Belajar Tauhid
3.07K subscribers
473 photos
32 videos
309 files
1.51K links
Terima kasih telah bergabung dengan Chanel Belajar Tauhid dan semoga materi yang ada bermanfaat bagi kita semua.
.
Link e-Book & e-Paper Belajar Tauhid: http://bit.ly/ebook-gratis-belajartauhid
.
Salam 'alaikum
Download Telegram
Apakah engkau merasa tak berdaya? Bahwa dunia beserta hiruk-pikuknya lebih besar darimu, bahwa engkau seolah-olah sehelai bulu yang diterbangkan oleh angin kehidupan yang senantiasa bergejolak?

Apakah engkau merasa seperti seekor burung yang tiada lagi bersayap, lemah, dan karenanya sangat membutuhkan bantuan?

Apakah engkau memiliki sesuatu yang engkau khawatirkan keselamatannya? Engkau ingin sesuatu itu berada dalam perlindungan seorang yang tidak akan menyia-nyiakannya? Entah sesuatu yang kau maksud itu adalah anak, harta, kesehatan, atau bahkan hidupmu?

Jika demikian, melangkahlah ke depan dan masuklah ke dalam naungan cahaya salah satu nama Allah, al-Wakiil, Yang Mahamemelihara.

Segera mulailah mengenal kandungan nama yang agung ini. Pahami seutuhnya. Istirahatkan jiwamu dari ketidakberdayaan, keresahan dan keterasingannya dengan menjadikannya berteduh dalam naungan nama Allah, al-Wakil.

*Jadikanlah Dia sebagai Pelindung*

al-Wakiil adalah Dzat yang semata-mata menjadi tempatmu bertawakkal; Dzat yang semata-mata menjadi tempat berlindungmu; Dzat yang semata-mata menjadi tempat kepercayaanmu. Semata-mata pada-Nya engkau menggantungkan seluruh harapan.

Setiap aktivitas yang engkau percayakan kepada Allah, pastilah di dalamnya terdapat kebaikan yang sempurna. Karena ketika engkau bertawakkal kepada Allah dalam aktivitas tersebut, hal ini berarti engkau telah menaruh kepercayan pada Dzat yang mengatur segala urusan, termasuk di antaranya pengaturan langit dan bumi, dalam menyempurnakan aktivitas tersebut. Dia-lah Dzat yang melindungi dan tak ada yang dapat berlindung dari siksa-Nya.

Allah al-Haq berfirman, menceritakan perihal diri-Nya,

رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا

_“(Dia-lah) Rabb timur dan barat, tiada Sembahan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.”_
[al-Muzammil: 9].

Rabb timur dan barat memerintahkanmu untuk menjadikan-Nya pelindung. Bukankah hal itu pertanda jaminan keberhasilan?

Cukup Dia ingin engkau mengucapkan dengan hatimu, _“Wahai Allah, Engkau-lah Pelindung-Ku!”_

Adakah di muka bumi seorang kaya, yang memerintahkanmu agar hanya kepadanya saja engkau meminta pertolongan? Hanya kepadanya engkau memasrahkan urusan? Hanya kepadanya engkau meminta perlindungan? Selamanya tak akan ada orang yang demikian itu! Karena tak satupun manusia yang mampu menjaga dan melindungimu dari segala sesuatu yang membahayakan serta menolongmu dalam setiap urusan. Hanya Allah semata yang mampu menjamin, berbuat dan melakukan itu semua!

Tawakkal adalah keyakinan hati yang menggiringmu untuk berjalan di bawah naungan besar yang akan menjagamu dari panas kegelisahan, hujan tipu daya, dan angin kehidupan dunia yang berkecamuk. Orang yang diharamkan dari kebaikan adalah dia yang tidak mempercayai akan naungan tersebut dan tidak berupaya untuk berjalan di bawah naungannya.

Allah, Sang Raja Diraja telah memerintahkanmu untuk menjadikan-Nya sebagai Pelindung. Di mana engkau menempatkan segala kebutuhanmu di hadapan-Nya agar hanya Dia yang memenuhinya. Engkau berlindung kepada-Nya, sehingga Dia mencegah anak panah tipu muslihat agar tidak mengenaimu. Engkau menyerahkan segala urusanmu kepada-Nya hingga Dia menyempurnakan urusan itu dengan kondisi yang sempurna dan tepat.

-bersambung-

_Silakan disebarluaskan_

#makrifatullah #asma_wa_shifat #rihlah_ke_langit_ketujuh

https://t.me/ayobelajartauhid/1848
-lanjutan-

Pertanyaannya adalah, “Apa yang membuatmu menunggu?” Apakah sesuatu yang lain itu, yang membuat dirimu tidak menerima keutamaan di atas? Siapakah selain Dia yang akan memberimu melebihi keistimewaan di atas?

Sungguh kita begitu bergantung pada makhluk, yang sama-sama tercipta dari tanah, pada derajat yang mengkhawatirkan!

Bacalah firman-Nya!

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ

_“Dan bertawakallah kepada (Allah) yang Mahaperkasa lagi Mahapenyayang, yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk salat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud."_ ([asy-Syuara: 217-219].

Apakah urusan, permasalahan, dan kesedihan yang begitu besar, pelik, dan mendalam yang dapat menyulitkan Allah , Rabb Pemilik kemuliaan? Kemuliaan itu sendiri, Dia-lah yang memilikinya. Segala kemuliaan yang engkau pandang, dengar dan ketahui, Dia-lah yang memilikinya. Bagaimana mungkin segenap permasalahanmu akan terasa sulit di hadapan Rabb, Pemilik segala kemuliaan, kesombongan, dan keagungan?!

📚 *Sumber: Liannaka Allah-Rihlah ilaa as-Samaa as-Saabi'ah (Karena Engkau adalah Allah-Rihlah ke Langit Ketujuh) karya Ali al-Faifiy.*

_Silakan disebarluaskan_

#makrifatullah #asma_wa_shifat #rihlah_ke_langit_ketujuh

https://t.me/ayobelajartauhid/1849
[Serial Larangan Akidah] Janganlah beramal dengan harapan dilihat atau didengar oleh orang lain

Allah ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Sembahan kamu itu adalah Sembahan yang Esa. Setiap orang yang mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya" [Al-Kahfi : 110]

Penjelasan ringkas

Orang lain sedikit pun tidak mampu memberikan kemanfaatan kepada kita tanpa seizin-Nya dan tidak dapat menyelamatkan kita dari siksa-Nya. Beramal dengan harapan dilihat (riya) dan didengar orang lain (sum’ah) hanyalah akan menghapus dan melenyapkan pahala amal, bahkan mendatangkan dosa. Allah ta’ala hanya menerima amal yang dilakukan sesuai dengan tuntunan dan ikhlas karena mengharapkan ridha-Nya.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as’Sidiy rahimahullah mengatakan,

أي: { قُلْ ْ} يا محمد للكفار وغيرهم: { إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ ْ} أي: لست بإله، ولا لي شركة في الملك، ولا علم بالغيب، ولا عندي خزائن الله، { إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ ْ} عبد من عبيد ربي، { يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ ْ} أي: فضلت عليكم بالوحي، الذي يوحيه الله إلي، الذي أجله الإخبار لكم: أنما إلهكم إله واحد، أي: لا شريك له، ولا أحد يستحق من العبادة مثقال ذرة غيره، وأدعوكم إلى العمل الذي يقربكم منه، وينيلكم ثوابه، ويدفع عنكم عقابه. ولهذا قال: { فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا ْ} وهو الموافق لشرع الله، من واجب ومستحب، { وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا ْ} أي: لا يرائي بعمله بل يعمله خالصا لوجه الله تعالى، فهذا الذي جمع بين الإخلاص والمتابعة، هو الذي ينال ما يرجو ويطلب، وأما من عدا ذلك، فإنه خاسر في دنياه وأخراه، وقد فاته القرب من مولاه، ونيل رضاه.

“Katakanlah wahai Muhammad kepada orang kafir dan selain mereka bahwa saya hanyalah manusia biasa seperti kalian. Saya bukanlah tuhan. Saya tidaklah memiliki saham dalam pengaturan alam semesta dan tak memiliki pengetahuan dalam hal gaib. Demikian pula, perbendaharaan Allah, tidak saya miliki. Saya hanyalah manusia biasa seperti kalian, seorang hamba di antara hamba-hamba-Nya, hanyasaja saya diberi kelebihan dengan wahyu yang diturunkan kepadaku untuk menginformasikan kepada kalian bahwa Sembahan kalian yang hak adalah Sembahan yang Esa, tidak memiliki sekutu, dimana selain Dia tidak memiliki hak untuk diibadahi meski seberat biji dzarrah. Saya menyeru untuk melakukan segala amal yang bisa mendekatkan diri kalian kepada-Nya, sehingga pahala-Nya bisa diraih dan siksa-Nya bisa terhindarkan.

Itulah mengapa Allah kemudian berfirman yang artinya, ‘Setiap orang yang mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh’, yaitu amal ibadah yang sesuai dengan syari’at Allah, baik yang hukumnya wajib atau pun mustahab. ‘Dan tidak mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya’, yaitu tidak mengerjakan amal ibadah itu dengan riya, tetapi dia melakukannya dengan ikhlas demi melihat Wajah Allah ta’ala. Amal ibadah yang mengumpulkan dua hal ini, yaitu ikhlas dan mutaaba’ah (sesuai tuntunan) adalah amal ibadah yang bisa mengantarkan pada pahala yang diinginkan dan dicari oleh hamba. Adapun orang yang melakukan amal ibadah selain itu, yaitu amal ibadah yang dicampuri dengan riya dan sum’ah, maka sungguh dia justru akan merugikan diri sendiri di dunia dan akhirat, karena dia mengabaikan kesempatan untuk memperoleh kedekatan dan ridha Allah, Sang Pencipta” [Taisir Karim ar-Rahman].

#serial_larangan_akidah

_Silakan disebarluaskan_

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Jangan berbangga dengan dunia yang engkau miliki. Itu sifat Qarun, Si Durhaka

Setiap orang yang meyakini bahwa kelezatan dunia akan meninggalkannya dan kesenangan dunia tidaklah langgeng, niscaya tidak akan berbangga diri dengan capaian duniawi, pun takkan bersikap arogan dengan bertambahnya perbendaharaan dunia yang dimiliki.

Allah Ta'ala berfirman,

إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ

"Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri" [Al-Qashash : 76]

#tadabbur

_Silakan disebarluaskan_

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
🌷 Kumpulan Hadits Seputar Wanita 🌷

Hadits Ke-Sembilanbelas

Wahai Wanita, janganlah mendatangi tempat-tempat yang di dalamnya wanita membuka aurat, meski hal itu atas persetujuan suami

Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلاَ يَدْخُلِ الْحَمَّامَ بِغَيْرِ إِزَارٍ، وَمَنْ كَانَتْ تُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلاَ يُدْخِلْ حَلِيْلَتَهُ الْحَمَّامَ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلاَ يَجْلِسْ عَلَى مَائِدَةٍ يُدَارُ عَلَيْهَا بِالْخَمْرِ. التِّرْمِذِيُّ

"Setiap orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah dia memasuki pemandian umum kecuali dengan memakai kain penutup tubuh. Setiap orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah dia memasukkan istrinya ke pemandian umum. Setiap orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah dia duduk di meja hidangan yang di atasnya diedarkan khamr". [HR. At-Tirmidzi. Dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi]

Faidah Hadits

1⃣ Suami akan dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinan atas istrinya di hari kiamat. Dia akan dihisab atas berbagai perbuatannya terhadap istri.

2⃣ Melaksanakan tanggungjawab terhadap sang istri dengan baik merupakan indikator keimanan suami kepada Allah dan hari akhir.

3⃣ Wanita diharamkan memasuki pemandian umum seperti kolam renang umum, ruang sauna, atau tempat-tempat sejenis, dimana para wanita menampakkan auratnya.

4⃣ Sudah menjadi kewajiban bagi istri untuk membantu sang suami agar ia bisa melaksanakan tanggungjawab terkait diri sang istri dengan baik.

#kumpulan_hadits_seputar_wanita
#wanita_shalihah

Silakan disebarluaskan
Faidah Hadits Umdatul Ahkam

Hadits Ke-tiga

Tumit yang Tidak Terbasuh Air Wudhu

Dari Abdullah bin Amru bin al-Ash, Abu Hurairah, dan Aisyah radhiallahu ‘anhum, mereka mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَيْلٌ لِلأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ

“Celakalah tumit-tumit yang tidak terbasuh air wudhu karena akan terjilat api neraka” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Penjelasan ringkas

1⃣ Hadits ini merupakan dalil bahwa membasuh kedua kaki dan meratakan anggota wudhu dengan cara dibasuh air adalah wajib.

2⃣ Al-Bukhari rahimahullah membuat bab dalam kitah Shahih-nya, “Bab Membasuh Kedua Kaki dan Tidak Mengusap Kedua Telapak Kaki”, di dalamnya beliau kemudian memaparkan hadits Abdullah bin Amru di atas, dimana beliau berkata,

تخلَّفَ عنَّا النبي صلى الله عليه وسلم في سفرة سافرناها ، فأدركنا وقد أرهقتنا الصلاة ونحن نتوضأ ، فجعلنا نمسح على أرجلنا ، فنادى بأعلى صوته : ( ويل للأعقاب من النار ) مرتين أو ثلاثا

“Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah tertinggal dari kami dalam suatu perjalanan yang kami lakukan hingga Beliau mendapatkan kami sementara waktu shalat sudah hampir habis, kami berwudlu' dengan hanya mengusap kaki kami. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berseru dengan suara yang keras, ‘Celakalah bagi tumit-tumit yang tidak basah akan masuk neraka’. Beliau serukan hingga dua atau tiga kali.” [HR. Al-Bukhari]

3⃣ Hadits ini juga merupakan dalil diperbolehkannya meninggikan suara ketika mengingkari suatu perbuatan yang keliru; mengulang-ulang penekanan suatu isu agar dapat dipahami dan diperhatikan dengan baik oleh audiens; dan perlunya mengedukasi orang yang belum mengetahui hukum suatu permasalahan [Fath al-Baari 1/143]

4⃣ Muslim meriwayatkan dari Umar bin al-Khathab radhiallahu ‘anhu, beliau menyatakan,

أَنَّ رَجُلاً تَوَضَّأَ فَتَرَكَ مَوْضِعَ ظُفُرٍ عَلَى قَدَمِهِ، فَأَبْصَرَهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم، فَقَالَ: "ارْجِعْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ" فَرَجَعَ ثُمَّ صَلَّى

“Ada seorang yang berwudhu, namun dia tidak membasuh satu bagian pada kaki yang besarnya hanya seujung kuku. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memelototinya dan berkata, ‘Ulangi wudhumu dan perbaiki’. Maka orang itu mengulangi wudhunya lalu melaksanakan shalat.” [HR. Muslim]

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Tumit secara khusus disebutkan untuk mengungkapkan sebab ancaman tersebut sebagaimana telah disebutkan dalam hadits Abdullah bin Amru. Dengan demikian, seluruh anggota wudhu yang serupa, dimana terkadang orang lalai membasuhnya dengan air secara merata, juga diancam hal ayng sama seperti dalam riwayat Al-Hakim dan selainnya, dari hadits Abdullah bin al-Harits, diriwayatkan bahwa ‘Celakalah tumit-tumit dan punggung-punggung kaki yang tidak terbasuh air karena akan terjilat api neraka’” [Fath al-Baari 1/267]

4⃣ Abdurrahman bin Abi Laila rahimahullah mengatakan, “Seluruh sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersepakat bahwa kedua kaki harus dibasuh. Demikian yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur." [Dikutip oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fath al-Baari 1/264]

#faidah_hadits_umdatul_ahkam

_Silakan disebarluaskan_

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Kewajiban yang paling utama

Kewajiban yang paling utama dilakukan oleh setiap umat adalah tauhid, mengesakan Allah dalam peribadatan. Apabila suatu umat menyepelekannya, sungguh ia telah mengabaikan intisari dakwah yang diemban oleh setiap nabi dan rasul yang diutus kepada mereka.

Allah Ta'ala berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

"Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." [An-Nahl : 36]

#tadabbur

Silakan disebarluaskan

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Akibat lalai terhadap hari kiamat

Ketidaktahuan terhadap akidah bahwa setiap manusia akan dibangkitkan dan dikumpulkan untuk dimintai pertanggungjawaban, niscaya akan menjadikan hamba terus-menerus bergelimang dalam kesesatan dan kemaksiatan. Karena itulah banyak ayat Al-Quran yang menunjukkan kuasa Allah untuk membangkitkan para hamba-Nya agar hamba tidak lalai bahwa mereka akan dibangkitkan untuk dihisab.

Allah Ta'ala berfirman,

وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ ۙ لَا يَبْعَثُ اللَّهُ مَنْ يَمُوتُ ۚ بَلَىٰ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

"Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati". (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." [An-Nahl : 38]

#tadabbur

Silakan disebarluaskan

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
⛔️ [Serial Larangan Akidah] Janganlah melakukan kemaksiatan secara terang-terangan di hadapan publik dan janganlah mengekspos dosa jika tak ada orang yang mengetahui (1) ⛔️

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ أَمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَنْهُ

“Seluruh umatku pasti selamat kecuali orang yang melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan. Termasuk bermaksiat terang-terangan adalah adalah seorang berbuat dosa pada malam hari, tanpa diketahui siapa pun. Namun di pagi hari dia berkata, ‘Wahai fulan semalam aku telah melakukan kemaksiatan ini dan ini’. Allah telah menutupi kemaksiatan yang dilakukan di malam hari, tetapi di pagi hari dia malah menyibak sendiri tabir yang Allah berikan untuk menutupi kemaksiatan itu.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Penjelasan ringkas

Al-Munawi rahimahullah mengatakan,

كل أمتي معافى ـ اسم مفعول من العافية، وهو إما بمعنى عفا الله عنه، وإما سلمه الله وسلم منه، إلا المجاهرين أي المعلنين بالمعاصي المشتهرين بإظهارها الذين كشفوا ستر الله عنهم.... ثم فسر المجاهر بأنه الذي يعمل العمل بالليل فيستره ربه ثم يصبح فيقول يا فلان إني عملت البارحة كذا وكذا، فيكشف ستر الله عز وجل عنه ـ فيؤاخذ به في الدنيا بإقامة الحد، وهذا لأن من صفات الله ونعمه إظهار الجميل وستر القبيح، فالإظهار كفران لهذه النعمة وتهاون بستر الله

“Setiap umatku akan diampuni dan diselamatkan Allah, kecuali mereka yang bermaksiat terang-terangan, yaitu mereka yang mengekspos kemaksiatan dan terkenal kerap melakukannya dengan terang-terangan. Mereka itulah yang menyibak tabir Allah pada diri mereka...kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendeskripsikan tindakan bermaksiat terang-terangan dengan perbuatan seorang yang bermaksiat di malam hari tanpa diketahui, namun dia menceritakan perbuatannya pada orang lain di pagi hari. Dengan itu, ia telah menyingkap tabir yang diberikan Allah untuk menutupi kemaksiatannya, sehingga dia pun dijatuhkan sanksi hadd di dunia. Salah satu sifat dan karunia Allah adalah menampakkan keindahan dan menutup keburukan, maka dengan mengekspos keburukan merupakan pengingkaran terhadap nikmat itu dan meremehkan tabir Allah atas kemaksiatan tersebut.” [Faidh al-Qadir]

-bersambung-

#serial_larangan_akidah
⛔️ [Serial Larangan Akidah] Janganlah melakukan kemaksiatan secara terang-terangan di hadapan publik dan janganlah mengekspos dosa jika tak ada orang yang mengetahui (2) ⛔️

Ibnu Baththal rahimahullah mengatakan,

في الجهر بالمعصية استخفاف بحق الله ورسوله وبصالحي المؤمنين، ومنه ضرب من العناد لهم، وفي الستر السلامة من الاستخفاف، لأن المعاصي تذل أهلها، ومن إقامة الحدِّ عليه إن كان فيه حد، ومن التعزير إن لم يوجب حدًّا

“Mengekspos kemaksiatan dengan terang-terangan sama saja merendahkan hak Allah, rasul-Nya, dan orang beriman yang shalih. Tindakan itu seolah-olah bentuk penentangan kepada mereka. Padahal dengan menutupi kemaksiatan itu, ia bisa selamat dari celaan orang lain, karena kemaksiatan pasti mengundang kehinaan terhadap pelakunya. Selain itu dengan menutupi kemaksiatan mampu menyelamatkan pelaku dari penegakan sanksi hadd apabila ada ketentuan hadd untuk kemaksiatan tersebut; dan juga bisa menyelamatkannya dari sanksi ta’zir untuk kemaksiatan yang tidak diberlakukan hadd.” [Fath al-Baari]

An-Nawawi rahimahullah mengatakan,

يكره لمن ابتلي بمعصية أن يخبر غيره بها. يعني ولو شخصاً واحداً، بل يقلع عنها، ويندم، ويعزم أن لا يعود...
فإن أخبر بها شيخه أو نحوه ممن يرجو بإخباره أن يعلمه مخرجاً منها، أو ما يسلم به من الوقوع في مثلها، أو يعرفه السبب الذي أوقعه فيها، فهو حسن، وإنما يحرم الإجهار حيث لا مصلحة؛ لأن المفسدة حينئذ ستكون واقعة. فالكشف المذموم هو الذي يقع على وجه المجاهرة والاستهزاء، لا على وجه السؤال والاستفتاء، بدليل خبر من واقع امرأته في رمضان فجاء فأخبر النبي ﷺ لكي يعلمه المخرج ولم ينكر عليه النبي ﷺ في إخباره

“Orang yang tengah ditimpa musibah berbuat kemaksiatan dilarang untuk menceritakan hal itu ke orang lain, meski hanya satu orang! Bahkan seharusnya dia segera meninggalkan kemaksiatan itu dan menyesal, serta bertekad untuk tidak mengulangi...

Jika dia menginformasikannya kepada guru atau orang yang diharapkan mampu memberikan solusi, memberitahukan sarana yang bisa mencegah dirinya dari perbuatan serupa, atau mendiagnosa penyebab yang menjerumuskannya dari dosa itu, maka perbuatan itu baik. Mengekspos kemaksiatan itu terlarang jika tak ada manfaat karena yang timbul hanya mafsadat bagi pelakunya. Maka, membeberkan kemaksiatan itu tercela jika dilakukan dengan terang-terangan di depan publik dengan sikap meremehkan, bukan dalam konteks bertanya dan berkonsultasi.

Menginformasikan kemaksiatan pada orang lain boleh dilakukan dalam konteks bertanya dan berkonsultasi berdasarkan dalil bahwa dulu ada seorang sahabat yang menggauli istrinya di siang hari bulan Ramadhan kemudian dia datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menginformasikan perbuatannya dan meminta solusi atas dosanya itu. Saat itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengingkari perbuatan sahabat yang menginformasikan kemaksiatannya kepada beliau.” [Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim]

#serial_larangan_akidah

Silakan disebarluaskan

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
1.13 Merasakan Ketenangan.pdf
463.1 KB
Emailing 1.13 Merasakan Ketenangan.pdf
Alhamdulillah,

Dauroh Tauhid #6 Indonesia Bertauhid telah selesai.

Membahas tentang Pembatal-Pembatal Keislaman, oleh Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Bisa simak rekamannya di:
- https://www.youtube.com/playlist?list=PL5Sr9D323joXzUhjrJLIwS1nEapWsOpsS&fbclid=IwAR2KotrD9WEPU1ony4iZI6aILVFaDTplhmXBDqzl_TUXmdYerESmBnJgryA -

Download kitab panduannya di:
- https://bit.ly/EBookDauroh6 -

Setelah selesai simak rekaman, bisa kerjakan ujian online-nya di:
- https://bit.ly/dauroh6 -

Semoga raih ilmu yang bermanfaat..
Barakallahu fiikum..

Telegram: http://t.me/ayobelajartauhid
*Kunci Kebahagiaan dan Kesehatan Hati*
.
Kesempurnaan hati terwujud dengan menggunakan quwwatul 'ilmi (potensi ilmu) untuk memahami, mengenali dan membedakan kebenaran dari kebatilan serta menggunakan quwwatul iradah wal mahabbah (potensi kehendak dan cinta) untuk mencari, mencintai, dan mengutamakan kebenaran itu daripada kebatilan. Barangsiapa tidak tahu akan kebenaran, niscaya tersesat. Barangsiapa tahu kebenaran, tapi lebih menyukai kebatilan, niscaya akan dimurkai. Orang yang dikaruniai nikmat ialah orang yang tahu kebenaran lalu mengikutinya.
.
Itulah kunci kehidupan dan kesehatan hati yang dikemukakan Ibnul Qayyim dalam kitabnya Ighatsatul Lahafan
.
_Silakan disebarluaskan_
.
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
HATI-HATI, UJUB ITU SYIRIK LHO!
.
Ujub itu merasa diri sendiri punya andil dalam capaian keberhasilan Anda
.
Ujub termasuk syirik kecil
.
Kenapa demikian?
.
Karena seorang yang ujub tengah menyandingkan dirinya bersama Allah dalam capaian tersebut. Dia merasa berperan. Padahal seluruh capaian itu semata-mata berasal dari kasih sayang dan kedermawanan Allah
.
Anda sukses, Anda cerdas, Anda berhasil, Anda hartawan, itu semua semata-mata berasal dari kemurahan hati Allah kepada Anda. Laa haula wa quwwata illa billah.
.
Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
.
فالرياء من باب الإشراك بالخلق، والعجب من باب الإشراك بالنفس، وهذا حال المستكبر
.
"Riya (mempertontonkan amal shalih) termasuk perbuatan menjadikan orang lain sebagai tandingan bagi Allah, sedangkan ujub termasuk perbuatan menjadikan diri sendiri sebagai tandingan-Nya".
.
_Silakan disebarluaskan_
.
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Rintangan Hidup*

الواجب علينا في كلِّ حين أن نحذر من العوائق التي تعوق الإنسان في سيره إلى الله وبلوغه رضوانه، وهي عوائق ثلاثة خطيرة : الشرك بالله، والبدعة في الدين, والمعاصي بأنواعها ؛ أما عائق الشرك فإن التخلص منه يتم بإخلاص التوحيد لله وإفراده جلّ وعلا بالعبادة, وأما عائق البدعة فيتم التخلص منه بلزوم السنة والاقتداء بهدي النبي صلى الله عليه وسلم، وأما عائق المعصية فيتم التخلص منها بمجانبتها وبالتوبة النصوح منها عند الوقوع فيها.

"Di setiap saat, kita harus mewaspadai berbagai rintangan yang mampu menghalangi seseorang dalam perjalanan menuju Allah dan meraih ridha-Nya. Ada 3 rintangan yang berbahaya, yaitu menjadikan tandingan bagi Allah (syirik); melakukan inovasi agama (bid'ah); dan kemaksiatan beserta variannya. Syirik bisa diatasi dengan menyempurnakan keikhlasan dan tauhid, bahwa seluruh bentuk ibadah hanyalah patut ditujukan kepada-Nya. Bid'ah dapat dihindari secara sempurna dengan konsisten melazimi sunnah dan meneladani petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Sedangkan kemaksiatan dapat diatasi dengan menjauhinya dan segera bertaubat nasuha ketika telah terjerumus ke dalamnya."

_Asy-Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah_

_Silakan disebarluaskan_

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
[Serial Larangan Akidah] Janganlah bersikap tidak acuh kepada Allah sehingga lebih merasa takut ketika ada orang yang melihat perbuatan dosa kita (1)

Dari Tsauban radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا قَالَ ثَوْبَانُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا

“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih. Kemudian Allah menjadikannya debu yang berterbangan (sia-sia).”
Tsauban bertanya, “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka dan jelaskanlah perihal mereka agar kami tidak menjadi seperti mereka tanpa sadar.”
Beliau bersabda: “Sesungguhnya mereka adalah saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian, tetapi mereka adalah kaum yang jika bersendirian mereka menerjang hal yang diharamkan Allah.” (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh al-Albani)

Penjelasan ringkas

Syaikh Muhammad bin al-Mukhtar asy-Syinqithi rahimahullah mengatakan, “Mereka yang dimaksud dalam hadits ini adalah orang yang meremehkan dan tidak mengacuhkan Allah, sehingga ada perbedaan antara kemaksiatan yang mendatangkan penyesalan dan kemaksiatan yang tidak mendatangkan penyesalan. Ada perbedaan antara orang yang bermaksiat ketika sendiri dan orang yang meremehkan Allah, sehingga kebaikan yang dilakukannya di hadapan manusia layaknya tindakan penuh riya’ yang tak diberi pahala meski bentuknya sebesar gunung.

Apabila berada di tengah-tengah orang shalih, ia menampakkan amalan yang baik karena berharap sesuatu kepada manusia, bukan berharap pahala kepada Allah. Orang ini mengerjakan amal shalih yang besarnya seperti gunung, secara lahiriah amal itu baik, tetapi tatkala bersendirian dia menerjang larangan Allah. Tatkala tersembunyi dari pandangan manusia, dia tidak mengagungkan Allah dan tidak pula takut kepada-Nya.

Kondisi di atas berbeda dengan orang yang bermaksiat ketika bersendirian, namun di dalam hatinya terdapat penyesalan, dia tidak suka perbuatan itu dan membencinya, serta Allah memberikan karunia penyesalan atas kemaksiatan yang telah dilakukan. Orang yang bermaksiat dalam kondisi bersendirian namun merasa menyesal dan merasa terluka atas kemaksiatan yang dilakukan, bukanlah dikatakan sebagai orang yang menerjang larangan Allah karena pada asalnya orang tersebut mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, namun syahwat telah menguasainya sehingga dia pun menyesali kemaksiatan tersebut.

Adapun orang yang disebutkan sebelumnya adalah pribadi yang berkarakter lancang danberani menentang Allah. Inilah makna dari hadits Tsauban mengingat hadits tersebut tidaklah menerangkan perihal satu orang, dua orang atau berbicara tentang kriteria tertentu, namun hadits tersebut menerangkan sifat-sifat secara sempurna.

-bersambung-

#serial_larangan_akidah
[Serial Larangan Akidah] Janganlah bersikap tidak acuh kepada Allah sehingga lebih merasa takut ketika ada orang yang melihat perbuatan dosa kita (2)

Sebagian manusia ada yang bermaksiat tatkala bersendirian dan hatinya memang menentang Allah. Sedangkan yang lain bermaksiat tatkala bersendiri karena takluk akan syahwat, namun jika ditelisik lebih jauh, terkadang keimanan yang dimilikinya mampu mengalahkan syahwat tersebut dan mampu mencegah dirinya untuk bermaksiat. Akan tetapi dalam beberapa kondisi, syahwat membutakannya karena memang syahwat mampu membutakan dan membuat jadi tuli sehingga orang tidak mampu menerima nasehat. Akhirnya dia pun terjerumus ke dalam kemaksiatan dan digelincirkan setan.

Allah berfirman,

إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوا وَلَقَدْ عَفَا اللَّهُ عَنْهُمْ

“Hanya saja mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyantun” (Ali ‘Imraan : 155).

Ayat di atas menerangkan bahwa apabila hamba digelincirkan setan hingga bermaksiat, namun di lubuk hati masih terdapat pengakuan bahwa dirinya telah berbuat dosa dan Allah mengetahui tatkala bermaksiat ada penyesalan dalam dirinya, bahwa ia benci akan kemaksiatan tersebut hingga sebagian di antara mereka ketika bermaksiat ada yang berangan-angan agar dirinya diwafatkan sebelum melakukan kemaksiatan tersebut, maka orang yang demikian ini sebenarnya orang yang masih mengagungkan Allah, akan tetapi dia belum diberi karunia berupa keimanan yang dapat menghalangi dari perbuatan maksiat.

Terkadang Allah mengujinya dengan kemaksiatan tersebut karena dia telah menghina orang lain, durhaka pada orang tua, atau memutus silaturahim sehingga Allah tidak menurunkan rahmat-Nya. Bisa juga dia menyakiti ulama atau salah seorang wali Allah sehingga Allah pun mengumumkan perang terhadap dirinya. Dengan demikian kondisi orang tersebut layaknya seorang yang sedang dihinakan meski dalam hatinya ia tidak ridha terhadap perbuatan tersebut.

Maka, orang yang bermaksiat tatkala bersendirian memiliki beberapa tingkatan. Ada yang bermaksiat dan memang bersikap lancang dan meremehkan Allah. Hal ini seperti tindakan sebagian pendosa ketika bermaksiat, dimana tidak ada seorang pun yang melihat dan memperingati dirinya, dia melakukan kemaksiatan tersebut dengan bangga, angkuh, dan pencemoohan terhadap Allah. Mereka mengucapkan kalimat-kalimat penghinaan dan melakukan berbagai perbuatan yang meremehkan kekuasaan Allah, tatkala seseorang menasehatinya dia pun menolak dengan penuh keangkuhan sehingga dirinya menganggap remeh keagungan Allah, agama dan syari’at-Nya. Orang ini secara lahiriah apabila berada di hadapan manusia dia tetap shalat dan berpuasa, namun jika bersendirian dia bermaksiat dan meremehkan keagungan Allah –wal ‘iyaadzu billah-. Orang yang demikian tentu tidak sama dengan mereka yang terkalahkan oleh syahwat, terfitnah dengan apa yang dilihatnya namun menyadari bahwa kemaksiatan yang dilakukannya dapat membawa musibah dan kehancuran. Dia mengerjakan kemaksiatan tersebut, namun hatinya tidak nyaman dengan maksiat tersebut, merasa terluka dan menyesal ketika telah melakukannya.

Dengan demikian, kandungan hadits Tsauban ini tidak bersifat mutlak. Kandungan dari hadits ini hanya mencakup mereka yang bermaksiat di kala bersendirian dan di dalam dirinya terdapat penentangan dan sikap meremehkan batasan-batasan Allah –wal ‘iyaadzu billah-” (Syarh Zaad al-Mustaq’ni’ nomor pelajaran 332).

#serial_larangan_akidah

♻️ Silakan disebarluaskan

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Sssttt....jangan sering bicarain orang
.
لا تشغلوا أنفسكم بذكر الناس فإنه بلاء وعليكم بذكر الله فإنه رحمة
.
"Membicarakan orang lain itu malapetaka, jangan isi waktumu dengannya. Sering-seringlah ingat Allah (berdzikir) karena itu adalah rahmat."
.
- Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu dalam Mawsu'ah Ibn Abi ad-Dunya -
.
Silakan disebarluaskan
.
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══