#STORYCC — Romance, Slice of life, Drama, Comedy
cr: @VOGELFLEIOFC
.
.
[ Amour Aveugle ]
Hari Minggu adalah hari yang cocok untuk menghabiskan waktu bersama yang tersayang sebelum kembali larut dalam kesibukan. Namun sepertinya tidak untuk hari Minggu kali ini.
Sejak pagi tadi hujan gerimis sudah membasahi tanah di bumi. Hingga siang ini gerimis sudah mulai berubah menjadi hujan walau tidak begitu deras.
Di salah satu rumah sederhana, dari arah ruang tengah terdengar suara bentakkan yang bersahut-sahutan dari sepasang suami istri.
"Dia anakku, bagaimana mungkin aku membuang anakku sendiri?! Kamu gila ya!!" bentak Si Suami kepada Sang Istri.
"Tapi dia bukan anakku!! Setiap aku melihatnya, ingatan tentang bagaimana jalang itu pernah merebutmu dariku selalu datang menghampiriku!!" balas Si Istri tidak mau kalah.
Suami yang mendengar kalimat terakhir Istrinya itu semakin marah, "Jaga perkataanmu!! Kalea bukanlah jalang, dan dia tidak pernah mengambilku darimu!" suasana di ruang tengah saat itu semakin memanas.
Di tengah keributan, diam-diam ada seorang gadis muda yang mendengar semua perkataan pasangan itu. Dan pada kenyataannya, memang benar jika wanita yang sedang bertengkar dengan ayahnya itu bukan ibu kandungnya.
Gadis itu hanya duduk diam di kamarnya, sembari mendengarkan lagu-lagu lama kesukaan bundanya. Walau sekencang apapun volume lagu itu, suara bentakan dari luar tetap bisa terdengar olehnya.
Dia ketakutan, tapi tidak mau menangis. Lagipula jika menangis bisa membuat orang-orang itu berhenti bertengkar, maka sudah dia lakukan sejak tadi. Menangis tidak akan merubah apapun, dan hanya akan membuat mata dan kepalanya sakit.
– page.1
cr: @VOGELFLEIOFC
.
.
[ Amour Aveugle ]
Hari Minggu adalah hari yang cocok untuk menghabiskan waktu bersama yang tersayang sebelum kembali larut dalam kesibukan. Namun sepertinya tidak untuk hari Minggu kali ini.
Sejak pagi tadi hujan gerimis sudah membasahi tanah di bumi. Hingga siang ini gerimis sudah mulai berubah menjadi hujan walau tidak begitu deras.
Di salah satu rumah sederhana, dari arah ruang tengah terdengar suara bentakkan yang bersahut-sahutan dari sepasang suami istri.
"Dia anakku, bagaimana mungkin aku membuang anakku sendiri?! Kamu gila ya!!" bentak Si Suami kepada Sang Istri.
"Tapi dia bukan anakku!! Setiap aku melihatnya, ingatan tentang bagaimana jalang itu pernah merebutmu dariku selalu datang menghampiriku!!" balas Si Istri tidak mau kalah.
Suami yang mendengar kalimat terakhir Istrinya itu semakin marah, "Jaga perkataanmu!! Kalea bukanlah jalang, dan dia tidak pernah mengambilku darimu!" suasana di ruang tengah saat itu semakin memanas.
Di tengah keributan, diam-diam ada seorang gadis muda yang mendengar semua perkataan pasangan itu. Dan pada kenyataannya, memang benar jika wanita yang sedang bertengkar dengan ayahnya itu bukan ibu kandungnya.
Gadis itu hanya duduk diam di kamarnya, sembari mendengarkan lagu-lagu lama kesukaan bundanya. Walau sekencang apapun volume lagu itu, suara bentakan dari luar tetap bisa terdengar olehnya.
Dia ketakutan, tapi tidak mau menangis. Lagipula jika menangis bisa membuat orang-orang itu berhenti bertengkar, maka sudah dia lakukan sejak tadi. Menangis tidak akan merubah apapun, dan hanya akan membuat mata dan kepalanya sakit.
– page.1
#STORYCC — Romance, Slice of life, Drama, Comedy
Continuation of t.me/VOGELFLEIOFC/2174
cr: @VOGELFLEIOFC
.
.
Perkenalannya diakhiri dengan senyuman kikuk, sementara lawan bicaranya hanya mengangguk sembari tersenyum tipis. Itu... menawan.
Hala segera mengalihkan dirinya dari pemikiran barusan, dan menyadari bahwa anak lelaki itu belum memberitahu namanya.
"Namamu..." Hala menjeda kalimatnya, berharap jika anak itu segera menyahut, melanjutkan kalimatnya.
Lelaki di hadapan Hala itu menyadari bahwa dia belum menyebutkan namanya, "Ah, Lendra. Iravan Akhilendra Tarachandra." Kalimatnya diakhiri dengan senyuman tipis, yang sialnya Hala suka senyum itu.
Setelah sesi perkenalan, suasana kembali sunyi, sementara hujan telah reda beberapa saat yang lalu.
"Tidak pulang?" Tanya Lendra memecah kesunyian kala itu. Suaranya cukup membuat Hala agak tersentak, karena tadi dia tenggelam dalam lamunannya.
Hala menggeleng pelan, dan hanya itu balasan dari pertanyaan Lendra.
"Hala, tidak pulang? Bajumu pasti basah, nanti dingin." Lendra mengulang pertanyaannya, seakan dia tidak melihat gelengan Hala, padahal tadi sepertinya dia menoleh kearah Hala.
Kekehan pelan terdengar dari mulut Hala, "Nanti aku pulang, kamu sendiri? Bajumu juga basah, ngga dingin?"
Pertanyaan balik dilontarkan Hala.
"Tidak masalah kalau kamu sendirian?" Itu pertanyaan Lendra, dan Hala cukup senang karena merasa dipedulikan.
– page.4
Continuation of t.me/VOGELFLEIOFC/2174
cr: @VOGELFLEIOFC
.
.
Perkenalannya diakhiri dengan senyuman kikuk, sementara lawan bicaranya hanya mengangguk sembari tersenyum tipis. Itu... menawan.
Hala segera mengalihkan dirinya dari pemikiran barusan, dan menyadari bahwa anak lelaki itu belum memberitahu namanya.
"Namamu..." Hala menjeda kalimatnya, berharap jika anak itu segera menyahut, melanjutkan kalimatnya.
Lelaki di hadapan Hala itu menyadari bahwa dia belum menyebutkan namanya, "Ah, Lendra. Iravan Akhilendra Tarachandra." Kalimatnya diakhiri dengan senyuman tipis, yang sialnya Hala suka senyum itu.
Setelah sesi perkenalan, suasana kembali sunyi, sementara hujan telah reda beberapa saat yang lalu.
"Tidak pulang?" Tanya Lendra memecah kesunyian kala itu. Suaranya cukup membuat Hala agak tersentak, karena tadi dia tenggelam dalam lamunannya.
Hala menggeleng pelan, dan hanya itu balasan dari pertanyaan Lendra.
"Hala, tidak pulang? Bajumu pasti basah, nanti dingin." Lendra mengulang pertanyaannya, seakan dia tidak melihat gelengan Hala, padahal tadi sepertinya dia menoleh kearah Hala.
Kekehan pelan terdengar dari mulut Hala, "Nanti aku pulang, kamu sendiri? Bajumu juga basah, ngga dingin?"
Pertanyaan balik dilontarkan Hala.
"Tidak masalah kalau kamu sendirian?" Itu pertanyaan Lendra, dan Hala cukup senang karena merasa dipedulikan.
– page.4
#STORYCC — Romance, Slice of life, Drama, Comedy
Continuation of t.me/VOGELFLEIOFC/2190
cr: @VOGELFLEIOFC
.
.
Ini jahat. Tapi Lendra adalah tuna netra, jadi kalau dia hanya berjalan biasa dan melewatinya, dia tidak akan menyadari kalau dia lewat kan? Tentu, harusnya begitu.
Hala benar-benar hendak berjalan melewati Lendra, sampai sapaan lelaki itu memutus niatnya untuk berjalan lurus.
"Hala? Rumahnya lewat sini?" Tanya Lendra sembari mengubah arah hadapnya, menghadap Hala.
Yang ditanya hanya tersenyum kikuk, dan mengiyakan pertanyaan Lendra.
"Teman barunya Lendra ya?" Suara pria dewasa menyela pembicaraan kedua anak beda gender itu.
"Oh, iya, Pa. Ini Hala. Barusan bertemu di dekat rumah kosong," Lendra menjawab pertanyaan pria itu, "dan Hala, ini Papa Tara. Papa kami, pemilik panti." Sambung Lendra, memperkenalkan Papanya.
Hala, yang diperkenalkan hanya bisa memasang senyum kikuknya dan mengangguk pelan. Dia ingin pergi dari situ, namun dia harus berpamitan dulu pada pria yang Lendra panggil 'Pa' tadi. Sayangnya, Lendra malah melanjutkan pembicaraannya tadi.
Hala ingin berpamitan, tapi sungkan untuk memotong pembicaraan mereka lagi.
Entah untung atau sial, tapi pembicaraan mereka terhenti dan disusul dengan pertanyaan Om Tara, "Hala mau mampir? Kamu bisa ganti baju dan makan bersama, pakaian kalian basah, pasti dingin."
"E-eh... ga usah Om, udah mau malem. Hala mending langsung pulang aja." Tolak Hala dengan halus.
"Justru karena hampir malam, nanti kamu kedinginan." Sahut Lendra, mendukung ajakan Om Tara.
Om Lendra juga hanya mengangguk menanggapi kalimat anak lelakinya.
Terpaksa, Hala masuk ke bangunan panti asuhan yang cukup besar itu. Sepertinya penghuninya banyak.
Diam-diam Hala bersyukur, karena dia tidak langsung pulang dan bertemu Ibu tirinya.
Tapi Hala juga takut, bagaimana jika Ayahnya kembali dan mencarinya. Takut juga jika nanti saat dia pulang Ibu tirinya memarahi, dan menghukumnya.
Continuation of t.me/VOGELFLEIOFC/2190
cr: @VOGELFLEIOFC
.
.
Ini jahat. Tapi Lendra adalah tuna netra, jadi kalau dia hanya berjalan biasa dan melewatinya, dia tidak akan menyadari kalau dia lewat kan? Tentu, harusnya begitu.
Hala benar-benar hendak berjalan melewati Lendra, sampai sapaan lelaki itu memutus niatnya untuk berjalan lurus.
"Hala? Rumahnya lewat sini?" Tanya Lendra sembari mengubah arah hadapnya, menghadap Hala.
Yang ditanya hanya tersenyum kikuk, dan mengiyakan pertanyaan Lendra.
"Teman barunya Lendra ya?" Suara pria dewasa menyela pembicaraan kedua anak beda gender itu.
"Oh, iya, Pa. Ini Hala. Barusan bertemu di dekat rumah kosong," Lendra menjawab pertanyaan pria itu, "dan Hala, ini Papa Tara. Papa kami, pemilik panti." Sambung Lendra, memperkenalkan Papanya.
Hala, yang diperkenalkan hanya bisa memasang senyum kikuknya dan mengangguk pelan. Dia ingin pergi dari situ, namun dia harus berpamitan dulu pada pria yang Lendra panggil 'Pa' tadi. Sayangnya, Lendra malah melanjutkan pembicaraannya tadi.
Hala ingin berpamitan, tapi sungkan untuk memotong pembicaraan mereka lagi.
Entah untung atau sial, tapi pembicaraan mereka terhenti dan disusul dengan pertanyaan Om Tara, "Hala mau mampir? Kamu bisa ganti baju dan makan bersama, pakaian kalian basah, pasti dingin."
"E-eh... ga usah Om, udah mau malem. Hala mending langsung pulang aja." Tolak Hala dengan halus.
"Justru karena hampir malam, nanti kamu kedinginan." Sahut Lendra, mendukung ajakan Om Tara.
Om Lendra juga hanya mengangguk menanggapi kalimat anak lelakinya.
Terpaksa, Hala masuk ke bangunan panti asuhan yang cukup besar itu. Sepertinya penghuninya banyak.
Diam-diam Hala bersyukur, karena dia tidak langsung pulang dan bertemu Ibu tirinya.
Tapi Hala juga takut, bagaimana jika Ayahnya kembali dan mencarinya. Takut juga jika nanti saat dia pulang Ibu tirinya memarahi, dan menghukumnya.