image_2022-07-24_15-41-44.png
694.5 KB
Oh, halo? selamat datang di perpustakaan kecilku. Silahkan duduk dan buat dirimu nyaman yaa. Maaf aku hanya menyediakan secangkir teh hangat dan tempat duduk yang nyaman. Apakah kamu datang untuk melihat buku yang aku tulis? dengan senang hati aku akan memperlihatkan dan membacakannya untukmu. Judul buku yang ingin aku ceritakan kepadamu adalah "Tira, Gadis Berambut Pendek" . Mohon duduk dengan nyaman ya, cerita sebentar lagi akan dimulai~
Tangisan bayi terdengar hingga ke penjuru ruangan. Suara hembusan nafas yang lega menjadi pertanda bahwa anak kedua yang dilahirkan oleh ratu berhasil lahir ke dunia. "Oh bayi perempuan yang lahir dengan sehat, semoga engkau dikaruniai berkat oleh Tuhan dan selalu dilindungi dimanapun engkau berada". Doa - doa dan harapan menyinari kastil tepat pada fajar menyingsing dan cahaya matahari terbit dari ufuk timur. Raja dan ratu bahagia, amat bahagia. Terlebih lagi sang Raja. Dengan berlinang air mata, sang Raja berkata disertai suara lirihnya, "Selamat datang di dunia wahai Tira anakku".
Hari berganti, bulan bertukar, dan tahun berulang, bayi perempuan itu kini tumbuh menjadi anak kecil. Ini adalah pertama kalinya anak perempuan itu menginjakkan kakinya di taman kanak-kanak. Sedikit berat bagi anak itu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Sikap pemalunya tidak pernah hilang semenjak ia kembali dari kampung halaman. Tapi, anak kecil ini tidak pantang menyerah. Dengan beberapa langkah polos ia maju ke depan pintu kelas dan mulai menyapa guru dengan suara yang amat kecil. Dimanakah sang ratu? ah tenang saja, ratu sudah percaya dengan anak perempuannya itu. Tiada hentinya sang ratu menyemangati anaknya dari balik pintu gerbang yang perlahan menutup.
Menurut kalian bagaimana lingkungan taman kanak-kanak? jika taman kanak-kanak penuh dengan canda tawa, permainan, belajar membaca dan menghitung, belajar alphabet, kelas warna-warni, tempat duduk dan meja yang unik dan lucu, percayalah itu semuanya tidak sepenuhnya berarti bagi Tira. Disekelilingnya memang terlihat penuh dengan kebahagiaan, tapi sayangnya apa yang dilihat, beda dengan apa yang dirasakan anak ini. Ruangan indah bagaikan penjara bagi dirinya. Tidak ada guru yang mengajaknya berbicara, tidak ada teman yang mendengarnya, tidak ada permainan yang bisa dimainkan olehnya karena tempat itu sudah dikuasai oleh anak anak nakal. Salah satu hiburan bagi Tira hanyalah kertas dan krayon menggambar
Tibalah suatu hari dimana seluruh anak-anak dikumpulkan disebuah lapangan untuk menjalani upacara singkat disertai senam pagi. Anak perempuan itu tertawa dan senang karena bisa menikmati iringan musik dan gerakan-gerakan lucu yang belum pernah dilihat sebelumnya. 20 menit berlalu, bel kemudian berbunyi. Senam telah selesai dilaksanan. Anak-anak berhamburan berlari menuju ranjang sepatu di depan pintu kelas. Disaat Tira sedang duduk dan melepaskan sepatunya, tiba -tiba berdiri di hadapannya anak perempuan yang lain. Dengan raut wajah sombong ia pun berkata, "aku tidak mau ajak kamu main bareng lagi" . Tanpa basa-basi lagi, ia pun pergi ke kelas dan melempar salah satu sepatu milik Tira yang sudah diletakkan di rak sebelumnya.
Tira tidak mengerti apa yang baru saja terjadi. Seingatnya, sejak pertama kali masuk ke taman kanak-kanak, Tira tidak suka dengan keributan. Ia lebih suka kedamaian dan menghabiskan waktu luangnya dengan menggambar kupu-kupu dan serangga yang kebetulan sedang lewat di hadapannya. Tira memilih untuk tidak bermain dengan anak sombong yang tadi. Karena Tira tahu, apabila Tira terus bermain dengannya, Tira akan lebih sering mendapatkan dan merasakan memar di tubuhnya. Apa kalian penasaran apa yang akan terjadi pada Tira setelah ibu guru menyarankan Tira dan anak itu bermain bersama?
image_2022-07-24_15-47-56.png
786.3 KB
See you next chapter! -Tira