Belajar Tauhid
2.96K subscribers
464 photos
32 videos
305 files
1.48K links
Terima kasih telah bergabung dengan Chanel Belajar Tauhid dan semoga materi yang ada bermanfaat bagi kita semua.
.
Link e-Book & e-Paper Belajar Tauhid: http://bit.ly/ebook-gratis-belajartauhid
.
Salam 'alaikum
Download Telegram
CINTA ALLAH TAPI TERUS BERMAKSIAT

Terkadang kita melihat sebagian orang yang menyatakan cinta kepada Allah, air matanya berlinang ketika mengingat-Nya, pun rindu bertemu dengan-Nya; meski demikian kecintaan tersebut tidak mampu mencegahnya dari perbuatan dosa.

Mengapa?

Penyebab hal tersebut adalah kecintaan yang bermanfaat, yang mampu menjauhkan pemiliknya dari dosa adalah kecintaan yang disertai pengagungan dan pemuliaan terhadap Allah ta'ala.

Adapun kecintaan yang sekedar diisi dengan kerinduan kepada Allah dan semisalnya terkadang tidak mampu menghantarkan pemiliknya untuk meninggalkan dosa.

Ibnu al-Qayyim menuturkan,

وها هنا لطيفة يجب التنبه لها، وهي أن المحبة المجردة لا توجب هذا الأثر ما لم تقترن بإجلال المحبوب وتعظيمه؛ فإذا قارنها الإجلال والتعظيم أوجبت هذا الحياءَ والطاعةَ، وإلا فالمحبة الخالية عنهما إنما توجب نوعَ أنسٍ، وانبساط، وتذكر، واشتياق. ولهذا يتخلف أثرها ومُوجَبُها، ويفتش العبد قلبه فيرى نوع محبة لله، ولكن لا تحمله على ترك معاصيه، وسبب ذلك تجرّدها عن الإجلال والتعظيم؛ فما عَمَرَ القلبَ شيءٌ كالمحبة المقترنة بإجلال الله وتعْظيمه

"Ada hal penting yang harus diperhatikan, yaitu kecintaan semata tidak menghasilkan efek (meninggalkan dosa) selama tidak diiringi dengan pemuliaan dan pengagungan terhadap Dzat yang dicintai.

Oleh karena itu, jika pemuliaan dan pengagungan mengiringi kecintaan tersebut, niscaya akan tumbuhlah rasa malu dan sikap menaati. Jika tidak, maka kecintaan yang kosong dari pemuliaan dan pengagungan hanya akan menumbuhkan rasa tenang, gembira, mengingat, dan rindu.

Efek dan dampaknya tak terasa. Ketika hamba mengecek hatinya, ia akan menjumpai bahwa memang ada kecintaan kepada Allah, namun ternyata hal itu tidak mampu mendorongnya untuk meninggalkan kemaksiatan. Penyebabnya adalah karena kecintaan itu kosong dari sikap memuliakan dan mengagungkan Allah.

Tak ada suatu apa pun yang mampu menghidupkan hati selain kecintaan yang diiringi dengan pemuliaan dan pengagungan kepada Allah ta'ala." [Thariq al-Hijratain]

#tauhid
#nasihat
SUJUD KEPADA SELAIN ALLAH

Syaikh Abdurrahman al-Mu'allimi rahimahullah menyampaikan,

ليس السجود للمخلوق بأمر واحد، بل ثلاثة أمور: إن أنزل الله به سلطانًا كان إيمانًا، وإن لم ينزل به فإن لم يقصد به التدين كان معصية، وإن قصد به التدين كان كذبا على الله تعالى وشركا

"Sujud yang ditujukan pada makhluk tak terbatas pada satu bentuk, bahkan terbagi ke dalam tiga bentuk.

Apabila sujud itu didukung bukti dari Allah (diperintahkan) maka melakukannya adalah wujud keimanan.

Apabila sujud itu tidak didukung dalil, namun tidak diniatkan ibadah, maka melakukannya termasuk kemaksiatan.

Apabila sujud itu diniatkan ibadah, maka melakukannya merupakan bentuk kedustaan terhadap agama Allah dan termasuk syirik."

Sumber: Raf'u al-Isytibah 'an Ma'na al-'Ibadah wa al-Ilah wa Tahqiq Ma'na at-Tauhid wa asy-Syirk bi Allah hal. 3-4

#tauhid
Please open Telegram to view this post
VIEW IN TELEGRAM
Please open Telegram to view this post
VIEW IN TELEGRAM
Please open Telegram to view this post
VIEW IN TELEGRAM
KETIKA TAKUT KEPADA MAKHLUK LEBIH BESAR

من كان فقيها فإنه سيخاف من الله أكثر من خوفه من الناس، ومن وجد أن من ديدنه أن يخاف الناس أكثر من خوفه من الله فليراجع فقهه لصفات ربه، فإن ذلك دواؤه، لأن من عرف عظمة الله سيدفع بهذه المعرفة مخاوفه من كل ماسواه في كل ما يعتريه

"Seorang yang fakih pasti akan lebih takut kepada Allah daripada manusia. Setiap orang yang menjumpai dirinya lebih takut kepada manusia daripada Allah, hendaknya mengoreksi pengetahuannya terhadap sifat-sifat Allah. Pengetahuan (makrifat) itulah obat bagi penyakit tersebut. Setiap orang yang mengenal keagungan Allah, niscaya pengenalan tersebut akan mendorongnya untuk takut kepada Allah melebihi siapa pun dalam setiap problematika yang dihadapinya."

Sumber: https://t.me/zadaltareq/2211

#tauhid
BETUL-BETUL MERUGI

Allah ta'ala berfirman,


وَإِن مِّن شَىْءٍ إِلَّا عِندَنَا خَزَآئِنُهُ

"Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya (perbendaharaannya)." [QS.Al-Hijr:21]

وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

"Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi." [QS.Al-Munafiqun:7]

قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" [QS.Al-Mukminun:88]

Hal yang sangat mengherankan adalah seorang tidak memanjatkan do'a dan beribadah kepada Ilah yang Mahaagung, yang memiliki sifat seperti di atas.

Lantas memanjatkan do'a dan beribadah kepada jin, penghuni kubur, berhala, orang shalih, malaikat dan makhluk yang lain.

Sungguh kerugian yang sangat nyata.

#tauhid
#tadabbur
JAWABAN SINGKAT ATAS PERTANYAAN "SIAPA YANG MENCIPTAKAN ALLAH?" (1)

Atheis seringkali menolak bukti keberadaan Allah dengan pertanyaan "siapakah yang menciptakan Allah?"

Pertanyaan ini sendiri secara substansi tidak valid, tidak tepat.

Pertanyaan itu serupa dengan pertanyaan: "Apakah durasi kehamilan seorang pria sama dengan wanita, yaitu selama 9 bulan?"; "Berapa berat derajat suhu?"; dan semisalnya.

Pertanyaan itu merupakan pertanyaan tentang Pencipta dengan sesuatu yang tidak mungkin, yaitu mempertanyakan Sang Pencipta dengan kriteria yang dimiliki makhluk. Allah adalah Sang Khalik yang tak mungkin merupakan makhluk sehingga bisa dipertanyakan siapa yang telah menciptakan-Nya?

Permasalahan yang ada pada pertanyaan tersebut terletak pada penyetaraan Sang Khalik dan makhluk. Selain itu, kesalahan terletak pada penyetaraan antara pernyataan yang berbunyi "setiap yang terjadj/yang bermula pasti ada yang mengadakan" dan pernyataan sebagian orang yang berbunyi "setiap yang wujud pasti ada yang mewujudkan". Kedua penyetaraan tersebut keliru.

Salah satu indikasi invaliditas pertanyaan tersebut adalah pertanyaan ini menyiratkan bahwa alam semesta ini sama sekali tidak ada.

Dapat dipahami bahwa pertanyaan "Siapakah yang menciptakan Allah?" tidak lebih penting dari pertanyaan "Siapakah yang menciptakan Pencipta Allah?" atau pertanyaan "Siapakah yang menciptakan Pencipta dari Pencipta Allah?" dan seterusnya.

Menempuh metode di atas hanya akan berujung pada hasil bahwa alam semesta ini tidak akan pernah memiliki eksistensi, karena eksistensi Pencipta alam semesta ini akan bergantung pada eksistensi Pencipta yang terdahulu, dan Pencipta yang terdahulu juga bergantung pada eksistensi Pencipta sebelumnya, dan demikian seterusnya hingga menjadi rangkaian tanpa akhir.

Hal ini melazimkan Pencipta alam semesta ini tidak akan pernah eksis karena tidak ada Pencipta Pertama (First Creator), dimana rangkaian itu berhenti dan menjadi sumber makhluk yang pertama. Dengan demikian, rangkaian di atas akan terus berlanjut tanpa akhir yang berujung pada ketiadaan alam semesta kecuali ada Sumber Awal yang tak memiliki permulaan.

Uraian ini menampakkan keagungan al-Quran dan karunia Allah ta'ala kepada kita dengan mengutus Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

al-Quran menyebutkan salah satu nama Allah yang indah adalah al-Awwal (Dzat Yang Mahaawal), seperti termaktub dalam Surat al-Hadid ayat 3.

Demikian juga, di dalam al-Hadits, tercantum dalam do'a Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,

اللَّهُمَّ أَنْتَ الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ

"Ya Allah, Engkaulah Dzat Yang Mahaawal, tidak ada sesuatu pun yang mendahului-Mu." [HR.Muslim]

Semua itu menjelaskan hikmah terapi nabawi yang terdapat dalam hadits shahih berikut,

يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا حَتَّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ

“Setan mendatangi salah seorang di antara kalian dan berkata, ‘Siapa yang menciptakan ini dan itu?’ hingga dia berkata, ‘Siapa yang menciptakan Tuhan-mu?’ Jadi, ketika dia menimbulkan pertanyaan seperti itu, hendaknya seseorang berlindung kepada Allah dan meninggalkan pemikiran seperti itu.” [HR.Al-Bukhari]

Hadits yang terakhir ini menjelaskan bahwa pertanyaan "Siapakah yang menciptakan Allah?" merupakan pertanyaan yang tidak tepat dan memikirkannya tidak akan membuahkan hasil yang positif kecuali merujuk pada _i'tiqad_ yang terdapat pada sifat Allah yang disampaikan dalam teks agama.

-bersambung-

#tauhid
#ateisme
#agnostik
JAWABAN SINGKAT ATAS PERTANYAAN "SIAPA YANG MENCIPTAKAN ALLAH?" (2)

Ibnu Taimiyah menuturkan,

فإذا وصل العبد إلى غاية الغايات، ونهاية النهايات، وجب وقوفه، فإذا طلب بعد ذلك شيئا آخر وجب أن ينتهي، فأمر النبي صلى الله عليه وسلم العبد أن ينتهي مع استجارته بالله من وسواس التسلسل، كما يؤمر كل من حصل نهاية المطلوب وغاية المارد أن ينتهي

"Jika hamba telah mencapai tujuan akhir dan titik akhir, maka ia harus berhenti. Jika setelah itu kemudian ia mencari-cari hal yang lain, maka ia pun wajib berhenti. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan setiap muslim untuk berhenti sembari berlindung kepada Allah dari waswas _at-tasalsul_ sebagaimana setiap orang yang telah mencapai akhir pencarian dan akhir upaya diperintahkan untuk berhenti." [Dar-u at-Ta'arudh Baina al-'Aql wa an-Naql 3/314-315]

Adapun pernyataan *"setiap yang wujud pasti ada yang mewujudkan"* tidaklah tepat karena yang tepat adalah pernyataan *"setiap yang terjadj/yang bermula pasti ada yang mengadakan"* . Eksistensi alam semesta ini telah terbukti kejadiannya sehingga pastilah ada yang mengadakannya.

Syaikh Ahmad Yusuf as-Sayyid dalam Sabighat hal. 79-80

Catatan:
Jawaban terhadap pernyataan "setiap yang wujud pasti ada yanf mewujudkan" dapat dibaca pada artikel berikut: https://islamqa.info/amp/ar/answers/121180

#tauhid
#ateisme
#agnostik
DEFINISI TAUHID

🔸Secara bahasa tauhid berarti eksklusifitas (الانفراد) dan mengesakan (الإفراد).

Frasa "توحد الشيء" berarti eksklusifitas sesuatu itu dari selainnya dan frasa "توحيد الشيء" berarti menjadikan dan menetapkan sesuatu itu eksklusif dari selainnya.

🔸Secara syari'at, tauhid dapat didefinisikan

إفراد الله تعالى بما يختص به من الربوبية والألوهية والأسماء والصفات، ونفيها عما سواه

"Mengesakan Allah dalam aspek-aspek kekhususan-Nya yaitu rububiyah, uluhiyah, dan asma wa shifat; serta menafikan aspek-aspek kekhususan tersebut pada selain-Nya."

▫️Kata "إفراد" merupakan karakteristik umum yang menjelaskan inti perbuatan yang bersumber dari hamba. Hal yang dimaksud adalah makna pengesaan secara syar'i yang mengandung makna penghambaan.

▫️Kata "الله تعالى" mengecualikan segala sesuatu selain-Nya, yaitu para makhluk.

▫️Frasa "بما يختص به" karakteristik khusus yang menjelaskan bahwa pengesaan dan tauhid berkaitan erat dengan aspek-aspek kekhususan, dalam hal kesempurnaan dan pokoknya.

▫️Frasa "من الربوبية والألوهية والأسماء والصفات" merupakan karakteristik khusus yang mendefinisikan dan menyorot hal-hal yang berkaitan dengan pemaknaan tauhid secara syar'i.

▫️Frasa "ونفيها عما سواه" merupakan batasan yang mewujudkan salah satu rukun tauhid, yaitu penafian (النفي). Tujuannya adalah menyempurnakan esklusifitas Allah  dengan segala sesuatu yang bisa menyempurnakan tauhid.

Sumber: al-Muntaqa min al-Maslak ar-Rasyid, Prof. Dr. Sulthan al-Umairi

#tauhid

🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid

🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
Please open Telegram to view this post
VIEW IN TELEGRAM