II Ukhuwah Salafiyyah ๐Ÿ‡ฒ๐Ÿ‡พ II
5.85K subscribers
3.24K photos
197 videos
54 files
3.92K links
โ€ขโœฆโ€ข Jalinkan Ukhuwah dengan bimbingan Kitab & Sunnah di atas pemahaman Salaf โ€ขโœฆโ€ข
Download Telegram
๐Ÿš‡AHLUSSUNNAH MEYAKINI AHLUL BID'AH AHLUL AHWA LEBIH BERBAHAYA DIBANDINGKAN AHLUL MAKSIAT

[โš™๏ธ] (โžŠ-i)
~ BID'AH LEBIH BERBAHAYA DIBANDINGKAN MAKSIAT

Ada seorang pemuda yang dulunya dia suka berkelahi, mabuk, dan perbuatan fasiq lainnya, kemudian setelah itu dia masuk mengikuti kelompok Syi'ah, maka Habib bin Abi Tsabit berkata kepadanya:

{ ู„ุฃู†ุช ูŠูˆู… ูƒู†ุช ุชู‚ุงุชู„ ูˆุชูุนู„ ู…ุง ุชูุนู„ ุฎูŠุฑ ู…ู† ุงู„ูŠูˆู…. }

โ€œSungguh engkau pada hari ketika engkau suka berkelahi dan melakukan apa yang engkau lakukan, engkau ketika itu lebih baik dibandingkan dengan hari ini.โ€

๐Ÿ“š[Shahih, diriwayatkan dalam kitab al-Bida' wan Nahyu Anha, karya al-Imam Ibnu Wadhdhah, hlm. 90]

[โš™๏ธ] (โžŠ-ii)
~ AHLI BID'AH LEBIH BERBAHAYA DIBANDINGKAN AHLI MAKSIAT

โฑ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

{ ุงู„ุบุงู„ุจ ุฃู† ุงู„ุธู„ู… ููŠ ุงู„ุฏูŠู† ูŠุฏุนูˆ ุฅู„ู‰ ุงู„ุธู„ู… ููŠ ุงู„ุฏู†ูŠุงุŒ ูˆู‚ุฏ ู„ุง ูŠู†ุนูƒุณุŒ ูˆู„ู‡ุฐุง ูƒุงู† ุงู„ู…ุจุชุฏุน ููŠ ุฏูŠู†ู‡ ุฃุดุฏ ู…ู† ุงู„ูุงุฌุฑ ููŠ ุฏู†ูŠุงู‡. }

โ€œSeringnya kezhaliman dalam urusan agama menyeret kepada kezhaliman dalam urusan dunia, dan seringnya tidak terbalik, oleh karena inilah seorang mubtadi' dalam urusan agamanya lebih berbahaya dibandingkan orang yang jahat dalam urusan dunianya.โ€

๐Ÿ“š[Jami'ul Masail, 6/40]

[โš™๏ธ] (โž‹)
~ PARA IMAM AHLI BID'AH LEBIH BERBAHAYA DIBANDING PENGUASA YANG ZHALIM

โฑ Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah:

{ ุฃุฆู…ุฉ ุฃู‡ู„ ุงู„ุจุฏุน ุฃุถุฑ ุนู„ู‰ ุงู„ุฃู…ุฉ ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุฐู†ูˆุจุŒ ูˆู„ู‡ุฐุง ุฃู…ุฑ ุงู„ู†ุจูŠ ๏ทบ ุจู‚ุชุงู„ ุงู„ุฎูˆุงุฑุฌุŒ ูˆู†ู‡ู‰ ุนู† ู‚ุชุงู„ ุงู„ูˆู„ุงุฉ ุงู„ุธู„ู…ุฉ. }

โ€œPara penyeru bid'ah lebih berbahaya bagi umat Islam daripada, para pelaku maksiat/dosa, oleh karena itulah Nabi [๏ทบ] memerintahkan untuk memerangi Khawarij (para teroris/pemberontak) dan melarang dari memerangi pemimpin/pemerintah yang zhalim.โ€

๐Ÿ“š[Kitabul Iman, hal 223]

[โš™๏ธ] (โžŒ)
~ AHLI BID'AH LEBIH BERBAHAYA DARI AHLI MAKSIAT

โฑ Asy-Syaikh al-โ€˜Allamah Rabi bin Hadi Umair al-Madkhali ~semoga Allah menjaga, menyembuhkan dan menyehatkan beliau~ berkata:

โ€œDemi Allah, seorang pengedar kebid'ahan lebih jelek ketimbang pengedar barang-barang haram yang memabukan (narkoba dsb), karena orang ini tahu barang-barang itu haram, yang membeli barang-barang tersebut tahu bahwa pengedarnya itu adalah penjahat dan mengkonsumsinya suatu pelanggaran.

Namun, masyaallah, pengedar kebid'ahan ini di anggap pemangku agama Allah, pengganti Muhammad [๏ทบ] dan pewaris agama para nabi 'alahimus shalatu wassalam. Sehingga dia menghancurkan agama Muhammad [๏ทบ] dan agama para nabi dengan memakai nama Allah!

Maka orang ini wajib ditahdzir (diperingatkan umat dari bahayanya) dan boleh dibicarakan penyelewengannya.โ€

๐Ÿ“š[Al-Majmu' ar-Raiq, 113]

Url: http://bit.ly/Fw400204 { Judul dari Admin }
๐Ÿ“ฎโ€ขโ€ขโ€ขโ€ข|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

// Sumber:
(โžŠ) @ForumSalafy
i / Dari: https://goo.gl/ft5go5
ii / Dari: https://t.me/aalmakki/736
(โž‹) @SilsilatusSholihin
/ Alih bahasa: Al-Ustadz Abu Khuzaimah hafizhahullah / Dari: https://t.me/fawaz_almadkali/650
(โžŒ) @SalafyCurup
/ Alih bahasa: Al-Ustadz Zuhair Syariy Abu Muhammad hafizhahullah
๐Ÿš‡KETEGASAN PARA ULAMA SALAF MENGIKAPI ORANG YANG DUDUK BERMAJELIS DENGAN AHLUL BID'AH & AHLUL AHWA, SERTA MELARANG DARI MENDENGARKAN (KASET & CERAMAH) MEREKA DAN JUGA MEMBACA KITAB-KITAB MEREKA

[โš™๏ธ] (โžŠ)

((๐Ÿ”ฅ)) Al-Fudlail bin Iyyadl berkata:
| โ€œSiapa yang duduk dengan ahli bidโ€™ah maka berhati-hatilah darinya dan siapa yang duduk dengan ahli bidโ€™ah tidak akan diberi al-Hikmah. Dan saya ingin jika antara saya dan ahli bidโ€™ah ada benteng dari besi yang kokoh. Dan saya makan di samping yahudi dan nashrani lebih saya sukai daripada makan di sebelah ahli bidโ€™ah.โ€ [Al-Lalikai, 4/638 nomor 1149]

((๐Ÿ”ฅ)) Hanbal bin Ishaq berkata, saya mendengar Abu Abdillah (Imam Ahmad) berkata:
| โ€œTidak pantas seseorang itu bersikap ramah kepada ahli bidโ€™ah, duduk dan bergaul dengan mereka.โ€ [Al-Ibanah, 2/475 nomor 495]

((๐Ÿ”ฅ)) Dari Habib bin Abi az-Zabarqan ia berkata, Muhammad bin Sirin apabila mendengar ucapan ahli bidโ€™ah, menutup telinganya dengan jarinya kemudian berkata:
| โ€œTidak halal bagiku mengajaknya berbicara sampai ia berdiri dan meninggalkan tempat duduknya.โ€ [Al-Ibanah, 2/473 nomor 484]

((๐Ÿ”ฅ)) Seorang ahli ahwaโ€™ berkata kepada Ayyub as-Sikhtiyani:
|
โ€œHai Abu Bakr, saya ingin bertanya tentang satu kalimat.โ€

Beliau menukas -sambil berisyarat dengan jarinya-:
| โ€œTidak, meskipun setengah kalimat. Tidak, meskipun setengah kalimat.โ€ [Al-Ibanah 2/447, nomor 402]

((๐Ÿ”ฅ)) Imam Ahmad berkata dalam risalahnya untuk Musaddad:
| โ€œJangan kamu bermusyawarah dengan ahli bidโ€™ah dalam urusan agamamu dan jangan jadikan dia teman dalam safarmu (bepergian).โ€ [Al-Adabus Syariโ€™ah Ibnu Muflih, 3/578]

((๐Ÿ”ฅ)) Ibnul Jauzy berkata:
| โ€œAllah, Allah. Janganlah berteman dengan mereka ini (ahli bidโ€™ah). Dan wajib kamu cegah anak-anak kecil bergaul dengan mereka agar jangan terpatri sesuatu (perkara bidโ€™ah) dalam hati mereka dan jadikan mereka sibuk (mempelajari) hadits-hadits Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi Wa Sallam agar watak mereka terbentuk di atasnya.โ€ [Ibid. 3/577-578]

((๐Ÿ”ฅ)) Imam al-Barbahary berkata:
| โ€œApabila tampak bagimu satu perkara bidโ€™ah pada seseorang maka jauhilah dia sebab sesungguhnya yang dia sembunyikan darimu jauh lebih banyak dari yang dia tampakkan.โ€ [Syarhus Sunnah, hal. 123 nomor 148]

Dan kata beliau:
| โ€œPerumpamaan ahli bidโ€™ah itu seperti kalajengking, mereka menyembunyikan kepala dan badan mereka di dalam tanah dan mengeluarkan ekornya maka jika mereka telah mantap dengan posisinya maka mereka menyengat mangsanya. Demikian pula ahli bidโ€™ah, mereka menyembunyikan bidโ€™ah di tengah-tengah manusia lalu apabila mereka telah mantap dengan kedudukannya mereka sampaikan apa yang mereka inginkan.โ€ [Thabaqat Hanabilah, 2/44]

Saya (Jamal bin Farihan) katakan,
| โ€œDemikianlah keadaan Ikhwanul Muslimin (dan kelompok dakwah sempalan lainnya, pent.) mereka mencari kedudukan dan jika telah mantap posisi mereka maka mulailah mereka melancarkan tindakan-tindakan dalam menyelisihi Ahlus Sunnah.โ€

๐Ÿ“š[Kilauan Mutiara Hikmah Dari Nasihat Salaful Ummah, terjemah dari kitab Lamudduril Mantsur minal Qaulil Maโ€™tsur, karya Syaikh Abu Abdillah Jamal bin Furaihan al-Haritsi, Alih bahasa: Al-Ustadz Idral Harits, Pengantar Al-Ustadz Muhammad Umar as-Sewed hafizhahumallah]
[โš™๏ธ] (โž‹)

((๐Ÿ”ฅ)) Al-Imam Abu โ€˜Utsman Ismail Ash Shabuni rahimahullah mengatakan -ketika menerangkan sikap dan pendirian Salafus Shalih terhadap bidโ€™ah dan Ahlul Bidโ€™ah-:

โ€œSalafus Shalih
| membenci Ahlul Bidโ€™ah yang (mereka itu) mengada-adakan perkara baru dalam agama ini yang (justru) bukan berasal dari agama itu sendiri.

Salafus Shalih
| tidak mencintai Ahlul Bidโ€™ah,
| tidak mau bersahabat dengan mereka,
| tidak mendengar perkataan mereka,
| tidak duduk bermajelis dengan mereka,
| tidak berdebat dengan mereka dalam masalah agama,
| bahkan tidak mau berdialog dengan mereka.

Salafus Shalih
| selalu menjaga telinga jangan sampai mendengar kebathilan Ahlul Bidโ€™ah yang dapat menembus telinga dan membekas di dalam hati, dan akhirnya menyeret segala bentuk was-was dan pemikiran-pemikiran yang rusak.โ€ [Aqidah Salaf Ashabul Hadits, hal. 114-115]

((๐Ÿ”ฅ)) Dan mengenai sikap terhadap mereka (Ahlul Bidโ€™ah) ini, Allah Taโ€™ala berfirman:
| โ€œDan jika kamu melihat orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka mengadakan pembicaraan yang lain.โ€ [Al Anโ€™am: 68]

((๐Ÿ”ฅ)) Syamsuddin Abu โ€˜Abdillah Muhammad bin Muflih, mengatakan:
| โ€œDan adalah Salafus Shalih itu selalu melarang manusia duduk bermajelis dengan Ahlul Bidโ€™ah, membaca kitab-kitab mereka, dan memperhatikan ucapan mereka.โ€ [Al-Adabus Syariโ€™ah, 1/125]

((๐Ÿ”ฅ)) Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
| โ€œTidak perlu adanya jaminan (minta izin) untuk membakar buku-buku sesat dan memusnahkannya.โ€ [Ath-Thariq al-Hakimiyah, hal. 227]


Fatwa Syaikh Shalih Fauzan

((๐Ÿ”ฅ)) Syaikh ditanya:
| โ€œBagaimana pendapat yang haq (benar) tentang orang yang membaca buku-buku bidโ€™ah dan mendengar kaset-kaset ceramah mereka (Ahlul Bidโ€™ah)?โ€

Beliau mengatakan:
| โ€Tidak boleh membaca buku-buku bidโ€™ah, mendengar kaset-kaset mereka kecuali orang-orang yang ingin membantah dan menerangkan kesesatan mereka kepada ummat.โ€ [Al-Ajwibah al-Mufidah, hal. 70]


((๐Ÿ”ฅ)) Fatwa Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadiโ€™i

Tentang bolehnya membakar kitab al-Khuthuth al-โ€˜Aridlah โ€˜Abdur Razzaq as-Sayaji ini, Syaikh mengatakan (dalam kaset Min Waraโ€™i At Tafjirat fi Ardlil Haramain) beberapa fatwa tentang kitab ini, diantaranya boleh membakar kitab ini (yakni kitab Khuthuth al-โ€˜Aridlah). Dan Syaikh juga mengingatkan agar kita berhati-hati dari Majalah as-Sunnah yang diterbitkan oleh Muhammad as-Surur. Beliau menyebutkan bahwa majalah ini lebih pantas dinamakan dengan Majalah al-Bidโ€™ah.

... Dan majalah ini โ€“dengan berbagai dalil yang mereka keluarkanโ€“ justeru menyimpang jauh dari as-Sunnah dan Manhaj Salafus Shalih. Seandainya mereka memang โ€“sungguh-sungguhโ€“ mengajak ummat untuk kembali berpegang dan mengamalkan Sunnah dengan benar, maka salah satu ciri daโ€™i yang mengajak kepada (pengamalan) as-Sunnah itu adalah mencintai Ahlus Sunnah dan para โ€˜Ulamanya.

((๐Ÿ”ฅ)) Abu โ€˜Utsman Ismaโ€™il ash-Shabuni mengatakan (menukil dari Abu Hatim ar-Razi rahimahumallah):
| โ€œTanda-tanda (ciri-ciri) Ahlul Bidโ€™ah adalah cercaan mereka terhadap Ahlul Atsar (Ahlul Hadits).โ€ [Aqidah Salaf Ashabul Hadits, hal. 118]

((๐Ÿ”ฅ)) Imam Ahmad bin Sinan rahimahullah mengatakan :
| โ€œTidak ada satupun Ahlul Bidโ€™ah di dunia ini melainkan ia pasti membenci Ahlul Hadits. Dan jika seseorang berbuat satu saja kebidโ€™ahan, niscaya tercabutlah manisnya hadits Rasulullah dari dalam hatinya.โ€ [Ibid, hal. 116]

Url: http://bit.ly/Fw400205 { Judul & Suntingan dari Admin }
๐Ÿ“ฎโ€ขโ€ขโ€ขโ€ข|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

// Sumber: Situs Salafyโ€ขOrโ€ขId
(โžŠ) https://goo.gl/7V2ekV
(โž‹) https://goo.gl/8FNK96
๐Ÿš‡DUSTA ASAS PERBUATAN DOSA

Sumber: @ForumSalafy
๐Ÿš‡TIPE ORANG YANG BENARยฒ MENCARI KEBENARAN
#Kajian_Manhaj
๐Ÿš‡AHLUSSUNNAH HANYA MENGAMBIL ILMU DARI ULAMAโ€™ TERPERCAYA SERTA MENJAUHI PARA MAJRUHIN DAN PARA MAJHULIN

Syariat Islam yang dipahami dan diterapkan oleh para Sahabat Nabi membimbing kita untuk mengambil ilmu dari para Ulamaโ€™ yang telah jelas keilmuan dan kekokohan manhajnya. Seorang Ulamaโ€™ adalah orang berilmu yang telah ditazkiyah (direkomendasikan) oleh Ulama sebelumnya atau yang sejaman dengannya. Sesungguhnya ilmu Dien ini diwarisi dari Nabi [๏ทบ]. Nabi menyampaikan kepada para Sahabat. Para Sahabat menyampaikan kepada para Tabiโ€™in. Para Tabiโ€™in menyampaikan ilmu kepada Atbaaut Tabiโ€™in, dan seterusnya hingga sampai di masa kita saat ini.

Tazkiyah adalah pujian terhadap seseorang dan anjuran untuk mengambil ilmu dari orang tersebut. Pujian bahwa orang tersebut berilmu, berakidah dan manhaj yang lurus, atau sekedar ucapan โ€œambillah ilmu dari fulaanโ€. Itu adalah bagian dari tazkiyah. Tazkiyah juga memiliki kedekatan makna dengan taโ€™dil.

Mari kita lihat sejenak beberapa contoh mata rantai tazkiyah sejak masa Nabi [๏ทบ] hingga masa Tabiโ€™in. Dari mata rantai ini kita bisa melihat bahwa seorang Ulama itu adalah yang mendapat tazkiyah dari Ulama lain sebelumnya.

((๐Ÿ”ฅ)) Nabi [๏ทบ] telah mentazkiyah beberapa Sahabat untuk bisa diambil ilmunya, di antaranya:

{ ...ูˆูŽุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ูู‡ูู…ู’ ุจูุงู„ู’ุญูŽู„ุงูŽู„ู ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽุฑูŽุงู…ู ู…ูุนูŽุงุฐู ุจู’ู†ู ุฌูŽุจูŽู„... }

| โ€œYang paling berilmu dalam urusan halal dan haram pada umatku adalah Muadz bin Jabal.โ€ [HR Ibnu Hibban]

{ ุฎูุฐููˆุง ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ูŽ ู…ูู†ู’ ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนูŽุฉู ู…ูู†ู’ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจู’ู†ู ู…ูŽุณู’ุนููˆุฏู ูˆูŽุณูŽุงู„ูู…ู ูˆูŽู…ูุนูŽุงุฐู ุจู’ู†ู ุฌูŽุจูŽู„ู ูˆูŽุฃูุจูŽูŠู‘ู ุจู’ู†ู ูƒูŽุนู’ุจู }

| โ€œAmbillah (ilmu) al-Quran dari 4 orang: Abdullah bin Masโ€™ud, Salim (maula Abi Hudzaifah), Muadz bin Jabal, dan Ubay bin Kaโ€™ab.โ€ [HR al-Bukhari dan Muslim]

((๐Ÿ”ฅ)) Sebagian Sahabat Nabi ada yang mentazkiyah Sahabat Nabi yang lain.

Sahabat Nabi Ibnu Masโ€™ud memuji Ibnu Abbas dengan perkataan:

{ ู†ูุนู’ู…ูŽ ุชูุฑู’ุฌูู…ูŽุงู†ู ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ุงุจู’ู†ู ุนูŽุจู‘ูŽุงุณู }

| โ€œSebaik-baik penterjemah (penafsir) al-Quran adalah Ibnu Abbas.โ€ [Riwayat al-Hakim, dinyatakan shahih sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim oleh adz-Dzahabiy]

((๐Ÿ”ฅ)) Berikutnya, adalah tazkiyah Sahabat Nabi kepada Tabiโ€™in.

Sahabat Nabi Ibnu Abbas pernah memberikan tazkiyah kepada seorang Tabiโ€™i Jabir bin Zaid (Abusy Syaโ€™tsaaโ€™):

{ ู„ูˆ ู†ุฒู„ ุฃู‡ู„ ุงู„ุจุตุฑุฉ ุจุฌุงุจุฑ ุจู† ุฒูŠุฏ ู„ุฃูˆุณุนู‡ู… ุนู„ู…ุง ู…ู† ูƒุชุงุจ ุงู„ู„ู‡ ุนุฒ ูˆ ุฌู„ }

| โ€œJika diturunkan Jabir bin Zaid untuk Ahlul Bashrah, niscaya akan mencukupi mereka (penjelasan) ilmu terhadap apa yang ada dalam Kitabullah.โ€ [Diriwayatkan oleh Abu Nuโ€™aim dalam Hilyatul Awliyaaโ€™, dan Yaโ€™qub bin Sufyan dalam al-Maโ€™rifah wat Taarikh dengan lafadz yang sedikit berbeda]

((๐Ÿ”ฅ)) Demikian sebenarnya tazkiyah itu terus berlangsung dari generasi ke generasi hingga ke masa kita saat ini.

Ulamaโ€™ Ahlussunnah yang ada masa ini adalah yang ditazkiyah oleh Ulamaโ€™-Ulamaโ€™ Ahlussunnah yang lebih dulu meninggal atau yang sejaman dengannya.

Sebagai contoh:
| Syaikh Robiโ€™ telah ditazkiyah oleh Ulamaโ€™-Ulamaโ€™ besar yang telah meninggal sebelumnya seperti Syaikh Bin Baz, Syaikh al-Albaniy, Syaikh Ibn Utsaimin, Syaikh Ahmad bin Yahya an-Najmi, dan lain-lain.
| Syaikh Bin Baz telah ditazkiyah oleh Ulamaโ€™ sebelumnya lagi.
| Demikian juga Syaikh al-Albaniy, hingga sampai kepada Rasulullah [๏ทบ].

โœ… Demikian tazkiyah dan mata rantai pengambilan ilmu itu tetap terjaga sebagai salah satu bentuk penjagaan Allah terhadap kemurnian Dien ini. Tazkiyah atau taโ€™dil menjadi salah satu parameter penting untuk dijadikan acuan apakah seseorang bisa dijadikan rujukan sebagai Ulamaโ€™ untuk diambil ilmunya atau tidak. Selama tidak ada jarh (celaan, kritikan pedas) yang muโ€™tabar (bisa dijadikan acuan), maka tazkiyah dan taโ€™dil itu bisa menjadi pegangan.
(02)
{{โš ๏ธ}} Namun, dalam perkembangan, jika suatu ketika seorang Ulamaโ€™ itu (yang telah ditazkiyah Ulama sebelumnya) kemudian menyimpang dan telah di-jarh oleh Ulamaโ€™-Ulamaโ€™ Ahlussunnah yang muโ€™tabar setelah melalui proses penyampaian nasehat yang panjang tapi ia tetap menentang dan tidak mau tunduk pada dalil yang shorih (tegas), maka status dia akan berubah menjadi majruh dan tidak bisa diambil ilmunya.

โˆš - Inilah salah satu bentuk pemurnian Dien Islam yang tidak didapatkan pada agama-agama yang lain.
โœ˜ - Jika pada agama lain kesalahan pada pemuka agamanya yang fatal masih ditoleransi, kultus individu sangat dominan terjadi, tidak demikian dalam Islam.

โœ… Yang dijaga oleh Allah adalah kemurnian Dien ini, bukan keistiqomahan seorang individu yang masih hidup. Selama seseorang masih hidup, tidak ada jaminan ia akan lurus terus hingga akhir hayatnya.

Sahabat Nabi Ibnu Masโ€™ud radhiyallahu anhu menyatakan:

{ ู„ุงูŽ ูŠูู‚ูŽู„ู‘ูุฏูŽู†ู‘ูŽ ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ุฏููŠู’ู†ูŽู‡ู ุฑูŽุฌูู„ู‹ุง ููŽุฅูู†ู’ ุขู…ูŽู†ูŽ ุขู…ูŽู†ูŽ ูˆูŽุฅูู†ู’ ูƒูŽููŽุฑูŽ ูƒูŽููŽุฑูŽ ููŽุฅูู†ู’ ูƒูู†ู’ุชูู…ู’ ู„ูŽุง ุจูุฏู‘ูŽ ู…ูู‚ู’ุชูŽุฏููŠู’ู†ูŽ ููŽุงู‚ู’ุชูŽุฏููˆุง ุจูุงู„ู’ู…ูŽูŠู‘ูุชู ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠู‘ูŽ ู„ูŽุง ูŠูุคู’ู…ูŽู†ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู’ููุชู’ู†ูŽุฉ }

| โ€œJanganlah salah seorang dari kalian taklid (ikut-ikutan) dalam Dien terhadap seseorang. Jika orang itu beriman, dia beriman. Jika orang itu kafir, dia kafir. Kalau kalian harus mengikuti, ikutilah orang yang sudah meninggal, karena orang yang masih hidup tidak aman dari fitnah.โ€ [Diriwayatkan Abu Nuโ€™aim dalam al-Hilyah, dan al-Laalikaai dalam Syarh Ushul Iโ€™tiqod Ahlissunnah]

{{โš ๏ธ}} Kadangkala, seorang yang sebelumnya mendapat tazkiyah dari Ulama yang sudah meninggal dunia, dalam perjalanan waktu melakukan penyimpangan-penyimpangan manhaj. Ia kemudian di-jarh oleh Ulama yang sejaman dengannya dengan jarh yang muโ€™tabar. Maka status dia kemudian menjadi majruh.

Contohnya adalah:
| Yahya al-Hajuriy, Muhammad al-Imam, yang sebelumnya ditazkiyah oleh Syaikh Muqbil semasa hidupnya, namun kemudian melakukan penyimpangan-penyimpangan manhaj, sehingga ditahdzir dan di-jarh oleh para Ulama, maka mereka kemudian menjadi majruh.
| Demikian juga dengan Ali al-Halabiy, Salim bin Ied al-Hilaliy yang sebelumnya dikenal luas identik sebagai murid Syaikh al-Albaniy, namun sepeninggal Syaikh al-Albaniy, banyak penyimpangan-penyimpangan Dien yang mereka lakukan, hingga status mereka pun berubah menjadi majruh. Hingga merekapun ditinggalkan, tidak layak diambil ilmunya.

{{โ›”๏ธ}} Kita Tidak boleh mengambil ilmu dari orang yang majruh dan majhul.

| Majruh adalah orang-orang yang di-jarh karena memiliki sifat-sifat yang buruk sehingga tidak boleh mengambil ilmu darinya seperti pendusta, berpemahaman kekufuran atau bidโ€™ah, menyimpang dari manhaj Salaf, orang yang mengikuti hawa nafsu, orang yang tidak berilmu, dan semisalnya.
| Sedangkan majhul adalah orang-orang yang tidak dikenal secara jelas dari mana ia mengambil ilmu, siapa yang mentazkiyah (memuji dan merekomendasikan) dia, dan semisalnya.

((๐Ÿ”ฅ)) Sejak masa para Sahabat Nabi, telah ada jarh terhadap orang-orang tertentu agar tidak diambil ilmu darinya.

โˆš - Kadangkala jarh tersebut terhadap pihak yang memiliki ciri-ciri pemahaman tertentu,
โˆš - kadang pula menunjuk person tertentu secara langsung.

Sahabat Nabi Ibnu Umar berlepas diri dari pihak-pihak yang mengingkari takdir, meski mereka banyak membaca al-Quran dan dianggap berilmu. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam hadits riwayat Muslim dari Yahya bin Yaโ€™mar.
(03)
((๐Ÿ”ฅ)) Di masa Tabiโ€™in, banyak jarh terhadap orang-orang yang menyimpang.

Di antaranya ucapan al-Hasan al-Bashri rahimahullah yang menyatakan:

{ ุฅููŠู‘ูŽุงูƒูู…ู’ ูˆูŽู…ูŽุนู’ุจูŽุฏู‹ุง ุงู„ู’ุฌูู‡ูŽู†ููŠู‘ูŽ ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ุถูŽุงู„ู‘ูŒ ู…ูุถูู„ู‘ูŒ }

| โ€œHati-hati, jauhilah oleh kalian Maโ€™bad al-Juhaniy karena sesungguhnya dia orang yang sesat dan menyesatkan.โ€ [Riwayat atTirmidzi dalam Sunannya]

((๐Ÿ”ฅ)) Di masa Atbaaut Tabiโ€™in juga banyak terdapat jarh untuk memurnikan Dien ini.

Para Ulama di masa itu memperingatkan penyimpangan dan kesesatan seseorang agar umat jangan mengambil ilmu darinya.

Sebagai contoh, ucapan Abdullah bin al-Mubarok (Ibnul Mubarak) agar umat jangan mengambil ilmu hadits dari Amr bin Tsabit. Ibnul Mubarok menyatakan:

{ ุฏูŽุนููˆู’ุง ุญูŽุฏููŠู’ุซูŽ ุนูŽู…ู’ุฑูˆ ุจู’ู† ุซูŽุงุจูุชูุŒ ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽุณูุจู‘ู ุงู„ุณู‘ูŽู„ูŽููŽ }

| โ€œTinggalkanlah hadits (dari) โ€˜Amr bin Tsabit karena dia mencerca Salaf (Sahabat Nabi).โ€œ [Diriwayatkan oleh Muslim dalam Muqoddimah Shahihnya]

~~ // โ€ขโ€ข // ~~

[โš™๏ธ] DALIL DARI AL-QURAN DAN SUNNAH SERTA UCAPAN PARA SAHABAT NABI

Berikut ini adalah dalil-dalil dari al-Quran dan as-Sunnah serta perkataan para Sahabat Nabi yang menunjukkan hal itu, bahwa hendaknya ilmu itu diambil dari Ulamaโ€™ yang terpercaya dan jangan mengambil ilmu dari orang-orang yang menyimpang atau tidak dikenal:

((๐Ÿ”ฅ)) Dalil Pertama:

{ ...ููŽุงุณู’ุฃูŽู„ููˆุง ุฃูŽู‡ู’ู„ูŽ ุงู„ุฐู‘ููƒู’ุฑู ุฅูู†ู’ ูƒูู†ู’ุชูู…ู’ ู„ูŽุง ุชูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู†ูŽ }

| โ€œโ€ฆDan bertanyalah kepada Ulamaโ€™ jika kalian tidak mengetahui.โ€ [QS anNahl ayat 43 dan al-Anbiyaaโ€™ ayat 7]

Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu itu didapatkan dengan bertanya kepada Ulama secara langsung, atau melalui karya-karya tulis, rekaman ceramah, maupun fatwa-fatwa mereka.

Para Ulamaโ€™lah yang paham bagaimana mengambil kesimpulan hukum terhadap dalil-dalil al-Quran dan hadits Nabi dan bagaimana menerapkannya pada kondisi dan keadaan tertentu.

((๐Ÿ”ฅ)) Dalil Kedua:

{ ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกูŽ ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฑูŽุซูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกูŽ ู„ูŽู…ู’ ูŠููˆูŽุฑู‘ูุซููˆุง ุฏููŠู†ูŽุงุฑู‹ุง ูˆูŽู„ูŽุง ุฏูุฑู’ู‡ูŽู…ู‹ุง ุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ูˆูŽุฑู‘ูŽุซููˆุง ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ูŽ ููŽู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุฎูŽุฐูŽู‡ู ุฃูŽุฎูŽุฐูŽ ุจูุญูŽุธู‘ู ูˆูŽุงููุฑู }

| โ€œSesungguhnya Ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham. Para Nabi hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil (ilmu) maka ia telah mendapatkan bagian yang banyak.โ€ [HR Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dishahihkan al-Albaniy]

Hadits ini menunjukkan dalil bahwa barangsiapa yang ingin mengambil ilmu warisan para Nabi, maka ambillah dari para Ulama, karena merekalah pewaris para Nabi.

((๐Ÿ”ฅ)) Dalil Ketiga:

{ ุงู„ู’ุจูŽุฑูŽูƒูŽุฉู ู…ูŽุนูŽ ุฃูŽูƒูŽุงุจูุฑููƒูู…ู’ }

| โ€œKeberkahan itu bersama Ulama-Ulama besar (senior) kalian.โ€ [HR al-Hakim, Ibnu Hibban]

Sahabat Nabi Ibnu Masโ€™ud radhiyallahu anhu menyatakan:

{ ู„ุงูŽ ูŠูŽุฒูŽุงู„ู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุจูุฎูŽูŠู’ุฑู ู…ูŽุง ุฃูŽุฎูŽุฐููˆุง ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ูŽ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽูƒูŽุงุจูุฑูู‡ูู…ู’ุŒ ููŽุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุฎูŽุฐููˆู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽุตูŽุงุบูุฑูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุดูุฑูŽุงุฑูู‡ูู…ู’ ู‡ูŽู„ูŽูƒููˆู’ุง }

| โ€œManusia senantiasa dalam kebaikan selama ia mengambil ilmu dari Ulama-Ulama besar mereka. Jika mereka mengambil ilmu dari orang-orang kecil (Ahlul Bidโ€™ah) dan orang-orang buruk mereka, mereka akan binasa.โ€ [Riwayat Ibnu Abdil Bar dalam Jamiโ€™ Bayaanil Ilmi wa Fadhlihi]
(04)
((๐Ÿ”ฅ)) Dalil Keempat:

{ ุฌูŽุงุกูŽ ุจูุดูŽูŠู’ุฑูŒ ุงู„ู’ุนูŽุฏูŽูˆููŠู‘ู ุฅูู„ูŽู‰ ุงุจู’ู†ู ุนูŽุจู‘ูŽุงุณู ููŽุฌูŽุนูŽู„ูŽ ูŠูุญูŽุฏู‘ูุซู ูˆูŽูŠูŽู‚ููˆู„ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŽุฌูŽุนูŽู„ูŽ ุงุจู’ู†ู ุนูŽุจู‘ูŽุงุณู ู„ูŽุง ูŠูŽุฃู’ุฐูŽู†ู ู„ูุญูŽุฏููŠุซูู‡ู ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽู†ู’ุธูุฑู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ูŠูŽุง ุงุจู’ู†ูŽ ุนูŽุจู‘ูŽุงุณู ู…ูŽุงู„ููŠ ู„ูŽุง ุฃูŽุฑูŽุงูƒูŽ ุชูŽุณู’ู…ูŽุนู ู„ูุญูŽุฏููŠุซููŠ ุฃูุญูŽุฏู‘ูุซููƒูŽ ุนูŽู†ู’ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽุณู’ู…ูŽุนู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงุจู’ู†ู ุนูŽุจู‘ูŽุงุณู ุฅูู†ู‘ูŽุง ูƒูู†ู‘ูŽุง ู…ูŽุฑู‘ูŽุฉู‹ ุฅูุฐูŽุง ุณูŽู…ูุนู’ู†ูŽุง ุฑูŽุฌูู„ู‹ุง ูŠูŽู‚ููˆู„ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุงุจู’ุชูŽุฏูŽุฑูŽุชู’ู‡ู ุฃูŽุจู’ุตูŽุงุฑูู†ูŽุง ูˆูŽุฃูŽุตู’ุบูŽูŠู’ู†ูŽุง ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุจูุขุฐูŽุงู†ูู†ูŽุง ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ุฑูŽูƒูุจูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุงู„ุตู‘ูŽุนู’ุจูŽ ูˆูŽุงู„ุฐู‘ูŽู„ููˆู„ูŽ ู„ูŽู…ู’ ู†ูŽุฃู’ุฎูุฐู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุฅูู„ู‘ูŽุง ู…ูŽุง ู†ูŽุนู’ุฑููู } [ุฑูˆุงู‡ ู…ุณู„ู…]

| Busyair al-โ€˜Adawiy datang kepada Ibnu Abbas kemudian dia (Busyair) menyampaikan hadits: โ€œRasulullah [๏ทบ] bersabda โ€ฆ Rasulullah [๏ทบ] bersabdaโ€ฆ.โ€ Ibnu Abbas tidaklah mendengar haditsnya dan tidak melihat ke arahnya. Kemudian ia berkata: โ€œWahai Ibnu Abbas, mengapa anda tidak mau mendengar haditsku padahal aku sampaikan hadits dari Rasulullah [๏ทบ] sedangkan engkau tidak mau mendengarkannya.โ€ Ibnu Abbas berkata: โ€œSesungguhnya kami dulu sekali saja kami mendengar seseorang mengucapkan: Rasulullah [๏ทบ] bersabdaโ€ฆ. kami segera mengarahkan dengan penuh perhatian pandangan dan pendengaran kami kepadanya. Ketika manusia mulai menempuh kesulitan dan kemudahan (mulai banyak berdusta, pent), maka kami tidaklah mengambil (ilmu) kecuali dari orang yang kami kenal.โ€ [HR Muslim]

Hadits ini menunjukkan dalil bahwa ilmu Dien itu tidaklah diambil dari orang yang tidak dikenal. Kita tidak boleh mengambil ilmu dari orang yang tidak dikenal.

((๐Ÿ”ฅ)) Dalil Kelima:

{ ูŠูŽูƒููˆู†ู ูููŠ ุขุฎูุฑู ุงู„ุฒู‘ูŽู…ูŽุงู†ู ุฏูŽุฌู‘ูŽุงู„ููˆู†ูŽ ูƒูŽุฐู‘ูŽุงุจููˆู†ูŽ ูŠูŽุฃู’ุชููˆู†ูŽูƒูู…ู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุญูŽุงุฏููŠุซู ุจูู…ูŽุง ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุณู’ู…ูŽุนููˆุง ุฃูŽู†ู’ุชูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุง ุขุจูŽุงุคููƒูู…ู’ ููŽุฅููŠู‘ูŽุงูƒูู…ู’ ูˆูŽุฅููŠู‘ูŽุงู‡ูู…ู’ ู„ูŽุง ูŠูุถูู„ู‘ููˆู†ูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽูู’ุชูู†ููˆู†ูŽูƒูู…ู’ }

| โ€œAkan datang pada akhir zaman, para Dajjal para pendusta, yang mereka mendatangkan hadits-hadits yang tidak pernah didengar oleh kalian ataupun ayah-ayah kalian. Hati-hatilah dari mereka, jauhilah mereka. Jangan sampai mereka menyesatkan dan menimbulkan fitnah bagi kalian.โ€ [HR Muslim dari Abu Hurairah]

Hadits ini menunjukkan dalil bahwa janganlah mengambil ilmu dari orang-orang majruh, yang pendusta atau menyimpang dalam Diennya.

Wallaahu Aโ€™lam.

Url: http://bit.ly/Fw400207 { Judul dari Admin }
๐Ÿ“ฎโ€ขโ€ขโ€ขโ€ข|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

// Sumber: @goresanfawaid / Arsip dari WA al-I'tishom - Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman hafizhahullah
Berinfak? Kenapa Ragu?
โœ’๏ธ๐Ÿ“‘ DOSA MENGHALANGI KETAATAN

#dosa #maksiat #malas #taat

t.me/salafybaturajagalery

๐Ÿ”ƒ Join & Follow Us
๐ŸŒ Instagram | Telegram:
@salafybaturaja
๐Ÿš‡SHALAT MUSAFIR - [Bagian 1]

(โžŠ) Apakah yang dimaksud dengan safar?

[ Jawab ]

Safar adalah perjalanan meninggalkan daerah tempat tinggal untuk keperluan tertentu. Orang yang melakukannya disebut musafir. Safar bukanlah perjalanan biasa, namun membutuhkan perhatian lebih dari perjalanan biasa, karena itu dibutuhkan persiapan khusus seperti penyiapan bekal, penyesuaian kendaraan, dan semisalnya.

(โž‹) Apakah hukum safar dan bagaimana pembagiannya (haram, makruh, mubah, mustahab, wajib)?

[ Jawab ]

Berdasarkan hukumnya, safar terbagi menjadi:

โž€ โ€ป HARAM, safar untuk kemaksiatan atau hal-hal yang dilarang Allah. Termasuk di antaranya adalah safar seorang wanita sendirian tanpa didampingi mahram.

ุนูŽู†ู ุงุจู’ู†ู ุนูŽุจู‘ูŽุงุณู ุฑูŽุถููŠูŽโ€Œ‎ ‎ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽโ€Œ‎ ‎ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูโ€Œ‎ ‎ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ใ€Š ู„ูŽุง‎ ‎ุชูุณูŽุงููุฑู ุงู„ู’ู…ูŽุฑู’ุฃูŽุฉู ุฅูู„ู‘ูŽุง‎ ‎ู…ูŽุนูŽ ุฐููŠ ู…ูŽุญู’ุฑูŽู…ู. ใ€‹

Dari Ibnu Abbas radliyallaahu โ€˜anhu beliau berkata: Rasulullah -๏ทบ- bersabda: โ€œJanganlah seorang wanita safar kecuali bersama seorang mahram โ€ฆ.โ€ [HR al Bukhari dan Muslim]

โž โ€ป MAKRUH, seperti seorang yang safar sendirian.

ุนูŽู†ู ุงุจู’ู†ู ุนูู…ูŽุฑูŽ ใ€Š ุฃูŽู†ู‘ูŽโ€Œ‎ ‎ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูโ€Œ‎ ‎ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู†ูŽู‡ูŽู‰ ุนูŽู†ูโ€Œ‎ ‎ุงู„ู’ูˆูŽุญู’ุฏูŽุฉู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุจููŠุชูŽโ€Œ‎ ‎ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ู ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู ุฃูŽูˆู’โ€Œ‎ ‎ูŠูุณูŽุงููุฑูŽ ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู. ใ€‹

Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah -๏ทบ- melarang dari bersendirian, yaitu seorang bermalam sendirian atau safar sendirian. [HR Ahmad]

โž‚ โ€ป MUBAH, seperti berdagang dengan cara yang halal.

โžƒ โ€ป MUSTAHAB (disukai), seperti bersilaturrahmi menuju karib kerabat.

โž„ โ€ป WAJIB, seperti safar untuk tujuan berhaji yang pertama bagi yang mampu.

(โžŒ) Berapakah jarak minimum safar ?

[ Jawab ]

Terdapat perbedaan pendapat yang sangat banyak dari para Ulamaโ€™, sampai-sampai Ibnul Mundzir menyatakan bahwa dalam masalah ini (penentuan jarak minimum safar) terdapat hampir 20 pendapat.

Namun, beberapa pendapat yang masyhur di antaranya:

โž€ โ€ป Sejauh jarak perjalanan 3 hari.

Ini adalah pendapat Ibnu Masโ€™ud, Saโ€™id bin Jubair, Sufyan atTsaury dan Abu Hanifah.

โ—ˆ Dalilnya:

ใ€Š ู„ูŽุง ูŠูŽุญูู„ู‘ู ู„ูุงู…ู’ุฑูŽุฃูŽุฉูโ€Œ‎ ‎ุชูุคู’ู…ูู†ู ุจูุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูโ€Œ‎ ‎ูˆูŽุงู„ู’ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู’ุขุฎูุฑู ุฃูŽู†ู’โ€Œ‎ ‎ุชูุณูŽุงููุฑูŽ ุณูŽููŽุฑู‹ุง ูŠูŽูƒููˆู†ูโ€Œ‎ ‎ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉูŽ ุฃูŽูŠู‘ูŽุงู…ู ููŽุตูŽุงุนูุฏู‹ุง‎ ‎ุฅูู„ู‘ูŽุง ูˆูŽู…ูŽุนูŽู‡ูŽุง ุฃูŽุจููˆู‡ูŽุง‎ ‎ุฃูŽูˆู’ ุงุจู’ู†ูู‡ูŽุง ุฃูŽูˆู’ ุฒูŽูˆู’ุฌูู‡ูŽุง‎ ‎ุฃูŽูˆู’ ุฃูŽุฎููˆู‡ูŽุง ุฃูŽูˆู’ ุฐููˆ‎ ‎ู…ูŽุญู’ุฑูŽู…ู ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง. ใ€‹

โ€œTidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir safar 3 hari atau lebih kecuali bersama ayahnya, anaknya, suaminya, saudara laki-lakinya, atau mahramnyaโ€ [HR Muslim]

ุนูŽู†ู’ ุดูุฑูŽูŠู’ุญู ุจู’ู†ู ู‡ูŽุงู†ูุฆูโ€Œ‎ ‎ู‚ูŽุงู„ูŽ ใ€Š ุฃูŽุชูŽูŠู’ุชู ุนูŽุงุฆูุดูŽุฉูŽโ€Œ‎ ‎ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ูู‡ูŽุง ุนูŽู†ู’ ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ุญูโ€Œ‎ ‎ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฎููู‘ูŽูŠู’ู†ู ใ€‹ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู’โ€Œ‎ ‎ใ€Š ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุจูุงุจู’ู†ู ุฃูŽุจููŠ‎ ‎ุทูŽุงู„ูุจู ููŽุณูŽู„ู’ู‡ู ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ูโ€Œ‎ ‎ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูุณูŽุงููุฑู ู…ูŽุนูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูโ€Œ‎ ‎ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูโ€Œ‎ ‎ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽโ€Œ‎ ‎ููŽุณูŽุฃูŽู„ู’ู†ูŽุงู‡ู ใ€‹ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ใ€Š ุฌูŽุนูŽู„ูŽโ€Œ‎ ‎ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰‎ ‎ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽโ€Œ‎ ‎ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉูŽ ุฃูŽูŠู‘ูŽุงู…ูโ€Œ‎ ‎ูˆูŽู„ูŽูŠูŽุงู„ููŠูŽู‡ูู†ู‘ูŽ ู„ูู„ู’ู…ูุณูŽุงููุฑู. ใ€‹

Dari Syuraih bin Haniโ€™ beliau berkata: โ€œAku mendatangi Aisyah bertanya tentang mengusap 2 khuf.โ€ Aisyah berkata: โ€œTanyakanlah kepada Ali bin Abi Thalib karena ia pernah safar bersama Rasulullah -๏ทบ-, maka kamipun menanyakan kepada beliau.โ€ Ali berkata: โ€œRasulullah -๏ทบ- menjadikan batas pengusapan (khuf) 3 hari 3 malam bagi musafirโ€ฆโ€ [HR Muslim]

โ“˜ Sebagian Ulamaโ€™ menjelaskan bahwa jarak perjalanan 1 hari adalah setara 2 barid = 24 mil = sekitar 43,2 km, sehingga jarak perjalanan 3 hari adalah sekitar 129,6 km.
(02)
โž โ€ป Sejauh jarak perjalanan 2 hari ( 4 barid).

Ini adalah pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Umar (dalam sebagian riwayat), Malik, Asy-Syafiโ€™i, Ahmad. Sedangkan dari Ulamaโ€™ abad ini yang berpendapat demikian adalah Syaikh Bin Baz, Lajnah ad-Daaimah, Syaikh Shalih alFauzan, dan Syaikh Abdullah Ar-Rajihi, Dalilnya:

ใ€Š ู„ูŽุง ุชูุณูŽุงููุฑู ุงู„ู’ู…ูŽุฑู’ุฃูŽุฉูโ€Œ‎ ‎ู…ูŽุณููŠุฑูŽุฉูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽูŠู’ู†ู ุฅูู„ู‘ูŽุง‎ ‎ูˆูŽู…ูŽุนูŽู‡ูŽุง ุฒูŽูˆู’ุฌูู‡ูŽุง ุฃูŽูˆู’ ุฐููˆ‎ ‎ู…ูŽุญู’ุฑูŽู…ู. ใ€‹

โ€œJanganlah seorang wanita melakukan safar sejarak perjalanan 2 hari kecuali bersama suami atau mahramnya.โ€ [HR al Bukhari]

Al-Bukhari menyatakan:

ใ€Š ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุงุจู’ู†ู ุนูู…ูŽุฑูŽ ูˆูŽุงุจู’ู†ูโ€Œ‎ ‎ุนูŽุจู‘ูŽุงุณู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูโ€Œ‎ ‎ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ู’ ูŠูŽู‚ู’ุตูุฑูŽุงู†ูโ€Œ‎ ‎ูˆูŽูŠููู’ุทูุฑูŽุงู†ู ูููŠ ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนูŽุฉูโ€Œ‎ ‎ุจูุฑูุฏู ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุณูุชู‘ูŽุฉูŽ ุนูŽุดูŽุฑูŽโ€Œ‎ ‎ููŽุฑู’ุณูŽุฎู‹ุง. ใ€‹

โ€œIbnu Umar dan Ibnu Abbas -semoga Allah meridlai keduanya- melakukan qashar dan berbuka (tidak berpuasa) pada perjalanan 4 barid yaitu 16 farsakh.โ€ [Shahih al-Bukhari juz 4 halaman 231]

โž‚ โ€ป Tidak ada batasan jarak, selama sudah bermakna โ€˜safarโ€™ maka terhitung safar.

Hal-hal yang membedakan safar dengan perjalanan biasa bisa terlihat dari beberapa indikasi, di antaranya: perlunya membawa bekal yang cukup, adanya hal-hal yang dipersiapkan secara khusus sebelum keberangkatan (misal pengecekan kondisi kendaraan yang lebih intensif dibandingkan jika dalam penggunaan yang biasa/normal), adanya kesulitan/kepayahan menempuh perjalanan yang tidak didapati pada perjalanan biasa, dan hal-hal lain semisalnya.

Pendapat tanpa batasan jarak minimum ini adalah pendapat Umar bin al-Khattab, Ibnu Umar dalam sebagian riwayat, Anas bin Malik, Saโ€™id bin al-Musayyib, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Asy-Syaukani, As-Shanโ€™aani, Abdurrahman as-Saโ€™di, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.

Dalilnya adalah keumuman ayat:

ใ€Š ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุถูŽุฑูŽุจู’ุชูู…ู’ ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู‏ ููŽู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุฌูู†ูŽุงุญูŒ ุฃูŽู†ู’‏ ุชูŽู‚ู’ุตูุฑููˆุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู. ใ€‹

โ€œJika kalian melakukan perjalanan di muka bumi, maka tidak ada dosa bagi kalian untuk mengqashar shalat โ€ฆ.โ€ [QS an-Nisaa: 101]

Tidak terdapat hadits shahih maupun hasan yang secara tegas membatasi jarak minimum safar.

ุนูŽู†ู’ ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ุจู’ู†ู ูŠูŽุฒููŠุฏูŽ ‏ุงู„ู’ู‡ูู†ูŽุงุฆููŠู‘ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ใ€Š ุณูŽุฃูŽู„ู’ุชู ‏ุฃูŽู†ูŽุณูŽ ุจู’ู†ูŽ ู…ูŽุงู„ููƒู ุนูŽู†ู’‏ ู‚ูŽุตู’ุฑู ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ใ€‹ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ‏ใ€Š ูƒูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰‎ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ‏ ุฅูุฐูŽุง ุฎูŽุฑูŽุฌูŽ ู…ูŽุณููŠุฑูŽุฉูŽ‏ ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉู ุฃูŽู…ู’ูŠูŽุงู„ู ุฃูŽูˆู’‏ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉู ููŽุฑูŽุงุณูุฎูŽ (ุดูŽูƒู‘ูŽ ุดุนุจุฉ) ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุฑูŽูƒู’ุนูŽุชูŽูŠู’ู†ู. ใ€‹

Dari Yahya bin Yazid al-Hanaa-i beliau berkata: โ€œAku bertanya kepada Anas bin Malik tentang mengqashar dalam shalat.โ€ Beliau berkata: โ€œRasulullah -๏ทบ- jika keluar sejarak 3 mil atau 3 farsakh โ€“ keraguan pada perawi bernama Syuโ€™bah- beliau shalat 2 rakaat.โ€ [HR Muslim]

1 mil โ‰ฃ sekitar 1,6 km, sehingga 3 mil sekitar 4,8 km. Sedangkan 1 farsakh โ‰ฃ 3 mil โ‰ฃ sekitar 14,4 km.

ุนูŽู†ู ุงู„ู„ู‘ูŽุฌู’ู„ุงูŽุฌู, ู‚ูŽุงู„ูŽ: ใ€Š ูƒูู†ู‘ูŽุง ‎ู†ูุณูŽุงููุฑู ู…ูŽุนูŽ ุนูู…ูŽุฑูŽ ุจู’ู†ู ‏ุงู„ู’ุฎูŽุทู‘ูŽุงุจู ููŽูŠูŽุณููŠุฑู ุซูŽู„ุงูŽุซูŽุฉูŽ ‏ุฃูŽู…ู’ูŠูŽุงู„ู ููŽูŠูŽุชูŽุฌูŽูˆู‘ูŽุฒู ูููŠ‎ุงู„ุตู‘ูŽู„ุงูŽุฉ ูˆูŽูŠูŽูู’ุทูุฑู. ใ€‹

Dari al-Lajlaaj beliau berkata: โ€œKami pernah safar bersama Umar bin al-Khattab. Beliau melakukan perjalanan sejauh 3 mil mengqashar shalat dan berbuka.โ€ [Riwayat Ibnu Abi Syaibah no 8221 juz 2 halaman 445]

โ“˜ Sebagian Ulamaโ€™ menyatakan bahwa jarak di bawah 3 farsakh yang disebutkan dalam hadits Anas maupun perbuatan Umar adalah jarak minimum permulaan boleh mengqashar shalat dan berbuka (tidak berpuasa), bukan jarak total dari tempat asal ke tujuan. Sebagai contoh, ketika Nabi melakukan perjalanan dari Madinah akan ke Mekkah, pada saat di Dzulhulaifah beliau sudah mengqashar shalat. [Riwayat al-Bukhari dan Muslim]. Padahal jarak Madinah ke Dzulhulaifah adalah sekitar 6 mil atau sekitar 9,6 km.
(03)
(โœ”๏ธ) Dari 3 pendapat tentang jarak minimum safar, pendapat yang rajih (lebih mendekati kebenaran) adalah pendapat yang terakhir yang menyatakan bahwa tidak ada jarak minimum batasan suatu perjalanan dikatakan safar, namun dikembalikan kepada urf (ukuran kebiasaan) setempat. Jika perjalanan dari satu tempat ke tempat tertentu sudah terhitung safar berdasarkan urf di daerah itu, maka hal itu terhitung safar. Jika tidak, maka bukan safar.

Wallaahu aโ€™lam.

๐Ÿ“š[Dikutip dari Buku โ€œFiqh Bersuci dan Shalat Sesuai Tuntunan Nabiโ€ - Penulis: Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman hafizhahullah]

Url: http://bit.ly/Fw400208
๐Ÿ“ฎโ€ขโ€ขโ€ขโ€ข|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

// Sumber: @Sifat_Sholat_Nabi