Nasihat Sahabat
1.5K subscribers
4.37K photos
221 videos
1.78K files
5.24K links
WhatsApp: +61 (450) 134 878
FB: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Twitter: @NasihatSalaf
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Email: nasihatsahabatcom@gmail.com
Download Telegram
๐“‘๐“ฒ๐“ผ๐“ถ๐“ฒ๐“ต๐“ต๐“ช๐“ฑ๐“ฒ๐“ป๐“ป๐“ช๐“ฑ๐“ถ๐“ช๐“ท๐“ฒ๐“ป๐“ป๐“ช๐“ฑ๐“ฒ๐“ฒ๐“ถ

JANGAN HIRAUKAN HATERS

Al Imam Asy-Syafi'iy rahimahullah berkata:

โ€œTidak ada seorang pun melainkan dia memiliki fans dan haters. Pasti demikian. Maka hendaklah seorang manusia bersama orang-orang yang menaati Allah ุนุฒ ูˆุฌู„." [Bustanul Arifin 42]

Sumber: Abu Ali Rahmatusshalam
Diposting ulang dengan sedikit penyesuaian redaksional di: https://nasihatsahabat.com/jangan-hiraukan-haters/

โ•โ•โ•โ•โ•โ•

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: nasihatsahabatcom@gmail.com
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
๐“‘๐“ฒ๐“ผ๐“ถ๐“ฒ๐“ต๐“ต๐“ช๐“ฑ๐“ฒ๐“ป๐“ป๐“ช๐“ฑ๐“ถ๐“ช๐“ท๐“ฒ๐“ป๐“ป๐“ช๐“ฑ๐“ฒ๐“ฒ๐“ถ

"๐’๐š๐š๐ญ ๐ฎ๐ฃ๐ข๐š๐ง ๐ญ๐ข๐›๐š, ๐š๐ค๐š๐ง ๐ญ๐ž๐ซ๐ค๐ฎ๐š๐ค ๐š๐ฉ๐š๐ค๐š๐ก ๐ฌ๐ž๐ฌ๐ž๐จ๐ซ๐š๐ง๐  ๐ข๐ญ๐ฎ ๐ฆ๐ฎ๐ฅ๐ข๐š ๐š๐ญ๐š๐ฎ ๐ก๐ข๐ง๐š.."

(Pepatah Arab Klasik)


Sumber: Abu Umar Basyir
๐“‘๐“ฒ๐“ผ๐“ถ๐“ฒ๐“ต๐“ต๐“ช๐“ฑ๐“ฒ๐“ป๐“ป๐“ช๐“ฑ๐“ถ๐“ช๐“ท๐“ฒ๐“ป๐“ป๐“ช๐“ฑ๐“ฒ๐“ฒ๐“ถ

JANGAN BIARKAN BERHALA HAWA NAFSU BERCOKOL DI DALAM DADA KITA

Betapa banyak dosa yang telah kita lakukan di hadapan-Nya. Waktu demi waktu berlalu, dan Allah terus saja membuka pintu tobat. Allah ๏ทป bentangkan tangan-Nya di waktu malam untuk menerima tobat pelaku dosa di siang hari. Allah ๏ทป bentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima tobat pelaku maksiat di malam hari. Apakah Allah kurang pemurah dan pemaaf terhadap kita?!

Demi Allah, tidaklah Allah bakhil dari mencurahkan kesempatan kepada kita untuk memerbaiki diri dan bertobat kepada-Nya. Allah ๏ทป Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah ๏ทป menyeru hamba-hamba-Nya yang melampaui batas kepada dirinya sendiri, agar mereka tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Sesungguhnya Allah ๏ทป mengampuni segala bentuk dosa bagi siapa saja yang mau kembali dan bertobat dengan tulus kepada-Nya.

Sadarlah, bahwa kesempatan untuk bertobat itu masih terbuka, selama nyawa masih belum berada di tenggorokan. Akan tetapi kita tidak mengetahui, kapankah saatnya malaikat maut datang untuk mencabut nyawa kita. Kematian bisa datang kapan saja. Ya, tobat harus kita lakukan sekarang juga.

Kesempatan itu masih terbuka lebar untuk kita. Apakah engkau ragu akan luasnya ampunan Allah dan rahmat-Nya?!
โ€ข Bukankah Allah menerima tobat si pembunuh seratus nyawa?
โ€ข Bukankah Allah menerima tobat orang-orang musyrik penyembah berhala yang berubah menjadi pengikut setia Nabi akhir zaman ๏ทบ?
โ€ข Bukankah Allah menerima tobat Kaโ€™ab bin Malik dan teman-temannya radhiyallahu โ€™anhum ajmaโ€™in?
โ€ข Bukankah Allah menerima tobat Adam dan istrinya โ€˜alaihimassalam yang telah melanggar aturan Rabb mereka?!

Katakanlah, apa yang membuat kita terhalang dari tobat, kalau bukan berhala hawa nafsu yang bercokol di dalam dada kita?

Syekh Zaid bin Hadi al-Madkhali rahimahullah berkata:
โ€œPatut dimengerti, sesungguhnya tidak ada seorang pun yang meninggalkan ibadah kepada Allah, melainkan dia pasti memiliki kecondongan beribadah/ menghamba kepada selain Allah. Mungkin orang itu tidak tampak memuja patung atau berhala. Tidak tampak memuja matahari dan bulan. Akan tetapi dia menyembah hawa nafsu yang menjajah hatinya, sehingga memalingkan dirinya dari beribadah kepada Allah.โ€ [Lihat Thariq al-Wushul ila Idhah ats-Tsalatsah al-Ushul, hal. 147]

Syekh Abdullah bin Shalih al-โ€˜Ubailan Hafizhahullah mengatakan:
โ€œKetahuilah, bahwa tauhid dan mengikuti hawa nafsu adalah dua hal yang bertentangan. Hawa nafsu itu adalah โ€˜berhalaโ€™. Setiap hamba memiliki โ€˜berhalaโ€™ di dalam hatinya sesuai dengan kadar hawa nafsunya. Sesungguhnya Allah mengutus para Rasul-Nya dalam rangka menghancurkan berhala, dan supaya manusia beribadah kepada Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya. Bukanlah maksud Allah adalah hancurnya berhala secara fisik, sementara โ€˜berhalaโ€™ di dalam hati dibiarkan. Akan tetapi, yang dimaksud ialah menghancurkannya mulai dari โ€˜berhalaโ€™ di dalam hati. Bahkan inilah cakupan paling awal.โ€ [Lihat al-Ishbah fi Bayani Manhajis Salaf fit Tarbiyah wal Ishlah, hal. 41]

Dinukil dari: [muslim.or.id]
Diposting ulang dengan sedikit penyesuaian redaksional di: https://nasihatsahabat.com/jangan-biarkan-berhala-hawa-nafsu-bercokol-di-dalam-dada-kita/

โ•โ•โ•โ•โ•โ•

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: nasihatsahabatcom@gmail.com
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
๐“‘๐“ฒ๐“ผ๐“ถ๐“ฒ๐“ต๐“ต๐“ช๐“ฑ๐“ฒ๐“ป๐“ป๐“ช๐“ฑ๐“ถ๐“ช๐“ท๐“ฒ๐“ป๐“ป๐“ช๐“ฑ๐“ฒ๐“ฒ๐“ถ

SEKALI LAGI TENTANG UAH

Dia berkata dalam video yang beredar luas, tentang tidak ada ulama yang berkata Surat Pemusik, dengan perkataan:

"Ya memang gak akan pernah (ada), Joni, karena ulama dulu tuh sudah paham syuaro ya syuaro, penyair ya pemusik. Untuk apa lagi dijelaskan, karena mereka paham. Yang belum paham itu kita. Makanya saya pahamkan. Begitu Cepi."

Ini salah dari berapa sisi:

1. Yang belum paham itu dia.

2. Bahwa yang dimaksud tidak ada ulama yang menyebut dengan Surat Pemusik bukan letterlock (mungkin maksudnya leterlek? -ed), tapi tidak ada ulama yang menggunakan metode pengambilan hukum seperti dia, yang membawa kepada kesimpulan bahwa asy-Syuaraa bisa dimaknai dengan pemusik. Itu yang dimaksud.

Siapa ulama yang bermetode seperti itu? Atau dia merasa tidak perlu kepada para ulama? Alhamdulillah Manhaj Salaf selalu mengajarkan, bahwa dalam memahami teks-teks wahyu, dibutuhkan pertolongan dan bantuan pemahaman dari para ulama.

3. Hatta sebagian ulama yang Allah ๏ทป takdirkan jatuh dalam kekeliruan dengan membolehkan alat musik, tidak ada yang bermetode seperti dia, dengan memaknai asy-Syuaraa dengan pemusik. Mereka membolehkan alat musik karena di sisi mereka hadis larangan alat musik tidak sah. Hanya itu. Mereka tidak otak-atik Alquran seperti dia.

4. Pembahasan tentang alat musik bukan baru muncul kemarin pagi, tapi sudah berjalan lama. Hatta abu Hanifa, Malik, asy-Syafii, Ahmad, al-Bukhary semua mengharamkan alat musik, sehingga tidak benar berpegangan dengan alasan konteks kekinian. Kecuali dia tidak menganggap para ulama tersebut, sehingga berani melangkahi mereka dalam bermetode.

5. Apa yang dilakukan oleh dia ini berbahaya sekali, karena akan membuka pintu kerusakan yang besar. Nanti dengan alasan konteks kekinian, akan datang manusia-manusia yang menamai surat Alquran dengan semau-maunya.

6. Kemudian ketika berbicara dia masuk ke dalam berbicara hadis: "Dari siapa? Dari siapa? Dari siapa?" maka dia telah menelanjangi dirinya sendiri di hadapan manusia, khususnya ahli ilmu dan para pelajar ilmiah yang memberikan perhatian dalam ilmu hadis.

Kaum Muslimin,

Kita selalu memohon kepada Allah ๏ทป agar tetap menjadi hamba-hamba-Nya yang taat dan sami'naa wa atha'naa. Tidak mencari-cari celah ke kiri dan ke kanan. Juga kita memohon agar dianugrahkan hati yang cepat insyaf kembali kepada Al-Haq.

Serta semoga Allah ๏ทป jauhkan kita dari akhlak rendahan seperti meremehkan manusia, mengerdilkan manusia dengan perkara yang hakikatnya bukan suatu aib.

Oleh: Bambang Deny Suatpandy
Diposting ulang dengan sedikit penyesuaian redaksional di: https://nasihatsahabat.com/sekali-lagi-tentang-uah/

โ•โ•โ•โ•โ•โ•

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: nasihatsahabatcom@gmail.com
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
๐“‘๐“ฒ๐“ผ๐“ถ๐“ฒ๐“ต๐“ต๐“ช๐“ฑ๐“ฒ๐“ป๐“ป๐“ช๐“ฑ๐“ถ๐“ช๐“ท๐“ฒ๐“ป๐“ป๐“ช๐“ฑ๐“ฒ๐“ฒ๐“ถ

KRITIKAN UNTUK USTADZ ADI HIDAYAT

Oleh: Al Ustadz Irfandi Makku, Lc hafidzahullah

Dalam ceramah yang disampaikan oleh ustadz Adi Hidayat, Lc. MA dengan judul "Musik dalam Timbangan Alquran dan Sunnah" pada tanggal 4 Mei 2024 terlihat, bahwa beliau menyamakan antara syair dan musik. Beliau memaparkan, bahwa syair yang dimaksudkan berbeda dengan syair dalam Bahasa Indonesia. Dan memang berbeda antara syair di dalam Bahasa Arab dan syair di dalam Bahasa Indonesia.

Di antara perbedaan mendasar dari keduanya, syair di dalam bahasa Arab memiliki aturan timbangan dari sisi panjang pendek, sukun dan harakat, dan ini tidak ada di dalam Bahasa Indonesia.
Namun beliau terjatuh dalam kekeliruan karena menganggap, bahwa syair harus memiliki iqo' atau irama. Padahal syair itu bukan iqo', tapi timbangan atau wazan.

Mulai sekitar menit ke 28 sampai 30-an beliau membahas tentang ilmu syair atau ilmu 'arudh. Tapi beliau terjatuh dalam beberapa kesalahan, dan berbeda dengan aturan baku yang ada dalam ilmu 'arudh atau ilmu tentang syair.

Perlu diketahui, bahwa syair dalam bahasa Arab jika didefinisikan secara bebas, yaitu susunan kata yang diucapkan oleh orang Arab dengan tujuan tertentu. Dan secara tabiat atau spontanitas, orang Arab berucap dengannya sesuai dengan timbangan atau wazannya. Jika salah ucap atau mensukun yang berharokat, atau sebaliknya, pasti akan ketahuan, karena tidak sesuai dengan timbangannya.
Lalu timbangan syair-syair tersebut diteliti oleh Al-Kholil Al-Farohidi. Dan beliau menyimpulkan, bahwa timbangan syair-syair dalam bahasa Arab tidak keluar dari 15 wazan yang dikenal dengan Bahar Syi'ir. Kemudian diteliti lagi oleh murid beliau yaitu Al-Akhfasy Al-Ausath, lalu mendapati, bahwa masih ada satu wazan yang belum ditemukan oleh guru beliau, sehingga jumlahnya semuanya ada 16 wazan.

Ini sama dengan ilmu nahwu, di mana orang Arab dahulu ketika mengucapkan kalimat, maka pasti sesuai dengan kaidah. Misalnya fail pasti marfu'. Tapi mereka tidak memahami, bahwa itu namanya fail. Artinya secara tabiat orang Arab pasti berucap seperti itu, dan tidak salah harakat. Ketika mereka berkata:

ู‚ุงู„ ู…ุญู…ุฏุŒ

Pasti kata "Muhammadun" didhommah.

Lalu setelahnya disimpulkan kaidah tersebut oleh Abul Aswad Ad-Duali (menurut salah satu pendapat), sehingga dikenallah ilmu yang disebut dengan ilmu Nahwu.

Kesalahan lain dari beliau, ketika menyebutkan Bahar Madid, beliau salah dalam menyebutkan timbangannya. Padahal tidak ada timbangan yang seperti itu. Yang benar bahwa timbangan madid adalah:

ูุงุนู„ุงุช ูุนูˆู„ู† ูุงุนู„ุงุช

Kesalahan beliau yang lain adalah ketika mencontohkan Bahar Madid dengan:

"Thola'al Badru alaina..."

Padahal itu bukan Madid, tapi Bahar Romal Majzu'.

Kesalahan beliau yang lain adalah ketika menyebutkan Rojaz yang dicontohkan adalah rojaz majzu', Padahal seharusnya disebutkan secara jelas, karena perbedaan antara keduanya.

Kesalahan beliau yang lain adalah ketika mencontohkan Rojaz, beliau keliru dalam menyebutkan awal bait:

"Souttussafiril bulbuli"

Ditasydid pada shoutusshofiri, padahal tidak di tasydid. Mungkin kita akan menganggap bahwa hal itu wajar. Tapi dalam ilmu Arudh dianggap tidak wajar, dan itu memengaruhi wazan. Karena orang yang paham ilmu Arudh ketika mendengarnya akan mengetahui, bahwa ternyata ada yang keliru.

Kesalahan lain ketika menyebutkan bait syair tersebut (bait shoutu sofiril bulbuli), ada sebagian bait yang dilangkahi. Walaupun itu bersifat manusiawi, kalau salah dari sisi hafalan.

Masih banyak kekeliruan lain yang bisa dikritik secara ilmiah. Tapi saya hanya fokus pada substansi permasalahan, yaitu ilmu tentang syair Arab yang menyebabkan beliau menyamakan antara syair dan musik.

Jika ada kekeliruan dalam tulisan ini, silakan dikritik secara ilmiah. Dan saya sangat bersyukur jika ada yang mengingatkan kekeliruan tersebut.

Semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada kita semua. Aamiin.
Wallahua a'lam.
Media is too big
VIEW IN TELEGRAM
๐“‘๐“ฒ๐“ผ๐“ถ๐“ฒ๐“ต๐“ต๐“ช๐“ฑ๐“ฒ๐“ป๐“ป๐“ช๐“ฑ๐“ถ๐“ช๐“ท๐“ฒ๐“ป๐“ป๐“ช๐“ฑ๐“ฒ๐“ฒ๐“ถ

JIKA IBU MENINGGAL NANTI

Sumber: Ikhwaan Makassar
๐“‘๐“ฒ๐“ผ๐“ถ๐“ฒ๐“ต๐“ต๐“ช๐“ฑ๐“ฒ๐“ป๐“ป๐“ช๐“ฑ๐“ถ๐“ช๐“ท๐“ฒ๐“ป๐“ป๐“ช๐“ฑ๐“ฒ๐“ฒ๐“ถ

UNTAIAN MUTIARA DARI PARA SALAF TENTANG ILMU

Di antara perkataan dari para Salaf tentang kemuliaan ilmu dan ulama:

Umar bin Al Khaththab radhiyallahu anhu berkata:

ู…ูŽูˆู’ุชู ุงูŽู„ู’ูู ุนูŽุงุจูุฏู ุงูŽู‡ู’ูˆูŽู†ู ู…ูู†ู’ ู…ูŽูˆู’ุชู ุนูŽุงู„ูู…ู ุจูŽุตููŠู’ุฑู ุจูุญูŽู„ูŽุงู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุญูŽุฑูŽุงู…ูู‡ู

โ€œMatinya seribu ahli ibadah lebih ringan daripada kematian satu orang โ€˜alim yang faham halal dan haram terhadap hukum Allah.โ€ [Miftah Daaris Saโ€™aadah, Ibnul Qayyim 1/398]

Abu Hurairah dan Abu Dzar radhiyallahu anhuma berkata:

ยซุจูŽุงุจูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ุชูŽุชูŽุนูŽู„ู‘ูŽู…ูู‡ู ุฃูŽุญูŽุจู‘ู ุฅูู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฃูŽู„ู’ูู ุฑูŽูƒู’ุนูŽุฉู ุชูŽุทูŽูˆู‘ูุนูุŒ ูˆูŽุจูŽุงุจูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ุชูุนูŽู„ู‘ูู…ูู‡ู ุนูู…ูู„ูŽ ุจูู‡ู ุฃูŽูˆู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุนู’ู…ูŽู„ู’ ุจูู‡ู ุฃูŽุญูŽุจู‘ู ุฅูู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ู…ูุงุฆูŽุฉู ุฑูŽูƒู’ุนูŽุฉู ุชูŽุทูŽูˆู‘ูุนูยป

โ€œMemelajari satu bab dari ilmu lebih kami cintai daripada salat sunnah seribu rakaat. Dan mengajarkan satu bab ilmu, baik diamalkan ataupun tidak dengannya, lebih kami sukai daripada salat sunnah seratus rakaat.โ€ [Jaamiโ€™u Bayanil โ€˜Ilmi, Ibnu โ€˜Abdil Barr 1/25]

Abdullah bin Masโ€™ud radhiyallahu anhu berkata:

ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุจูุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ู‚ูŽุจู’ู„ูŽ ุงูŽู†ู’ ูŠูุฑู’ููŽุนูŽ ูˆูŽุฑูŽูู’ุนูู‡ู ู‡ูŽู„ูŽุงูƒู ุงู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ููŽูˆูŽุงู„ู‘ูŽุฐููŠู’ ู†ูŽูู’ุณููŠู’ ุจููŠูŽุฏูู‡ู ู„ูŽูŠูŽูˆูŽุฏู‘ูŽู†ู‘ูŽ ุฑูุฌูŽุงู„ูŒ ู‚ูุชูู„ููˆู’ุง ูููŠู’ ุณูŽุจููŠู’ู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุดูู‡ูŽุฏูŽุงุกูŽ ุงูŽู†ู’ ูŠูŽุจู’ุนูŽุซูŽู‡ูู…ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกูŽ ู„ูู…ูŽุง ูŠูŽุฑูŽูˆู’ู†ูŽ ู…ูู†ู’ ูƒูŽุฑูŽุงู…ูŽุชูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽ ุงูŽุญูŽุฏู‹ุง ู„ูŽู…ู’ ูŠููˆู’ู„ูŽุฏู’ ุนูŽุงู„ูู…ู‹ุง ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ุจูุงู„ุชู‘ูŽุนูŽู„ู‘ูู…ู

โ€œHendaklah engkau belajar ilmu sebelum ilmu itu diangkat. Dan diangkatnya ilmu itu dengan wafatnya para ulama. Maka demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh orang-orang yang mati di jalan Allah sebagai syahid berkeinginan untuk dibangkitkan sebagai ulama, karena mereka melihat dari kemuliaan para ulama. Dan sesungguhnya seseorang itu tidak dilahirkan dalam keadaan berilmu. Sesungguhnya ilmu itu dipelajari.โ€ [Miftah Daaris Saโ€™aadah, Ibnu Qayyim 1/397]

Salman al Farisi radhiyallahu anhu berkata:

ุงูŽู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ูƒูŽุซููŠู’ุฑูŒ ูˆูŽุงู„ู’ุนูู…ู’ุฑู ู‚ูŽุตููŠู’ุฑูŒ ููŽุฎูุฐู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ู…ูŽุง ุชูŽุญู’ุชูŽุงุฌู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ูููŠู’ ุฃูŽู…ู’ุฑู ุฏููŠู’ู†ููƒูŽ.

โ€œIlmu itu banyak, sedangkan umur itu pendek (terbatas). Maka ambillah ilmu (yang terpenting) yang engkau butuhkan dalam urusan agamamu.โ€ [Shifatush Shafwah, 1/546).

Dari Kumail bin Ziyad An Nakhaโ€™I berkata, Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu anhu menarik tanganku. Dia membawaku keluar kearah padang pasir. Sesampainya di tempat yang luas dia menghela nafas, kemudian berkata:

ูŠูŽุง ูƒูู…ูŽูŠู’ู„ู ุจู’ู†ูŽ ุฒููŠูŽุงุฏู ุงู„ู’ู‚ูู„ููˆุจู ุฃูŽูˆู’ุนููŠูŽุฉูŒ ููŽุฎูŽูŠู’ุฑูู‡ูŽุง ุฃูŽูˆู’ุนูŽุงู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุงุญู’ููŽุธู’ ู…ูŽุง ุฃูŽู‚ููˆู„ู ู„ูŽูƒูŽ: ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉูŒ: ููŽุนูŽุงู„ูู…ูŒ ุฑูŽุจู‘ูŽุงู†ููŠู‘ูŒุŒ ูˆูŽู…ูุชูŽุนูŽู„ู‘ูู…ูŒ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽุจููŠู„ู ู†ูŽุฌูŽุงุฉูุŒ ูˆูŽู‡ูŽู…ูŽุฌูŒ ุฑูŽุนูŽุงุนูŒ ุฃูŽุชู’ุจูŽุงุนู ูƒูู„ู‘ู ู†ูŽุงุนูู‚ูุŒ ูŠูŽู…ููŠู„ููˆู†ูŽ ู…ูŽุนูŽ ูƒูู„ู‘ู ุฑููŠุญูุŒ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุณู’ุชูŽุถููŠุฆููˆุง ุจูู†ููˆุฑู ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ูุŒ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽู„ู’ุฌูŽุฆููˆุง ุฅูู„ูŽู‰ ุฑููƒู’ู†ู ูˆูŽุซููŠู‚ู. ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุงู„ูุŒ ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ูŠูŽุญู’ุฑูุณููƒูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุชูŽุญู’ุฑูุณู ุงู„ู’ู…ูŽุงู„ูŽุŒ ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ูŠูŽุฒู’ูƒููˆ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุนูŽู…ูŽู„ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุงู„ู ุชูู†ู’ู‚ูุตูู‡ู ุงู„ู†ู‘ูŽููŽู‚ูŽุฉูุŒ ูˆูŽู…ูŽุญูŽุจู‘ูŽุฉู ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูู…ู ุฏูŽูŠู’ู†ูŒ ูŠูุฏูŽุงู†ู ุจูู‡ูŽุง

โ€œWahai Kumail bin Ziyad, hati itu adalah bejana. Dan sebaik-baiknya adalah yang paling banyak menampung (ilmu). Ingatlah apa yang akan aku katakan kepadamu. Manusia itu ada tiga golongan:
โ€ข Orang berilmu yang saleh (Robbani),
โ€ข Orang yang terus belajar pada jalan keselamatan, dan
โ€ข Orang jahat dan awam. Dia mengikuti setiap yang bersuara. Selalu berayun kemana pun angin bertiup (tidak punya pendrian). Hidupnya tidak disinari cahaya ilmu, tidak pula berlindung pada pondasi yang kuat.

๏ƒ˜ Ilmu itu lebih baik dari harta. Ilmu yang menjagamu, sedangkan harta, engkau yang menjaganya.
๏ƒ˜ Ilmu itu bertambah ketika diamalkan, sedangkan harta berkurang bila diinfakkan.
๏ƒ˜ Ilmulah yang menghukumi, sedangkan harta yang dihukumi.
๏ƒ˜ Mencintai ahli ilmu adalah bagian dari agama, yang berpahala.โ€ [Al Hilyah, Abu Nuโ€™aim 1/79]

Imam Ibnu Sirin rahimahullah berkata:

ุฅูู†ู‘ูŽ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ูŽ ุฏููŠู’ู†ูŒ ููŽุงู†ู’ุธูุฑููˆู’ุง ุนูŽู…ู‘ูŽู†ู’ ุชูŽุฃู’ุฎูุฐููˆู’ู†ูŽ ุฏููŠู’ู†ูŽูƒูู…ู’.

โ€œSesungguhnya ilmu ini adalah agama. Maka perhatikanlah kepada siapa kalian mengambil agama kalian.โ€ [Shahih Muslim, 1/7]

Saโ€™id Al Musayyib rahimahullah berkata:

ู„ูŽูŠู’ุณูŽุชู’ ุนูุจูŽุงุฏูŽุฉู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ ุจูุงู„ุตู‘ูŽูˆู’ู…ู ูˆูŽุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ุจูุงู„ู’ููู‚ู’ู‡ู ูููŠู’ ุฏููŠู’ู†ูู‡ู
โ€œIbadah kepada Allah itu bukan dengan puasa, salat, akan tetapi dengan bertafaqquh (memelajari) agamanya.โ€ [Mifatah Daaris Saโ€™aadah, Ibnu Qayyim 1/389]

Muhammad bin Syihab Az Zuhri rahimahullah berkata:

ยซู…ูŽุง ุนูุจูุฏูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจูู…ูุซู’ู„ู ุงู„ู’ููู‚ู’ู‡ูยป

โ€œTidak ada bentuk mengibadahi Allah seperti memelajari ilmu agama.โ€ [Mifatah Daaris Saโ€™aadah, Ibnu Qayyim 1/390]

Imam Al Hasan Bashri rahimahullah berkata:

ู„ูŽุฃูŽู†ู’ ุฃูŽุชูŽุนูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุจูŽุงุจู‹ุง ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ููŽุฃูุนูŽู„ู‘ูู…ูŽู‡ู ู…ูุณู’ู„ูู…ู‹ุง ุฃูŽุญูŽุจู‘ู ุฅู„ูŽูŠู‘ูŽ ู…ูู†ู’ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽูƒููˆู†ูŽ ู„ููŠ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูƒูู„ู‘ูู‡ูŽุง ูููŠ ุณูŽุจููŠู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰

โ€œSungguh aku memelajari satu bab Ilmu, lalu aku ajarkan kepada seorang Muslim, itu lebih aku cintai daripada aku memiliki dunia dan seluruh isinya, lalu aku infakkan di jalan Allah Taโ€™ala.โ€ [Al Majmuโ€™ Syarah Al Muhadzab, An Nawawi 1/21]

Imam Syafiโ€™I rahimahullah berkata:

ุทูŽู„ูŽุจู ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ู…ูู†ู’ ุตูŽู„ูŽุงุฉู ุงู„ู†ู‘ูŽุงููู„ูŽุฉู

โ€œMenuntut ilmu lebih utama daripada salat sunnah.โ€ [Shifatush Shafwah, 2/251]

Beliau rahimahullah juga mengatakan:

ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุดูŽูŠู’ุกูŒ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ู’ููŽุฑูŽุงุฆูุถู ุฃูŽูู’ุถูŽู„ูŽ ู…ูู†ู’ ุทูŽู„ูŽุจู ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู

โ€œTidak ada sesuatu yang lebih utama setelah yang fardlu dibandingkan mencari ilmu.โ€ [Al Majmuโ€™ Syarah Al Muhadzab, An Nawawi 1/121]

Dalam gubahan syairnya Imam Syafiโ€™i berkata:

ุชูŽุนูŽู„ู‘ูŽู…ู’ ููŽู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุฑู’ุกู ูŠููˆู’ู„ูŽุฏู ุนูŽุงู„ูู€ู…ู‹ู€ู€ุง
ูˆูŽู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุฃูŽุฎููˆู’ ุนูู„ู’ู…ู ูƒูŽู…ูŽู†ู’ ู‡ููˆูŽ ุฌูŽุงู‡ูู€ู„ู
ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽ ูƒูŽุจููŠู’ุฑูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ู„ูŽุง ุนูู„ู’ู…ูŽ ุนูู€ู†ู’ู€ุฏูŽู‡ู
ุตูŽุบููŠู’ุฑูŒ ุฅูุฐูŽุง ุงู„ู’ุชูŽููŽุชู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู’ุฌูŽุญูŽุงููู„ู
ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽ ุตูŽุบููŠู’ุฑูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ุนูŽุงู„ูู…ู‹ุง
ูƒูŽุจููŠู’ุฑูŒ ุฅูุฐูŽุง ุฑูุฏู‘ูŽุชู’ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู’ู…ูŽุญูŽู€ุงููู€ู„ู

โ€œBelajarlah, karena tak seorang pun dilahirkan berilmu.
Dan tidaklah orang yang berilmu seperti orang bodoh.
Biarpun pembesar bangsa tapi tidak berilmu.
Ia kecil ketika pasukan mengepungnya.
Biarpun orang kecil tapi berilmu.
Ia besar ketika banyak orang merujuk kepadanya.โ€ [Ad Diwan As Syafiโ€™I hal. 69]

Penyair mengatakan dalam gubahan syairnya:

ู…ูŽุง ุงู’ู„ููŽุฎู’ุฑู ุฅูู„ู‘ูŽุง ู„ูุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู’ู„ุนูู„ู’ู…ู ุฅู†ู‘ูŽู‡ูู…ููˆ
ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู’ู„ู‡ูุฏูŽู‰ ู„ูู…ูŽู†ู ุงุณู’ุชูŽู‡ู’ุฏูŽู‰ ุฃูŽุฏูู„ู‘ูŽุงุกู
ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ุฑู ูƒูู„ู‘ู ุงู…ู’ุฑูุฆู ู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูุญู’ุณูู†ูู‡ู
ูˆูŽุงู’ู„ุฌูŽุงู‡ูู„ููˆู’ู†ูŽ ู„ูุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู’ู„ุนูู„ู’ู…ู ุฃูŽุนุฏูŽุงุกู

โ€œTiada kemuliaan kecuali bagi ahli ilmu.
Mereka pemandu jalan hidayah bagi pencarinya.
Nilai setiap orang itu tergantung apa yang dia tekuni.
Sedangkan orang yang bodoh terhadap orang berilmu, memusuhi." [Al Majmuโ€™ Syarah Muhadzab 1/21]

Penyair lain mengatakan:

ูŠูุนูŽุฏู‘ู ุฑูŽูููŠู’ุนู ุงู„ู‚ูŽูˆู’ู…ู ู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ุนูŽุงู„ูู…ู‹ุง
ูˆูŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽูƒูู†ู’ ูููŠู’ ู‚ูŽูˆู’ู…ูู‡ู ุจูุญูŽุงุณูุจู
ูˆูŽุฅูู†ู’ ุญูŽู„ู‘ูŽ ุฃูŽุฑู’ุถู‹ุง ุนูŽุงุดูŽ ูููŠู’ู‡ูŽุง ุจูุนูู„ู’ู…ูู‡ู
ูˆูŽู…ูŽุง ุนูŽุงู„ูู…ูŒ ูููŠู’ ุจูŽู„ู’ุฏูŽุฉู ุจูุบูŽุฑููŠู’ุจู

โ€œOrang berilmu dipandang sebagai orang petinggi bangsa,
Meskipun tak tergolong orang bangsawan.
Di bumi manapun ia tinggal, tetap hidup dengan ilmunya.
Dan seorang berilmu tak kan asing di negeri mana pun.โ€ ['Uyunul Akhbar, Ibnu Qutaibah, 2/136]

Oleh: Abu Ghozie As Sundawie
Diposting ulang dengan sedikit penyesuaian redaksional di: https://nasihatsahabat.com/untaian-mutiara-dari-para-salaf-tentang-ilmu/

โ•โ•โ•โ•โ•โ•

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: nasihatsahabatcom@gmail.com
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat