Belajar Tauhid
2.91K subscribers
462 photos
32 videos
299 files
1.46K links
Terima kasih telah bergabung dengan Chanel Belajar Tauhid dan semoga materi yang ada bermanfaat bagi kita semua.
.
Link e-Book & e-Paper Belajar Tauhid: http://bit.ly/ebook-gratis-belajartauhid
.
Salam 'alaikum
Download Telegram
*Rintangan Hidup*

الواجب علينا في كلِّ حين أن نحذر من العوائق التي تعوق الإنسان في سيره إلى الله وبلوغه رضوانه، وهي عوائق ثلاثة خطيرة : الشرك بالله، والبدعة في الدين, والمعاصي بأنواعها ؛ أما عائق الشرك فإن التخلص منه يتم بإخلاص التوحيد لله وإفراده جلّ وعلا بالعبادة, وأما عائق البدعة فيتم التخلص منه بلزوم السنة والاقتداء بهدي النبي صلى الله عليه وسلم، وأما عائق المعصية فيتم التخلص منها بمجانبتها وبالتوبة النصوح منها عند الوقوع فيها.

"Di setiap saat, kita harus mewaspadai berbagai rintangan yang mampu menghalangi seseorang dalam perjalanan menuju Allah dan meraih ridha-Nya. Ada 3 rintangan yang berbahaya, yaitu menjadikan tandingan bagi Allah (syirik); melakukan inovasi agama (bid'ah); dan kemaksiatan beserta variannya. Syirik bisa diatasi dengan menyempurnakan keikhlasan dan tauhid, bahwa seluruh bentuk ibadah hanyalah patut ditujukan kepada-Nya. Bid'ah dapat dihindari secara sempurna dengan konsisten melazimi sunnah dan meneladani petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Sedangkan kemaksiatan dapat diatasi dengan menjauhinya dan segera bertaubat nasuha ketika telah terjerumus ke dalamnya."

_Asy-Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah_

_Silakan disebarluaskan_

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
[Serial Larangan Akidah] Janganlah bersikap tidak acuh kepada Allah sehingga lebih merasa takut ketika ada orang yang melihat perbuatan dosa kita (1)

Dari Tsauban radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا قَالَ ثَوْبَانُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا

“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih. Kemudian Allah menjadikannya debu yang berterbangan (sia-sia).”
Tsauban bertanya, “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka dan jelaskanlah perihal mereka agar kami tidak menjadi seperti mereka tanpa sadar.”
Beliau bersabda: “Sesungguhnya mereka adalah saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian, tetapi mereka adalah kaum yang jika bersendirian mereka menerjang hal yang diharamkan Allah.” (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh al-Albani)

Penjelasan ringkas

Syaikh Muhammad bin al-Mukhtar asy-Syinqithi rahimahullah mengatakan, “Mereka yang dimaksud dalam hadits ini adalah orang yang meremehkan dan tidak mengacuhkan Allah, sehingga ada perbedaan antara kemaksiatan yang mendatangkan penyesalan dan kemaksiatan yang tidak mendatangkan penyesalan. Ada perbedaan antara orang yang bermaksiat ketika sendiri dan orang yang meremehkan Allah, sehingga kebaikan yang dilakukannya di hadapan manusia layaknya tindakan penuh riya’ yang tak diberi pahala meski bentuknya sebesar gunung.

Apabila berada di tengah-tengah orang shalih, ia menampakkan amalan yang baik karena berharap sesuatu kepada manusia, bukan berharap pahala kepada Allah. Orang ini mengerjakan amal shalih yang besarnya seperti gunung, secara lahiriah amal itu baik, tetapi tatkala bersendirian dia menerjang larangan Allah. Tatkala tersembunyi dari pandangan manusia, dia tidak mengagungkan Allah dan tidak pula takut kepada-Nya.

Kondisi di atas berbeda dengan orang yang bermaksiat ketika bersendirian, namun di dalam hatinya terdapat penyesalan, dia tidak suka perbuatan itu dan membencinya, serta Allah memberikan karunia penyesalan atas kemaksiatan yang telah dilakukan. Orang yang bermaksiat dalam kondisi bersendirian namun merasa menyesal dan merasa terluka atas kemaksiatan yang dilakukan, bukanlah dikatakan sebagai orang yang menerjang larangan Allah karena pada asalnya orang tersebut mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, namun syahwat telah menguasainya sehingga dia pun menyesali kemaksiatan tersebut.

Adapun orang yang disebutkan sebelumnya adalah pribadi yang berkarakter lancang danberani menentang Allah. Inilah makna dari hadits Tsauban mengingat hadits tersebut tidaklah menerangkan perihal satu orang, dua orang atau berbicara tentang kriteria tertentu, namun hadits tersebut menerangkan sifat-sifat secara sempurna.

-bersambung-

#serial_larangan_akidah
[Serial Larangan Akidah] Janganlah bersikap tidak acuh kepada Allah sehingga lebih merasa takut ketika ada orang yang melihat perbuatan dosa kita (2)

Sebagian manusia ada yang bermaksiat tatkala bersendirian dan hatinya memang menentang Allah. Sedangkan yang lain bermaksiat tatkala bersendiri karena takluk akan syahwat, namun jika ditelisik lebih jauh, terkadang keimanan yang dimilikinya mampu mengalahkan syahwat tersebut dan mampu mencegah dirinya untuk bermaksiat. Akan tetapi dalam beberapa kondisi, syahwat membutakannya karena memang syahwat mampu membutakan dan membuat jadi tuli sehingga orang tidak mampu menerima nasehat. Akhirnya dia pun terjerumus ke dalam kemaksiatan dan digelincirkan setan.

Allah berfirman,

إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوا وَلَقَدْ عَفَا اللَّهُ عَنْهُمْ

“Hanya saja mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyantun” (Ali ‘Imraan : 155).

Ayat di atas menerangkan bahwa apabila hamba digelincirkan setan hingga bermaksiat, namun di lubuk hati masih terdapat pengakuan bahwa dirinya telah berbuat dosa dan Allah mengetahui tatkala bermaksiat ada penyesalan dalam dirinya, bahwa ia benci akan kemaksiatan tersebut hingga sebagian di antara mereka ketika bermaksiat ada yang berangan-angan agar dirinya diwafatkan sebelum melakukan kemaksiatan tersebut, maka orang yang demikian ini sebenarnya orang yang masih mengagungkan Allah, akan tetapi dia belum diberi karunia berupa keimanan yang dapat menghalangi dari perbuatan maksiat.

Terkadang Allah mengujinya dengan kemaksiatan tersebut karena dia telah menghina orang lain, durhaka pada orang tua, atau memutus silaturahim sehingga Allah tidak menurunkan rahmat-Nya. Bisa juga dia menyakiti ulama atau salah seorang wali Allah sehingga Allah pun mengumumkan perang terhadap dirinya. Dengan demikian kondisi orang tersebut layaknya seorang yang sedang dihinakan meski dalam hatinya ia tidak ridha terhadap perbuatan tersebut.

Maka, orang yang bermaksiat tatkala bersendirian memiliki beberapa tingkatan. Ada yang bermaksiat dan memang bersikap lancang dan meremehkan Allah. Hal ini seperti tindakan sebagian pendosa ketika bermaksiat, dimana tidak ada seorang pun yang melihat dan memperingati dirinya, dia melakukan kemaksiatan tersebut dengan bangga, angkuh, dan pencemoohan terhadap Allah. Mereka mengucapkan kalimat-kalimat penghinaan dan melakukan berbagai perbuatan yang meremehkan kekuasaan Allah, tatkala seseorang menasehatinya dia pun menolak dengan penuh keangkuhan sehingga dirinya menganggap remeh keagungan Allah, agama dan syari’at-Nya. Orang ini secara lahiriah apabila berada di hadapan manusia dia tetap shalat dan berpuasa, namun jika bersendirian dia bermaksiat dan meremehkan keagungan Allah –wal ‘iyaadzu billah-. Orang yang demikian tentu tidak sama dengan mereka yang terkalahkan oleh syahwat, terfitnah dengan apa yang dilihatnya namun menyadari bahwa kemaksiatan yang dilakukannya dapat membawa musibah dan kehancuran. Dia mengerjakan kemaksiatan tersebut, namun hatinya tidak nyaman dengan maksiat tersebut, merasa terluka dan menyesal ketika telah melakukannya.

Dengan demikian, kandungan hadits Tsauban ini tidak bersifat mutlak. Kandungan dari hadits ini hanya mencakup mereka yang bermaksiat di kala bersendirian dan di dalam dirinya terdapat penentangan dan sikap meremehkan batasan-batasan Allah –wal ‘iyaadzu billah-” (Syarh Zaad al-Mustaq’ni’ nomor pelajaran 332).

#serial_larangan_akidah

♻️ Silakan disebarluaskan

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Sssttt....jangan sering bicarain orang
.
لا تشغلوا أنفسكم بذكر الناس فإنه بلاء وعليكم بذكر الله فإنه رحمة
.
"Membicarakan orang lain itu malapetaka, jangan isi waktumu dengannya. Sering-seringlah ingat Allah (berdzikir) karena itu adalah rahmat."
.
- Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu dalam Mawsu'ah Ibn Abi ad-Dunya -
.
Silakan disebarluaskan
.
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Takkan bisa lolos dari jebakan dan tipu daya setan, kecuali dengan benar-benar menghamba kepada-Nya

Iblis, musuh Allah, mengetahui bahwa hati ibarat poros dan tiang, karena itu ia mengarahkan berbagai godaan kepadanya, mendatanginya dengan membawa berbagai macam daya tarik syahwat, menghiasi berbagai sifat dan perbuatan yang bisa menghalangi hati dari jalan yang benar, memberinya berbagai sarana penyimpangan yang menghalangi dari taufik, serta memasang perangkap dan jerat yang sekiranya tidak berhasil menjebak, setidaknya akan menghambat perjalanan. Tak ada jalan untuk menyelamatkan diri dari jebakan dan tipu daya iblis kecuali dengan senantiasa memohon pertolongan Allah, menempuh jalan yang diridhai-Nya, pasrah dan menghadapkan hati kepada-Nya di dalam gerak maupun diam, serta benar-benar tunduk menghamba (beribadah) kepada-Nya, di mana ketundukan ini merupakan pakaian pertama yang harus dikenakan manusia guna mendapatkan jaminan Allah.

Allah Ta'ala berfirman pada iblis,

إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ

"Sesungguhnya orang-orang yang benar-benar menghamba kepada-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka..." [Al-Hijr : 42]

Penyematan sifat inilah yang memisahkan seorang hamba dari setan. Dan sifat itu terwujud dengan merealisasikan maqam penghambaan ('ubudiyah) kepada Rabb semesta alam, menumbuhkan keikhlasan dalam niat dan melestarikan keyakinan dalam hati. Apabila hati telah memiliki karakter 'ubudiyah dan keikhlasan ini, maka di sisi Allah, pemiliknya termasuk ke dalam golongan yang dekat dengan Allah (al-Muqarrabiin) dan tercakup dalam golongan yang dikecualikan dari godaan kesesatan seperti tersebut dalam firman-Nya,

إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

"...kecuali hamba-hamba Engkau yang berlaku ikhlas di antara mereka." [Al-Hijr : 40]

- Ibnu al-Qayyim rahimahullah dalam Ighatsah al-Lahafan 1/7 -

#fawaaid_wa_duror

Silakan disebarluaskan

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*“Wisata” religi, ke manakah?*

Sering kita mendengar atau membaca tulisan wisata religi, ada yang ke kuburan wali, ada lagi yang ke pantai atau masjid ini atau itu.

Benarkah dalam islam ada “wisata religi”?

Ya, benar ada, namun bukan ke sembarang tempat yang anda suka.

Walaupun penamaan dengan wisata, patut ditinjau ulang.

Lalu ke manakah wisata yang religi itu?

Jawabannya, hanya ke tiga tempat, dan semuanya adalah berupa masjid, bukan asal masjid namun masjid yang ada di negri arab sana.

Adapun di nusantara, maka tidak ada masjid yang layak dijadikan tujuan/destinasi wisata anda.

Kenapa ya?

Karena semua masjid atau tempat sama saja, tidak ada keutamaan spesial pada tempat tersebut, yang ada hanyalah keutamaan amalan anda.

Jadi untuk apa anda jauh jauh ke masjid di banten atau jateng atau jatim, kalau ternyata semua keutamaan yang bisa anda dapat di sana, bisa anda peroleh di masjid dekat rumah anda?

Berbeda dengan ketiga masjid yang ada di arab sana, ada keutamaan spesial pada ketiganya.

Mau tahu ketiga masjid tersebut? Simak hadits berikut:

Abu Sa’id al Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا تشد الرحال إلا إلى ثلاثة مساجد مسجد الحرام ومسجد الأقصى ومسجدي

“Janganlah suatu perjalanan (rihal) diadakan, kecuali ke salah satu dari tiga masjid berikut: Masjidil Haram, masjid Al Aqsha, dan masjidku (Masjid Nabawi).” (Bukhari nomor 1197)

Jadi kalau “wisata religi” yang benar, ya nabung dulu untuk bisa “wisata” ke ketiga masjid tersebut.

Dan kalau sudah punya dananya, ya segera berangkat, jangan lupa ajak serta keluarga anda, semoga bertambah rasa bahagia anda bersamanya selama di sana.

Adapun masjid selainnya, maka lebih bijak bila anda lebih menggiatkan usaha untuk memakmurkan masjid dekat rumah anda, demikian pula kuburan, lebih bijak bila anda sering sering mengunjungi kuburan keluarga anda untuk senantiasa mendoakan mereka, dibanding jauh jauh ke kuburan orang lain.

Semoga bermanfaat.

Dr. Muhammad Arifin Badri

https://www.facebook.com/405218379559341/posts/2577362989011525/
*Rencana tahunan*

Hal terbesar yang dalam mengerjakannya engkau bertawakkal kepada Allah ta’ala adalah beribadah, di mana engkau menanggalkan dan melepaskan andil daya dan upayamu dalam beribadah. Engkau mengucapkan dengan hati sebelum lisanmu berucap,

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

_“(hanya) kepada Engkau-lah kami menyembah dan (hanya) kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan.”_ [al-Fatihah: 5].

Karena itu engkau memohon pertolongan, bertawakkal, dan meminta kekuatan dari Allah ta’ala dalam beribadah kepada-Nya.

Mustahil dan tak tergambarkan, Dia memerintahkanmu agar menyembah dan bertawakkal kepada-Nya, kemudian setelah engkau bertawakkal dalam beribadah, Dia justru menelantarkanmu. Hal yang demikian ini tak mungkin terjadi. Bagaimana bisa, Dia menuntutmu agar engkau menyembah-Nya, kemudian Dia tidak membantumu dalam beribadah padahal Dia begitu cinta terhadap ibadah tersebut?

Perbanyaklah mengucapkan do'a nabawi yang mulia ini,

اللّٰهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

_"Ya Allah bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan memperbaiki ibadahku kepada-Mu.”_ [Hasan. HR. Abu Dawud dan an-Nasaa-i].

Apakah tadi saya memintamu untuk memperbanyak ucapan tersebut?

Maafkan, maksud saya, jangan sekadar mengucapkan. Tapi jadikan ucapan tersebut dalam jadwal harianmu, rencana tahunanmu dan bahkan tujuan hidupmu!

Karena jika Allah tak menolongmu dalam beribadah, niscaya tak akan ada kekuatan lain yang akan menolongmu!

Karena jika Allah tak menolongmu dalam beribadah, niscaya engkau tak akan mampu beribadah!

Karena jika Allah tak menolongmu dalam beribadah, niscaya engkau akan merugi di dunia dan akhirat!

Ibnu al-Qayyim rahimahullah berkata,

وقال شيخ الإسلام ابن تيمية قدس الله روحه : تأملت أنفع الدعاء فإذا هو سؤال العون على مرضاته ، ثم رأيته في الفاتحة في إياك نعبد وإياك نستعين

_“Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah, semoga Allah menyucikan ruhnya, berkata, “Aku telah meneliti doa yang paling bermanfaat, ternyata do’a tersebut adalah do’a memohon pertolongan untuk memperoleh ridha-Nya. Kemudian aku melihat doa itu terdapat dalam surat al-Fatihah pada ayat (yang artinya), “hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.“_
[Madarij as-Salikin].

Beliau juga mengatakan,

إن القلب يعرض له مرضان عظيمان ، إن لم يتداركهما تراميا به إلى التلف ولا بد : وهما الرياء ، والكبر ، فدواء الرياء ب إِيَّاكَ نَعْبُدُ ودواء الكبر ب إِيَّاكَ نَسْتَعِينُ.
وكثيرا ما كنت أسمع شيخ الإسلام ابن تيمية- قدس اللّه روحه- يقول إِيَّاكَ نَعْبُدُ تدفع الرياء وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ تدفع الكبرياء

_“Hati akan terpapar dua jenis penyakit yang akut. Jika hamba tidak menyembuhkannya, maka keduanya pasti akan menggiringnya ke dalam kebinasaan. Kedua penyakit tersebut adalah riya dan kesombongan. Penyakit riya dapat diobati dengan merealisasikan kandungan firman Allah “iyyaka na’budu", sedangkan kesombongan dapat diobati dengan merealisasikan kandungan firman Allah “iyyaka nasta’in.”_

_Sering kali saya mendengar Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah, semoga Allah menyucikan ruhnya, berkata, “iyyaka na’budu” dapat menolak riya dan “iyyaka nasta’in” dapat menolak kesombongan.”_ [Madarij as-Salikin].

Bukankah engkau bisa memperhatikan hal ini berlaku pada shalat yang engkau kerjakan. Demi Allah, jika Dia tak menolongmu, niscaya engkau tak mampu mengerjakannya.

_-Ali al-Faifiy-_

*Sumber: Liannakallah-Rihlah ila as-Samaa as-Saabi'ah*

#rihlah_ke_langit_ke_tujuh

_Silakan disebarluaskan_

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Asy Syakur (Yang Mahabersyukur)

🔸 Hal yang kerap engkau alami. Engkau berbuat baik pada orang lain, namun dia menyangkal? Dia langsung melupakannya! Kebaikan itu sedikit pun tak berpengaruh pada roman wajahnya. Dia tetap membisu!

🔹 Tentu pengalaman yang menyakitkan...

🔸 Kehidupan di dunia penuh dengan mereka yang tidak mengenal kata “terima kasih”. Mereka yang tak mampu mengucapkan, “Semoga Allah membalas kebaikanmu”. Senyuman, tanda terima kasih, seakan-akan barang yang hilang di sisi mereka!

🔹 Tinggalkan mereka! Umurmu begitu berharga jika dihabiskan untuk mencela mereka atau memikirkan istana penyangkalan yang memang menjadi sarang dalam kehidupan mereka!

🔸 Alihkan hatimu pada Allah, asy-Syakur, Yang Mahabersyukur agar engkau dapat menghidupkan kembali bunga-bunga hati yang telah dimusnahkan oleh mereka...

🔹 Hiduplah bersama kandungan nama asy-Syakur. Hayati naungan nama yang agung ini. Hapuskanlah karut-marut kehidupan yang melelahkan dengan nama yang mulia ini...

Jika memberi, Dia mengejutkanmu

Allah ta’ala bersyukur atas amal shalih yang telah dikerjakan hamba-Nya. Kata “amal shalih” tidak memiliki batasan. Keagungan dan keluasannya seakan-akan memenuhi ruang yang terbentang antara langit dan bumi!

Dia-lah Allah ta’ala yang memerintahkanmu beramal shalih yang di dalamnya terkandung kebaikan bagi kehidupan dunia dan akhiratmu.

Karena itu, sebenarnya engkaulah yang mesti bersyukur dan berterima kasih kepada-Nya karena telah membimbingmu untuk beramal shalih, memudahkanmu beramal shalih, memperbaiki kondisimu dengan amal shalih itu. Bukankah demikian? Akan tetapi dengan kedermawanan-Nya, justru Dia yang bersyukur dan berterima kasih kepadamu atas amal shalih itu!

Adakah kedermawanan yang seperti ini? Adakah kemurahan hati yang mendekati hal ini?

Bagaimana Dia berterima kasih kepadamu?

Pertanyaan di atas akan menghabiskan umur tanpa terjawab...
Sebagaimana Dzat Allah yang tak dapat terjangkau oleh mata, demikian pula nama dan sifat-Nya tak mampu terjangkau gambaran dan hakikatnya oleh akal...
Namun, dalam rangka tafakkur dan tadabbur, kita berusaha mengeksplorasi kandungan nama agung ini sehingga memperjelas naungan-Nya dalam kehidupan kita...

Di antara bentuk terima kasih Allah kepadamu adalah:

1⃣ Dia mengampuni dosa dan menutup aib...

2⃣ Dia menyempurnakan berbagai bentuk kebaikan dan melipatgandakan pahalanya...

3⃣ Dia memberikan kesehatan, keselamatan, anak, harta, dan kehidupan yang tenteram...

4⃣ Dia menganugerahimu nama dan reputasi yang baik...

5⃣ Dia mengabulkan permintaanmu, membuatmu merasa kedekatan-Nya, memberikanmu kebahagiaan...

6⃣ Dia menyembuhkanmu dari berbagai penyakit, padahal banyak orang lain yang tidak selamat darinya...

7⃣ Dia menyingkirkan berbagai musibah darimu yang apabila dialami oleh orang lain niscaya mereka akan melemah...

8⃣ Dia yang membimbingmu pada jalan yang haq, sementara begitu banyak orang yang tersesat darinya...

9⃣ Dia yang meneguhkanmu di atas jalan hidayah, padahal begitu banyak hati orang-orang yang lebih cerdas, alim, dan senior dalam keislaman daripada dirimu yang menyimpang dari jalan tersebut!

Sumber: Liannaka Allah Rihlah ila as-Samaa as-Saabi'ah karya Ali al-Faifiy

_Silakan disebarluaskan_

#makrifatullah #asma_wa_shifat #rihlah_ke_langit_ketujuh

https://t.me/ayobelajartauhid/1872
*Ibadah yang butuh kesabaran*

Seluruh kebaikan terkumpul dalam persahabatan yang terjalin bersama orang-orang shalih yang senantiasa mengingat Allah. Bersama mereka dorongan untuk berbuat kebajikan akan bertambah, motifasi untuk berbuat keburukan akan berkurang, dan geliat dakwah akan menggelora. Mereka itulah komunitas yang senantiasa dirindukan oleh rekan-rekan yang pernah duduk bersamanya
.
Dan bergaul dan bercengkerama bersama mereka adalah ibadah yang butuh kesabaran, karena di saat itu terkadang jiwa takkan mampu memenuhi syahwatnya. Demikian pula pada diri orang shalih, jarang kau temui mereka memiliki harta dan kekuasaan, sehingga disitulah kesabaran yang lebih dibutuhkan.
.
Allah Ta'ala berfirman,

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." [Al-Kahf : 28]

#tadabbur

_Silakan disebarluaskan_

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Sesat Pikir

Ketika kalangan yang menampakkan kemewahan adalah para figur publik dan orang-orang yang mengatur kepentingan masyarakat; bukan orang yang memiliki hikmah, ilmu yang bermanfaat, dan logika yang jernih, maka ketahuilah bahwa "biduk perahu" yang ditumpangi mereka takkan mengarah pada "daratan" keselamatan
.
Jangan terpedaya dengan kemewahan orang kafir; jangan pula takjub dengan kemajuan peradaban, ekonomi, dan perdagangan mereka yang pesat. Sungguh semua itu bukanlah tanda bahwa Allah ta'ala ridha dan cinta kepada mereka
.
Dan yang sungguh mengherankan, orang kafir mencegah manusia untuk mengikuti para Rasul, beralasan bahwa Rasul hanyalah manusia biasa, sementara di saat yang sama manusia diseru untuk mengikuti mereka?! Mereka mengabarkan bahwa kehidupan di bawah naungan tauhid adalah sebenar-benar kerugian. Jika demikian, kehidupan apa yang membawa keberuntungan itu?!
.
Allah Ta'ala berfirman,

وَقَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِلِقَاءِ الْآخِرَةِ وَأَتْرَفْنَاهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا مَا هَٰذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ. وَلَئِنْ أَطَعْتُمْ بَشَرًا مِثْلَكُمْ إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ

"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu sekalian mentaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi." [Al-Mukminuun : 33-34]

#tadabbur

_Silakan disebarluaskan_

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Tauhid Sebab Keselamatan
.
Allah telah menanamkan karakter dasar (fitrah) manusia di atas tauhid. Meski di saat lapang manusia melalaikan hal ini, kondisi terdesak akan memaksa mereka untuk kembali ke fitrah. Adalah kaum musyrikin jahiliyah hanya berlindung kepada Allah dan menauhidkan-Nya di kala bencana menyelimuti mereka
.
Dan tidakkah kita menengok kasih sayang Allah kepada orang-orang yang telah menyekutukan-Nya dalam peribadatan di masa yang panjang? Allah memberikan pertolongan ketika mereka menauhidkan-Nya. Bukankah kita sebagai hamba yang menauhidkan Allah Ta'ala dalam segala kondisi semestinya lebih optimis terhadap kasih sayang dan pertolongan-Nya dalam menghadapi segala kesulitan di dunia dan di akhirat?!
.
Allah Ta'ala berfirman,
.
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
.
"Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)" [Al-Ankabut : 65]
.
#tadabbur
.
Silakan disebarluaskan
.
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Singkatnya Kehidupan Dunia

Seandainya seorang benar-benar memahami betapa singkat masa hidup di dunia jika dibandingkan masa yang akan dijalani di akhirat, niscaya dia takkan tertipu dengan kehidupan dunia. Tidak pula bermaksiat dengan alasan minim informasi, bahkan dia akan membekali diri untuk kehidupan akhirat serta tidak berpangku tangan seperti orang yang masa bodoh dengan kehidupan akhirat.

Allah Ta'ala berfirman,

قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا ۖ لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab: 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung'. Allah berfirman: 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'" [Al-Mukminun : 112-114]

#tadabbur

_Silakan disebarluaskan_

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*2 yang Ternafikan dari Penghuni Surga*

Hal pokok yang mengganggu manusia dalam hidup adalah:
.
1⃣ Kesedihan atas peristiwa yang telah lalu
.
2⃣ Ketakutan dan kekhawatiran atas apa yang terjadi di masa depan
.
Keduanya tak akan kita jumpai jika menjadi penghuni surga. Tidakkah kita berhasrat dan berupaya keras untuk menjadi bagiannya?!
.
Allah Ta'ala berfirman,
.
ادْخُلُوا الْجَنَّةَ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلَا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ
.
"...(kepada orang mukmin itu dikatakan): "Masuklah ke dalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak (pula) kamu bersedih hati" [Al-A'raaf : 49]
.
#tadabbur
.
_Silakan disebarluaskan_

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Teman, Bersabarlah...
.
Betapa pun besarnya musibah yang engkau alami, ia akan mengecil seiring waktu. Maka bersabarlah agar engkau meraih pahala orang-orang yang bersabar
.
Hudzaifah radhiallahu 'anhu berkata,
.
إن الله لم يخلق شيئا قط إلا صغيرا ثم يكبر ، إلا المصيبة فإنه خلقها كبيرة ثم تصغر
.
"Sungguh Allah menciptakan segala sesuatu bermula dari kecil kemudian membesar, kecuali musibah yang diciptakan besar kemudian mengecil." [Bahjah al-Majalis hlm. 250]
.
Silakan disebarluaskan
.
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Efek Hidup Mewah

Hidup mewah di dunia merupakan salah satu faktor penyebab kelalaian, atau menimbulkan kesombongan untuk menerima kebenaran. Umumnya penentang kebenaran ajaran agama yang dibawa para rasul adalah para tokoh, pemuka masyarakat, dan bangsawan yang terkenal akan kekayaan dan kekuasaan
.
Allah Ta'ala berfirman,
.
وَقَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِلِقَاءِ الْآخِرَةِ وَأَتْرَفْنَاهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا مَا هَٰذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ
.
"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum." [Al-Mukminun : 33]
.
#tadabbur
.
_Silakan disebarluaskan_
.
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Permisalan yang apik dari Ibnu Taimiyah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

ومِن شأن الجسد إذا كان جائعًا فأخذ من طعامه حاجته ؛ استغنى عن طعام آخر ، حتى لا يأكله - إن أكل منه - إلا بكراهة وتجشُّم، وربما ضره أكلُه، أو لم ينتفع به، ولم يكن هو المغذي له الذي يقيم بدنه، فالعبد إذا أخذ من غير الأعمال المشروعة بعضَ حاجته ؛ قلّت رغبته في المشروع وانتفاعُه به بقدر ما اعتاض من غيره، بخلاف من صرف نهمتَه وهمَّته إلى المشروع ؛ فإنه تعظُم محبتُه له، ومنفعته به، ويتم دينه، ويَكمُل إسلامُه.

"Apabila tubuh mengalami rasa lapar, kemudian diberi makanan sesuai dengan kadar yang dibutuhkan, niscaya ia takkan lagi butuh asupan tambahan. Ia takkan mampu memakannya kecuali dengan terpaksa. Boleh jadi jika dilakukan hal itu menimbulkan efek negatif dan tak bermanfaat sama sekali. Makanan itu bukan menjadi zat gizi yang mampu menegakkan tubuhnya. Begitu pula halnya dengan seorang yang justru melakukan amal ibadah yang tidak dituntunkan. Keinginannya untuk melakukan amal ibadah yang dituntunkan begitu minim. Demikian pula dengan manfaat yang diperolehnya.

ولذا تجد مَن أكثر مِن سماع القصائد لطلب صلاح قلبه ؛ تنقص رغبتُه في سماع القرآن، حتى ربما كرهه ! ومن أكثر من السفر إلى زيارات المشاهد ونحوها ؛ لا يبقى لحج البيت الحرام في قلبه مِن المحبة والتعظيم ما يكون في قلب من وسعته السنة، ومَن أدمن على أخذ الحكمة والآداب من كلام حكماء فارس والروم ؛ لا يبقى لحكمة الإسلام وآدابه في قلبه ذاك الموقع، ومن أدمن قصص الملوك وسِيَرهم ؛ لا يبقى لقصص الأنبياء وسيرهم في قلبه ذاك الاهتمام، ونظير هذا كثير..."

Karena itu anda dapat melihat orang yang kerap mendengarkan qasidah dengan dalih memperbaiki hati, begitu minim keinginannya untuk mendengarkan al-Quran, terkadang ia malah membencinya! Orang yang sering bersafar menziarahi masyahid (kuburan wali) dan tempat semisal, tidak memiliki kecintaan dan pengagungan untuk pergi berhaji ke Baitullah al-Haram seperti yang dimiliki oleh mereka yang mengagungkan Sunnah. Orang yang getol mengambil hikmah dan adab dari perkataan (quote) filsuf Persia dan Romawi, tak tersisa hikmah dan adab Islam dalam hatinya. Orang yang gandrung menelaah kisah dan biografi para raja takkan memiliki perhatian terhadap kisah dan perilaku para Nabi. Permisalan yang seperti ini sangatlah banyak.

📚 Iqtidla ash-Shirath al-Mustaqim 1/542

Silakan disebarluaskan

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Salah satu keutamaan orang miskin

Dari Haritsah bin Wahb radhiallahu ‘anhu bhwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ألا أخبركم بأهل الجنة؟ قالوا: بلي، قال: كل ضعيف متضعف، لو أقسم على الله لأبره

“Maukah kusampaikan kepada kalian tentang ahli surga?” Para sahabat menjawab. “Tentu.” Beliau bersabda, “Orang-orang yang lemah dan diremehkan. Andaikan orang ini bersumpah atas nama Allah (berdoa), pasti Allah kabulkan.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan,

يعني هذه من علامات أهل الجنة ‏أن الإنسان يكون ضعيفا متضعفا ‏أي:لا يهتم بمنصبه أو جاهه ‏أو يسعى إلى علو المنازل في الدنيا
‏ولكن همه كله هو أن يكون ‏عند الله سبحانه وتعالى ذا منزلة كبيرة عالية

"Salah satu ciri penduduk surga adalah miskin dan diremehkan orang karena minim dalam capaian duniawi. Demikian itu karena ia tak begitu perhatian dengan derajat dan kedudukan. Tidak pula ia berupaya untuk mencapai martabat yang terhormat di dunia, karena seluruh obsesinya adalah memiliki kedudukan yang tinggi dan terhormat di sisi Allah Ta'ala." [Syarh Riyadh ash-Shalihin]

Silakan disebarluaskan

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Jangan telantarkan mushafmu!

Dr. Abdul Aziz asy-Syayi' berkata,

‏من الخذلان أن لا تترك رسالة إلا طالعتها، ولا حسابا أو خبرا إلا اطلعت عليه. ويمضي عليك يوم كامل، ولم تقرأ فيه ورقة واحدة من المصحف

قال عثمان رضي الله عنه: "ما أحب أن يأتي عليّ يوم ولا ليلة إلا أنظر في كلام الله -يعني- : القراءة في المصحف"

"Salah satu tanda kehinaan adalah ketika engkau rutin meneliti email, stalking akun, dan membaca berita, namun harimu berlalu tanpa membaca Al-Quran sama sekali. Sahabat Utsman radhilaahu 'anhu pernah bertutur, "Saya benci hari-hariku berlalu tanpa memandangi kalamullah (membaca Al-Quran)" [Az-Zuhd hlm. 681 karya imam Ahmad]

Silakan disebarluaskan

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Ibnu Taimiyah berkata,

ولا يجوز لوم التائب باتفاق الناس، وإذا أظهر التوبة أظهرنا له الخير"

"Semua orang setuju bahwa tidak boleh mencela orang yang telah bertaubat. Apabila orang itu telah nampak bertaubat, maka kita memperlakukannya dengan baik." [Al-Adab Asy-Syar'iyah 1/96]

t.me/ayobelajartauhid
*Siapa yang bertawakkal kepada-Nya, niscaya tercukupi*

Allah Ta'ala berfirman,

فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ

"Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." [Ali Imran : 174]

Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan,

«لمّا فوضوا أمورهم إليه، واعتمدوا بقلوبهم عليه؛ أعطاهم من الجزاء أربعة معان: النعمة، والفضل، وصرف السوء واتّباع الرضـا، فرضاهم عنه ورضي عنهم».

"Ketika mereka memasrahkan urusan dan menyandarkan hati mereka kepada-Nya, maka Allah memberikan empat anugerah, yaitu nikmat, karunia, dihindarkan dari keburukan, dan keinginan untuk mengikuti keridhaan Allah. Maka keridhaan mereka terhadap Allah berbuah keridhaan Allah kepada mereka" [Tafsir al-Qurthubi 2/180]

_Silakan disebarluaskan_

═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══