#sejarah_1
Pada tahun berapa disyari'atkannya berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan?
Pada tahun berapa disyari'atkannya berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan?
Anonymous Quiz
3%
Pada Saat Nabi ﷺ di Gua Hira
67%
Tahun ke-2 Hijriyah
4%
Tahun Peristiwa Hijrah Nabi ﷺ
15%
Tahun 10 Kenabian
7%
Tahun Fathu Makkah
5%
Setahun Sebelum Nabi ﷺ Hijrah
#sejarah_2
Ada 3 Tahapan Pensyariatan Puasa Dalam Islam Yang Ditutup Dengan Syariat Puasa Ramadhan. Bagaimana Urutan Tahapannya?
Ada 3 Tahapan Pensyariatan Puasa Dalam Islam Yang Ditutup Dengan Syariat Puasa Ramadhan. Bagaimana Urutan Tahapannya?
Anonymous Quiz
19%
1. Puasa Daud, 2. Puasa Sya'ban, kemudian 3. Puasa Ramadhan
19%
1. Puasa 3 hari setiap bulan, 2. Puasa Senin Kamis, kemudian 3. Puasa Ramadhan
21%
1. Puasa 3 hari setiap bulan, 2. Puasa Asyura, kemudian 3. Puasa Ramadhan
30%
1. Puasa Arafah, 2. Puasa Asyura, kemudian 3. Puasa Ramadhan
11%
1. Puasa Senin Kamis, 2. Puasa Arafah, kemudian Puasa Ramadhan
#sejarah_3
Berapa Ramadhan Nabi ﷺ Berpuasa di Bulan Ramadhan?
Berapa Ramadhan Nabi ﷺ Berpuasa di Bulan Ramadhan?
Anonymous Quiz
20%
6 x Ramadhan
8%
7 x Ramadhan
12%
8 x Ramadhan
41%
9 x Ramadhan
19%
10 x Ramadhan
#sejarah_4
Pada Tahun Ke-2 Hijriiyah, Ada Begitu Banyak Peristiwa Besar Yang Dialami Oleh Nabi ﷺ Beserta Sahabatnya, Diantaranya Ialah Disyariatkannya Puasa Ramadhan...
Apa 2 Syariat Yang Mengiringi Syariat Berpuasa Ramadhan?
Pada Tahun Ke-2 Hijriiyah, Ada Begitu Banyak Peristiwa Besar Yang Dialami Oleh Nabi ﷺ Beserta Sahabatnya, Diantaranya Ialah Disyariatkannya Puasa Ramadhan...
Apa 2 Syariat Yang Mengiringi Syariat Berpuasa Ramadhan?
Anonymous Quiz
43%
Syariat Zakat Fitrah dan Menghadap Kiblat Ke Ka'bah
12%
Syariat Shalat dan Zakat Mal
9%
Syariat Haji dan Umroh
8%
Syariat Berjihad dan Membaca Al Quran
28%
Semuanya Benar
🪞👣 BIOGRAFI
🖇 (Abul 'Atâhiyah)
▫️▫️▫️
🖋 Beliau bernama Isma'il bin Al Qâsim bin Suwaid Al 'Anazi, berkuniyah Abu Ishaq. Sangat populer dengan panggilan Abul 'Atâhiyah (أبو العتاهية).
Seorang pujangga (ahli syair) Arab, dengan reputasi yang sangat luas, beliau hidup di zaman dinasti Abbasiyah.
📍Beliau lahir pada tahun 130 H, di sebuah kota di Iraq, Ayn Al Tamr (عين التمر) namanya. Menurut sebagian referensi beliau dibawa oleh sang Ayah pindah ke kota Kufah dan tumbuh dewasa di sana. Sebelumnya, beliau berprofesi sebagai pengrajin tembikar, yang dibawa berkeliling untuk dijual. Sampai akhirnya beliau menekuni syair dan mahir di bidang ini.
Ketika beliau sudah di umurnya yang ke-30an, beliau safar menuju kota Baghdad, ketika itu Baghdad sebagai pusat armada militer dan ibukota kepemerintahan dinasti Abbasiyah. Pemerintahan saat itu masih priode kerajaan Khalifah Al Mahdi. Abul 'Atâhiyah pada mulanya ingin "mencari muka" di depan Al Mahdi. Dia pun menggubah syairnya dengan pujian-pujian kepada sang Khalifah. Namun tiada yang menyampaikan informasinya kepada Khalifah tersebut. Sampai akhirnya Al Mahdi pun mengetahui kabar tentang si pujangga. Sehingga dihadapkan kepada sang Khalifah, dan didekatkan kepada beliau.
Sejak saat itu, hubungan Abul 'Atâhiyah semakin kuat dengan sang Khalifah, si pujangga juga semakin banyak menggubah syair-syair indahnya untuk memuji sang Khalifah. Oleh karenanya, sang Khalifah akhirnya sangat memuliakannya dan mengutamakannya melebihi para pujangga senior yang hidup di masanya.
📖 Dikisahkan oleh Khalil bin Asad An Nûsyajâni, beliau berkata,
“Abul 'Atâhiyah pernah mendatangi kami di tempat tinggal kami, lantas dia berkata,
"Orang-orang menuduhku bahwasannya aku seorang zindiq, padahal demi Allah, aku tidak beragama melainkan tauhid".
Kami katakan kepadanya,
"Maka ucapkanlah sesuatu yang bisa kami ceritakan darimu!"
Dia pun melantunkan syairnya,
ألا! إنّه كلنا بائد ** وأي بني آدم خالد؟
وبدؤهم كان من ربهم ** وكل إلى ربه عائد
فيا عجبا كيف يعصى الإله ** أم كيف يجحده الجاحد
ولله في كل تحريكةٍ ** وتسكينة أبدًا شاهد
وفي كل شيء له آية ** تدل على إنّه واحد
"Ketahulilah! Sungguh setiap kita pasti akan sirna,
anak Adam mana yang kekal (tidak mati)"
"Mereka bermula dari (kehendak) Rabb mereka,
dan masing-masing akan kembali kepada Rabbnya"
"Duhai anehnya, bagaimana mungkin Ilâh (Allah) didurhakai,
atau bagaimana mungkin seorang bisa menentang-Nya"
"Sementara setiap gerakan maupun
diamnya, selama-lamanya itu merupakan bukti bagi (keberadaan) Allah"
"Dan pada setiap sesuatu merupakan tanda (bukti),
yang menunjukkan bahwa Allah itu maha Esa"
📜 Disebutkan dalam sebuah narasi, bahwa Abul 'Atâhiyah kemudian beralih kepada gaya hidup yang zuhud, beliau banyak bergaul dengan para ulama dan orang-orang saleh, menyibukkan diri dengan ibadah. Sehingga di masa kekhilafahan Ar Rasyid, beliau menggubah syairnya dengan berlandaskan ilmu dan hikmah, hingga para ulama pun menilainya sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah.
Beliau wafat di Baghdad pada tahun 211 H, rahimahullah.
✒️ [Lihat: Syadzarât Adz Dzahab, karya Ibnul 'Imâd Al Hanbali rahimahullah, Al Mausû'ah Al Mûjazah fî At Târîkh Al Islâmi, karya majmû'atun minal mu'allifîn, Al Bidâyah wa An Nihâyah, karya Ibnu Katsîr rahimahullah]
▫️▫️▫️
#biografi
#sejarah
Gabung Channel
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
🖇 (Abul 'Atâhiyah)
▫️▫️▫️
🖋 Beliau bernama Isma'il bin Al Qâsim bin Suwaid Al 'Anazi, berkuniyah Abu Ishaq. Sangat populer dengan panggilan Abul 'Atâhiyah (أبو العتاهية).
Seorang pujangga (ahli syair) Arab, dengan reputasi yang sangat luas, beliau hidup di zaman dinasti Abbasiyah.
📍Beliau lahir pada tahun 130 H, di sebuah kota di Iraq, Ayn Al Tamr (عين التمر) namanya. Menurut sebagian referensi beliau dibawa oleh sang Ayah pindah ke kota Kufah dan tumbuh dewasa di sana. Sebelumnya, beliau berprofesi sebagai pengrajin tembikar, yang dibawa berkeliling untuk dijual. Sampai akhirnya beliau menekuni syair dan mahir di bidang ini.
Ketika beliau sudah di umurnya yang ke-30an, beliau safar menuju kota Baghdad, ketika itu Baghdad sebagai pusat armada militer dan ibukota kepemerintahan dinasti Abbasiyah. Pemerintahan saat itu masih priode kerajaan Khalifah Al Mahdi. Abul 'Atâhiyah pada mulanya ingin "mencari muka" di depan Al Mahdi. Dia pun menggubah syairnya dengan pujian-pujian kepada sang Khalifah. Namun tiada yang menyampaikan informasinya kepada Khalifah tersebut. Sampai akhirnya Al Mahdi pun mengetahui kabar tentang si pujangga. Sehingga dihadapkan kepada sang Khalifah, dan didekatkan kepada beliau.
Sejak saat itu, hubungan Abul 'Atâhiyah semakin kuat dengan sang Khalifah, si pujangga juga semakin banyak menggubah syair-syair indahnya untuk memuji sang Khalifah. Oleh karenanya, sang Khalifah akhirnya sangat memuliakannya dan mengutamakannya melebihi para pujangga senior yang hidup di masanya.
📖 Dikisahkan oleh Khalil bin Asad An Nûsyajâni, beliau berkata,
“Abul 'Atâhiyah pernah mendatangi kami di tempat tinggal kami, lantas dia berkata,
"Orang-orang menuduhku bahwasannya aku seorang zindiq, padahal demi Allah, aku tidak beragama melainkan tauhid".
Kami katakan kepadanya,
"Maka ucapkanlah sesuatu yang bisa kami ceritakan darimu!"
Dia pun melantunkan syairnya,
ألا! إنّه كلنا بائد ** وأي بني آدم خالد؟
وبدؤهم كان من ربهم ** وكل إلى ربه عائد
فيا عجبا كيف يعصى الإله ** أم كيف يجحده الجاحد
ولله في كل تحريكةٍ ** وتسكينة أبدًا شاهد
وفي كل شيء له آية ** تدل على إنّه واحد
"Ketahulilah! Sungguh setiap kita pasti akan sirna,
anak Adam mana yang kekal (tidak mati)"
"Mereka bermula dari (kehendak) Rabb mereka,
dan masing-masing akan kembali kepada Rabbnya"
"Duhai anehnya, bagaimana mungkin Ilâh (Allah) didurhakai,
atau bagaimana mungkin seorang bisa menentang-Nya"
"Sementara setiap gerakan maupun
diamnya, selama-lamanya itu merupakan bukti bagi (keberadaan) Allah"
"Dan pada setiap sesuatu merupakan tanda (bukti),
yang menunjukkan bahwa Allah itu maha Esa"
📜 Disebutkan dalam sebuah narasi, bahwa Abul 'Atâhiyah kemudian beralih kepada gaya hidup yang zuhud, beliau banyak bergaul dengan para ulama dan orang-orang saleh, menyibukkan diri dengan ibadah. Sehingga di masa kekhilafahan Ar Rasyid, beliau menggubah syairnya dengan berlandaskan ilmu dan hikmah, hingga para ulama pun menilainya sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah.
Beliau wafat di Baghdad pada tahun 211 H, rahimahullah.
✒️ [Lihat: Syadzarât Adz Dzahab, karya Ibnul 'Imâd Al Hanbali rahimahullah, Al Mausû'ah Al Mûjazah fî At Târîkh Al Islâmi, karya majmû'atun minal mu'allifîn, Al Bidâyah wa An Nihâyah, karya Ibnu Katsîr rahimahullah]
▫️▫️▫️
#biografi
#sejarah
Gabung Channel
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
Telegram
PONPES ASSUNNAH BATU
Channel Resmi Mahad As Sunnah Batu Jawa Timur, di bawah bimbingan Asatidzah Mahad As Sunnah, Al Ustadz Usamah Faishal Mahri hafidzahullah, Al Ustadz Abdusshamad Bawazier hafidzahullah, dan Al Ustadz Ahmad Khadim hafidzahullah
🪞👣 BIOGRAFI
🖇️ SATU-SATUNYA YANG MERIWAYATKAN DARI SEPULUH SAHABAT PEMETIK JANJI SURGA
▫️▫️▫️
Namanya sudah menghiasi tulisan-tulisan ilmu. Terukir indah di dalam kertas-kertas buku. Kitab-kitab hadits memenuhi riwayatnya sejak dahulu. Teramat harum, selalu disebut dan dijadikan panutan di setiap waktu.
Beliau bernama lengkap Abu Abdillah Qois bin Abi Hazim al-Bajali al-Kufi. Nama ayahnya adalah Hushain bin Auf, ada juga yang mengatakan selainnya.
Hidup semasa dengan Nabi ﷺ memang tidak menjamin seorang di atas iman dan berstatus sebagai sahabat Rasulullah ﷺ. Namun, Qois hampir saja menyandang gelar itu, beliau beriman kepada Nabi ﷺ dan bertekad melakukan perjalanan dari kampung halamannya di Kufah ke Madinah untuk berbaiat langsung kepada Rasulullah ﷺ. Namun takdir berkata lain, Rasulullah ﷺ wafat sementara Qois masih di tengah perjalanannya menuju Madinah.
Beberapa malam selepas wafatnya Rasulullah ﷺ, Qois akhirnya tiba di Madinah, beliau bertemu dengan pemuka-pemuka sahabat ketika itu, para sahabat senior yang masih hidup saat itu sangatlah banyak. Qois tidak melewatkan kesempatannya begitu saja, segera beliau mengambil ilmu dan riwayat hadits dari para sahabat tersebut.
Sederetan nama besar yang telah diambil haditsnya oleh Qois, antara lain ialah; Abu Bakr ash-Shiddiq, Umar bin al-Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, az-Zubair bin al-Awwam, Sa'id bin Zaid, Abdullah bin Mas'ud, Ammar bin Yasir, Hudzaifah bin al-Yaman, dan masih banyak lagi selain mereka dari kalangan sahabat senior, radhiyallahu 'anhum.
Terkait riwayat ilmu dan hadits yang diperoleh oleh Qois, Abu Daud as-Sijistāni rahimahullah pernah menegaskan,
“Sebaik-baik tabi'in dalam hal sanad adalah: Qois bin Abi Hazim, beliau telah meriwayatkan dari sembilan orang dari sepuluh (pemetik janji Jannah -pen), beliau hanya tidak meriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf.”
Abdurrahman bin Khirasy rahimahullah juga menyatakan,
“Beliau seorang asli Kufah yang mulia, tidak seorang pun dari kalangan tabi'in yang meriwayatkan dari sepuluh orang (pemetik janji surga -pen) kecuali Qois bin Abi Hazim.”
Al-Imam Sufyan bin Uyainah rahimahullah juga berkata,
“Tidak ada di Kufah seorang yang paling banyak riwayatnya dari para sahabat Rasulullah yang melebihi Qois bin Abi Hazim.”
Beliau ucapkan ini padahal ketika itu hidup juga di Kufah para pembesar tabi'in yang juga selevel dengan Qois, seperti: Alqomah bin Qois, Masruq bin al-Ajda', Abidah bin Amer as-Salmani, dan al-Aswad bin Yazid an-Nakha'i. Dan mereka semua adalah 'Mukhadhram'.¹)
Dalam perjalanan hidupnya, beliau banyak melalui peristiwa besar bersama para sahabat, diantaranya ialah peristiwa perang Nahrawan.
Pada peristiwa itu, beliau berada di pihak Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu dalam menumpas Khawarij, hingga terbunuhnya pimpinan mereka, yaitu 'Dzu ats Tsudaiyyah'.
Hadits terkait 'Dzu ast Tsudaiyyah' diriwayatkan oleh Muslim dalam (Shahih no. 1066), begitu juga Abu Daud dalam (Sunan no. 4763), semuanya dari jalur Abidah, dari Ali radhiyallahu 'anhu.
Namun, dalam riwayat al-Khathib al-Baghdādi rahimahullah dalam (Tarikh Baghdād 14/464) datang riwayat tentang perang Nahrawan dari Qois bin Abi Hazim, beliau ikut serta dalam menumpas dan memerangi kaum Khawarij bersama Ali, sekaligus beliau menyaksikan langsung jasad 'Dzu ats Tsudaiyyah' yang diberitakan sebelumnya oleh Rasulullah ﷺ kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu.
Riwayat hadits yang beliau suguhkan untuk generasi setelahnya bertebaran dalam kitab-kitab induk, Shahih al-Bukhari dan Muslim, Sunan Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasai, dan Ibnu Majah.
Beliau wafat setelah atau sebelum tahun 90 Hijriyyah, dan umurnya sudah melewati 100 tahun. Rahimahullah...
➖➖➖
¹) Mukhadhram adalah: "Orang yang mendapati Jahiliyyah sekaligus masa diutusnya Rasulullah ﷺ, kemudian beriman kepada Rasulullah ﷺ namun tidak sempat bertemu langsung dengan beliau ﷺ".
✒️ [Lihat biografi beliau dalam: Siyar A'lāmin Nubalā', Tārīkh Baghdād dan selainnya]
▫️▫️▫️
#biografi
#sejarah
Gabung Channel
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
🖇️ SATU-SATUNYA YANG MERIWAYATKAN DARI SEPULUH SAHABAT PEMETIK JANJI SURGA
▫️▫️▫️
Namanya sudah menghiasi tulisan-tulisan ilmu. Terukir indah di dalam kertas-kertas buku. Kitab-kitab hadits memenuhi riwayatnya sejak dahulu. Teramat harum, selalu disebut dan dijadikan panutan di setiap waktu.
Beliau bernama lengkap Abu Abdillah Qois bin Abi Hazim al-Bajali al-Kufi. Nama ayahnya adalah Hushain bin Auf, ada juga yang mengatakan selainnya.
Hidup semasa dengan Nabi ﷺ memang tidak menjamin seorang di atas iman dan berstatus sebagai sahabat Rasulullah ﷺ. Namun, Qois hampir saja menyandang gelar itu, beliau beriman kepada Nabi ﷺ dan bertekad melakukan perjalanan dari kampung halamannya di Kufah ke Madinah untuk berbaiat langsung kepada Rasulullah ﷺ. Namun takdir berkata lain, Rasulullah ﷺ wafat sementara Qois masih di tengah perjalanannya menuju Madinah.
Beberapa malam selepas wafatnya Rasulullah ﷺ, Qois akhirnya tiba di Madinah, beliau bertemu dengan pemuka-pemuka sahabat ketika itu, para sahabat senior yang masih hidup saat itu sangatlah banyak. Qois tidak melewatkan kesempatannya begitu saja, segera beliau mengambil ilmu dan riwayat hadits dari para sahabat tersebut.
Sederetan nama besar yang telah diambil haditsnya oleh Qois, antara lain ialah; Abu Bakr ash-Shiddiq, Umar bin al-Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, az-Zubair bin al-Awwam, Sa'id bin Zaid, Abdullah bin Mas'ud, Ammar bin Yasir, Hudzaifah bin al-Yaman, dan masih banyak lagi selain mereka dari kalangan sahabat senior, radhiyallahu 'anhum.
Terkait riwayat ilmu dan hadits yang diperoleh oleh Qois, Abu Daud as-Sijistāni rahimahullah pernah menegaskan,
“Sebaik-baik tabi'in dalam hal sanad adalah: Qois bin Abi Hazim, beliau telah meriwayatkan dari sembilan orang dari sepuluh (pemetik janji Jannah -pen), beliau hanya tidak meriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf.”
Abdurrahman bin Khirasy rahimahullah juga menyatakan,
“Beliau seorang asli Kufah yang mulia, tidak seorang pun dari kalangan tabi'in yang meriwayatkan dari sepuluh orang (pemetik janji surga -pen) kecuali Qois bin Abi Hazim.”
Al-Imam Sufyan bin Uyainah rahimahullah juga berkata,
“Tidak ada di Kufah seorang yang paling banyak riwayatnya dari para sahabat Rasulullah yang melebihi Qois bin Abi Hazim.”
Beliau ucapkan ini padahal ketika itu hidup juga di Kufah para pembesar tabi'in yang juga selevel dengan Qois, seperti: Alqomah bin Qois, Masruq bin al-Ajda', Abidah bin Amer as-Salmani, dan al-Aswad bin Yazid an-Nakha'i. Dan mereka semua adalah 'Mukhadhram'.¹)
Dalam perjalanan hidupnya, beliau banyak melalui peristiwa besar bersama para sahabat, diantaranya ialah peristiwa perang Nahrawan.
Pada peristiwa itu, beliau berada di pihak Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu dalam menumpas Khawarij, hingga terbunuhnya pimpinan mereka, yaitu 'Dzu ats Tsudaiyyah'.
Hadits terkait 'Dzu ast Tsudaiyyah' diriwayatkan oleh Muslim dalam (Shahih no. 1066), begitu juga Abu Daud dalam (Sunan no. 4763), semuanya dari jalur Abidah, dari Ali radhiyallahu 'anhu.
Namun, dalam riwayat al-Khathib al-Baghdādi rahimahullah dalam (Tarikh Baghdād 14/464) datang riwayat tentang perang Nahrawan dari Qois bin Abi Hazim, beliau ikut serta dalam menumpas dan memerangi kaum Khawarij bersama Ali, sekaligus beliau menyaksikan langsung jasad 'Dzu ats Tsudaiyyah' yang diberitakan sebelumnya oleh Rasulullah ﷺ kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu.
Riwayat hadits yang beliau suguhkan untuk generasi setelahnya bertebaran dalam kitab-kitab induk, Shahih al-Bukhari dan Muslim, Sunan Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasai, dan Ibnu Majah.
Beliau wafat setelah atau sebelum tahun 90 Hijriyyah, dan umurnya sudah melewati 100 tahun. Rahimahullah...
➖➖➖
¹) Mukhadhram adalah: "Orang yang mendapati Jahiliyyah sekaligus masa diutusnya Rasulullah ﷺ, kemudian beriman kepada Rasulullah ﷺ namun tidak sempat bertemu langsung dengan beliau ﷺ".
✒️ [Lihat biografi beliau dalam: Siyar A'lāmin Nubalā', Tārīkh Baghdād dan selainnya]
▫️▫️▫️
#biografi
#sejarah
Gabung Channel
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
Telegram
PONPES ASSUNNAH BATU
Channel Resmi Mahad As Sunnah Batu Jawa Timur, di bawah bimbingan Asatidzah Mahad As Sunnah, Al Ustadz Usamah Faishal Mahri hafidzahullah, Al Ustadz Abdusshamad Bawazier hafidzahullah, dan Al Ustadz Ahmad Khadim hafidzahullah
🪞👣 BIOGRAFI
🖇 TERSOHOR KARENA SIKAP ZUHUDNYA
▫️▫️▫️
Terkadang sirna dari sorotan. Hanyut di dalam indahnya ketaatan. Sepanjang masa ibadah yang ia tegakkan. Gelap yang menyelimuti malam pun ia abaikan. Bermunajat dengan Rabnya, al-Khaliq ar-Rahman.
Selalu saja menjadi perbincangan kala itu, bahwa Ma'ruf bukanlah orang yang mumpuni dalam ilmu. Hingga akhirnya Ahmad bin Hanbal rahimahullah membelanya dengan mengatakan kepada orang yang berkata demikian,
“Diam kamu -semoga Allah memaafkanmu-, tidak ada ilmu yang didambakan melainkan yang telah dicapai oleh Ma'ruf.”
Abdullah, putera beliau juga pernah bertanya tentang keilmuan Ma'ruf al-Karkhi kepada sang ayah,
Sang ayah pun menjawab: “Hai puteraku! Dia memiliki puncak ilmu, yaitu rasa takut kepada Allah.”
Bernama lengkap Ma'ruf bin Fairuz, ada pula yang menyebutkan Ma'ruf bin Fairuzan. Berkuniah Abu Mahfudz. Berasal dari Karkh, sebuah kawasan yang ada di Baghdad.
Dikisahkan bahwa kedua orang tuanya dahulu beragama Nasraniyah. Ma'ruf kecil kemudian dititipkan kepada seorang pendeta Nasrani. Si pendeta pun mulai mendidik Ma'ruf, dia berkata kepadanya,
"Ucapkanlah 'Tsalitsu Tsalatsah' (tuhan itu ada tiga -pen)."
Dengan polosnya, Ma'ruf kemudian menjawab,
"Bahkan Allah itu al-Ahad ash-Shamad (Maha Esa dan Dzat yang para hamba bergantung kepada-Nya)."
Lantas karena itu, si pendeta akhirnya memukul Ma'ruf dengan pukulan yang keterlaluan, yang menyebabkan Ma'ruf melarikan diri.
Setelahnya, kedua orang tuanya pun merindukan si buah hati. Hingga mereka berharap Ma'ruf segera kembali ke pelukan mereka, bahkan dengan penuh keyakinan keduanya bertekad akan mengikuti agama yang dianut anaknya.
Tidak berselang lama, Ma'ruf pun pulang, dia ketuk pintu rumahnya.
"Siapa?".
"Saya Ma'ruf."
"Setelah masuk, dia pun kembali ditanya oleh orang tuanya: "Agama apa yang kamu anut ini?"
"Agama Islam". Jawab Ma'ruf. Lantas kedua orang tuanya pun masuk islam dan bersyahadat.
☝️Allahu Akbar... ‼️
📜 Sufyan bin Uyainah rahimahullah pernah mengatakan: "Penduduk kota itu (Karkh di Baghdad) akan senantiasa sejahtera selama orang itu (yaitu: Ma'ruf -ed) berada bersama mereka".
Hampir setiap hari Ma'ruf lalui dengan berpuasa, beliau jelaskan: "Setiap hari aku dalam keadaan berpuasa, ketika ada yang mengundangku (untuk makan) barulah aku makan, dan aku tidak mengatakan bahwa aku sedang berpuasa."
Disebut-sebut sebagai 'Pemimpinnya Ahli Zuhud'. Perangai itu seakan sudah menjadi tabiatnya dalam kehidupan sehari-harinya. Sampai ketika beliau sakit, dan diminta untuk berwasiat, beliau katakan,
"Aku wasiatkan agar seluruh pakaianku disedekahkan, karena aku suka untuk nanti wafat dalam keadaan tanpa busana, sebagaimana dilahirkan dalam keadaan tanpa busana pula."
Beliau juga termasuk orang yang dikabulkan doanya. Pernah suatu saat di masa paceklik, beliau memimpin shalat Istisqa' (shalat meminta hujan), maka para jamaah tidaklah baru saja sampai ke rumahnya masing-masing, melainkan mereka sudah disirami oleh hujan yang deras.
Banyak ucapan hikmah yang diriwayatkan dari beliau, antara lain ucapan beliau,
“Ketika Allah menghendaki kebaikan untuk seorang hamba, maka Dia buka pintu amal dan Dia tutup pintu debat untuknya. Namun, ketika Allah menghendaki kejelekan untuknya, Dia akan buka untuknya pintu debat, dan Dia tutup pintu amal.”
Juga ucapan beliau,
الدنيا أربعة أشياء: المال، والكلام، والمنام، والطعام. فالمال يطغي، والكلام يلهي، والمنام ينسي في، والطعام يقسي
“Dunia itu hanya 4 hal: harta, ucapan, tidur, dan makan. Adapun harta itu melampaui batas, ucapan itu melalaikan, tidur itu membuat lupa, dan makanan itu akan membuat keras (hati).”
Ma'ruf, tersohor sebagaimana namanya. Bahkan setelah wafatnya, masih dikenang sosoknya. Beliau wafat pada tahun 200 H.
Ma'ruf al-Karkhi telah tiada, namun semua orang masih merindukannya. Semoga Allah merahmatinya dan menempatkannya di dalam Jannah-Nya.
✒️ [Siyar A'lāmin Nubalā' (8/87-89), Tārīkh Baghdād (13/201-209), Thabaqātul Auliyā' (285) dan selainnya]
▫️▫️▫️
#biografi #sejarah
Gabung Channel
Http://t.me/ponpes_assunnah_batu
🖇 TERSOHOR KARENA SIKAP ZUHUDNYA
▫️▫️▫️
Terkadang sirna dari sorotan. Hanyut di dalam indahnya ketaatan. Sepanjang masa ibadah yang ia tegakkan. Gelap yang menyelimuti malam pun ia abaikan. Bermunajat dengan Rabnya, al-Khaliq ar-Rahman.
Selalu saja menjadi perbincangan kala itu, bahwa Ma'ruf bukanlah orang yang mumpuni dalam ilmu. Hingga akhirnya Ahmad bin Hanbal rahimahullah membelanya dengan mengatakan kepada orang yang berkata demikian,
“Diam kamu -semoga Allah memaafkanmu-, tidak ada ilmu yang didambakan melainkan yang telah dicapai oleh Ma'ruf.”
Abdullah, putera beliau juga pernah bertanya tentang keilmuan Ma'ruf al-Karkhi kepada sang ayah,
Sang ayah pun menjawab: “Hai puteraku! Dia memiliki puncak ilmu, yaitu rasa takut kepada Allah.”
Bernama lengkap Ma'ruf bin Fairuz, ada pula yang menyebutkan Ma'ruf bin Fairuzan. Berkuniah Abu Mahfudz. Berasal dari Karkh, sebuah kawasan yang ada di Baghdad.
Dikisahkan bahwa kedua orang tuanya dahulu beragama Nasraniyah. Ma'ruf kecil kemudian dititipkan kepada seorang pendeta Nasrani. Si pendeta pun mulai mendidik Ma'ruf, dia berkata kepadanya,
"Ucapkanlah 'Tsalitsu Tsalatsah' (tuhan itu ada tiga -pen)."
Dengan polosnya, Ma'ruf kemudian menjawab,
"Bahkan Allah itu al-Ahad ash-Shamad (Maha Esa dan Dzat yang para hamba bergantung kepada-Nya)."
Lantas karena itu, si pendeta akhirnya memukul Ma'ruf dengan pukulan yang keterlaluan, yang menyebabkan Ma'ruf melarikan diri.
Setelahnya, kedua orang tuanya pun merindukan si buah hati. Hingga mereka berharap Ma'ruf segera kembali ke pelukan mereka, bahkan dengan penuh keyakinan keduanya bertekad akan mengikuti agama yang dianut anaknya.
Tidak berselang lama, Ma'ruf pun pulang, dia ketuk pintu rumahnya.
"Siapa?".
"Saya Ma'ruf."
"Setelah masuk, dia pun kembali ditanya oleh orang tuanya: "Agama apa yang kamu anut ini?"
"Agama Islam". Jawab Ma'ruf. Lantas kedua orang tuanya pun masuk islam dan bersyahadat.
☝️Allahu Akbar... ‼️
📜 Sufyan bin Uyainah rahimahullah pernah mengatakan: "Penduduk kota itu (Karkh di Baghdad) akan senantiasa sejahtera selama orang itu (yaitu: Ma'ruf -ed) berada bersama mereka".
Hampir setiap hari Ma'ruf lalui dengan berpuasa, beliau jelaskan: "Setiap hari aku dalam keadaan berpuasa, ketika ada yang mengundangku (untuk makan) barulah aku makan, dan aku tidak mengatakan bahwa aku sedang berpuasa."
Disebut-sebut sebagai 'Pemimpinnya Ahli Zuhud'. Perangai itu seakan sudah menjadi tabiatnya dalam kehidupan sehari-harinya. Sampai ketika beliau sakit, dan diminta untuk berwasiat, beliau katakan,
"Aku wasiatkan agar seluruh pakaianku disedekahkan, karena aku suka untuk nanti wafat dalam keadaan tanpa busana, sebagaimana dilahirkan dalam keadaan tanpa busana pula."
Beliau juga termasuk orang yang dikabulkan doanya. Pernah suatu saat di masa paceklik, beliau memimpin shalat Istisqa' (shalat meminta hujan), maka para jamaah tidaklah baru saja sampai ke rumahnya masing-masing, melainkan mereka sudah disirami oleh hujan yang deras.
Banyak ucapan hikmah yang diriwayatkan dari beliau, antara lain ucapan beliau,
“Ketika Allah menghendaki kebaikan untuk seorang hamba, maka Dia buka pintu amal dan Dia tutup pintu debat untuknya. Namun, ketika Allah menghendaki kejelekan untuknya, Dia akan buka untuknya pintu debat, dan Dia tutup pintu amal.”
Juga ucapan beliau,
الدنيا أربعة أشياء: المال، والكلام، والمنام، والطعام. فالمال يطغي، والكلام يلهي، والمنام ينسي في، والطعام يقسي
“Dunia itu hanya 4 hal: harta, ucapan, tidur, dan makan. Adapun harta itu melampaui batas, ucapan itu melalaikan, tidur itu membuat lupa, dan makanan itu akan membuat keras (hati).”
Ma'ruf, tersohor sebagaimana namanya. Bahkan setelah wafatnya, masih dikenang sosoknya. Beliau wafat pada tahun 200 H.
Ma'ruf al-Karkhi telah tiada, namun semua orang masih merindukannya. Semoga Allah merahmatinya dan menempatkannya di dalam Jannah-Nya.
✒️ [Siyar A'lāmin Nubalā' (8/87-89), Tārīkh Baghdād (13/201-209), Thabaqātul Auliyā' (285) dan selainnya]
▫️▫️▫️
#biografi #sejarah
Gabung Channel
Http://t.me/ponpes_assunnah_batu
Telegram
PONPES ASSUNNAH BATU
Channel Resmi Mahad As Sunnah Batu Jawa Timur, di bawah bimbingan Asatidzah Mahad As Sunnah, Al Ustadz Usamah Faishal Mahri hafidzahullah, Al Ustadz Abdusshamad Bawazier hafidzahullah, dan Al Ustadz Ahmad Khadim hafidzahullah
🪞👣🍃 Kenali Dirimu Dengan Membaca Sejarah Salaf
▫️▫️▫️
Hamdūn bin Ahmad al-Qashshår an-Naisābūri (W. 271 H) rahimahullah berkata,
من نظر في سير السلف عرف تقصيره وتخلفه عن درجة الرجال.
"Barang siapa yang memperhatikan sejarah salaf, niscaya dia akan mengenali kekurangan dirinya, dan tertinggalnya dia dari derajat mereka."
✒️ [Shifatus Shafwah 4/122, dan Al-I'tishåm 1/163]
▫️▫️▫️
#bacalah #sejarah_salaf
© Gabung Channel
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
▫️▫️▫️
Hamdūn bin Ahmad al-Qashshår an-Naisābūri (W. 271 H) rahimahullah berkata,
من نظر في سير السلف عرف تقصيره وتخلفه عن درجة الرجال.
"Barang siapa yang memperhatikan sejarah salaf, niscaya dia akan mengenali kekurangan dirinya, dan tertinggalnya dia dari derajat mereka."
✒️ [Shifatus Shafwah 4/122, dan Al-I'tishåm 1/163]
▫️▫️▫️
#bacalah #sejarah_salaf
© Gabung Channel
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
Telegram
PONPES ASSUNNAH BATU
Channel Resmi Mahad As Sunnah Batu Jawa Timur, di bawah bimbingan Asatidzah Mahad As Sunnah, Al Ustadz Usamah Faishal Mahri hafidzahullah, Al Ustadz Abdusshamad Bawazier hafidzahullah, dan Al Ustadz Ahmad Khadim hafidzahullah
🎙🌎 BARANGKALI SEPENGGAL UCAPAN DARI LISANMU AKAN MENCATAT SEJARAH BESAR BAGI DUNIA
▫️▫️▫️
Ucapan yang baik memang bernilai sedekah. Namun, ucapan juga bisa saja lebih tajam daripada sebilah pedang. Ucapan bisa membuahkan banyak manfaat. Namun ia juga dapat menuai konflik dan kerusakan.
'Abdullah bin al-Mu'tazz melantunkan untaian-untaian syairnya,
يا رُبّ ألسنة كالسيوف ... تقطع أعناق أصحابها
وكم دهي المرء من نفسه ... فلا تؤكلن بأنيابها
"Duhai, betapa lisan itu layaknya pedang, ia bisa memotong leher orangnya.
Berapa banyak orang itu binasa akibat dirinya sendiri, sehingga jiwa itu tidak dapat percaya dengan taring-taringnya (lisannya) sendiri."
Lisan ibarat pedang bermata dua. Jika yang mengayunkannya orang yang cerdik dan bijak, maka ia akan memperoleh ghanimah. Sebaliknya, jika yang menggunakannya orang yang pandir dan ngawur, maka yang ada hanya kerusakan dan kehancuran.
Menengok sejarah manusia-manusia pilihan, seseorang pasti akan mendapati bahwa para nabi adalah orang-orang yang baik ucapannya dan elok tutur katanya. Kata-kata dan ucapan mereka laksana untaian-untaian mutiara yang indah dan berharga. Saking indah dan berharganya, manusia yang mendapatkannya pun lantas mengabadikannya, dan mewariskannya kepada generasi-generasi berikutnya.
Sebuah kisah yang terjadi di dalam konteks sejarah besar dunia Islam. Tersebut di dalam ensiklopedia ilmu hadits dan sejarahnya. Kejadian yang semula kecil, tapi berhasil menciptakan sebuah historiografi khazanah ilmu-ilmu Islam.
Ya, sejarah itu berawal dari sepenggal ucapan.
"Jika antum berkenan mendokumentasikan hadits-hadits yang shahih di dalam sebuah kitab."
Ucapan yang tulus itu terlontar dari seorang guru kepada muridnya. Al-Imam Ishaq bin Rahuyah yang mengatakannya kepada Al-Imam Al-Bukhari rahimahumallah.
Disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah di dalam (Hadyus Sārī Muqaddimah Fathil Bārī), beberapa motivasi Al-Bukhari dalam menulis karyanya yang fenomenal ini, yang di antaranya ialah ucapan sang guru, Ishaq bin Rahuyah, sehingga berpengaruh kepada diri Al-Bukhari. Al-Bukhari mengungkapkan,
"Ucapan itu menancap di dalam relung hatiku, maka aku memulai untuk menggarap kitab Al-Jāmi' Ash-Shahīh."
Sudah tahu kan sejarah apa yang dibuat oleh Al-Bukhari dari kitabnya tersebut? Ya, kitab tersebut menjadi kitab paling shahih dan otentik setelah Al-Quran. Bahkan tidak berlebihan jika kita katakan, hampir seluruh kaum muslimin pasti mengetahui kitab ini, mempelajarinya, membacanya, atau paling tidaknya menyadur darinya.
Berawal dari sepenggal ucapan dari sang guru.
Masih mirip dengan kisah di atas. Kali ini terjadi di abad ke-8 hijriyah, seorang ahli hadits dan ahli sejarah negeri Syam, A-Qasim bin Muhammad Al-Barzāli yang berkata kepada muridnya yang masih muda,
"Tulisanmu ini mirip dengan tulisannya para ahli hadits."
Subhaanallah.
Sebuah pengakuan dari seorang guru yang disampaikan langsung kepada si murid yang masih sangat muda belia. Benar, anak muda itu di kemudian hari namanya memenuhi khazanah-khazanah Islam dalam banyak disiplin ilmu. Muhammad bin Ahmad bin Qaimaz Adz-Dzahabi. Tak heran jika Adz-Dzahabi banyak memuji dan menyebut-nyebut sang guru. Beliau mengatakan tentang sang guru, Al-Barzāli,
"Beliaulah yang telah membuat aku jatuh cinta untuk mempelajari hadits. Beliau melihat tulisanku, lantas berkata, “Tulisanmu mirip dengan tulisan para ahli hadits.” Sehingga ucapan beliau membekas pada diriku..."
Demikian ucapan orang yang mulia, jika itu mengindikasikan sesuatu maka itu menjadi bukti tulus dan benarnya niat mereka dalam berucap dan berkata. Di samping konteks redaksi yang baik dan indah ketika didengar dan disimpan di dalam jiwa.
Maka sudah sepantasnya bagi kita, terutama para guru dan pendidik untuk memilah-milih kata, setelah tentunya berusaha untuk tulus dan ikhlas dalam menyampaikannya.
اللهم ارزقنا حسن القصد في الأقوال والأعمال
✍🏽 Abul Walid Al-Maidany عامله الله بلطفه
▫️▫️▫️
#ucapan #lisan #sejarah #historiografi
© 𝐆𝐚𝐛𝐮𝐧𝐠 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐧𝐞𝐥 𝐓𝐞𝐥𝐞𝐠𝐫𝐚𝐦
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
▫️▫️▫️
Ucapan yang baik memang bernilai sedekah. Namun, ucapan juga bisa saja lebih tajam daripada sebilah pedang. Ucapan bisa membuahkan banyak manfaat. Namun ia juga dapat menuai konflik dan kerusakan.
'Abdullah bin al-Mu'tazz melantunkan untaian-untaian syairnya,
يا رُبّ ألسنة كالسيوف ... تقطع أعناق أصحابها
وكم دهي المرء من نفسه ... فلا تؤكلن بأنيابها
"Duhai, betapa lisan itu layaknya pedang, ia bisa memotong leher orangnya.
Berapa banyak orang itu binasa akibat dirinya sendiri, sehingga jiwa itu tidak dapat percaya dengan taring-taringnya (lisannya) sendiri."
Lisan ibarat pedang bermata dua. Jika yang mengayunkannya orang yang cerdik dan bijak, maka ia akan memperoleh ghanimah. Sebaliknya, jika yang menggunakannya orang yang pandir dan ngawur, maka yang ada hanya kerusakan dan kehancuran.
Menengok sejarah manusia-manusia pilihan, seseorang pasti akan mendapati bahwa para nabi adalah orang-orang yang baik ucapannya dan elok tutur katanya. Kata-kata dan ucapan mereka laksana untaian-untaian mutiara yang indah dan berharga. Saking indah dan berharganya, manusia yang mendapatkannya pun lantas mengabadikannya, dan mewariskannya kepada generasi-generasi berikutnya.
Sebuah kisah yang terjadi di dalam konteks sejarah besar dunia Islam. Tersebut di dalam ensiklopedia ilmu hadits dan sejarahnya. Kejadian yang semula kecil, tapi berhasil menciptakan sebuah historiografi khazanah ilmu-ilmu Islam.
Ya, sejarah itu berawal dari sepenggal ucapan.
"Jika antum berkenan mendokumentasikan hadits-hadits yang shahih di dalam sebuah kitab."
Ucapan yang tulus itu terlontar dari seorang guru kepada muridnya. Al-Imam Ishaq bin Rahuyah yang mengatakannya kepada Al-Imam Al-Bukhari rahimahumallah.
Disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah di dalam (Hadyus Sārī Muqaddimah Fathil Bārī), beberapa motivasi Al-Bukhari dalam menulis karyanya yang fenomenal ini, yang di antaranya ialah ucapan sang guru, Ishaq bin Rahuyah, sehingga berpengaruh kepada diri Al-Bukhari. Al-Bukhari mengungkapkan,
"Ucapan itu menancap di dalam relung hatiku, maka aku memulai untuk menggarap kitab Al-Jāmi' Ash-Shahīh."
Sudah tahu kan sejarah apa yang dibuat oleh Al-Bukhari dari kitabnya tersebut? Ya, kitab tersebut menjadi kitab paling shahih dan otentik setelah Al-Quran. Bahkan tidak berlebihan jika kita katakan, hampir seluruh kaum muslimin pasti mengetahui kitab ini, mempelajarinya, membacanya, atau paling tidaknya menyadur darinya.
Berawal dari sepenggal ucapan dari sang guru.
Masih mirip dengan kisah di atas. Kali ini terjadi di abad ke-8 hijriyah, seorang ahli hadits dan ahli sejarah negeri Syam, A-Qasim bin Muhammad Al-Barzāli yang berkata kepada muridnya yang masih muda,
"Tulisanmu ini mirip dengan tulisannya para ahli hadits."
Subhaanallah.
Sebuah pengakuan dari seorang guru yang disampaikan langsung kepada si murid yang masih sangat muda belia. Benar, anak muda itu di kemudian hari namanya memenuhi khazanah-khazanah Islam dalam banyak disiplin ilmu. Muhammad bin Ahmad bin Qaimaz Adz-Dzahabi. Tak heran jika Adz-Dzahabi banyak memuji dan menyebut-nyebut sang guru. Beliau mengatakan tentang sang guru, Al-Barzāli,
"Beliaulah yang telah membuat aku jatuh cinta untuk mempelajari hadits. Beliau melihat tulisanku, lantas berkata, “Tulisanmu mirip dengan tulisan para ahli hadits.” Sehingga ucapan beliau membekas pada diriku..."
Demikian ucapan orang yang mulia, jika itu mengindikasikan sesuatu maka itu menjadi bukti tulus dan benarnya niat mereka dalam berucap dan berkata. Di samping konteks redaksi yang baik dan indah ketika didengar dan disimpan di dalam jiwa.
Maka sudah sepantasnya bagi kita, terutama para guru dan pendidik untuk memilah-milih kata, setelah tentunya berusaha untuk tulus dan ikhlas dalam menyampaikannya.
اللهم ارزقنا حسن القصد في الأقوال والأعمال
✍🏽 Abul Walid Al-Maidany عامله الله بلطفه
▫️▫️▫️
#ucapan #lisan #sejarah #historiografi
© 𝐆𝐚𝐛𝐮𝐧𝐠 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐧𝐞𝐥 𝐓𝐞𝐥𝐞𝐠𝐫𝐚𝐦
http://t.me/ponpes_assunnah_batu
Telegram
PONPES ASSUNNAH BATU
Channel Resmi Mahad As Sunnah Batu Jawa Timur, di bawah bimbingan Asatidzah Mahad As Sunnah, Al Ustadz Usamah Faishal Mahri hafidzahullah, Al Ustadz Abdusshamad Bawazier hafidzahullah, dan Al Ustadz Ahmad Khadim hafidzahullah