Kekeliruan-kekeliruan dalam Mencari Lailatul Qadr (4)
-lanjutan-
5⃣ Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam justru berharap ada kebaikan di balik penyembunyian waktu terjadinya Lailatul Qadr.
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan,
إنما رجا النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ أن يكون ذلك خيرا؛ لأن إبهام ليلة القدر أدعى إلى قيام العشر كله
“Dengan disembunyikannya peristiwa lailatul qadr, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharapkan kebaikan, karena hal tersebut lebih memotivasi untuk sepenuhnya menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan ibadah.” [Fath al-Baari 1/104].
Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan,
أخفاها الله عز وجل على عباده لحكمتين عظيمتين:
إحداهما: أن يتبين الجاد في طلبها الذي يجتهد في كل الليالي لعله يدركها، أو يصيبها، فإنها لو كانت ليلة معينة لم يجد الناس إلا في تلك الليلة فقط.
والحكمة الثانية: أن يزداد الناس عملاً صالحاً يتقربون به إلى ربهم وينتفعون به
“Allah ‘azza wa jalla menyembunyikan Lailatul Qadr dari para hamba-Nya karena dua hikmah yang agung, yaitu: (1) Agar nampak siapa yang benar bersungguh-sungguh dalam mencarinya, yaitu mereka yang semangat beribadah di seluruh malam dengan harapan mereka mendapatkan keberkahan Lailatul Qadr. Apabila Lailatul Qadr diketahui terjadi pada malam tertentu, maka masyarakat hanya akan semanagt beribadah di malam tersebut; (2) Dengan disembunyikannya Lailatul Qadr, masyarakat akan memperbanyak amal shalih untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh manfaat.” [Majmu’ Fatawa 14/230].
_Wallahu ta'ala a'lam._
♻ _Silakan disebarluaskan_
#lailatulqadr
-lanjutan-
5⃣ Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam justru berharap ada kebaikan di balik penyembunyian waktu terjadinya Lailatul Qadr.
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan,
إنما رجا النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ أن يكون ذلك خيرا؛ لأن إبهام ليلة القدر أدعى إلى قيام العشر كله
“Dengan disembunyikannya peristiwa lailatul qadr, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharapkan kebaikan, karena hal tersebut lebih memotivasi untuk sepenuhnya menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan ibadah.” [Fath al-Baari 1/104].
Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan,
أخفاها الله عز وجل على عباده لحكمتين عظيمتين:
إحداهما: أن يتبين الجاد في طلبها الذي يجتهد في كل الليالي لعله يدركها، أو يصيبها، فإنها لو كانت ليلة معينة لم يجد الناس إلا في تلك الليلة فقط.
والحكمة الثانية: أن يزداد الناس عملاً صالحاً يتقربون به إلى ربهم وينتفعون به
“Allah ‘azza wa jalla menyembunyikan Lailatul Qadr dari para hamba-Nya karena dua hikmah yang agung, yaitu: (1) Agar nampak siapa yang benar bersungguh-sungguh dalam mencarinya, yaitu mereka yang semangat beribadah di seluruh malam dengan harapan mereka mendapatkan keberkahan Lailatul Qadr. Apabila Lailatul Qadr diketahui terjadi pada malam tertentu, maka masyarakat hanya akan semanagt beribadah di malam tersebut; (2) Dengan disembunyikannya Lailatul Qadr, masyarakat akan memperbanyak amal shalih untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh manfaat.” [Majmu’ Fatawa 14/230].
_Wallahu ta'ala a'lam._
♻ _Silakan disebarluaskan_
#lailatulqadr
5 Perkara yang Dapat Membantu agar Sepuluh Malam Terakhir dapat Berjalan Optimal
Syaikh Prof. Dr. Umar al-Muqbil hafizhahullah
1⃣ Tolak adanya keterlibatan daya dan upaya dari dirimu.
Demi Allah, hamba sekali-kali tidak akan mampu bertasbih, ruku’ dan membaca satu ayat al-Quran kecuali dengan adanya pertolongan Allah! Renungkan ayat ini yang senantiasa engkau baca di setiap raka’at,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” [al-Fatihah: 5].
Perbanyaklah mengucapkan dzikir,
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
“Laa haula wa laa quwwata illa billah”
Artinya: “Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”
Semua semata-mata dari Allah. Jika dirimu berserah sepenuhnya pada daya dan upaya sendiri, sungguh engkau diserahkan pada sosok yang kerdil dan lemah. Perbanyaklah permohonan kepada-Nya agar Dia menolongmu untuk menjalani sisa waktu yang ada karena hal ini merupakan sebab terbesar untuk mengundang pertolongan dan taufik dari Allah ta’ala.
2⃣ Lakukanlah amal seolah-olah engkau tidak akan menjumpai lagi sepuluh malam terakhir Ramadhan kecuali di tahun ini!
Jika engkau futur atau nafsumu mengajak malas, maka ingatkan dia bahwa beramal selama satu jam di malam kemuliaan (Lailatul Qadr) lebih baik daripada beramal selama 3.000 hari atau lebih dari 80 tahun. Dan beramal selama satu menit di saat itu lebih baik daripada beramal selama 50 hari. Sungguh merugi mereka yang tidak mampu memperoleh keutamaan tersebut!
3⃣ Jauhi majelis yang dipenuhi senda-gurau dan kelalaian!
Berusahalah agar mayoritas waktu dipenuhi dengan _khulwah_ (bersendirian) dengan Allah, entah engkau melakukannya di masjid atau di rumah. Setiap orang lebih mengetahui kondisi dirinya. Jika dia mampu beri’tikaf di masjid, maka hal itu baik. Namun, bagi yang belum mampu, janganlah melewatkan kesempatan untuk menyendiri beribadah kepada Rabb-nya meski dilakukan di rumah.
4⃣ Variasikan ibadahmu, entah dengan membaca al-Quran, shalat, berdo’a, berdzikir mutlak, atau merenungkan berbagai nikmat Allah yang diberikan kepadamu.
Variasi ibadah ini salah satu tips yang ampuh untuk menghilangkan rasa bosan dan malas.
5⃣ Apabila Allah membantumu untuk melakukan suatu ibadah, waspadalah jangan sampai engkau ujub, berbangga dengan ibadah tersebut.
Sungguh hal itu bisa menggugurkan pahala ibadahmu. Ingatlah bahwa di permukaan bumi ini pasti ada hamba-hamba Allah yang lain, lebih bersemangat dan bertakwa dari engkau. Patokannya adalah bagaimana amal dapat diterima, bukan sekadar memperbanyak amal.
Sumber: https://t.me/dr_omar_almuqbil
#lailatulqadr
♻ Silakan disebarluaskan
Syaikh Prof. Dr. Umar al-Muqbil hafizhahullah
1⃣ Tolak adanya keterlibatan daya dan upaya dari dirimu.
Demi Allah, hamba sekali-kali tidak akan mampu bertasbih, ruku’ dan membaca satu ayat al-Quran kecuali dengan adanya pertolongan Allah! Renungkan ayat ini yang senantiasa engkau baca di setiap raka’at,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” [al-Fatihah: 5].
Perbanyaklah mengucapkan dzikir,
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
“Laa haula wa laa quwwata illa billah”
Artinya: “Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”
Semua semata-mata dari Allah. Jika dirimu berserah sepenuhnya pada daya dan upaya sendiri, sungguh engkau diserahkan pada sosok yang kerdil dan lemah. Perbanyaklah permohonan kepada-Nya agar Dia menolongmu untuk menjalani sisa waktu yang ada karena hal ini merupakan sebab terbesar untuk mengundang pertolongan dan taufik dari Allah ta’ala.
2⃣ Lakukanlah amal seolah-olah engkau tidak akan menjumpai lagi sepuluh malam terakhir Ramadhan kecuali di tahun ini!
Jika engkau futur atau nafsumu mengajak malas, maka ingatkan dia bahwa beramal selama satu jam di malam kemuliaan (Lailatul Qadr) lebih baik daripada beramal selama 3.000 hari atau lebih dari 80 tahun. Dan beramal selama satu menit di saat itu lebih baik daripada beramal selama 50 hari. Sungguh merugi mereka yang tidak mampu memperoleh keutamaan tersebut!
3⃣ Jauhi majelis yang dipenuhi senda-gurau dan kelalaian!
Berusahalah agar mayoritas waktu dipenuhi dengan _khulwah_ (bersendirian) dengan Allah, entah engkau melakukannya di masjid atau di rumah. Setiap orang lebih mengetahui kondisi dirinya. Jika dia mampu beri’tikaf di masjid, maka hal itu baik. Namun, bagi yang belum mampu, janganlah melewatkan kesempatan untuk menyendiri beribadah kepada Rabb-nya meski dilakukan di rumah.
4⃣ Variasikan ibadahmu, entah dengan membaca al-Quran, shalat, berdo’a, berdzikir mutlak, atau merenungkan berbagai nikmat Allah yang diberikan kepadamu.
Variasi ibadah ini salah satu tips yang ampuh untuk menghilangkan rasa bosan dan malas.
5⃣ Apabila Allah membantumu untuk melakukan suatu ibadah, waspadalah jangan sampai engkau ujub, berbangga dengan ibadah tersebut.
Sungguh hal itu bisa menggugurkan pahala ibadahmu. Ingatlah bahwa di permukaan bumi ini pasti ada hamba-hamba Allah yang lain, lebih bersemangat dan bertakwa dari engkau. Patokannya adalah bagaimana amal dapat diterima, bukan sekadar memperbanyak amal.
Sumber: https://t.me/dr_omar_almuqbil
#lailatulqadr
♻ Silakan disebarluaskan
*Faidah Seputar Malam Kemuliaan (1)*
🔸 Allah ta’ala berfirman,
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
_“Tahukah kamu apa itu lailatul qadar? Lailatul qadar lebih baik daripada seribu bulan.”_ [al-Qadr: 2-3].
📝 Mujahid rahimahullah mengatakan,
عملها، صيامها وقيامها خير من ألف شهر
_“Beramal di malam itu, baik puasa dan qiyamul lail, lebih baik (nilainya) dari seribu bulan.”_ [Tafsir al-Qurthubiy 24/545].
🔸 Dianjurkan bersungguh-sungguh menghidupkan malam _(qiyam al-lail)_ dengan melaksanakan shalat di malam kemuliaan _(lailatul qadr)._ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
_“Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan (penuh) keimanan dan pengharapan (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni."_ [HR. al-Bukhari: 1910 dan Muslim: 760].
🔸 Dianjurkan memperbanyak do’a di saat itu dengan do’a yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha. Aisyah berkata,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ « قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى »
_”Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab,”Katakanlah: *‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni* (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).”_ [HR. Ahmad: 25384; at-Tirmidzi: 3513; Ibnu Majah: 3850. Hadits ini dinilai shahih oleh Al-Albani].
🔸 Sejumlah hadits yang menceritakan ciri-ciri lailatul qadr tidak berderajat shahih. Hanya satu ciri lailatul qadr yang shahih, yaitu matahari di waktu pagi akan terbit dengan pancaran cahaya yang tidak menyengat seperti informasi yang diperoleh dari sahabat Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu. Beliau ditanya oleh Zirr bin Hubaisy rahimahullah,
سَأَلْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقُلْتُ إِنَّ أَخَاكَ ابْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ مَنْ يَقُمْ الْحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ رَحِمَهُ اللَّهُ أَرَادَ أَنْ لَا يَتَّكِلَ النَّاسُ أَمَا إِنَّهُ قَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِي رَمَضَانَ وَأَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَأَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ ثُمَّ حَلَفَ لَا يَسْتَثْنِي أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ فَقُلْتُ بِأَيِّ شَيْءٍ تَقُولُ ذَلِكَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ قَالَ بِالْعَلَامَةِ أَوْ بِالْآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لَا شُعَاعَ لَهَا
_“Saya bertanya kepada Ubay bin Ka'b radliallahu 'anhu. Saya katakan, "Sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas'ud berkata, 'Barangsiapa yang menunaikan shalat malam sepanjang tahun, niscaya ia akan mendapatkan malam Lailatul Qadr.'" Maka Ubay bin Ka'b berkata, "Semoga Allah merahmatinya. Ia menginginkan agar manusia tidak hanya bertawakkal. Sesungguhnya ia telah mengetahui bahwa Lailatul Qadr terjadi pada bulan Ramadlan, yakni dalam sepuluh hari terakhir tepatnya pada malam ke dua puluh tujuh." kemudian Ubay bin Ka'b bersumpah, bahwa adanya Lailatul Qadr adalah pada malam ke dua puluh tujuh. Maka saya pun bertanya, "Dengan landasan apa, Anda mengatakan hal itu ya Abu Mundzir?" Ia menjawab, "Dengan dasar alamat atau tanda-tanda yang telah dikabarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada kami, bahwa di hari itu matahari terbit dengan pancaran cahaya yang tidak menyengat."_ [HR. Muslim: 1999].
-bersambung-
#lailatulqadr
🔸 Allah ta’ala berfirman,
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
_“Tahukah kamu apa itu lailatul qadar? Lailatul qadar lebih baik daripada seribu bulan.”_ [al-Qadr: 2-3].
📝 Mujahid rahimahullah mengatakan,
عملها، صيامها وقيامها خير من ألف شهر
_“Beramal di malam itu, baik puasa dan qiyamul lail, lebih baik (nilainya) dari seribu bulan.”_ [Tafsir al-Qurthubiy 24/545].
🔸 Dianjurkan bersungguh-sungguh menghidupkan malam _(qiyam al-lail)_ dengan melaksanakan shalat di malam kemuliaan _(lailatul qadr)._ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
_“Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan (penuh) keimanan dan pengharapan (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni."_ [HR. al-Bukhari: 1910 dan Muslim: 760].
🔸 Dianjurkan memperbanyak do’a di saat itu dengan do’a yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha. Aisyah berkata,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ « قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى »
_”Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab,”Katakanlah: *‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni* (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).”_ [HR. Ahmad: 25384; at-Tirmidzi: 3513; Ibnu Majah: 3850. Hadits ini dinilai shahih oleh Al-Albani].
🔸 Sejumlah hadits yang menceritakan ciri-ciri lailatul qadr tidak berderajat shahih. Hanya satu ciri lailatul qadr yang shahih, yaitu matahari di waktu pagi akan terbit dengan pancaran cahaya yang tidak menyengat seperti informasi yang diperoleh dari sahabat Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu. Beliau ditanya oleh Zirr bin Hubaisy rahimahullah,
سَأَلْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقُلْتُ إِنَّ أَخَاكَ ابْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ مَنْ يَقُمْ الْحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ رَحِمَهُ اللَّهُ أَرَادَ أَنْ لَا يَتَّكِلَ النَّاسُ أَمَا إِنَّهُ قَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِي رَمَضَانَ وَأَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَأَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ ثُمَّ حَلَفَ لَا يَسْتَثْنِي أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ فَقُلْتُ بِأَيِّ شَيْءٍ تَقُولُ ذَلِكَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ قَالَ بِالْعَلَامَةِ أَوْ بِالْآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لَا شُعَاعَ لَهَا
_“Saya bertanya kepada Ubay bin Ka'b radliallahu 'anhu. Saya katakan, "Sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas'ud berkata, 'Barangsiapa yang menunaikan shalat malam sepanjang tahun, niscaya ia akan mendapatkan malam Lailatul Qadr.'" Maka Ubay bin Ka'b berkata, "Semoga Allah merahmatinya. Ia menginginkan agar manusia tidak hanya bertawakkal. Sesungguhnya ia telah mengetahui bahwa Lailatul Qadr terjadi pada bulan Ramadlan, yakni dalam sepuluh hari terakhir tepatnya pada malam ke dua puluh tujuh." kemudian Ubay bin Ka'b bersumpah, bahwa adanya Lailatul Qadr adalah pada malam ke dua puluh tujuh. Maka saya pun bertanya, "Dengan landasan apa, Anda mengatakan hal itu ya Abu Mundzir?" Ia menjawab, "Dengan dasar alamat atau tanda-tanda yang telah dikabarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada kami, bahwa di hari itu matahari terbit dengan pancaran cahaya yang tidak menyengat."_ [HR. Muslim: 1999].
-bersambung-
#lailatulqadr
*Faidah Seputar Malam Kemuliaan (2)*
📝 Alim ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan kata asy-syu’a pada hadits di atas. Ibnu Siidah mengatakan,
الشُّعاع: ضوء الشمس، الذي تراه كأنه الحبال مقبلة عليك، إذا نظرت إليها. وقيل: هو الذي تراه ممتداً كالرماح بعيد الطلوع. وقيل: الشُّعاع: انتشار ضوئها
_“asy-Syu’a adalah sinar matahari yang engkau lihat seolah-olah seperti untaian tali yang mendatangimu. Pendapat lain menyatakan asy-syu’a adalah sinar matahari yang memanjang dan terbit menjauh. Pendapat lain menyatakan asy-syu’a adalah sinar matahari yang menyebar.”_ [al-Muhkam 1/65].
🔸 Dalam ash-Shahihain tercantum hadits di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّي نَسِيتُهَا أَوْ أُنْسِيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ كُلِّ وِتْرٍ
_"Sesungguhnya aku telah bermimpi diperlihatkan padaku Lailatul Qadr, namun aku lupa -atau- dilupakan lagi. Karena itu, carilah ia pada sepuluh terakhir Ramadlan, yakni pada setiap malam ganjil.”_ [HR. al-Bukhari 1912 dan Muslim: 1995].
📝 Sejumlah alim ulama berpendapat apabila seorang bermimpi kejadian lailatul qadr atau melihat tandanya, dia tidak diperkenankan menginformasikannya ke publik sehingga tidak menimbulkan rasa futur (malas) untuk beribadah di malam-malam yang tersisa. Selain itu, terkadang, mimpi yang dialami dan penglihatannya belum tentu tepat.
As-Subkiy rahimahullah mengatakan,
الله قدر لنبيه أنه لم يخبر بها، والخير كله فيما قدر له، فيستحب اتباعه في ذلك
_“Allah telah menakdirkan sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lupa sehingga tidak menginformasikan kapan lailatul qadr terjadi. Dan kebaikan seluruhnya terletak pada apa yang ditakdirkan Allah. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengikuti beliau dalam hal tersebut.”_ [Fath al-Baari 4/268].
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan,
إنما رجا النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ أن يكون ذلك خيرا؛ لأن إبهام ليلة القدر أدعى إلى قيام العشر كله
_“Dengan disembunyikannya peristiwa lailatul qadr, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharapkan kebaikan, karena hal tersebut lebih memotivasi untuk sepenuhnya menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan ibadah.”_ [Fath al-Baari 1/104].
♻ _Silakan disebarluaskan_
#lailatulqadr
📝 Alim ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan kata asy-syu’a pada hadits di atas. Ibnu Siidah mengatakan,
الشُّعاع: ضوء الشمس، الذي تراه كأنه الحبال مقبلة عليك، إذا نظرت إليها. وقيل: هو الذي تراه ممتداً كالرماح بعيد الطلوع. وقيل: الشُّعاع: انتشار ضوئها
_“asy-Syu’a adalah sinar matahari yang engkau lihat seolah-olah seperti untaian tali yang mendatangimu. Pendapat lain menyatakan asy-syu’a adalah sinar matahari yang memanjang dan terbit menjauh. Pendapat lain menyatakan asy-syu’a adalah sinar matahari yang menyebar.”_ [al-Muhkam 1/65].
🔸 Dalam ash-Shahihain tercantum hadits di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّي نَسِيتُهَا أَوْ أُنْسِيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ كُلِّ وِتْرٍ
_"Sesungguhnya aku telah bermimpi diperlihatkan padaku Lailatul Qadr, namun aku lupa -atau- dilupakan lagi. Karena itu, carilah ia pada sepuluh terakhir Ramadlan, yakni pada setiap malam ganjil.”_ [HR. al-Bukhari 1912 dan Muslim: 1995].
📝 Sejumlah alim ulama berpendapat apabila seorang bermimpi kejadian lailatul qadr atau melihat tandanya, dia tidak diperkenankan menginformasikannya ke publik sehingga tidak menimbulkan rasa futur (malas) untuk beribadah di malam-malam yang tersisa. Selain itu, terkadang, mimpi yang dialami dan penglihatannya belum tentu tepat.
As-Subkiy rahimahullah mengatakan,
الله قدر لنبيه أنه لم يخبر بها، والخير كله فيما قدر له، فيستحب اتباعه في ذلك
_“Allah telah menakdirkan sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lupa sehingga tidak menginformasikan kapan lailatul qadr terjadi. Dan kebaikan seluruhnya terletak pada apa yang ditakdirkan Allah. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengikuti beliau dalam hal tersebut.”_ [Fath al-Baari 4/268].
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan,
إنما رجا النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ أن يكون ذلك خيرا؛ لأن إبهام ليلة القدر أدعى إلى قيام العشر كله
_“Dengan disembunyikannya peristiwa lailatul qadr, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharapkan kebaikan, karena hal tersebut lebih memotivasi untuk sepenuhnya menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan ibadah.”_ [Fath al-Baari 1/104].
♻ _Silakan disebarluaskan_
#lailatulqadr
*Kekeliruan-kekeliruan dalam Mencari Malam Kemuliaan (1)*
*Hanya giat mengerjakan shalat dan ibadah lain di malam ganjil.*
Hal ini didasari oleh anggapan bahwa Lailatul Qadr hanya terjadi pada malam ganjil. Padahal sepuluh malam terakhir Ramadhan bisa jadi adalah malam ganjil dengan pertimbangan genap dan tidaknya bulan Ramadhan menjadi 30 hari.
Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
ليلة القدر في العشر الأواخر من شهر رمضان، وتكون في الوتر منها، لكن الوتر يكون باعتبار الماضي، فتطلب ليلة إحدى وعشرين، وليلة ثلاث وعشرين، وليلة خمس وعشرين، وليلة سبع وعشرين، وليلة تسع وعشرين، ويكون باعتبار ما بقي كما قال النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ: “لتاسعة تبقى، لسابعة تبقى، لخامسة تبقى، لثالثة تبقى”، فعلى هذا إذا كان الشهر ثلاثين يكون ذلك ليالي الأشفاع، وتكون الاثنين والعشرين تاسعة تبقى وليلة أربع وعشرين سابعة تبقى، وهكذا فسره أبو سعيد الخدري في الحديث الصحيح، وهكذا أقام النبي صلى الله عليه وسلم في الشهر، وإن كان الشهر تسعاً وعشرين كان التاريخ بالباقي كالتاريخ الماضي، وإذا كان الأمر هكذا فينبغي أن يتحراها المؤمن في العشر الأواخر جميعه
"Lailatul Qadr terdapat di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjil.
Akan tetapi, (ada dua cara dalam menghitung) malam ganjil.
*Pertama*, mengacu pada hari yang telah berlalu (menghitung maju dari awal bulan), sehingga Lailatul Qadr dapat dicari pada malam ke-21, ke-23, ke-25, ke-27 dan ke-29.
*Kedua*, malam ganjil juga dapat dihitung dengan mengacu pada malam yang tersisa (menghitung mundur dari akhir bulan) berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لتاسعة تبقى، لسابعة تبقى، لخامسة تبقى، لثالثة تبقى
_“Lailatul Qadr ada pada malam kesembilan yang tersisa, pada malam ketujuh yang tersisa, pada malam kelima yang tersisa dan pada malam ketiga yang tersisa."_ [HR. al-Bukhari].
Berdasarkan hal ini, apabila bulan Ramadhan genap berjumlah 30 hari, maka Lailatul Qadr terdapat pada malam-malam genap, di mana malam ke-22 adalah malam kesembilan yang tersisa dan malam ke-24 adalah malam ketujuh yang tersisa. Demikianlah yang ditafsirkan oleh Abu Sa’id al-Khudri radhiallahu ‘anhu dalam hadits yang shahih. Demikian pula nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghidupkan malam dengan ibadah dalam satu bulan penuh.
Apabila bulan Ramadhan ternyata berjumlah 29 hari, maka perhitungan tanggal untuk malam ganjil yang mengacu pada hari yang telah berlalu akan sama dengan perhitungan yang mengacu pada malam yang tersisa. Dan jika ternyata demikian (Lailatul Qadr bisa terjadi di malam ganjil maupun malam genap), sudah semestinya orang beriman bersungguh-sungguh mencari Lailatul Qadr di seluruh malam terakhir, sebagaimana sabda Nabi shalallahu’alaihi wasallam, _"Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir”._ Dan Lailatul Qadr paling sering terjadi pada tujuh malam terakhir, dan lebih sering lagi terjadi pada malam ke-27, sebagaimana sahabat Ubay bin Ka’ab bersumpah dengan menyampaikan bahwa Lailatul Qadr terjadi pada malam ke-27.” [Majmu’ Fatawa 25/285].
-bersambung-
#lailatulqadr
*Hanya giat mengerjakan shalat dan ibadah lain di malam ganjil.*
Hal ini didasari oleh anggapan bahwa Lailatul Qadr hanya terjadi pada malam ganjil. Padahal sepuluh malam terakhir Ramadhan bisa jadi adalah malam ganjil dengan pertimbangan genap dan tidaknya bulan Ramadhan menjadi 30 hari.
Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
ليلة القدر في العشر الأواخر من شهر رمضان، وتكون في الوتر منها، لكن الوتر يكون باعتبار الماضي، فتطلب ليلة إحدى وعشرين، وليلة ثلاث وعشرين، وليلة خمس وعشرين، وليلة سبع وعشرين، وليلة تسع وعشرين، ويكون باعتبار ما بقي كما قال النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ: “لتاسعة تبقى، لسابعة تبقى، لخامسة تبقى، لثالثة تبقى”، فعلى هذا إذا كان الشهر ثلاثين يكون ذلك ليالي الأشفاع، وتكون الاثنين والعشرين تاسعة تبقى وليلة أربع وعشرين سابعة تبقى، وهكذا فسره أبو سعيد الخدري في الحديث الصحيح، وهكذا أقام النبي صلى الله عليه وسلم في الشهر، وإن كان الشهر تسعاً وعشرين كان التاريخ بالباقي كالتاريخ الماضي، وإذا كان الأمر هكذا فينبغي أن يتحراها المؤمن في العشر الأواخر جميعه
"Lailatul Qadr terdapat di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjil.
Akan tetapi, (ada dua cara dalam menghitung) malam ganjil.
*Pertama*, mengacu pada hari yang telah berlalu (menghitung maju dari awal bulan), sehingga Lailatul Qadr dapat dicari pada malam ke-21, ke-23, ke-25, ke-27 dan ke-29.
*Kedua*, malam ganjil juga dapat dihitung dengan mengacu pada malam yang tersisa (menghitung mundur dari akhir bulan) berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لتاسعة تبقى، لسابعة تبقى، لخامسة تبقى، لثالثة تبقى
_“Lailatul Qadr ada pada malam kesembilan yang tersisa, pada malam ketujuh yang tersisa, pada malam kelima yang tersisa dan pada malam ketiga yang tersisa."_ [HR. al-Bukhari].
Berdasarkan hal ini, apabila bulan Ramadhan genap berjumlah 30 hari, maka Lailatul Qadr terdapat pada malam-malam genap, di mana malam ke-22 adalah malam kesembilan yang tersisa dan malam ke-24 adalah malam ketujuh yang tersisa. Demikianlah yang ditafsirkan oleh Abu Sa’id al-Khudri radhiallahu ‘anhu dalam hadits yang shahih. Demikian pula nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghidupkan malam dengan ibadah dalam satu bulan penuh.
Apabila bulan Ramadhan ternyata berjumlah 29 hari, maka perhitungan tanggal untuk malam ganjil yang mengacu pada hari yang telah berlalu akan sama dengan perhitungan yang mengacu pada malam yang tersisa. Dan jika ternyata demikian (Lailatul Qadr bisa terjadi di malam ganjil maupun malam genap), sudah semestinya orang beriman bersungguh-sungguh mencari Lailatul Qadr di seluruh malam terakhir, sebagaimana sabda Nabi shalallahu’alaihi wasallam, _"Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir”._ Dan Lailatul Qadr paling sering terjadi pada tujuh malam terakhir, dan lebih sering lagi terjadi pada malam ke-27, sebagaimana sahabat Ubay bin Ka’ab bersumpah dengan menyampaikan bahwa Lailatul Qadr terjadi pada malam ke-27.” [Majmu’ Fatawa 25/285].
-bersambung-
#lailatulqadr
*Kekeliruan-Kekeliruan dalam Mencari Malam Kemuliaan (1) - Lanjutan*
Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah mengatakan,
قول النبي – صلى الله عليه و سلم -: ” التمسوها في تاسعة تبقى، أو سابعة تبقى، أو خامسة تبقى ” إن حملناه على تقدير كمال الشهر كانت أشفاعا، و إن حملناه على ما بقي منه حقيقة كان الأمر موقوفا على كمال الشهر، فلا يعلم قبله، فإن كان الشهر تاما كانت الليالي المأمور بها بطلبها أشفاعا، و إن كان ناقصا كانت أوتارا، فيوجب ذلك الاجتهاد في القيام في كلا الليلتين الشفع منها والوتر
“Sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, _“Carilah Lailatul Qadr pada malam kesembilan yang tersisa, pada malam ketujuh yang tersisa, pada malam kelima yang tersisa dan pada malam ketiga yang tersisa”_, jika diandaikan bulan Ramadhan genap berjumlah 30 hari, maka Lailatul Qadr dapat terjadi pada malam-malam genap. Dan jika penghitungannya didasarkan pada jumlah malam yang tersisa, maka hal itu bergantung pada genap tidaknya bulan Ramadhan menjadi 30 hari, sehingga tidak dapat diketahui sebelumnya. Apabila bulan Ramadhan genap berjumlah 30 hari, maka malam-malam yang diperintahkan untuk mencari Lailatul Qadr adalah malam-malam genap. Dan sebaliknya, jika ternyata bulan Ramadhan tidak genap berjumlah 30 hari, maka malam-malam tersebut adalah malam-malam ganjil. Dengan begitu, hal tersebut melazimkan kita untuk bersungguh-sungguh dalam menghidupkan seluruh malam dengan ibadah, baik di malam genap maupun malam ganjil.” [Latha-if al-Ma’arif hlm. 218].
Dengan cara yang berbeda, Ibnu Hazm rahimahullah berkata,
ﻓﺎﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﺗﺴﻌﺎ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻓﺄﻭﻝ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻻﻭﺍﺧﺮ ﺑﻼ ﺷﻚ ﻟﻴﻠﺔ ﻋﺸﺮﻳﻦ ﻣﻨﻪ، ﻓﻬﻰ ﺇﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻭﺇﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﺛﻨﻴﻦ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻭﺇﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺃﺭﺑﻊ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻭﺍﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺳﺖ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻭﺍﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺛﻤﺎﻥ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻻﻥ ﻫﺬﻩ ﻫﻲ ﺍﻻﻭﺗﺎﺭ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻻﻭﺍﺧﺮ، ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﺛﻼﺛﻴﻦ ﻓﺄﻭﻝ ﺍﻟﺸﻌﺮ ﺍﻻﻭﺍﺧﺮ ﺑﻼ ﺷﻚ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﺣﺪﻯ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻓﻬﻰ ﺇﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﺣﺪﻯ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻭﺍﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺛﻼﺙ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻭﺍﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻭﺍﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺳﺒﻊ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻭﺍﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺗﺴﻊ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻻﻥ ﻫﺬﻩ ﻫﻲ ﺃﻭﺗﺎﺭ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺑﻼﺷﻚ
“Apabilla bulan Ramadhan berjumlah 29 hari, tentu awal dari sepuluh malam terakhir adalah malam ke-20, sehingga Lailatul Qadr mungkin jatuh pada malam ke-20, atau ke-22, atau ke-24, atau ke-26, atau ke-28. Karena inilah malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir.
Apabila bulan Ramadhan berjumlah 30 hari, tentu awal dari sepuluh malam terakhir adalah malam ke-21, sehingga Lailatul Qadr mungkin jatuh pada malam ke-21, atau ke-23, atau ke-25, atau ke-27, atau ke-29. Karena inilah malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir.” [al-Muhalla 4/457].
⚠ Kesimpulannya, janganlah anda memfokuskan ibadah di malam-malam ganjil saja. Tapi, fokuslah beribadah di sepuluh malam terakhir Ramadhan, termasuk di malam-malam genap.
♻ _Silakan disebarluaskan_
#lailatulqadr
Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah mengatakan,
قول النبي – صلى الله عليه و سلم -: ” التمسوها في تاسعة تبقى، أو سابعة تبقى، أو خامسة تبقى ” إن حملناه على تقدير كمال الشهر كانت أشفاعا، و إن حملناه على ما بقي منه حقيقة كان الأمر موقوفا على كمال الشهر، فلا يعلم قبله، فإن كان الشهر تاما كانت الليالي المأمور بها بطلبها أشفاعا، و إن كان ناقصا كانت أوتارا، فيوجب ذلك الاجتهاد في القيام في كلا الليلتين الشفع منها والوتر
“Sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, _“Carilah Lailatul Qadr pada malam kesembilan yang tersisa, pada malam ketujuh yang tersisa, pada malam kelima yang tersisa dan pada malam ketiga yang tersisa”_, jika diandaikan bulan Ramadhan genap berjumlah 30 hari, maka Lailatul Qadr dapat terjadi pada malam-malam genap. Dan jika penghitungannya didasarkan pada jumlah malam yang tersisa, maka hal itu bergantung pada genap tidaknya bulan Ramadhan menjadi 30 hari, sehingga tidak dapat diketahui sebelumnya. Apabila bulan Ramadhan genap berjumlah 30 hari, maka malam-malam yang diperintahkan untuk mencari Lailatul Qadr adalah malam-malam genap. Dan sebaliknya, jika ternyata bulan Ramadhan tidak genap berjumlah 30 hari, maka malam-malam tersebut adalah malam-malam ganjil. Dengan begitu, hal tersebut melazimkan kita untuk bersungguh-sungguh dalam menghidupkan seluruh malam dengan ibadah, baik di malam genap maupun malam ganjil.” [Latha-if al-Ma’arif hlm. 218].
Dengan cara yang berbeda, Ibnu Hazm rahimahullah berkata,
ﻓﺎﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﺗﺴﻌﺎ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻓﺄﻭﻝ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻻﻭﺍﺧﺮ ﺑﻼ ﺷﻚ ﻟﻴﻠﺔ ﻋﺸﺮﻳﻦ ﻣﻨﻪ، ﻓﻬﻰ ﺇﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻭﺇﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﺛﻨﻴﻦ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻭﺇﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺃﺭﺑﻊ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻭﺍﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺳﺖ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻭﺍﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺛﻤﺎﻥ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻻﻥ ﻫﺬﻩ ﻫﻲ ﺍﻻﻭﺗﺎﺭ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻻﻭﺍﺧﺮ، ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﺛﻼﺛﻴﻦ ﻓﺄﻭﻝ ﺍﻟﺸﻌﺮ ﺍﻻﻭﺍﺧﺮ ﺑﻼ ﺷﻚ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﺣﺪﻯ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻓﻬﻰ ﺇﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﺣﺪﻯ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻭﺍﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺛﻼﺙ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻭﺍﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻭﺍﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺳﺒﻊ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻭﺍﻣﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺗﺴﻊ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ، ﻻﻥ ﻫﺬﻩ ﻫﻲ ﺃﻭﺗﺎﺭ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺑﻼﺷﻚ
“Apabilla bulan Ramadhan berjumlah 29 hari, tentu awal dari sepuluh malam terakhir adalah malam ke-20, sehingga Lailatul Qadr mungkin jatuh pada malam ke-20, atau ke-22, atau ke-24, atau ke-26, atau ke-28. Karena inilah malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir.
Apabila bulan Ramadhan berjumlah 30 hari, tentu awal dari sepuluh malam terakhir adalah malam ke-21, sehingga Lailatul Qadr mungkin jatuh pada malam ke-21, atau ke-23, atau ke-25, atau ke-27, atau ke-29. Karena inilah malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir.” [al-Muhalla 4/457].
⚠ Kesimpulannya, janganlah anda memfokuskan ibadah di malam-malam ganjil saja. Tapi, fokuslah beribadah di sepuluh malam terakhir Ramadhan, termasuk di malam-malam genap.
♻ _Silakan disebarluaskan_
#lailatulqadr
*Kekeliruan-kekeliruan dalam Mencari Lailatul Qadr (2)*
*Sibuk mencari-cari tanda-tanda Lailatul Qadr*
🔸 Hadits-hadits yang menyebutkan tanda-tanda Lailatul Qadr seperti malam yang jernih; tenang; tidak panas, tidak pula dingin; tidak berawan; tidak hujan; tidak pula berangin; dan tidak berbintang dan terdapat meteor; *seluruhnya berderajat dha’if (lemah)*.
Hanya satu tanda Lailatul Qadr yang tepat berdasarkan hadits shahih, tanda itu terjadi setelah Lailatul Qadr berakhir, bukan tanda yang terjadi sebelum atau yang menyertainya. Tanda itu adalah matahari di waktu pagi setelah Lailatul Qadr, terbit dengan pancaran sinar yang tidak menyilaukan.
📜 Sahabat Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu pernah ditanya oleh Zirr bin Hubaisy rahimahullah,
سَأَلْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقُلْتُ إِنَّ أَخَاكَ ابْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ مَنْ يَقُمْ الْحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ رَحِمَهُ اللَّهُ أَرَادَ أَنْ لَا يَتَّكِلَ النَّاسُ أَمَا إِنَّهُ قَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِي رَمَضَانَ وَأَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَأَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ ثُمَّ حَلَفَ لَا يَسْتَثْنِي أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ فَقُلْتُ بِأَيِّ شَيْءٍ تَقُولُ ذَلِكَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ قَالَ بِالْعَلَامَةِ أَوْ بِالْآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لَا شُعَاعَ لَهَا
_“Saya bertanya kepada Ubay bin Ka'b radliallahu 'anhu. Saya katakan, "Sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas'ud berkata, 'Barangsiapa yang menunaikan shalat malam sepanjang tahun, niscaya ia akan mendapatkan malam Lailatul Qadr.'" Maka Ubay bin Ka'b berkata, "Semoga Allah merahmatinya. Ia menginginkan agar manusia tidak hanya bertawakkal. Sesungguhnya ia telah mengetahui bahwa Lailatul Qadr terjadi pada bulan Ramadlan, yakni dalam sepuluh hari terakhir tepatnya pada malam ke dua puluh tujuh." kemudian Ubay bin Ka'b bersumpah, bahwa adanya Lailatul Qadr adalah pada malam ke dua puluh tujuh. Maka saya pun bertanya, "Dengan landasan apa, Anda mengatakan hal itu ya Abu Mundzir?" Ia menjawab, "Dengan dasar alamat atau tanda-tanda yang telah dikabarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada kami, bahwa di hari itu matahari terbit dengan pancaran cahaya yang tidak menyengat."_ [HR. Muslim: 1999].
🔸 Sebagian orang berusaha mengamati pancaran sinar di waktu pagi selepas malam-malam terakhir Ramadhan. Apabila mereka melihat tanda yang sesuai dengan apa yang disebutkan dalam hadits, mereka pun menjadi malas menghidupkan malam-malam yang tersisa.
⚠ Hal ini jelas merupakan kelalaian dikarenakan sejumlah hal:
1⃣ Alim ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan kata asy-syu’a pada hadits di atas. Ibnu Siidah mengatakan,
الشُّعاع: ضوء الشمس، الذي تراه كأنه الحبال مقبلة عليك، إذا نظرت إليها. وقيل: هو الذي تراه ممتداً كالرماح بعيد الطلوع. وقيل: الشُّعاع: انتشار ضوئها
_“asy-Syu’a adalah sinar matahari yang engkau lihat seolah-olah seperti untaian tali yang mendatangimu. Pendapat lain menyatakan asy-syu’a adalah sinar matahari yang memanjang dan terbit menjauh. Pendapat lain menyatakan asy-syu’a adalah sinar matahari yang menyebar.”_ [al-Muhkam 1/65].
-bersambung-
♻ _Silakan disebarluaskan_
#lailatulqadr
*Sibuk mencari-cari tanda-tanda Lailatul Qadr*
🔸 Hadits-hadits yang menyebutkan tanda-tanda Lailatul Qadr seperti malam yang jernih; tenang; tidak panas, tidak pula dingin; tidak berawan; tidak hujan; tidak pula berangin; dan tidak berbintang dan terdapat meteor; *seluruhnya berderajat dha’if (lemah)*.
Hanya satu tanda Lailatul Qadr yang tepat berdasarkan hadits shahih, tanda itu terjadi setelah Lailatul Qadr berakhir, bukan tanda yang terjadi sebelum atau yang menyertainya. Tanda itu adalah matahari di waktu pagi setelah Lailatul Qadr, terbit dengan pancaran sinar yang tidak menyilaukan.
📜 Sahabat Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu pernah ditanya oleh Zirr bin Hubaisy rahimahullah,
سَأَلْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقُلْتُ إِنَّ أَخَاكَ ابْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ مَنْ يَقُمْ الْحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ رَحِمَهُ اللَّهُ أَرَادَ أَنْ لَا يَتَّكِلَ النَّاسُ أَمَا إِنَّهُ قَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِي رَمَضَانَ وَأَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَأَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ ثُمَّ حَلَفَ لَا يَسْتَثْنِي أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ فَقُلْتُ بِأَيِّ شَيْءٍ تَقُولُ ذَلِكَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ قَالَ بِالْعَلَامَةِ أَوْ بِالْآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لَا شُعَاعَ لَهَا
_“Saya bertanya kepada Ubay bin Ka'b radliallahu 'anhu. Saya katakan, "Sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas'ud berkata, 'Barangsiapa yang menunaikan shalat malam sepanjang tahun, niscaya ia akan mendapatkan malam Lailatul Qadr.'" Maka Ubay bin Ka'b berkata, "Semoga Allah merahmatinya. Ia menginginkan agar manusia tidak hanya bertawakkal. Sesungguhnya ia telah mengetahui bahwa Lailatul Qadr terjadi pada bulan Ramadlan, yakni dalam sepuluh hari terakhir tepatnya pada malam ke dua puluh tujuh." kemudian Ubay bin Ka'b bersumpah, bahwa adanya Lailatul Qadr adalah pada malam ke dua puluh tujuh. Maka saya pun bertanya, "Dengan landasan apa, Anda mengatakan hal itu ya Abu Mundzir?" Ia menjawab, "Dengan dasar alamat atau tanda-tanda yang telah dikabarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada kami, bahwa di hari itu matahari terbit dengan pancaran cahaya yang tidak menyengat."_ [HR. Muslim: 1999].
🔸 Sebagian orang berusaha mengamati pancaran sinar di waktu pagi selepas malam-malam terakhir Ramadhan. Apabila mereka melihat tanda yang sesuai dengan apa yang disebutkan dalam hadits, mereka pun menjadi malas menghidupkan malam-malam yang tersisa.
⚠ Hal ini jelas merupakan kelalaian dikarenakan sejumlah hal:
1⃣ Alim ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan kata asy-syu’a pada hadits di atas. Ibnu Siidah mengatakan,
الشُّعاع: ضوء الشمس، الذي تراه كأنه الحبال مقبلة عليك، إذا نظرت إليها. وقيل: هو الذي تراه ممتداً كالرماح بعيد الطلوع. وقيل: الشُّعاع: انتشار ضوئها
_“asy-Syu’a adalah sinar matahari yang engkau lihat seolah-olah seperti untaian tali yang mendatangimu. Pendapat lain menyatakan asy-syu’a adalah sinar matahari yang memanjang dan terbit menjauh. Pendapat lain menyatakan asy-syu’a adalah sinar matahari yang menyebar.”_ [al-Muhkam 1/65].
-bersambung-
♻ _Silakan disebarluaskan_
#lailatulqadr
*Kekeliruan-Kekeliruan dalam Mencari Lailatul Qadr (2) - Lanjutan*
2⃣ Boleh jadi orang yang melihat keliru. Karena terkadang awan gelap menutupi matahari sehingga melemahkan intensitas sinarnya. Hal ini membuat orang yang melihat, memastikan bahwa di saat itu sinar matahari tidaklah menyengat.
Oleh karena itu, dalam beberapa momen, terjadi perbedaan antara orang yang mengamati kondisi langit di waktu Subuh dalam menentukan terjadinya Lailatul Qadr seperti yang pernah terjadi di Arab Saudi pada tahun 1436H. Sejumlah orang menyatakan bahwa tidak ada asy-syu’a di waktu pagi hari ke-23 Ramadhan, sementara yang lain menyatakan hal yang sama di pagi hari ke-27 Ramadhan! Dan ketika hal ini didiskusikan dengan ahli falak, Prof. Abdullah al-Khudhairi yang juga seorang pengamat terkenal, beliau mengatakan, “Saya telah melakukan pengamatan selama 5 menit di waktu pagi pada hari ke-23 Ramadhan, dan tidak ada asy-syu’a saat itu. Dan demikian pula, hal yang sama saya lakukan di waktu pagi hari ke-27 Ramadhan, selama 13 menit saya melakukan pengamatan dan juga tidak terdapat asy-syu’a!”
⚠ *Hal ini menguatkan bahwa tidak setiap orang yang melihat dan mengamati tanda Lailatul Qadr memiliki pengamatan dan penilaian yang tepat!* Hal yang dianjurkan apabila memang orang yang melakukan pengamatan merupakan orang yang ahli adalah menyembunyikan tanpa mempublikasikan apa yang dilihatnya dan bergembiralah apabila Allah menganugerahkan taufik untuk menghidupkan malamnya dengan ibadah.
♻ _Silakan disebarluaskan_
#lailatulqadr
2⃣ Boleh jadi orang yang melihat keliru. Karena terkadang awan gelap menutupi matahari sehingga melemahkan intensitas sinarnya. Hal ini membuat orang yang melihat, memastikan bahwa di saat itu sinar matahari tidaklah menyengat.
Oleh karena itu, dalam beberapa momen, terjadi perbedaan antara orang yang mengamati kondisi langit di waktu Subuh dalam menentukan terjadinya Lailatul Qadr seperti yang pernah terjadi di Arab Saudi pada tahun 1436H. Sejumlah orang menyatakan bahwa tidak ada asy-syu’a di waktu pagi hari ke-23 Ramadhan, sementara yang lain menyatakan hal yang sama di pagi hari ke-27 Ramadhan! Dan ketika hal ini didiskusikan dengan ahli falak, Prof. Abdullah al-Khudhairi yang juga seorang pengamat terkenal, beliau mengatakan, “Saya telah melakukan pengamatan selama 5 menit di waktu pagi pada hari ke-23 Ramadhan, dan tidak ada asy-syu’a saat itu. Dan demikian pula, hal yang sama saya lakukan di waktu pagi hari ke-27 Ramadhan, selama 13 menit saya melakukan pengamatan dan juga tidak terdapat asy-syu’a!”
⚠ *Hal ini menguatkan bahwa tidak setiap orang yang melihat dan mengamati tanda Lailatul Qadr memiliki pengamatan dan penilaian yang tepat!* Hal yang dianjurkan apabila memang orang yang melakukan pengamatan merupakan orang yang ahli adalah menyembunyikan tanpa mempublikasikan apa yang dilihatnya dan bergembiralah apabila Allah menganugerahkan taufik untuk menghidupkan malamnya dengan ibadah.
♻ _Silakan disebarluaskan_
#lailatulqadr
*Kekeliruan-Kekeliruan dalam Mencari Malam Kemuliaan (3)*
*Sibuk mencari-cari orang yang diperlihatkan tanda Lailatul Qadr*
⚠ Terkadang Allah ta’ala menampakkan tanda Lailatul Qadr kepada sebagian hamba-Nya seperti yang dituturkan oleh Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah. Beliau mengatakan,
وقد يكشفها الله لبعض الناس في المنام أو اليقظة، فيرى أنوارها أو يرى من يقول له: هذه ليلة القدر، وقد يفتح على قلبه من المشاهدة ما يتبين به الأمر
“Terkadang Allah menyingkap hal itu (tanda Lailatul Qadr) untuk sebagian orang, entah dalam mimpi atau ketika terjaga, sehingga dia melihat cahaya Lailatul Qadr atau ada orang yang berkata kepadanya, ‘Saat inilah Lailatul Qadr’. Dan terkadang dalam hatinya dibukakan musyahadah (penglihatan) sehingga nampaklah dengan jelas.” [Majmu’ al-fatawa 25/286].
⚠ Namun, bagi orang yang diperlihatkan tanda Lailatul Qadr, sebaiknya tidak memberitahukan apa yang dialaminya kepada publik dengan sejumlah alasan sebagai berikut:
1⃣ Kitab-kitab alim ulama menyatakan dengan tegas agar orang yang melihat tanda Lailatul Qadr hendaknya merahasiakannya [Hasyiyah Radd al-Mukhtar 2/498; Bulghah as-Salik li Aqrab al-Masalik 1/473; al-Hawi 3/484; al-Majmu’ 6/461].
2⃣ Dalam ash-Shahihain, dari hadits Abu Sa’id al-Khudri radhiallahu ‘anhu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّي نَسِيتُهَا أَوْ أُنْسِيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ كُلِّ وِتْرٍ
"Sesungguhnya aku telah bermimpi diperlihatkan padaku Lailatul Qadr, namun aku lupa -atau- dilupakan lagi. Karena itu, carilah ia pada sepuluh terakhir Ramadlan, yakni pada setiap malam ganjil.” [HR. al-Bukhari 1912 dan Muslim: 1995].
Kandungan faidah yang dapat diambil dari hadits ini adalah seperti yang disampaikan oleh as-Subki. Beliau mengatakan,
الله قدر لنبيه أنه لم يخبر بها، والخير كله فيما قدر له، فيستحب اتباعه في ذلك
“Allah telah menakdirkan sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lupa sehingga tidak menginformasikan kapan lailatul qadr terjadi. Dan kebaikan seluruhnya terletak pada apa yang ditakdirkan Allah. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengikuti beliau dalam hal tersebut.” [Fath al-Baari 4/268].
3⃣ Adanya kemungkinan keliru dalam penglihatan dan interpretasi. Uraian pada pembahasan asy-syu’a sbeelumnya juga berlaku dalam topik ini. Anda dapat menjumpai bahwa dalam tahun yang sama terjadi perbedaan dalam penentuan waktu Lailatul Qadr dari setiap orang yang mengklaim melihat dan mengumumkan telah menyaksikan tanda Lailatul Qadr.
-bersambung-
#lailatulqadr
*Sibuk mencari-cari orang yang diperlihatkan tanda Lailatul Qadr*
⚠ Terkadang Allah ta’ala menampakkan tanda Lailatul Qadr kepada sebagian hamba-Nya seperti yang dituturkan oleh Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah. Beliau mengatakan,
وقد يكشفها الله لبعض الناس في المنام أو اليقظة، فيرى أنوارها أو يرى من يقول له: هذه ليلة القدر، وقد يفتح على قلبه من المشاهدة ما يتبين به الأمر
“Terkadang Allah menyingkap hal itu (tanda Lailatul Qadr) untuk sebagian orang, entah dalam mimpi atau ketika terjaga, sehingga dia melihat cahaya Lailatul Qadr atau ada orang yang berkata kepadanya, ‘Saat inilah Lailatul Qadr’. Dan terkadang dalam hatinya dibukakan musyahadah (penglihatan) sehingga nampaklah dengan jelas.” [Majmu’ al-fatawa 25/286].
⚠ Namun, bagi orang yang diperlihatkan tanda Lailatul Qadr, sebaiknya tidak memberitahukan apa yang dialaminya kepada publik dengan sejumlah alasan sebagai berikut:
1⃣ Kitab-kitab alim ulama menyatakan dengan tegas agar orang yang melihat tanda Lailatul Qadr hendaknya merahasiakannya [Hasyiyah Radd al-Mukhtar 2/498; Bulghah as-Salik li Aqrab al-Masalik 1/473; al-Hawi 3/484; al-Majmu’ 6/461].
2⃣ Dalam ash-Shahihain, dari hadits Abu Sa’id al-Khudri radhiallahu ‘anhu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّي نَسِيتُهَا أَوْ أُنْسِيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ كُلِّ وِتْرٍ
"Sesungguhnya aku telah bermimpi diperlihatkan padaku Lailatul Qadr, namun aku lupa -atau- dilupakan lagi. Karena itu, carilah ia pada sepuluh terakhir Ramadlan, yakni pada setiap malam ganjil.” [HR. al-Bukhari 1912 dan Muslim: 1995].
Kandungan faidah yang dapat diambil dari hadits ini adalah seperti yang disampaikan oleh as-Subki. Beliau mengatakan,
الله قدر لنبيه أنه لم يخبر بها، والخير كله فيما قدر له، فيستحب اتباعه في ذلك
“Allah telah menakdirkan sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lupa sehingga tidak menginformasikan kapan lailatul qadr terjadi. Dan kebaikan seluruhnya terletak pada apa yang ditakdirkan Allah. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengikuti beliau dalam hal tersebut.” [Fath al-Baari 4/268].
3⃣ Adanya kemungkinan keliru dalam penglihatan dan interpretasi. Uraian pada pembahasan asy-syu’a sbeelumnya juga berlaku dalam topik ini. Anda dapat menjumpai bahwa dalam tahun yang sama terjadi perbedaan dalam penentuan waktu Lailatul Qadr dari setiap orang yang mengklaim melihat dan mengumumkan telah menyaksikan tanda Lailatul Qadr.
-bersambung-
#lailatulqadr
*Kesalahan-Kesalahan dalam Mencari Malam Kemuliaan (3) - Lanjutan*
4⃣ Menyebarkan informasi bahwa tanda Lailatul Qadr telah dilihat oleh fulan justru mendemotivasi (mengurangi semangat) masyarakat untuk menghidupkan malam-malam Ramadhan yang tersisa dengan ibadah.
5⃣ Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam justru berharap ada kebaikan di balik penyembunyian waktu terjadinya Lailatul Qadr.
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan,
إنما رجا النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ أن يكون ذلك خيرا؛ لأن إبهام ليلة القدر أدعى إلى قيام العشر كله
“Dengan disembunyikannya peristiwa lailatul qadr, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharapkan kebaikan, karena hal tersebut lebih memotivasi untuk sepenuhnya menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan ibadah.” [Fath al-Baari 1/104].
Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan,
أخفاها الله عز وجل على عباده لحكمتين عظيمتين:
إحداهما: أن يتبين الجاد في طلبها الذي يجتهد في كل الليالي لعله يدركها، أو يصيبها، فإنها لو كانت ليلة معينة لم يجد الناس إلا في تلك الليلة فقط.
والحكمة الثانية: أن يزداد الناس عملاً صالحاً يتقربون به إلى ربهم وينتفعون به
“Allah ‘azza wa jalla menyembunyikan Lailatul Qadr dari para hamba-Nya karena dua hikmah yang agung, yaitu: (1) Agar nampak siapa yang benar bersungguh-sungguh dalam mencarinya, yaitu mereka yang semangat beribadah di seluruh malam dengan harapan mereka mendapatkan keberkahan Lailatul Qadr. Apabila Lailatul Qadr diketahui terjadi pada malam tertentu, maka masyarakat hanya akan semanagt beribadah di malam tersebut; (2) Dengan disembunyikannya Lailatul Qadr, masyarakat akan memperbanyak amal shalih untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh manfaat.” [Majmu’ Fatawa 14/230].
_Wallahu ta'ala a'lam._
♻ _Silakan disebarluaskan_
#lailatulqadr
4⃣ Menyebarkan informasi bahwa tanda Lailatul Qadr telah dilihat oleh fulan justru mendemotivasi (mengurangi semangat) masyarakat untuk menghidupkan malam-malam Ramadhan yang tersisa dengan ibadah.
5⃣ Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam justru berharap ada kebaikan di balik penyembunyian waktu terjadinya Lailatul Qadr.
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan,
إنما رجا النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ أن يكون ذلك خيرا؛ لأن إبهام ليلة القدر أدعى إلى قيام العشر كله
“Dengan disembunyikannya peristiwa lailatul qadr, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharapkan kebaikan, karena hal tersebut lebih memotivasi untuk sepenuhnya menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan ibadah.” [Fath al-Baari 1/104].
Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan,
أخفاها الله عز وجل على عباده لحكمتين عظيمتين:
إحداهما: أن يتبين الجاد في طلبها الذي يجتهد في كل الليالي لعله يدركها، أو يصيبها، فإنها لو كانت ليلة معينة لم يجد الناس إلا في تلك الليلة فقط.
والحكمة الثانية: أن يزداد الناس عملاً صالحاً يتقربون به إلى ربهم وينتفعون به
“Allah ‘azza wa jalla menyembunyikan Lailatul Qadr dari para hamba-Nya karena dua hikmah yang agung, yaitu: (1) Agar nampak siapa yang benar bersungguh-sungguh dalam mencarinya, yaitu mereka yang semangat beribadah di seluruh malam dengan harapan mereka mendapatkan keberkahan Lailatul Qadr. Apabila Lailatul Qadr diketahui terjadi pada malam tertentu, maka masyarakat hanya akan semanagt beribadah di malam tersebut; (2) Dengan disembunyikannya Lailatul Qadr, masyarakat akan memperbanyak amal shalih untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh manfaat.” [Majmu’ Fatawa 14/230].
_Wallahu ta'ala a'lam._
♻ _Silakan disebarluaskan_
#lailatulqadr
Syaikh Abdul Aziz ath-Tharifi menuturkan,
من عجز عن قيام العشر لعذر بيّن وصلى العشاء والفجر جماعة حصل على أجر قيام العشر وإدراك ليلة القدر، صح هذا عن ابن المسيب وغيره وفضل الله واسع.
"Setiap orang yang memiliki alasan jelas sehingga tidak bisa menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan ibadah _(qiyam al-'usyr)_, dan hanya mampu melaksanakan shalat Isya dan Subuh berjama'ah, niscaya tetap memperoleh pahala _qiyam al-'usyr_ dan tetap dianggap memperoleh keutamaan _Lailatul Qadr_. Pendapat ini secara shahih diriwayatkan dari Ibnu al-Musayyib dan ulama lain. Karena karunia Allah ta'ala begitu luas kepada hamba-Nya."
#lailatulqadr
♻ _Silakan disebarluaskan_
من عجز عن قيام العشر لعذر بيّن وصلى العشاء والفجر جماعة حصل على أجر قيام العشر وإدراك ليلة القدر، صح هذا عن ابن المسيب وغيره وفضل الله واسع.
"Setiap orang yang memiliki alasan jelas sehingga tidak bisa menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan ibadah _(qiyam al-'usyr)_, dan hanya mampu melaksanakan shalat Isya dan Subuh berjama'ah, niscaya tetap memperoleh pahala _qiyam al-'usyr_ dan tetap dianggap memperoleh keutamaan _Lailatul Qadr_. Pendapat ini secara shahih diriwayatkan dari Ibnu al-Musayyib dan ulama lain. Karena karunia Allah ta'ala begitu luas kepada hamba-Nya."
#lailatulqadr
♻ _Silakan disebarluaskan_
10 Malam Terakhir Tiba, Yuk Semangat
1⃣ Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengistimewakan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dengan mengerjakan berbagai amal ibadah yang intensitasnya tidak seperti bulan-bulan yang lain. Di saat itu beliau menghidupkan malam dengan ibadah. Boleh jadi beliau menghidupkan seluruh malam dengan ibadah atau menghidupkan sebagian besar waktu malam. Tentu pribadi sebagai seorang nabi lebih layak untuk dinyatakan bahwa beliau menghidupkan seluruh malam itu dengan ibadah.
.
2⃣ Penamaan lailatul qadr berpijak pada alasan bahwa malam itu memiliki kemuliaan karena: [1] al-Quran diturunkan di saat itu; [2] banyak malaikat turun di saat itu; [3] berkat, rahmat, dan maghfirah turun di saat itu; [4] orang yang menghidupkan malam itu dengan ibadah akan mulia; atau [5] karena di saat itu ditetapkan takdir yang akan berlaku di tahun tersebut.
.
3⃣ Menghidupkan lailatul qadr bisa dengan mengerjakan shalat, dzikir, do'a, membaca al-Qur'an, atau aktifitas ibadah dan kebajikan yang lain. Nilai aktifitas ibadah yang dikerjakan saat itu lebih baik daripada nilai aktifitas ibadah yang dikerjakan selama 1.000 bulan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menginformasikan bahwa lalilatul qadr berada di rentang 10 malam terakhir bulan Ramadhan dan lailatul qadr paling berpotensi terjadi di malam-malam ganjil.
.
4⃣ al-Hafizh Ibnu Hajar telah menyebutkan sekitar 50 pendapat alim ulama terkait penentuan waktu lailatul qadr. Dalil menunjukkan bahwa lailatul qadr ini berpindah-pindah dan tidak selalu tetap pada satu malam tertentu. Ia bisa terjadi di malam ganjil, demikian pula bisa terjadi di malam genap.
.
5⃣ Perbuatan sebagian orang yang menyebarluaskan info dan kabar melalui medsos bahwa lailatul qadr tahun ini terjadi pada malam sekian adalah keliru karena dengan perbuatan itu tentu tak ada lagi hikmah kejadian lailatul qadr disembunyikan. Kalau di balik penentuan lailatul qadr ada hikmah, tentu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam akan menginformasikan. Namun, hikmah itu terletak saat kejadian lailatul qadr disembunyikan seperti halnya waktu ijabah di hari Jum'at, yaitu agar setiap muslim memperbanyak amal ibadah dan kebajikan di waktu tersebut.
.
Sumber: https://twitter.com/ShKhudheir/status/1260201201527861251?s=19
.
#lailatulqadr #fikihramadhan
.
♻ Silakan disebarluaskan
1⃣ Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengistimewakan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dengan mengerjakan berbagai amal ibadah yang intensitasnya tidak seperti bulan-bulan yang lain. Di saat itu beliau menghidupkan malam dengan ibadah. Boleh jadi beliau menghidupkan seluruh malam dengan ibadah atau menghidupkan sebagian besar waktu malam. Tentu pribadi sebagai seorang nabi lebih layak untuk dinyatakan bahwa beliau menghidupkan seluruh malam itu dengan ibadah.
.
2⃣ Penamaan lailatul qadr berpijak pada alasan bahwa malam itu memiliki kemuliaan karena: [1] al-Quran diturunkan di saat itu; [2] banyak malaikat turun di saat itu; [3] berkat, rahmat, dan maghfirah turun di saat itu; [4] orang yang menghidupkan malam itu dengan ibadah akan mulia; atau [5] karena di saat itu ditetapkan takdir yang akan berlaku di tahun tersebut.
.
3⃣ Menghidupkan lailatul qadr bisa dengan mengerjakan shalat, dzikir, do'a, membaca al-Qur'an, atau aktifitas ibadah dan kebajikan yang lain. Nilai aktifitas ibadah yang dikerjakan saat itu lebih baik daripada nilai aktifitas ibadah yang dikerjakan selama 1.000 bulan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menginformasikan bahwa lalilatul qadr berada di rentang 10 malam terakhir bulan Ramadhan dan lailatul qadr paling berpotensi terjadi di malam-malam ganjil.
.
4⃣ al-Hafizh Ibnu Hajar telah menyebutkan sekitar 50 pendapat alim ulama terkait penentuan waktu lailatul qadr. Dalil menunjukkan bahwa lailatul qadr ini berpindah-pindah dan tidak selalu tetap pada satu malam tertentu. Ia bisa terjadi di malam ganjil, demikian pula bisa terjadi di malam genap.
.
5⃣ Perbuatan sebagian orang yang menyebarluaskan info dan kabar melalui medsos bahwa lailatul qadr tahun ini terjadi pada malam sekian adalah keliru karena dengan perbuatan itu tentu tak ada lagi hikmah kejadian lailatul qadr disembunyikan. Kalau di balik penentuan lailatul qadr ada hikmah, tentu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam akan menginformasikan. Namun, hikmah itu terletak saat kejadian lailatul qadr disembunyikan seperti halnya waktu ijabah di hari Jum'at, yaitu agar setiap muslim memperbanyak amal ibadah dan kebajikan di waktu tersebut.
.
Sumber: https://twitter.com/ShKhudheir/status/1260201201527861251?s=19
.
#lailatulqadr #fikihramadhan
.
♻ Silakan disebarluaskan
Makna Do'a Lailatul Qadr
.
Do'a yang diajarkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada ibunda Aisyah radhiallahu 'anha adalah do'a berikut,
.
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
.
Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni
.
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau menyukai maaf, maka maafkan aku."
.
Apakah kandungan makna dari do'a ini?
.
Dr. Bandar asy-asy-Syarari hafizhahullah mengatakan,
.
ما ألطف معنى هذا الدعاء!
تتوسّل إلى الله بصفة العفو الدّالة على الستر ومحو أثر الذنب، ثم تتوسّل بحبّه لهذه الصفة.
فكأنك تقول: يا الله، اعفُ عني؛ لأنك أهل للعفو، وإن كنتُ مُقصّرًا في جنابك، يا الله، اعفُ عني بقدر حبّك للعفو، لا بقدر طلبي له.
.
Betapa halus makna yang terkandung dalam do'a ini! Engkau bertawassul kepada Allah dengan sifat-Nya, yaitu al-'afwu (Mahamemaafkan) yang menunjukkan bahwa tak hanya sifat memaafkan yang terkandung dalam sifat tersebut, tapi juga terkandung sifat menutupi dan menghapus pengaruh dosa. Kemudian engkau bertawassul dengan kecintaan-Nya terhadap sifat al-'afwu.
.
Seolah-olah ketika engkau memanjatkan do'a ini, engkau berkata, "Ya Allah, ampunilah aku, karena hanya Engkau-lah yang layak mengampuni. Dan apabila aku lalai dalam menunaikan kewajiban terhadap-Mu, ya Allah, ampunilah aku sebesar kadar cinta-Mu untuk memaafkan, dan bukan sekadar permintaanku terhadap maaf-Mu."
.
NB: Kadar kecintaan Allah Ta'ala untuk memaafkan hamba-Nya tentu lebih besar dari kadar permintaan hamba untuk dimaafkan.
.
Sumber: https://twitter.com/bsalsharari/status/1260728390082088960?s=19
.
#lailatulqadr #fikih_ramadhan #ramadhan #fikihramadhan
.
♻ Silakan disebarluaskan
.
Do'a yang diajarkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada ibunda Aisyah radhiallahu 'anha adalah do'a berikut,
.
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
.
Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni
.
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau menyukai maaf, maka maafkan aku."
.
Apakah kandungan makna dari do'a ini?
.
Dr. Bandar asy-asy-Syarari hafizhahullah mengatakan,
.
ما ألطف معنى هذا الدعاء!
تتوسّل إلى الله بصفة العفو الدّالة على الستر ومحو أثر الذنب، ثم تتوسّل بحبّه لهذه الصفة.
فكأنك تقول: يا الله، اعفُ عني؛ لأنك أهل للعفو، وإن كنتُ مُقصّرًا في جنابك، يا الله، اعفُ عني بقدر حبّك للعفو، لا بقدر طلبي له.
.
Betapa halus makna yang terkandung dalam do'a ini! Engkau bertawassul kepada Allah dengan sifat-Nya, yaitu al-'afwu (Mahamemaafkan) yang menunjukkan bahwa tak hanya sifat memaafkan yang terkandung dalam sifat tersebut, tapi juga terkandung sifat menutupi dan menghapus pengaruh dosa. Kemudian engkau bertawassul dengan kecintaan-Nya terhadap sifat al-'afwu.
.
Seolah-olah ketika engkau memanjatkan do'a ini, engkau berkata, "Ya Allah, ampunilah aku, karena hanya Engkau-lah yang layak mengampuni. Dan apabila aku lalai dalam menunaikan kewajiban terhadap-Mu, ya Allah, ampunilah aku sebesar kadar cinta-Mu untuk memaafkan, dan bukan sekadar permintaanku terhadap maaf-Mu."
.
NB: Kadar kecintaan Allah Ta'ala untuk memaafkan hamba-Nya tentu lebih besar dari kadar permintaan hamba untuk dimaafkan.
.
Sumber: https://twitter.com/bsalsharari/status/1260728390082088960?s=19
.
#lailatulqadr #fikih_ramadhan #ramadhan #fikihramadhan
.
♻ Silakan disebarluaskan
TETAP SEMANGAT
_Tetaplah beribadah mencari Lailatul Qadr meski malam ke-27 telah berlalu..._
Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,
التمسوا ليلة القدر في آخر ليلة من رمضان
_"Kejarlah Lailatul Qadr di malam terakhir bulan Ramadhan."_ [Shahih al-Jami': 1238].
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ليلة القدر ليلة سابعة أو تاسعة وعشرين، إن الملائكة تلك الليلة في الأرض أكثر من عدد الحصى
_“Sesungguhnya Lailatul Qadr itu berada pada malam ke-27 atau ke-29. Dan sesungguhnya malaikat yang ada di muka bumi pada malam itu lebih banyak dari pada jumlah kerikil."_ [ash-Shahihah: 2205].
♻ _Silakan disebarluaskan_
#lailatulqadr
_Tetaplah beribadah mencari Lailatul Qadr meski malam ke-27 telah berlalu..._
Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,
التمسوا ليلة القدر في آخر ليلة من رمضان
_"Kejarlah Lailatul Qadr di malam terakhir bulan Ramadhan."_ [Shahih al-Jami': 1238].
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ليلة القدر ليلة سابعة أو تاسعة وعشرين، إن الملائكة تلك الليلة في الأرض أكثر من عدد الحصى
_“Sesungguhnya Lailatul Qadr itu berada pada malam ke-27 atau ke-29. Dan sesungguhnya malaikat yang ada di muka bumi pada malam itu lebih banyak dari pada jumlah kerikil."_ [ash-Shahihah: 2205].
♻ _Silakan disebarluaskan_
#lailatulqadr
Forwarded from Belajar Tauhid
5 Perkara yang Dapat Membantu agar Sepuluh Malam Terakhir dapat Berjalan Optimal
Syaikh Prof. Dr. Umar al-Muqbil hafizhahullah
1⃣ Tolak adanya keterlibatan daya dan upaya dari dirimu.
Demi Allah, hamba sekali-kali tidak akan mampu bertasbih, ruku’ dan membaca satu ayat al-Quran kecuali dengan adanya pertolongan Allah! Renungkan ayat ini yang senantiasa engkau baca di setiap raka’at,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” [al-Fatihah: 5].
Perbanyaklah mengucapkan dzikir,
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
“Laa haula wa laa quwwata illa billah”
Artinya: “Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”
Semua semata-mata dari Allah. Jika dirimu berserah sepenuhnya pada daya dan upaya sendiri, sungguh engkau diserahkan pada sosok yang kerdil dan lemah. Perbanyaklah permohonan kepada-Nya agar Dia menolongmu untuk menjalani sisa waktu yang ada karena hal ini merupakan sebab terbesar untuk mengundang pertolongan dan taufik dari Allah ta’ala.
2⃣ Lakukanlah amal seolah-olah engkau tidak akan menjumpai lagi sepuluh malam terakhir Ramadhan kecuali di tahun ini!
Jika engkau futur atau nafsumu mengajak malas, maka ingatkan dia bahwa beramal selama satu jam di malam kemuliaan (Lailatul Qadr) lebih baik daripada beramal selama 3.000 hari atau lebih dari 80 tahun. Dan beramal selama satu menit di saat itu lebih baik daripada beramal selama 50 hari. Sungguh merugi mereka yang tidak mampu memperoleh keutamaan tersebut!
3⃣ Jauhi majelis yang dipenuhi senda-gurau dan kelalaian!
Berusahalah agar mayoritas waktu dipenuhi dengan _khulwah_ (bersendirian) dengan Allah, entah engkau melakukannya di masjid atau di rumah. Setiap orang lebih mengetahui kondisi dirinya. Jika dia mampu beri’tikaf di masjid, maka hal itu baik. Namun, bagi yang belum mampu, janganlah melewatkan kesempatan untuk menyendiri beribadah kepada Rabb-nya meski dilakukan di rumah.
4⃣ Variasikan ibadahmu, entah dengan membaca al-Quran, shalat, berdo’a, berdzikir mutlak, atau merenungkan berbagai nikmat Allah yang diberikan kepadamu.
Variasi ibadah ini salah satu tips yang ampuh untuk menghilangkan rasa bosan dan malas.
5⃣ Apabila Allah membantumu untuk melakukan suatu ibadah, waspadalah jangan sampai engkau ujub, berbangga dengan ibadah tersebut.
Sungguh hal itu bisa menggugurkan pahala ibadahmu. Ingatlah bahwa di permukaan bumi ini pasti ada hamba-hamba Allah yang lain, lebih bersemangat dan bertakwa dari engkau. Patokannya adalah bagaimana amal dapat diterima, bukan sekadar memperbanyak amal.
Sumber: https://t.me/dr_omar_almuqbil
#lailatulqadr
♻ Silakan disebarluaskan
Syaikh Prof. Dr. Umar al-Muqbil hafizhahullah
1⃣ Tolak adanya keterlibatan daya dan upaya dari dirimu.
Demi Allah, hamba sekali-kali tidak akan mampu bertasbih, ruku’ dan membaca satu ayat al-Quran kecuali dengan adanya pertolongan Allah! Renungkan ayat ini yang senantiasa engkau baca di setiap raka’at,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” [al-Fatihah: 5].
Perbanyaklah mengucapkan dzikir,
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
“Laa haula wa laa quwwata illa billah”
Artinya: “Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”
Semua semata-mata dari Allah. Jika dirimu berserah sepenuhnya pada daya dan upaya sendiri, sungguh engkau diserahkan pada sosok yang kerdil dan lemah. Perbanyaklah permohonan kepada-Nya agar Dia menolongmu untuk menjalani sisa waktu yang ada karena hal ini merupakan sebab terbesar untuk mengundang pertolongan dan taufik dari Allah ta’ala.
2⃣ Lakukanlah amal seolah-olah engkau tidak akan menjumpai lagi sepuluh malam terakhir Ramadhan kecuali di tahun ini!
Jika engkau futur atau nafsumu mengajak malas, maka ingatkan dia bahwa beramal selama satu jam di malam kemuliaan (Lailatul Qadr) lebih baik daripada beramal selama 3.000 hari atau lebih dari 80 tahun. Dan beramal selama satu menit di saat itu lebih baik daripada beramal selama 50 hari. Sungguh merugi mereka yang tidak mampu memperoleh keutamaan tersebut!
3⃣ Jauhi majelis yang dipenuhi senda-gurau dan kelalaian!
Berusahalah agar mayoritas waktu dipenuhi dengan _khulwah_ (bersendirian) dengan Allah, entah engkau melakukannya di masjid atau di rumah. Setiap orang lebih mengetahui kondisi dirinya. Jika dia mampu beri’tikaf di masjid, maka hal itu baik. Namun, bagi yang belum mampu, janganlah melewatkan kesempatan untuk menyendiri beribadah kepada Rabb-nya meski dilakukan di rumah.
4⃣ Variasikan ibadahmu, entah dengan membaca al-Quran, shalat, berdo’a, berdzikir mutlak, atau merenungkan berbagai nikmat Allah yang diberikan kepadamu.
Variasi ibadah ini salah satu tips yang ampuh untuk menghilangkan rasa bosan dan malas.
5⃣ Apabila Allah membantumu untuk melakukan suatu ibadah, waspadalah jangan sampai engkau ujub, berbangga dengan ibadah tersebut.
Sungguh hal itu bisa menggugurkan pahala ibadahmu. Ingatlah bahwa di permukaan bumi ini pasti ada hamba-hamba Allah yang lain, lebih bersemangat dan bertakwa dari engkau. Patokannya adalah bagaimana amal dapat diterima, bukan sekadar memperbanyak amal.
Sumber: https://t.me/dr_omar_almuqbil
#lailatulqadr
♻ Silakan disebarluaskan
Aktivitas Ibadah yang Dapat Dilakukan Wanita yang Haidh di Malam Lailatul Qadr (1)
*Pertanyaan:*
Aktivitas ibadah apa yang dapat dilakukan oleh wanita yang tengah mengalami haidh di malam Lailatul Qadr? Apakah mungkin menambah tiimbangan kebaikannya dengan melakukan ibadah? Jika jawabannya ‘iya’, apakah aktivitas ibadah yang bisa dilakukan oleh wanita yang mengalami haidh di malam itu?
*Jawaban:*
Wanita yang haidh bisa melakukan berbagai aktivitas ibadah selain shalat, puasa, thawaf di Ka’bah, dan beri’tikaf di masjid.
Terdapat hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menginformasikan bahwa beliau menghidupkan sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan dengan melakukan ibadah. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ‘aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
_"Apabila telah memasuki sepuluh malam yang terakhir, Nabi shallallahu alaihi wasallam mengencangkan sarungnya (baca: fokus beribadah dan tidak berhubungan dengan istri); menghidupkan malam dengan beribadah; dan membangunkan keluarganya untuk beribadah."_ [HR. Al-Bukhari dan Muslim].
_“Menghidupkan malam dengan beribadah”_ sebagaimana yang termaktub dalam hadits di atas tidak dikhususkan dengan ibadah shalat saja. Artinya seseorang bisa menghidupkan malamnya dengan berbagai bentuk ketaatan selain shalat. Demikianlah yang diterangkan para alim ulama.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan,
سهره بالطاعة
_“(Arti menghidupkan malam) adalah begadang dengan melakukan berbagai bentuk ketaatan.”_
An-Nawawi rahimahullah mengatakan,
أي استغرقه بالسهر في الصلاة وغيرها
_“(Menghidupkan malam artinya) mengisi waktu malam dengan begadang mengerjakan shalat atau ibadah yang lain.”_
Penulis kitab ‘Aun al’Ma’bud mengatakan,
أي بالصلاة والذكر وتلاوة القرآن
_“(Artinya adalah menghidupkan malam) dengan mengerjakan shalat, dzikir, dan membaca al-Quran.”_
Shalat malam adalah ibadah yang paling utama dikerjakan oleh hamba di malam Lailtaul Qadr. Itulah mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
_“Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan (penuh) keimanan dan pengharapan (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni."_ [HR. Al-Bukhari dan Muslim].
Namun, dikarenakan wanita yang haidh terlarang untuk mengerjakan shalat, dia bisa menghidupkan malam Lailatul Qadr dengan beberapa bentuk ketaatan yang lain seperti:
*#1*
*Membaca al-Quran dari hafalannya.* Pendapat yang kuat dalam masalah ini adalah pendapat yang menyatakan wanita yang haidh boleh membaca al-Quran dari hafalannya. Pendapat ini merupakan pendapat imam malik, salah satu riwayat dari imam Ahmad, dan dipilih oleh Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah, serta dikuatkan oleh asy-Syaukani. Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
ليس في منع الحائض من القراءة نصوص صريحة صحيحة
_“Tidak ada dalil tegas yang shahih, yang melarang wanita haidh membaca al-Quran.”_
Adapun membaca al-Quran dari mushaf, maka pendapat yang kuat adalah seorang tidak diperbolehkan menyentuh al-Quran ketika dalam kondisi berhadats. Para alim ulama menerangkan seorang yang berhadats diperkenankan membaca al-Quran dari mushaf dengan menyentuhnya menggunakan benda suci yang terpisah dari mushaf seperti kain atau yang sejenis. Dia bisa membolak-balik lembaran mushaf dengan stik kecil, pensil atau yang sejenis.
*#2*
*Berdzikir*, yaitu dengan membaca kalimat tasbih, tahlil, tahmid, atau dzikir yang lain. Wanita yang haidh bisa memperbanyak ucapan, ‘Subhanallah’; Alhamdulillah’; ‘Laa ilaha illallah’; ‘Allahu akbar’; ‘Subhanallah bi hamdihi’; ‘Subhanallah al-‘Azhim’; dan dzikir yang lain.
*#3*
*Beristighfar*, yaitu dengan memperbanyak ucapan ‘Astaghfirullah’
#lailatulqadr
bersambung
*Pertanyaan:*
Aktivitas ibadah apa yang dapat dilakukan oleh wanita yang tengah mengalami haidh di malam Lailatul Qadr? Apakah mungkin menambah tiimbangan kebaikannya dengan melakukan ibadah? Jika jawabannya ‘iya’, apakah aktivitas ibadah yang bisa dilakukan oleh wanita yang mengalami haidh di malam itu?
*Jawaban:*
Wanita yang haidh bisa melakukan berbagai aktivitas ibadah selain shalat, puasa, thawaf di Ka’bah, dan beri’tikaf di masjid.
Terdapat hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menginformasikan bahwa beliau menghidupkan sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan dengan melakukan ibadah. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ‘aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
_"Apabila telah memasuki sepuluh malam yang terakhir, Nabi shallallahu alaihi wasallam mengencangkan sarungnya (baca: fokus beribadah dan tidak berhubungan dengan istri); menghidupkan malam dengan beribadah; dan membangunkan keluarganya untuk beribadah."_ [HR. Al-Bukhari dan Muslim].
_“Menghidupkan malam dengan beribadah”_ sebagaimana yang termaktub dalam hadits di atas tidak dikhususkan dengan ibadah shalat saja. Artinya seseorang bisa menghidupkan malamnya dengan berbagai bentuk ketaatan selain shalat. Demikianlah yang diterangkan para alim ulama.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan,
سهره بالطاعة
_“(Arti menghidupkan malam) adalah begadang dengan melakukan berbagai bentuk ketaatan.”_
An-Nawawi rahimahullah mengatakan,
أي استغرقه بالسهر في الصلاة وغيرها
_“(Menghidupkan malam artinya) mengisi waktu malam dengan begadang mengerjakan shalat atau ibadah yang lain.”_
Penulis kitab ‘Aun al’Ma’bud mengatakan,
أي بالصلاة والذكر وتلاوة القرآن
_“(Artinya adalah menghidupkan malam) dengan mengerjakan shalat, dzikir, dan membaca al-Quran.”_
Shalat malam adalah ibadah yang paling utama dikerjakan oleh hamba di malam Lailtaul Qadr. Itulah mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
_“Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan (penuh) keimanan dan pengharapan (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni."_ [HR. Al-Bukhari dan Muslim].
Namun, dikarenakan wanita yang haidh terlarang untuk mengerjakan shalat, dia bisa menghidupkan malam Lailatul Qadr dengan beberapa bentuk ketaatan yang lain seperti:
*#1*
*Membaca al-Quran dari hafalannya.* Pendapat yang kuat dalam masalah ini adalah pendapat yang menyatakan wanita yang haidh boleh membaca al-Quran dari hafalannya. Pendapat ini merupakan pendapat imam malik, salah satu riwayat dari imam Ahmad, dan dipilih oleh Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah, serta dikuatkan oleh asy-Syaukani. Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
ليس في منع الحائض من القراءة نصوص صريحة صحيحة
_“Tidak ada dalil tegas yang shahih, yang melarang wanita haidh membaca al-Quran.”_
Adapun membaca al-Quran dari mushaf, maka pendapat yang kuat adalah seorang tidak diperbolehkan menyentuh al-Quran ketika dalam kondisi berhadats. Para alim ulama menerangkan seorang yang berhadats diperkenankan membaca al-Quran dari mushaf dengan menyentuhnya menggunakan benda suci yang terpisah dari mushaf seperti kain atau yang sejenis. Dia bisa membolak-balik lembaran mushaf dengan stik kecil, pensil atau yang sejenis.
*#2*
*Berdzikir*, yaitu dengan membaca kalimat tasbih, tahlil, tahmid, atau dzikir yang lain. Wanita yang haidh bisa memperbanyak ucapan, ‘Subhanallah’; Alhamdulillah’; ‘Laa ilaha illallah’; ‘Allahu akbar’; ‘Subhanallah bi hamdihi’; ‘Subhanallah al-‘Azhim’; dan dzikir yang lain.
*#3*
*Beristighfar*, yaitu dengan memperbanyak ucapan ‘Astaghfirullah’
#lailatulqadr
bersambung
Aktivitas Ibadah yang Dapat Dilakukan Wanita yang Haidh di Malam Lailatul Qadr (2)
*#4*
*Berdo’a*. Memperbanyak do’a kepada Allah ta’ala, meminta kebaikan dunia dan akhirat kepada-Nya. Do’a adalah salah satu ibadah yang utama. Di mana Rasulullah shalllahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa do’a adalah inti ibadah. Wanita yang haidh juga bisa mengisi waktu malam dengan banyak memanjatkan do’a yang dituntunkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bertemu de ngan Lailatul Qadr. ‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkata,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
_“Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda kalau saya mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang saya ucapkan ketika itu? Beliau menjawab, “Panjatkanlah do’a, _‘Allahumma innaka 'afuwwun, tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni’_ _(Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Memafkan dan senang memaafkan, maka maafkanlah diriku).”_ [Shahih. HR. At-Tirmidzi].
Demikianlah beberapa ibadah yang dapat dilakukan oleh wanita yang haidh agar tidak terluput dari kemuliaan Lailtaul Qadr.
نسأل الله تعالى أن يوفقنا لما يحب ويرضى ، وأن يتقبل الله منا صالح الأعمال
#lailatulqadr
*#4*
*Berdo’a*. Memperbanyak do’a kepada Allah ta’ala, meminta kebaikan dunia dan akhirat kepada-Nya. Do’a adalah salah satu ibadah yang utama. Di mana Rasulullah shalllahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa do’a adalah inti ibadah. Wanita yang haidh juga bisa mengisi waktu malam dengan banyak memanjatkan do’a yang dituntunkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bertemu de ngan Lailatul Qadr. ‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkata,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
_“Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda kalau saya mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang saya ucapkan ketika itu? Beliau menjawab, “Panjatkanlah do’a, _‘Allahumma innaka 'afuwwun, tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni’_ _(Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Memafkan dan senang memaafkan, maka maafkanlah diriku).”_ [Shahih. HR. At-Tirmidzi].
Demikianlah beberapa ibadah yang dapat dilakukan oleh wanita yang haidh agar tidak terluput dari kemuliaan Lailtaul Qadr.
نسأل الله تعالى أن يوفقنا لما يحب ويرضى ، وأن يتقبل الله منا صالح الأعمال
#lailatulqadr
10 Malam Terakhir Tiba, Yuk Semangat
1⃣ Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengistimewakan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dengan mengerjakan berbagai amal ibadah yang intensitasnya tidak seperti bulan-bulan yang lain. Di saat itu beliau menghidupkan malam dengan ibadah. Boleh jadi beliau menghidupkan seluruh malam dengan ibadah atau menghidupkan sebagian besar waktu malam. Tentu pribadi sebagai seorang nabi lebih layak untuk dinyatakan bahwa beliau menghidupkan seluruh malam itu dengan ibadah.
.
2⃣ Penamaan lailatul qadr berpijak pada alasan bahwa malam itu memiliki kemuliaan karena: [1] al-Quran diturunkan di saat itu; [2] banyak malaikat turun di saat itu; [3] berkat, rahmat, dan maghfirah turun di saat itu; [4] orang yang menghidupkan malam itu dengan ibadah akan mulia; atau [5] karena di saat itu ditetapkan takdir yang akan berlaku di tahun tersebut.
.
3⃣ Menghidupkan lailatul qadr bisa dengan mengerjakan shalat, dzikir, do'a, membaca al-Qur'an, atau aktifitas ibadah dan kebajikan yang lain. Nilai aktifitas ibadah yang dikerjakan saat itu lebih baik daripada nilai aktifitas ibadah yang dikerjakan selama 1.000 bulan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menginformasikan bahwa lalilatul qadr berada di rentang 10 malam terakhir bulan Ramadhan dan lailatul qadr paling berpotensi terjadi di malam-malam ganjil.
.
4⃣ al-Hafizh Ibnu Hajar telah menyebutkan sekitar 50 pendapat alim ulama terkait penentuan waktu lailatul qadr. Dalil menunjukkan bahwa lailatul qadr ini berpindah-pindah dan tidak selalu tetap pada satu malam tertentu. Ia bisa terjadi di malam ganjil, demikian pula bisa terjadi di malam genap.
.
5⃣ Perbuatan sebagian orang yang menyebarluaskan info dan kabar melalui medsos bahwa lailatul qadr tahun ini terjadi pada malam sekian adalah keliru karena dengan perbuatan itu tentu tak ada lagi hikmah kejadian lailatul qadr disembunyikan. Kalau di balik penentuan lailatul qadr ada hikmah, tentu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam akan menginformasikan. Namun, hikmah itu terletak saat kejadian lailatul qadr disembunyikan seperti halnya waktu ijabah di hari Jum'at, yaitu agar setiap muslim memperbanyak amal ibadah dan kebajikan di waktu tersebut.
.
Sumber: https://twitter.com/ShKhudheir/status/1260201201527861251?s=19
.
#lailatulqadr
.
♻ Silakan disebarluaskan
1⃣ Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengistimewakan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dengan mengerjakan berbagai amal ibadah yang intensitasnya tidak seperti bulan-bulan yang lain. Di saat itu beliau menghidupkan malam dengan ibadah. Boleh jadi beliau menghidupkan seluruh malam dengan ibadah atau menghidupkan sebagian besar waktu malam. Tentu pribadi sebagai seorang nabi lebih layak untuk dinyatakan bahwa beliau menghidupkan seluruh malam itu dengan ibadah.
.
2⃣ Penamaan lailatul qadr berpijak pada alasan bahwa malam itu memiliki kemuliaan karena: [1] al-Quran diturunkan di saat itu; [2] banyak malaikat turun di saat itu; [3] berkat, rahmat, dan maghfirah turun di saat itu; [4] orang yang menghidupkan malam itu dengan ibadah akan mulia; atau [5] karena di saat itu ditetapkan takdir yang akan berlaku di tahun tersebut.
.
3⃣ Menghidupkan lailatul qadr bisa dengan mengerjakan shalat, dzikir, do'a, membaca al-Qur'an, atau aktifitas ibadah dan kebajikan yang lain. Nilai aktifitas ibadah yang dikerjakan saat itu lebih baik daripada nilai aktifitas ibadah yang dikerjakan selama 1.000 bulan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menginformasikan bahwa lalilatul qadr berada di rentang 10 malam terakhir bulan Ramadhan dan lailatul qadr paling berpotensi terjadi di malam-malam ganjil.
.
4⃣ al-Hafizh Ibnu Hajar telah menyebutkan sekitar 50 pendapat alim ulama terkait penentuan waktu lailatul qadr. Dalil menunjukkan bahwa lailatul qadr ini berpindah-pindah dan tidak selalu tetap pada satu malam tertentu. Ia bisa terjadi di malam ganjil, demikian pula bisa terjadi di malam genap.
.
5⃣ Perbuatan sebagian orang yang menyebarluaskan info dan kabar melalui medsos bahwa lailatul qadr tahun ini terjadi pada malam sekian adalah keliru karena dengan perbuatan itu tentu tak ada lagi hikmah kejadian lailatul qadr disembunyikan. Kalau di balik penentuan lailatul qadr ada hikmah, tentu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam akan menginformasikan. Namun, hikmah itu terletak saat kejadian lailatul qadr disembunyikan seperti halnya waktu ijabah di hari Jum'at, yaitu agar setiap muslim memperbanyak amal ibadah dan kebajikan di waktu tersebut.
.
Sumber: https://twitter.com/ShKhudheir/status/1260201201527861251?s=19
.
#lailatulqadr
.
♻ Silakan disebarluaskan
Makna Do'a Lailatul Qadr
.
Do'a yang diajarkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada ibunda Aisyah radhiallahu 'anha adalah do'a berikut,
.
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
.
Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni
.
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau menyukai maaf, maka maafkan aku."
.
Apakah kandungan makna dari do'a ini?
.
Dr. Bandar asy-asy-Syarari hafizhahullah mengatakan,
.
ما ألطف معنى هذا الدعاء!
تتوسّل إلى الله بصفة العفو الدّالة على الستر ومحو أثر الذنب، ثم تتوسّل بحبّه لهذه الصفة.
فكأنك تقول: يا الله، اعفُ عني؛ لأنك أهل للعفو، وإن كنتُ مُقصّرًا في جنابك، يا الله، اعفُ عني بقدر حبّك للعفو، لا بقدر طلبي له.
.
Betapa halus makna yang terkandung dalam do'a ini! Engkau bertawassul kepada Allah dengan sifat-Nya, yaitu al-'afwu (Mahamemaafkan) yang menunjukkan bahwa tak hanya sifat memaafkan yang terkandung dalam sifat tersebut, tapi juga terkandung sifat menutupi dan menghapus pengaruh dosa. Kemudian engkau bertawassul dengan kecintaan-Nya terhadap sifat al-'afwu.
.
Seolah-olah ketika engkau memanjatkan do'a ini, engkau berkata, "Ya Allah, ampunilah aku, karena hanya Engkau-lah yang layak mengampuni. Dan apabila aku lalai dalam menunaikan kewajiban terhadap-Mu, ya Allah, ampunilah aku sebesar kadar cinta-Mu untuk memaafkan, dan bukan sekadar permintaanku terhadap maaf-Mu."
.
NB: Kadar kecintaan Allah Ta'ala untuk memaafkan hamba-Nya tentu lebih besar dari kadar permintaan hamba untuk dimaafkan.
.
Sumber: https://twitter.com/bsalsharari/status/1260728390082088960?s=19
.
#lailatulqadr
.
♻ Silakan disebarluaskan
.
Do'a yang diajarkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada ibunda Aisyah radhiallahu 'anha adalah do'a berikut,
.
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
.
Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni
.
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau menyukai maaf, maka maafkan aku."
.
Apakah kandungan makna dari do'a ini?
.
Dr. Bandar asy-asy-Syarari hafizhahullah mengatakan,
.
ما ألطف معنى هذا الدعاء!
تتوسّل إلى الله بصفة العفو الدّالة على الستر ومحو أثر الذنب، ثم تتوسّل بحبّه لهذه الصفة.
فكأنك تقول: يا الله، اعفُ عني؛ لأنك أهل للعفو، وإن كنتُ مُقصّرًا في جنابك، يا الله، اعفُ عني بقدر حبّك للعفو، لا بقدر طلبي له.
.
Betapa halus makna yang terkandung dalam do'a ini! Engkau bertawassul kepada Allah dengan sifat-Nya, yaitu al-'afwu (Mahamemaafkan) yang menunjukkan bahwa tak hanya sifat memaafkan yang terkandung dalam sifat tersebut, tapi juga terkandung sifat menutupi dan menghapus pengaruh dosa. Kemudian engkau bertawassul dengan kecintaan-Nya terhadap sifat al-'afwu.
.
Seolah-olah ketika engkau memanjatkan do'a ini, engkau berkata, "Ya Allah, ampunilah aku, karena hanya Engkau-lah yang layak mengampuni. Dan apabila aku lalai dalam menunaikan kewajiban terhadap-Mu, ya Allah, ampunilah aku sebesar kadar cinta-Mu untuk memaafkan, dan bukan sekadar permintaanku terhadap maaf-Mu."
.
NB: Kadar kecintaan Allah Ta'ala untuk memaafkan hamba-Nya tentu lebih besar dari kadar permintaan hamba untuk dimaafkan.
.
Sumber: https://twitter.com/bsalsharari/status/1260728390082088960?s=19
.
#lailatulqadr
.
♻ Silakan disebarluaskan
Syaikh Abdul Aziz ath-Tharifi menuturkan,
من عجز عن قيام العشر لعذر بيّن وصلى العشاء والفجر جماعة حصل على أجر قيام العشر وإدراك ليلة القدر، صح هذا عن ابن المسيب وغيره وفضل الله واسع.
"Setiap orang yang memiliki udzur sehingga tidak bisa menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan ibadah (qiyam al-'usyr), dan hanya mampu melaksanakan shalat Isya dan Subuh berjama'ah, niscaya tetap memperoleh pahala qiyam al-'usyr dan tetap dianggap memperoleh keutamaan Lailatul Qadr. Pendapat ini secara shahih diriwayatkan dari Ibnu al-Musayyib dan ulama lain. Karena karunia Allah ta'ala begitu luas kepada hamba-Nya."
#lailatulqadr
♻ Silakan disebarluaskan
من عجز عن قيام العشر لعذر بيّن وصلى العشاء والفجر جماعة حصل على أجر قيام العشر وإدراك ليلة القدر، صح هذا عن ابن المسيب وغيره وفضل الله واسع.
"Setiap orang yang memiliki udzur sehingga tidak bisa menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan ibadah (qiyam al-'usyr), dan hanya mampu melaksanakan shalat Isya dan Subuh berjama'ah, niscaya tetap memperoleh pahala qiyam al-'usyr dan tetap dianggap memperoleh keutamaan Lailatul Qadr. Pendapat ini secara shahih diriwayatkan dari Ibnu al-Musayyib dan ulama lain. Karena karunia Allah ta'ala begitu luas kepada hamba-Nya."
#lailatulqadr
♻ Silakan disebarluaskan