dosa-dosa dari orang tuanya, jika mereka bersabar & juga tidak berburuk sangka kepada Allah Ta'ala.
(3). Bisa jadi para orang tua pada saat ini sudah shalih dan shalihah, tetapi mereka tidak mau belajar bagaimana cara untuk mendidik anak menjadi shalih / shalihah, sehingga mereka mendapatkan anaknya yang belum menjadi shalih dan shalihah.
(4). Bisa jadi para orang tua pada saat ini sudah shalih dan shalihah, & mereka pun sudah mengetahui bagaimana cara untuk mendidik anaknya menjadi shalih dan shalihah, namun didapatkan kondisi anak belum juga shalih & shalihah, maka berarti ini adalah ujian dari Allah Ta'ala.
Memang anak bisa jadi ia bersalah dan berbuat dosa, tetapi hendaknya bersabar, insya Allah mereka itu diberikan hidayah cepat atau lambat. Yang penting adalah bagaimanakah usaha orang tua itu untuk terus menerus memperbaiki diri mereka dan juga anak-anaknya sekaligus...!?
Dan hendaknya orang tua selalu melihat kepada kekurangan2 yang ada pada diri mereka, meskipun sekarang ini orang tua tersebut sudah bertaubat, serta perlahan mulai banyak melakukan amal shalih.
Al-Fudhail bin ‘Iyadh رحمه الله berkata :
"Sesungguhnya, ketika aku bermaksiat kepada Allah, maka aku bisa mengetahui dampak buruknya pada perilaku hewan tungganganku, pembantuku, istriku, dan bahkan tikus di rumahku" (Al-Bidaayah wan Nihaayah X/215 oleh Ibnu Katsir)
Semoga Allah 'Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk orang tua yang shalih dan shalihah, lalu Allah mudahkan kita untuk mendidik anak2, sehingga mereka dapat menjadi anak yang shalih dan shalihah, aamiin...
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
(1). Bisa jadi orang tua memiliki dosa2 di masa lalu, dimana mereka belum juga bertaubat kepada Allah Ta'ala, lalu Allah pun menjadikan anak itu belum shalih & shalihah sebagai hukuman atas dosa.
(2). Bisa jadi orang tua memiliki dosa2 di masa lalu, dimana sekarang ini mereka sudah bertaubat, tetapi Allah menjadikan anaknya blm shalih dan shalihah sebagai sebab penggugur dosa-dosa dari orang tuanya, jika mereka bersabar & juga tidak berburuk sangka kepada Allah Ta'ala.
(3). Bisa jadi para orang tua pada saat ini sudah shalih dan shalihah, tetapi mereka tidak mau belajar bagaimana cara untuk mendidik anak menjadi shalih / shalihah, sehingga mereka mendapatkan anaknya yang belum menjadi shalih dan shalihah.
(4). Bisa jadi para orang tua pada saat ini sudah shalih dan shalihah, & mereka pun sudah mengetahui bagaimana cara untuk mendidik anaknya menjadi shalih dan shalihah, namun didapatkan kondisi anak belum juga shalih & shalihah, maka berarti ini adalah ujian dari Allah Ta'ala.
Memang anak bisa jadi ia bersalah dan berbuat dosa, tetapi hendaknya bersabar, insya Allah mereka itu diberikan hidayah cepat atau lambat. Yang penting adalah bagaimanakah usaha orang tua itu untuk terus menerus memperbaiki diri mereka dan juga anak-anaknya sekaligus...!?
Dan hendaknya orang tua selalu melihat kepada kekurangan2 yang ada pada diri mereka, meskipun sekarang ini orang tua tersebut sudah bertaubat, serta perlahan mulai banyak melakukan amal shalih.
Al-Fudhail bin ‘Iyadh رحمه الله berkata :
"Sesungguhnya, ketika aku bermaksiat kepada Allah, maka aku bisa mengetahui dampak buruknya pada perilaku hewan tungganganku, pembantuku, istriku, dan bahkan tikus di rumahku" (Al-Bidaayah wan Nihaayah X/215 oleh Ibnu Katsir)
Semoga Allah 'Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk orang tua yang shalih dan shalihah, lalu Allah mudahkan kita untuk mendidik anak2, sehingga mereka dapat menjadi anak yang shalih dan shalihah, aamiin...
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
◾️ DOA ORANG TUA MUSTAJAB ◾️
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
"Ada 3 (tiga) doa yang tidak akan ditolak (oleh Allah), yaitu doanya orang tua untuk anaknya, doa orang yg sedang berpuasa, serta doa orang yang sedang bepergian (safar)" (HR. Al-Baihaqi III/345, haditsnya dari Anas, lihat Shahihul Jami' no. 3032)
Al-Fudhail bin 'Iyadh رحمه الله berdoa :
"Ya Allah, sesungguhnya aku berusaha keras dengan sungguh-sungguh untuk mendidik Ali (yaitu anaknya) namun aku tidak mampu untuk mendidiknya, maka didiklah dia untukku". Maka Ali menjadi seorang anak yg taat kepada Allah Ta'ala, khusyu' dalam ibadah dan berkedudukan mulia" (Siyar A'laamin Nubalaa' V/408)
Imam adz-Dzahabi رحمه الله berkata :
"Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) telah kehilangan kedua penglihatannya di waktu beliau masih kecil. Kemudian ibunya bertemu Nabi Ibrahim Al-Khaliil 'alaihis salaam di dalam mimpi. Lantas beliau berkata kepada ibunya al-Bukhari : "Wahai wanita, sesungguhnya Allah telah kembalikan penglihatan atas anakmu...., disebabkan oleh banyaknya tangisanmu atau doamu". Maka saat kami memasuki waktu shubuh, Allah pun mengembalikan penglihatannya" (Siyar XII/393)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
"Ada 3 (tiga) doa yang tidak akan ditolak (oleh Allah), yaitu doanya orang tua untuk anaknya, doa orang yg sedang berpuasa, serta doa orang yang sedang bepergian (safar)" (HR. Al-Baihaqi III/345, haditsnya dari Anas, lihat Shahihul Jami' no. 3032)
Al-Fudhail bin 'Iyadh رحمه الله berdoa :
"Ya Allah, sesungguhnya aku berusaha keras dengan sungguh-sungguh untuk mendidik Ali (yaitu anaknya) namun aku tidak mampu untuk mendidiknya, maka didiklah dia untukku". Maka Ali menjadi seorang anak yg taat kepada Allah Ta'ala, khusyu' dalam ibadah dan berkedudukan mulia" (Siyar A'laamin Nubalaa' V/408)
Imam adz-Dzahabi رحمه الله berkata :
"Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) telah kehilangan kedua penglihatannya di waktu beliau masih kecil. Kemudian ibunya bertemu Nabi Ibrahim Al-Khaliil 'alaihis salaam di dalam mimpi. Lantas beliau berkata kepada ibunya al-Bukhari : "Wahai wanita, sesungguhnya Allah telah kembalikan penglihatan atas anakmu...., disebabkan oleh banyaknya tangisanmu atau doamu". Maka saat kami memasuki waktu shubuh, Allah pun mengembalikan penglihatannya" (Siyar XII/393)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
◾ AMAL SHALIH ANAK BERMANFAAT & BERPAHALA UNTUK ORANG TUA ◾
(A). Rasul صلى الله عليه و سلم bersabda :
(1). "Jika seorang manusia itu meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali pada 3 perkara : ilmu yang bermanfaat, atau sedekah jariyah atau anak yg shalih yang mendoakan baginya" (HR. Muslim no. 1631, hadits dari Abu Hurairah)
(2). "Sesungguhnya ada seseorang yang ditinggikan derajatnya di Surga, lantas ia pun berkata : "Bagaimana (aku dapat mencapai) semua ini ?" Maka dikatakan kepadanya : "(Ini semuanya) disebabkan oleh istighfar (permohonan ampun kpda Allah yang telah diucapkan oleh) anakmu untukmu" (HR. Ibnu Majah no. 3660, dan Ahmad II/509, serta Ibnu Abi Syaibah I/44/12 dalam al-Mushannaf, hadits dari Abu Hurairah, ash-Shahiihah no. 1598)
(3). Abu Hurairah رضي الله عنه berkata :
"Ada seseorang yang telah meninggal dunia lalu diangkat derajatnya, maka ia pun bertanya : "Wahai Rabb, apakah (sebabnya sehingga aku bisa mencapai) ini ?" Kemudian dikatakan kepadanya : "Anakmu telah memohonkan ampunan untukmu" (HR. Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 36)
(4). Dari Aisyah رضي الله عنها bahwasanya ada seorang laki-laki yg bertanya kepada Nabi صلى الله عليه و سلم :
"Sesungguhnya ibuku mati mendadak, dan beliau juga tidak berwasiat. Saya mengira, seandainya dia masih sempat berbicara, niscaya dia akan bersedekah. Apakah dia akan mendapat pahala, jika aku bersedekah atas namanya ?" Beliau pun menjawab : "Ya, bersedekahlah atas namanya" (HR. Bukhari no. 1388)
(5). Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa ada seorang laki-laki yg bertanya kepada Nabi صلى الله عليه و سلم : "Sesungguhnya ayahku meninggal dunia dan meninggalkan harta, tetapi ia tidak berwasiat. Maka apakah (dosanya) itu akan dihapus jika aku bersedekah atas namanya ?" Beliau menjawab : "Ya" (HR. Muslim no. 1630 dan Ahmad II/371)
(B). Al-Imam al-Albani رحمه الله berkata :
ما يفعله الولد الصّالح من الأعمال الصّالحة، فإنّ لوالديه مثل أجره، دون أن ينقص من أجره شيء، لأنّ الولد من سعيهما وكسبهما، وقد قال ﷺ : إنّ أطيب ما أكل الرجل من كسبه، وإنّ ولده من كسبه
"Berbagai amal ibadah yang dilakukan oleh anak yg shalih, maka kedua orang tuanya akan mendapatkan pahala yang semisal dengannya tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala anaknya tersebut. Karena anak itu termasuk usaha & jerih payah dari kedua orang tua. Sementara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda : "Sesungguhnya sebaik-baik makanan yang dimakan oleh seseorang adalah dari usahanya sendiri, & sungguh anak termasuk dari usahanya" (Ahkamul Janaa-iz hal 126)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
(A). Rasul صلى الله عليه و سلم bersabda :
(1). "Jika seorang manusia itu meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali pada 3 perkara : ilmu yang bermanfaat, atau sedekah jariyah atau anak yg shalih yang mendoakan baginya" (HR. Muslim no. 1631, hadits dari Abu Hurairah)
(2). "Sesungguhnya ada seseorang yang ditinggikan derajatnya di Surga, lantas ia pun berkata : "Bagaimana (aku dapat mencapai) semua ini ?" Maka dikatakan kepadanya : "(Ini semuanya) disebabkan oleh istighfar (permohonan ampun kpda Allah yang telah diucapkan oleh) anakmu untukmu" (HR. Ibnu Majah no. 3660, dan Ahmad II/509, serta Ibnu Abi Syaibah I/44/12 dalam al-Mushannaf, hadits dari Abu Hurairah, ash-Shahiihah no. 1598)
(3). Abu Hurairah رضي الله عنه berkata :
"Ada seseorang yang telah meninggal dunia lalu diangkat derajatnya, maka ia pun bertanya : "Wahai Rabb, apakah (sebabnya sehingga aku bisa mencapai) ini ?" Kemudian dikatakan kepadanya : "Anakmu telah memohonkan ampunan untukmu" (HR. Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 36)
(4). Dari Aisyah رضي الله عنها bahwasanya ada seorang laki-laki yg bertanya kepada Nabi صلى الله عليه و سلم :
"Sesungguhnya ibuku mati mendadak, dan beliau juga tidak berwasiat. Saya mengira, seandainya dia masih sempat berbicara, niscaya dia akan bersedekah. Apakah dia akan mendapat pahala, jika aku bersedekah atas namanya ?" Beliau pun menjawab : "Ya, bersedekahlah atas namanya" (HR. Bukhari no. 1388)
(5). Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa ada seorang laki-laki yg bertanya kepada Nabi صلى الله عليه و سلم : "Sesungguhnya ayahku meninggal dunia dan meninggalkan harta, tetapi ia tidak berwasiat. Maka apakah (dosanya) itu akan dihapus jika aku bersedekah atas namanya ?" Beliau menjawab : "Ya" (HR. Muslim no. 1630 dan Ahmad II/371)
(B). Al-Imam al-Albani رحمه الله berkata :
ما يفعله الولد الصّالح من الأعمال الصّالحة، فإنّ لوالديه مثل أجره، دون أن ينقص من أجره شيء، لأنّ الولد من سعيهما وكسبهما، وقد قال ﷺ : إنّ أطيب ما أكل الرجل من كسبه، وإنّ ولده من كسبه
"Berbagai amal ibadah yang dilakukan oleh anak yg shalih, maka kedua orang tuanya akan mendapatkan pahala yang semisal dengannya tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala anaknya tersebut. Karena anak itu termasuk usaha & jerih payah dari kedua orang tua. Sementara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda : "Sesungguhnya sebaik-baik makanan yang dimakan oleh seseorang adalah dari usahanya sendiri, & sungguh anak termasuk dari usahanya" (Ahkamul Janaa-iz hal 126)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
◼️ ORANG TUA YANG MANDUL ◼️
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
مَا تَعُدُّونَ الرَّقُوبَ فِيكُمْ ؟ قُلْنَا : الَّذِي لَا يُولَدُ لَهُ، قَالَ : لَيْسَ ذَاكَ بِالرَّقُوبِ وَلَكِنَّهُ الرَّجُلُ الَّذِي لَمْ يُقَدِّمْ مِنْ وَلَدِهِ شَيْئًا
"Tahukah kalian siapa orang yang disebut mandul itu ?" Kami pun berkata : "Orang yang mandul itu adalah orang yang tidak memiliki anak". Rasulullah ﷺ bersabda : "Bukan itu orang yang disebut mandul, namun orang yang punya banyak anak, tetapi anak-anaknya itu tidak ada yang memberi manfaat kepadanya sesudah dia meninggal dunia" (HR. Muslim no. 2608, hadits dari Abdullah bin Mas'ud)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
مَا تَعُدُّونَ الرَّقُوبَ فِيكُمْ ؟ قُلْنَا : الَّذِي لَا يُولَدُ لَهُ، قَالَ : لَيْسَ ذَاكَ بِالرَّقُوبِ وَلَكِنَّهُ الرَّجُلُ الَّذِي لَمْ يُقَدِّمْ مِنْ وَلَدِهِ شَيْئًا
"Tahukah kalian siapa orang yang disebut mandul itu ?" Kami pun berkata : "Orang yang mandul itu adalah orang yang tidak memiliki anak". Rasulullah ﷺ bersabda : "Bukan itu orang yang disebut mandul, namun orang yang punya banyak anak, tetapi anak-anaknya itu tidak ada yang memberi manfaat kepadanya sesudah dia meninggal dunia" (HR. Muslim no. 2608, hadits dari Abdullah bin Mas'ud)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official