[Fawaaid wa Duror]
Buah iman yang jujur
Seorang mukmin akan diuji sesuai dengan kadar agamanya. Apabila iman yang jujur telah menetap dalam hati, maka Allah akan menurunkan kesabaran, ridha, keimanan, dan keyakinan yang berlipat ganda hingga kondisi ketika ditimpa musibah tak ubahnya seperti yang dikatakan al-Kholiifah ar-Rosyiid, Umar bin Abdil Aziz rahimahullah,
"ما بقي لي سرور إلا في مواقع القدر.
قيل له: ما تشتهي
قال:ما يقضي الله لي"
"Tak ada lagi kegembiraan yang kurasakan selain di momen-momen penantian takdir"
Ada yang berkata kepadanya, "Apa yang engkau inginkan di saat itu?"
"Tak ada. Selain apa yang akan Allah takdirkan untukku." jawab Umar.
[al-Bahr ar-Raa-iq fii az-Zuhd wa ar-Raqaa-iq]
Teman, ujian hanyalah sesaat karena jalan keluar pasti kan tiba.
#fawaaid_wa_duror
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Buah iman yang jujur
Seorang mukmin akan diuji sesuai dengan kadar agamanya. Apabila iman yang jujur telah menetap dalam hati, maka Allah akan menurunkan kesabaran, ridha, keimanan, dan keyakinan yang berlipat ganda hingga kondisi ketika ditimpa musibah tak ubahnya seperti yang dikatakan al-Kholiifah ar-Rosyiid, Umar bin Abdil Aziz rahimahullah,
"ما بقي لي سرور إلا في مواقع القدر.
قيل له: ما تشتهي
قال:ما يقضي الله لي"
"Tak ada lagi kegembiraan yang kurasakan selain di momen-momen penantian takdir"
Ada yang berkata kepadanya, "Apa yang engkau inginkan di saat itu?"
"Tak ada. Selain apa yang akan Allah takdirkan untukku." jawab Umar.
[al-Bahr ar-Raa-iq fii az-Zuhd wa ar-Raqaa-iq]
Teman, ujian hanyalah sesaat karena jalan keluar pasti kan tiba.
#fawaaid_wa_duror
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
[Fawaaid wa Duror]
3 Landasan Utama yang Wajib Diketahui
Syaikh Ahmad an-Najmi rahimahullah mengatakan, "Ketiga pondasi ini, yang terdiri dari pengenalan hamba terhadap Allah ta'ala; pengenalan hamba terhadap agama Islam; dan pengenalan hamba terhadap Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah pondasi yang menjadi tonggak berdirinya agama ini.
Hamba hanya bisa masuk Islam dengan mengucapkan dua syahadat, yaitu syahadat bahwasanya tidak ada sembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan syahadat bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Shalat dan adzan yang dilakukan takkan diterima jika tidak disertai kedua syahadat ini. Pertanyaan yang akan diajukan pada hamba dalam kubur pun akan mencakup pertanyaan seputar Tuhan, agama, dan Nabi yang diutus kepadanya. Di hari kiamat pun, dia akan ditanya tentang ketiga pondasi ini. Mizan kebaikan pun tak akan bertambah berat tanpa adanya pondasi ini. Hamba juga takkan mampu melintasi ash-Shirath, menghindari neraka, dan memasuki surga kecuali dengan pondasi ini. Dengan demikian, ketiga pondasi ini harus diperhatikan, dipelajari, dan dipahami secara mendalam agar hamba termasuk ke dalam golongan orang-orang yang selamat di hari kiamat. Wa billahi at-taufiiq." [At'-Ta'liqaat al-Bahiyyah 'alaa ar-Rasaa-il al-'Aqdiyyah hlm. 91]
----------------------
Teks Arab
----------------------
أهمّيّـــــة الإعتنـــــاء بِ #الثّـــــلاثــــة_الأصـــــولِ
قــال الشّيـــخ أحمـــد النّجمــــي -رحمـــه الله-
" هذهِ الثلاثة الأصول:
معرفة العبد ربَّه.
معرفته دينه.
ومعرفته نبيَّه محمدًا - صلى الله عليهِ وسلم
.
هي الأصول التي يُبنى عليها الدَّين كله،
فلا يدخل العبد إلى الإسلام إلا بالشهادتين :
شهادة أن لا إله إلا الله، وأن محمدًا رسول الله - صلى الله عليه وسلم.
لا تصح صلاة، ولا يقبل أذان إلا بهاتين الشهادتين، ولا يسأل في قبره إلا عن ربه ودينه ونبيه، ولا يُسأل يوم القِيامة عند البعث والنشور إلا عن هذه الأصول.
ولا يثقل ميزانه إلا بها، ولا يمر على الصراط وينجو من النار ولا يدخل الجنة إلا بها.
ولهذا ينبغي الاعتناء بهذه الأصول الثلاثة والتعلم بِها واتقان معرفتها ليكون العبد من النَّاجين يوم القِيامة، وبالله التوفيق ".
.
الـتّعليقــــات البهيّــــة علـى الـرّسـآئــل الـعـقـــديّــــة (صـ91)
.
#fawaaid_wa_duror
.
♻ _Silakan disebarluaskan_
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
3 Landasan Utama yang Wajib Diketahui
Syaikh Ahmad an-Najmi rahimahullah mengatakan, "Ketiga pondasi ini, yang terdiri dari pengenalan hamba terhadap Allah ta'ala; pengenalan hamba terhadap agama Islam; dan pengenalan hamba terhadap Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah pondasi yang menjadi tonggak berdirinya agama ini.
Hamba hanya bisa masuk Islam dengan mengucapkan dua syahadat, yaitu syahadat bahwasanya tidak ada sembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan syahadat bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Shalat dan adzan yang dilakukan takkan diterima jika tidak disertai kedua syahadat ini. Pertanyaan yang akan diajukan pada hamba dalam kubur pun akan mencakup pertanyaan seputar Tuhan, agama, dan Nabi yang diutus kepadanya. Di hari kiamat pun, dia akan ditanya tentang ketiga pondasi ini. Mizan kebaikan pun tak akan bertambah berat tanpa adanya pondasi ini. Hamba juga takkan mampu melintasi ash-Shirath, menghindari neraka, dan memasuki surga kecuali dengan pondasi ini. Dengan demikian, ketiga pondasi ini harus diperhatikan, dipelajari, dan dipahami secara mendalam agar hamba termasuk ke dalam golongan orang-orang yang selamat di hari kiamat. Wa billahi at-taufiiq." [At'-Ta'liqaat al-Bahiyyah 'alaa ar-Rasaa-il al-'Aqdiyyah hlm. 91]
----------------------
Teks Arab
----------------------
أهمّيّـــــة الإعتنـــــاء بِ #الثّـــــلاثــــة_الأصـــــولِ
قــال الشّيـــخ أحمـــد النّجمــــي -رحمـــه الله-
" هذهِ الثلاثة الأصول:
معرفة العبد ربَّه.
معرفته دينه.
ومعرفته نبيَّه محمدًا - صلى الله عليهِ وسلم
.
هي الأصول التي يُبنى عليها الدَّين كله،
فلا يدخل العبد إلى الإسلام إلا بالشهادتين :
شهادة أن لا إله إلا الله، وأن محمدًا رسول الله - صلى الله عليه وسلم.
لا تصح صلاة، ولا يقبل أذان إلا بهاتين الشهادتين، ولا يسأل في قبره إلا عن ربه ودينه ونبيه، ولا يُسأل يوم القِيامة عند البعث والنشور إلا عن هذه الأصول.
ولا يثقل ميزانه إلا بها، ولا يمر على الصراط وينجو من النار ولا يدخل الجنة إلا بها.
ولهذا ينبغي الاعتناء بهذه الأصول الثلاثة والتعلم بِها واتقان معرفتها ليكون العبد من النَّاجين يوم القِيامة، وبالله التوفيق ".
.
الـتّعليقــــات البهيّــــة علـى الـرّسـآئــل الـعـقـــديّــــة (صـ91)
.
#fawaaid_wa_duror
.
♻ _Silakan disebarluaskan_
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Fawaaid wa Duror
Jangan menunda taubat
Allah Ta'ala berfirman,
بَلْ يُرِيدُ ٱلْإِنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ
"Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus." [Al-Qiyamah : 5]
Mengomentari ayat ini Sa'id bin Jubair rahimahullah mengatakan,
يُقدِم على الذنب ويؤخّر التّوْبة، فيقول: سَوْفَ أتوب، سوف أعمل، حتى يأتيه الموت على شر أحواله، وأسوأ أعماله
"Dia melakukan kemaksiatan namun menunda-nunda taubat. Dia berkata, " nanti saya bertaubat", "nanti saya beramal shalih" hingga kematian mendatangi ketika dia berada dalam kondisi terburuk, yaitu sedang mengerjakan aktivitas kemaksiatan." [Tafsiir al-Baghawi 5/183]
#fawaaid_wa_duror
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Jangan menunda taubat
Allah Ta'ala berfirman,
بَلْ يُرِيدُ ٱلْإِنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ
"Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus." [Al-Qiyamah : 5]
Mengomentari ayat ini Sa'id bin Jubair rahimahullah mengatakan,
يُقدِم على الذنب ويؤخّر التّوْبة، فيقول: سَوْفَ أتوب، سوف أعمل، حتى يأتيه الموت على شر أحواله، وأسوأ أعماله
"Dia melakukan kemaksiatan namun menunda-nunda taubat. Dia berkata, " nanti saya bertaubat", "nanti saya beramal shalih" hingga kematian mendatangi ketika dia berada dalam kondisi terburuk, yaitu sedang mengerjakan aktivitas kemaksiatan." [Tafsiir al-Baghawi 5/183]
#fawaaid_wa_duror
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
MENGAKUI KEBODOHAN
Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan :
Beruntunglah orang yang bersikap inshof/objektif kepada Rabbnya. Sehingga dia mengakui kebodohan yang meliputi ilmu yang dia miliki. Dia pun mengakui berbagai penyakit yang berjangkit di dalam amal perbuatannya. Dia juga mengakui akan begitu banyak aib pada dirinya sendiri. Dia juga mengakui bahwa dirinya banyak berbuat teledor dalam menunaikan hak Allah. Dia mengakui betapa banyak kezaliman yang dia lakukan dalam bermuamalah kepada-Nya.
Apabila Allah memberikan hukuman kepadanya karena dosa-dosanya maka dia melihat hal itu sebagai bukti keadilan-Nya. Namun apabila Allah tidak menjatuhkan hukuman kepadanya dia melihat bahwa hal itu murni karena keutamaan/karunia Allah kepadanya. Apabila dia berbuat kebaikan, dia melihat bahwa kebaikan itu merupakan anugerah dan sedekah/kebaikan yang diberikan oleh Allah kepadanya.
Apabila Allah menerima amalnya, maka hal itu adalah sedekah kedua baginya. Namun apabila ternyata Allah menolak amalnya itu, maka dia sadar bahwa sesungguhnya amal semacam itu memang tidak pantas dipersembahkan kepada-Nya.
Dan apabila dia melakukan suatu keburukan, dia melihat bahwa sebenarnya hal itu terjadi disebabkan Allah membiarkan dia dan tidak memberikan taufik kepadanya. Allah menahan penjagaan dirinya. Dan itu semuanya merupakan bentuk keadilan Allah kepada dirinya. Sehingga dia melihat bahwa itu semua membuatnya semakin merasa fakir/butuh kepada Rabbnya dan betapa zalimnya dirinya. Apabila Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya hal itu semata-mata karena kebaikan, kemurahan, dan kedermawanan Allah kepadanya.
Intisari dan rahasia dari perkara ini adalah dia tidak memandang Rabbnya kecuali selalu melakukan kebaikan sementara dia tidak melihat dirinya sendiri melainkan orang yang penuh dengan keburukan, sering bertindak berlebihan, atau bermalas-malasan. Dengan begitu dia melihat bahwasanya segala hal yang membuatnya gembira bersumber dari karunia Rabbnya kepada dirinya dan kebaikan yang dicurahkan Allah kepadanya. Adapun segala sesuatu yang membuatnya sedih bersumber dari dosa-dosanya sendiri dan bentuk keadilan Allah kepadanya.
(lihat al-Fawaaid, hlm. 36)
#fawaaid_wa_duror
♻ _Silakan disebarluaskan_
#nasihat
Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan :
Beruntunglah orang yang bersikap inshof/objektif kepada Rabbnya. Sehingga dia mengakui kebodohan yang meliputi ilmu yang dia miliki. Dia pun mengakui berbagai penyakit yang berjangkit di dalam amal perbuatannya. Dia juga mengakui akan begitu banyak aib pada dirinya sendiri. Dia juga mengakui bahwa dirinya banyak berbuat teledor dalam menunaikan hak Allah. Dia mengakui betapa banyak kezaliman yang dia lakukan dalam bermuamalah kepada-Nya.
Apabila Allah memberikan hukuman kepadanya karena dosa-dosanya maka dia melihat hal itu sebagai bukti keadilan-Nya. Namun apabila Allah tidak menjatuhkan hukuman kepadanya dia melihat bahwa hal itu murni karena keutamaan/karunia Allah kepadanya. Apabila dia berbuat kebaikan, dia melihat bahwa kebaikan itu merupakan anugerah dan sedekah/kebaikan yang diberikan oleh Allah kepadanya.
Apabila Allah menerima amalnya, maka hal itu adalah sedekah kedua baginya. Namun apabila ternyata Allah menolak amalnya itu, maka dia sadar bahwa sesungguhnya amal semacam itu memang tidak pantas dipersembahkan kepada-Nya.
Dan apabila dia melakukan suatu keburukan, dia melihat bahwa sebenarnya hal itu terjadi disebabkan Allah membiarkan dia dan tidak memberikan taufik kepadanya. Allah menahan penjagaan dirinya. Dan itu semuanya merupakan bentuk keadilan Allah kepada dirinya. Sehingga dia melihat bahwa itu semua membuatnya semakin merasa fakir/butuh kepada Rabbnya dan betapa zalimnya dirinya. Apabila Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya hal itu semata-mata karena kebaikan, kemurahan, dan kedermawanan Allah kepadanya.
Intisari dan rahasia dari perkara ini adalah dia tidak memandang Rabbnya kecuali selalu melakukan kebaikan sementara dia tidak melihat dirinya sendiri melainkan orang yang penuh dengan keburukan, sering bertindak berlebihan, atau bermalas-malasan. Dengan begitu dia melihat bahwasanya segala hal yang membuatnya gembira bersumber dari karunia Rabbnya kepada dirinya dan kebaikan yang dicurahkan Allah kepadanya. Adapun segala sesuatu yang membuatnya sedih bersumber dari dosa-dosanya sendiri dan bentuk keadilan Allah kepadanya.
(lihat al-Fawaaid, hlm. 36)
#fawaaid_wa_duror
♻ _Silakan disebarluaskan_
#nasihat
[Fawaaid wa Duror]
Mendidik Anak adalah Sebuah Tanggung Jawab, Mintalah Pertolongan kepada Allah dalam Memikulnya
Terkadang jiwa kita sebagai orang tua begitu letih dalam mendidik anak, sedih karena ketidakpatuhan mereka yang menyebabkan kita sedih dan kecewa.
Ibnul Qayyim rahimahullah pernah menuturkan,
إنّ من الذنوب مالا يكفّره إلا الهمّ بالأولاد
“Sungguh ada sebagian dosa yang hanya bisa digugurkan dengan kesedihan yang dijumpai ketia merawat anak-anak.”
Maka, berbahagialah wahai para orang tua karena mendidik anak adalah jalan untuk menggugurkan dosa-dosamu. Apabila anda menjumpai sikap dan tingkah laku mereka yang meletihkan ketika mendidik mereka, maka beristigfharlah kepada Allah.
Berdo’alah kepada Allah sebagaimana yang dituntunkan dalam al-Quran.
وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” [Al-Ahqaf : 15]
وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk" [Ali ‘Imran : 36]
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
"Ya Rabb kami, anuegrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” [Al-Furqan : 74]
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Rabb-ku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” [Ibrahim : 40]
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ
“Ya Rabb kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau” [Al-Baqarah : 128]
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
"Ya Rabb-ku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Mahamendengar doa" [Ali ‘Imran : 38]
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” [Ibrahim : 35]
Merenungi ayat-ayat yang berisi do’a kebaikan kepada anak di atas, engkau akan mengetahui bahwa sebab utama terwujudnya keshalihan anak adalah sering mendo’akan kebaikan agama bagi mereka. Jangan sampai anda lebih mementingkan sarana-sarana pendidikan yang ada saat ini dan melalaikan sarana yang utama dalam mendidik mereka yaitu do’a. Ketahuilah mendidik anak adalah sebuah tanggung jawab yang sangat berat, maka mintalah pertolongan kepada Allah dalam melaksanakan tanggung jawab itu, karena sesungguhnya Dia-lah sebaik-baik Penolong. Dahulu ada yang mengatakan,
الأدب من الآباء والصَّلاح من اللَّه عز وجل
“Etika diperoleh dari ayah, sedangkan keshalihan datangnya dari Allah ‘azza wa jalla.” [Al-‘Iyaal hlm. 329]
Wallahu a'lam.
#fawaaid_wa_duror
♻ _Silakan disebarluaskan_
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Mendidik Anak adalah Sebuah Tanggung Jawab, Mintalah Pertolongan kepada Allah dalam Memikulnya
Terkadang jiwa kita sebagai orang tua begitu letih dalam mendidik anak, sedih karena ketidakpatuhan mereka yang menyebabkan kita sedih dan kecewa.
Ibnul Qayyim rahimahullah pernah menuturkan,
إنّ من الذنوب مالا يكفّره إلا الهمّ بالأولاد
“Sungguh ada sebagian dosa yang hanya bisa digugurkan dengan kesedihan yang dijumpai ketia merawat anak-anak.”
Maka, berbahagialah wahai para orang tua karena mendidik anak adalah jalan untuk menggugurkan dosa-dosamu. Apabila anda menjumpai sikap dan tingkah laku mereka yang meletihkan ketika mendidik mereka, maka beristigfharlah kepada Allah.
Berdo’alah kepada Allah sebagaimana yang dituntunkan dalam al-Quran.
وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” [Al-Ahqaf : 15]
وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk" [Ali ‘Imran : 36]
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
"Ya Rabb kami, anuegrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” [Al-Furqan : 74]
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Rabb-ku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” [Ibrahim : 40]
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ
“Ya Rabb kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau” [Al-Baqarah : 128]
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
"Ya Rabb-ku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Mahamendengar doa" [Ali ‘Imran : 38]
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” [Ibrahim : 35]
Merenungi ayat-ayat yang berisi do’a kebaikan kepada anak di atas, engkau akan mengetahui bahwa sebab utama terwujudnya keshalihan anak adalah sering mendo’akan kebaikan agama bagi mereka. Jangan sampai anda lebih mementingkan sarana-sarana pendidikan yang ada saat ini dan melalaikan sarana yang utama dalam mendidik mereka yaitu do’a. Ketahuilah mendidik anak adalah sebuah tanggung jawab yang sangat berat, maka mintalah pertolongan kepada Allah dalam melaksanakan tanggung jawab itu, karena sesungguhnya Dia-lah sebaik-baik Penolong. Dahulu ada yang mengatakan,
الأدب من الآباء والصَّلاح من اللَّه عز وجل
“Etika diperoleh dari ayah, sedangkan keshalihan datangnya dari Allah ‘azza wa jalla.” [Al-‘Iyaal hlm. 329]
Wallahu a'lam.
#fawaaid_wa_duror
♻ _Silakan disebarluaskan_
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Takkan bisa lolos dari jebakan dan tipu daya setan, kecuali dengan benar-benar menghamba kepada-Nya
Iblis, musuh Allah, mengetahui bahwa hati ibarat poros dan tiang, karena itu ia mengarahkan berbagai godaan kepadanya, mendatanginya dengan membawa berbagai macam daya tarik syahwat, menghiasi berbagai sifat dan perbuatan yang bisa menghalangi hati dari jalan yang benar, memberinya berbagai sarana penyimpangan yang menghalangi dari taufik, serta memasang perangkap dan jerat yang sekiranya tidak berhasil menjebak, setidaknya akan menghambat perjalanan. Tak ada jalan untuk menyelamatkan diri dari jebakan dan tipu daya iblis kecuali dengan senantiasa memohon pertolongan Allah, menempuh jalan yang diridhai-Nya, pasrah dan menghadapkan hati kepada-Nya di dalam gerak maupun diam, serta benar-benar tunduk menghamba (beribadah) kepada-Nya, di mana ketundukan ini merupakan pakaian pertama yang harus dikenakan manusia guna mendapatkan jaminan Allah.
Allah Ta'ala berfirman pada iblis,
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ
"Sesungguhnya orang-orang yang benar-benar menghamba kepada-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka..." [Al-Hijr : 42]
Penyematan sifat inilah yang memisahkan seorang hamba dari setan. Dan sifat itu terwujud dengan merealisasikan maqam penghambaan ('ubudiyah) kepada Rabb semesta alam, menumbuhkan keikhlasan dalam niat dan melestarikan keyakinan dalam hati. Apabila hati telah memiliki karakter 'ubudiyah dan keikhlasan ini, maka di sisi Allah, pemiliknya termasuk ke dalam golongan yang dekat dengan Allah (al-Muqarrabiin) dan tercakup dalam golongan yang dikecualikan dari godaan kesesatan seperti tersebut dalam firman-Nya,
إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
"...kecuali hamba-hamba Engkau yang berlaku ikhlas di antara mereka." [Al-Hijr : 40]
- Ibnu al-Qayyim rahimahullah dalam Ighatsah al-Lahafan 1/7 -
#fawaaid_wa_duror
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Iblis, musuh Allah, mengetahui bahwa hati ibarat poros dan tiang, karena itu ia mengarahkan berbagai godaan kepadanya, mendatanginya dengan membawa berbagai macam daya tarik syahwat, menghiasi berbagai sifat dan perbuatan yang bisa menghalangi hati dari jalan yang benar, memberinya berbagai sarana penyimpangan yang menghalangi dari taufik, serta memasang perangkap dan jerat yang sekiranya tidak berhasil menjebak, setidaknya akan menghambat perjalanan. Tak ada jalan untuk menyelamatkan diri dari jebakan dan tipu daya iblis kecuali dengan senantiasa memohon pertolongan Allah, menempuh jalan yang diridhai-Nya, pasrah dan menghadapkan hati kepada-Nya di dalam gerak maupun diam, serta benar-benar tunduk menghamba (beribadah) kepada-Nya, di mana ketundukan ini merupakan pakaian pertama yang harus dikenakan manusia guna mendapatkan jaminan Allah.
Allah Ta'ala berfirman pada iblis,
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ
"Sesungguhnya orang-orang yang benar-benar menghamba kepada-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka..." [Al-Hijr : 42]
Penyematan sifat inilah yang memisahkan seorang hamba dari setan. Dan sifat itu terwujud dengan merealisasikan maqam penghambaan ('ubudiyah) kepada Rabb semesta alam, menumbuhkan keikhlasan dalam niat dan melestarikan keyakinan dalam hati. Apabila hati telah memiliki karakter 'ubudiyah dan keikhlasan ini, maka di sisi Allah, pemiliknya termasuk ke dalam golongan yang dekat dengan Allah (al-Muqarrabiin) dan tercakup dalam golongan yang dikecualikan dari godaan kesesatan seperti tersebut dalam firman-Nya,
إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
"...kecuali hamba-hamba Engkau yang berlaku ikhlas di antara mereka." [Al-Hijr : 40]
- Ibnu al-Qayyim rahimahullah dalam Ighatsah al-Lahafan 1/7 -
#fawaaid_wa_duror
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══