Pantai pasir pink tak hanya bisa kamu temukan di Pulau Komodo, tapi juga di kawasan Kepulauan Nias. Tepatnya di Pantai Gawu Soyo yang terletak di desa Ombolota, Kabupaten Nias Utara, kamu bisa menikmati alternatif wisata pantai berpasir pink di Pulau Sumatera.
Destinasi tempat wisata di Kepulauan Nias satu ini tergolong masih asri dan belum banyak fasilitas wisata karena belum terlalu terkenal. Konon menurut penduduk sekitar, pasir berwarna pink tersebut berasal dari pertumpahan darah di pantai di zaman dulu. Berkunjung ke sini, kamu juga bisa menjelajah kehidupan bawah air lautnya yang indah.
Destinasi tempat wisata di Kepulauan Nias satu ini tergolong masih asri dan belum banyak fasilitas wisata karena belum terlalu terkenal. Konon menurut penduduk sekitar, pasir berwarna pink tersebut berasal dari pertumpahan darah di pantai di zaman dulu. Berkunjung ke sini, kamu juga bisa menjelajah kehidupan bawah air lautnya yang indah.
Saat memasuki kawasan Taman Nasional Komodo, kamu bisa menemukan pantai yang sangat unik. Biasanya, hamparan pasir pantai berwarna putih atau hitam. Anehnya, pantai ini punya hamparan pasir yang berwarna merah muda. Warnanya mencolok banget, apalagi saat terkena sinar matahari.
Pantai ini terletak di Taman Nasional Komodo, Jl. Kasimo, Kec. Labuan Bajo, Kab. Manggarai Barat, NTT.
Pantai ini terletak di Taman Nasional Komodo, Jl. Kasimo, Kec. Labuan Bajo, Kab. Manggarai Barat, NTT.
Danau Kelimutu yang dikenal sebagai "Danau Tiga Warna" ini berada di Taman Nasional Kelimutu. Disebut sebagai "Danau Tiga Warna", karena sering berubah-ubah warnanya jadi merah dan cokelat tua.
Kamu bisa menikmati keindahan danau ini, setelah mendaki Gunung Kelimutu yang berada di ketinggian 1631 meter di atas permukaan laut.
Destinasi wisata satu ini berlokasi di Kec. Detusoko, Kab. Ende, NTT.
Kamu bisa menikmati keindahan danau ini, setelah mendaki Gunung Kelimutu yang berada di ketinggian 1631 meter di atas permukaan laut.
Destinasi wisata satu ini berlokasi di Kec. Detusoko, Kab. Ende, NTT.
#STORYCC — Romance, Slice of life, Drama, Comedy
Continuation of t.me/VOGELFLEIOFC/2190
cr: @VOGELFLEIOFC
.
.
Ini jahat. Tapi Lendra adalah tuna netra, jadi kalau dia hanya berjalan biasa dan melewatinya, dia tidak akan menyadari kalau dia lewat kan? Tentu, harusnya begitu.
Hala benar-benar hendak berjalan melewati Lendra, sampai sapaan lelaki itu memutus niatnya untuk berjalan lurus.
"Hala? Rumahnya lewat sini?" Tanya Lendra sembari mengubah arah hadapnya, menghadap Hala.
Yang ditanya hanya tersenyum kikuk, dan mengiyakan pertanyaan Lendra.
"Teman barunya Lendra ya?" Suara pria dewasa menyela pembicaraan kedua anak beda gender itu.
"Oh, iya, Pa. Ini Hala. Barusan bertemu di dekat rumah kosong," Lendra menjawab pertanyaan pria itu, "dan Hala, ini Papa Tara. Papa kami, pemilik panti." Sambung Lendra, memperkenalkan Papanya.
Hala, yang diperkenalkan hanya bisa memasang senyum kikuknya dan mengangguk pelan. Dia ingin pergi dari situ, namun dia harus berpamitan dulu pada pria yang Lendra panggil 'Pa' tadi. Sayangnya, Lendra malah melanjutkan pembicaraannya tadi.
Hala ingin berpamitan, tapi sungkan untuk memotong pembicaraan mereka lagi.
Entah untung atau sial, tapi pembicaraan mereka terhenti dan disusul dengan pertanyaan Om Tara, "Hala mau mampir? Kamu bisa ganti baju dan makan bersama, pakaian kalian basah, pasti dingin."
"E-eh... ga usah Om, udah mau malem. Hala mending langsung pulang aja." Tolak Hala dengan halus.
"Justru karena hampir malam, nanti kamu kedinginan." Sahut Lendra, mendukung ajakan Om Tara.
Om Lendra juga hanya mengangguk menanggapi kalimat anak lelakinya.
Terpaksa, Hala masuk ke bangunan panti asuhan yang cukup besar itu. Sepertinya penghuninya banyak.
Diam-diam Hala bersyukur, karena dia tidak langsung pulang dan bertemu Ibu tirinya.
Tapi Hala juga takut, bagaimana jika Ayahnya kembali dan mencarinya. Takut juga jika nanti saat dia pulang Ibu tirinya memarahi, dan menghukumnya.
Continuation of t.me/VOGELFLEIOFC/2190
cr: @VOGELFLEIOFC
.
.
Ini jahat. Tapi Lendra adalah tuna netra, jadi kalau dia hanya berjalan biasa dan melewatinya, dia tidak akan menyadari kalau dia lewat kan? Tentu, harusnya begitu.
Hala benar-benar hendak berjalan melewati Lendra, sampai sapaan lelaki itu memutus niatnya untuk berjalan lurus.
"Hala? Rumahnya lewat sini?" Tanya Lendra sembari mengubah arah hadapnya, menghadap Hala.
Yang ditanya hanya tersenyum kikuk, dan mengiyakan pertanyaan Lendra.
"Teman barunya Lendra ya?" Suara pria dewasa menyela pembicaraan kedua anak beda gender itu.
"Oh, iya, Pa. Ini Hala. Barusan bertemu di dekat rumah kosong," Lendra menjawab pertanyaan pria itu, "dan Hala, ini Papa Tara. Papa kami, pemilik panti." Sambung Lendra, memperkenalkan Papanya.
Hala, yang diperkenalkan hanya bisa memasang senyum kikuknya dan mengangguk pelan. Dia ingin pergi dari situ, namun dia harus berpamitan dulu pada pria yang Lendra panggil 'Pa' tadi. Sayangnya, Lendra malah melanjutkan pembicaraannya tadi.
Hala ingin berpamitan, tapi sungkan untuk memotong pembicaraan mereka lagi.
Entah untung atau sial, tapi pembicaraan mereka terhenti dan disusul dengan pertanyaan Om Tara, "Hala mau mampir? Kamu bisa ganti baju dan makan bersama, pakaian kalian basah, pasti dingin."
"E-eh... ga usah Om, udah mau malem. Hala mending langsung pulang aja." Tolak Hala dengan halus.
"Justru karena hampir malam, nanti kamu kedinginan." Sahut Lendra, mendukung ajakan Om Tara.
Om Lendra juga hanya mengangguk menanggapi kalimat anak lelakinya.
Terpaksa, Hala masuk ke bangunan panti asuhan yang cukup besar itu. Sepertinya penghuninya banyak.
Diam-diam Hala bersyukur, karena dia tidak langsung pulang dan bertemu Ibu tirinya.
Tapi Hala juga takut, bagaimana jika Ayahnya kembali dan mencarinya. Takut juga jika nanti saat dia pulang Ibu tirinya memarahi, dan menghukumnya.
Sibuk bergelut dengan pikirannya, Hala tidak sadar jika dia sudah masuk ke rumah panti itu. Dia akan terus terjebak di pikirannya jika Lendra tidak memanggilnya.
"Hala, ayo ku antar ke kamar Kak Risma." Ajakan itu diterima Hala tanpa banyak bicara.
Rumah panti itu terdiri dari 2 lantai, dan lantai pertama cukup luas untuk ruang tengah, dapur, ruang makan, ruang tamu, kamar mandi, dan beberapa kamar tidur. Dan kamar Kak Risma, orang yang disebutkan Lendra tadi berada di lantai bawah.
Suara ketukan pintu ditimbulkan oleh tangan Lendra. Tidak lama, pintu itu terbuka dan menampilkan gadis remaja yang manis.
"Kak, Lendra bawa teman. Hala namanya, dia mau numpang ganti baju, sekalian pinjam baju Kakak. Boleh, kan?" Lendra langsung mengatakan perlunya pada Kak Risma.
Yang lebih tua mengangguk, dan mengiyakan. Kak Risma itu kalem, anggun juga, definisi sempurna di mata Hala.
"Ayo masuk, ku ambilkan bajuku yang sudah kekecilan aja gapapa kan?" Tanya Kak Risma pada Hala sambil mencari baju lamanya.
Hala mengiyakan saja, toh yang penting dia tidak terlalu kedinginan.
"Nanti kalau mau, bajuku kamu bawa aja. Lagian ini baju udah kekecilan, jadi ga bakal ku pake lagi." Setelah melanjutkan kalimatnya, Kak Risma menyodorkan baju lamanya. 'Itu baju lama? Masih bagus banget' Hala membatin.
"I-iya, makasih Kak. Ini... aku bisa ganti baju dimana?" Tidak mungkin kan kalau Hala ganti baju di kamar gadis itu, apalagi masih ada pemiliknya pula.
Kak Risma hanya terkekeh pelan, melihat Hala yang tampak canggung berada di dekatnya.
"Ganti di sini aja, aku mau keluar, tata meja makan. Santai aja ya kalau sama aku." Ucapan Kak Risma cukup membuat rasa canggung Hala agak reda. Dia pikir Kak Risma akan galak, karena wajahnya tadi terkesan galak bagi Hala.
Setelah Kak Risma meninggalkan kamarnya, Hala bergegas mengganti bajunya, dan melipat baju basahnya untuk dibawa pulang. Dia harus segera pulang setelah ini, lagi pula Kak Risma memperbolehkannya memiliki baju yang dipakainya saat ini.
"Hala, ayo ku antar ke kamar Kak Risma." Ajakan itu diterima Hala tanpa banyak bicara.
Rumah panti itu terdiri dari 2 lantai, dan lantai pertama cukup luas untuk ruang tengah, dapur, ruang makan, ruang tamu, kamar mandi, dan beberapa kamar tidur. Dan kamar Kak Risma, orang yang disebutkan Lendra tadi berada di lantai bawah.
Suara ketukan pintu ditimbulkan oleh tangan Lendra. Tidak lama, pintu itu terbuka dan menampilkan gadis remaja yang manis.
"Kak, Lendra bawa teman. Hala namanya, dia mau numpang ganti baju, sekalian pinjam baju Kakak. Boleh, kan?" Lendra langsung mengatakan perlunya pada Kak Risma.
Yang lebih tua mengangguk, dan mengiyakan. Kak Risma itu kalem, anggun juga, definisi sempurna di mata Hala.
"Ayo masuk, ku ambilkan bajuku yang sudah kekecilan aja gapapa kan?" Tanya Kak Risma pada Hala sambil mencari baju lamanya.
Hala mengiyakan saja, toh yang penting dia tidak terlalu kedinginan.
"Nanti kalau mau, bajuku kamu bawa aja. Lagian ini baju udah kekecilan, jadi ga bakal ku pake lagi." Setelah melanjutkan kalimatnya, Kak Risma menyodorkan baju lamanya. 'Itu baju lama? Masih bagus banget' Hala membatin.
"I-iya, makasih Kak. Ini... aku bisa ganti baju dimana?" Tidak mungkin kan kalau Hala ganti baju di kamar gadis itu, apalagi masih ada pemiliknya pula.
Kak Risma hanya terkekeh pelan, melihat Hala yang tampak canggung berada di dekatnya.
"Ganti di sini aja, aku mau keluar, tata meja makan. Santai aja ya kalau sama aku." Ucapan Kak Risma cukup membuat rasa canggung Hala agak reda. Dia pikir Kak Risma akan galak, karena wajahnya tadi terkesan galak bagi Hala.
Setelah Kak Risma meninggalkan kamarnya, Hala bergegas mengganti bajunya, dan melipat baju basahnya untuk dibawa pulang. Dia harus segera pulang setelah ini, lagi pula Kak Risma memperbolehkannya memiliki baju yang dipakainya saat ini.
Selesai berganti baju, dan membereskan baju basahnya, Hala keluar kamar dan segera mencari Om Tara, atau setidaknya Lendra. Hala harus berpamitan, dan segera pulang.
Untungnya, Hala langsung menangkap kehadiran Lendra dan Om Tara di ruang tamu. Lendra sudah mengganti bajunya, dan mereka tampak sedang mengobrol ringan.
"Permisi, maaf Om. Hala harus pulang sekarang. Takut dicari Papa." Hala kembali menginterupsi pembicaraan mereka.
Om Tara yang paham langsung mengangguk, mengiyakan.
"Lendra, bilang ke adik-adikmu untuk langsung makan malam saja. Papa mau antar Hala pulang dulu." Setelah Om Tara berpamitan, Hala juga ikut berpamitan pada Lendra.
Singkatnya, sekarang Hala sudah di mobil bersama Om Lendra, dan sedang dalam perjalanan pulang kerumah.
Hala tau ini merepotkan, tapi tadi saat di depan pintu panti, Hala sudah menolak tumpangangan itu. Om Tara, yang ditolak tetap keukeuh untuk mengantar Hala, dengan alasan sudah malam, dan tadi dia sudah terlanjur pamit pada Lendra mau mengantanya.
Saat perjalanan, di setiap jalan bercabang Om Tara akan menanyakan harus belok kemana untuk menuju ke rumah Hala. Dan setelah beberapa belokan, mereka sampai di depan rumah Hala.
Hala baru menyadari sesuatu, ternyata sejauh itu dia melarikan diri tadi.
Dan satu lagi yang baru Hala sadari, garasi rumahnya terbuka, dan mobil Ayahnya tidak ada di sana.
Firasat Hala buruk, sangat buruk. Ayahnya pergi, dan pasti hanya ada Ibu tirinya di rumah.
Hala takut, tapi dia harus tetap turun dan membiarkan Om Tara pergi. Apapun yang akan terjadi padanya, itu urusan nanti.
"Ayo, Hala. Kita turun, sekalian Om mau kenalan dengan orang tua kamu. Biar mereka tidak berprasangka buruk." Tanpa disadari Hala, Om Tara sudah turun dan membukakan pintu mobil untuknya.
Otak Hala memaksanya menyuruh Om Tara untuk langsung pulang saja, tapi hati Hala merasa takut. Takut jika Ibu tirinya melakukan hal menyakitkan padanya.
Hala memutuskan untuk keluar dari mobil, dan tidak menyuruh Om Tara pulang dulu.
Om Tara mulai mengetuk pintu rumahnya, tidak lama Ibu tirinya langsung membukakan pintu sambil berteriak menyumpah serapahi Hala.
"Anak sialan, buat apa pulang —"
– to be continued
Untungnya, Hala langsung menangkap kehadiran Lendra dan Om Tara di ruang tamu. Lendra sudah mengganti bajunya, dan mereka tampak sedang mengobrol ringan.
"Permisi, maaf Om. Hala harus pulang sekarang. Takut dicari Papa." Hala kembali menginterupsi pembicaraan mereka.
Om Tara yang paham langsung mengangguk, mengiyakan.
"Lendra, bilang ke adik-adikmu untuk langsung makan malam saja. Papa mau antar Hala pulang dulu." Setelah Om Tara berpamitan, Hala juga ikut berpamitan pada Lendra.
Singkatnya, sekarang Hala sudah di mobil bersama Om Lendra, dan sedang dalam perjalanan pulang kerumah.
Hala tau ini merepotkan, tapi tadi saat di depan pintu panti, Hala sudah menolak tumpangangan itu. Om Tara, yang ditolak tetap keukeuh untuk mengantar Hala, dengan alasan sudah malam, dan tadi dia sudah terlanjur pamit pada Lendra mau mengantanya.
Saat perjalanan, di setiap jalan bercabang Om Tara akan menanyakan harus belok kemana untuk menuju ke rumah Hala. Dan setelah beberapa belokan, mereka sampai di depan rumah Hala.
Hala baru menyadari sesuatu, ternyata sejauh itu dia melarikan diri tadi.
Dan satu lagi yang baru Hala sadari, garasi rumahnya terbuka, dan mobil Ayahnya tidak ada di sana.
Firasat Hala buruk, sangat buruk. Ayahnya pergi, dan pasti hanya ada Ibu tirinya di rumah.
Hala takut, tapi dia harus tetap turun dan membiarkan Om Tara pergi. Apapun yang akan terjadi padanya, itu urusan nanti.
"Ayo, Hala. Kita turun, sekalian Om mau kenalan dengan orang tua kamu. Biar mereka tidak berprasangka buruk." Tanpa disadari Hala, Om Tara sudah turun dan membukakan pintu mobil untuknya.
Otak Hala memaksanya menyuruh Om Tara untuk langsung pulang saja, tapi hati Hala merasa takut. Takut jika Ibu tirinya melakukan hal menyakitkan padanya.
Hala memutuskan untuk keluar dari mobil, dan tidak menyuruh Om Tara pulang dulu.
Om Tara mulai mengetuk pintu rumahnya, tidak lama Ibu tirinya langsung membukakan pintu sambil berteriak menyumpah serapahi Hala.
"Anak sialan, buat apa pulang —"
– to be continued
Selamat malam, Salam 6 agama saya founder dari @VOGELFLEIOFC ingin memberi tahu kepada seluruh member vogelflei bahwa pada hari 24 desember 2021 sq kami resmi BUBAR. terima kasih buat member kami terima kasih banyak udah menjadikan vogelflei menjadi rumah kalian semua kami seluruh admin sayang kalian 🧡🧡
- all admin vogelflei
- all admin vogelflei
📌WARNING📌
Sekarang vogelflei di ganti dengan nama glavlei , tapi base nya bukan di telegram lagi tapi di whatsapp nah jadi teman teman yang pengen gabung langsung aja cek ke ignya , sekarang udah jadi rprl area yahh.
instagram : @ofcglavlei
tiktok : @glvlei
Sekarang vogelflei di ganti dengan nama glavlei , tapi base nya bukan di telegram lagi tapi di whatsapp nah jadi teman teman yang pengen gabung langsung aja cek ke ignya , sekarang udah jadi rprl area yahh.
instagram : @ofcglavlei
tiktok : @glvlei
📝 isi yuk
👤 kangen semuanya
👤 kangen kak arsad
👤 kangen semua nya 😔😔
👤 kangen ghea
👤 kangen arsadddd sama yang lain ughaa
👤 Lucu bnr ada yg kngenin gw
👤 Kangen arsat
👤 kangen rain pacar renjun
👤 Cuma satu, KANGEN
👤 kangen all memb vogel terutama arsad, raion, rain, lio, nay egypt kangen semuanyaaaa
👤 Kangen
👤 halo
👤 lov u
👥 13 people have voted so far.
📖 Anonymous Board
🚫 This poll has been deleted...
👤 kangen semuanya
👤 kangen kak arsad
👤 kangen semua nya 😔😔
👤 kangen ghea
👤 kangen arsadddd sama yang lain ughaa
👤 Lucu bnr ada yg kngenin gw
👤 Kangen arsat
👤 kangen rain pacar renjun
👤 Cuma satu, KANGEN
👤 kangen all memb vogel terutama arsad, raion, rain, lio, nay egypt kangen semuanyaaaa
👤 Kangen
👤 halo
👤 lov u
👥 13 people have voted so far.
📖 Anonymous Board
🚫 This poll has been deleted...