Semangat Subuh
48.2K subscribers
2.63K photos
96 videos
2.72K links
Kisah² motivasi dan inspirasi, di ambil dr berbagai sumber
Kritik saran yg membangun ke wa.me/628119090190

Zakat Infaq Shodaqoh ke
Yayasan Indonesia Berkhidmat
Bank BSI
No rek 7145847715

Sedekah Sehari Seribu
Bank BSI
No Rek 7145847968
Download Telegram
*_Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh_*

*_Semangat Subuh_*

*JANGAN MEN "JERUK NIPIS" KAN KEADAAN*

Mari sedikit kita bermain imajinasi dengan teori Jeruk Nipis

Bayangkan ada sebuah Jeruk Nipis berwarna hijau agak ke kuning2an.

Lalu Jeruk tersebut anda potong jadi dua.
Kemudian pegang salah satunya dan peraslah...
Sampai air tetesan nya mengucurr...

Apa yang anda rasakan..?
Asam bukan..?
Setiap tetesannya membuat anda menelan ludah.
Kalau imajinasi anda kuat sekarang anda sedang
Menelan air liur, saking asamnya betul..?

Padahal jeruknya tidak ada...
Tapi rasa asamnya terasa hingga anda harus menelan ludah.

Jika anda merasakan kejadian serupa itulah yang disebut
*TEORI JERUK NIPIS*

Bahwa tubuh manusia dirancang untuk merespon apa yang dibayangkan.
Apa yang dipikirkan itulah yang jadi kenyataan.

Sehingga jika kita sedang menghadapi masalah
Lalu kita berpikir yang aneh-aneh
Maka yang terjadi biasanya tubuh akan drop...
Kemungkinan jatuh sakit bahkan depresi...

Padahal semua kekhawatiran itu belum tentu terjadi.
Kita sebenarnya sedang “meneteskan Jeruk nipis” di kehidupan kita.
Semakin banyak tetesannya semakin berat masalahnya.

Kuncinya ada dalam pikiran.
Jika air liur saja bisa dipancing hanya dengan memikirkan sebuah jeruk.
Maka sebetulnya masalahpun bisa diatasi dengan permainan pikiran.

Maaf….
Coba anda perhatikan orang yang kelainan jiwa...
Secara fisik mereka sehat.
Namun mereka hidup di dunia yang berbeda.

Mereka menciptakan dunianya sendiri.
Jeruk Nipis yang mereka teteskan terlalu banyak.
Sehingga muncul lawan bicara yang begitu nyata.
Yang bisa diajak bicara.

Sekarang ubah Mindset anda, jika didera masalah bertubi-tubi anggap itu “proses pondasi”
Bahwa Alloh Ta'ala hendak membangun Hotel berlantai 100.

Bayangkan sebuah proyek Hotel dengan tinggi 100 lantai.
Pondasinya pasti dalam sekali dan kuat sekali.
Dan pengerjaannya pun pasti lama.

Jika pondasinya selesai dia akan mampu menopang beban
Hingga 100 lantai sekalipun ...

Alloh Ta'ala tidak iseng memberi kita masalah.
Dia ingin kita kuat bukan ingin kita sekarat.

Maka berhati-hatilah dengan pikiran anda...
Berbaik sangkalah maka kehidupan pun atas ijin Alloh Ta'ala akan membaik.

Berfikir baik dan berbuat baik terhadap orang lain menjadikan kita awet muda.
Usia hanya angka, jiwa tetap semangat muda.

Semoga kita terus bisa istiqomah dalam beribadah, senantiasa mensyukuri nikmat Alloh Ta'ala dan diberi kekuatan oleh Alloh Ta'ala utk menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.
*Robbana Taqobbal Minna*
Ya Alloh terimalah dari kami (amalan kami), aamiin

Sumber: www.sejenakpagi.info

https://t.me/semangatsubuh

*_Selamat menunaikan ibadah shalat subuh, semoga Allah menerima amal ibadah kita Aamiin_*
*_Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh_*

*_Semangat Subuh_*

CUKUP SUDAH ENGKAU MEMANGGUL KARUNG GANDUM ITU

Cobalah saudara tebak siapa yang sedang saya ceritakan dalam kisah di bawah ini?

Seorang lelaki berjalan di tengah malam bersama sahabatnya. Sayup-sayup mereka mendengar tangisan anak kecil dari dalam rumah. Ketika didekati, ternyata suara tersebut adalah rintihan kelaparan.

Sang lelaki heran mengapa anak itu tidak diberi makan? Rupanya karena ibunya memang tidak memiliki apapun untuk dimasak.

Apa tidak salah? Ada seorang janda yang miskin dan memiliki anak yang lapar, tetapi lelaki itu tidak mengetahuinya? Segera ia berlari menuju Baitul Mal, dipanggulnya sekarung gandum menuju kediaman janda tersebut.

Sahabatnya menawarkan bantuan untuk bergantian memanggul gandum tersebut, tetapi sang lelaki dengan lembut menolaknya,

"Apakah engkau juga sanggup memanggul bebanku di hari pembalasan kelak?"

Akhirnya sekarung gandum itu tiba di tujuan dan lapar pun berganti kebahagiaan di dalam rumah kecil tersebut. Beban sang lelaki pun kini terlepas.

Saya yakin saudara semua pasti dengan mudah menebak bahwa lelaki dalam kisah tersebut adalah Khalifah Umar bin Khattab. Mari kita baca sekali lagi. Sekarung gandum itu di sisi Sang Khalifah adalah kegundahannya.

Maka Beliau kemudian memikul sendiri karung itu, lalu melepaskannya ke tempat yang dituju. Bagaimanapun juga beban memang harus dilepaskan, bukan untuk dipikul selamanya.

Sekarung gandum tersebut terkadang juga hadir dalam kehidupan kita, berupa perasaan gundah. Misalnya rasa dendam kepada orang lain, atau rasa jengkel atas tetangga yang egois, bahkan mungkin sakit hati kepada teman yang selalu mengelak untuk membayar utangnya.

Apa yang harus kita lakukan? Tidak ada jalan lain, lepaskan beban tersebut! Lepaskan karung gandum itu! Sudah cukuplah kita memanggulnya sampai hari ini!

Bagaimanapun juga beban memang harus dilepaskan, bukan untuk dipikul selamanya. Sebagaimana Khalifah Umar juga melepaskan bebannya.

Salam Hijrah.
Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!

https://t.me/semangatsubuh

*_Selamat menunaikan ibadah shalat subuh, semoga Allah menerima amal ibadah kita Aamiin_*
*_Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh_*

*_Semangat Subuh_*

"..Tahukah kamu.. hadiah istimewa itu bernama doa..

Menyebut nama di bumi tapi terdengar sampai ke langit..

Memohon sesuatu di bumi.. tapi menggema sampai ke langit..

Hadiah yang tidak wujud ketika di panjatkan.. tapi menjadi nyata saat di makbulkan..

Mendoakan juga adalah cara terbaik menjaga seseorang dari jauh.."

https://t.me/semangatsubuh

*_Selamat menunaikan ibadah shalat subuh, semoga Allah menerima amal ibadah kita Aamiin_*
*_Assalamu'alaykum warahmatullaahi wabarakatuh_*

*_Semangat Subuh_*

Cerita Kecil

Seorang laki laki pergi ke Masjid. Ia lupa mematikan (silent mode) hp nya, dan secara tiba tiba berdering waktu sedang berdoa. Seorang takmir menegurnya dari depan, Beberapa orang memarahinya usai berdoa karena dia sudah mengganggu kekhusukan dan ketenangan mereka ketika berdoa.

Dalam perjalanan pulang, istrinya terus memarahinya karena keteledorannya sepanjang jalan pulang ke rumah.

Orang orang tampak melihatnya dengan rasa nyinyir dan menertawakannya, dipermalukan dan meremehkannya.

Sejak itu, ia memutuskan untuk tidak pernah lagi melangkahkan kakinya ke Masjid itu.

DAN

Malamnya, ia pergi ke cafe. Masih merasa gugup dan terguncang, ia tidak sengaja menumpahkan minumannya di meja. Pelayan bar dengan sigap meminta maaf dan memberikan lap bersih untuk membersihkan pakaiannya. Petugas kebersihan mengepel lantai. Manajer bar itu memberikan minuman pengganti. Ia juga memberikannya pelukan serta berkata, "Jangan kuatir, Siapa sih yang tidak pernah berbuat salah?"
Sejak saat itu, ia tidak pernah berhenti datang ke bar itu.

PELAJARAN:
Terkadang sikap kita sebagai orang beriman dan percaya malah mengantarkan jiwa-jiwa ke neraka. Kita memagari atau mengekslusifkan diri kita seakan kita adalah orang-orang suci..

Bagaimana kita bicara tentang memenangkan jiwa, bila fokus kita adalah kesalahan-kesalahan orang lain saja?
Mari asah kembali mata hati kita, bukan soal siapa benar ataupun siapa salah, namun respon kita yang menentukan.

#jagaUcapan
#janganMenghakimi

COPAS

https://t.me/semangatsubuh

*_Selamat menunaikan ibadah shalat subuh, semoga Allah menerima amal ibadah kita Aamiin_*
*_Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh_*

*_Semangat Subuh_*

BEBERAPA HAL DATANG TIDAK TERDUGA

Waktunya begitu cepat. Benar-benar tidak ada kompromi lagi. Baru saja saya membaca sebuah pesan Whatsapp yang masuk, lalu saya masukkan hape kembali ke dalam saku celana. Rencananya pesan itu akan saya balas setelah tiba di tujuan.

Saya lajukan sepeda motor ke kantor Samsat, hanya butuh lima menit karena masih satu kecamatan dengan rumah saya. Tetapi begitu tiba di sana, saya keluarkan uang untuk membayar pajak kendaraan, baru sadar ternyata saku celana saya kosong?

Seperti yang saya katakan, waktunya sungguh tak pandang bulu. Hape saya hilang! Kemungkinan besar merosot dari saku dan terjatuh di jalan tanpa disadari. Lantas saya sempurnakan ikhtiar dengan mencari di jalan yang baru saja saya lewati lima menit lalu. Raib! Tidak ketemu! Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.

Begitulah jika jatah saya untuk memakai hape itu sudah selesai, maka tanpa aba-aba lagi pasti akan kembali kepada Allah. Padahal saat itu tengah berlangsung tanya jawab dengan seorang sahabat. Sang waktu tidak ada toleransi sama sekali. Saya tak punya kesempatan menyelesaikan percakapan tersebut.

Yang lebih penting, tentu saja hampir semua urusan pekerjaan saya save di hape itu. Kini lenyap begitu saja sebelum sempat saya backup. Termasuk tulisan-tulisan saya untuk naskah buku berikutnya, ide-ide untuk ebook yang sedang saya garap, semuanya musnah.

Belum lagi foto-foto kenangan keluarga, termasuk foto terbaru saat kami berpose di Internasional Indonesia Book Fair satu hari sebelumnya, kini tinggal kenangan, bersama dengan jadwal ceramah-ceramah saya di berbagai tempat.

Kontak teman-teman pun terputus. Mereka tak bisa menghubungi saya, dan sebaliknya saya pun tak tahu bagaimana berkomunikasi dengan mereka. Kehilangan hape rupanya cukup mengagetkan juga ya. Padahal cuma hape.

Saya tidak sanggup membayangkan apa yang terjadi ketika kita kehilangan usia kita. Karena ajal datang tanpa kompromi lagi. Bahkan kita tidak tahu apa yang terjadi lima menit setelah ini.

Seperti yang dialami tetangga saya, ia berniat panasin mobil di garasi rumah. Mesin lalu dinyalakan dalam keadaan ia duduk di bangku driver. Tanpa diduga, itulah menit terakhirnya. Ia menutup usia saat masih terduduk di dalam mobil! Bahkan sebelum sempat mematikan mesin yang baru saja ia nyalakan! Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.

Begitulah jika jatah untuk hidup di dunia itu sudah selesai, maka tanpa aba-aba lagi pasti akan kembali kepada Allah. Sang waktu tidak ada toleransi sama sekali.

Tentu saja semua urusan pekerjaan penting akan berhenti begitu saja sebelum sempat kita selesaikan. Semuanya tiba-tiba musnah.

Belum lagi keluarga yang kita cintai, kini tinggal kenangan. Termasuk rencana-rencana dan jadwal kita di kemudian hari, tak mungkin bisa kita lakoni lagi.

Kontak teman-teman pun terputus. Mereka tak bisa menghubungi kita, dan sebaliknya kita pun tak tahu bagaimana berkomunikasi dengan mereka. Demikianlah yang akan terjadi setelah datangnya sakaratul maut yang sangat mengagetkan.

Maut datang tidak terduga. Maka marilah kita bersegera perbaharui taubat kita kepada Allah. Jangan menunda pekerjaan penting, berbuat baiklah kepada keluarga, dan doakan selalu teman-teman kita. Kelak jika semua akan tinggal kenangan, semoga menjadi kenangan yang baik dan berjumpa lagi di surga Allah. Aamiin.

Salam Hijrah.
Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita

✍🏻Ustad Arafat

https://t.me/semangatsubuh

*_Selamat menunaikan ibadah shalat subuh, semoga Allah menerima amal ibadah kita Aamiin_*
*_Assalamu'alaykum warahmatullaahi wabarakatuh_*

*_Semangat Subuh_*

Kalau menangis bisa menyelesaikan masalah, maka urusan di dunia lebih gampang.

Sayangnya tidak, menangis bahkan bisa menambah masalah—setidaknya bikin mata merah, bengkak, sembab.

Silahkan menangis, secukupnya, seperlunya. Lantas hapus air matanya, mulai menyusun rencana, mulai berubah. Hidup harus dilalui dengan gagah, bukan merangkak.

-Tere Liye

https://t.me/semangatsubuh

*_Selamat menunaikan ibadah shalat subuh, semoga Allah menerima amal ibadah kita Aamiin_*
*_Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh_*

*_Semangat Subuh_*

BIARKAN KU YANG PERGI

“Oh Tuhan, kapan semuanya akan berubah?” tanyaku dalam pengharapan.

Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dengan cukup pelan.
“pasti bi Ida.” Tebakku
“iya, sebentar!” sahutku sembari berjalan dari serambi kamar.
“Maaf non, waktunya makan malam. Yang lain sudah ngumpul dibawah.” Ucap Bi Ida saat pintu kamarku terbuka.
“Oke bi Rani juga udah lapeer banget.” Candaku padanya.
Bi Ida adalah seseorang yang merawatku sejak lahir. Bagiku, ia sudah seperti Ibu kandungku. Dirumahku, hanya Bi Ida yang peduli dengan keadaanku. Disaat aku sakit, hanya ia yang selalu repot menyiapkan obat, hanya ia yang selalu tahu betapa sedihnya aku disaat nilai raportku jauh dari nilai kak Dara. Hanya ia yang tahu betapa aku ingin seperti kak Dara, saudara kembarku.

“wah ada ayam bakar nih. Heem maknyus” ucapku seraya menduduki kursi favoritku.
“dasar gak sopan…” sindir Ayah padaku.
“makanya, jangan nyerocos aja dong jadi cewek.” Timpal kakakku, Raka.
“iya Rani, kamu duduk dulu baru ngomong, kan ada Papa sama Mama disini. Jadi sopan dikit Ra.” Tambah Kak Dara.
“iya Rani, betul tuh kata Dara. Contoh dia.” Tambah Ibu lagi.
“ok, aku pergi. Silahkan makan!!” ucapku dengan sinis.
Akupun bergegas naik menuju kamarku tanpa sedikitpun menyentuh makanan disana. Padahal sebenarnya maagku kambuh dan rasanya sangat perih. Tapi lebih perih lagi disaat aku tak pernah mendapatkan kasih sayang dari semua orang yang aku sayangi.


Waktu seakan berjalan dengan sungguh cepat, kini saatnya pembagian hasil belajar siswa. Kebetulan, aku dan kak Dara berbeda kelas dan sekolah. Kalau aku masih berada dikelas satu SMA, sedangkan ia sudah berada dikelas dua. Semua terjadi karena aku pernah tak naik kelas sewaktu disekolah dasar. Kalau kak Dara sengaja Papa sekolahkah di sekolah terfavorit di Bandung, sedangkan aku bersekolah di SMA yang didalamnya hanyalah siswa buangan dari sekolah lain yang tidak menerima kami. Karena nilaiku tak sehebat nilai kak Dara dan Kak Raka. Mereka memiliki IQ yang jauh lebih tinggi daripada aku.
“Pa, ambilin raport Rani ya.” Pintaku
“Papa sudah janji sama Dara kalau Papa yang akan mengambilkan raportnya. Kalian kan beda sekolah.” Jawab Ayahku.
“Ma, ambilin raport Rani ya!” pintaku lagi pada Mama.
“Mama udah janji sama Raka ngambili raportnya, dia kan sudah kelas tiga jadi harus diwakilin.” Jawab Mama.
“oh gitu ya.” Balasku dengan kecewa.

Aku hanya bisa menangis sendirian didalam kamar. Tidak ada satu orangpun yang mau mengambilkan raportku. Jalan terakhir adalah Bi Ida. Dan tentu saja ia sangat mau mengambilkan raportku.
“Gimana bi hasilnya?” tanyaku dengan penasaran
“Non Rani juara 1 non.” Ucap bi Ida dengan semangat.
“hah? Beneran bi?” sahutku tak kalah semangat.
Ternyata usahaku tak sia-sia, akhirnya aku bisa menyamai prestasi kak Dara.
****

Setibanya dirumah, semua orang yang sedang tertawa ria melihat hasil belajar kak Dara dan kak Raka menjadi terdiam disaat kedatanganku dan Bi Ida.
“gimana hasilnya Ra?, pasti jelek.” Ucap kak Raka menyindirku.
“gak ko, aku juara 1.” Ucapku dengan semangat.
“ah, juara 1 disekolahmu pasti juara terakhir dikelas Dara.” Ledek Ayah padaku.

Aku kecewa, benar-benar kecewa karena semua prestasi yang kuraih tak penah dihargai sama sekali. Dengan kecewa aku berlari menuju kamarku, kuratapi semua ketidakadilan ini. Aku tidak keluar kamar selama dua haripun tak ada yang peduli. Semua orang dirumah hanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, tak terkecuali Bi Ida yang hampir setiap jam membujukku untuk keluar. Maagku kambuh, rasanya teramat perih dari yang biasanya.
“oh Tuhan, kuatkan aku!” pintaku

****

Akhirnya, hari yang telah lama kunantikan tiba juga. Hari ini, pertandingan karateku akan berlangsung. Namun sayang, semua orang yang kusayang tak ada yang mau hadir disini. Semuanya memilih hadir dilomba kak Dara, olimoiade sains. Walau sedikit kecewa, akan kubuktikan bahwa aku adalah Rani yang hebat. Keinginanku terwujud, aku menang dan meraih juara satu dipertandingan karate nasional yang diadakan di Bandung.
“kita pan
ggil, juara nasional karate tahun ini ‘Rani pratiwi’ dari Bandung.” Panggil pembawa acara.
Dengan diiringi tepuk tangan meriah, ku naiki podium kebesaranku, dan kurasakan aku sangat dihargai disini.
****

Setibanya dirumah, kuletakkan foto keberhasilanku diruang tamu, namun disaat kedatangan kak Dara dan yang lainnya, kulihat kemurungan disana. Dan setelah melihat foto keberhasilanku, kak Dara malah menangis dan berlari menuju kamarnya.
“kamu sengaja meledek Dara?” Tanya Papa dengan sinis.
“gak pa! maksud Papa apa sih?” tanyaku tak mengerti.
“Dara kalah sedangkan kamu menyombongkan diri dengan memajang fotomu diruang ini. kamu tahu kan bahwa diruang ini hanya foto-foto keberhasilan Dara yang boleh menempatinya.” Jawab Papa yang membuatku sangat kecewa.
“Lepas Fotomu!” ucap Mama dengan agak ketus padaku.

Kulepas foto yang sangat aku harapkan menjadi penghubung agar keluargaku menyanjungku. Sebuah harapan yang sejak dulu selalu ku inginkan. Karena aku selalu iri disetiap kak Dara dipuji dan disanjung oleh papa dan mama, serta semua tamu yang pernah berkunjung kerumahku. Sekarang pertanyaan terbesarku adalah,
“apakah aku anak kandungmu Ma? Pa?”
Pertanyaan yang tak pernah terjawab oleh lisan, namun terjawab oleh perbuatan mereka padaku. Seorang anak yang selalu tersingkirkan oleh ketidakadilan.
****

Hari demi hari terus berganti, dan semenjak itu pula kak Dara menjadi seseorang yang terpuruk. Aku bisa merasakan perasaannya yang tertekan karena ia kalah diolimpiade. Yang kutahu, saudara kembarku ini terlihat lemah dari yang biasanya.
“Udahlah kak, gak ada gunanya ditangisin terus.” Ucapku menyemangati.
“udahlah Ra, kamu senang kan ngeliat aku kaya gini? Kamu senang kan ngeliat aku kalah?” jawabnya dengan menangis.
“gak ka, gak. Aku gak pernah ada niatan kaya gitu.” Sahutku.
“udahlah, pergi kamu dari kamarku, pergi…” ucapnya terpotong karena akhirnya ia terjatuh tepat didepanku.
“Pa, Ma, tolong kak Dara. Kak Dara pingsan Pa!” beritahuku
“apa? Kamu apain sih dia?” Tanya Papa sinis padaku.
“aku, aku gak ada ngapa-ngapain dia pa.” sahutku dengan menyembunyikan kesakitanku.
“pasti penyakitnya kambuh lagi pa, ayo cepat kita bawa kerumah sakit.” Ucapku pada Papa.
****

Hari ini tepat seminggu sebelum ulang tahunku dengan kak Dara. Aku takut kehilangannya, saudara kembarku yang sangat aku sayangi. Dokter bilang bahwa ginjalnya sudah benar-benar rusak. Yang aku tahu, kini ginjalnya hanya satu setelah setahun yang lalu satu ginjalnya sudah diangkat. Sedangkan aku masih mempunyai dua ginjal.
“hanya saudara kembarnya yang ginjalnya cocok dengan Dara. Jadi usahakan dengan secepat mungkin diadakan pencangkokan ginjal Pak” beritahu dokter pada Papa.

Setelah itu, aku menjadi sasaran semua orang yang menyayangi kak Dara. Semuanya memintaku untuk mendonorkan satu ginjalku padanya. Niatku memang sudah bulat bahwa aku akan mendonorkan kedua ginjalku pada kak Dara, tapi aku tak ingin ada yang tahu semuanya. Karena aku tidak mau mereka akan menyayangiku karena bersimpati denganku yang telah memberikan satu ginjal pada saudaraku. Aku hanya ingin kasih sayang tulus dari mereka, entahlah bagaimana caranya agar aku mendapatkannya.
“ah sudahlah Rani, kamu memang saudara yang kejam. Hanya menyumbangkan satu ginjal saja tidak mau. Untunglah ada seseorang yang baik hati yang mau menyumbangkannya pada Dara.” Ucap Papa
“aku kecewa sama kamu Rani, tega ya kamu sama kakak kamu sendiri.” Ucap Dimas dengan kecewa padaku.
“siapa yang mendonorkan ginjalnya Pa?” Tanya kak Raka.
“entahlah, pendonor itu tidak mau diberitahu namanya. Bahkan ia memberikan dua ginjalnya dengan gratis pada Dara. Dia benar-benar berhati malaikat.” Jawab papa.
“andaikan kalian tahu kalau itu aku? Apakah aku akan diberi penghargaan dari Papa?” gumamku dalam hati.
****

Beberapa jam sebelum operasi pencangkokan dilakukan, aku menulis sebuah surat untuk semua orang yang aku sayangi. Entahlah, aku merasa akan meninggalkan mereka semua. Rasanya, aku sudah sangat lelah dengan hidupku sendiri. Sesudah selesai ku tulis, surat itu kutitipkan pada Bi Ida. Akupun berangkat menuju rumah sakit untu
k segera menjalani operasi.

Seminggu kemudian. . . .
“akhirnya kamu sembuh juga sayang. Mama khawatir banget sama kamu sejak kamu dioperasi. Untung ada pendonor itu.” Ucap Mamanya dengan penuh kasih sayang.
“Dan Happy Brithday Dara…” ucap semua orang serentak
“Makasih ya semuanya. Aku senanggg banget. Oya, Rani mana ya Ma? Gak tau kenapa Dara kepikiran dia terus. Hari ini kan ulang tahun kami” Sahut Dara.
“iya ya? Mana dia Bi?” Tanya Ibunya pada Bi Ida
“Sebentar nyonya.” Jawab Bi Ida dengan berlari menuju kamar Rani.

Dan beberapa menit kemudian sudah tiba dengan membawa sepucuk surat.
“ini surat dari Non Rani sebelum pergi.” Beritahu Bi Ida.
Walau agak heran, Ibunya pun membacanya dengan agak keras.

Untuk semua orang yang sangaaat Rani sayang
Mungkin saat kalian baca surat ini Rani gak ada lagi disini. Rani udah pergi ketempat yang saangaat jaauh. Oya, gimana kabar kak Dara? Gak sakit lagi kan? Semoga ginjalku dapat membantumu untuk meraih semua mimpi-mimpimu yang belum terwujud.

Teruntuk PAPA yang SANGAT KURINDUKAN
Gimana Pa? rumah kita udah tenang belum? Gak ada yang gak sopan lagi kan? Oh pasti gak ada dong ya? Ya iyalah, Rani si pembuat onar kan udah gak ada.

Teruntuk MAMA yang SANGAT-SANGAT KU RINDUKAN
Ma, Rani pasti akan sangat rindu dengan teddy bear pemberian Mama lima tahun yang lalu. Ma, Rani kangeeen banget pelukan Mama. Rani selalu iri saat Mama hanya mencium kak Dara disaat ia tidur.

Teruntuk KAK RAKA dan saudara kembarku, DARA
Gimana kak, gak ada lagi kan yang ganggu kalian belajar? Gak ada lagi kan yang nyetel music keras-keras dikamar? Oya, SELAMAT ULANG TAHUN YA KAK, SELAMAT MENJALANI UMURMU YANG KE-17 TAHUN. Yang mungkin takkan pernah aku rasakan.

Kalian semua harus tau, betapa AKU SANGAT MENYAYANGI KALIAN.

Rani Pratiwi
*
Semua yang mendengar menangis.

*_Selamat menunaikan ibadah shalat subuh, semoga Allah menerima amal ibadah kita Aamiin_*
*_Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh_*

*_Semangat Subuh_*

BAHAN BAKAR BAGI HIDUPMU ADALAH: WAKTU

Sejauh pengalaman saya, motor jadul itu bahan bakarnya pakai premium saja cukup. Ya bolehlah pakai pertalite karena biasanya premium kosong di pom bensin.

Tetapi lelaki yang satu ini cukup nyeleneh. Masa motor jadulnya diisi pertamax turbo. Kan terlalu berlebihan, jadinya mubazir. Maka daripada penasaran, saya tanya saja langsung,

"Ente ngapain ngisi bensin pake pertamax segala? Yang turbo lagi! Emang bisa jadi lebih cepat? Motor tua ya segini-segini aja jalannya!"

"Bukan gitu Ustadz, tuh lihat antrian premium panjang banget kan? Ane sih kalau masuk SPBU lihat yang paling kosong Ustadz. Namanya bensin sih sama aja,"

Waduh, sombong banget nih orang. Saya masih mencoba mencari tahu mengapa dia punya pandangan seperti itu,

"Ya tapi harganya kan mahal?"

"Paling beda berapa sih Ustadz? Coba bayangin kalau harus antri begitu, bisa sampai sepuluh menit. Padahal saya seminggu ngisi dua kali, sebulan waktu kita bisa habis sejam setengah cuma buat antri doang!"

Subhanallah. Perkiraan saya meleset. Ternyata dia orang yang sangat menghargai waktu. Berikutnya ia bercerita bahwa satu setengah jam itu bukan waktu yang sebentar.

Bila digunakan untuk tadarus cukup untuk dua juz, jika dimanfaatkan untuk duduk di majlis ilmu bisa mendapat satu bab pelajaran baru. Detail banget!

Sungguh saya iri dengan orang-orang seperti ini yang rela membayar lebih, demi tidak kehilangan waktunya. Uang yang habis bisa dicari, kain yang robek bisa ditambal, tetapi waktu yang terbuang tak akan kembali lagi.

Ferrari sanggup menciptakan mobil tercepat. Intel sanggup membuat komputer tercanggih. Tetapi siapakah yang sanggup menciptakan waktu? Betapa banyak manusia yang merugi seperti saya ini.

Oleh karena itu, mari kita bersama-sama membangun mental seorang mukmin. Yaitu mental yang menghargai waktu di atas segalanya.

Salam Hijrah.
Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!

✍🏻 Ustad Arafat

https://t.me/semangatsubuh

*_Selamat menunaikan ibadah shalat subuh, semoga Allah menerima amal ibadah kita Aamiin_*
*_Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh_*

*_Semangat Subuh_*

[Ceritakan Pada Allah Meski Kau Tak Mampu Berkata-kata]

Jika kamu sedang sedih, apapun sebabnya, tentu tak ingin kamu simpan sendiri. Orang yang paling kamu cari adalah yang paling dekat denganmu. Kenapa? Karena yang terdekat adalah yang terfaham terhadap dirimu.

Kamu berharap ia memberimu udzur atas kesedihanmu. Orang asing tak memahami. Tapi apa kamu yakin, bahwa orang terdekatmu itu selalu faham 100% maksudmu?

Ternyata tidak selalu.

Begitulah manusia. Iya, begitulah manusia. Tidak semua hal terfahami oleh manusia. Kadang hal mudah sulit difahami. Kadang hal sulit mudah difahami.

Jika kamu tahu bahwa manusia begitu, maka ke mana kamu pergi? Kepada Allah al-Aliim al-Khabiir kamu kembali. Kembalikan pada-Nya. Ceritakan itu pada Allah. Jika itu karena salahmu, akuilah. itu salahmu.

Jikapun kamu tak mau mengaku, kamu tahu Allah tahu segala detail salahmu. Tiada lagi celah menghindar. Jika itu bukan salahmu, maka ceritakan pada Allah.

Bahkan, ceritakan pada Allah meski kamu tak punya lagi kata yang tersisa...

Mungkin karena terlalu sedih atau memalukan...
Mungkin karena memang kamu tak pandai merangkai kata...

Kekasihmu kadang kecewa kamu tak pandai merangkai kata, tetapi Allah Ta'ala senang dengan taubat hamba-Nya; padahal yang dilakukan hamba bukan cerita, bukan berkisah, bukan bertutur kata, melainkan menangis menangis menangis semata. Melainkan menumpahkan kejujuran kata lewat air mata. Tumpah semua. Di depan Rabbnya bersimpuh. Mengakui itu semua.

Ceritakan pada Allah meski yang bisa kamu berikan hanyalah air mata.

Kadang, tetesan air mata lebih punya makna dibandingkan sekadar kata.

Allah Maha Tahu...jumlatan wa tafshila, global dan terperinci, segala proposalmu. Dia Maha Tahu bait-bait di qalbumu. Kamu ingin apa, Dia Tahu. Kamu benci apa, Dia Tahu. Kamu bersungguh atau berpura-pura, Dia Tahu. Tapi Dia ingin agar kamu bersegera mengangkat tangan berhadapan dengan wajah bernodamu itu.

Dia ingin kamu menulis proposal permohonan pada-Nya melalui lisan maupun tangisan. Dia ingin kamu membuktikan cintamu pada-Nya setelah Dia selalu membuktikan bahwa Dia selalu peduli padamu.

Dia selalu memperhatikanmu. Dia menyembuhkanmu saat sakitmu. Dia memberikan pelangimu kembali setelah hujanmu.

Jika kamu jujur, dan tak satu pun makhluk mempercayaimu, maka al-Khaliq tahu kejujuranmu. Jikapun Allah al-Qahhar sudah memutuskan keindahan masa depan untukmu kelak, maka tak satu pun bisa atau bermandat menghalangi keputusannya, meskipun seluruh makhluk bersepakat menghalangi.

Karena sebenarnya cinta-Nya yang harus kamu kejar, bukan cinta selain-Nya. Maka katakan cintamu pada-Nya jika memang jujur, dan takutlah jika kamu bohong.

Makhluk bisa saling membohongi satu sama lain. Namun makhluk tak bisa membohongi Khaliqnya. Barangsiapa berbohong kepada-Nya, ia sedang membohongi dirinya sendiri.

Ceritakan pada Allah meski baru bisa setitik air mata...

Hasan Al Jaizy
Inspirasi surat Ali Imran 29

https://t.me/semangatsubuh

*_Selamat menunaikan ibadah shalat subuh, semoga Allah menerima amal ibadah kita Aamiin_*