Najmi Umar Bakkar
27.5K subscribers
841 photos
166 videos
2 files
831 links
Download Telegram
NAWAITU SHOUMA GHODIN BID'AH

Lafazh niat yang dibaca saat puasa :

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَان هذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى

"Saya niat puasa esok hari menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Ta'ala"

Melafazhkan niat dengan nawaitu shouma ghodin setiap akan berpuasa adalah amalan perbuatan yang tidak disyariatkan, tidak ada contoh serta tuntunannya dari Nabi ﷺ dan para sahabatnya. Dan tempatnya niat itu di dalam hati dan bukannya di lisan.

Imam an-Nawawi رحمه الله berkata :
"Tidak sah puasa seseorang kecuali dengan niat, & tempatnya niat tersebut di dalam hati, tidak disyaratkan untuk diucapkan. Masalah ini tidak terdapat perselisihan di antara para ulama" (Raudhatuth Thaalibiin I/268)

Imam al-Utsaimin رحمه الله berkata :

التلفظ بالنية في جميع العبادات بدعة، فلا يقول الإنسان عند الوضوء: اللهم إني نويت أن أتوضأ، ولا عند الصلاة نويت أن أصلي، ولا عند الصدقة نويت أن أتصدق، ولا عند الصيام نويت أن أصوم، ولا عند الحج نويت أن أحج، فالتلفظ بالنية في جميع العبادات لم يرد عن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم

"Melafazhkan niat pada seluruh ibadah adalah BID'AH. Seseorang itu tidak boleh mengatakan saat wudhu : "Ya Allah, saya berniat wudhu", atau ketika shalat : "Saya niat shalat", atau ketika bersedekah : "Saya niat bersedekah", atau ketika hendak puasa : "Saya niat berpuasa", atau ketika berhaji : "Saya niat berhaji". Melafazhkan niat pada seluruh ibadah tidak ada dasarnya dari Nabi ﷺ.

ولماذا تتلفظ بالنية؟ أليس النية محلها القلب، أليس الله عز وجل يقول: ﴿ولقد خلقنا الإنسان ونعلم ما توسوس به نفسه﴾. بلى نقول هذا: فالله أعلم بالنية، كيف تُعْلِمُ ربَّك بأنك ناوي؟ قد يقول: أقول هذا لإظهار الإخلاص لله فنقول: الإخلاص محله القلب أيضاً، يكفي النية في القلب

Kenapa engkau melafazhkan niat ? Bukankah niat itu tempatnya di hati ?! Bukankah Allah 'Azza wa Jalla telah berfirman : "Dan sungguh Kami (Allah) telah menciptakn manusia, dan Kami pun mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya". Ya, kita meyakini hal ini. Allah lebih tahu niat kita. Bagaimana engkau akan memberi tahu Rabbmu bahwa engkau akan berniat sesuatu ?! Kadang ada orang yang mengatakan : "Saya melafazhkan niat untuk memperlihatkan ikhlas kepada Allah". Maka kita jawab : "Ikhlas itu tempatnya di dalam hati juga. Cukuplah niat itu di dalam hati"

الشيخ محمد بن صالح العثيمين-نور على الدرب-349b-4
https://alathar.net/home/esound/index.php?op=codevi&coid=59977

Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
MEMBACA SHADAQALLAAHUL 'AZHIIM SAAT SELESAI DARI BACA AL-QUR'AN ?

"Ucapan shadaqallaahul ‘azhiim setiap kali selesai membaca al-Qur’an adalah ucapan yang tidak ada tuntunannya,, karena Nabi ﷺ, para sahabat, tabi'in, dan para imam salafus shalih tdk pernah mengamalkannya, padahal mreka itu banyak dalam membaca al-Qur’an. Rasulullah ﷺ bersabda : “Barangsiapa yang membuat sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kami yang tidak terdapat (tuntunan) padanya, maka dia tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718) (lihatlah Fatawa al-Lajnah ad-Da’imah fatwa no. 3303)

Kaum muslimin saat ini justru banyak yang telah meninggalkan salah satu tuntunan dari Nabi ﷺ ketika mereka selesai dari membaca al-Qur'an, padahal ada ucapan yang beliau ﷺ telah syariatkan untuk dibaca setiap selesai dari membaca al-Qur'an.

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata :
"Tidaklah Rasulullah ﷺ itu duduk di suatu tempat atau membaca al-Qur’an ataupun melaksanakan shalat, kecuali beliau akhiri dengan membaca beberapa kalimat. Aku pun bertanya kepada Rasulullah ﷺ : "Wahai Rasulullah, tidaklah engkau duduk di suatu tempat, atau membaca al-Qur’an atau shalat melainkan engkau akhiri dengan beberapa kalimat". Beliau pun menjawab : “Benar, siapa saja yang mengucap kebaikan akan ditutup dengannya, (kalimat-kalimat itu) penutup atas kebaikan itu, siapa saja yang berucap keburukan maka kalimat2 tersebut menjadi penggugur dosa untuknya", itulah ucapan :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

(HR. An-Nasaa'i dlm Kitab as-Sunanul Kubra IX/123/10067 dan juga dalam Kitab 'Amalul Yaum wal Lailah no. 308, Ahmad VI/77 dan ath-Thabrani dalam ad-Du'aa no. 1912)

Imam an-Nasaa'i telah membawakan hadits di atas dalam pembahasan sebuah bab yang tersendiri yang berjudul : "Apa Yang Menjadi Penutup Bacaan al-Qur'an"

Hadits dianggap shahih oleh para ulama, di antaranya al-Hafizh Ibnu Hajar (An-Nukat II/733), Imam al-Albani (Ash-Shahihah VII/495), Imam Muqbil al-Wadi'i (Al-Jaami'ush Shahiih Mimmaa Laisa Fishshahihain II/12 dan juga ash-Shahiihul Musnad no. 1619), DR. Faruq Hamadah (Tahqiq 'Amalul Yaum wal Lailah karya Imam an-Nasaa'i hal 273), dll.

Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
WAKTU IMSAK ITU BID'AH ?

Menjadi tradisi setiap tahunnya selama bulan Ramadhan, yaitu ditetapkannya waktu imsak (tidak boleh lagi makan dan minum) sekitar 10 s/d 15 menit sebelum masuknya waktu adzan shalat shubuh.

Dan itu bisa diketahui dengan adanya kolom imsak pada selebaran atau ditandai dengan bunyi sirine dan dentuman meriam, tabuhan beduk dll. Banyak dari kaum muslimin yang memahami bahwa perkara ini disyariatkan dari Nabi ﷺ, dn berarti orang yg mau puasa harus berhenti dari makan dan minumnya.

Saudaraku, perbuatan itu tidak disyariatkan, jelas tidak ada contohnya dan tuntunannya (bid'ah), karena Allah dan Rasul-Nya ﷺ pun masih memperbolehkan seseorang yang hendak berpuasa untuk makan dan minum sampai jelas terbitnya fajar, yaitu masuknya waktu adzan shalat shubuh.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman :
"Makan dan minumlah hingga tampak jelas untukmu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar (shubuh)" (QS. Al-Baqarah [2]: 187)

Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
"Sesungguhnya Bilal itu beradzan pada saat waktu malam, maka makan dan minumlah hingga Ibnu Ummi Maktum pun beradzan. Karena sesungguhnya dia itu tidaklah akan mengumandangkan adzan kecuali jika terbit fajar (masuknya waktu shubuh)" (HR. Bukhari no. 1919 dan Muslim no. 1092, hadits dari Abdullah bin 'Umar dan 'Aisyah)

Pada zaman Nabi ﷺ memang terdapat dua kali adzan. Adzan pertama dikumandangkan beberapa waktu sebelum shalat shubuh, di antara tujuannya untuk membangunkan orang2 yang tidur agar bisa segera makan sahur. Adapun adzan kedua diserukan ketika sudah masuk waktunya shalat shubuh.

Al-Imam an-Nawawi رحمه الله berkata :
"Di dalam hadits ini terdapat pembolehan untuk makan & minum, berhubungan badan antara suami-istri, dan seluruh perkara (yang diperbolehkan oleh syariat) hingga terbitnya fajar (shbuh)" (Syarh Shahih Muslim VII/202)

Al-Hafizh Ibnu Hajar رحمه الله berkata :
"Termasuk bid’ah yang mungkar yang telah tersebar (juga) pada zaman sekarang adalah mengumandangkan adzan kedua sebelum shubuh sekitar 15 menit di bulan Ramadhan, dan mematikan lampu-lampu sebagai tanda peringatan haramnya makan serta minum bagi seseorang yang hendak puasa. Mereka mengklaim bahwa hal itu sebagai bentuk ke-hati2-an dlm ibadah" (Fathul-Baari IV/199)

Maka patokan untuk berhenti makan serta minum ketika sudah masuk waktu shubuh, dan selama 10 s/d 15 menit sebelumnya masih tetap boleh untuk makan, minum, dan melakukan hal2 lainnya yang diperbolehkan oleh syariat.

Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
Media is too big
VIEW IN TELEGRAM
Ingin Pulang Ke Kampung Halaman Surga...😭
DOA MEMOHON KESELAMATAN

إِِلٰهَنَا أَنْتَ الشَّافِي ، إِلٰهَنَا اَنْتَ الْكَافِي ، يَا مَنْ كَفَانَا كُلَّ شَيْءٍ اكْفِنَا شَرَّ الْاَمْرَاضِ، يَا مَنْ كَفَانَا كُلَّ شَيْءٍ اَعِذْنَا مِنْ سَيِّئِ الْاَسْقَامِ ، يَا مَنْ كَفَانَا كُلَّ شَيْءٍ اَعِذْنَا مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ اَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ ، اللّٰهُمَّ اِنَّا نَسْاَلُكَ العَافِيَةَ مِنْ كُلِّ بَلاَءٍ و الشِّفَاءَ مِنْ كلِّ دَاءٍ وَ اَنْ تَحْفَظَنَا مِنْ كُلِّ وَبَاءٍ ، اللّٰهُمَّ اِنَّا نَسْتَوْدِعُكَ بِلاَدَنَا وَ بِلَادَ اْلمُسْلِمِيْنَ.....

Wahai Tuhan kami, Engkaulah Yang Maha Menyembuhkan.....Wahai Tuhan Kami, Engkaulah Yang Maha Memelihara.....
Wahai yang telah memelihara kami dari segala sesuatu, peliharalah kami dari penyakit-penyakit yang buruk.....
Wahai yang telah memelihara kami dari segala sesuatu, lindungilah kami dari penyakit-penyakit yang buruk.....
Wahai yang telah memelihara kami dari segala sesuatu, lindungilah kami dari keburukan apapun, Engkaulah yang telah memegang ubun-ubunnya.....
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu keselamatan dari segala bencana, dan kesembuhan dari segala penyakit, serta Engkau menjaga kami dari segala wabah.....
Ya Allah, kami menitipkan kepada-Mu negara kami dan negara-negara kaum muslimin...

Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
JANGAN MARAH, BAGIMU SURGA

Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :

مَنْ كَفَّ غَضَبَهُ كَفَّ اللهُ عنهُ عذابَهُ

(1). "Barangsiapa yg menahan marahnya, maka Allah akan menahan (mencegah) adzab-Nya kepadanya..." (HR. Ibnu Abi 'Ashim dalam az-Zuhd (10) & Abu Ya'la no. 4338, hadits Anas bin Malik, ash-Shahiihah 2360)

وَمَنَ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ مَلأَ اللهُ قَلْبَهُ أَمْنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

(2). "Dan barangsiapa yang meninggalkan marahnya, niscaya Allah akan tutup aibnya. Dan barangsiapa yang menahan marahnya padahal ia mampu melakukannya, niscaya Allah akan memenuhi hatinya dengan rasa aman pada hari Kiamat" (HR. Ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul-Kabiir 12/453 no. 13646, al-Mu’jamul-Ausath 6/139-140 no. 6026 dan al-Mu’jamush-Shaghiir (Ar-Raudlud-Daaniy) 2/106 no. 861, hadits dari Abdullah bin Umar, Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 906)

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ

(3). "Barangsiapa yang telah menahan kemarahannya, padahal dia mampu untuk melampiaskannya, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla akan memanggilnya pada hari Kiamat di hadapan seluruh makhluk, lalu Allah pun menyuruhnya untuk memilih bidadari mana yang ia kehendaki" (HR. Abu Dawud no. 4777, at-Tirmidzi no. 2021 serta Ibnu Majah no. 4286, hadits dari Mu'adz bin Anas al-Juhani)

Dari Abu Darda' رضي الله عنه dia berkata :
"Seseorang berkata kepada Rasulullah ﷺ : "Tunjukkanlah kepadaku amalan yang bisa memasukkanku ke dalam Surga ?" Rasulullah ﷺ menjawab : "Janganlah engkau (mudah) marah dan bagimu Surga" (HR. Ath-Thabrani dalam al-Mu'jamul Ausath no. 2374, lihatlah Shahiihul Jaami' ash-Shaghiir no. 7374)

  Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
 JANGANLAH MUDAH MEMVONIS

Saudaraku, jangan sekali-kali kita memvonis & memastikan bahwa seorang ahli maksiat sebagai calon penghuni Neraka, karena kita tidak tahu mungkin saja di akhir hayatnya dia akan berubah dan bertaubat kepada Allah.

Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :

كان رجلانِ في بني إسرائيلَ مُتؤاخِيَينِ، فكان أحدُهما يذنب، والآخرُ مجتهدٌ في العبادة، فكان لا يزال المجتهدُ يرى الآخرَ على الذنبِ فيقول : أَقصِرْ . فوجده يومًا على ذنبٍ فقال له : أقصِر . فقال : خلِّني وربي أبعثتَ عليَّ رقيبًا ؟ فقال : واللهِ ! لا يغفر اللهُ لك – أو لا يدخلُك اللهُ الجنةَ ! – فقبض أرواحَهما، فاجتمعا عند ربِّ العالمين، فقال لهذا المجتهدِ : كنتَ بي عالما، أو كنتَ على ما في يدي قادرًا ؟ وقال للمذنب : اذهبْ فادخلِ الجنةَ برحمتي، وقال للآخرِ : اذهبوا به إلى النارِ

"Dahulu ada dua orang dari Bani Israil yang bersaudara, yang satu selalu berbuat dosa sedangkan yang satunya lagi rajin beribadah. Hamba yang rajin ibadah selalu menasihati saudaranya yang selalu berbuat dosa seraya berkata : "Berhentilah dari berbuat dosa !"

Pada suatu hari hamba yang rajin ibadah itu melihat saudaranya sedang melakukan dosa lagi. Maka ia pun menegurnya : "Berhentilah engkau dari berbuat dosa !" Saudaranya itu menjawab : "Biarkanlah aku, ini urusanku dan Rabb-ku. Apakah kamu diutus untuk selalu mengawasiku ?"

Mendengar jawaban saudaranya itu maka sang hamba yang rajin ibadah mengatakan : "Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni kamu", atau "Demi Allah, Allah itu tidak akan memasukkan kamu ke dalam Surga !"

Lalu dua orang itu diwafatkan dan keduanya berkumpul di hadapan Rabbul 'aalamiin. Dan Allah bertanya kepada hamba-Nya yang rajin ibadah : "Apakah kamu tahu tentang diri-Ku ?" atau "Apakah kamu berkuasa atas apa yang ada di tangan-Ku ?" Dan Allah berkata kepada hamba-Nya yang berdosa itu : "Pergilah dan masuklah ke Surga dengan rahmat-Ku !" Dan kepada hamba-Nya yang rajin ibadah, Allah berkata : "Seretlah wahai para Malaikat-Ku orang itu ke Neraka !" Abu Hurairah berkata :

و الّذي نفسي بيده لتكلّم بكلمة أوبقت دنياه و اَخرته

"Demi Allah yang diriku berada di tangan-Nya, sungguh orang itu telah mengatakan dengan satu kalimat yang telah membinasakan dunia dan akhiratnya" (HR. Abu Dawud no. 4901 & Ahmad no. 8292, Shahiihul Jaami' no. 4455)

  Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
DOA BERANGKAT KE MASJID

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ فِيْ قَلْبِيْ نُوْرًا، وَفِيْ لِسَانِيْ نُوْرًا، وَفِيْ سَمْعِيْ نُوْرًا، وَفِيْ بَصَرِيْ نُوْرًا، وَمِنْ فَوْقِيْ نُوْرًا، وَمِنْ تَحْتِيْ نُوْرًا، وَعَنْ يَمِيْنِيْ نُوْرًا، وَعَنْ شِمَالِيْ نُوْرًا، وَمِنْ أَمَامِيْ نُوْرًا، وَمِنْ خَلْفِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ فِيْ نَفْسِيْ نُوْرًا، وَأَعْظِمْ لِيْ نُوْرًا، وَعَظِّمْ لِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ لِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْنِيْ نُوْرًا، اَللّٰهُمَّ أَعْطِنِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ فِيْ عَصَبِيْ نُوْرًا، وَفِيْ لَحْمِيْ نُوْرًا، وَفِيْ دَمِيْ نُوْرًا، وَفِيْ شَعْرِيْ نُوْرًا، وَفِيْ بَشَرِيْ نُوْرًا

Allaahummaj'al fii qolbii nuuro, wa fii lisaanii nuuro, wa fii sam'ii nuuro, wa fii bashorii nuuro, wa min fauqii nuuro, wa min tahtii nuuro, wa 'an yamiinii nuuro, wa 'an syimaalii nuuro, wa min amaamii nuuro, wa min kholfii nuuro, waj'al fii nafsii nuuro, wa a'zhim lii nuuro, wa'azhzhim lii nuuro, waj'al lii nuuro, waj'alnii nuuro. Allaahumma a'thinii nuuro, waj'al fii 'ashobii nuuro, wa fii lahmii nuuro, wa fii damii nuuro, wa fii sya'rii nuuro, wa fii basyarii nuuro.

"Ya Allah, jadikanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatanku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di kananku, cahaya di kiriku, cahaya dari depanku, dan cahaya dari belakangku. Jadikanlah cahaya itu di dalam jiwaku, agungkanlah cahaya untukku serta terangkanlah cahaya itu bagiku. Jadikanlah cahaya untukku, dan jadikanlah juga diriku sebagai cahaya. Ya Allah, berilah aku cahaya, berikanlah pada urat sarafku cahaya, cahaya pada dagingku, cahaya pada darahku, serta cahaya pada rambutku, & juga cahaya pada kulitku" (HR. Bukhari no. 6316 dan Muslim no. 763, hadits dari Ibnu 'Abbas, Shalaatul Mukmin I/450-451 oleh Syaikh DR. Sa'iid bin 'Ali bin Wahf al-Qahthaani)

Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official