Minggu lalu EUR/USD masih bergerak kuat melanjutkan keuntungan sesi sebelumnya yang kini telah menembus posisi resisten kuatnya dan berada di 1.2145. EUR/USD mendapat kekuatan dari pelemahan dolar AS serta pergerakan kuat perdagangan aset risiko, naik ke posisi tertinggi 2 bulan didukung oleh optimisme tentang pemulihan ekonomi Eropa yang dibantu oleh upaya pembukaan kembali yang sedang berlangsung dan percepatan vaksinasi COVID-19.
Gema dari angka NFP minggu lalu yang sangat mengecewakan meyakinkan investor bahwa the Fed akan tetap mencetak $120 miliar per bulan untuk waktu yang lebih lama lagi. Hal ini membebani dollar AS. Kemudian muncul angka inflai dimana CPI naik menjadi 4.2% YoY dan Core CPI naik membumbung menjadi 3% pertahun, keduanya diatas daripada yang diperkirakan. Seharusnya ini membuat bank sentral AS bangkit berjaga-jaga. Meskipun demikian dollar AS harus berjuang untuk bisa mengkapitalisir berita tersebut dengan naiknya inflasi kemungkinan sehubungan dengan cepatnya pembukaan kembali kegiatan bisnis, sebuah faktor yang bisa lenyap begitu saja nantinya.
Penjualan ritel AS meleset dari yang diperkirakan dengan tetap datar pada bulan April, meskipun terjadi revisi naik. Sementara The University of Michigan’s Consumer Sentiment Index, tanpa terduga jatuh.
Sementara di Eropa, debat mengenai apa Langkah ECB berikutnya berlangsung seru. Sebagian anggota ingin melanjutkan mencetak euro, dan melengkapi the Pandemic Emergency Purchase Program (PEPP), sementara yang lain ingin segera dipotong pada bulan Juni. Hal in menggoyang euro.
Permintaan untuk mengurangi kebijakan moneter yang longgar datang ditengah membaiknya statistik Covid-19 di Eropa yang kelihatannya merupakan efek positip dari vaksinasi membuat turun kasus baru, pasien ke rumah sakit dan kematian.
Dari data makro ekonomi, ZEW Economic Sentiment Jerman menyentuh ketinggian baru di 84.4, yang merefleksikan optimisme di benua Eropa. Angka-angka yang lain juga bagus.
#EURO #AnalisaEuro #EuropeanCentralBank
https://www.instagram.com/p/CO9WL2SgG0E/?igshid=ayj0jw5br2az
Gema dari angka NFP minggu lalu yang sangat mengecewakan meyakinkan investor bahwa the Fed akan tetap mencetak $120 miliar per bulan untuk waktu yang lebih lama lagi. Hal ini membebani dollar AS. Kemudian muncul angka inflai dimana CPI naik menjadi 4.2% YoY dan Core CPI naik membumbung menjadi 3% pertahun, keduanya diatas daripada yang diperkirakan. Seharusnya ini membuat bank sentral AS bangkit berjaga-jaga. Meskipun demikian dollar AS harus berjuang untuk bisa mengkapitalisir berita tersebut dengan naiknya inflasi kemungkinan sehubungan dengan cepatnya pembukaan kembali kegiatan bisnis, sebuah faktor yang bisa lenyap begitu saja nantinya.
Penjualan ritel AS meleset dari yang diperkirakan dengan tetap datar pada bulan April, meskipun terjadi revisi naik. Sementara The University of Michigan’s Consumer Sentiment Index, tanpa terduga jatuh.
Sementara di Eropa, debat mengenai apa Langkah ECB berikutnya berlangsung seru. Sebagian anggota ingin melanjutkan mencetak euro, dan melengkapi the Pandemic Emergency Purchase Program (PEPP), sementara yang lain ingin segera dipotong pada bulan Juni. Hal in menggoyang euro.
Permintaan untuk mengurangi kebijakan moneter yang longgar datang ditengah membaiknya statistik Covid-19 di Eropa yang kelihatannya merupakan efek positip dari vaksinasi membuat turun kasus baru, pasien ke rumah sakit dan kematian.
Dari data makro ekonomi, ZEW Economic Sentiment Jerman menyentuh ketinggian baru di 84.4, yang merefleksikan optimisme di benua Eropa. Angka-angka yang lain juga bagus.
#EURO #AnalisaEuro #EuropeanCentralBank
https://www.instagram.com/p/CO9WL2SgG0E/?igshid=ayj0jw5br2az
Instagram
Euro sempat turun, tertekan oleh karena Bank Sentral Eropa pada hari Kamis mempertahankan sikap kebijakan yang akomodatif dan merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi blok dan inflasi untuk tahun 2021 dan 2022. Pada hari Jumat ini EUR/USD melanjutkan penurunannya dan jatuh ke bawah 1.21 di 1.1208 karena menguatnya dollar AS akibat bagusnya angka Consumer Sentiment AS.
Volume forex berada pada level terendah selama setahun ini. Setelah mencapai puncaknya pada Maret 2020, ketika pandemic mulai mengambil korban di pasar global, fokus diarahkan kepada kembalinya ekonomi. Setelah setahun, optimisme kembali muncul. Ada tanda-tanda pertumbuhan yang kuat diantara ekonomi negara-negara maju, walaupun pemulihannya tidak rata. Negara – negara dengan pendapatan rendah dan menengah, tetap berada di bawah. Sementara vaksin terhadap Covid – 19 telah membawa sebagian kelegaan, pandemic ini masih jauh dari selesai. Varian baru, perlambatan di dalam memberikan imunisasi dan bahkan orang-orang yang anti-vaksinpun menghadapi resiko ini.
WHO semula memperkirakan diperlukan waktu 18 bulan untuk pandemic bisa berakhir. Optimisme umum cenderung mendukung permintaan terhadap assets yang memberikan yields yang tinggi dengan mengorbankan dollar AS. Pada saat yang bersamaan, AS kelihatannya satu langkah di depan dibandingkan dengan rekan-rekannya dalam usaha kembali ke normal. Sementara minat spekulatif terus berlangsung mengenai apakah untuk membeli dollar AS dengan kekuatan sendiri atau menjualnya untuk keuntungan matauang berpenghasilan lebih tinggi.
ECB mengumumkan keputusan terbarunya mengenai kebijakan moneter pada hari Kamis minggu lalu dan sebagaimana yang telah diperkirakan, tingkat bunga dan program bantuan tidak dipertahankan tidak berubah. Presiden ECB Chrisitine Lagarde benar-benar berhati-hati dengan resiko yang persisten dan berkata bahwa kebijakan moneter ultra-longgar akan tetap ada untuk menghindari kenaikan biaya pinjaman yang bisa membuat pemulihan ekonomi menjadi tertunda. Pada waktu yang bersamaan bank sentral Uni Eropa ini merevisi naik perkiraan pertumbuhan dan inflasi Eropa untuk tahun ini dan tahun depan.
#EURO #AnalisaEuro #EuropeanCentralBank
https://www.instagram.com/p/CQFXRdcA-ae/?utm_medium=share_sheet
Volume forex berada pada level terendah selama setahun ini. Setelah mencapai puncaknya pada Maret 2020, ketika pandemic mulai mengambil korban di pasar global, fokus diarahkan kepada kembalinya ekonomi. Setelah setahun, optimisme kembali muncul. Ada tanda-tanda pertumbuhan yang kuat diantara ekonomi negara-negara maju, walaupun pemulihannya tidak rata. Negara – negara dengan pendapatan rendah dan menengah, tetap berada di bawah. Sementara vaksin terhadap Covid – 19 telah membawa sebagian kelegaan, pandemic ini masih jauh dari selesai. Varian baru, perlambatan di dalam memberikan imunisasi dan bahkan orang-orang yang anti-vaksinpun menghadapi resiko ini.
WHO semula memperkirakan diperlukan waktu 18 bulan untuk pandemic bisa berakhir. Optimisme umum cenderung mendukung permintaan terhadap assets yang memberikan yields yang tinggi dengan mengorbankan dollar AS. Pada saat yang bersamaan, AS kelihatannya satu langkah di depan dibandingkan dengan rekan-rekannya dalam usaha kembali ke normal. Sementara minat spekulatif terus berlangsung mengenai apakah untuk membeli dollar AS dengan kekuatan sendiri atau menjualnya untuk keuntungan matauang berpenghasilan lebih tinggi.
ECB mengumumkan keputusan terbarunya mengenai kebijakan moneter pada hari Kamis minggu lalu dan sebagaimana yang telah diperkirakan, tingkat bunga dan program bantuan tidak dipertahankan tidak berubah. Presiden ECB Chrisitine Lagarde benar-benar berhati-hati dengan resiko yang persisten dan berkata bahwa kebijakan moneter ultra-longgar akan tetap ada untuk menghindari kenaikan biaya pinjaman yang bisa membuat pemulihan ekonomi menjadi tertunda. Pada waktu yang bersamaan bank sentral Uni Eropa ini merevisi naik perkiraan pertumbuhan dan inflasi Eropa untuk tahun ini dan tahun depan.
#EURO #AnalisaEuro #EuropeanCentralBank
https://www.instagram.com/p/CQFXRdcA-ae/?utm_medium=share_sheet
Instagram
Setelah terus turun dari 1.1562 ke 1.1520 memulai awal minggu lalu, EUR/USD melanjutkan penurunannya dengan menguatnya dollar AS ke 95.26 karena akibat naiknya CPI AS ke ketinggian selama lebih dari 30 tahun, sebagai akibatnya EUR/USD turun ke 1.1436, level terendah sejak Januari 2020, sebelum akhirnya terkoreksi naik kembali ke 1.1444 karena keluarnya Consumer Sentiment Index dari UoM jatuh ke level terendah dalam satu dekade, tertekan berat oleh naiknya inflasi.
Harga semua produk dan jasa melompat pada bulan Oktober sehingga mendorong naik Consumer Price Index (CPI) umum ke ketinggian selama 31 tahun dan juga CPI inti ke 4.6% yang meruntuhkan semua ekspektasi para ekonom. Setelah mula-mula bereaksi dengan ragu-ragu, pasar bergerak lebih agresif terhadap kenaikan tingkat bunga dari the Fed yang lebih cepat dari yang direncanakan. Akibatnya dollar AS melompat dimana-mana.
Dengan skenario ini, dollar AS mencapai ketinggian baru di 2021 terhadap rival Eropanya, dengan EUR/USD saat ini diperdagangkan di zona harga 1.1444. Dolar AS mendapatkan keuntungannya dari sentimen pasar yang buruk ditengah memuncaknya spekulasi bahwa Federal Reserve AS akan harus menaikkan tingkat suku bunganya paling tidak sebanyak dua kali di tahun 2022. Sebaliknya, ECB tetap mempertahankan sikapnya yang konservatif, menjamin akan memelihara stimulus sepanjang masih diperlukan.
Hal yang sama yang sering diulangi oleh para pejabat bank sentral adalah bahwa kenaikan inflasi yang berkelanjutan yang terjadi saat ini kemungkinan hanya sementara.
Selain itu data terbaru dari Departemen Perdagangan AS menunjukkan bahwa GDP AS kuartal ketiga hanya bertumbuh di tingkat yang lemah 2% setahun
Consumer Sentiment Index dari UoM jatuh ke level terendah dalam satu dekade, tertekan berat oleh naiknya inflasi. Consumer Sentiment Index bulan Nopember dari Universitas Michigan melemah menjadi 66.8 dari sebelumnya di bulan Oktober 71.7. Ini adalah level terendah sejak bulan Nopember 2011.
#Euro #AnalisaEuro #EURUSD
https://www.instagram.com/p/CWSDId1h1hH/?utm_medium=share_sheet
Harga semua produk dan jasa melompat pada bulan Oktober sehingga mendorong naik Consumer Price Index (CPI) umum ke ketinggian selama 31 tahun dan juga CPI inti ke 4.6% yang meruntuhkan semua ekspektasi para ekonom. Setelah mula-mula bereaksi dengan ragu-ragu, pasar bergerak lebih agresif terhadap kenaikan tingkat bunga dari the Fed yang lebih cepat dari yang direncanakan. Akibatnya dollar AS melompat dimana-mana.
Dengan skenario ini, dollar AS mencapai ketinggian baru di 2021 terhadap rival Eropanya, dengan EUR/USD saat ini diperdagangkan di zona harga 1.1444. Dolar AS mendapatkan keuntungannya dari sentimen pasar yang buruk ditengah memuncaknya spekulasi bahwa Federal Reserve AS akan harus menaikkan tingkat suku bunganya paling tidak sebanyak dua kali di tahun 2022. Sebaliknya, ECB tetap mempertahankan sikapnya yang konservatif, menjamin akan memelihara stimulus sepanjang masih diperlukan.
Hal yang sama yang sering diulangi oleh para pejabat bank sentral adalah bahwa kenaikan inflasi yang berkelanjutan yang terjadi saat ini kemungkinan hanya sementara.
Selain itu data terbaru dari Departemen Perdagangan AS menunjukkan bahwa GDP AS kuartal ketiga hanya bertumbuh di tingkat yang lemah 2% setahun
Consumer Sentiment Index dari UoM jatuh ke level terendah dalam satu dekade, tertekan berat oleh naiknya inflasi. Consumer Sentiment Index bulan Nopember dari Universitas Michigan melemah menjadi 66.8 dari sebelumnya di bulan Oktober 71.7. Ini adalah level terendah sejak bulan Nopember 2011.
#Euro #AnalisaEuro #EURUSD
https://www.instagram.com/p/CWSDId1h1hH/?utm_medium=share_sheet