✋🏽🚦⚠️ JANGAN UCAPKAN "SELAMAT NATAL"❗️
▫️▫️▫️
Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan,
وأما التهنئة بشعائر الكفر المختصة به فحرام بالاتفاق، مثل أن يهنئهم بأعيادهم وصومهم، فيقول: عيد مبارك عليك، أو تهنأ بهذا العيد، ونحوه، فهذا إن سلم قائله من الكفر فهو من المحرمات، وهو بمنزلة أن يهنئه بسجوده للصليب، بل ذلك أعظم إثما عند الله وأشد مقتا من التهنئة بشرب الخمر وقتل النفس وارتكاب الفرج الحرام ونحوه. وكثير ممن لا قدر للدين عنده يقع في ذلك، ولا يدري قبح ما فعل.
“Adapun ucapan selamat kepada syiar-syiar kekufuran yang merupakan ciri khasnya, maka hukumnya adalah haram dengan kesepakatan para ulama.
Contohnya: seseorang mengucapakan selamat kepada mereka di hari-hari raya dan hari-hari puasa mereka, dengan mengatakan, "Hari raya yang diberkahi atasmu", atau mengucapkan selamat dengan hari raya ini, dan yang sejenisnya, maka jika orang yang mengucapkannya selamat dari kekafiran (tidak menjadikannya keluar dari Islam -pen), namun pada hakikatnya dia terjatuh kepada sesuatu yang haram.
Dan posisi dia seperti memberikan ucapan selamat terhadap seseorang yang sujud terhadap salib, bahkan hal itu lebih besar dosanya dan kemurkaannya di sisi Allah ta'ala dibanding seseorang mengucapkan selamat kepada orang yang meminum khamr, membunuh jiwa, orang yang melakukan perzinahan dan semisalnya.
Dan banyak dari sebagian orang yang tidak paham terhadap agama terjatuh terhadap hal itu, dia tidak mengetahui jeleknya Apa yang dia lakukan.
فمن هنأ عبدا بمعصية أو بدعة أو كفر فقد تعرض لمقت الله وسخطه...
Maka barang siapa yang mengucapkan selamat kepada seseorang dikarenakan sebuah maksiat atau kebid'ahan ataupun kekufuran maka sesungguhnya ini menyebabkan kemurkaan Allah dan kemarahannya.”
✒️ [Ahkām Ahli Adz-Dzimmah 1 / 293 - 294]
🔖 Alih Bahasa:
Al-Ustadz Novel bin Mas'ud حفظـہ اللـہ
▫️▫️▫️
#ucapan #selamat #hari_raya
© Gabung Channel
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
▫️▫️▫️
Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan,
وأما التهنئة بشعائر الكفر المختصة به فحرام بالاتفاق، مثل أن يهنئهم بأعيادهم وصومهم، فيقول: عيد مبارك عليك، أو تهنأ بهذا العيد، ونحوه، فهذا إن سلم قائله من الكفر فهو من المحرمات، وهو بمنزلة أن يهنئه بسجوده للصليب، بل ذلك أعظم إثما عند الله وأشد مقتا من التهنئة بشرب الخمر وقتل النفس وارتكاب الفرج الحرام ونحوه. وكثير ممن لا قدر للدين عنده يقع في ذلك، ولا يدري قبح ما فعل.
“Adapun ucapan selamat kepada syiar-syiar kekufuran yang merupakan ciri khasnya, maka hukumnya adalah haram dengan kesepakatan para ulama.
Contohnya: seseorang mengucapakan selamat kepada mereka di hari-hari raya dan hari-hari puasa mereka, dengan mengatakan, "Hari raya yang diberkahi atasmu", atau mengucapkan selamat dengan hari raya ini, dan yang sejenisnya, maka jika orang yang mengucapkannya selamat dari kekafiran (tidak menjadikannya keluar dari Islam -pen), namun pada hakikatnya dia terjatuh kepada sesuatu yang haram.
Dan posisi dia seperti memberikan ucapan selamat terhadap seseorang yang sujud terhadap salib, bahkan hal itu lebih besar dosanya dan kemurkaannya di sisi Allah ta'ala dibanding seseorang mengucapkan selamat kepada orang yang meminum khamr, membunuh jiwa, orang yang melakukan perzinahan dan semisalnya.
Dan banyak dari sebagian orang yang tidak paham terhadap agama terjatuh terhadap hal itu, dia tidak mengetahui jeleknya Apa yang dia lakukan.
فمن هنأ عبدا بمعصية أو بدعة أو كفر فقد تعرض لمقت الله وسخطه...
Maka barang siapa yang mengucapkan selamat kepada seseorang dikarenakan sebuah maksiat atau kebid'ahan ataupun kekufuran maka sesungguhnya ini menyebabkan kemurkaan Allah dan kemarahannya.”
✒️ [Ahkām Ahli Adz-Dzimmah 1 / 293 - 294]
🔖 Alih Bahasa:
Al-Ustadz Novel bin Mas'ud حفظـہ اللـہ
▫️▫️▫️
#ucapan #selamat #hari_raya
© Gabung Channel
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
Telegram
PONPES ASSUNNAH BATU
Channel Resmi Mahad As Sunnah Batu Jawa Timur, di bawah bimbingan Asatidzah Mahad As Sunnah, Al Ustadz Usamah Faishal Mahri hafidzahullah, Al Ustadz Abdusshamad Bawazier hafidzahullah, dan Al Ustadz Ahmad Khadim hafidzahullah
🎙🌎 BARANGKALI SEPENGGAL UCAPAN DARI LISANMU AKAN MENCATAT SEJARAH BESAR BAGI DUNIA
▫️▫️▫️
Ucapan yang baik memang bernilai sedekah. Namun, ucapan juga bisa saja lebih tajam daripada sebilah pedang. Ucapan bisa membuahkan banyak manfaat. Namun ia juga dapat menuai konflik dan kerusakan.
'Abdullah bin al-Mu'tazz melantunkan untaian-untaian syairnya,
يا رُبّ ألسنة كالسيوف ... تقطع أعناق أصحابها
وكم دهي المرء من نفسه ... فلا تؤكلن بأنيابها
"Duhai, betapa lisan itu layaknya pedang, ia bisa memotong leher orangnya.
Berapa banyak orang itu binasa akibat dirinya sendiri, sehingga jiwa itu tidak dapat percaya dengan taring-taringnya (lisannya) sendiri."
Lisan ibarat pedang bermata dua. Jika yang mengayunkannya orang yang cerdik dan bijak, maka ia akan memperoleh ghanimah. Sebaliknya, jika yang menggunakannya orang yang pandir dan ngawur, maka yang ada hanya kerusakan dan kehancuran.
Menengok sejarah manusia-manusia pilihan, seseorang pasti akan mendapati bahwa para nabi adalah orang-orang yang baik ucapannya dan elok tutur katanya. Kata-kata dan ucapan mereka laksana untaian-untaian mutiara yang indah dan berharga. Saking indah dan berharganya, manusia yang mendapatkannya pun lantas mengabadikannya, dan mewariskannya kepada generasi-generasi berikutnya.
Sebuah kisah yang terjadi di dalam konteks sejarah besar dunia Islam. Tersebut di dalam ensiklopedia ilmu hadits dan sejarahnya. Kejadian yang semula kecil, tapi berhasil menciptakan sebuah historiografi khazanah ilmu-ilmu Islam.
Ya, sejarah itu berawal dari sepenggal ucapan.
"Jika antum berkenan mendokumentasikan hadits-hadits yang shahih di dalam sebuah kitab."
Ucapan yang tulus itu terlontar dari seorang guru kepada muridnya. Al-Imam Ishaq bin Rahuyah yang mengatakannya kepada Al-Imam Al-Bukhari rahimahumallah.
Disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah di dalam (Hadyus Sārī Muqaddimah Fathil Bārī), beberapa motivasi Al-Bukhari dalam menulis karyanya yang fenomenal ini, yang di antaranya ialah ucapan sang guru, Ishaq bin Rahuyah, sehingga berpengaruh kepada diri Al-Bukhari. Al-Bukhari mengungkapkan,
"Ucapan itu menancap di dalam relung hatiku, maka aku memulai untuk menggarap kitab Al-Jāmi' Ash-Shahīh."
Sudah tahu kan sejarah apa yang dibuat oleh Al-Bukhari dari kitabnya tersebut? Ya, kitab tersebut menjadi kitab paling shahih dan otentik setelah Al-Quran. Bahkan tidak berlebihan jika kita katakan, hampir seluruh kaum muslimin pasti mengetahui kitab ini, mempelajarinya, membacanya, atau paling tidaknya menyadur darinya.
Berawal dari sepenggal ucapan dari sang guru.
Masih mirip dengan kisah di atas. Kali ini terjadi di abad ke-8 hijriyah, seorang ahli hadits dan ahli sejarah negeri Syam, A-Qasim bin Muhammad Al-Barzāli yang berkata kepada muridnya yang masih muda,
"Tulisanmu ini mirip dengan tulisannya para ahli hadits."
Subhaanallah.
Sebuah pengakuan dari seorang guru yang disampaikan langsung kepada si murid yang masih sangat muda belia. Benar, anak muda itu di kemudian hari namanya memenuhi khazanah-khazanah Islam dalam banyak disiplin ilmu. Muhammad bin Ahmad bin Qaimaz Adz-Dzahabi. Tak heran jika Adz-Dzahabi banyak memuji dan menyebut-nyebut sang guru. Beliau mengatakan tentang sang guru, Al-Barzāli,
"Beliaulah yang telah membuat aku jatuh cinta untuk mempelajari hadits. Beliau melihat tulisanku, lantas berkata, “Tulisanmu mirip dengan tulisan para ahli hadits.” Sehingga ucapan beliau membekas pada diriku..."
Demikian ucapan orang yang mulia, jika itu mengindikasikan sesuatu maka itu menjadi bukti tulus dan benarnya niat mereka dalam berucap dan berkata. Di samping konteks redaksi yang baik dan indah ketika didengar dan disimpan di dalam jiwa.
Maka sudah sepantasnya bagi kita, terutama para guru dan pendidik untuk memilah-milih kata, setelah tentunya berusaha untuk tulus dan ikhlas dalam menyampaikannya.
اللهم ارزقنا حسن القصد في الأقوال والأعمال
✍🏽 Abul Walid Al-Maidany عامله الله بلطفه
▫️▫️▫️
#ucapan #lisan #sejarah #historiografi
© 𝐆𝐚𝐛𝐮𝐧𝐠 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐧𝐞𝐥 𝐓𝐞𝐥𝐞𝐠𝐫𝐚𝐦
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
▫️▫️▫️
Ucapan yang baik memang bernilai sedekah. Namun, ucapan juga bisa saja lebih tajam daripada sebilah pedang. Ucapan bisa membuahkan banyak manfaat. Namun ia juga dapat menuai konflik dan kerusakan.
'Abdullah bin al-Mu'tazz melantunkan untaian-untaian syairnya,
يا رُبّ ألسنة كالسيوف ... تقطع أعناق أصحابها
وكم دهي المرء من نفسه ... فلا تؤكلن بأنيابها
"Duhai, betapa lisan itu layaknya pedang, ia bisa memotong leher orangnya.
Berapa banyak orang itu binasa akibat dirinya sendiri, sehingga jiwa itu tidak dapat percaya dengan taring-taringnya (lisannya) sendiri."
Lisan ibarat pedang bermata dua. Jika yang mengayunkannya orang yang cerdik dan bijak, maka ia akan memperoleh ghanimah. Sebaliknya, jika yang menggunakannya orang yang pandir dan ngawur, maka yang ada hanya kerusakan dan kehancuran.
Menengok sejarah manusia-manusia pilihan, seseorang pasti akan mendapati bahwa para nabi adalah orang-orang yang baik ucapannya dan elok tutur katanya. Kata-kata dan ucapan mereka laksana untaian-untaian mutiara yang indah dan berharga. Saking indah dan berharganya, manusia yang mendapatkannya pun lantas mengabadikannya, dan mewariskannya kepada generasi-generasi berikutnya.
Sebuah kisah yang terjadi di dalam konteks sejarah besar dunia Islam. Tersebut di dalam ensiklopedia ilmu hadits dan sejarahnya. Kejadian yang semula kecil, tapi berhasil menciptakan sebuah historiografi khazanah ilmu-ilmu Islam.
Ya, sejarah itu berawal dari sepenggal ucapan.
"Jika antum berkenan mendokumentasikan hadits-hadits yang shahih di dalam sebuah kitab."
Ucapan yang tulus itu terlontar dari seorang guru kepada muridnya. Al-Imam Ishaq bin Rahuyah yang mengatakannya kepada Al-Imam Al-Bukhari rahimahumallah.
Disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah di dalam (Hadyus Sārī Muqaddimah Fathil Bārī), beberapa motivasi Al-Bukhari dalam menulis karyanya yang fenomenal ini, yang di antaranya ialah ucapan sang guru, Ishaq bin Rahuyah, sehingga berpengaruh kepada diri Al-Bukhari. Al-Bukhari mengungkapkan,
"Ucapan itu menancap di dalam relung hatiku, maka aku memulai untuk menggarap kitab Al-Jāmi' Ash-Shahīh."
Sudah tahu kan sejarah apa yang dibuat oleh Al-Bukhari dari kitabnya tersebut? Ya, kitab tersebut menjadi kitab paling shahih dan otentik setelah Al-Quran. Bahkan tidak berlebihan jika kita katakan, hampir seluruh kaum muslimin pasti mengetahui kitab ini, mempelajarinya, membacanya, atau paling tidaknya menyadur darinya.
Berawal dari sepenggal ucapan dari sang guru.
Masih mirip dengan kisah di atas. Kali ini terjadi di abad ke-8 hijriyah, seorang ahli hadits dan ahli sejarah negeri Syam, A-Qasim bin Muhammad Al-Barzāli yang berkata kepada muridnya yang masih muda,
"Tulisanmu ini mirip dengan tulisannya para ahli hadits."
Subhaanallah.
Sebuah pengakuan dari seorang guru yang disampaikan langsung kepada si murid yang masih sangat muda belia. Benar, anak muda itu di kemudian hari namanya memenuhi khazanah-khazanah Islam dalam banyak disiplin ilmu. Muhammad bin Ahmad bin Qaimaz Adz-Dzahabi. Tak heran jika Adz-Dzahabi banyak memuji dan menyebut-nyebut sang guru. Beliau mengatakan tentang sang guru, Al-Barzāli,
"Beliaulah yang telah membuat aku jatuh cinta untuk mempelajari hadits. Beliau melihat tulisanku, lantas berkata, “Tulisanmu mirip dengan tulisan para ahli hadits.” Sehingga ucapan beliau membekas pada diriku..."
Demikian ucapan orang yang mulia, jika itu mengindikasikan sesuatu maka itu menjadi bukti tulus dan benarnya niat mereka dalam berucap dan berkata. Di samping konteks redaksi yang baik dan indah ketika didengar dan disimpan di dalam jiwa.
Maka sudah sepantasnya bagi kita, terutama para guru dan pendidik untuk memilah-milih kata, setelah tentunya berusaha untuk tulus dan ikhlas dalam menyampaikannya.
اللهم ارزقنا حسن القصد في الأقوال والأعمال
✍🏽 Abul Walid Al-Maidany عامله الله بلطفه
▫️▫️▫️
#ucapan #lisan #sejarah #historiografi
© 𝐆𝐚𝐛𝐮𝐧𝐠 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐧𝐞𝐥 𝐓𝐞𝐥𝐞𝐠𝐫𝐚𝐦
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
Telegram
PONPES ASSUNNAH BATU
Channel Resmi Mahad As Sunnah Batu Jawa Timur, di bawah bimbingan Asatidzah Mahad As Sunnah, Al Ustadz Usamah Faishal Mahri hafidzahullah, Al Ustadz Abdusshamad Bawazier hafidzahullah, dan Al Ustadz Ahmad Khadim hafidzahullah