Apakah Tipu Daya Wanita Lebih Berbahaya dari Tipu Daya Setan?
Allah ta'ala berfirman melalui lisan al-'Aziz perihal wanita,
إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ
"... sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar." [QS.Yusuf:28]
Sedangkan perihal setan, Allah ta'ala berfirman,
إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
"... sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah." [QS.An-Nisa:76]
Sebagian orang terkadang memahami, berdasarkan riwayat dari ulama juga, bahwa tipu daya wanita lebih hebat daripada tipu daya setan dengan berdalilkan kedua ayat di atas.
Selain itu, mereka juga mendukung pernyataan tersebut dengan ucapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada 'Aisyah radhiallahu 'anha,
إِنَّكُنَّ صَوَاحِبُ يُوسُفَ
"Sungguh kalian ini seperti para wanita dalam kisah Yusuf." [HR.Al-Bukhari]
Demikian pula, pemahaman ini berdalilkan suatu hadits yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang bersabda,
إن كيد النساء أعظم من كيد الشيطان لأن الله تعالى يقول: (إن كيد الشيطان كان ضعيفا) وقال: (إن كيدكن عظيم)).
"Tipu daya wanita lebih besar dari pada tipu daya setan, karena Allah ta'ala berfirman,
إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
"... sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah." [QS.An-Nisa:76]
dan Dia juga berfirman,
إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ
"... sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar." [QS.Yusuf:28]" [Diriwayatkan al-Qurthubi dalam Tafsirnya]
Kesimpulan yang tepat adalah perbandingan kedua tipu daya tersebut sama sekali tidak disebutkan dalam al-Quran; karena keduanya disebutkan dalam konteks yang berbeda, sehingga tidak sepatutnya memisahkan redaksi kedua ayat tersebut dari konteks yang ada.
Dalam surat Yusuf, tipu daya wanita disebutkan sebagai bentuk perbandingan dengan tipu daya pria. Tidak diragukan bahwa jika dibandingkan dengan pria, tipu daya wanita lebih besar. Allah ta'ala mengisyaratkan hal ini juga melalui perkataan Yusuf 'alaihi as-salam,
وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ
"Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh". [QS.Yusuf:33]
Sementara tipu daya setan yang disebutkan di surat an-Nisa ayat 76 memiliki konteks perbandingan dengan tipu daya Allah ta'ala dan pertolongan-Nya kepada para hamba yang beriman. Tentu, dalam konteks ini, tipu daya setan sangat lemah di hadapan tipu daya Allah ta'ala.
Hal ini bisa dipahami dengan baik jika kita memperhatikan redaksi dan konteks kedua ayat tersebut secara lengkap.
Selain itu, tipu daya wanita pada hakikatnya merupakan turunan atau cabang dari tipu daya setan. Setanlah yang mendikte dan membisiki mereka untuk melakukan tipu daya. Itulah yang terjadi pada Adam 'alaihi as-salam hingga dikeluarkan dari surga.
Adapun pendalilan dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits al-Bukhari, maka hadits tersebut hanya menetapkan eksistensi tipu daya wanita dan bukan menyatakan tipu daya mereka lebih hebat dari tipu daya setan.
Adapun riwayat al-Qurthubi, maka derajat riwayat tersebut lemah dan sama sekali tidak tercantum dalam kitab induk hadits.
Berdasarkan hal di atas, maka tidak boleh mengasosiasikan atau membandingkan kedua ayat tersebut. Hendaknya kedua ayat di atas dipahami sesuai konteksnya.
Wallahu a'lam.
#tadabbur
Allah ta'ala berfirman melalui lisan al-'Aziz perihal wanita,
إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ
"... sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar." [QS.Yusuf:28]
Sedangkan perihal setan, Allah ta'ala berfirman,
إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
"... sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah." [QS.An-Nisa:76]
Sebagian orang terkadang memahami, berdasarkan riwayat dari ulama juga, bahwa tipu daya wanita lebih hebat daripada tipu daya setan dengan berdalilkan kedua ayat di atas.
Selain itu, mereka juga mendukung pernyataan tersebut dengan ucapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada 'Aisyah radhiallahu 'anha,
إِنَّكُنَّ صَوَاحِبُ يُوسُفَ
"Sungguh kalian ini seperti para wanita dalam kisah Yusuf." [HR.Al-Bukhari]
Demikian pula, pemahaman ini berdalilkan suatu hadits yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang bersabda,
إن كيد النساء أعظم من كيد الشيطان لأن الله تعالى يقول: (إن كيد الشيطان كان ضعيفا) وقال: (إن كيدكن عظيم)).
"Tipu daya wanita lebih besar dari pada tipu daya setan, karena Allah ta'ala berfirman,
إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
"... sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah." [QS.An-Nisa:76]
dan Dia juga berfirman,
إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ
"... sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar." [QS.Yusuf:28]" [Diriwayatkan al-Qurthubi dalam Tafsirnya]
Kesimpulan yang tepat adalah perbandingan kedua tipu daya tersebut sama sekali tidak disebutkan dalam al-Quran; karena keduanya disebutkan dalam konteks yang berbeda, sehingga tidak sepatutnya memisahkan redaksi kedua ayat tersebut dari konteks yang ada.
Dalam surat Yusuf, tipu daya wanita disebutkan sebagai bentuk perbandingan dengan tipu daya pria. Tidak diragukan bahwa jika dibandingkan dengan pria, tipu daya wanita lebih besar. Allah ta'ala mengisyaratkan hal ini juga melalui perkataan Yusuf 'alaihi as-salam,
وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ
"Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh". [QS.Yusuf:33]
Sementara tipu daya setan yang disebutkan di surat an-Nisa ayat 76 memiliki konteks perbandingan dengan tipu daya Allah ta'ala dan pertolongan-Nya kepada para hamba yang beriman. Tentu, dalam konteks ini, tipu daya setan sangat lemah di hadapan tipu daya Allah ta'ala.
Hal ini bisa dipahami dengan baik jika kita memperhatikan redaksi dan konteks kedua ayat tersebut secara lengkap.
Selain itu, tipu daya wanita pada hakikatnya merupakan turunan atau cabang dari tipu daya setan. Setanlah yang mendikte dan membisiki mereka untuk melakukan tipu daya. Itulah yang terjadi pada Adam 'alaihi as-salam hingga dikeluarkan dari surga.
Adapun pendalilan dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits al-Bukhari, maka hadits tersebut hanya menetapkan eksistensi tipu daya wanita dan bukan menyatakan tipu daya mereka lebih hebat dari tipu daya setan.
Adapun riwayat al-Qurthubi, maka derajat riwayat tersebut lemah dan sama sekali tidak tercantum dalam kitab induk hadits.
Berdasarkan hal di atas, maka tidak boleh mengasosiasikan atau membandingkan kedua ayat tersebut. Hendaknya kedua ayat di atas dipahami sesuai konteksnya.
Wallahu a'lam.
#tadabbur
SALAH SATU KELEMBUTAN AL-QURAN
Setiap kali Allah menyebutkan seorang nabi, Dia menyatakan bahwa ia adalah saudara bagi kaumnya.
Allah berfirman perihal Hud 'alaihi as-salam,
وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا
"Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud." [QS.Hud:50]
Allah ta'ala berfirman perihal Shalih 'alaihi as-salam,
وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا
"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shalih." [QS.Al-A’raf:73]
Allah ta'ala berfirman perihal Syu'aib 'alaihi as-salam,
وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا
"Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib." [QS.Hud:84]
Pakar tafsir menjelaskan bahwa penyebutan sifat saudara pada diri nabi itu dikarenakan rasa sayangnya kepada kaum mereka layaknya rasa sayang kepada saudara sendiri.
Ketika kita menasihati dan mendakwahi manusia apalagi saudara seiman, selayaknya nasihat itu dilandasi rasa sayang sebagaimana rasa sayang para nabi kepada kaum mereka; bukan dengan cacian, makian, umpatan, nyinyiran, dan hal yang semisal.
Wallahu a'lam.
#tadabbur
Setiap kali Allah menyebutkan seorang nabi, Dia menyatakan bahwa ia adalah saudara bagi kaumnya.
Allah berfirman perihal Hud 'alaihi as-salam,
وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا
"Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud." [QS.Hud:50]
Allah ta'ala berfirman perihal Shalih 'alaihi as-salam,
وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا
"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shalih." [QS.Al-A’raf:73]
Allah ta'ala berfirman perihal Syu'aib 'alaihi as-salam,
وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا
"Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib." [QS.Hud:84]
Pakar tafsir menjelaskan bahwa penyebutan sifat saudara pada diri nabi itu dikarenakan rasa sayangnya kepada kaum mereka layaknya rasa sayang kepada saudara sendiri.
Ketika kita menasihati dan mendakwahi manusia apalagi saudara seiman, selayaknya nasihat itu dilandasi rasa sayang sebagaimana rasa sayang para nabi kepada kaum mereka; bukan dengan cacian, makian, umpatan, nyinyiran, dan hal yang semisal.
Wallahu a'lam.
#tadabbur
KABAR GEMBIRA BAGI PENUNTUT ILMU
Tidakkah kita memperhatikan kelembutan syari'at ini dalam sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة. رواه مسلم
“Setiap orang yang menempuh jalan guna menimba ilmu, niscaya Allah akan mudahkan jalan menuju ke surga baginya berkat amalan tersebut.” [HR. Muslim]
Sabda Nabi "من سلك طريقا يلتمس فيه" ini semestinya menghibur hati para penuntut ilmu bahwa ia akan dan tetap memperoleh pahala dengan upaya yang ia keluarkan untuk menuntut ilmu meskipun pada akhirnya ia belum memahami ilmu itu dengan baik.
Dalam sabdanya tersebut, kemudahan menuju surga, tidak dipersyaratkan dengan tercapainya suatu ilmu (al-wushul), tapi dipersyaratkan dengan upaya yang dikeluarkan untuk memperoleh ilmu (as-suluk).
Wallahu a'lam.
#tadabbur
Tidakkah kita memperhatikan kelembutan syari'at ini dalam sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة. رواه مسلم
“Setiap orang yang menempuh jalan guna menimba ilmu, niscaya Allah akan mudahkan jalan menuju ke surga baginya berkat amalan tersebut.” [HR. Muslim]
Sabda Nabi "من سلك طريقا يلتمس فيه" ini semestinya menghibur hati para penuntut ilmu bahwa ia akan dan tetap memperoleh pahala dengan upaya yang ia keluarkan untuk menuntut ilmu meskipun pada akhirnya ia belum memahami ilmu itu dengan baik.
Dalam sabdanya tersebut, kemudahan menuju surga, tidak dipersyaratkan dengan tercapainya suatu ilmu (al-wushul), tapi dipersyaratkan dengan upaya yang dikeluarkan untuk memperoleh ilmu (as-suluk).
Wallahu a'lam.
#tadabbur
BAHAYA MENGULANGI DOSA
Allah ta'ala berfirman,
وَمَنْ عَادَ فَيَنْتَقِمُ اللَّهُ مِنْهُ
"Dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya." [QS.Al-Maidah:95]
Firman Allah ta'ala di atas berkaitan dengan seorang yang membunuh binatang buruan ketika berihram.
Menurut anda, bagaimana kiranya penerapan firman Allah di atas terhadap dosa-dosa besar yang kita lakukan dan ulangi? Dosa-dosa besar yang tidak "seringan" perkara membunuh binatang buruan?
Keduanya tentu mendapatkan ancaman siksaan Allah karena memiliki kesamaan dalam hal menyelisihi perintah Allah secara sengaja, padahal Allah telah melarangnya.
#tadabbur
Allah ta'ala berfirman,
وَمَنْ عَادَ فَيَنْتَقِمُ اللَّهُ مِنْهُ
"Dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya." [QS.Al-Maidah:95]
Firman Allah ta'ala di atas berkaitan dengan seorang yang membunuh binatang buruan ketika berihram.
Menurut anda, bagaimana kiranya penerapan firman Allah di atas terhadap dosa-dosa besar yang kita lakukan dan ulangi? Dosa-dosa besar yang tidak "seringan" perkara membunuh binatang buruan?
Keduanya tentu mendapatkan ancaman siksaan Allah karena memiliki kesamaan dalam hal menyelisihi perintah Allah secara sengaja, padahal Allah telah melarangnya.
#tadabbur
LUPAKAN DAN TUTUPI
Perilaku yang patut diteladani adalah melupakan dan menutup keburukan orang lain ketika telah bertaubat.
Allah ta'ala berfirman,
وَقَدْ أَحْسَنَ بِىٓ إِذْ أَخْرَجَنِى مِنَ ٱلسِّجْنِ
"Sesungguhnya Rabb-ku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara." [QS.Yusuf:100]
Yusuf 'alaihi as-salam menceritakan kepada ayahnya, Ya'qub 'alaihi as-salam, perihal kebaikan Allah ta'ala yang telah menyelamatkannya dari penjara; tanpa menceritakan ia pernah dijerumuskan ke dasar sumur oleh para saudaranya.
#tadabbur
Perilaku yang patut diteladani adalah melupakan dan menutup keburukan orang lain ketika telah bertaubat.
Allah ta'ala berfirman,
وَقَدْ أَحْسَنَ بِىٓ إِذْ أَخْرَجَنِى مِنَ ٱلسِّجْنِ
"Sesungguhnya Rabb-ku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara." [QS.Yusuf:100]
Yusuf 'alaihi as-salam menceritakan kepada ayahnya, Ya'qub 'alaihi as-salam, perihal kebaikan Allah ta'ala yang telah menyelamatkannya dari penjara; tanpa menceritakan ia pernah dijerumuskan ke dasar sumur oleh para saudaranya.
#tadabbur
TAK PERLU BERALASAN
Salah satu penghinaan kepada orang kafir di hari kiamat adalah ia tidak diperkenankan mengemukakan alasan atas kekufurannya.
Sekadar mengemukakan alasan saja tidak boleh, apalagi alasan itu akan diterima.
Allah ta'ala berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَا تَعْتَذِرُوا الْيَوْمَۗ
"Wahai orang-orang kafir! Janganlah kamu mengemukakan alasan pada hari ini." [QS.At-Tahrim:7]
#tadabbur
Salah satu penghinaan kepada orang kafir di hari kiamat adalah ia tidak diperkenankan mengemukakan alasan atas kekufurannya.
Sekadar mengemukakan alasan saja tidak boleh, apalagi alasan itu akan diterima.
Allah ta'ala berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَا تَعْتَذِرُوا الْيَوْمَۗ
"Wahai orang-orang kafir! Janganlah kamu mengemukakan alasan pada hari ini." [QS.At-Tahrim:7]
#tadabbur
Allah ta'ala berfirman,
ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتّٰى عَفَوْا وَّقَالُوْا قَدْ مَسَّ اٰبَاۤءَنَا الضَّرَّاۤءُ وَالسَّرَّاۤءُ فَاَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ٩٥
"Kemudian, Kami ganti penderitaan itu dengan kesenangan (sehingga keturunan dan harta mereka) bertambah banyak. Lalu, mereka berkata, “Sungguh, nenek moyang kami telah merasakan penderitaan dan kesenangan.” Maka, Kami timpakan siksaan atas mereka dengan tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadari." [QS.Al-A'raf:95]
Tafsir Ayat
ثم بدلناهم بعد الأخذ بالبؤس والمرض خيرًا وسعة وأمنًا حتى كثرت أعدادهم، ونمت أموالهم، وقالوا: ما أصابنا من الشر والخير هو عادة مُطَّرِدة أصابت أسلافنا من قبل، ولم يدركوا أن ما أصابهم من نِقَم يُراد به الاعتبار، وما أصابهم من نعم يُراد به الاستدراج، فأخذناهم بالعذاب فجأة وهم لا يشعرون بالعذاب ولا يترقبونه
"Kemudian Kami ganti kesulitan hidup dan penyakit yang mereka derita itu dengan kebaikan, kekayaan, dan kedamaian, hingga jumlah mereka bertambah banyak dan harta mereka berlimpah ruah. Lalu mereka berkata, “Nasib buruk dan nasib baik yang kami alami itu adalah tradisi yang selalu dialami oleh para pendahulu kami di masa lalu.” Mereka tidak menyadari bahwa penderitaan yang mereka alami itu dimaksudkan untuk dijadikan sebagai pelajaran dan mereka tidak pula mengerti bahwa nikmat yang mereka terima adalah istidraj bagi mereka. Oleh sebab itu, Kami hukum mereka dengan azab yang tiba-tiba sedangkan mereka tidak pernah menyadarinya dan tidak pernah mengira datangnya azab itu." [Al-Mukhtashar fi Tafsir al-Quran al-Karim]
Faidah Ayat
أحد أسباب العذاب والانتقام: الغفلة عن حكمة الله في أفعاله وسننه وتحويلها من كونها مظاهر للاعتبار والتفكر والشكر إلى مجرد تنظيرات وحسابات جافة خالية من روح الإيمان
"Salah satu sebab yang mengundang siksa dan murka Allah adalah lalai menangkap hikmah Allah yang terdapat dalam perbuatan dan ketetapan-Nya; serta memalingkan fungsinya dari fenomena yang bisa menjadi sumber untuk memetik pelajaran, merenung, dan bersyukur menjadi sekadar objek observasi dan perhitungan yang kering dan kosong dari ruh keimanan."
#tadabbur
ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتّٰى عَفَوْا وَّقَالُوْا قَدْ مَسَّ اٰبَاۤءَنَا الضَّرَّاۤءُ وَالسَّرَّاۤءُ فَاَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ٩٥
"Kemudian, Kami ganti penderitaan itu dengan kesenangan (sehingga keturunan dan harta mereka) bertambah banyak. Lalu, mereka berkata, “Sungguh, nenek moyang kami telah merasakan penderitaan dan kesenangan.” Maka, Kami timpakan siksaan atas mereka dengan tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadari." [QS.Al-A'raf:95]
Tafsir Ayat
ثم بدلناهم بعد الأخذ بالبؤس والمرض خيرًا وسعة وأمنًا حتى كثرت أعدادهم، ونمت أموالهم، وقالوا: ما أصابنا من الشر والخير هو عادة مُطَّرِدة أصابت أسلافنا من قبل، ولم يدركوا أن ما أصابهم من نِقَم يُراد به الاعتبار، وما أصابهم من نعم يُراد به الاستدراج، فأخذناهم بالعذاب فجأة وهم لا يشعرون بالعذاب ولا يترقبونه
"Kemudian Kami ganti kesulitan hidup dan penyakit yang mereka derita itu dengan kebaikan, kekayaan, dan kedamaian, hingga jumlah mereka bertambah banyak dan harta mereka berlimpah ruah. Lalu mereka berkata, “Nasib buruk dan nasib baik yang kami alami itu adalah tradisi yang selalu dialami oleh para pendahulu kami di masa lalu.” Mereka tidak menyadari bahwa penderitaan yang mereka alami itu dimaksudkan untuk dijadikan sebagai pelajaran dan mereka tidak pula mengerti bahwa nikmat yang mereka terima adalah istidraj bagi mereka. Oleh sebab itu, Kami hukum mereka dengan azab yang tiba-tiba sedangkan mereka tidak pernah menyadarinya dan tidak pernah mengira datangnya azab itu." [Al-Mukhtashar fi Tafsir al-Quran al-Karim]
Faidah Ayat
أحد أسباب العذاب والانتقام: الغفلة عن حكمة الله في أفعاله وسننه وتحويلها من كونها مظاهر للاعتبار والتفكر والشكر إلى مجرد تنظيرات وحسابات جافة خالية من روح الإيمان
"Salah satu sebab yang mengundang siksa dan murka Allah adalah lalai menangkap hikmah Allah yang terdapat dalam perbuatan dan ketetapan-Nya; serta memalingkan fungsinya dari fenomena yang bisa menjadi sumber untuk memetik pelajaran, merenung, dan bersyukur menjadi sekadar objek observasi dan perhitungan yang kering dan kosong dari ruh keimanan."
#tadabbur
ALASAN MENGAPA RASUL BERASAL DARI KALANGAN MANUSIA
Allah ta'ala berfirman,
وَقَالُواْ لَوۡلَآ أُنزِلَ عَلَيۡهِ مَلَكٞۖ وَلَوۡ أَنزَلۡنَا مَلَكٗا لَّقُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ ثُمَّ لَا يُنظَرُونَ
"Dan mereka berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat?" dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat, tentulah selesai urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun)." [QS.Al-An'am:8]
Tafsir Ayat
وقال هؤلاء الكافرون: لو أنزل الله مع محمد ملكًا يكلمنا ويشهد أنه رسول لآمنَّا. ولو أنزلنا ملكًا على الوصف الذي أرادوا لأهلكناهم إذا لم يؤمنوا، ولا يُمْهَلُونَ للتوبة إذا نَزَلَ
"Orang-orang kafir itu akan berkata, “Seandainya Allah menurunkan bersama Muhammad seorang malaikat yang berbicara dengan kami dan bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang rasul pasti kami akan beriman kepadanya.” Seandainya Kami benar-benar menurunkan seorang malaikat seperti yang mereka inginkan, niscaya Kami akan membinasakan mereka apabila mereka tidak mau beriman dan mereka tidak akan diberi kesempatan untuk bertobat ketika malaikat tersebut turun."
Faidah Ayat
من رحمة الله بعباده أن لم ينزل لهم رسولًا من الملائكة لأنهم لا يمهلون للتوبة إذا نزل
"Di antara rahmat Allah bagi hamba-hamba-Nya ialah Dia tidak menurunkan seorang rasul dari jenis malaikat karena mereka tidak akan diberi kesempatan untuk bertobat apabila malaikat itu sudah turun."
#tadabbur #tafsir
Allah ta'ala berfirman,
وَقَالُواْ لَوۡلَآ أُنزِلَ عَلَيۡهِ مَلَكٞۖ وَلَوۡ أَنزَلۡنَا مَلَكٗا لَّقُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ ثُمَّ لَا يُنظَرُونَ
"Dan mereka berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat?" dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat, tentulah selesai urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun)." [QS.Al-An'am:8]
Tafsir Ayat
وقال هؤلاء الكافرون: لو أنزل الله مع محمد ملكًا يكلمنا ويشهد أنه رسول لآمنَّا. ولو أنزلنا ملكًا على الوصف الذي أرادوا لأهلكناهم إذا لم يؤمنوا، ولا يُمْهَلُونَ للتوبة إذا نَزَلَ
"Orang-orang kafir itu akan berkata, “Seandainya Allah menurunkan bersama Muhammad seorang malaikat yang berbicara dengan kami dan bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang rasul pasti kami akan beriman kepadanya.” Seandainya Kami benar-benar menurunkan seorang malaikat seperti yang mereka inginkan, niscaya Kami akan membinasakan mereka apabila mereka tidak mau beriman dan mereka tidak akan diberi kesempatan untuk bertobat ketika malaikat tersebut turun."
Faidah Ayat
من رحمة الله بعباده أن لم ينزل لهم رسولًا من الملائكة لأنهم لا يمهلون للتوبة إذا نزل
"Di antara rahmat Allah bagi hamba-hamba-Nya ialah Dia tidak menurunkan seorang rasul dari jenis malaikat karena mereka tidak akan diberi kesempatan untuk bertobat apabila malaikat itu sudah turun."
#tadabbur #tafsir
JANGAN REMEHKAN AMALAN HATI
Allah ta'ala berfirman,
قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ
"Ya Rabb-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai." [QS.Al-Ahqaf:15]
Ar-Razi menuturkan,
قدَّم الشكر على العمل، لأن الشكر من أعمال القلوب، والعملُ من أعمال الجوارح، وعملُ القلب أشرفُ من عمل الجارحة
"Dalam ayat ini, kata syukur disebutkan lebih dulu daripada kata amal, karena syukur adalah amalan hati sedangkan amal adalah amalan fisik; dan amalan hati lebih mulia daripada amalan fisik." [Mafatih al-Ghaib 19/28]
#tadabbur #tafsir
Allah ta'ala berfirman,
قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ
"Ya Rabb-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai." [QS.Al-Ahqaf:15]
Ar-Razi menuturkan,
قدَّم الشكر على العمل، لأن الشكر من أعمال القلوب، والعملُ من أعمال الجوارح، وعملُ القلب أشرفُ من عمل الجارحة
"Dalam ayat ini, kata syukur disebutkan lebih dulu daripada kata amal, karena syukur adalah amalan hati sedangkan amal adalah amalan fisik; dan amalan hati lebih mulia daripada amalan fisik." [Mafatih al-Ghaib 19/28]
#tadabbur #tafsir
CACAT BERLOGIKA ADALAH SUMBER KEBURUKAN
Bukan kesombongan yang menjadi sebab awal dikeluarkannya iblis dari surga. Kesombongan iblis hanyalah natijah dari analogi yang dilakukannya secara keliru.
Iblis menganggap api lebih baik dari tanah sehingga menganggap dirinya lebih mulia melebihi Adam 'alaihi as-salam.
Padahal, Ibnu al-Qayyim menyatakan tanah lebih unggul dari api. Api bersifat membinasakan dan merusak; berbeda halnya dengan tanah yang bersifat menumbuhkan dan mengadakan.
Jangan salah dalam berlogika sehingga berujung pada keburukan.
Allah ta'ala berfirman,
قَالَ مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَۗ قَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْن
"Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?” Ia (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” [QS.Al-A'raaf:12]
#tadabbur
Bukan kesombongan yang menjadi sebab awal dikeluarkannya iblis dari surga. Kesombongan iblis hanyalah natijah dari analogi yang dilakukannya secara keliru.
Iblis menganggap api lebih baik dari tanah sehingga menganggap dirinya lebih mulia melebihi Adam 'alaihi as-salam.
Padahal, Ibnu al-Qayyim menyatakan tanah lebih unggul dari api. Api bersifat membinasakan dan merusak; berbeda halnya dengan tanah yang bersifat menumbuhkan dan mengadakan.
Jangan salah dalam berlogika sehingga berujung pada keburukan.
Allah ta'ala berfirman,
قَالَ مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَۗ قَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْن
"Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?” Ia (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” [QS.Al-A'raaf:12]
#tadabbur