Politisi Sejati
88 subscribers
12 photos
2 videos
18 files
49 links
Download Telegram
Politisi Sejati
*PENDAHULUAN BUKU GERAKAN MENOLAK SEMBRONO, Aab El Karimi* Semarang, November 2014 Diketik ulang Agustus 2022 oleh _Widya Amata_ di telegram Http://t.me/PolitisiSejati Di saat media nyigir bicara fakta yang tersangkut macam-macam ramuan. Bicara sejarah…
*Sambungan Pendahuluan Buku Gerakan Menolak Sembrono, Aad El Karimi, diketik Ulang oleh Widya Amata*

Yang belum baca klik ini untuk melihat tulisan sebelumnya👇
https://t.me/PolitisiSejati/150

Al Quran telah mewanti-wanti 1.400 tahu yang lalu bagaimana pentingnya teliti dalam memilih satu informasi yang ada. Allah SWT Berfirman :

_Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maja periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaan yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu._ (Q.S. Al Hujurat : 6)

Lalu berkacalah! Sudah sejauh mana kita terombang-ambing menentukan standar hidup dari informasi yang belum diteliti/terkonfirmasi?

Sering kita begitu mudahnya meraup informasi apa saja, kemudian sesumbar kepada teman untuk menceritakan sebuah berita karena tidak mau dikatakan kudet (kurang update).

Hingga yang terparah adalah hal ini mempengaruhi bagaimana kita mengambil sebuah nilai dan pemaknaan.

Mudahnya saja, saat ini bagaimana kita menilai kegantengan dan kecantikan?

Wajah bersih dan cling, rambut selalu rapih seolah baru keluar dari salon, gincu merah mirip lipstick-an, atau lesung pipi dengan warna merah marun yang seolah menghardik anjing untuk diam? Begitukah standar ganteng dan cantik?

Ya, saat ini merupakan era di mana informasi banyak yang tidak kita timbang secara matang, tidak terkonfirmasi, atay istilah dalam bahasa pedalaman 'prancis' adalah _"loba inpormasi anu teu dipariksa heula"_

F
akta menunjukkan bahwa selera manusia saat ini adalah selera yang dikontruksi media massa.

Secara tidak sadar otak kita diobok-obok, dicuci, dan dibilas, lalu dicoreti dengan gagasan mereka untuk penyeragaman opini tentang makna tertentu yang diinginkan.

Ah, saya yakin dari sini kita telah banyak tersadar bagaimana semua itu berjalan menimpa kita seolah kita terbius dalam ketidaksadaran yang panjang.

Saatnyalah sekarang menanti siuman dan sadar, menepi kembali untuk lebih cerdas dan hati-hati, mengambil informasi yang penting dan membuang yang tidak penting.

Jika bisa, kita lari sekencang-kencangnya, menjauh dari informasi sampah yang jika dibaca/dilihat hanya membuang waktu dan menimbulkan kegaduhan.

Maka lewat buku inilah Insya Allah jika memang benar dipahami, penulis berusaha membantu Anda melarikan diri dari kesemrawutan opini menuju suatu kebenaran, kepastian. Dan jika pun dihadapkan pada opini sampah, kita bisa bertahan, dan bangga membuang muka.

Pentingnya buku ini bagi kaum muslimin begitu disadari betul oleh penulis yang juga sebagai manusia biasa yang hidup di era informasi yang amburadul dan simpang siur.

Maka lewat buku ini pulalah diharapkan sebuah gerakan untuk menolak sembrono tercipta.

Karena menolak sembrono adalah SUATU DEKLARASI MANUSIA YANG TAK MAU DIBODOHI. Hanya karena melihat, membaca dan mendengar suatu informasi lantas latah mengikuti.

Karena menak sembrono adalah SUATU UNGKAPAN LUHUR KECERDASAN MANUSIA yang merindukan sebuah informasi tentang kebenaran.

Ia berjuang untuk turut turu tangan, menyingsingkan lengan baju dan bergerak berontak membabat habis nilai-nilai yang salah.

Menolak sembrono adalah sebuah derap langkah awal untuk MENATA HIDUP, menghindari ocehan sinting. Mengatur rencana masa depan, dan mendekatkan diri lebih intim dengan Allah SWT.

Selamat Membaca.

----------

Yang mau pesan bukunya klik ini 👇
https://api.whatsapp.com/send?phone=+6285274394756&text=Saya%20Mau%20Pesan%20Buku%20Menolak%20Sembrono%0A%0ANama%3A%0AAlamat%20Lengkap%3A%0ANomor%20HP%3A%0ARencana%20Transfer%3A%0ADapat-Info-Dari%3A

Join di chanel telegram
Http://t.me/PoltisiSejati
Untuk dapatkan sharing bedah bukunya dari Ustadzah Widya Amata Founder RAI
5_6291799112052376999.mp4
7.9 MB
Wah.. pagi ini saya dapat sharing video ini ... Ini pertanyaan penutup diskusi Bang Refly Harun dengan Ustadz Rokhmat S Labib yang kemaren saya share..
*TAFSIR KESADARAN*

Refly Harun membahas tafsir bersama *KH. Rokhmat S. Labib, MEI penulis kitab tafsir Al-Wa'ie*, Islamophobia, dll

https://youtu.be/3W0SnP6SI9g

Founder RAI http://t.me/rumahauliyainspirasi yang sekaligus Owner http://t.me/AuliyaCollection jam 11.35 WIB di hari Ahad, 31 Juli 2022, sudah selesai menonton video yang sangat mencerahkan ini..

Yang mau punya Tafsirnya bisa ikutan PO di Auliya Collection yaa... Yuk kita beli bareng-bareng tafsirnya... Tentunya bisa dapat harga diskon nih.. 😊

Yang minat klik 👇
https://api.whatsapp.com/send?phone=+6285274394756&text=Ikut%20PO%20Tasir%20Alwaie%0A%0ANama%3A%0AAlamat%20Lengkap%3A%0ANomor%20HP%3A%0ARencana%20Transfer%3A%0ADapat-Info-Dari%3A%0A

Yang ingi join Grup WA Sillah Ukhuwah RAI silahkan klik 👇
https://chat.whatsapp.com/H21foTydH8wIFRJfxaQ0cw

Jika ada kendala join hubungi
wa.me/6285274394756

Diposting di Channel telegram
Http://t.me/Semangat_Hafal_Quran

Silahkan diserbarluaskan yaa..
Hampir setiap tahun berbagai survei menunjukkan penurunan angka kepercayaan rakyat terhadap parpol di sistem demokrasi. Namun, mengapa parpol masih terus eksis dan berhasil mengambil hati rakyat hingga mengantarkan para petugas partai berada di kursi kekuasaan?

Baca: Rakyat Tidak Percaya Partai Politik, Sudahi Demokrasi Sampai di Sini

#Opini

https://m.facebook.com/MuslimahNewsCom/posts/2227324030778733

Diposting di chanel telegram
Http://t.me/PolitisiSejati
*DAFTAR ISI BUKU GERAKAN MENOLAK SEMBRONO, Aab El Karimi*

Diketik oleh Widya Amata di
Http://t.me/PolitisiSejati

Membuyarnya Informasi
.... 1
https://t.me/PolitisiSejati/160

Bermula Dari Media Yang Dikendalikan ..... 15
https://t.me/PolitisiSejati/165

Mengurai Perilaku Media .... 27
https://t.me/PolitisiSejati/169

Periksa ! Satu Hal Yang Menjadi Perhatian .... 48

Mencari Standar Benar .... 62

Menyikapi Realitas ..... 76

Dampak-dampak yang Nampak ... 85

Manifesto Gerakan Menolak Sembrono .... 96

Pasca Deklarasi : Sebuah Keberlanjutan Yang Berpangkal .... 108

Sebuah Gerakan Dengan Bayaran Paling Mahal .... 118

Insya Allah semuanya akan diketikkan di chanel http://t.me/PolitisiSejati sampai selesai. Dan disharingkan kepada Anggota Grup WA Certified Menjadi Politisi Sejati.

Yang mau punya bukunya klik 👇
https://api.whatsapp.com/send?phone=+6285274394756&text=Saya%20Mau%20Pesan%20Buku%20Menolak%20Sembrono%0A%0ANama%3A%0AAlamat%20Lengkap%3A%0ANomor%20HP%3A%0ARencana%20Transfer%3A%0ADapat-Info-Dari%3A

#GerakanMenolakSembrono
#GerakanMenolakSemborono

*MEMBUYARNYA INFORMASI*

Penulis : *Aab El Karimi*
Diketik oleh *Widya Amata* di
Http://t.me/PolitisiSejati

Saya beberapa kali pernah bertemu kawan, tidak hanya satu-dia orang, yang sesumbar dan mengutuk pemberitaan di facebook yang sporadis dan awut-awutan.

Banyak informasi yang tak dikehendaki namun selali saja menggiurkan untuk diklik, muncul di beranda karena fanspage yang ia like entah berapa banyak.

Alhasil, ketika membuka facebook banyak waktu yang terbuang karena godaan judul berita/informasi melambai-lambai mirip wanita penggoda yang menyingkap auratnya dengan berani, padahal yang dibaca itu tidak penting.

Pada awalnya hal ini tidak terlalu bermasalah sebelum ada gangguan lainnya yang sangat parah berupa iklan seronok di samping kanan facebook atau di beranda yang muncul tanpa diminta.

Kalimat iklan provokatif yang menimbulkan penasaran dipajang mentereng, cukup sulit diabaikan mata. "Inilah 10 polwan cantik dan seksi sepanjang sejarah", "bokong terbaik tahun 2014 ", "wanita seksi ini memilih jadi pemulung" dan iklan-iklan lain yang bahkan sudah masuk kategori keblinger dan sinting.

Saya juga beberapa kali menemui kawan di media sosial yang bertindak ibarat pakar. Salah seorang teman yang (padahal) bergerak dibidang teknik sipil rela mati-matian mengutuk pemberitaan politik hanya karena informasi tidak memihak pada pemimpin idolanya.

Tentunya ini bukan masalah profesionalisme, tapi kadar yang dimiliki dalam menganalisis sebuah informasi dengan gayanya yang megakinkan dan mellow membuat kita _bergidik, mangut-mangut kriput dan ngeri_.

Hanya bermodal bisa mengetik kalimat apik, bisa mengundang banyak banyak komentar pengaminan: ___"Saya sependapat, memang si bapak ini asal bicara saja, pemimpin kita tidak salah, yang salah adalah semua manusia, pemimpin kita tidak salah. Titik." (?) Padahal yang sedang ia kritik adalah pakar ekonomi yang benar-benar tulen.

Saya juga telah merasakan bagaimana pergeseran nilai itu begitu mengenaskan. Beberapa kawan memilih untuk tetap bebas melacurkan intelektualitasnya, menghambakannya pada materi dan menganggap bahwa gaya hidup itu segalanya.

Nongkrong semalaman hanya untuk mendapatkan gebetan, shopping busana yang begitu menggebu, hingga setiap detail penampilan begitu diperhatikan. Gaya rambut, potongan celana, jenis gadget, sepadannya antara warna baju-celana-sempak, bahkan hingga posisi gaya saat buang hajat.

*Ada yang salah! Begitulah nalar sehat berontak*

A
ktivitas manusia yang membuat geleng-geleng kepala ini tentunya berawal pada saat ia mengambil informasi, sehingga nilai-nilai yang ia adopsi adalah lantunan sendu yang tak pantas untuk dipantaskan.

Antara kebebasan informasi dan media yang menyediakan ruang bagi manusia untuk bebas eksis dan narsis lalu mengejawantahkan dalam pola sikap, menjelaskan pada kita bahwa saat ini informasi yang ada sangat buyar dan tidak eksis.

Bagaimana sebuah informasi yang hadir tiba-tiba membuat panik manusia untuk rikuh dan harus sesuai dengan apa yang dikatakannya.

Kemudian muncul lagi informasi baru yang malah bertentangan dengan informasi sebelumnya.

Muncul lagi informasi yang lebih baru, muncul lagi informasi yang lebih baru dari yang terbaru, dan hang terbaru, yang paling baru, dan yang paling sangat-sangat baru ini berbondonglah manusia masuk dalam JURANG KEBINGUNGAN.

Manusia yang kemudian mulailah bertanya; *sudah berapa banyak waktukah yang dihabiskan untuk kesia-siaan ini?*

R
ealitaa inilah yang cukup menjadi belenggu besar akan pentingnya waktu yang berkualitas untuk digunakan sebaik mungkin dalam mengambil suatu informasi yang valid.

Dalam dunia yang sudah termediasi ini, begitu sangat pasti *terdistorsinya tujuan pencarian informasi yang mulanya untuk menambah wawasan malah lebih banyak tersesatnya daripada benarnya.*

Bersambung disini 👇
https://t.me/PolitisiSejati/161

#GerakanMenolakSembrono
Sambungan dari tulisan ini
https://t.me/PolitisiSejati/160
Silahkan dibaca itu dulu yaa.. biar nyambung 😊

Balutan informasi yang dikemas sepenasaran mungkin namun KOSONG dan BERISIK, meributkan hal remeh-temeh, mendengkurkan kesia-siaan, membuat proses terkristalnya sebuah gagasan --yang pada mulanya cukup mudah karena media yang dikonsumsi sebegitu fokus dan detail-- malah terdistorsi oleh beragam informasi yang dikemas apik namun kosong.

Soal informasi bombastis ini Kuswadi (2002) berpendapat, _"Kecenderungan media massa di Indonesia saat inu, terlalu banyak menyajikan berita yang bersifat hedonistik dengan judul yang bombastis. Pada akhirnya masyarakat dihadapkan pada pilihan informasi yang disrealitas."_


***

Buyarnya informasi ini disebabkan oleh media yang tak terkendali.

Sejatinya saat inu saya menemukan ada tiga media yang menjadi fokus kajian kita di buku ini dan memang benar-benar potensial dalam mengubah paradigma nilai dan tatanan sosial-budaya.

1. Internet
https://t.me/PolitisiSejati/162

2. Televisi
https://t.me/PolitisiSejati/163

3. Media Cetak
https://t.me/PolitisiSejati/164

Yang mau bukunya klik ini 👇
https://api.whatsapp.com/send?phone=+6285274394756&text=Saya%20Mau%20Pesan%20Buku%20Menolak%20Sembrono%0A%0ANama%3A%0AAlamat%20Lengkap%3A%0ANomor%20HP%3A%0ARencana%20Transfer%3A%0ADapat-Info-Dari%3A

#GerakanMenolakSembrono
*INTERNET*

Penulis : *Aab El Karimi*
Diketik oleh *Widya Amata* di
Http://t.me/PolitisiSejati

Soal fenomena sumber informasi yang saat ini didominasi oleh internet ini, kehadiran memang fenomenal.

Seorang awam bisa terperangkap dalam layar seharian, berselancar membuka cakrawala informasi yang luas, bersemedi menikmati kesendirian, dan bermonolog hingga cengengesan lewat pancaran sinar layar elektronik yang membuat lensa matanya tajam dan terfokus.

Apa yang didapat ?

Kadang _grambyang_, tak jelas! Alih-alih mudahnya mendapatkan informasi, yang terjadi adalah melimpahnya informasi namun kualitasnya merosot begitu parah.

Kita tidak perlu mengomentari dan berpura-pura menjadi pakar pengkritik, cukup Mandelson saja yang bicara.

Dalam Danesi (2002) ia telah memprediksi jauh-jauh hari soal fenomena yang sekarang ini menimpa kita, ia mengungkapkan :

_"Perbedaan terbesar antara referensi-silang di Al Kitab dengan tautan di 'world wide web' adalah perbedaan antara kata-kata yang tertulis di selembar kertas perkamen atau kertas pada buku yang dimaksudkan untuk bertahan selamanya dengan kata-kata yang tercetak dalam fosforesensi transien pada layar komputer, bagaimana itu akan segera ditimpa oleh kata-kata lainnya, ini bisa menjadi kontras yang sama yang tertulis 1900 tahun lalu, atau bisa juga tidak, antara seorang bijak yang membangun rumahnya di atas batu dengan seorang tolol yang membangun rumahnya di atas pasir."_

Mengapa hal ini bisa terjadi?

Kita tidak akan pernah tahu jika tidak menepi untuk berefleksi dan marilah bersama kita telusuri sebab-sebabnya :

1. Era berkembangnya teknologi yang tak bisa ditawar lagi ini menyebabkan manusia hidup dalam kungkungan stereotip bahwa dunia maya menawarka informasi yang lebih banyak dan canggih. Anggapan dunia maya menawarkan segalanya ini kemudian membuat sangkaan bahwa dunia maya adalah gudang informasi. Ya, hanya sebatas gudang, soal shohih atau tidaknya, ini belum tuntas.

2. Dari poin yang pertama ketika stereotip manusia dipukul rata untuk menganggap internet menawarkan segalanya, maka dari sini muncul para oportunis, memanfaatkan media bukan untuk menyebar informasi, namun demi meraup keuntungan. Kita tahu bahwa perputarab uang di sektor ini cukup melimpah. Banyak sekali muncul orang terkaya yang lahir berkat media. Baik portal berita maupun sosial media.

3. Pemanfaatan media tidak hanya dikapitalisasi oleh para pemilik modal, namun ternyata golongan masyarakat politis juga menggunakan media untuk tujuan tertentu. Sehingga bisa kita baca bahwa saat ini hampir tak ada media netral, semua berpihak, punya tujuan, dan berkepentingan.

4. Dari sini bisa kita ketahui kualitas informasi yang muncul. Berawal dari persaingan untuk meraup keuntungan berupa kekayaan ataupun penggiringan opini ini melahirkan limpahan informasi yang saling bersahutan, tumpang tindih, fenomenal, bahkan terkadang saling bertolak belakang dan menyerang.

Inilah yang dimaksud Mandelson antara membangun di atas batu dengan membangun di atas pasir. Analogi yang cukup pedas dan menampar ini begitu kita rasakan, begitu kita jiwai, karena hampir setiap hari kita menggagahi dunia maya ini, menjadi salah satu pemilik kapling dunia virtual-elektronis yang canggih dan tak terbatas.

Namun sekali lagi, benarlah! Bahwa informasi di dunia maya hampir tidak ditujukan untuk menjadi rujukan ribuan tahun. Jangankan ribuan tahun, seminggu saja terkadang tidak sampai, hilang begitu saja tertumpuk informasi-informasi baru yang seringnya malah bau.

Hal ini tentu berbeda dengan karya-karya klasik beserta kondisi zamannya. Kita bisa membedakan sebuah karya yang dibuat susah payah secara klasik, namun mampu abadi, yang membidani lahirnya teori-teori primer dengan hilir mudiknya informasi yang berseliweran, tak terkontrol dan buyar di internet.

Namun sekali lagi ini bukan dasar kita untuk menolak internet sebavai media, HANYA KEHATI-HATIANLAH YANG HARUS TETAP TUMBUH untuk KRITIS MENGAMBIL INFORMASI.

#GerakanMenolakSembrono
*TELEVISI*

Penulis : *Aab El Karimi*
Diketik oleh *Widya Amata* di
Http://t.me/PolitisiSejati

Televisi sebagai salah satu media hiburan dan informasi telah berkembang pesat di Indonesia.

Seringkali masyarakat menggunkan informasi di televisi sebagai rujukan utama dalam memandang hal-hal yang sangat substansial dalam hidup, seperti kecenderungan untuk memaknai sebuah nilai, kecenderungan untuk merumuskan masa depan, hingga kecenderungan untuk bagaimana memperoleh kesenangan dan memaknai apa arti kesenangan itu sendiri.

Ibarat mantra dukun, media televisi mampu membangkitkan rasa gelisah, duk sekaligus senang dan suka bagi seluruh masyarakat dengan beragam alasan yang kadang tak jelas.

Dikatakan tak jelas karena bobot nilai yang dikandungnya lebih banyak fantasi dan kreativitas ketimbang bahasa-bahasa pemikiran. Namun satu rahasia yang harus kita lakukan dalam memandang televisi; TETAPLAH KRITIS dan WASPADA.

Memandang televisi sebagai 'ajaran lurus' jelas sangat berlebihan, pun dengan memandangnya sebagai 'ajaran kesesatan' juga terlalu naif bagi kita. TELEVISI HANYALAH MEDIA dan sifatnya TERGANTUNG dari SIAPA YANG MENGENDALIKAN.

Sejarah televisi yang berawal dari ditemukannya piringan pemindai oleh Paul Nipkow dari tahun 1923 hingg 1925 dalam sebuah sistem percobaan televisi telah disempurnakan oleh ilmuan Skotlandia bernama Johb Logie Braid.

Kemudian pada tahun 1931 insinyur kelahirab Rusia bernama Vladmir Zworykin membangun sistem pemindai elektronik yang menjadi prototype kamera televisi modern.

Seorang ilmuab Amerika Serikat, Ernst F.W. Alexanderson kemudian untuk pertama kalinya memamerkan pesawat penerima televisi Schenectady, New York pada tahun 1928.

Dan perkembangan televisi saat ini telah sampai pada perbincangan isi, menyeting sedemikian rupa konten yang akan disuguhkan pada pemirsa, bukan lagi soal alat.

Seperti yang diungkapkan Danesi (2002):

_"Televisi mampu merekayasa sejarah terkait dengan fakta bahwa secara harfiah televisi itu merekayasa sejarah dengan memberikan kesan kepada para pemirsanya bahwa beberapa peristiwa yang sebenarnya biasa-biasa saja --kampanye pemilihan umum, kisah cinta seorang aktor, tren suatu gaya mode, dan sebagainya-- adalah peristiwa yang sangat penting.""_

Kepentingan-kepentingan yang sengaja didesain ini tentunya akan terus menimbulkan kepentingan baru yang _juntrungannya_ sangat bias dan tidak jelas, sesuai dengan kepentingan para pemilik televisi. Dan ini tetaplah akan menimbulkan INFORMASI YANG BUYAR.

#GerakanMenolakSembrono
*MEDIA CETAK*

Penulis : *Aab El Karimi*
Diketik oleh *Widya Amata* di
Http://t.me/PolitisiSejati

Tak kalah penting untuk kita bicarakan juga adalah media cetak. Meskipun saat inu media cetak kalah semok dan menggoda dari internet dan televisi, namun perannya dalam menyebarkan informasi telah diakui menjadi pendahulu dari internet dan televisi.

Media cetak yang sering kita baca, mulai dari pamflet, brosur, koran bahkan hingga buku ini, merupakan sumber informasi yang masih digunakan manusia.

Pada dasarnya sama saja, media cetak juga berperan sebagai pembuyar informasi jika diproduksi serampangan tanpa kendali.

Sebagai generasi yang mengalami fenomena MEMBUYARNYA INFORMASI, kita tidak bisa lari begitu saja. Dengan menunjukkan sikap yang tak peduli terhadap fenomena dan memposisikan diri hanya sebagai penikmat, bertindak pasif, dan jauh dari kritis juga akan sangat berbahaya bagi kita. Informasi yang buyar ini harus dihadapi dengan KEJELIAN dan PENUH KEWASPADAAN.

Pemungkas dari kebuyaran informasi ini adalah harus terciptanya sebuah cara baru untuk mengukuhkan langkah. Menggontai-gontaikannya karena berar dan sangat payah memikul beban moral kehati-hatian, menundukkan pikiran dengan seperangkat nilai kebenaran, dan bermental visioner memikirkan dampak yang akan terjadi.

#GerakanMenolakSembrono
*BERMULA DARI MEDIA YANG DIKENDALIKAN*

Penulis : *Aab El Karimi*
Diketik oleh *Widya Amata* di
Http://t.me/PolitisiSejati

Menilik pesatnya perkembangan teknologi, saya dalam diam hanya bisa mengenang. Pada masa internet masih jarang, televisi belum seberisik sekarang, dan portal berita hanya satu-dua, di situ terdapat ketenangan yang tentunya cukup berbeda dari sekarang.

Memang sulit bagi kita untuk kembali pada masa lalu, karena sejatinya hidup terus berjalan maju.

Namun kita bisa sedikit membawa kenangan-kenangan itu mengisi catatan hidup kita dengan nanar dan padat, serta memeluknya penuh kehangatan.

Kenangan-kenangan yang tersusun dengan intim dan hangat ini bukan sebuah kesembronoan melainkan sebagai batu pijakan untuk dasar perbandingan, karena saat ini ketakutan terbesar tentang premis-premis masa depan telah nampak muncul dan menakutkan.

Majunya hidup yang hanya termaknai sebagai suatu kewajaran, tidak perlu dipikirkan, dan menguap begitu saja beserta realitas yang tidak kita ketahui benar atau salahnya, berjalan cepat sekali.

Dari ketidakpedulian kita terhadap hidup memancing kita untuk ikut arus, berenang bersama yang lewat, berkawan dengan apa saja.

Kalaupun menepi untuk berpikir, di arus sungai yang cepat dan cukup deras ini kita malah tersangkut bersama berbagai macam sampah, dari limbah industri pabrik, hingga tinja hewan dan manusia.

Namun ketidaksadaran ini hidup sejatinya dipenuhi tragedi yang banyak tidak diketahui. Teknologi yang kita nikmati saja dan tidak disadari ini telah melahirkan banyak varian rasa yang mengendalikan.

Yang nyata saat ini adalah bahwa teknologi media telah memaksa manusia mudah sesumbar sekenanya, berekspresi seenaknya, dan beropini berbusa-busa.

Media juga telah berhasil mendidik dengan telaten, mengafirmasi dalam jiwa, mengajarkan bahwa ketika melihat 'ini' kita harus menangis, ketika melihat 'itu' kita harus jijik, dan media telah meluluskan kita menjadikan sarjana grambyang_ yang bisa picisan, mellow dan bisa juga membunuh orang.

Fenomena berkembangnya media ini tidak hanya terhenti pada soal mengajar dan mendidik tanpa pamrih saja, bak _Oemar Bakrie_ dalam lagunya bang Iwan, tapi mereka telah mengembangkannya lebih jauh dari yang kita prediksi.

Mereka telah membuat semacam _Coloseum_ pertempuran, menyiapkan setiap diri mereka untuk menjadi gladiator, berebut mengambil peran, membentuk poros-poros kekuatan, menggaet banyak senjata, untuk sebuah tujuan yang satu, KEPENTINGAN.

Akibatnya arena pertempuran ini membuat sebuah galaksi media yang tidak dinamis, sebuah galaksi pembuyar informasi yang sering disinggung oleh Danesi sebagai 'galaksi Guttenberg'.

Hal ini seperti yang dibahas dalam tulisa sebelumnya bahwa media bertanggungjawab penuh atas lahirnya informasi yang buyar, membludak dan membingungkan.

*Pengertian dan sepercik sudut pandang*
https://t.me/PolitisiSejati/166

*Kendali di antara Kepentingan dan Kesempatan*
https://t.me/PolitisiSejati/167

#GerakanMenolakSembrono
*Pengertian dan sepercik sudut pandang*

Penulis : *Aab El Karimi*
Diketik oleh *Widya Amata* di
Http://t.me/PolitisiSejati

Dalam bukunya "pengantar memahami semiotika media" Danesi mendefenisikan media/medium sebagai cara fisik bagaimana suatu sistem tanda (piktograf, karakter alfabet) perekam gagasan bisa diaktualisasikan.

Pengertian Danesi ini jika kita tilik lebih jauh lewat pembacaan sederhana terhadap fenomena yang nampak setiap hari adalah sikap otomatis kita dalam memilih merk gadget ataupun tempat belanja.

Tanda (piktograf, karakter alfabet) yang sering kita lihat dalam iklan ternyata mampu membuat kita mengaktualisasikan tanda tersebut untuk memiliki gadget atau mengunjungi tempat berbelanja tertentu.

Itulah media, *berperan sebagai alat untuk mengaktualisasikan gagasan.*

Media sebagai informan hanyalah akan berperan sebagai informan dan kemudian tak laku ketika tidak melahirkan sesuatu yang menarik untuk meraup keuntungan.

Tanpa landasan keuntungan ini tentunya para produsen media tidak akan bertindak. Namun keuntungan itu memang cukup menggiurkan, hanya dengan sentuhan tayangan seseorang bisa mudah menjadi wakil rakyat hingga presiden.

Hanya dengan satu goyangan seseorang mampu mendapatkan milyaran rupiah, dan hanga satu siaran iklan omset penjualan sebuah produk bisa menaik dengan tajamnya.

Nah inilah yang mendasari media untuk dipeluk mesra dan dikendalikannya dengan penuh strategi karena terlahir atas motif keuntungan dan manfaat.

Jika dilihat dari sisi historis, kita akan menemukan satu masa dimana cikal bakal keberisikan media masa saat ini tercipta.

Secara singkat berawal dari penemuan teknologi kertas dab mesin cetak, manusia mulai menghimpun dan memperbanyak informasi untuk lebih mudah dikonsumsi publik.

Dan berlangsungnya zaman mengajarkan manusia untuk terus berinovasi yang kemudian melahirkan berbagai varian baru yang lebih praktis, bebas dan canggih.

Alhasil, surat kabar, radio, televisi, film, hingga yang digandrungi saat ini seperti internet yang menelurkan youtube, facebook, skype, twitter, instagram dan sebagainya.

Namun bagaimana pun media hanyalah benda mati. Media hanyalah alat untuk merekam sistem tanda, dan MANUSIALAH YANG MEMILIKI KENDALI PENUH.

#GerakanMenolakSembrono
*Kendali di antara Kepentingan dan Kesempatan*

Penulis : *Aab El Karimi*
Diketik oleh *Widya Amata* di
Http://t.me/PolitisiSejati

Bermula dari media yang diolah untuk sesumbar semaunya, lahirlah KEBISINGAN.

Media yang porsinya sebagai alat, saat ini telah mengalami ledakan yang luar biasa.

Hal ini digadang-gadang sebagai buah kecerdasan para manusia modern dalam bertukar informasi, memberi informasi, hingga mengarahkan informasi.

Namun sayangnya lewat fenomena ini, media telah banyak dikendalikan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang menjijikkan. Baik bersifat akumulasi kapital berupa raupan keuntungan, atau pun penyeragaman gagasan untuk mengamini suatu teori atau pemberitaan tertentu dengan meninggalkan nilai-nilai yang tentunya tidak lagi selaras dengan fitrah manusia.

Grame Burton (1999) pun membenarkan hal ini,

_"Para penguasa media dengan pandangan ideologinya telah menghasilkan kekuasaan bagi orang yang memproduksi barang-barang kebudayaan, dan berpura-pura meningkatkan kekuasaan orang-orang yang mengkonsumsi barang-barang tersebut. Hal ini adalah ilusi."_

S
oal ilusinya media menurut Burton juga diamini oleh Kuswandi (2008),

_"Kecenderungan media massa di Indonesia saat ini, terlalu banyak menyajikan berita bersifat hedonistil dengan judul bombastis. Pada akhirnya masyarakat dihadapkan pada pilihan informasi yang disrealitas."_

I
nilah yang membuatnya BERISIK. Yaitu KEPENTINGAN dan KESEMPATAN. Kepentingan yang berawal dari gagasan ideologis pihak produsen untuk mengendalikan pikiran konsumen, dan kesempatan berupa media hasil dari kecerdasan manusia yang saat ini sedemikian mudah untuk diarahkan.

Lalu buktikanlah!

Berapa sering kita menyenangi sebuah lagu begitu sama dan seragam?

Padahal di bumi ini ada jutaan jenis lagi dan genre musik yang tersedia, yang tentunya sama-sama enak dan pulen di telinga?

Atau mengapa nada-nada Al Quran sedikit diminati?

Padahal puncak dari segala nada bagi seorang muslim adalah Al Quran!

Buktikanlah, berapa sering kita menganggap norak pakaian orang? Padahal idealisme selera apa bisa disetarakan? Padahal esensi busana bagi seorang muslim adalah menutup aurat sesuai syariat!

Buktikanlah, berapa bangak negara yang setuju dengan demokrasi? Padahal ada banyak sistem lain yang lebih baik dan bagi seorang muslim mengukuhkan suara rakyat di atas suara Tuhan bukankan sebuah kekeliruan?

Buktikanlah, seberapa spontannya jawaban kita ketika ditanya ada yang berkata "Apapun makanannya..." ? minumannya mengapa yang satu merek tertentu?

Atau buktikanlah, berapa banyak kita membaca berita, setibanya kemudian muncul anggapan dalam benak bahwa Densus 88 bijak, FPI Jahat, Islam Teroris, Jokowi Pro Rakyat? Padahal kita tidak pernah tahu semua itu benar atau salah.

INILAH LUAR BIASANYA MEDIA. Media sebagai alat mengejewantahkan sistem tanda menjadi suatu gagasan, aktifitas, dan selera, bersifat sangat mendidik.

Bersambung di 👇
https://t.me/PolitisiSejati/168

#GerakanMenolakSembrono
Tulisan sebelumnya
https://t.me/PolitisiSejati/167
Dibaca dulu yaa.. agar nyambung.. 👆 baru lanjut baca ini 👇


Lewat suatu kajian yang tersistematis, media dikendalikan untuk sesuai dengan keinginan pihak pengendali.

Kita digiring untuk menyukai sesuatu yang sama, menyenangi merk yang sama, beranggapan terhadap sesuatu dengan pandangan sama, berbusana dengan style sama.

Dan ibu-ibu kita di rumah, persiksalah, berapa sering mereka bergosip tentang artis yang tidak mereka kenal betul, padahal sang idola itu tidak sedikitpun peduli dengan mereka?

Mengapa dulu kita bisa sebegitu histeris menangisi kematian Nike Ardila daripada matinya tukang becak yang rumahnya tepat berada di samping kita?

Mengapa pada tahun 1990 masyarakat dunia dan juga kita sebagai seorang muslim lebih menjerit-jerit dengan meninggalnya Putri Diana ketimbang takjub dan berderai air mata atas meninggalnya para Syuhada di Palestina dan Bosnia?

Padahal tentang cerita media yang sengaja saya kemas dengan menakutkan ini ada satu sesi sejarah yang sengaja saya langkahi.

Jika mau lebih jauh lagi bicara sejarah tentang media, akan ada kernyitan dahi yang membuat kita tercengang dengan fakta bahwa bangsa Sumeria bisa mengembangkan peradaban besar karena mereka menggunakan media berupa tulisan paku zaman kuno yang dituliskan secara permanen ke kepingan tanah liat.

Ada juga kisah papyrua dan hieroglif yang mampu mengubah masyarakat Mesir menjadi peradaban yang maju.

Alphabet yang mendorong Yunani menelurkan peradaban yang sampai saat ini masih bisa kita kenang.

Pun peradaban Islam yang maju dan bertahan selama 1400 tahun yang melahirkan beragam jenis ilmu, salah satunya berkat dibukukannya Al Quran untuk lebih mudah disebarluaskan, dan dituliskannya ilmu-ilmu pengetahuan oleh para cendekiawan muslim.

Ya, semua ini adalah BERKAT MEDIA. Bedanya saat ini adalah pada porsi penggunaan dan siapa yang mengendalikan.

Sedikit perlu juga saya tuturkan bahwa adanya perbedaan antara media yang saat ini bersifat tersistematis, disengaja, dan memiliki tujuan dengan bahasa lisan yang keluar secara otomatis dalam percakapan sehari-hari.

Keduanya memang digunakan sebagai alat penyampai informasi, namun perbedaannya cukup kentara ketika kita mengetahui bahwa rahasia lisan sehari-hari tidak mamlu sampai pada pengetahuan presisi semacam yang tertuang dalam media saat ini.

Bahasa lisan lebih sering keluar dengan luapan emosional atas suatu reslon keadaan. Terkecuali jika bahasa lisan yang dimediakan, dibuat dengan konsep lalu disampaikan lewat audio atau video, itu pun masih kecil kemungkinan memiliki objektivitas.

Namun media bisa didesain dengan kecermatan dan tingkat kepresisian untuk mengendalikan pikiran.

Sampai saat ini kita telah mengerti bagaimana media itu dikendalikan dan memiliki objektivitas untuk mengaktualisasikan sebuah gagasan.

Dan berawal dari kebisingan dan rindu kita terhadap ketenangan, telah mampu menyimpulkan bahwa semua kebisingan dan buyarnya informasi ini akibat media yang dikendalikan untuk kepentingan atas kesempatan yang hadir, yang berasal dari sifat naluriah manusia dalam mempertahankan hidupnya untuk bersaing hingga akhirnya terlewat batas.

#GerakanMenolakSembrono
*MENGURAI PERILAKU MEDIA*

Penulis : *Aab El Karimi*
Diketik oleh *Widya Amata* di
Http://t.me/PolitisiSejati

_1. Kami akan hadapi para pembuat polusi pikiran yang utama --Marlboro, Budweiser, Beneton, Coke, McDonald's, Calvin Klein-- dan mengalahkan mereka dalam permainan mereka sendiri_

_2. K
ami akan membuat cita-cita mereka yang berharga miliaran dolar menjadi tidak bagus lagi dengan anti komersial di televisi, anti iklan di majalah, dan anti iklan tepat di sebelah iklan-iklan mereka di cakrawala perkotaan._

_3. K
ami akan mengambil alih kendali yang dimiliki perusahaan rokok, alkohol, mode, kosmetik, makanan, dan mobil pada kehidupan kami. Kami akan buat agar kebijakan pemasaran mereka bisa diawasi masyarakat dan menentukan agenda baru di dalam industrinya._

_4. K
ami akan memacetkan budaya para pemasar budaya pop --MTV, Time, Warner, Sony-- dan menghentikan pabrik citra mereka secara mendadak dan menakutkan_

_5. D
i atas puing-puing budaya media yang lama, kami akan membangun budaya baru yang memiliki hati dan jiwa nonkomersial._

*(Man
ifesto Media -- Kalle Lans)*


Bukanlah
tanpa alasan ketika bait-bait di atas menandakan Kalle Lans dalam manifestonya begitu atraktif, ganas dan bringas. Seakan-akan setiap kata yang tertuang dalam manifesto media di atas adalah kata melawan dan berontak.

Manifesto yang sudah lama ada ini dibuat Lans sebagai bentuk luapan rasa muak terhadap penggunaan media yang dikapitalisasi, yang menyerang, merubah, dan menkonstruksi dengan ganas tatanan nilai.

Semodel bentuk Manifesto Komunisnya, Kafl Marx, Lans dengan berani menentang kapitalisasi di sektor media sebagai bentuk keperihatinannya tentang selera yang diseragamkan yang disebutnya sebagai polusi pikiran.

Adanya manifesto media ini menandakan begitu berbahayanya media jika salah dalam penggunaannya.

Memang media hanyalah benda mati, yang tidak bisa bergerak jika tidak digerakkan, yang tidak bisa melahirkan apa-apa tanpa diapa-apakan.

Namun setelah ia dipegang dan diolah, bisa menelantahkan, menimbulkan _media effect_, hingga penyeragaman opini bahkan sampai terjadi revolusi muncul elegan dan jarang kita sadari.

Untuk itu marilah secara sederhana kita mengurai beberapa poin yang akan menjadi garis besar mengapa kita perlu memahami perilaku media dan apa imbasnya terhadap kita.

*Pertama,* saya coba tekankan bahwa saat ini sangat sedikit para manusia, terlebih kaum muslimin yang berupaya untuk memahami 'struktur makna disebarkan media ke dalam sistem kehidupan modern sehari-hari.

*Kedua,* karena kondisi kita yang kecolongan start dan terjajah dari segala aspek, telah menimbulkan sikap pasrah dan dekaden. Adapun jika muncul semangat dalam mencari informasi malah hal ini begitu bisa berbahaya karena lahir dari kepasrahan dan kelemahan memegang nilai yang berimbas melahap semua informasi yang ada tanpa saringan, tak peduli dari musuh atau kawan.

*Ketiga,* dari posisi kita sebagai makhluk ciptaan Allah, tidak bisa lepas dari kewajiban kita mentaati perintahNya. Salah satunya sikap 'tabayyun' (klarifikasi) dalam menghadapi informasi yang datang pada kita sesuai dengan firman Allah dalam surah Al Hujurat ayat 6.

*Keempat,* kita memiliki pekerjaan yang cukup besar dalam menyebarkan islam sebagai rahmatan lil 'alamin yang tentunya membutuhkan medium dakwah. Media dalam dakwah ini dimaksudkan agar kita mampu mengelola media yang ada untuk merubah tatanan sosila yang sudah sedemikian parah. Tentunya peran kita sangat besar untuk menjadi viral sebanding dari media-media bising yang menebarkan kebusukan.

Dari poin-poim yang menjadi pijakan ini dimaksudkan agar kita CERDAS dalam MENIMBANG INFORMASI supaya TIDAK SEMBRONO DALAM BERTINDAK.

Cukup lelah memang, saat kita membaca selera masyarakat yang lebih percaya informasi ketimbang kalam ilahi.

Disinilah sekali lagi pentingnya kita memahami sepak terjang media, berjinjit hati-hati dalam mengurai informasi yang terkandung di dalambya, supaya kita tidak seenak udel dalam bergerak
*Mengurai Sistem Tanda dalam Media*

Penulis : *Aab El Karimi*
Diketik oleh *Widya Amata*
di
Http://t.me/PolitisiSejati

Baiklah, untuk mengurai bagaimana media itu bekerja merekam sebuah gagasan untuk dijewantahkan, saya ingin memulainya dari kata 'makanan'.

Ibu di rumah sedang memasak dan menyuguhkannya ke semua anggota keluarga, tentunya sebagai mahasiswa perantauan saya begitu merindu makanan dari hasil olahan tangan ibu. (?)

Secara teori representasi media, yaitu sebuah langkah menampilkan ulang sebuah kata dalam bentuk fisik, jika disebutkan kata 'makanan', kita bisa membangun dengan sengaja sebuah penampilan ulang bahwa yang disebut 'makanan' bisa kita gambarkan sebagai sepiring nasi lengkap dengan garpu dan lauk pauk.

Penggambaran ini merupakan sebuah penanda yang khas sebagai sesuatu yang memiliki bentuk fisik tertentu. Kemudian makna yang ditangkap ini dengan sendirinya membentuk tanda.

Dari tanda ini bisa dibuatlah sebuah sistem penandaan yang sederhana untuk bisa menggambarkan secara tepat bagaimana menampilkan ulang gagasan 'makanan' dalam benak kita.

Sistem penandaan ini kemudian dalam bahasa konseptual sains untuk memahami struktur makna (semiotika) disebut dengan signifikasi.

Misal, bentuk sistem penandaan (signifikasi) yang fungsinya untuk lebih mudah mengingat makan adalah dengan gambar nasi di piring lengkap dengan lauk pauk yang menggoda.

Dan coba kita perhatikan, bagaimana iklan restoran/ warung makan sebagai tempat melabuhkan harapan kenyang selalu dengan gambar menu masakan yang tersedia.

Ini bisa kita simpulkan bahwa bahwa dengan bentuk sepiring nasi plus lauk pauk itulah sistem penandaan (signifikasi) dibuat untuk menggambarkan kata )'makanan' dan iklan warung makan itu seolah berbicara menggoda dengan suara desahan lembut pada kita _'ayo sayang, makan disini'_

Secara sederhana begitulah pendekatan bekerjanya media untuk menumbuhkan sebuah gagasan dalam bentuk yang lebih mudah diingat.

Lebih kompleksnya hal ini tentu dipahami betul oleh para pelaku media dalam membuat sebuah signifikasi yang kadang tidak kita ketahui namun menyebabkan terdidiknya kita menjadi pasar industri ataupun pasar gagasan.

Jika jeli dan paham pasti aka. banyak manggut-manggut dengan mengamati media yang ada.

Bisa jadi dari sini sudah muncul pertanyaan ataupun pandangan kritis semacam _"Oh ternyata mengapa di iklan rokok, tidak ada seorang pun yang merokok, malah menggambarkan rasa santai, mengapung di air ataupun menimbulkan sisi kejantanan. Ya, ini merupakan bentuk signifikasi cerdas untuk bisa mengingat bahwa rokok membuat tenang, rokok membuat kita melayang dan tentunya macho"_

Konsep-konseo signifikasi ini terus berkembang sesuai dengan perubahan jaman.

Dan kita tentunya sudah mengerti jika ide cemerlang mengapa selalu digambarkan bola lampu yang menyala?

Ya, karena jika diurai seperti kata 'makan' maka kita akan mudfenisikan bahwa bola lampu adalah sumber cahaya.

Cahaya merupakan kendaraan metaforis untuk pengetahuan, begitulah signifikasi tentang ide cemerlang diibaratkan dengan bola lampu yang menyala.

Dengan memahami bagaimana sebuah sistem tanda ini bekerja, kita akan semakin jeli dalam melihat media yang ada di sekitar.

Cukup mudah bagi kita mengetahui maksud di balik poster-poster, ataupun tayangan iklan yang setiap hari kita lihat.

Perlakuan ini sama saja dengan sistem tanda lain baik itu pitograf ataupun huruf-huruf.

Pengamatan sederhana ini akan semakin berlanjut ketika kita telah menampung dan memperhatikan ragam jenis tanda yang kita lihat.

Dari perlakuan signifikasi terhadap suatu makna untuk dituangkan dalam media, tentunya ini bisa sampai pada sebuah makna yang dimediasikan.

Makna yang dimediasikan ini cukup ampuh untuk menelusup ke alam pikiran target yang akan dimasuki gagasan.

Semodel makna pahlawan yang dimediasikan dengan Gatot Kaca, Arjuna, Batman hingga Superman. Makna orang bijak dimediasikan dengan mahabrata, dan sebagainya.

Maknanya agar gagasan itu mudah diaktualisasikan untuk menggiring ke tujuan tertentu.