Online Tajwid
15.4K subscribers
1.09K photos
300 videos
298 files
1.13K links
Informasi Online Tajwid dan Materi

Pertanyaan seputar tajwid silakan untuk langsung menghubungi pembina Online Tajwid @lailialfadhli

Profil pembina Online Tajwid:
https://alfadhli.wordpress.com/kajian-tajwid-bersanad/
Download Telegram
Sanad Tinggi dalam Al-Quran

Salah satu Ulama Qiraat yang dikenal dengan ketinggian Sanadnya di zaman ini adalah Fadhilatusy Syaikh Bakri Ath-Tharabisyi, dimana jarak antara beliau dengan Nabi adalah 27 orang saja untuk riwayat Imam Hafsh dari Imam 'Ashim jalur Syathibiyyah.

Atau bahwa jarak antara beliau dengan Al-Imam Ibnul Jazariy (melalui jalur Qiraat) hanya 11 orang saja dan pada jalur yang lain 12 orang. Artinya, beliau berada satu tingkat di atas Syaikh Ahmad Az-Zayyat dalam jalur Syathibiyyah. Bersama dengan beliau juga ada Syaikh Abdul Aziz 'Uyun As-Suud, yang dikenal dengan istilah jalur Syam.

Sedangkan pada jalur Mesir, para Ulama yang satu tingkat dengan mereka (jarak kepada Nabi 27 orang saja) adalah yang membaca kepada Asy-Syaikh Al-Fadhiliy Ali bin Abi Layla. Murid-murid Syaikh Al-Fadhiliy tersebut di antaranya:

1. Syaikh Zakariyya bin Abdissalaam
2. Syaikh Salman bin Abdissalaam
3. Syaikh Muhammad Yunus Al-Ghalban
4. Syaikh Mahmud Hasyim
5. Syaikh Muhammad Muhammad Al-'Abasi
6. Syaikh Ahmad Al-'Ulyan
7. Syaikh Misbah Ibrahim Wadn
8. Syaikh Mutawalli bin Syaikh Fadhiliy
9. Syaikh Muhammad Al-Barbari

Dan murid-muridnya yang lain yang tidak disebutkan satu per satu.

Sebagian di antara nama-nama di atas maaih hidup, dan merekalah pemegang sanad tertinggi Al-Quran di zaman ini, dengan jarak 27 orang kepada Nabi.

Siapa saja yang membaca kepada mereka, maka berarti jaraknya dengan Nabi 28 orang. Di antaranya adalah guru-guru kami (walaupun kami jauh dari kata layak disebut murid mereka, namun rasa hormat kami kepada mereka untuk menyebut mereka sebagai guru-guru kami), Syaikh Mahmoud El-Said Alu Zuraynah yang membaca kepada Syaikh Muhammad Muhammad 'Abasi dan juga guru kami Syaikh Abdul Karim Silmi Al-Jazairiy yang membaca kepada Syaikh Muhammad Yunus Al-Ghalban.

Sejajar dengan guru-guru kami (sekali lagi ini adalah bentuk penghormatan kepada mereka) adalah mereka yang membaca kepada Syaikh Bakri Ath-Tharabisyi seperti Syaikh Hasan Mushthafa Al-Warraqiy, Syaikh Fawwaz Daumani, dan Syaikh Muhammad Musthafa Salim. Juga yang membaca kepada Syaikh Abdul Aziz 'Uyuun As-Suud, seperti Syaikh Ayman Rusydi Suwaid. Jarak mereka dengan Nabi adalah 28 orang.

Radhiyallaahu 'anhum ajma'iin, wa nafa'anallaahu bi'uluumihim. Aamiin.

Screenshot kitab:
Tuhfatul Ikhwan lisy Syaikh Hasan Musthafa Al-Warraaqiy hafizhahullaahu ta'aala (murid dari Syaikh Bakri Ath-Tharabisyi dan Syaikh Ahmad Az-Zayyaat)

✍🏻 Laili Al-Fadhli
Fadhilatusy Syaikh Abdul Muhsin bin Hammad Al-'Abbad Al-Badr menukil dalam "Dirasah Hadits" bahwa Az-Zamakhsyariy mengatakan:

العلم مدينة أحد بابيها الدراية والثاني الرواية
Ilmu itu seperti kota yang memiliki dua pintu. Pintu yang pertama adalah dirayah dan yang kedua adalah riwayah.

Sesungguhnya siapa saja yang masuk dari salah satunya, maka ia akan mendapatkan ilmu. Dan para Ulama Salaf telah memberikan qudwah kepada kita, dimana mereka masuk dari kedua pintu tersebut.

Maka, bagaimana kita hari ini mengunggulkan yang satu dan menanggalkan yang lain? Padahal keduanya (riwayah dan dirayah) ibarat dua sisi mata uang logam yang tidak dapat terpisahkan.

Wallaahu a'lam.

- Laili Al-Fadhli -
Banyak orang yang tidak memahami makna ijazah, sanad, atau riwayah. Kebanyakan orang berpikir bahwa orang yang bersanad, mendapatkan ijazah, atau memiliki jalur-jalur periwayatan yang banyak mestilah orang 'alim. Padahal, asal ijazah tersebut adalah izin untuk meriwayatkan. Sehingga pengijazahan dalam riwayah tidak mesti menunggu seseorang menjadi 'alim dan faqih terlebih dahulu. Bahkan, riwayah merupakan salah satu pintu yang dapat mengantarkan seseorang ke dalam ilmu dan pemahaman.

Tradisi periwayatan ini sudah berlangsung begitu lama sejak zaman Salaf dan terus dijaga oleh para penuntut ilmu. Bahkan, dari periwayatan hadits kemudian berkembang ke periwayatan kitab-kitab atau matan-matan ilmiyah.

Memang ada sebagian Ulama yang mensyaratkan beberapa hal untuk mendapatkan riwayat darinya. Di antaranya adalah pemahaman dari apa yang diriwayatkannya. Namun, ini bukanlah syarat umum yang berlaku pada seluruh periwayatan. Syarat seperti ini sah-sah saja namun tidak bisa dijadikan standar bagi seluruh periwayatan yang ada.

Kita mesti memahami hal ini agar kita tidak beranggapan bahwa orang yang mendapatkan izin periwayatan dianggap telah memahami dan menguasai apa yang diriwayatkannya. Juga agar kita paham bahwa bila ada seseorang yang memberikan ijazah atau izin periwayatan kepada orang lain tanpa ujian dari sisi dirayah bukanlah termasuk bermudah-mudah dalam memberikan ijazah. Karena demikianlah hukum asalnya.

Lalu, apakah kita berhak menguji seseorang sebelum memberikan izin periwayatan?

Guru kami, Al-Ustadz Rikrik Aulia Rahman hafizhahullaahu ta'aala mengatakan bahwa hendaknya seseorang meriwayatkan sesuatu dengan cara yang sama sebagaimana ia dahulu mengambil periwayatan. Misalnya kita mengambil riwayat matan tajwid dari seorang Ahli Qiraat dengan cara diuji, maka riwayatkanlah dengan cara yang sama. Namun bila kita mengambil riwayat dengan sama' atau qiraah, maka riwayatkanlah dengan cara yang sama pula. Jangan sampai kita mencampuradukkan periwayatan tersebut: kita mengambil riwayat secara sama' melalui jalur Ahli Hadits namun meriwayatkan dengan cara yang tidak pernah diajarkan gurunya..!

Boleh mencampuradukkan kedua periwayatan tersebut, dengan catatan menjelaskan kepada murid-muridnya bagaimana ia mengambil dari gurunya. Ini merupakan hal yang sangat penting agar seseorang tidak terjatuh kepada talbis dan tadlis.

Wallaahu a'lam.

-Laili Al Fadhli-
Walhamdulillaah atas karunia Allaahu Ta'aala kami telah mengikuti majelis sama'i (jarak jauh/online) Matan Manzhumah Jazariyyah bersama Fadhilatusy Syaikh Al-Muqri Kurayyim Raajih melalui bantuan Syaikh Mahmud bin Na'im Al-Madani Al-Husaini, dan beliau (Syaikh Kurayyim Raajih) mengijazahkan Matan Manzhumah Jazariyyah dengan sanad yang bersambung kepada An-Nazhim:

1- الشيخ العلامة كريم راجح
2- عن الشيخ أحمد الحلواني الحفيد قراءة عليه
3- عن الشيخ محمد سليم الحلواني
4- عن الشيخ أحمد الحلواني الجد
5- عن الشيخ أحمد المرزوقي
6- عن الشيخ إبراهيم العبيدي
7- عن الشيخ عبد الرحمن الأجهوري
8- عن الشيخ أحمد البقري
9- عن الشيخ محمد بن قاسم البقري
10- عن الشيخ عبد الرحمن شحاذة اليمني
11- عن الشيخ علي بن غانم المقدسي
12- عن الشيخ إبراهيم السمديسي
13- عن الشيخ أحمد الأميوطي
14- عن العلامة المقرئ شيخ الكل محمد ابن الجزري ناظمها.

Sanad ini merupakan di antara sanad 'aliy dalam jalur Ahli Qiraat. Semoga dengan bertambahnya jalur sanad kami, bertambah pula keberkahan dari ilmu yang terdapat dalam Manzhumah Jazariyyah secara khusus, dan ilmu tajwid secara umum.

Semoga dengan ini Allaahu Ta'aala memudahkan kami untuk mempelajarinya lebih dalam, mendapatkan pemahaman yang lebih baik, ringan dalam mempraktikannya, dan mudah dalam mengamalkannya. Serta kami senantiasa diberikan kekuatan untuk menyebarkan, meriwayatkan, dan mengajarkannya. Aamiin.

Dan siapa saja yang telah mendapatkan ijazah Manzhumah Jazariyyah dari kami, maka ia berhak menyandarkan sanadnya dari jalur ini.

Barakallaahu fiikum.

-Laili Al-Fadhli-
Ijazah tertulis dari Syaikh Kurayyim Rajih untuk seluruh peserta Sama'i Manzhumah Jazariyyah

👇🏻👇🏻👇🏻👇🏻👇🏻