Deraian Rindu
Oleh: Mak Wok
Terasa hangat di dada dan dipelupuk mata membasah karena terbayang orang-orang terkasih yang tidak bisa lagi diraih dan dicium tangannya.
Saat takbir berkumandang terbayang tangan yang sudah mengapal mirip telapak kaki itu karena saking kerasnya dalam menjalani kehidupan untuk memenuhi keperluan anak-anaknya yang banyak.
Sebaliknya sekarang malah banyak anak yang menjadi penuntut kepada orang yang seharusnya disimpuhi kakinya.
Perubahan zaman yang memanjakan anak-anak dengan limpahan kemudahan memang sudah menggerus mental sampai ketitik nadhir.
Mereka belum paham, betapa cubitan keras di pinggang yang dulunya terasa sangat sakit bahkan sampai meninggalkan bekas membiru, malah akan menjadi kerinduan membuncah agar mendapatkan cubitan itu lagi dari tangan kasarnya.
Sulit diterima nalar memang, bagaimana bisa sesuatu yang dulunya menyakitkan berbaliknya menjandi suatu yang sangat dirindukan.
Rindu dengan kata-kata tegasnya yang memutus enaknya permainan dengan kawan-kawan dikala maghrib menjelang.
Rindu dengan teriakan kerasnya ketika menyebutkan nama diri ini dengan panggilan yang khas ditelinga ketika menyuruh sholat.
Rindu dengan kata-kata interogasinya ketika menanyakan apakah diri ini tidak melupakan makan karena asik bermain.
Rindu dengan sosok penuh wibawa yang ketika dimintai uang jajan diri ini sering berderai air mata terlebih dahulu.
Justru disitulah letak pelajaran hidup yang sangat berharga dari beliau agar diri ini tidak lena dengan kemudahan.
Karena generasi yang hidup dengan segala kemanjaan akan tumbuh menjadi pribadi lemah dan cengeng.
Rindu dengan suara dehemannya ketika telah mendekati pintu rumah yang akan membuat rumah yang awalnya heboh dengan candaan berubah tenang tanpa komando.
Rindu melihat tangan kekarnya mengayunkan sabit, cangkul dan parang menyabit padi, menebas rumput liar dan menghantam tanah lembek pematang sawah.
Rindu memeluk badannya yang berisi saat mengendarai motor tua melintasi jalan-jalan berlubang menuju sawah dan ladang.
Rindu duduk di depan diatas tengki minyak motor tuanya menikmati hembusan semilir angin segar di area kaki gunung Merapi.
Rindu agar sekali lagi dapat kesempatan untuk memuntir gas, mengendalikan motor dan menekan kopleng keras motornya.
Rindu mendengar gesekan biolanya yang memanjakan telinga dan melihat lukisan naturalnya yang indah.
Ummy dan Ayah......... semoga diri ini tergolong menjadi anak yang sholeh, sehingga bisa menjadi sebab mengalirnya setiap pahala kebaikan yang diri ini lakukan dan sampainya do'a diri ini kepada Ayah dan Ummy di barzakh sana.
_Rabbighfirliwaliwalidayya kamarabbayanishoghiro_
Perkenankanlah Ya Rabb agar kelak Kami berkumpul lagi di surga-Mu, Ya Rabbalalamiin.
Batam, #288/100424
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#DeraianRindu #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Oleh: Mak Wok
Terasa hangat di dada dan dipelupuk mata membasah karena terbayang orang-orang terkasih yang tidak bisa lagi diraih dan dicium tangannya.
Saat takbir berkumandang terbayang tangan yang sudah mengapal mirip telapak kaki itu karena saking kerasnya dalam menjalani kehidupan untuk memenuhi keperluan anak-anaknya yang banyak.
Sebaliknya sekarang malah banyak anak yang menjadi penuntut kepada orang yang seharusnya disimpuhi kakinya.
Perubahan zaman yang memanjakan anak-anak dengan limpahan kemudahan memang sudah menggerus mental sampai ketitik nadhir.
Mereka belum paham, betapa cubitan keras di pinggang yang dulunya terasa sangat sakit bahkan sampai meninggalkan bekas membiru, malah akan menjadi kerinduan membuncah agar mendapatkan cubitan itu lagi dari tangan kasarnya.
Sulit diterima nalar memang, bagaimana bisa sesuatu yang dulunya menyakitkan berbaliknya menjandi suatu yang sangat dirindukan.
Rindu dengan kata-kata tegasnya yang memutus enaknya permainan dengan kawan-kawan dikala maghrib menjelang.
Rindu dengan teriakan kerasnya ketika menyebutkan nama diri ini dengan panggilan yang khas ditelinga ketika menyuruh sholat.
Rindu dengan kata-kata interogasinya ketika menanyakan apakah diri ini tidak melupakan makan karena asik bermain.
Rindu dengan sosok penuh wibawa yang ketika dimintai uang jajan diri ini sering berderai air mata terlebih dahulu.
Justru disitulah letak pelajaran hidup yang sangat berharga dari beliau agar diri ini tidak lena dengan kemudahan.
Karena generasi yang hidup dengan segala kemanjaan akan tumbuh menjadi pribadi lemah dan cengeng.
Rindu dengan suara dehemannya ketika telah mendekati pintu rumah yang akan membuat rumah yang awalnya heboh dengan candaan berubah tenang tanpa komando.
Rindu melihat tangan kekarnya mengayunkan sabit, cangkul dan parang menyabit padi, menebas rumput liar dan menghantam tanah lembek pematang sawah.
Rindu memeluk badannya yang berisi saat mengendarai motor tua melintasi jalan-jalan berlubang menuju sawah dan ladang.
Rindu duduk di depan diatas tengki minyak motor tuanya menikmati hembusan semilir angin segar di area kaki gunung Merapi.
Rindu agar sekali lagi dapat kesempatan untuk memuntir gas, mengendalikan motor dan menekan kopleng keras motornya.
Rindu mendengar gesekan biolanya yang memanjakan telinga dan melihat lukisan naturalnya yang indah.
Ummy dan Ayah......... semoga diri ini tergolong menjadi anak yang sholeh, sehingga bisa menjadi sebab mengalirnya setiap pahala kebaikan yang diri ini lakukan dan sampainya do'a diri ini kepada Ayah dan Ummy di barzakh sana.
_Rabbighfirliwaliwalidayya kamarabbayanishoghiro_
Perkenankanlah Ya Rabb agar kelak Kami berkumpul lagi di surga-Mu, Ya Rabbalalamiin.
Batam, #288/100424
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#DeraianRindu #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Telegram
MakWok
Writer and Surau_2.0 founder