ليس الرجل من يُربيك لفظه، إنما الرجل من يُربيك لحظه
Lelaki sejati tidak dinilai dari omongannya, tapi dinilai dari seberapa besar kepeduliannya.
#nasihat
Lelaki sejati tidak dinilai dari omongannya, tapi dinilai dari seberapa besar kepeduliannya.
#nasihat
2041_Meninjau_Kembali_Arti_Syirik_&_Munafik_Menurut_Masyarakat_Indonesia.pdf
593.5 KB
Edit, Sign and Share PDF files on the go. Download the Acrobat Reader app: https://adobeacrobat.app.link/Mhhs4GmNsxb
DEFINISI TAUHID
🔸Secara bahasa tauhid berarti eksklusifitas (الانفراد) dan mengesakan (الإفراد).
Frasa "توحد الشيء" berarti eksklusifitas sesuatu itu dari selainnya dan frasa "توحيد الشيء" berarti menjadikan dan menetapkan sesuatu itu eksklusif dari selainnya.
🔸Secara syari'at, tauhid dapat didefinisikan
إفراد الله تعالى بما يختص به من الربوبية والألوهية والأسماء والصفات، ونفيها عما سواه
"Mengesakan Allah dalam aspek-aspek kekhususan-Nya yaitu rububiyah, uluhiyah, dan asma wa shifat; serta menafikan aspek-aspek kekhususan tersebut pada selain-Nya."
▫️Kata "إفراد" merupakan karakteristik umum yang menjelaskan inti perbuatan yang bersumber dari hamba. Hal yang dimaksud adalah makna pengesaan secara syar'i yang mengandung makna penghambaan.
▫️Kata "الله تعالى" mengecualikan segala sesuatu selain-Nya, yaitu para makhluk.
▫️Frasa "بما يختص به" karakteristik khusus yang menjelaskan bahwa pengesaan dan tauhid berkaitan erat dengan aspek-aspek kekhususan, dalam hal kesempurnaan dan pokoknya.
▫️Frasa "من الربوبية والألوهية والأسماء والصفات" merupakan karakteristik khusus yang mendefinisikan dan menyorot hal-hal yang berkaitan dengan pemaknaan tauhid secara syar'i.
▫️Frasa "ونفيها عما سواه" merupakan batasan yang mewujudkan salah satu rukun tauhid, yaitu penafian (النفي). Tujuannya adalah menyempurnakan esklusifitas Allah dengan segala sesuatu yang bisa menyempurnakan tauhid.
Sumber: al-Muntaqa min al-Maslak ar-Rasyid, Prof. Dr. Sulthan al-Umairi
#tauhid
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
🔸Secara bahasa tauhid berarti eksklusifitas (الانفراد) dan mengesakan (الإفراد).
Frasa "توحد الشيء" berarti eksklusifitas sesuatu itu dari selainnya dan frasa "توحيد الشيء" berarti menjadikan dan menetapkan sesuatu itu eksklusif dari selainnya.
🔸Secara syari'at, tauhid dapat didefinisikan
إفراد الله تعالى بما يختص به من الربوبية والألوهية والأسماء والصفات، ونفيها عما سواه
"Mengesakan Allah dalam aspek-aspek kekhususan-Nya yaitu rububiyah, uluhiyah, dan asma wa shifat; serta menafikan aspek-aspek kekhususan tersebut pada selain-Nya."
▫️Kata "إفراد" merupakan karakteristik umum yang menjelaskan inti perbuatan yang bersumber dari hamba. Hal yang dimaksud adalah makna pengesaan secara syar'i yang mengandung makna penghambaan.
▫️Kata "الله تعالى" mengecualikan segala sesuatu selain-Nya, yaitu para makhluk.
▫️Frasa "بما يختص به" karakteristik khusus yang menjelaskan bahwa pengesaan dan tauhid berkaitan erat dengan aspek-aspek kekhususan, dalam hal kesempurnaan dan pokoknya.
▫️Frasa "من الربوبية والألوهية والأسماء والصفات" merupakan karakteristik khusus yang mendefinisikan dan menyorot hal-hal yang berkaitan dengan pemaknaan tauhid secara syar'i.
▫️Frasa "ونفيها عما سواه" merupakan batasan yang mewujudkan salah satu rukun tauhid, yaitu penafian (النفي). Tujuannya adalah menyempurnakan esklusifitas Allah dengan segala sesuatu yang bisa menyempurnakan tauhid.
Sumber: al-Muntaqa min al-Maslak ar-Rasyid, Prof. Dr. Sulthan al-Umairi
#tauhid
Please open Telegram to view this post
VIEW IN TELEGRAM
PENOLAK BALA
Syaikh Abdul Aziz ath-Tharifi menuturkan,
أكثر ما يدفع البلاء حسن الظن بالله مع الدعاء، ففي الحديث القدسي قال ﷲ تعالى (أنا عند ظن عبدي بي وأنا معه إذا دعاني)
"Hal utama yang bisa menolak bala adalah berprasangka baik kepada Allah sembari berdo'a. Dalam hadits qudsi, Allah ta'ala berfirman,
أنا عند ظن عبدي بي وأنا معه إذا دعاني
"Aku mengikuti persangkaan hamba terhadap-Ku dan Aku akan membersamainya selama dia berdo'a kepada-Ku." [HR. Muslim]
#tauhid
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
Syaikh Abdul Aziz ath-Tharifi menuturkan,
أكثر ما يدفع البلاء حسن الظن بالله مع الدعاء، ففي الحديث القدسي قال ﷲ تعالى (أنا عند ظن عبدي بي وأنا معه إذا دعاني)
"Hal utama yang bisa menolak bala adalah berprasangka baik kepada Allah sembari berdo'a. Dalam hadits qudsi, Allah ta'ala berfirman,
أنا عند ظن عبدي بي وأنا معه إذا دعاني
"Aku mengikuti persangkaan hamba terhadap-Ku dan Aku akan membersamainya selama dia berdo'a kepada-Ku." [HR. Muslim]
#tauhid
Please open Telegram to view this post
VIEW IN TELEGRAM
SETIAP KETETAPAN ALLAH ADALAH BAIK BAGI ORANG BERIMAN
Syaikh Abdul Aziz ath-Tharifi menuturkan,
لا يُقدّر الله شراً للمؤمن، إذا حرمه ما يُحب أو أنزل به ما يكره فلأنهما يؤلان به إلى خيرٍ، ولكن الإنسان يُسيء الظن بربه فيَحرمه حُسن العاقبة
"Allah tidak menakdirkan keburukan bagi orang beriman. Apabila Allah menghalangi dari sesuatu yang diinginkan atau menurunkan sesuatu yang dibenci, maka itu karena keduanya akan menghantarkan hamba pada kebaikan. Sayangnya, manusia kerap berprasangka buruk pada Allah, sehingga ia pun tak memperoleh kesudahan yang baik."
#tauhid
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
Syaikh Abdul Aziz ath-Tharifi menuturkan,
لا يُقدّر الله شراً للمؤمن، إذا حرمه ما يُحب أو أنزل به ما يكره فلأنهما يؤلان به إلى خيرٍ، ولكن الإنسان يُسيء الظن بربه فيَحرمه حُسن العاقبة
"Allah tidak menakdirkan keburukan bagi orang beriman. Apabila Allah menghalangi dari sesuatu yang diinginkan atau menurunkan sesuatu yang dibenci, maka itu karena keduanya akan menghantarkan hamba pada kebaikan. Sayangnya, manusia kerap berprasangka buruk pada Allah, sehingga ia pun tak memperoleh kesudahan yang baik."
#tauhid
Please open Telegram to view this post
VIEW IN TELEGRAM
TAK SELAMANYA MELUPAKAN SANG PUJAAN ITU TERCELA
Ibnu Hazm azh-Zhahiri menuturkan,
والسلو في التجزئة الجملية ينقسم قسمين:
١ - سلو طبيعي وهو المسمى بالنسيان، يخلو به القلب ويفرغ به البال، ويكون الإنسان كأنه لم يحب قط؛ وهذا القسم ربما لحق صاحبه الذم لأنه نسيان حادث عن أخلاق مذمومة، وعن أسباب غير موجبة استحقاق النسيان، وستأتي مبينة إن شاء الله تعالى، وربما لم تلحقه اللائمة لعذر صحيح.
٢ - والثاني سلو تطبعي، قهر النفس، وهو المسمى بالتصبر، فترى المرء يظهر التجلد وفي قلبه أشد لدغاً من وخز الإشفى، ولكنه يرى بعض الشر أهون من بعض، أو يحاسب نفسه بحجة لا تصرف ولا تكسر؛ وهذا قسم لا يذم آتيه، ولا يلام فاعله لأنه لا يحدث إلا عن عظيمة، ولا يقع إلا عن فادحة، إما لسبب لا يصبر على مثله الأحرار، وإما لخطب لا مرد له تجري به الأقدار، وكفاك من الموصوف به أنه ليس بناس لكنه ذاكر، وذو حنين واقف على العهد، ومتجرع مرارات الصبر
"Melupakan sang pujaan itu ada dua macam.
🔸Pertama, lupa yang terjadi secara alamiah. Lupa jenis ini biasa disebut nisyan. Dalam keadaan nisyan, hati dan pikiran seseorang benar-benar hampa. Ia merasa seolah tak pernah jatuh cinta. Lupa jenis ini merupakan sifat tercela. Sebab, umumnya, disebabkan oleh tabiat buruk si pelupa. Di samping itu, hal-hal yang dilupakan pun semestinya bukanlah hal-hal yang gampang dilupakannya. Meskipun demikian, jika alasan kelupaannya dapat dibenarkan, ia tak usah dinilai sebagai orang yang tercela. Penjelasan selengkapnya mengenai hal ini, insya Allah, akan saya paparkan pada bab-bab berikutnya.
🔸Kedua, lupa yang diusahakan. Caranya, dengan berusaha sedemikian rupa untuk menaklukkan nafsunya. Lupa jenis ini disebut tashabbur (berusaha menyabarlan diri). Orang yang berbuat demikian, ia akan tetap tampak tegar, meskipun hatinya menderita. Ia berpikiran, pada masa yang akan datang, sangat mungkin dirinya akan mengalami peristiwa yang lebih menyakitkan ketimbang peristiwa yang kini menimpanya. Oleh karena itu, ia berusaha tetap tegar dalam menghadapi peristiwa yang tengah menderanya.
Sikap demikian bukanlah sikap tercela. Sikap demikian justru muncul karena adanya kemuliaan akhlak dalam dirinya. Ia juga muncul lantaran peristiwa berat yang menimpanya memang memerlukan kesabaran. Misalnya, berupa sebuah peristiwa mahadahsyat yang malah orang tertegar sekalipun tak tahan menghadapinya. Atau berupa suratan takdir yang tak dapat dielakkannya, kematian, misalnya.
Saya tidak menyebut orang yang berlaku demikian dengan sebutan nasin (sang pelupa). Akan tetapi, saya menyebutnya orang yang selalu ingat (dzakir), atau orang yang memelihara kenangan (dzu banin), atau orang yang teguh memegang janji (waqif 'ala al-'ahdi), dan atau orang yang tetap sabar dalam menghadapi kejadian-kejadian pahit (mutajazzi murarat ash-shabr)." [Thauq al-Hamamah]
#nasihat
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
Ibnu Hazm azh-Zhahiri menuturkan,
والسلو في التجزئة الجملية ينقسم قسمين:
١ - سلو طبيعي وهو المسمى بالنسيان، يخلو به القلب ويفرغ به البال، ويكون الإنسان كأنه لم يحب قط؛ وهذا القسم ربما لحق صاحبه الذم لأنه نسيان حادث عن أخلاق مذمومة، وعن أسباب غير موجبة استحقاق النسيان، وستأتي مبينة إن شاء الله تعالى، وربما لم تلحقه اللائمة لعذر صحيح.
٢ - والثاني سلو تطبعي، قهر النفس، وهو المسمى بالتصبر، فترى المرء يظهر التجلد وفي قلبه أشد لدغاً من وخز الإشفى، ولكنه يرى بعض الشر أهون من بعض، أو يحاسب نفسه بحجة لا تصرف ولا تكسر؛ وهذا قسم لا يذم آتيه، ولا يلام فاعله لأنه لا يحدث إلا عن عظيمة، ولا يقع إلا عن فادحة، إما لسبب لا يصبر على مثله الأحرار، وإما لخطب لا مرد له تجري به الأقدار، وكفاك من الموصوف به أنه ليس بناس لكنه ذاكر، وذو حنين واقف على العهد، ومتجرع مرارات الصبر
"Melupakan sang pujaan itu ada dua macam.
🔸Pertama, lupa yang terjadi secara alamiah. Lupa jenis ini biasa disebut nisyan. Dalam keadaan nisyan, hati dan pikiran seseorang benar-benar hampa. Ia merasa seolah tak pernah jatuh cinta. Lupa jenis ini merupakan sifat tercela. Sebab, umumnya, disebabkan oleh tabiat buruk si pelupa. Di samping itu, hal-hal yang dilupakan pun semestinya bukanlah hal-hal yang gampang dilupakannya. Meskipun demikian, jika alasan kelupaannya dapat dibenarkan, ia tak usah dinilai sebagai orang yang tercela. Penjelasan selengkapnya mengenai hal ini, insya Allah, akan saya paparkan pada bab-bab berikutnya.
🔸Kedua, lupa yang diusahakan. Caranya, dengan berusaha sedemikian rupa untuk menaklukkan nafsunya. Lupa jenis ini disebut tashabbur (berusaha menyabarlan diri). Orang yang berbuat demikian, ia akan tetap tampak tegar, meskipun hatinya menderita. Ia berpikiran, pada masa yang akan datang, sangat mungkin dirinya akan mengalami peristiwa yang lebih menyakitkan ketimbang peristiwa yang kini menimpanya. Oleh karena itu, ia berusaha tetap tegar dalam menghadapi peristiwa yang tengah menderanya.
Sikap demikian bukanlah sikap tercela. Sikap demikian justru muncul karena adanya kemuliaan akhlak dalam dirinya. Ia juga muncul lantaran peristiwa berat yang menimpanya memang memerlukan kesabaran. Misalnya, berupa sebuah peristiwa mahadahsyat yang malah orang tertegar sekalipun tak tahan menghadapinya. Atau berupa suratan takdir yang tak dapat dielakkannya, kematian, misalnya.
Saya tidak menyebut orang yang berlaku demikian dengan sebutan nasin (sang pelupa). Akan tetapi, saya menyebutnya orang yang selalu ingat (dzakir), atau orang yang memelihara kenangan (dzu banin), atau orang yang teguh memegang janji (waqif 'ala al-'ahdi), dan atau orang yang tetap sabar dalam menghadapi kejadian-kejadian pahit (mutajazzi murarat ash-shabr)." [Thauq al-Hamamah]
#nasihat
Please open Telegram to view this post
VIEW IN TELEGRAM
🔸Apakah ada orang kaya yang tak bahagia?
▫️Iya, bahkan banyak kita saksikan.
🔸Apakah ada orang terkenal yang tak bahagia?
▫️Iya, bahkan banyak kita saksikan.
🔸 Apakah ada pejabat yang tak bahagia?
▫️Iya, bahkan banyak kita saksikan.
Mengapa hal itu terjadi?
Hal ini dijawab oleh Ibnu al-Jauzi. Beliau menyatakan,
لأن غموم القلب لا توازيها لذة مال ولا لذة مطعم
"Kegelisahan yang ada di hati tak mampu diatasi oleh kelezatan yang berasal dari harta dan makanan."
Itulah mengapa ada kaidah yang menyatakan:
لا يمكن أن يسعد البدن أبدا بدون سعادة القلب والروح
"Fisik tak akan bahagia, jika hati dan jiwa pun tak bahagia."
#fikihjiwa
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
▫️Iya, bahkan banyak kita saksikan.
🔸Apakah ada orang terkenal yang tak bahagia?
▫️Iya, bahkan banyak kita saksikan.
🔸 Apakah ada pejabat yang tak bahagia?
▫️Iya, bahkan banyak kita saksikan.
Mengapa hal itu terjadi?
Hal ini dijawab oleh Ibnu al-Jauzi. Beliau menyatakan,
لأن غموم القلب لا توازيها لذة مال ولا لذة مطعم
"Kegelisahan yang ada di hati tak mampu diatasi oleh kelezatan yang berasal dari harta dan makanan."
Itulah mengapa ada kaidah yang menyatakan:
لا يمكن أن يسعد البدن أبدا بدون سعادة القلب والروح
"Fisik tak akan bahagia, jika hati dan jiwa pun tak bahagia."
#fikihjiwa
Please open Telegram to view this post
VIEW IN TELEGRAM
Pilar-Pilar Tauhid (Rakaiz at-Tauhid)
Pilar tauhid didefinisikan sebagai perkara esensial yang di atasnya berdiri hakikat tauhid.
Sebagian ulama kontemporer menamakan hal ini dengan rukun tauhid.
Tauhid dalam konsep syariát berdiri di atas dua pilar atau rukun, yaitu:
1⃣ Penetapan (الإثبات). Artinya menetapkan seluruh aspek kekhususan yang wajib dimiliki Allah taála dalam rububiyah, uluhiyah, dan asma wa shifat.
2⃣ Penafian (النفي). Artinya menafikan keterlibatan (al-musyarakah) selain Allah dalam aspek-aspek yang wajib dimiliki atau dikhususkan bagi Allah semata.
Tauhid harus berdiri di atas dua pilar ini karena penetapan semata tidak mencegah keterlibatan selain Allah dalam aspek-aspek yang wajib dimiliki atau dikhususkan bagi Allah semata.
Demikian pula, penafian semata tidak menghasilkan penetapan kesempurnaan dan kekhususan bagi Allah taála. Penafian semata tanpa penetapan hanya menunjukkan ketiadaan.
Kombinasi antara kedua pilar ini, penetapan dan penafian, merupakan hal yang penting dan mencakup seluruh jenis tauhid, karena hakikat tauhid berdiri di atasnya.
Oleh karena itu, al-Quran acapkali mengombinasikan penetapan dan penafian ini dalam menauhidkan Allah taála.
Sebagai contoh, berkaitan dengan tauhid asma wa shifat, Allah taála berfirman,
لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌۚ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [Asy-Syura:11]
Berkaitan dengan tauhid ibadah (tauhid uluhiyah) kombinasi ini lebih sering disebutkan. Terkadang penafian disebutkan terlebih dahulu, dan demikian pula sebaliknya.
Sebagai contoh, firman Allah taála,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ
“Sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah dan jauhilah tagut!” ” [An-Nahl:36]
Allah taála berfirman,
فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَاۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
“Siapa yang ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al-Baqarah:256]
#tauhid
Sumber: al-Muntaqa min al-Maslak ar-Rasyid, Prof. Dr. Sulthan al-Umairi
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
Pilar tauhid didefinisikan sebagai perkara esensial yang di atasnya berdiri hakikat tauhid.
Sebagian ulama kontemporer menamakan hal ini dengan rukun tauhid.
Tauhid dalam konsep syariát berdiri di atas dua pilar atau rukun, yaitu:
1⃣ Penetapan (الإثبات). Artinya menetapkan seluruh aspek kekhususan yang wajib dimiliki Allah taála dalam rububiyah, uluhiyah, dan asma wa shifat.
2⃣ Penafian (النفي). Artinya menafikan keterlibatan (al-musyarakah) selain Allah dalam aspek-aspek yang wajib dimiliki atau dikhususkan bagi Allah semata.
Tauhid harus berdiri di atas dua pilar ini karena penetapan semata tidak mencegah keterlibatan selain Allah dalam aspek-aspek yang wajib dimiliki atau dikhususkan bagi Allah semata.
Demikian pula, penafian semata tidak menghasilkan penetapan kesempurnaan dan kekhususan bagi Allah taála. Penafian semata tanpa penetapan hanya menunjukkan ketiadaan.
Kombinasi antara kedua pilar ini, penetapan dan penafian, merupakan hal yang penting dan mencakup seluruh jenis tauhid, karena hakikat tauhid berdiri di atasnya.
Oleh karena itu, al-Quran acapkali mengombinasikan penetapan dan penafian ini dalam menauhidkan Allah taála.
Sebagai contoh, berkaitan dengan tauhid asma wa shifat, Allah taála berfirman,
لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌۚ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [Asy-Syura:11]
Berkaitan dengan tauhid ibadah (tauhid uluhiyah) kombinasi ini lebih sering disebutkan. Terkadang penafian disebutkan terlebih dahulu, dan demikian pula sebaliknya.
Sebagai contoh, firman Allah taála,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ
“Sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah dan jauhilah tagut!” ” [An-Nahl:36]
Allah taála berfirman,
فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَاۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
“Siapa yang ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al-Baqarah:256]
#tauhid
Sumber: al-Muntaqa min al-Maslak ar-Rasyid, Prof. Dr. Sulthan al-Umairi
Please open Telegram to view this post
VIEW IN TELEGRAM
Syaikh Abdul Aziz ath-Tharifi menuturkan,
العزّة بالتقوى فما عزّ فرعونَ سلطانُه ولا قارونَ مالُه ولا أبا لهب نسبُه
"Kemuliaan diperoleh dengan ketakwaan. Kekuasaan tidaklah menjadikan Fir'aun mulia. Harta tidaklah menjadikan Qarun mulia. Dan nasab tidaklah menjadikan Abu Lahab mulia."
#nasihat
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
العزّة بالتقوى فما عزّ فرعونَ سلطانُه ولا قارونَ مالُه ولا أبا لهب نسبُه
"Kemuliaan diperoleh dengan ketakwaan. Kekuasaan tidaklah menjadikan Fir'aun mulia. Harta tidaklah menjadikan Qarun mulia. Dan nasab tidaklah menjadikan Abu Lahab mulia."
#nasihat
Please open Telegram to view this post
VIEW IN TELEGRAM
المخيف أن يمدحكَ الناس شرقاً وغرباً وأنت عند الله لا شيء
"Hal yang mengkhawatirkan adalah engkau dipuji sana sini, sementara di sisi Allah kau tak berarti."
#nasihat
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
"Hal yang mengkhawatirkan adalah engkau dipuji sana sini, sementara di sisi Allah kau tak berarti."
#nasihat
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
2042 - KEUTAMAAN DAN AMALAN DI BULAN DZULHIJJAH - EBook.pdf
546.2 KB
Document from Ichwan Muslim
ORANG-ORANG YANG TERPEDAYA
Al-Imam, Al-Ghazzali rahimahullah menuturkan,
وفرق المغترين كثيرة ولكن يجمعهم أربعة أصناف
الصنف الأول من العلماء
الصنف الثاني من العباد
الصنف الثالث من المتصوفة
الصنف الرابع من أرباب الأموال
المغتر من كل صنف فرق كثيرة وجهات غرورهم مختلفة فمنهم من رأى المنكر معروفاً كالذي يتخذ المسجد ويزخرفها من المال الحرام ومنهم من لم يميز بين ما يسعى فيه لنفسه وبين ما يسعى فيه لله تعالى كالواعظ الذي غرضه القبول والجاه ومنهم من يترك الأهم ويشتغل بغيره ومنهم من يترك الفرض ويشتغل بالنافلة ومنهم من يترك اللباب ويشتغل بالقشر كالذي يكون همه في الصلاة مقصوراً على تصحيح مخارج الحروف إلى غير ذلك من مداخل لا تتضح إلا بتفصيل الفرق وضرب الأمثلة
"Pada hakikatnya, kelompok-kelompok orang yang terkelabui (tersentuh sifat ghurur), cukup banyak, namun dapat dihimpun dalam empat jenis.
Pertama, dari kalangan ulama. Kedua, dari kalangan ahli ibadah. Ketiga, dari kalangan sufi (ahli suluk). Keempat, dari kalangan hartawan.
Arah ghurur mereka pun beragam. Di antara mereka ada yang memandang suatu kemungkaran sebagai kebaikan. Misalnya, membangun masjid-masjid serta menghiasianya dengan berbagai hiasan, dengan menggunakan uang haram.
Di antara mereka ada pula yang tidak dapat membedakan antara suatu usaha yang dilakukan demi kepentingan diri sendiri dan yang dilakukan demi Allah ta'ala.
Contohnya, ahli dakwah yang tujuannya agar diterima secara luas dan memperoleh kedudukan tinggi dalam masyarakat.
Ada pula yang meninggalkan apa yang lebih penting sementara menyibukkan dirinya dengan sesuatu yang lain.
Ada lagi yang meninggalkan sesuatu yang bersifat wajib dan mengerjakan yang bersifat anjuran. Atau meninggalkan perkara "isi" dan menyibukkan diri dengan perkara "kulit".
Contohnya, orang yang seluruh perhatiannya dalam shalat, hanya tertuju kepada bagaimana memperbaiki pengucapan huruf dalam bacaan, (sementara ia mengabaikan cara bagaimana dapat mengerjakan shalatnya itu dengan khusyu').
Masih banyak lagi hal-hal yang tidak dapat dijelaskan kecuali dengan merinci kelompok-kelompok tersebut serta memberikan contoh-contoh tentangnya." [Ihya Ulum ad-Din, diakses dari tautan: https://shamela.ws/book/9472/1125#p1]
#fikihjiwa
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
Al-Imam, Al-Ghazzali rahimahullah menuturkan,
وفرق المغترين كثيرة ولكن يجمعهم أربعة أصناف
الصنف الأول من العلماء
الصنف الثاني من العباد
الصنف الثالث من المتصوفة
الصنف الرابع من أرباب الأموال
المغتر من كل صنف فرق كثيرة وجهات غرورهم مختلفة فمنهم من رأى المنكر معروفاً كالذي يتخذ المسجد ويزخرفها من المال الحرام ومنهم من لم يميز بين ما يسعى فيه لنفسه وبين ما يسعى فيه لله تعالى كالواعظ الذي غرضه القبول والجاه ومنهم من يترك الأهم ويشتغل بغيره ومنهم من يترك الفرض ويشتغل بالنافلة ومنهم من يترك اللباب ويشتغل بالقشر كالذي يكون همه في الصلاة مقصوراً على تصحيح مخارج الحروف إلى غير ذلك من مداخل لا تتضح إلا بتفصيل الفرق وضرب الأمثلة
"Pada hakikatnya, kelompok-kelompok orang yang terkelabui (tersentuh sifat ghurur), cukup banyak, namun dapat dihimpun dalam empat jenis.
Pertama, dari kalangan ulama. Kedua, dari kalangan ahli ibadah. Ketiga, dari kalangan sufi (ahli suluk). Keempat, dari kalangan hartawan.
Arah ghurur mereka pun beragam. Di antara mereka ada yang memandang suatu kemungkaran sebagai kebaikan. Misalnya, membangun masjid-masjid serta menghiasianya dengan berbagai hiasan, dengan menggunakan uang haram.
Di antara mereka ada pula yang tidak dapat membedakan antara suatu usaha yang dilakukan demi kepentingan diri sendiri dan yang dilakukan demi Allah ta'ala.
Contohnya, ahli dakwah yang tujuannya agar diterima secara luas dan memperoleh kedudukan tinggi dalam masyarakat.
Ada pula yang meninggalkan apa yang lebih penting sementara menyibukkan dirinya dengan sesuatu yang lain.
Ada lagi yang meninggalkan sesuatu yang bersifat wajib dan mengerjakan yang bersifat anjuran. Atau meninggalkan perkara "isi" dan menyibukkan diri dengan perkara "kulit".
Contohnya, orang yang seluruh perhatiannya dalam shalat, hanya tertuju kepada bagaimana memperbaiki pengucapan huruf dalam bacaan, (sementara ia mengabaikan cara bagaimana dapat mengerjakan shalatnya itu dengan khusyu').
Masih banyak lagi hal-hal yang tidak dapat dijelaskan kecuali dengan merinci kelompok-kelompok tersebut serta memberikan contoh-contoh tentangnya." [Ihya Ulum ad-Din, diakses dari tautan: https://shamela.ws/book/9472/1125#p1]
#fikihjiwa
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
VID-20240601-WA0025.mp4
2.1 MB
Bismillah
*PENERIMAAN SANTRI BARU (PSB) MIAN*
_(Angkatan ke-3 Tahun Ajaran 2024/2025)_
Akan Segera *DIBUKA* ✅
_➡️Ayo Persiapkan Diri Antum_
*Ma'had Imam An-Nawawi (MIAN),*
Cisauk - Tangerang
Nantikan Informasi Lengkap Selanjutnya, Follow :
📱𝗜𝗚 : _*mian.cisauk*_
📺𝗬𝗧 : _*mian.cisauk*_
🌏𝗪𝗲𝗯 : _*www.mian.or.id*_
*PENERIMAAN SANTRI BARU (PSB) MIAN*
_(Angkatan ke-3 Tahun Ajaran 2024/2025)_
Akan Segera *DIBUKA* ✅
_➡️Ayo Persiapkan Diri Antum_
*Ma'had Imam An-Nawawi (MIAN),*
Cisauk - Tangerang
Nantikan Informasi Lengkap Selanjutnya, Follow :
📱𝗜𝗚 : _*mian.cisauk*_
📺𝗬𝗧 : _*mian.cisauk*_
🌏𝗪𝗲𝗯 : _*www.mian.or.id*_
إنما كانت دفوفهم نحو الغرابيل، وغناؤهم إنشاد أشعار الجاهلية في أيام حروبهم وما أشبه ذلك، فمن قاس على ذلك سماع أشعار الغَزَل مع الدفوف المصلصلة فقد أخطأ غاية الخطأ، وقاس مع ظهور الفرق بين الفرع والأصل
"Rebana mereka (kaum jahiliyah) hanyalah seperti saringan tepung yang melingkar. Nyanyian mereka sekadar melantunkan sya'ir-sya'ir jahiliyah di hari-hari peperangan. Kesalahan besar ketika hal itu dianalogikan dengan mendengarkan sya'ir-sya'ir percintaan (gazal) yang diiringi rebana bergemerincing. Orang yang mengamini analogi itu justru menyamakan kasus pokok dan kasus cabang padahal ada perbedaan besar antara keduanya." [Ibnu Rajab al-Hanbali, Nuzhah al-Asma' fi Masalah as-Sama' diakses dari https://shamela.ws/book/13619/1238#p1]
#nasihat
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
"Rebana mereka (kaum jahiliyah) hanyalah seperti saringan tepung yang melingkar. Nyanyian mereka sekadar melantunkan sya'ir-sya'ir jahiliyah di hari-hari peperangan. Kesalahan besar ketika hal itu dianalogikan dengan mendengarkan sya'ir-sya'ir percintaan (gazal) yang diiringi rebana bergemerincing. Orang yang mengamini analogi itu justru menyamakan kasus pokok dan kasus cabang padahal ada perbedaan besar antara keduanya." [Ibnu Rajab al-Hanbali, Nuzhah al-Asma' fi Masalah as-Sama' diakses dari https://shamela.ws/book/13619/1238#p1]
#nasihat
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
2043 - RAMBU-RAMBU BERKURBAN - EBook.pdf
526.6 KB
Document from Ichwan Muslim
2 Analogi Setan agar Manusia Terpedaya
Terdapat dua analogi setan yang bisa menyesatkan manusia.
Pertama, bahwasanya dunia adalah sesuatu yang bersifat "tunai", sedangkan akhirat bersifat "ditangguhkan". Pernyataan ini memang benar substansinya.
Kedua, bahwasanya sesuatu yang bersifat "tunai" lebih baik daripada sesuatu yang bersifat "ditangguhkan".
Pernyataan kedua inilah yang menimbulkan penilaian yang keliru sehingga manusia bisa terjerumus.
Seandainya yang "tunai" itu sama persis seperti yang "ditangguhkan" dalam hasil dan akibat, maka pernyataan kedua memang dapat dibenarkan.
Tetapi jika hasil dari yang "tunai" itu lebih sedikit dari hasil yang "ditangguhkan", maka tentu yang "ditangguhkan" itu adalah lebih baik.
Sumber: Kitab Dzamm al-Ghurur, Ihya Ulum ad-Diin, al-Ghazaali
#fikihjiwa
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
Terdapat dua analogi setan yang bisa menyesatkan manusia.
Pertama, bahwasanya dunia adalah sesuatu yang bersifat "tunai", sedangkan akhirat bersifat "ditangguhkan". Pernyataan ini memang benar substansinya.
Kedua, bahwasanya sesuatu yang bersifat "tunai" lebih baik daripada sesuatu yang bersifat "ditangguhkan".
Pernyataan kedua inilah yang menimbulkan penilaian yang keliru sehingga manusia bisa terjerumus.
Seandainya yang "tunai" itu sama persis seperti yang "ditangguhkan" dalam hasil dan akibat, maka pernyataan kedua memang dapat dibenarkan.
Tetapi jika hasil dari yang "tunai" itu lebih sedikit dari hasil yang "ditangguhkan", maka tentu yang "ditangguhkan" itu adalah lebih baik.
Sumber: Kitab Dzamm al-Ghurur, Ihya Ulum ad-Diin, al-Ghazaali
#fikihjiwa
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
KEYAKINAN RAPUH ATEIS
Sahabat Ali ibn Abi Thalib radhiallahu 'anhu pernah berkata kepada sekelompok ateis,
إن كان ما قلته حقا فقد تخلصت وتخلصنا وإن كان ما قلناه حقاً فقد تخلصنا وهلكت
"Jika apa yang anda katakan (bahwa akhirat itu tidak ada) itu memang benar, maka anda akan selamat begitu pula kami (orang beriman). Tetapi jika yang kami katakan (tentang adanya akhirat) itulah yang benar, maka kami akan selamat, sementara anda akan binasa."
Al-Ghazzali rahimahullah menerangkan,
وما قال هذا عن شك منه في الآخرة ولكن كلم الملحد على قدر عقله وبين له أنه وإن لم يكن متيقناً فهو مغرور
"Tentunya beliau (Ali ibn Abi Thalib) tidak mengatakan hal seperti itu disebabkan masih ragu tentang keberadaan akhirat. Beliau berbicara demikian, agar sesuai dengan jalan pikiran si ateis. Dengan itu beliau ingin menekankan bahwa kalaupun si ateis belum merasa yakin tentang keberadaan akhirat, namun setidaknya ia adalah seorang yang terkelabui oleh jalan pikirannya sendiri yang keliru." [Ihya Ulum ad-Diin]
#fikihjiwa
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
Sahabat Ali ibn Abi Thalib radhiallahu 'anhu pernah berkata kepada sekelompok ateis,
إن كان ما قلته حقا فقد تخلصت وتخلصنا وإن كان ما قلناه حقاً فقد تخلصنا وهلكت
"Jika apa yang anda katakan (bahwa akhirat itu tidak ada) itu memang benar, maka anda akan selamat begitu pula kami (orang beriman). Tetapi jika yang kami katakan (tentang adanya akhirat) itulah yang benar, maka kami akan selamat, sementara anda akan binasa."
Al-Ghazzali rahimahullah menerangkan,
وما قال هذا عن شك منه في الآخرة ولكن كلم الملحد على قدر عقله وبين له أنه وإن لم يكن متيقناً فهو مغرور
"Tentunya beliau (Ali ibn Abi Thalib) tidak mengatakan hal seperti itu disebabkan masih ragu tentang keberadaan akhirat. Beliau berbicara demikian, agar sesuai dengan jalan pikiran si ateis. Dengan itu beliau ingin menekankan bahwa kalaupun si ateis belum merasa yakin tentang keberadaan akhirat, namun setidaknya ia adalah seorang yang terkelabui oleh jalan pikirannya sendiri yang keliru." [Ihya Ulum ad-Diin]
#fikihjiwa
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial