Setiap muslim wajib mengharapkan Wajah Allah ta’ala dalam kritikan dan bantahan yang dilakukannya, dia tidak boleh melancarkan kritikan dan bantahan dengan tujuan menonjolkan diri, tidak pula mencari popularitas dan membalas dendam.
Jangan sampai dia mengritik karena termotivasi oleh hasad (kedengkian) atau berbagai tendensi tertentu, namun hendaknya yang memotivasinya dalam mengritik adalah untuk menampakkan kebenaran dan menjelaskan kesalahan yang ditopang keinginan memperoleh Wajah Allah ta’ala.
Jangan sampai dia mengritik karena termotivasi oleh hasad (kedengkian) atau berbagai tendensi tertentu, namun hendaknya yang memotivasinya dalam mengritik adalah untuk menampakkan kebenaran dan menjelaskan kesalahan yang ditopang keinginan memperoleh Wajah Allah ta’ala.
Besarnya Kasih Sayang Allah (Bag. 6): Ujian dan Musibah adalah Tanda Kasih Sayang Allah
Di dalam setiap kesedihan, ada hikmah. Dalam setiap luka, ada pahala. Dan dalam setiap kesulitan, ada pertolongan Allah yang selalu lebih dekat dari yang kita kira.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/104377-besarnya-kasih-sayang-allah-bag-6-ujian-dan-musibah-tanda-kasih-sayang-allah.html
Di dalam setiap kesedihan, ada hikmah. Dalam setiap luka, ada pahala. Dan dalam setiap kesulitan, ada pertolongan Allah yang selalu lebih dekat dari yang kita kira.
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut
https://muslim.or.id/104377-besarnya-kasih-sayang-allah-bag-6-ujian-dan-musibah-tanda-kasih-sayang-allah.html
Muslim.or.id
Besarnya Kasih Sayang Allah (Bag. 1)
Sebagai seorang muslim, kita harus tahu bahwa begitu besarnya kasih sayang Allah kepada seluruh manusia di muka bumi.
“Wajib bagi setiap orang yang memerintahkan kebaikan dan mengingkari kemungkaran berlaku ikhlas dalam tindakannya dan menyadari bahwa tindakannya tersebut adalah ketaatan kepada Allah.
Dia berniat untuk memperbaiki kondisi orang lain dan menegakkan hujjah atasnya, bukan untuk mencari kedudukan bagi diri dan kelompok, tidak pula untuk melecehkan orang lain.”
Ibnu Taimiyah rahimahullah
Al Fatawa
Dia berniat untuk memperbaiki kondisi orang lain dan menegakkan hujjah atasnya, bukan untuk mencari kedudukan bagi diri dan kelompok, tidak pula untuk melecehkan orang lain.”
Ibnu Taimiyah rahimahullah
Al Fatawa
Terkadang di beberapa kondisi dan untuk beberapa orang, kita perlu sikap tegas sebagaimana yang dipraktikkan ulama salaf.
Akan tetapi, bersikap lembut adalah hukum asal dalam membantah dan mengritik, apalagi pihak yang dibantah merupakan seorang tokoh yang memiliki pengikut, atau memiliki peluang besar untuk rujuk kepada kebenaran.
Akan tetapi, bersikap lembut adalah hukum asal dalam membantah dan mengritik, apalagi pihak yang dibantah merupakan seorang tokoh yang memiliki pengikut, atau memiliki peluang besar untuk rujuk kepada kebenaran.