•BERIKUT TIGA AMALAN DI SEPULUH HARI PERTAMA BULAN DZULHIJJAH•
Alhamdulillah, sebentar lagi umat Muslim akan kembali berjumpa dengan salah satu dari empat bulan yang dimuliakan Alloh SWT atau biasa disebut Asyhurul Hurum, yaitu bulan Dzulhijjah. Bulan Dzulhijjah merupakan bukan terakhir dalam kalender Hijriyah. Di bulan ini, Alloh SWT memberikan banyak peluang kepada umatnya untuk memperbanyak ibadah dan melakukan kebaikan dengan mengharapkan keberkahan di penghujung tahun.
Di antara amalan yang dianjurkan pada bulan itu adalah ibadah haji bagi yang mampu melakukannya, shalat Idul Adha dan ibadah kurban bagi yang mampu bagi yang tidak mampu kedua perbanyak amal sholeh seperti dzikir.
Hal ini sebagaimana dijelaskan Imam An-Nawawi dalam al-Adzkar :
«واعلم أنه يستحب إكثار من الأذكار في هذا العشر زيادة على غيره ويستحب من ذلك في يوم عرفة أكثر من باقى العشر.»
Artinya: “Ketahuilah bahwa disunnahkan memperbanyak dzikir pada sepuluh awal Dzulhijjah dibanding hari lainnya. Dan di antara sepuluh awal itu memperbanyak dzikir pada hari ’Arofah sangat disunnahkan.
Dalam hadits riwayat Ahmad disebutkan :
«مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ.»
Artinya: “Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Alloh dan amal sholeh di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah), karenanya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya.”
(HR Ahmad).
Amalan kedua yang sebaiknya dilakukan adalah puasa; Tarwiyah dan ’Arofah. Sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Abbas Rosululloh ﷺ pernah bersabda :
«صَوْمُ يَوْمِ التَّرْوِيَّةِ كَفَّارَةُ سَنَةٍ وَصَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ.»
Artinya : “Puasa hari Tarwiyah menghapus dosa setahun dan Puasa ’Arofah menghapus dosa dua tahun.”
(HR. Ibnu Hibban dan Ibnu an-Najjar)
Dalam hadits yang lain :
«من صام يوم عرفة غفر له سنة أمامه وسنة خلفه، ومن صام عاشوراء غفر له سنة. رواه الطبراني في الأوسط.»
Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa di hari ’Arofah, maka dia diampuni (dari dosanya) setahun setelah dan sebelumnya. (sedangkan) barangsiapa yang berpuasa pada hari Asyuro, maka ia diampuni (dari dosa) setahun.”
(HR Thobroni).
Amalan ketiga adalah melakukan Ibadah kurban bagi yang mampu sebagaimana Sabda Rosululloh ﷺ :
«مَا عَمِلَ آدَمِىٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا.»
Artinya: “Tidak ada amal manusia yang lebih dicintai oleh Alloh di hari kurban daripada mengalirkan darah hewan. Sebab hewan itu akan datang di hari kiamat dengan tanduknya, rambutnya dan kaki-kakinya.”
(HR al-Tirmidzi).
Berdasarkan penjelasan di atas, amalan yang sangat dianjurkan bagi kita ada tiga yakni memperbanyak dzikir pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah kedua malakukan puasa tarwiiyah dan ’arofah ketiga menyembelih hewan kurban atau melakukan amal sholeh yang lainnya semoga kita bisa mengamalkan salah satu amalan di bulan yang istimewa ini.
Alhamdulillah, sebentar lagi umat Muslim akan kembali berjumpa dengan salah satu dari empat bulan yang dimuliakan Alloh SWT atau biasa disebut Asyhurul Hurum, yaitu bulan Dzulhijjah. Bulan Dzulhijjah merupakan bukan terakhir dalam kalender Hijriyah. Di bulan ini, Alloh SWT memberikan banyak peluang kepada umatnya untuk memperbanyak ibadah dan melakukan kebaikan dengan mengharapkan keberkahan di penghujung tahun.
Di antara amalan yang dianjurkan pada bulan itu adalah ibadah haji bagi yang mampu melakukannya, shalat Idul Adha dan ibadah kurban bagi yang mampu bagi yang tidak mampu kedua perbanyak amal sholeh seperti dzikir.
Hal ini sebagaimana dijelaskan Imam An-Nawawi dalam al-Adzkar :
«واعلم أنه يستحب إكثار من الأذكار في هذا العشر زيادة على غيره ويستحب من ذلك في يوم عرفة أكثر من باقى العشر.»
Artinya: “Ketahuilah bahwa disunnahkan memperbanyak dzikir pada sepuluh awal Dzulhijjah dibanding hari lainnya. Dan di antara sepuluh awal itu memperbanyak dzikir pada hari ’Arofah sangat disunnahkan.
Dalam hadits riwayat Ahmad disebutkan :
«مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ.»
Artinya: “Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Alloh dan amal sholeh di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah), karenanya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya.”
(HR Ahmad).
Amalan kedua yang sebaiknya dilakukan adalah puasa; Tarwiyah dan ’Arofah. Sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Abbas Rosululloh ﷺ pernah bersabda :
«صَوْمُ يَوْمِ التَّرْوِيَّةِ كَفَّارَةُ سَنَةٍ وَصَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ.»
Artinya : “Puasa hari Tarwiyah menghapus dosa setahun dan Puasa ’Arofah menghapus dosa dua tahun.”
(HR. Ibnu Hibban dan Ibnu an-Najjar)
Dalam hadits yang lain :
«من صام يوم عرفة غفر له سنة أمامه وسنة خلفه، ومن صام عاشوراء غفر له سنة. رواه الطبراني في الأوسط.»
Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa di hari ’Arofah, maka dia diampuni (dari dosanya) setahun setelah dan sebelumnya. (sedangkan) barangsiapa yang berpuasa pada hari Asyuro, maka ia diampuni (dari dosa) setahun.”
(HR Thobroni).
Amalan ketiga adalah melakukan Ibadah kurban bagi yang mampu sebagaimana Sabda Rosululloh ﷺ :
«مَا عَمِلَ آدَمِىٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا.»
Artinya: “Tidak ada amal manusia yang lebih dicintai oleh Alloh di hari kurban daripada mengalirkan darah hewan. Sebab hewan itu akan datang di hari kiamat dengan tanduknya, rambutnya dan kaki-kakinya.”
(HR al-Tirmidzi).
Berdasarkan penjelasan di atas, amalan yang sangat dianjurkan bagi kita ada tiga yakni memperbanyak dzikir pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah kedua malakukan puasa tarwiiyah dan ’arofah ketiga menyembelih hewan kurban atau melakukan amal sholeh yang lainnya semoga kita bisa mengamalkan salah satu amalan di bulan yang istimewa ini.
Media is too big
VIEW IN TELEGRAM
𝗞𝗘𝗜𝗦𝗧𝗜𝗠𝗘𝗪𝗔𝗔𝗡 𝗦𝗘𝗣𝗨𝗟𝗨𝗛 𝗛𝗔𝗥𝗜 𝗣𝗘𝗥𝗧𝗔𝗠𝗔 𝗗𝗜 𝗕𝗨𝗟𝗔𝗡 𝗗𝗭𝗨𝗟𝗛𝗜𝗝𝗝𝗔𝗛
•𝐔𝐒𝐓𝐀𝐃𝐙 𝐈𝐋𝐇𝐀𝐌 𝐇𝐔𝐌𝐀𝐈𝐃𝐈•
•𝐔𝐒𝐓𝐀𝐃𝐙 𝐈𝐋𝐇𝐀𝐌 𝐇𝐔𝐌𝐀𝐈𝐃𝐈•
Media is too big
VIEW IN TELEGRAM
𝙼𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚜𝚎𝚓𝚊𝚔 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕 𝚜𝚎𝚙𝚞𝚕𝚞𝚑 𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑, 𝚒𝚝𝚞 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚙𝚞𝚕𝚞𝚑 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚊𝚕𝚒𝚗𝚐 𝚊𝚏𝚍𝚑𝚘𝚕 𝚜𝚎𝚙𝚊𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚑𝚞𝚗.
•Ustadzah Halimah Al-’Aydrus•
•Ustadzah Halimah Al-’Aydrus•
“𝚆𝚊𝚜𝚒𝚊𝚝 𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚙𝚊𝚛𝚊 𝚙𝚎𝚖𝚞𝚍𝚊 𝚊𝚐𝚊𝚛 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚒 𝚓𝚊𝚕𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛𝚊𝚗, 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚑𝚒𝚓𝚛𝚊𝚑 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚝𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚍𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐-𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚖𝚊𝚔𝚜𝚒𝚊𝚝 𝚔𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊 𝙰𝚕𝚕𝚘𝚑, 𝚜𝚞𝚊𝚝𝚞 𝚔𝚎𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚐𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚞𝚑 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚖𝚊𝚔𝚜𝚒𝚊𝚝 𝚍𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐-𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚍𝚘𝚛𝚘𝚗𝚐𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚖𝚊𝚔𝚜𝚒𝚊𝚝 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚐𝚊𝚗𝚝𝚒 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚜𝚎𝚖𝚞𝚊 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐-𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚑𝚊𝚝𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚒𝚕𝚒𝚔𝚒 𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚝𝚊𝚔𝚞𝚝 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚞𝚊𝚛 𝚋𝚒𝚊𝚜𝚊 𝚔𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊 𝙰𝚕𝚕𝚘𝚑 (𝚝𝚊𝚚𝚠𝚊).”
•𝙷𝚊𝚋𝚒𝚋 𝚄𝚖𝚊𝚛 𝚋𝚒𝚗 𝙷𝚊𝚏𝚒𝚍𝚣𝚑•
•𝙷𝚊𝚋𝚒𝚋 𝚄𝚖𝚊𝚛 𝚋𝚒𝚗 𝙷𝚊𝚏𝚒𝚍𝚣𝚑•
سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر
𝚃𝚎𝚕𝚊𝚑 𝙻𝚊𝚑𝚒𝚛 𝙿𝚞𝚝𝚛𝚊 𝙸𝙱-𝙷𝚁𝚂
𝙰𝙱𝙳𝚄𝙻𝙻𝙾𝙷 𝚁𝙸𝚉𝙸𝙴𝚀 𝚂𝚈𝙸𝙷𝙰𝙱
𝙷𝚊𝚛𝚒 𝚂𝚎𝚕𝚊𝚜𝚊 29 𝙳𝚣𝚞𝚕 𝚀𝚘'𝚍𝚊𝚑 1446 𝙷 / 27 𝙼𝚎𝚒 2025 𝙼
𝙳𝚒 𝙻𝚎𝚖𝚋𝚊𝚐𝚊 𝙺𝚎𝚜𝚎𝚑𝚊𝚝𝚊𝚗 𝙱𝚞𝚍𝚑𝚒 𝙺𝚎𝚖𝚞𝚕𝚒𝚊𝚊𝚗
𝚃𝚊𝚗𝚊𝚑 𝙰𝚋𝚊𝚗𝚐 - 𝙹𝚊𝚔𝚊𝚛𝚝𝚊 𝙿𝚞𝚜𝚊𝚝
𝚂𝚎𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚙𝚊𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐 𝚞𝚖𝚞𝚛 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚃𝚊'𝚊𝚝 & 𝙸𝚋𝚊𝚍𝚊𝚝, 𝚜𝚎𝚛𝚝𝚊 𝚂𝚎𝚑𝚊𝚝 & '𝙰𝚏𝚒𝚢𝚊𝚝.
𝚂𝚎𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚓𝚊𝚍𝚒 𝙰𝚗𝚊𝚔 𝚂𝚑𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚢𝚊𝚗𝚐 '𝙰𝚕𝚒𝚖 & '𝙰𝚖𝚒𝚕, 𝚜𝚎𝚛𝚝𝚊 𝚂𝚢𝚊𝚔𝚒𝚛 & 𝚂𝚑𝚘𝚋𝚒𝚛.
𝚃𝚎𝚕𝚊𝚑 𝙻𝚊𝚑𝚒𝚛 𝙿𝚞𝚝𝚛𝚊 𝙸𝙱-𝙷𝚁𝚂
𝙰𝙱𝙳𝚄𝙻𝙻𝙾𝙷 𝚁𝙸𝚉𝙸𝙴𝚀 𝚂𝚈𝙸𝙷𝙰𝙱
𝙷𝚊𝚛𝚒 𝚂𝚎𝚕𝚊𝚜𝚊 29 𝙳𝚣𝚞𝚕 𝚀𝚘'𝚍𝚊𝚑 1446 𝙷 / 27 𝙼𝚎𝚒 2025 𝙼
𝙳𝚒 𝙻𝚎𝚖𝚋𝚊𝚐𝚊 𝙺𝚎𝚜𝚎𝚑𝚊𝚝𝚊𝚗 𝙱𝚞𝚍𝚑𝚒 𝙺𝚎𝚖𝚞𝚕𝚒𝚊𝚊𝚗
𝚃𝚊𝚗𝚊𝚑 𝙰𝚋𝚊𝚗𝚐 - 𝙹𝚊𝚔𝚊𝚛𝚝𝚊 𝙿𝚞𝚜𝚊𝚝
𝚂𝚎𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚙𝚊𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐 𝚞𝚖𝚞𝚛 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚃𝚊'𝚊𝚝 & 𝙸𝚋𝚊𝚍𝚊𝚝, 𝚜𝚎𝚛𝚝𝚊 𝚂𝚎𝚑𝚊𝚝 & '𝙰𝚏𝚒𝚢𝚊𝚝.
𝚂𝚎𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚓𝚊𝚍𝚒 𝙰𝚗𝚊𝚔 𝚂𝚑𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚢𝚊𝚗𝚐 '𝙰𝚕𝚒𝚖 & '𝙰𝚖𝚒𝚕, 𝚜𝚎𝚛𝚝𝚊 𝚂𝚢𝚊𝚔𝚒𝚛 & 𝚂𝚑𝚘𝚋𝚒𝚛.
Forwarded from Ahbabul Mujtaba (Pecinta Kanjeng Nabiﷺ)
1716345708.pdf
1.1 MB
Risalah tentang fiqih Qurban dan aqiqah
NIAT PUASA DZULHIJJAH
1. Niat Puasa Dzulhijjah (1-7 Dzulhijjah)
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذُوالْحِجَّةٌ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
"Aku berniat puasa bulan Dzulhijjah, sunnah karena Alloh Ta'ala."
2. Niat Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah)
نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
"Saya berniat melakukan puasa sunah Tarwiyah karena Alloh Ta'ala."
3. Niat Puasa ’Arofah (9 Dzulhijjah)
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
"Aku berniat puasa 'Arafah, sunnah karena Alloh Ta'ala."
Semoga bermanfaat
1. Niat Puasa Dzulhijjah (1-7 Dzulhijjah)
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذُوالْحِجَّةٌ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
"Aku berniat puasa bulan Dzulhijjah, sunnah karena Alloh Ta'ala."
2. Niat Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah)
نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
"Saya berniat melakukan puasa sunah Tarwiyah karena Alloh Ta'ala."
3. Niat Puasa ’Arofah (9 Dzulhijjah)
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
"Aku berniat puasa 'Arafah, sunnah karena Alloh Ta'ala."
Semoga bermanfaat
•𝙺𝙸𝚂𝙰𝙷 𝙰𝙷𝙻𝙸 𝙿𝚄𝙰𝚂𝙰 𝙳𝚉𝚄𝙻𝙷𝙸𝙹𝙹𝙰𝙷 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙼𝙰𝙺𝙰𝙼𝙽𝚈𝙰 𝙳𝙸𝚉𝙸𝙰𝚁𝙰𝙷𝙸 𝙽𝙰𝙱𝙸 ﷺ 𝙳𝙰𝙽 𝙿𝙰𝚁𝙰 𝚂𝙰𝙷𝙰𝙱𝙰𝚃•
𝙳𝚊𝚕𝚊𝚖 𝙺𝚒𝚝𝚊𝚋 𝙰𝚗-𝙽𝚊𝚠𝚊𝚍𝚒𝚛 𝚔𝚊𝚛𝚢𝚊 𝚂𝚢𝚎𝚔𝚑 𝚂𝚢𝚒𝚑𝚊𝚋𝚞𝚍𝚍𝚒𝚗 𝙰𝚑𝚖𝚊𝚍 𝚒𝚋𝚗 𝚂𝚊𝚕𝚊𝚖𝚊𝚑 𝚊𝚕-𝚀𝚘𝚕𝚢𝚞𝚋𝚒 𝚍𝚒𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗.
𝚂𝚞𝚊𝚝𝚞 𝚔𝚊𝚕𝚒 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚈𝚊’𝚚𝚞𝚋 𝚋𝚒𝚗 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚋𝚎𝚛𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚝𝚎𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚞𝚗𝚒𝚔. 𝙱𝚎𝚕𝚒𝚊𝚞 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚠𝚊𝚛𝚊’ 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚔𝚠𝚊 𝚖𝚎𝚜𝚔𝚒 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐-𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚗𝚊𝚕 𝚔𝚊𝚛𝚒𝚋𝚗𝚢𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚏𝚊𝚜𝚒𝚔 𝚍𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚘𝚜𝚊. 𝚂𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚍𝚞𝚊 𝚙𝚞𝚕𝚞𝚑 𝚝𝚊𝚑𝚞𝚗 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚖𝚎𝚕𝚊𝚔𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚠𝚊𝚏 𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚔𝚒𝚝𝚊𝚛 𝙺𝚊’𝚋𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊𝚗𝚢𝚊. 𝚃𝚊𝚔 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚛𝚞𝚜 (𝚍𝚊𝚠𝚊𝚖), 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚜𝚎𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊 𝚜𝚎𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚞𝚔𝚊.
𝙼𝚎𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔𝚒 10 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚋𝚞𝚕𝚊𝚗 𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑, 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚒𝚗𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚗𝚊𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊 𝚜𝚎𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚜𝚎𝚖𝚙𝚞𝚛𝚗𝚊 𝚔𝚎𝚗𝚍𝚊𝚝𝚒 𝙱𝚎𝚕𝚒𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚒 𝚙𝚊𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚛𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚗𝚍𝚞𝚜. 𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏, 𝙱𝚎𝚕𝚒𝚊𝚞 𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔 𝚔𝚘𝚝𝚊 𝚃𝚑𝚞𝚛𝚝𝚑𝚞𝚜 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚍𝚒 𝚜𝚊𝚗𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚕𝚊𝚖𝚊. 𝙳𝚒 𝚝𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚐𝚎𝚛𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚒𝚕𝚊𝚑, 𝚙𝚎𝚛𝚜𝚒𝚜𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚠𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚛𝚎𝚛𝚞𝚗𝚝𝚞𝚑𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚗𝚐𝚞𝚗𝚊𝚗, 𝙱𝚎𝚕𝚒𝚊𝚞 𝚠𝚊𝚏𝚊𝚝 𝚝𝚊𝚗𝚙𝚊 𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚞𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚑𝚞 𝚔𝚎𝚌𝚞𝚊𝚕𝚒 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏. 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚙𝚞𝚗 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚊𝚛 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚊𝚛𝚒 𝚔𝚊𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚏𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚕𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚐𝚎𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚊𝚝𝚔𝚊𝚕𝚊 𝚍𝚒𝚛𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚎𝚖𝚋𝚊𝚕𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚔𝚜𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚛𝚞𝚖𝚞𝚗𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚔𝚞𝚗𝚓𝚞𝚗𝚐, 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚏𝚊𝚗𝚒, 𝚜𝚎𝚔𝚊𝚕𝚒𝚐𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚕𝚊𝚝𝚒 𝚓𝚎𝚗𝚊𝚣𝚊𝚑 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝 𝚍𝚒 𝚝𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚖𝚞𝚕𝚊 𝚝𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚙𝚎𝚗𝚐𝚑𝚞𝚗𝚒.
𝙺𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚛𝚊𝚖𝚊𝚒𝚗𝚢𝚊, 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚝𝚊𝚔 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔 𝚕𝚘𝚔𝚊𝚜𝚒 𝚛𝚎𝚛𝚞𝚗𝚝𝚞𝚑𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚗𝚐𝚞𝚗𝚊𝚗 𝚒𝚝𝚞. 𝙿𝚊𝚛𝚊 𝚙𝚎𝚕𝚊𝚢𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚎𝚋𝚞𝚝-𝚗𝚢𝚎𝚋𝚞𝚝 𝚊𝚕𝚖𝚊𝚛𝚑𝚞𝚖 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚣𝚞𝚑𝚞𝚍 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚔𝚎𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝙰𝚕𝚕𝚘𝚑 (𝚠𝚊𝚕𝚒𝚢𝚢𝚞𝚕𝚕𝚘𝚑). “𝚂𝚞𝚋𝚑𝚊𝚗𝚊𝚕𝚕𝚘𝚑, 𝚜𝚒𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚖𝚞𝚖𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚖𝚊𝚝𝚒𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐-𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚘𝚗𝚍𝚘𝚗𝚐-𝚋𝚘𝚗𝚍𝚘𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚝𝚊𝚔𝚣𝚒𝚊𝚑, 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚘𝚕𝚊𝚝𝚒, 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐𝚒𝚜𝚒 𝚔𝚎𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊?” 𝙺𝚊𝚝𝚊 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏.
𝚂𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚕𝚊𝚕𝚞𝚒 𝚙𝚎𝚛𝚓𝚞𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚛𝚊𝚜, 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚊𝚜𝚒𝚕 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚖𝚙𝚒𝚛𝚒 𝚓𝚎𝚗𝚊𝚣𝚊𝚑 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚙𝚎𝚛𝚊𝚗𝚓𝚊𝚝 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚔𝚊𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚏𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚔 𝚋𝚒𝚊𝚜𝚊. 𝙿𝚊𝚍𝚊 𝚔𝚊𝚒𝚗 𝚒𝚝𝚞 𝚝𝚎𝚛𝚌𝚊𝚗𝚝𝚞𝚖 𝚝𝚞𝚕𝚒𝚜𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚠𝚊𝚛𝚗𝚊 𝚑𝚒𝚓𝚊𝚞 :
هذا جزاء من آثر رضا الله على رضا نفسه وأحب لقاءنا فأحببنا لقاءه
“𝙸𝚗𝚒𝚕𝚊𝚑 𝚋𝚊𝚕𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚝𝚊𝚖𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚛𝚒𝚍𝚑𝚘 𝙰𝚕𝚕𝚘𝚑 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚖𝚋𝚊𝚗𝚐 𝚛𝚒𝚍𝚑𝚊 𝚍𝚒𝚛𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒, 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚛𝚒𝚗𝚍𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚖𝚞𝚒-𝙺𝚞 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊𝚗𝚢𝚊 𝙰𝚔𝚞 𝚙𝚞𝚗 𝚛𝚒𝚗𝚍𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚖𝚞𝚒𝚗𝚢𝚊.”
𝚂𝚎𝚕𝚎𝚙𝚊𝚜 𝚖𝚎𝚕𝚊𝚔𝚜𝚊𝚗𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚑𝚘𝚕𝚊𝚝 𝚓𝚎𝚗𝚊𝚣𝚊𝚑 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚋𝚞𝚖𝚒𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊, 𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚔𝚊𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚖𝚙𝚒𝚛𝚒 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚝𝚒𝚍𝚞𝚛. 𝙳𝚒 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚖𝚒𝚖𝚙𝚒 𝚒𝚗𝚒𝚕𝚊𝚑 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚔𝚜𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚑𝚕𝚒 𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚗𝚐𝚐𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚞𝚍𝚊 𝚑𝚒𝚓𝚊𝚞 𝚜𝚎𝚛𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚙𝚊𝚔𝚊𝚒𝚊𝚗 𝚑𝚒𝚓𝚊𝚞 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚗𝚍𝚎𝚛𝚊 𝚍𝚒 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊. 𝙳𝚒 𝚋𝚎𝚕𝚊𝚔𝚊𝚗𝚐𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚍𝚊 𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚖𝚞𝚍𝚊 𝚝𝚊𝚖𝚙𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚊𝚞 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚖.
𝙳𝚊𝚕𝚊𝚖 𝙺𝚒𝚝𝚊𝚋 𝙰𝚗-𝙽𝚊𝚠𝚊𝚍𝚒𝚛 𝚔𝚊𝚛𝚢𝚊 𝚂𝚢𝚎𝚔𝚑 𝚂𝚢𝚒𝚑𝚊𝚋𝚞𝚍𝚍𝚒𝚗 𝙰𝚑𝚖𝚊𝚍 𝚒𝚋𝚗 𝚂𝚊𝚕𝚊𝚖𝚊𝚑 𝚊𝚕-𝚀𝚘𝚕𝚢𝚞𝚋𝚒 𝚍𝚒𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗.
𝚂𝚞𝚊𝚝𝚞 𝚔𝚊𝚕𝚒 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚈𝚊’𝚚𝚞𝚋 𝚋𝚒𝚗 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚋𝚎𝚛𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚝𝚎𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚞𝚗𝚒𝚔. 𝙱𝚎𝚕𝚒𝚊𝚞 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚠𝚊𝚛𝚊’ 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚔𝚠𝚊 𝚖𝚎𝚜𝚔𝚒 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐-𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚗𝚊𝚕 𝚔𝚊𝚛𝚒𝚋𝚗𝚢𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚏𝚊𝚜𝚒𝚔 𝚍𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚘𝚜𝚊. 𝚂𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚍𝚞𝚊 𝚙𝚞𝚕𝚞𝚑 𝚝𝚊𝚑𝚞𝚗 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚖𝚎𝚕𝚊𝚔𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚠𝚊𝚏 𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚔𝚒𝚝𝚊𝚛 𝙺𝚊’𝚋𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊𝚗𝚢𝚊. 𝚃𝚊𝚔 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚛𝚞𝚜 (𝚍𝚊𝚠𝚊𝚖), 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚜𝚎𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊 𝚜𝚎𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚞𝚔𝚊.
𝙼𝚎𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔𝚒 10 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚋𝚞𝚕𝚊𝚗 𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑, 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚒𝚗𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚗𝚊𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊 𝚜𝚎𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚜𝚎𝚖𝚙𝚞𝚛𝚗𝚊 𝚔𝚎𝚗𝚍𝚊𝚝𝚒 𝙱𝚎𝚕𝚒𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚒 𝚙𝚊𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚛𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚗𝚍𝚞𝚜. 𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏, 𝙱𝚎𝚕𝚒𝚊𝚞 𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔 𝚔𝚘𝚝𝚊 𝚃𝚑𝚞𝚛𝚝𝚑𝚞𝚜 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚍𝚒 𝚜𝚊𝚗𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚕𝚊𝚖𝚊. 𝙳𝚒 𝚝𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚐𝚎𝚛𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚒𝚕𝚊𝚑, 𝚙𝚎𝚛𝚜𝚒𝚜𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚠𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚛𝚎𝚛𝚞𝚗𝚝𝚞𝚑𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚗𝚐𝚞𝚗𝚊𝚗, 𝙱𝚎𝚕𝚒𝚊𝚞 𝚠𝚊𝚏𝚊𝚝 𝚝𝚊𝚗𝚙𝚊 𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚞𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚑𝚞 𝚔𝚎𝚌𝚞𝚊𝚕𝚒 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏. 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚙𝚞𝚗 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚊𝚛 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚊𝚛𝚒 𝚔𝚊𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚏𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚕𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚐𝚎𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚊𝚝𝚔𝚊𝚕𝚊 𝚍𝚒𝚛𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚎𝚖𝚋𝚊𝚕𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚔𝚜𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚛𝚞𝚖𝚞𝚗𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚔𝚞𝚗𝚓𝚞𝚗𝚐, 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚏𝚊𝚗𝚒, 𝚜𝚎𝚔𝚊𝚕𝚒𝚐𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚕𝚊𝚝𝚒 𝚓𝚎𝚗𝚊𝚣𝚊𝚑 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝 𝚍𝚒 𝚝𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚖𝚞𝚕𝚊 𝚝𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚙𝚎𝚗𝚐𝚑𝚞𝚗𝚒.
𝙺𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚛𝚊𝚖𝚊𝚒𝚗𝚢𝚊, 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚝𝚊𝚔 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔 𝚕𝚘𝚔𝚊𝚜𝚒 𝚛𝚎𝚛𝚞𝚗𝚝𝚞𝚑𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚗𝚐𝚞𝚗𝚊𝚗 𝚒𝚝𝚞. 𝙿𝚊𝚛𝚊 𝚙𝚎𝚕𝚊𝚢𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚎𝚋𝚞𝚝-𝚗𝚢𝚎𝚋𝚞𝚝 𝚊𝚕𝚖𝚊𝚛𝚑𝚞𝚖 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚣𝚞𝚑𝚞𝚍 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚔𝚎𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝙰𝚕𝚕𝚘𝚑 (𝚠𝚊𝚕𝚒𝚢𝚢𝚞𝚕𝚕𝚘𝚑). “𝚂𝚞𝚋𝚑𝚊𝚗𝚊𝚕𝚕𝚘𝚑, 𝚜𝚒𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚖𝚞𝚖𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚖𝚊𝚝𝚒𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐-𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚘𝚗𝚍𝚘𝚗𝚐-𝚋𝚘𝚗𝚍𝚘𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚝𝚊𝚔𝚣𝚒𝚊𝚑, 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚘𝚕𝚊𝚝𝚒, 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐𝚒𝚜𝚒 𝚔𝚎𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊?” 𝙺𝚊𝚝𝚊 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏.
𝚂𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚕𝚊𝚕𝚞𝚒 𝚙𝚎𝚛𝚓𝚞𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚛𝚊𝚜, 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚊𝚜𝚒𝚕 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚖𝚙𝚒𝚛𝚒 𝚓𝚎𝚗𝚊𝚣𝚊𝚑 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚙𝚎𝚛𝚊𝚗𝚓𝚊𝚝 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚔𝚊𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚏𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚔 𝚋𝚒𝚊𝚜𝚊. 𝙿𝚊𝚍𝚊 𝚔𝚊𝚒𝚗 𝚒𝚝𝚞 𝚝𝚎𝚛𝚌𝚊𝚗𝚝𝚞𝚖 𝚝𝚞𝚕𝚒𝚜𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚠𝚊𝚛𝚗𝚊 𝚑𝚒𝚓𝚊𝚞 :
هذا جزاء من آثر رضا الله على رضا نفسه وأحب لقاءنا فأحببنا لقاءه
“𝙸𝚗𝚒𝚕𝚊𝚑 𝚋𝚊𝚕𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚝𝚊𝚖𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚛𝚒𝚍𝚑𝚘 𝙰𝚕𝚕𝚘𝚑 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚖𝚋𝚊𝚗𝚐 𝚛𝚒𝚍𝚑𝚊 𝚍𝚒𝚛𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒, 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚛𝚒𝚗𝚍𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚖𝚞𝚒-𝙺𝚞 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊𝚗𝚢𝚊 𝙰𝚔𝚞 𝚙𝚞𝚗 𝚛𝚒𝚗𝚍𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚖𝚞𝚒𝚗𝚢𝚊.”
𝚂𝚎𝚕𝚎𝚙𝚊𝚜 𝚖𝚎𝚕𝚊𝚔𝚜𝚊𝚗𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚑𝚘𝚕𝚊𝚝 𝚓𝚎𝚗𝚊𝚣𝚊𝚑 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚋𝚞𝚖𝚒𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊, 𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚔𝚊𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚖𝚙𝚒𝚛𝚒 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚝𝚒𝚍𝚞𝚛. 𝙳𝚒 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚖𝚒𝚖𝚙𝚒 𝚒𝚗𝚒𝚕𝚊𝚑 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚔𝚜𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚑𝚕𝚒 𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚗𝚐𝚐𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚞𝚍𝚊 𝚑𝚒𝚓𝚊𝚞 𝚜𝚎𝚛𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚙𝚊𝚔𝚊𝚒𝚊𝚗 𝚑𝚒𝚓𝚊𝚞 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚗𝚍𝚎𝚛𝚊 𝚍𝚒 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊. 𝙳𝚒 𝚋𝚎𝚕𝚊𝚔𝚊𝚗𝚐𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚍𝚊 𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚖𝚞𝚍𝚊 𝚝𝚊𝚖𝚙𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚊𝚞 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚖.
𝙳𝚒 𝚋𝚎𝚕𝚊𝚔𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚖𝚞𝚍𝚊 𝚒𝚗𝚒, 𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚞𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚞𝚊 𝚍𝚒𝚒𝚔𝚞𝚝𝚒 𝚍𝚒 𝚋𝚎𝚕𝚊𝚔𝚊𝚗𝚐𝚗𝚢𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚞𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚙𝚎𝚖𝚞𝚍𝚊.
“𝚂𝚒𝚊𝚙𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊?” 𝚃𝚊𝚗𝚢𝚊 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏.
“𝙿𝚎𝚖𝚞𝚍𝚊 𝚝𝚊𝚖𝚙𝚊𝚗 𝚒𝚝𝚞 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝙽𝚊𝚋𝚒 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝙼𝚞𝚑𝚊𝚖𝚖𝚊𝚍 ﷺ.
𝙳𝚞𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚞𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝙰𝚋𝚞 𝙱𝚊𝚔𝚊𝚛 رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ 𝚍𝚊𝚗 𝚄𝚖𝚊𝚛 رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ,
𝚜𝚎𝚖𝚎𝚗𝚝𝚊𝚛𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚞𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚖𝚞𝚍𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚄𝚝𝚜𝚖𝚊𝚗 رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ 𝚍𝚊𝚗 𝙰𝚕𝚒 رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ.
𝙳𝚊𝚗 𝚊𝚔𝚞𝚕𝚊𝚑 𝚙𝚎𝚖𝚎𝚐𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚗𝚍𝚎𝚛𝚊 𝚍𝚒 𝚍𝚎𝚙𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊,”
𝚓𝚊𝚠𝚊𝚋 𝚊𝚕𝚖𝚊𝚛𝚑𝚞𝚖 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚖𝚒𝚖𝚙𝚒 𝚒𝚝𝚞.
“𝙷𝚎𝚗𝚍𝚊𝚔 𝚔𝚎 𝚖𝚊𝚗𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊?”
“𝙼𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚣𝚒𝚊𝚛𝚊𝚑𝚒𝚔𝚞.”
𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚙𝚞𝚗 𝚔𝚊𝚐𝚞𝚖,
“𝙱𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚔𝚊𝚞 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚖𝚞𝚕𝚒𝚊𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚖𝚊𝚌𝚊𝚖 𝚒𝚗𝚒?”
“𝚂𝚎𝚋𝚊𝚋 𝚊𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚝𝚊𝚖𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚛𝚒𝚍𝚑𝚘 𝙰𝚕𝚕𝚘𝚑 ﷻ 𝚍𝚒𝚋𝚊𝚗𝚍𝚒𝚗𝚐 𝚛𝚒𝚍𝚑𝚘 𝚍𝚒𝚛𝚒𝚔𝚞 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚔𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊 𝚙𝚊𝚍𝚊 10 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑,” 𝚓𝚊𝚠𝚊𝚋 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊.
𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚙𝚞𝚗 𝚋𝚊𝚗𝚐𝚞𝚗 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚝𝚒𝚍𝚞𝚛, 𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚜𝚎𝚓𝚊𝚔 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚒𝚝𝚞 𝙱𝚎𝚕𝚒𝚊𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚙𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚖𝚊𝚕𝚊𝚗 𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛 𝚑𝚊𝚢𝚊𝚝.
𝙰𝚗𝚓𝚞𝚛𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚙𝚎𝚛𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔 𝚊𝚖𝚊𝚕 𝚜𝚑𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚙𝚊𝚍𝚊 10 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚊𝚖𝚊 𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑 𝚝𝚎𝚛𝚖𝚊𝚔𝚝𝚞𝚋 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚋𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚑𝚊𝚍𝚒𝚝𝚜. 𝙼𝚒𝚜𝚊𝚕𝚗𝚢𝚊 𝚑𝚊𝚍𝚒𝚝𝚜 𝚛𝚒𝚠𝚊𝚢𝚊𝚝 𝙸𝚋𝚗𝚞 ‘𝙰𝚋𝚋𝚊𝚜 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚒 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚂𝚞𝚗𝚊𝚗 𝙰𝚝-𝚃𝚒𝚛𝚖𝚒𝚍𝚣𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗,
“𝚃𝚒𝚊𝚍𝚊 𝚊𝚍𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚕𝚊𝚒𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚜𝚞𝚔𝚊𝚒 𝙰𝚕𝚕𝚘𝚑 ﷻ 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚒𝚋𝚊𝚍𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚜𝚎𝚙𝚞𝚕𝚞𝚑 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚒𝚗𝚒 (𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑).”
𝙼𝚎𝚜𝚔𝚒𝚙𝚞𝚗 𝚍𝚒𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚊𝚝𝚊 “𝚜𝚎𝚙𝚞𝚕𝚞𝚑 𝚑𝚊𝚛𝚒”, 𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚍𝚒𝚖𝚞𝚕𝚊𝚒 1 𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑 𝚌𝚞𝚔𝚞𝚙 𝚍𝚒𝚓𝚊𝚕𝚊𝚗𝚔𝚊𝚗
𝚜𝚎𝚖𝚋𝚒𝚕𝚊𝚗 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕 10 𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑 (𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚝𝚊𝚜𝚢𝚛𝚒𝚚: 11, 12, 13 𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑) 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚕𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊. 𝚂𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝 𝙰𝚗-𝙽𝚊𝚠𝚊𝚠𝚒 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚍𝚒𝚔𝚞𝚝𝚒𝚙 𝙰𝚕-𝙼𝚞𝚋𝚊𝚛𝚘𝚔𝚏𝚞𝚛𝚒 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚃𝚞𝚑𝚏𝚊𝚝𝚞𝚕 𝙰𝚑𝚠𝚊𝚍𝚣𝚒 𝚋𝚊𝚑𝚠𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚖𝚊𝚔𝚜𝚞𝚍 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚊𝚢𝚢𝚊𝚖𝚞𝚕 ‘𝚊𝚜𝚢𝚛 (10 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 9 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚜𝚎𝚓𝚊𝚔 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕 1 𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑.
[ 𝙺𝚒𝚝𝚊𝚋 𝙰𝚗-𝙽𝚊𝚠𝚊𝚍𝚒𝚛 𝚔𝚊𝚛𝚢𝚊 𝚂𝚢𝚎𝚔𝚑 𝚂𝚢𝚒𝚑𝚊𝚋𝚞𝚍𝚍𝚒𝚗 𝙰𝚑𝚖𝚊𝚍 𝚒𝚋𝚗 𝚂𝚊𝚕𝚊𝚖𝚊𝚑 𝚊𝚕-𝚀𝚘𝚕𝚢𝚞𝚋𝚒 رحمه الله ]
“𝚂𝚒𝚊𝚙𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊?” 𝚃𝚊𝚗𝚢𝚊 𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏.
“𝙿𝚎𝚖𝚞𝚍𝚊 𝚝𝚊𝚖𝚙𝚊𝚗 𝚒𝚝𝚞 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝙽𝚊𝚋𝚒 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝙼𝚞𝚑𝚊𝚖𝚖𝚊𝚍 ﷺ.
𝙳𝚞𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚞𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝙰𝚋𝚞 𝙱𝚊𝚔𝚊𝚛 رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ 𝚍𝚊𝚗 𝚄𝚖𝚊𝚛 رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ,
𝚜𝚎𝚖𝚎𝚗𝚝𝚊𝚛𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚞𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚖𝚞𝚍𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚄𝚝𝚜𝚖𝚊𝚗 رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ 𝚍𝚊𝚗 𝙰𝚕𝚒 رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ.
𝙳𝚊𝚗 𝚊𝚔𝚞𝚕𝚊𝚑 𝚙𝚎𝚖𝚎𝚐𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚗𝚍𝚎𝚛𝚊 𝚍𝚒 𝚍𝚎𝚙𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊,”
𝚓𝚊𝚠𝚊𝚋 𝚊𝚕𝚖𝚊𝚛𝚑𝚞𝚖 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚖𝚒𝚖𝚙𝚒 𝚒𝚝𝚞.
“𝙷𝚎𝚗𝚍𝚊𝚔 𝚔𝚎 𝚖𝚊𝚗𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊?”
“𝙼𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚣𝚒𝚊𝚛𝚊𝚑𝚒𝚔𝚞.”
𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚙𝚞𝚗 𝚔𝚊𝚐𝚞𝚖,
“𝙱𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚔𝚊𝚞 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚖𝚞𝚕𝚒𝚊𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚖𝚊𝚌𝚊𝚖 𝚒𝚗𝚒?”
“𝚂𝚎𝚋𝚊𝚋 𝚊𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚝𝚊𝚖𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚛𝚒𝚍𝚑𝚘 𝙰𝚕𝚕𝚘𝚑 ﷻ 𝚍𝚒𝚋𝚊𝚗𝚍𝚒𝚗𝚐 𝚛𝚒𝚍𝚑𝚘 𝚍𝚒𝚛𝚒𝚔𝚞 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚔𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊 𝚙𝚊𝚍𝚊 10 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑,” 𝚓𝚊𝚠𝚊𝚋 𝚜𝚊𝚑𝚊𝚋𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊.
𝙰𝚋𝚞 𝚈𝚞𝚜𝚞𝚏 𝚙𝚞𝚗 𝚋𝚊𝚗𝚐𝚞𝚗 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚝𝚒𝚍𝚞𝚛, 𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚜𝚎𝚓𝚊𝚔 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚒𝚝𝚞 𝙱𝚎𝚕𝚒𝚊𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚙𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚖𝚊𝚕𝚊𝚗 𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛 𝚑𝚊𝚢𝚊𝚝.
𝙰𝚗𝚓𝚞𝚛𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚙𝚎𝚛𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔 𝚊𝚖𝚊𝚕 𝚜𝚑𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚙𝚊𝚍𝚊 10 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚊𝚖𝚊 𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑 𝚝𝚎𝚛𝚖𝚊𝚔𝚝𝚞𝚋 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚋𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚑𝚊𝚍𝚒𝚝𝚜. 𝙼𝚒𝚜𝚊𝚕𝚗𝚢𝚊 𝚑𝚊𝚍𝚒𝚝𝚜 𝚛𝚒𝚠𝚊𝚢𝚊𝚝 𝙸𝚋𝚗𝚞 ‘𝙰𝚋𝚋𝚊𝚜 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚒 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚂𝚞𝚗𝚊𝚗 𝙰𝚝-𝚃𝚒𝚛𝚖𝚒𝚍𝚣𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗,
“𝚃𝚒𝚊𝚍𝚊 𝚊𝚍𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚕𝚊𝚒𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚜𝚞𝚔𝚊𝚒 𝙰𝚕𝚕𝚘𝚑 ﷻ 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚒𝚋𝚊𝚍𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚜𝚎𝚙𝚞𝚕𝚞𝚑 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚒𝚗𝚒 (𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑).”
𝙼𝚎𝚜𝚔𝚒𝚙𝚞𝚗 𝚍𝚒𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚊𝚝𝚊 “𝚜𝚎𝚙𝚞𝚕𝚞𝚑 𝚑𝚊𝚛𝚒”, 𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚍𝚒𝚖𝚞𝚕𝚊𝚒 1 𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑 𝚌𝚞𝚔𝚞𝚙 𝚍𝚒𝚓𝚊𝚕𝚊𝚗𝚔𝚊𝚗
𝚜𝚎𝚖𝚋𝚒𝚕𝚊𝚗 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕 10 𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑 (𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚝𝚊𝚜𝚢𝚛𝚒𝚚: 11, 12, 13 𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑) 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚕𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚙𝚞𝚊𝚜𝚊. 𝚂𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝 𝙰𝚗-𝙽𝚊𝚠𝚊𝚠𝚒 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚍𝚒𝚔𝚞𝚝𝚒𝚙 𝙰𝚕-𝙼𝚞𝚋𝚊𝚛𝚘𝚔𝚏𝚞𝚛𝚒 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚃𝚞𝚑𝚏𝚊𝚝𝚞𝚕 𝙰𝚑𝚠𝚊𝚍𝚣𝚒 𝚋𝚊𝚑𝚠𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚖𝚊𝚔𝚜𝚞𝚍 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚊𝚢𝚢𝚊𝚖𝚞𝚕 ‘𝚊𝚜𝚢𝚛 (10 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 9 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚜𝚎𝚓𝚊𝚔 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕 1 𝙳𝚣𝚞𝚕𝚑𝚒𝚓𝚓𝚊𝚑.
[ 𝙺𝚒𝚝𝚊𝚋 𝙰𝚗-𝙽𝚊𝚠𝚊𝚍𝚒𝚛 𝚔𝚊𝚛𝚢𝚊 𝚂𝚢𝚎𝚔𝚑 𝚂𝚢𝚒𝚑𝚊𝚋𝚞𝚍𝚍𝚒𝚗 𝙰𝚑𝚖𝚊𝚍 𝚒𝚋𝚗 𝚂𝚊𝚕𝚊𝚖𝚊𝚑 𝚊𝚕-𝚀𝚘𝚕𝚢𝚞𝚋𝚒 رحمه الله ]