MAJELIS MUJAHIDIN
34 subscribers
11 photos
1 video
2 files
5 links
Untuk Penegakan Syariat Islam
Download Telegram
Majelis Mujahidin
Menanggapi Keberatan PGI Terhadap Pelajaran Agama Islam Di Sekolah

https://www.majelismujahidin.com/majelis-mujahidin-menanggapi-keberatan-pgi-terhadap-pelajaran-agama-islam-di-sekolah/

Sebarkan...
“Perjuangan tidak hanya melahirkan para pahlawan dan pejuang, tetapi juga melahirkan para pengkhianat.”

— Ustadz Irfan S. Awwas, disampaikan dalam Munas Laskar Mujahidin, Yogyakarta (19/12/21)

#mujahidin #irfanawwas #irfansawwas #majelismujahidin #indonesia #mujahidinindonesia #MM #indonesiabersyariah
*KHUTBAH JUM'AT: MENJAGA AQIDAH DI MASA FITNAH*
Oleh: Irfan S. Awwas

_Amma ba'du_
_Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah_

Kehidupan dunia yang sedang dijalani umat manusia sekarang ini, sesungguhnya proses perjalanan menuju kehidupan akhirat. Yaitu, kehidupan setelah kematian, untuk menerima balasan atas segala perbuatan yang kita lakukan di dunia ini.

Agar manusia sukses dan selamat dalam perjalanan menuju akhirat, maka Allah Swt, pemilik dan pencipta alam semesta, memberikan _guidance_, pedoman atau petunjuk melalui firman-Nya dalam Al Qur'anul karim:

يٰٓاَيُّهَا الْاِنْسَانُ اِنَّكَ كَادِحٌ اِلٰى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلٰقِيْهِۚ

_Wahai manusia, engkau telah menempuh hidup dengan susah-payah sampai mati, lalu pada hari kiamat kamu kembali kepada Allah untuk menerima balasan._ (QS Al-Insyiqaq (84) : 6)

Dalam tafsir web.com, Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi menjelaskan, bahwa Surat Al-Insyiqaq ayat 6 ini adalah seruan dari Allah untuk setiap makhluk yang terbebani dengan syariat, agar melihat hasil akhir amalan mereka sejak ia lahir sampai ia mati. Allah mengabarkan bahwa orang yang beramal dalam kehidupannya dan memiliki kemuliaan dalam amalannya, pada akhirnya pasti akan menemui Rabbnya, untuk mendapatkan balasan atas amalannya. Jika ia beramal kebaikan, Allah akan balas dengan kebaikan, dan jika ia beramal dengan kejelekan, Allah balas pula dengan kejelekan.

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

_Siapa saja yang beriman dengan benar dan beramal shalih dengan penuh keimanan, baik laki-laki atau perempuan, Kami pasti akan memberikan kehidupan yang baik kepadanya. Kami akan memberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada amal shalih mereka._ (QS An-Nahl (16) : 97)

*Ucapan Selamat Natal*
_Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah_

Di zaman penuh fitnah ini, orang Islam harus menjaga Aqidahnya, menjaga keyakinan agama anak-anak keturunannya, agar tidak terjerumus pada kesesatan. Umat Islam wajib menjalankan agama dengan berpedoman pada Al-Qur'an dan Sunnah nabi-Nya. Setiap kali ada umat Islam yang beramal menyimpang dari Qur'an dan Sunah, berpotensi menimbulkan perpecahan, antara yang setuju dan yang menolaknya.

Akhir-akhir ini tidak sedikit dari kalangan umat Islam yang menyebarkan opini, yang bahkan intelektual penjajah seperti Christian Snouck Hurgronye tidak berani melakukannya.

Misalnya, ada orang Islam yang mengatakan, "Saya berdoa simpel saja, tidak pakai bahasa Arab tapi pakai bahasa Indonesia, karena tuhan kita bukan orang Arab". Tidak mungkin ucapan seperti ini keluar dari manusia yang berakal sehat. Karena dia paham, Tuhan adalah alkhaliq, maha pencipta, sedangkan orang adalah makhluk, yang diciptakan, sehingga statusnya tidak boleh disetarakan.

Ada juga perbuatan nyeleneh, yaitu membaca solawat Nabi di Greja saat peringatan Natal, suatu perbuatan yang bahkan tokoh munafik sekaliber Abdullah bin Ubay bin Salul sekalipun tidak berani melakukannya. Lalu orang-orang munafik inilah yang menyerukan umat Islam supaya mgucapkan "Selamat Natal" pada umat Nasrani yang merayakannya.

Padahal orang-orang Nasrani di zaman Nabi Muhammad Saw tidak pernah menuntut, demi toleransi dan harmonisasi sosial antar umat beragama, supaya nabi berkenan mengucapkan selamat natal.

Nabi Muhammad dan para sahabatnya tidak pernah membahas, apa hukumnya mengucapkan selamat natal bagi yang memperingati kelahiran Yesus Kristus? Karena hal itu tidak perlu dilakukan dan tidak ada urgensinya dengan Islam dan kaum muslimin.

Begitupun, mayoritas ulama dari 4 madzhab besar dalam ilmu Fiqih yakni Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hambali telah sepakat mengharamkan ucapan selamat Natal kepada umat Nasrani.

Allah SWT berfirman:

وَالَّذِيْنَ لَا يَشْهَدُوْنَ الزُّوْرَۙ وَاِذَا مَرُّوْا بِاللَّغْوِ مَرُّوْا كِرَامًا

_Hamba-hamba Allah Yang Mahabelas kasih yaitu orang-orang yang tidak mau menghadiri atau menyaksikan upacara agama kaum musyrik. Jika mereka melewati tempat yang sedang digunakan untuk
pacara agama oleh kaum musyrik, mereka segera berlalu dengan sikap baik._ (QS Al-Furqan (25) : 72)

Ada ulama yang menafsirkan kata _Az Zuur,_ yakni ucapan dan perbuatan yang haram. Oleh karena itu, mereka menjauhi semua majlis yang di dalamnya terdapat ucapan dan perbuatan yang haram, seperti mengolok-olok ayat-ayat Allah, perdebatan yang batil, ghibah (gosip), namimah (mengadu domba), mencaci-maki, qadzaf (menuduh zina), nyanyian yang haram, meminum khamr (arak), menghamparkan sutera, memajang gambar-gambar, dsb. Jika mereka tidak menghadiri Az Zuur, maka tentu mereka tidak mengucapkan dan melakukannya. Termasuk ucapan Az- Zuur adalah persaksian palsu serta ucapan selamat natal.

Menurut Al-imam Ibnu Hajar Al-Haitami As-Syafi'i, natal bersama atau mengucapkan selamat natal, termasuk bid'ah yang paling keji.

Berkata Al-allamah Ibnu hajar Al-Haitami As-syafi'i Rahimahullahu ta'ala, dalam kitab Fatawanya bab Ar-riddah :

قال العلامة ابن حجر الهيتمي الشافعي رحمه الله تعالى في ( باب الردة ) :

ومن أقبح البدع موافقة المسلمين النصارى في أعيادهم بالتشبه بأكلهم والهدية لهم وقبول هديتهم فيه وأكثر الناس اعتناء بذلك المصريون وقد قال صلى الله عليه وسلم { من تشبه بقوم فهو منهم }

الفتاوى الفقهية الكبرى لللعلامة ابن حجر الهيتمي (4/238-239)

_Beliau berkata : Bid'ah yang paling keji adalah ikut-ikutannya orang Islam kepada orang Nasrani dalam merayakan hari natal mereka, dengan meniru-niru makanannya, memberi hadiah kepada mereka dan menerima hadiah dari mereka, yang paling sering melakukan perbuatan seperti ini adalah orang-orang Mesir, padahal baginda Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia menjadi bagian dari kaum tersebut"._ (Alfatawa Al-fiqhiyah Al-kubra oleh Al-allamah lbnu Hajar Al-Haitami).

Di negeri kita, sebenarnya kaum Nasrani tidak berambisi mengajak umat Islam mengucapkan selamat natal. Yaitu, hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Kita belum pernah mendengar PGI, Persekutuan Greja Indonesia, mengajak umat Islam supaya mengucapkan selamat hari natal, sebagai rasa simpati di hari bahagia mereka, demi toleransi beragama dan demi harmonisasi hubungan sosial kemasyarakatan.i

Lalu siapakah yang melakukannya? Merekalah orang-orang munafik yang tidak puas dengan ajaran Islam, tidak pede kalau hanya mengikuti tauladan Nabi Muhammad Saw.

Seakan mereka dengan sukarela menjadi misionaris Kristen, yang justru hanya menimbulkan kegaduhan, bahkan memperuncing kecurigaan diantara umat beragama.

Dalam kaitan ini, marilah kita mengambil pelajaran dari kisah Rayan Bidan, seorang buzzer atheis Maroko, yang bunuh diri di apartemennya di Belgia, setelah permusuhannya yang panjang terhadap Islam. Ia meninggalkan pesan tragis sebelum melakukan bunuh diri!

Rayan Bidan menulis:
"Saya sudah menjadi atheis, minum khamer dan makan babi. Sekalipun demikian Barat tidak pernah ridha kepadaku.
Mereka menjadikan aku sebagai alat untuk memerangi Islam. Tetapi setelah keperluan mereka kutunaikan, mereka menghentikan pendanaanku dan membuangku seperti tikus.
Jangan tanya kenapa aku bunuh diri? Semuanya sudah jelas. Selamat tinggal!"

Jadi, alangkah sia-sianya perbuatan orang Islam yang mencari simpati orang kafir dengan mengorbankan Aqidah agamanya.

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

_Wahai Muhammad, ikutilah agama tauhid dengan ikhlas. Allah ciptakan manusia sesuai dengan ajaran agama-Nya. Tidak ada yang berubah dalam ciptaan Allah. Islam itu adalah agama yang benar. Akan tetapi sebagian besar manusia tidak mau menyadari kebenaran Islam._ (QS Ar-Rum (30) : 30)

Yogyakarta, 24/12/2021
Khutbah Idul Fitri 1443 H - Irfan S Awwas.pdf
579.2 KB
Emailing Khutbah Idul Fitri 1443 H - Irfan S Awwas.pdf
*MUHASABAH AKHIR RAMADHAN : _"BACALAH CATATAN AMALMU SENDIRI"_*

Di zaman ini, banyak orang yang resah, gelisah dan sibuk memikirkan bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya. Namun, tidak banyak orang yang gelisah memikirkan bagaimana pandangan Allah terhadap dirinya. Padahal itu jauh lebih penting baginya dalam meraih kesuksesan dan kebahagiaan sesungguhnya, fiddunia wal akhirat.

Imam Ibnu 'Atho'illah As-Sakandari (1250-1309) dalam Kitab Al-Hikam menjelaskan kedudukan manusia di sisi Allah, dan mengatakan: “Apabila engkau termasuk golongan orang yang beruntung dan diterima, Allah akan menyibukkan kamu pada apa-apa yang selalu menjadikan Allah Ridha. Apabila kamu termasuk ahli celaka, maka Allah akan menyibukkan kamu pada perkara yang dimurkai-Nya.

Disinilah pentingnya muhasabah, koreksi sekaligus introspeksi atas amal perbuatan yang kita lakukan di dunia ini.

Suatu ketika, seorang santri penuntut ilmu datang menemui Syeikh ahli tauhid dan berkata: "Saya telah belajar dan berguru ke banyak ulama. Sekarang saya ingin berguru kepada Syeikh..."

Sang Syeikh bertanya: "Kitab apa saja yang sudah engkau baca/pelajari?"
"Sudah banyak kitab karangan ulama hebat dan terkenal yang saya baca dan pelajari," jawab santri itu.

"Itulah masalahmu. Sungguh engkau masih terlalu bodoh dan tersesat. Tak pernah menghargai dirimu sendiri. Banyak membaca kitab karangan orang lain, tapi belum pernah membaca kitab karanganmu sendiri," kata Sang Kyai.

"Saya belum pernah mengarang satu kitab pun. Bagaimana aku membacanya!"

"Itulah... mengapa aku katakan engkau orang yang bodoh lagi tersesat. Padahal kitab karanganmu itu engkau tulis setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap waktu.

Engkau katakan sudah belajar Al-Quran dari guru-gurumu, tapi engkau lupa bahwa Al-Quran menyuruhmu, "Iqra' Kitabaka" (bacalah kitab catatan amalmu sendiri).

Firman Allah Swt,

اِقْرَأْ كِتَابَكَۗ كَفٰى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيْبًاۗ

Kepada setiap orang dikatakan: _"Bacalah catatan amalmu. Pada hari ini cukuplah catatan itu bagi dirimu untuk kamu ketahui apa saja yang telah kamu lakukan di dunia dahulu."_ (QS Al-Isra' (17) : 14)

Hidup seseorang setelah kematianya bagaikan sebuah buku yang akan dibaca oleh orang banyak maka perbaikilah tulisanmu yang ada di dalamnya, jangan pernah menyangka bahwa sampul buku atau chasing itu akan memberi manfaat, sementara isinya hanya berisi amal keburukan.

Tapi engkau tak pernah membacanya, malahan membaca kitab-kitab karangan orang lain. Dan engkau banggakan, padahal Al-Quran tidak mewajibkanmu untuk membacanya.

Ketahuilah, engkau belum membaca apa-apa sebelum engkau membaca kitab catatan amalmu sendiri. Sebab engkau tidak akan diminta pertanggung jawaban atas kitab orang lain. Tapi kamu harus mempertanggung jawabkan kitab dirimu yang kamu tulis sendiri setiap waktu dalam hidupmu di dunia ini".

Santri itu pun terdiam. Merenungkan betapa banyak waktunya ia habiskan percuma, untuk menjelajahi dunia luar hingga lupa menjelajahi dunia dalam dirinya sendiri.

Pernahkah kita bertanya pada diri masing-masing, apakah dalam hidup saya pernah menjadi bagian dari pendukung kezaliman, membenci Islam dan memusuhi ulama? Apakah kita termasuk orang yang mendukung pemimpin pendusta seperti disebutkan dalam hadits Rasulullah Saw?

اسْمَعُوا، هَلْ سَمِعْتُمْ أَنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ؟ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الحَوْضَ،َ

_“Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku akan ada para penguasa? Siapa yang masuk kepada mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan menyokong kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, aku juga bukan golongannya. Dia juga tak akan menemuiku di telaga”_ (THR. Tirmidzi, Nasai dan Al Hakim).

Kelak di hadapan pengadilan Allah di padang Mahsyar, akan diberikan kepada semua manusia kitab yang merinci amal perbuatan mereka di dunia, baik yang besar maupun yang kecil, yang baik maupun yang buruk. Dikatakan pada mereka:

هٰذَا كِتٰبُنَا يَنْطِقُ
ْ بِالْحَقِّ ۗاِنَّا كُنَّا نَسْتَنْسِخُ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

_Inilah catatan Kami tentang semua amal kalian. Catatan itu akan berbicara dengan sebenarnya kepada kalian. Sungguh Kami akan menghitung secara rinci semua perbuatan yang dahulu kalian lakukan di dunia."_ (QS Al-Jatsiyah (45) : 29)

Lalu kita akan menyaksikan orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya, karena orang-orang kafir, dzalim, fasik, munafik, akan tersingkap kedzaliman dan kejahatannya di depan semua makhluk. Allah Swt tidak mendzalimi siapapun. Tidak akan menghukum seseorang tanpa ada dosanya, tidak pula mengurangi pahala kebaikan orang-orang yang taat.

Begitulah informasi Al Qur'anul Karim :

وَوُضِعَ الْكِتٰبُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يٰوَيْلَتَنَا مَالِ هٰذَا الْكِتٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّآ اَحْصٰهَاۚ وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًاۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا
_“Catatan-catatan amal setiap manusia diletakkan pada tangan masing-masing. Kemudian kamu melihat orang-orang yang berbuat dosa mengiba-iba meminta pengampunan atas dosa-dosa yang tertulis di catatan itu. Orang-orang yang berdosa berkata: 'Aduhai celakanya kami, mengapa catatan amalku jadi buruk begini?' Tidak ada sedikit pun yang tertinggal dalam catatan ini, baik dosa kecil maupun dosa besar. Semuanya tercatat dengan teliti. Semua manusia mendapatkan catatan semua amal yang telah mereka perbuat di dunia. Tuhanmu tidak akan berbuat zhalim sedivkit pun kepada manusia dalam mencatat amalnya.”_ (QS Al-Kahfi (18) : 49)

Yogyakarta, 29 Ramadhan 1443 H/ 30/4/2022
*IRFAN S. AWWAS*
*MAKLUMAT MAJELIS MUJAHIDIN TENTANG IDUL FITHRI 1 SYAWAL 1443 H*

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

_Puasa yang diwajibkan itu adalah pada bulan Ramadhan. Pada bulan Ramadhan, Al-Qur'an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan rinci tentang petunjuk itu. Al-Qur'an menjadi pembeda antara yang hak dan yang batil. Siapa saja yang menemui bulan Ramadhan di tempat tinggalnya, maka dia wajib berpuasa. Siapa saja yang sakit atau bepergian, lalu dia tidak berpuasa, maka hendaklah dia menggantinya pada hari-hari lain. Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesulitan. Dengan begitu, kalian dapat menyelesaikan hari-hari puasa kalian dengan sempurna. Kalian dapat menyemarakkan keagungan Allah dan mengikuti petunjuk-Nya. Mudah-mudahan kalian dapat menikmati karunia Allah._ (QS Al-Baqarah (2) : 185)

Rasulullah Saw bersabda:

إذَا رَأيْتُمُ الْهِلَا لَ فَصُوْمُوا وَإذَا رَأيْتُمُوْهُ فَأفْطرُوْا فإنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَصُوْمُوا ثَلا ثِيْنَ يَوْمًا

Artinya: "Apabila kalian melihat hilal (bulan Ramadhan) maka puasalah dan apabila kalian melihat hilal (bulal Syawal) maka berbukalah (lebaran), dan apabila tertutup awan (mendung) maka berpuasalah 30 hari." (HR. Muslim).

Berdasarkan hisab _Imkanur rukyah_, pada tanggal 30 April 2022, Hilal dipastikan tidak tampak karena masih di bawah ufuk. Ijtima' jelang Syawal 1443 H terjadi bertepatan dengan Hari Ahad, 1 Mei 2022 M, pukul 03:31:02 WIB.

Dengan ini Majelis Mujahidin menyampaikan Maklumat, bahwa puasa Ramadhan 1443 H, digenapkan 30 hari. Maka Hari Idul Fithri, 1 Syawwal 1443 H jatuh pada hari Senin, 2 Mei 2022

تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمْ