# Salafi Bukan Aliran Tertentu Tetapi Penisbatan Kepada Salaf (Rasulullah, Sahabat Dan Generasi Terbaik)
Salafi bukanlah suatu aliran atau kelompok tertentu, akan tetapi salafi adalah penisbatan kepada para salaf yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat, dan generasi terbaik yaitu Tabi’in dan tabi;ut tabi’in.
Bagi yang sudah belajar bahasa Arab tentu mereka paham. Bahwa kata “salaf” (سلف) jika ditambahkan huruf “ya nisbah” maka artinya adalah penisbatan. Sebagaimana kata yang sudah sering kita dengar “Islami” adalah penisbatan kepada Islam. Jadilah “pakaian Islami, akhlak Islami”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa beliau adalah “salaf”. Beliau berkata kepada putri beliau yaitu Fathimah:
اِتَّقِيْ اللهَ وَاصْبِرِي فَإِنَّ نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ
“Bertakwalah kamu dan bersabarlah karena sesungguhnya sebaik-baik Salaf bagi kamu adalah aku”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Begitu juga Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada putrinya yang hendak akan meninggal,
اِلْحَقِيْ بِسَلَفِنَا الصَّالِحِ عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُوْنٍ.
“Susul-lah para salaf (pendahulu) kita yang shalih, Utsman bin Mazh’un.” (HR ath Thabrani di dalam al Mu’jam al Ausath no. 5736)
Demikian juga dengan penyebutan “dakwah salafiyah”. Bagi yang sudah belajar bahasa Arab tentu paham. Artinya adalah dakwah menyeru kepada pemahaman para salaf dalam beragama.
Para salaf tersebut adalah generasi terbaik dalam Islam yang mana pemahaman agama mereka yang paling baik dan tentu harus kita ikuti. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
خَيْرُكُمْ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ، إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمًا يَخُونُونَ وَلاَ يُؤْتَمَنُونَ، وَيَشْهَدُونَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُونَ، وَيَنْذِرُونَ وَلاَ يَفُونَ، وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ
“Generasi terbaik adalah generasi di zamanku, kemudian generasi setelahnya (tabi’in), kemudian generasi setelahnya (tabi’ut tabi’in). (HR. Bukhari 2651 dan Muslim 6638)
Jadi jika ada ungkapan “saya keluar dari salafi”, tentu belum memahami benar istilah ini dan semoga mereka yang berkata demikian bisa memahami dan mendapatkan kebaikan yang banyak.
Kenapa sih kok ada istilah salafi?
Sumbernya dari hadits bahwa umat akan terpecah belah menjadi beberapa 73 golongan (aliran) semunya akan masuk neraka (tidak kekal) kecuali satu yang selamat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثَةٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً. قِيلَ: مَنْ هِيَ يَا رَسُولَ الَّهلِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ
“Umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu golongan. Beliau ditanya, ‘Siapakah dia wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘(Golongan) yang berada di atas jalan hidup (manhaj) yang aku dan para sahabatku berada’.” (HR. At-Tirmidzi )
Nah, satu yang selamat inilah yang dimaksudkan oleh para ulama. Berdasarkan penelitian para ulama nama satu kelompok ini ada banyak misalnya Firqotun najiyyah, Ahlus sunnah wal jamaah, ahlul Hadits, Salafi dan lain-lain.
Dahulunya para ulama mengenalkan dan mempopulerkan istilah ahli hadits atau ahlus sunnah wal jamaah. Akan tetapi tatkala semua pihak dan aliran yang menyimpang juga mengaku bahwa mereka adalah ahlus sunnah wal jamaah, maka para ulama belakangan mempopulerkan istilah “salafi”.
Akan tetapi saat inipun cukup banyak yang mengaku salafi tetapi akhlak, agama dan kepribadian mereka tidak sesuai dengan akhlak dan agama para salaf.
Tidak heran ada yang berkomentar “salafi itu aliran keras dan maunya memang sendiri saja”
bisa jadi karena ulah “oknum” tetapi jangan digeneralisir. Padahal para salaf mengajarkan agar dakwah itu hukum asalnya lembut, menghindari debat kusir walaupun kita menang secara ilmu, murah senyum dan berwajah ceria, serta menginginkan kebaikan kepada saudaranya.
Tidak heran ada yang berkomentar “salafi itu gampang membid’ahkan, mengkafirkan, dikit-dikit bid’ah”
Salafi bukanlah suatu aliran atau kelompok tertentu, akan tetapi salafi adalah penisbatan kepada para salaf yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat, dan generasi terbaik yaitu Tabi’in dan tabi;ut tabi’in.
Bagi yang sudah belajar bahasa Arab tentu mereka paham. Bahwa kata “salaf” (سلف) jika ditambahkan huruf “ya nisbah” maka artinya adalah penisbatan. Sebagaimana kata yang sudah sering kita dengar “Islami” adalah penisbatan kepada Islam. Jadilah “pakaian Islami, akhlak Islami”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa beliau adalah “salaf”. Beliau berkata kepada putri beliau yaitu Fathimah:
اِتَّقِيْ اللهَ وَاصْبِرِي فَإِنَّ نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ
“Bertakwalah kamu dan bersabarlah karena sesungguhnya sebaik-baik Salaf bagi kamu adalah aku”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Begitu juga Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada putrinya yang hendak akan meninggal,
اِلْحَقِيْ بِسَلَفِنَا الصَّالِحِ عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُوْنٍ.
“Susul-lah para salaf (pendahulu) kita yang shalih, Utsman bin Mazh’un.” (HR ath Thabrani di dalam al Mu’jam al Ausath no. 5736)
Demikian juga dengan penyebutan “dakwah salafiyah”. Bagi yang sudah belajar bahasa Arab tentu paham. Artinya adalah dakwah menyeru kepada pemahaman para salaf dalam beragama.
Para salaf tersebut adalah generasi terbaik dalam Islam yang mana pemahaman agama mereka yang paling baik dan tentu harus kita ikuti. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
خَيْرُكُمْ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ، إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمًا يَخُونُونَ وَلاَ يُؤْتَمَنُونَ، وَيَشْهَدُونَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُونَ، وَيَنْذِرُونَ وَلاَ يَفُونَ، وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ
“Generasi terbaik adalah generasi di zamanku, kemudian generasi setelahnya (tabi’in), kemudian generasi setelahnya (tabi’ut tabi’in). (HR. Bukhari 2651 dan Muslim 6638)
Jadi jika ada ungkapan “saya keluar dari salafi”, tentu belum memahami benar istilah ini dan semoga mereka yang berkata demikian bisa memahami dan mendapatkan kebaikan yang banyak.
Kenapa sih kok ada istilah salafi?
Sumbernya dari hadits bahwa umat akan terpecah belah menjadi beberapa 73 golongan (aliran) semunya akan masuk neraka (tidak kekal) kecuali satu yang selamat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثَةٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً. قِيلَ: مَنْ هِيَ يَا رَسُولَ الَّهلِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ
“Umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu golongan. Beliau ditanya, ‘Siapakah dia wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘(Golongan) yang berada di atas jalan hidup (manhaj) yang aku dan para sahabatku berada’.” (HR. At-Tirmidzi )
Nah, satu yang selamat inilah yang dimaksudkan oleh para ulama. Berdasarkan penelitian para ulama nama satu kelompok ini ada banyak misalnya Firqotun najiyyah, Ahlus sunnah wal jamaah, ahlul Hadits, Salafi dan lain-lain.
Dahulunya para ulama mengenalkan dan mempopulerkan istilah ahli hadits atau ahlus sunnah wal jamaah. Akan tetapi tatkala semua pihak dan aliran yang menyimpang juga mengaku bahwa mereka adalah ahlus sunnah wal jamaah, maka para ulama belakangan mempopulerkan istilah “salafi”.
Akan tetapi saat inipun cukup banyak yang mengaku salafi tetapi akhlak, agama dan kepribadian mereka tidak sesuai dengan akhlak dan agama para salaf.
Tidak heran ada yang berkomentar “salafi itu aliran keras dan maunya memang sendiri saja”
bisa jadi karena ulah “oknum” tetapi jangan digeneralisir. Padahal para salaf mengajarkan agar dakwah itu hukum asalnya lembut, menghindari debat kusir walaupun kita menang secara ilmu, murah senyum dan berwajah ceria, serta menginginkan kebaikan kepada saudaranya.
Tidak heran ada yang berkomentar “salafi itu gampang membid’ahkan, mengkafirkan, dikit-dikit bid’ah”
bisa jadi karena ulah “oknum” tetapi jangan digeneralisir. Padahal para salaf mengajarkan agar tidak sembarangan membi’dahkan dan mengkafirkan. Kehormatan seorang muslim itu tinggi. Jika benar dia itu adalah bid’ah dan syirik, maka pelakunya belum tentu dicap ahli bid’ah dan ahli kesyirikan karena bisa jadi ada udzur syar’i. kalaupun iya, mereka melakukan, maka ada caranya menyampaikan, tentu dengan seni berdakwah bukan sembarangan.
Ingat, para salaf mengajarkan, dakwah adalah menginginkan kebaikan kepada saudaranya, caranya harus baik dan lembut dan tepat keadaan. Jika dakwah diterima alhamdulillah, jika ditolak mka mereka didoakan serta tidak boleh dimusuhi karena mereka adalah saudara kita dan memiliki hak-hak persaudaraan seIslam.
Ulama sejak dahulu sudah menggunakan Istilah “salaf”
Kata “salaf” bukanlah kata-kata yang baru ulama sejak dahulu sdah menggunakannya. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana pada hadits yang kami bawakan di awal.
Berikut kami nukil perkataan ulama-ulama sejak zaman dahulu yang sudah dikenal oleh kita:
1.Imam Asy-Syafi’i rahimahullah (wafat 204 H)
وأعرف حق السلف الذين اختارهم الله تعالى لصحبة نبيه صلى الله عليه وسلم، والأخذ بفضائلهم، وامسك عما شجر بينهم صغيره وكبيره
“Dan aku mengakui hak para salaf yang telah dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan memegang dengan keutamaan-keutamaan mereka, dan aku menahan diri dari perkara yang mereka percekcokan baik yang kecil atau besar.” (Al-Amru bi-ittiba’, As-Suyuthiy)
2. Ahli tafsir Ibnu Katsir rahimahullah
وأما قوله تعالى: ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ فللناس في هذا المقام مقالات كثيرة جدا، ليس هذا موضع بسطها، وإنما يُسلك في هذا المقام مذهب السلف الصالح: مالك، والأوزاعي، والثوريوالليث بن سعد، والشافعي، وأحمد بن حنبل، وإسحاق بن راهويه وغيرهم، من أئمة المسلمين قديما وحديثا، وهو إمرارها كما جاءت من غير تكييف ولا تشبيه ولا تعطيل
“Sedangkan firman Allah ta’ala: ‘Kemudian Dia istiwa’ di atas ‘Arsy’, maka orang-orang dalam masalah ini mempunyai pendapat yang sangat banyak. Dan ini bukanlah tempat untuk menjabarkannya. Pendapat inilah yang ditempuh oleh mazhabnya As-Salaf As-Shalih yaitu Imam Malik, Al-Auza’i, Sufyan Ats-Tsauri, Al-Laits bin Sa’ad, Asy-Syafi’i, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rohuyah dan imam-imam kaum muslimin baik yang dahulu dan sekarang, yakni membiarkannya tanpa takyif, tasybih dan ta’thil. (Tafsir Ibnu Katsir 3/426-427, syamilah)
3. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata
وَاحْتَجَّ الشَّافِعِيُّ – رحمه الله – بِمَا رَوَى عَمْرُو بْنُ دِينَارٍعن ابن عمر رضي الله عنهما أَنَّهُ كَرِهَ أَنْ يَدَّهِنَ فِي عَظْمِ فِيلٍ لِأَنَّهُ مَيْتَةٌ، والسلف يطلقون الكراهة و يريدون بها التحريم
“Imam Asy-Syafii rahimahullah berhujjah dengan yang diriwayatkan oleh Amr bin Dinar dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma bahwa beliau memakruhkan memakai minyak pada tulang gajah, karena itu bangkai. Dan Ulama salaf memberikan istilah dengan makruh sedangkan maksud mereka adalah pengharaman.” (Al-Majmu’ 1/127)
Demikian semoga bermanfaat
@Markaz YPIA, Yogyakarta tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
Link Artikel:
https://muslimafiyah.com/salafi-bukan-aliran-tertentu-tetapi-penisbatan-kepada-salaf-rasulullah-sahabat-dan-generasi-terbaik.html
.
Ayo berpartisipasi dakwah bersama kami dengan berdonasi ke:
Bank Syariah Indonesia
No.Rek : 3000444331
A.n. : Muslimafiyah Indonesia
Info dan Konfirmasi :
WA 0895386253373
Yayasan Muslimafiyah Indonesia
______
Gabung grop WA ARTIKEL dakwah dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Insyaallah dikirim artikel setiap hari
Silakan klik link:
https://wa.me/62895341555542
Kirim dengan format:
#Nama#Daerah#Ikhwan/Akhwat
Ingat, para salaf mengajarkan, dakwah adalah menginginkan kebaikan kepada saudaranya, caranya harus baik dan lembut dan tepat keadaan. Jika dakwah diterima alhamdulillah, jika ditolak mka mereka didoakan serta tidak boleh dimusuhi karena mereka adalah saudara kita dan memiliki hak-hak persaudaraan seIslam.
Ulama sejak dahulu sudah menggunakan Istilah “salaf”
Kata “salaf” bukanlah kata-kata yang baru ulama sejak dahulu sdah menggunakannya. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana pada hadits yang kami bawakan di awal.
Berikut kami nukil perkataan ulama-ulama sejak zaman dahulu yang sudah dikenal oleh kita:
1.Imam Asy-Syafi’i rahimahullah (wafat 204 H)
وأعرف حق السلف الذين اختارهم الله تعالى لصحبة نبيه صلى الله عليه وسلم، والأخذ بفضائلهم، وامسك عما شجر بينهم صغيره وكبيره
“Dan aku mengakui hak para salaf yang telah dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan memegang dengan keutamaan-keutamaan mereka, dan aku menahan diri dari perkara yang mereka percekcokan baik yang kecil atau besar.” (Al-Amru bi-ittiba’, As-Suyuthiy)
2. Ahli tafsir Ibnu Katsir rahimahullah
وأما قوله تعالى: ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ فللناس في هذا المقام مقالات كثيرة جدا، ليس هذا موضع بسطها، وإنما يُسلك في هذا المقام مذهب السلف الصالح: مالك، والأوزاعي، والثوريوالليث بن سعد، والشافعي، وأحمد بن حنبل، وإسحاق بن راهويه وغيرهم، من أئمة المسلمين قديما وحديثا، وهو إمرارها كما جاءت من غير تكييف ولا تشبيه ولا تعطيل
“Sedangkan firman Allah ta’ala: ‘Kemudian Dia istiwa’ di atas ‘Arsy’, maka orang-orang dalam masalah ini mempunyai pendapat yang sangat banyak. Dan ini bukanlah tempat untuk menjabarkannya. Pendapat inilah yang ditempuh oleh mazhabnya As-Salaf As-Shalih yaitu Imam Malik, Al-Auza’i, Sufyan Ats-Tsauri, Al-Laits bin Sa’ad, Asy-Syafi’i, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rohuyah dan imam-imam kaum muslimin baik yang dahulu dan sekarang, yakni membiarkannya tanpa takyif, tasybih dan ta’thil. (Tafsir Ibnu Katsir 3/426-427, syamilah)
3. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata
وَاحْتَجَّ الشَّافِعِيُّ – رحمه الله – بِمَا رَوَى عَمْرُو بْنُ دِينَارٍعن ابن عمر رضي الله عنهما أَنَّهُ كَرِهَ أَنْ يَدَّهِنَ فِي عَظْمِ فِيلٍ لِأَنَّهُ مَيْتَةٌ، والسلف يطلقون الكراهة و يريدون بها التحريم
“Imam Asy-Syafii rahimahullah berhujjah dengan yang diriwayatkan oleh Amr bin Dinar dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma bahwa beliau memakruhkan memakai minyak pada tulang gajah, karena itu bangkai. Dan Ulama salaf memberikan istilah dengan makruh sedangkan maksud mereka adalah pengharaman.” (Al-Majmu’ 1/127)
Demikian semoga bermanfaat
@Markaz YPIA, Yogyakarta tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
Link Artikel:
https://muslimafiyah.com/salafi-bukan-aliran-tertentu-tetapi-penisbatan-kepada-salaf-rasulullah-sahabat-dan-generasi-terbaik.html
.
Ayo berpartisipasi dakwah bersama kami dengan berdonasi ke:
Bank Syariah Indonesia
No.Rek : 3000444331
A.n. : Muslimafiyah Indonesia
Info dan Konfirmasi :
WA 0895386253373
Yayasan Muslimafiyah Indonesia
______
Gabung grop WA ARTIKEL dakwah dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Insyaallah dikirim artikel setiap hari
Silakan klik link:
https://wa.me/62895341555542
Kirim dengan format:
#Nama#Daerah#Ikhwan/Akhwat
MuslimAfiyah
Salafi Bukan Aliran Tertentu Tetapi Penisbatan Kepada Salaf (Rasulullah, Sahabat Dan Generasi Terbaik) - MuslimAfiyah
Salafi bukanlah suatu aliran atau kelompok tertentu, akan tetapi salafi adalah penisbatan kepada para salaf yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat, dan generasi terbaik yaitu Tabi’in dan tabi;ut tabi’in. Bagi yang sudah belajar bahasa Arab…
# “Ghuluw” Berlebihan Terhadap Orang Shalih
Hal ini dibahas dalam pelajaran TAUHID, bagaimana setan memiliki trik yang “cukup pintar” agar manusia terjerumus dalam kesyirikan. Setan memanfaatkan sikap berlebihan ini-yaitu terlalu berlebihan- mengkultuskan, memuji berlebihan sampai taraf hak-hak ketuhanan.
Anda Tahu siapakah sebenarnya berhala yang disembah Kafir Quraisy dahulunya? Ternyata mereka adalah orang-orang shalih dahulunya. Misalnya Latta yang disebut dalam Al-Quran, Ia dahulunya adalah orang shalih yang sering membagikan roti bagi jamaah haji. Begitu juga berhala pertama di muka bumi yang disembah oleh kaum nabi Nuh, mereka adalah orang-orang yang shalih.
Allah berfirman,
ﻭَﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻟَﺎ ﺗَﺬَﺭُﻥَّ ﺁﻟِﻬَﺘَﻜُﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺬَﺭُﻥَّ ﻭَﺩّﺍً ﻭَﻟَﺎ ﺳُﻮَﺍﻋﺎً ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻐُﻮﺙَ ﻭَﻳَﻌُﻮﻕَ ﻭَﻧَﺴْﺮﺍً
”Dan mereka (kaum Nabi Nuh) berkata: “Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Tuhan-tuhan kamu, dan janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq maupun Nasr .” (QS Nuh: 23)
Iya benar, Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq maupun Nasr adalah orang shalih dahulunya yang kemudian disembah. Bagaimana bisa disembah? Ibnu Abbas ahli tafsir menceritakan, bagaimana terjadinya kesyirikan PERTAMA KALI di muka bumi:
Ketika orang shalih ini meninggal, kaumnya mersana kehilangan sekali.
Akhirnya datang bisikan setan agar membuat gambar dan patung orang shalih tersebut, bukan untuk disembah tetapi untuk mengingatkan agar kembali semangat beribadah.
Lalu datanglah generasi mereka selanjutnya, maka setan membisikkan bahwa patung ini memiliki keistimewaan semisal bisa memberikan berkah dan lain-lain.
Lalu datang generasi selanjutnya yang makin jauh dengan ilmu agama, akhirnya setan bisa mempengaruhi mereka dan patung-patung tadipun disembah sebagai berhala.
Ada contoh lain lagi, misalnya berlebihan terhadap Nabi, akhirnya ada juga nabi yang disembah. Karena sifat ghuluw/berlebihan ini sudah diperingatkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda:
ﻻَ ﺗُﻄْﺮُﻭْﻧِﻲْ ﻛَﻤَﺎ ﺃَﻃْﺮَﺕِ ﺍﻟﻨَّﺼَﺎﺭَﻯ ﻋِﻴْﺴَﻰ ﺑْﻦَ ﻣَﺮْﻳَﻢَ، ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺃَﻧَﺎ ﻋَﺒْﺪٌ، ﻓَﻘُﻮْﻟُﻮْﺍ ﻋَﺒْﺪَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ
”Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang- orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: Abdullah (hamba Allah) dan Rasulullah (Utusan Allah).” (HR Bukhari dan Muslim)
Jadi sikap kita pertengahan saja, kita hormati dan muliakan orang shalih sesuai kedudukannya dan jangan berlebihan misalnya dengan ngalap berkah dengan baju ustadz atau kyai dan lain sebagainya.
Yuk kita semangat belajar TAUHID, mendakwahkannya, semoga dengan TAUHID kita bisa masuk surga tanpa hisab dan adzab.
@RSUP DR Sardjito, Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
Link Artikel:
https://muslimafiyah.com/ghuluwberlebihan-terhadap-orang-shalih.html
.
Ayo berpartisipasi dakwah bersama kami dengan berdonasi ke:
Bank Syariah Indonesia
No.Rek : 3000444331
A.n. : Muslimafiyah Indonesia
Info dan Konfirmasi :
WA 0895386253373
Yayasan Muslimafiyah Indonesia
______
Gabung grop WA ARTIKEL dakwah dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Insyaallah dikirim artikel setiap hari
Silakan klik link:
https://wa.me/62895341555542
Kirim dengan format:
#Nama#Daerah#Ikhwan/Akhwat
Hal ini dibahas dalam pelajaran TAUHID, bagaimana setan memiliki trik yang “cukup pintar” agar manusia terjerumus dalam kesyirikan. Setan memanfaatkan sikap berlebihan ini-yaitu terlalu berlebihan- mengkultuskan, memuji berlebihan sampai taraf hak-hak ketuhanan.
Anda Tahu siapakah sebenarnya berhala yang disembah Kafir Quraisy dahulunya? Ternyata mereka adalah orang-orang shalih dahulunya. Misalnya Latta yang disebut dalam Al-Quran, Ia dahulunya adalah orang shalih yang sering membagikan roti bagi jamaah haji. Begitu juga berhala pertama di muka bumi yang disembah oleh kaum nabi Nuh, mereka adalah orang-orang yang shalih.
Allah berfirman,
ﻭَﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻟَﺎ ﺗَﺬَﺭُﻥَّ ﺁﻟِﻬَﺘَﻜُﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺬَﺭُﻥَّ ﻭَﺩّﺍً ﻭَﻟَﺎ ﺳُﻮَﺍﻋﺎً ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻐُﻮﺙَ ﻭَﻳَﻌُﻮﻕَ ﻭَﻧَﺴْﺮﺍً
”Dan mereka (kaum Nabi Nuh) berkata: “Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Tuhan-tuhan kamu, dan janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq maupun Nasr .” (QS Nuh: 23)
Iya benar, Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq maupun Nasr adalah orang shalih dahulunya yang kemudian disembah. Bagaimana bisa disembah? Ibnu Abbas ahli tafsir menceritakan, bagaimana terjadinya kesyirikan PERTAMA KALI di muka bumi:
Ketika orang shalih ini meninggal, kaumnya mersana kehilangan sekali.
Akhirnya datang bisikan setan agar membuat gambar dan patung orang shalih tersebut, bukan untuk disembah tetapi untuk mengingatkan agar kembali semangat beribadah.
Lalu datanglah generasi mereka selanjutnya, maka setan membisikkan bahwa patung ini memiliki keistimewaan semisal bisa memberikan berkah dan lain-lain.
Lalu datang generasi selanjutnya yang makin jauh dengan ilmu agama, akhirnya setan bisa mempengaruhi mereka dan patung-patung tadipun disembah sebagai berhala.
Ada contoh lain lagi, misalnya berlebihan terhadap Nabi, akhirnya ada juga nabi yang disembah. Karena sifat ghuluw/berlebihan ini sudah diperingatkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda:
ﻻَ ﺗُﻄْﺮُﻭْﻧِﻲْ ﻛَﻤَﺎ ﺃَﻃْﺮَﺕِ ﺍﻟﻨَّﺼَﺎﺭَﻯ ﻋِﻴْﺴَﻰ ﺑْﻦَ ﻣَﺮْﻳَﻢَ، ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺃَﻧَﺎ ﻋَﺒْﺪٌ، ﻓَﻘُﻮْﻟُﻮْﺍ ﻋَﺒْﺪَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ
”Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang- orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: Abdullah (hamba Allah) dan Rasulullah (Utusan Allah).” (HR Bukhari dan Muslim)
Jadi sikap kita pertengahan saja, kita hormati dan muliakan orang shalih sesuai kedudukannya dan jangan berlebihan misalnya dengan ngalap berkah dengan baju ustadz atau kyai dan lain sebagainya.
Yuk kita semangat belajar TAUHID, mendakwahkannya, semoga dengan TAUHID kita bisa masuk surga tanpa hisab dan adzab.
@RSUP DR Sardjito, Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
Link Artikel:
https://muslimafiyah.com/ghuluwberlebihan-terhadap-orang-shalih.html
.
Ayo berpartisipasi dakwah bersama kami dengan berdonasi ke:
Bank Syariah Indonesia
No.Rek : 3000444331
A.n. : Muslimafiyah Indonesia
Info dan Konfirmasi :
WA 0895386253373
Yayasan Muslimafiyah Indonesia
______
Gabung grop WA ARTIKEL dakwah dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Insyaallah dikirim artikel setiap hari
Silakan klik link:
https://wa.me/62895341555542
Kirim dengan format:
#Nama#Daerah#Ikhwan/Akhwat
# Karena Ilmu Agama JUGA Dipegang oleh Mereka yang Berkedudukan di Masyarakat
Salah satu yang membuat ilmu agama mulia adalah ilmu agama JUGA dipegang oleh mereka yang mempunyai “kedudukan di masyarakat”
-Orang-orang kaya milyader seperti Abu Bakar, Utsman, Abdurrahman Bin Auf
-Kesatria-kesatria seperti Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib
Zaman setelahnya juga demikian seperti:
-Imam Abu Hanifah seorang saudagar kaya dan sukses
-Umar bin Abdul Aziz seorang pejabat gubernur kemudian menjadi khalifah
Karena tidak semua orang jalan jihadnya menjadi ustadz (lewat ilmu agama)
Karenanya:
-Yang dapat amanah jadi siswa dan mahasiwa belajar yang rajin sampai gelar tertinggi, dengan ilmu dunia anda perjuangkan agama ini
jadi dokter yang memperjuangkan Islam
Jadi ahli mesin yang memperjuangkan Islam
-Yang bekerja di kantor, tunjukkan akhlak dan adab Islami yang mengajarkan profesional, sehingga anda menjadi atasan berpengaruh di kantor dan perjuangkanlah Islam
-Yang bisnis, maka giatlah bisnis dan amanah sehingga kekayaan anda akan membantu Kemuliaan Islam, semakin kaya semakin dermawan bukan semakin naik gaya hidup
Muliakanlah Islam dengan cara dan apa yang telah Allah anugrahkan kepada Anda, salah satu pengertian bersyukur adalah menggunakan nikmat tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah
Semoga masing-masing kita bisa memperjuangkan Islam denga jalan jihad masing-masing
NOTE: Kata-kata “jihad” bukan hanya artinya perang, tetapi berjihad memperjuangkan agama Allah dengan berbagai cara yang diridhai
Contohnya ada pembagian jihad:
1. Jihad melawan musuh yang nyata.
2. Jihad melawan syaithan.
3. Jihad melawan hawa nafsu.
(Silahkan buka Al-Qur-an surat al-Hajj: 78, at-Taubah: 41, al-Anfaal: 72)
@Laoratorium Klinik RSUP DR Sardjito, Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
Link Artikel:
https://muslimafiyah.com/karena-ilmu-agama-juga-dipegang-oleh-mereka-yang-berkedudukan-di-masyarakat.html
.
Ayo berpartisipasi dakwah bersama kami dengan berdonasi ke:
Bank Syariah Indonesia
No.Rek : 3000444331
A.n. : Muslimafiyah Indonesia
Info dan Konfirmasi :
WA 0895386253373
Yayasan Muslimafiyah Indonesia
______
Gabung grop WA ARTIKEL dakwah dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Insyaallah dikirim artikel setiap hari
Silakan klik link:
https://wa.me/62895341555542
Kirim dengan format:
#Nama#Daerah#Ikhwan/Akhwat
Salah satu yang membuat ilmu agama mulia adalah ilmu agama JUGA dipegang oleh mereka yang mempunyai “kedudukan di masyarakat”
-Orang-orang kaya milyader seperti Abu Bakar, Utsman, Abdurrahman Bin Auf
-Kesatria-kesatria seperti Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib
Zaman setelahnya juga demikian seperti:
-Imam Abu Hanifah seorang saudagar kaya dan sukses
-Umar bin Abdul Aziz seorang pejabat gubernur kemudian menjadi khalifah
Karena tidak semua orang jalan jihadnya menjadi ustadz (lewat ilmu agama)
Karenanya:
-Yang dapat amanah jadi siswa dan mahasiwa belajar yang rajin sampai gelar tertinggi, dengan ilmu dunia anda perjuangkan agama ini
jadi dokter yang memperjuangkan Islam
Jadi ahli mesin yang memperjuangkan Islam
-Yang bekerja di kantor, tunjukkan akhlak dan adab Islami yang mengajarkan profesional, sehingga anda menjadi atasan berpengaruh di kantor dan perjuangkanlah Islam
-Yang bisnis, maka giatlah bisnis dan amanah sehingga kekayaan anda akan membantu Kemuliaan Islam, semakin kaya semakin dermawan bukan semakin naik gaya hidup
Muliakanlah Islam dengan cara dan apa yang telah Allah anugrahkan kepada Anda, salah satu pengertian bersyukur adalah menggunakan nikmat tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah
Semoga masing-masing kita bisa memperjuangkan Islam denga jalan jihad masing-masing
NOTE: Kata-kata “jihad” bukan hanya artinya perang, tetapi berjihad memperjuangkan agama Allah dengan berbagai cara yang diridhai
Contohnya ada pembagian jihad:
1. Jihad melawan musuh yang nyata.
2. Jihad melawan syaithan.
3. Jihad melawan hawa nafsu.
(Silahkan buka Al-Qur-an surat al-Hajj: 78, at-Taubah: 41, al-Anfaal: 72)
@Laoratorium Klinik RSUP DR Sardjito, Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
Link Artikel:
https://muslimafiyah.com/karena-ilmu-agama-juga-dipegang-oleh-mereka-yang-berkedudukan-di-masyarakat.html
.
Ayo berpartisipasi dakwah bersama kami dengan berdonasi ke:
Bank Syariah Indonesia
No.Rek : 3000444331
A.n. : Muslimafiyah Indonesia
Info dan Konfirmasi :
WA 0895386253373
Yayasan Muslimafiyah Indonesia
______
Gabung grop WA ARTIKEL dakwah dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Insyaallah dikirim artikel setiap hari
Silakan klik link:
https://wa.me/62895341555542
Kirim dengan format:
#Nama#Daerah#Ikhwan/Akhwat
MuslimAfiyah
Karena Ilmu Agama JUGA Dipegang oleh Mereka yang Berkedudukan di Masyarakat - MuslimAfiyah
Salah satu yang membuat ilmu agama mulia adalah ilmu agama JUGA dipegang oleh mereka yang mempunyai “kedudukan di masyarakat” -Orang-orang kaya milyader seperti Abu Bakar, Utsman, Abdurrahman Bin Auf -Kesatria-kesatria seperti Umar bin Khattab dan Ali bin…
# Menunda Khitan Sampai Besar Dan Hukum Acara Syukuran Khitan
Kebiasaan di Indonesia seperti ini, yaitu melakukan khitan anak-anak mereka saat berumur seusia anak SD bahkan ada juga yang SMP. Sedangkan jika kita lihat hadits-hadits dan petunjuk Islam bahwasanya usia khitan adalah ketika bayi berumur 7 hari atau ketika masih kecil sekali. Dan bagaimana juga hukum acara walimah khitan yang sering dilakukan di masyarakat kita?
Waktu disyariatkannya khitan
Waktu untuk untuk berkhitan memang masih diperselisihkan ulama, ada pendapat yang mengatakan hari kelahiran, hari ketujuh atau ketika berusia tujuh tahun. Adapun yang lebih tepat adalah boleh kapan saja asalkan tidak melebihi usia baligh.
Ibnu hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata,
وَاخْتُلِفَ فِي الْوَقْتِ الَّذِي يُشْرَعُ فِيهِ الْخِتَانُ قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ لَهُ وَقْتَانِ وَقْتُ وُجُوبٍ وَوَقْتُ اسْتِحْبَابٍ فَوَقْتُ الْوُجُوبِ الْبُلُوغُ وَوَقْتُ الِاسْتِحْبَابِ قَبْلَهُ
“Diperselisihkan waktu disyariatkannya khitan. Al-mawardi berkata, “Khitan itu mempunyai dua waktu, Waktu wajib dan waktu mustahab (sunnah). Waktu wajib adalah ketika usia baligh, sedangkan waktu mustahab adalah sebelum baligh”[1]
Syaikh Abdullah Al-Jibrin rahimahullah berkata,
واختار بعضهم الختان في يوم الولادة، وقيل في اليوم السابع، فإن أخر ففي الأربعين يوما، فإن أخر فإلى سبع سنين، وهو السن الذي يؤمر فيه بالصلاة، فإن من شروط الصلاة الطهارة، ولا تتم إلا بالختان
“Sebagian memilih dilakukan khitan ketika hari lahir, ada juga pendapat ketika berusia tujuh hari dan jika ingin ditunda maka pada hari ke-40 dan jika masih ingin ditunda lagi maka saat berusia tujuh tahun yaitu umur diperintahkan agar melaksanakan shalat karena salah satu syarat shalat adalah thaharah (suci). Dan hal ini tidak sempurna kecuali dengan berkhitan.”[2]
Boleh menunda khitan tetapi lebih baik menyegerakan
Dalil boleh menunda adalah sebagaimana yang dikatakan oleh ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma.
عن سعيد بن جبير قال: سئل ابن عباس: مثل من أنت حين قبض النبي صلى الله عليه وسلم؟ قال: أنا يومئذ مختون، قال: وكانوا لا يختنون الرجل حتى يدرك
Dari Sa’id bin Jubair, ia berkata, Ibnu Abbas pernah ditanya, “Seperti apa dirimu ketika Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam wafat ?”. Ia menjawab, “Aku pada waktu itu telah dikhitan. Dan mereka (para shahabat) tidaklah mengkhitan seseorang hingga ia baligh” [3]
Akan tetapi lebih baik menyegerakannya karena lebih segera menunaikan amal. Allah Ta’ala berfirman,
فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan”. [Al-Baqarah: 148]
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” [Al-Imran:133]
Syaikh Abdullah Al-Jibrin rahimahullah berkata,
الأفضل الختان في الصغر ففيه مصلحة وهي أن الجلد بعد التمييز يغلظ ويخشن، فلذلك جوزوا الختان قبل التمييز لرقة الجلدة وسهولة قطعها، ولأنه في الصغر لا حكم لعورته، فيجوز كشفها ولمسها لمصلحة، ثم إن ذلك أيضا أسهل لعلاجه ومداواة الجرح وبرئه سريعا… فيستحب أن لا يؤخر عن وقت الاستحباب، أما وقت الوجوب فهو البلوغ والتكليف فيجب على من لم يختن أن يبادر إليه بعد البلوغ ما لم يخف على نفسه
“Yang afdhal (lebih baik) khitan dilakukan ketika kecil karena ada mashlahat yaitu (jika dilakukan saat besar) kulit (pembungkus penis) setelah usia tamyis (sekitar 7 tahun) akan mengeras dan menebal. Oleh karena itu khitan dilakukan sebelum tamyis karena masih lunaknya kulit dan mudah untuk dipotong. Dan juga karena ketika kecil belum ada hukum aurat, maka boleh membuka dan menyentuhnya untuk kemashlahatan. Kemudian juga lebih mudah diobati dan luka lebih cepat sembuh.
Disunnahkan agar tidak mengakhirkan khitan dari waktu yang dianjurkan, adapun (batasan) waktu wajib adalah usia baligh dan taklif (wajib menjalani beban ibadah). Maka wajib bagi yang belum berkhitan agar beresegera sebelum mencapai usia baligh selama tidak ada yang dikhawatirkan pada dirinya.”[4]
Kebiasaan di Indonesia seperti ini, yaitu melakukan khitan anak-anak mereka saat berumur seusia anak SD bahkan ada juga yang SMP. Sedangkan jika kita lihat hadits-hadits dan petunjuk Islam bahwasanya usia khitan adalah ketika bayi berumur 7 hari atau ketika masih kecil sekali. Dan bagaimana juga hukum acara walimah khitan yang sering dilakukan di masyarakat kita?
Waktu disyariatkannya khitan
Waktu untuk untuk berkhitan memang masih diperselisihkan ulama, ada pendapat yang mengatakan hari kelahiran, hari ketujuh atau ketika berusia tujuh tahun. Adapun yang lebih tepat adalah boleh kapan saja asalkan tidak melebihi usia baligh.
Ibnu hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata,
وَاخْتُلِفَ فِي الْوَقْتِ الَّذِي يُشْرَعُ فِيهِ الْخِتَانُ قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ لَهُ وَقْتَانِ وَقْتُ وُجُوبٍ وَوَقْتُ اسْتِحْبَابٍ فَوَقْتُ الْوُجُوبِ الْبُلُوغُ وَوَقْتُ الِاسْتِحْبَابِ قَبْلَهُ
“Diperselisihkan waktu disyariatkannya khitan. Al-mawardi berkata, “Khitan itu mempunyai dua waktu, Waktu wajib dan waktu mustahab (sunnah). Waktu wajib adalah ketika usia baligh, sedangkan waktu mustahab adalah sebelum baligh”[1]
Syaikh Abdullah Al-Jibrin rahimahullah berkata,
واختار بعضهم الختان في يوم الولادة، وقيل في اليوم السابع، فإن أخر ففي الأربعين يوما، فإن أخر فإلى سبع سنين، وهو السن الذي يؤمر فيه بالصلاة، فإن من شروط الصلاة الطهارة، ولا تتم إلا بالختان
“Sebagian memilih dilakukan khitan ketika hari lahir, ada juga pendapat ketika berusia tujuh hari dan jika ingin ditunda maka pada hari ke-40 dan jika masih ingin ditunda lagi maka saat berusia tujuh tahun yaitu umur diperintahkan agar melaksanakan shalat karena salah satu syarat shalat adalah thaharah (suci). Dan hal ini tidak sempurna kecuali dengan berkhitan.”[2]
Boleh menunda khitan tetapi lebih baik menyegerakan
Dalil boleh menunda adalah sebagaimana yang dikatakan oleh ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma.
عن سعيد بن جبير قال: سئل ابن عباس: مثل من أنت حين قبض النبي صلى الله عليه وسلم؟ قال: أنا يومئذ مختون، قال: وكانوا لا يختنون الرجل حتى يدرك
Dari Sa’id bin Jubair, ia berkata, Ibnu Abbas pernah ditanya, “Seperti apa dirimu ketika Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam wafat ?”. Ia menjawab, “Aku pada waktu itu telah dikhitan. Dan mereka (para shahabat) tidaklah mengkhitan seseorang hingga ia baligh” [3]
Akan tetapi lebih baik menyegerakannya karena lebih segera menunaikan amal. Allah Ta’ala berfirman,
فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan”. [Al-Baqarah: 148]
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” [Al-Imran:133]
Syaikh Abdullah Al-Jibrin rahimahullah berkata,
الأفضل الختان في الصغر ففيه مصلحة وهي أن الجلد بعد التمييز يغلظ ويخشن، فلذلك جوزوا الختان قبل التمييز لرقة الجلدة وسهولة قطعها، ولأنه في الصغر لا حكم لعورته، فيجوز كشفها ولمسها لمصلحة، ثم إن ذلك أيضا أسهل لعلاجه ومداواة الجرح وبرئه سريعا… فيستحب أن لا يؤخر عن وقت الاستحباب، أما وقت الوجوب فهو البلوغ والتكليف فيجب على من لم يختن أن يبادر إليه بعد البلوغ ما لم يخف على نفسه
“Yang afdhal (lebih baik) khitan dilakukan ketika kecil karena ada mashlahat yaitu (jika dilakukan saat besar) kulit (pembungkus penis) setelah usia tamyis (sekitar 7 tahun) akan mengeras dan menebal. Oleh karena itu khitan dilakukan sebelum tamyis karena masih lunaknya kulit dan mudah untuk dipotong. Dan juga karena ketika kecil belum ada hukum aurat, maka boleh membuka dan menyentuhnya untuk kemashlahatan. Kemudian juga lebih mudah diobati dan luka lebih cepat sembuh.
Disunnahkan agar tidak mengakhirkan khitan dari waktu yang dianjurkan, adapun (batasan) waktu wajib adalah usia baligh dan taklif (wajib menjalani beban ibadah). Maka wajib bagi yang belum berkhitan agar beresegera sebelum mencapai usia baligh selama tidak ada yang dikhawatirkan pada dirinya.”[4]
Dan wajib sesegera mungkin khitan jika telah mencapai usia baligh karena itu adalah waktu wajib. Bahkan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berkhitan ketika berusia 80 tahun.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِخْتَتَنَ إِبْرَاهِيْمُ خَلِيْلُ الرَّحْمَنِ بَعْدَ ماَ أَتَتْ عَلَيْهِ ثَمَانُوْنَ سَنَةً
“Ibrahim Khalilur Rahman berkhitan setelah berumur delapan puluh tahun.”[5]
Boleh melakukan walimah (syukuran) khitan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahberkata,
وأما ” وليمة الختان ” فهي جائزة: من شاء فعلها ومن شاء تركها
Adapun walimah (syukuran) khitan, maka hukumnya mubah (diperbolehkan). Barangsiapa yang menginginkan maka boleh ia melakukannya dan boleh juga meninggalkannya.”[6]
Syaikh Abdullah Al-Jibrin rahimahullah berkata,
أما عمل الوليمة على الختان فلا بأس بها وهي من الولائم القديمة قبل الإسلام وتسمى الإعذار، وإن كان الناس في هذه الأزمنة قد تغافلوا عنها، فليست سنة مؤكدة كالعقيقة، والله أعلم.
“Adapun acara walimah (syukuran) maka tidak mengapa, hal tersebut adalah termasuk acara walimah di zaman dahulu sebelum islam yang dinamakan i’dzaar , walapun manusia di zaman sekarangtelah melupakannya. Acara walimah tersebut bukan sunnah yang ditekankan sebagaimana aqiqah.”[7]
Dan walimah khitan termasuk dalam keumuman agar kita menghadiri acara walimah jika diundang. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا دعا أحدكم أخاه فليجب، عرسا كان أو نحوه.
“Apabila salah seorang di antara kalian mengundang (walimah) saudaranya, hendaklah ia memenuhinya, baik undangan pernikahan atau yang semisalnya”[8]
Disempurnakan di Lombok, Pulau seribu masjid
2 Shafar 1434 H
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
Link Artikel:
https://muslimafiyah.com/menunda-khitan-sampai-besar-dan-hukum-acara-syukuran-khitan.html
Footnote:
[1] FathulBari 10/342, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H, Syamilah
[2] Sumber: http://ibn-jebreen.com/?t=books&cat=1&book=49&toc=2188&page=2024&subid=735
[3] Diriwayatkan oleh Imam Bukhari (11/90-Al-Fath), Imam Ahmad (1/264-287-357)
[4] Sumber: http://ibn-jebreen.com/?t=books&cat=1&book=49&toc=2188&page=2024&subid=735
[5] Dikeluarkan oleh Imam Bukhari (6298-Al-Fath), Imam Muslim (2370), dan Imam Ahmad (2/322-418) dan lafadz hadits ini ada pada beliau.
[6] Majmu’ Al-Fatawa 32/206, Majma’ Malik Fadh, 1416 H, syamilah
[7] Sumber: http://ibn-jebreen.com/?t=books&cat=1&book=49&toc=2188&page=2024&subid=735
[8] HR. Abu Dawud no. 3738
.
Ayo berpartisipasi dakwah bersama kami dengan berdonasi ke:
Bank Syariah Indonesia
No.Rek : 3000444331
A.n. : Muslimafiyah Indonesia
Info dan Konfirmasi :
WA 0895386253373
Yayasan Muslimafiyah Indonesia
______
Gabung grop WA ARTIKEL dakwah dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Insyaallah dikirim artikel setiap hari
Silakan klik link:
https://wa.me/62895341555542
Kirim dengan format:
#Nama#Daerah#Ikhwan/Akhwat
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِخْتَتَنَ إِبْرَاهِيْمُ خَلِيْلُ الرَّحْمَنِ بَعْدَ ماَ أَتَتْ عَلَيْهِ ثَمَانُوْنَ سَنَةً
“Ibrahim Khalilur Rahman berkhitan setelah berumur delapan puluh tahun.”[5]
Boleh melakukan walimah (syukuran) khitan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahberkata,
وأما ” وليمة الختان ” فهي جائزة: من شاء فعلها ومن شاء تركها
Adapun walimah (syukuran) khitan, maka hukumnya mubah (diperbolehkan). Barangsiapa yang menginginkan maka boleh ia melakukannya dan boleh juga meninggalkannya.”[6]
Syaikh Abdullah Al-Jibrin rahimahullah berkata,
أما عمل الوليمة على الختان فلا بأس بها وهي من الولائم القديمة قبل الإسلام وتسمى الإعذار، وإن كان الناس في هذه الأزمنة قد تغافلوا عنها، فليست سنة مؤكدة كالعقيقة، والله أعلم.
“Adapun acara walimah (syukuran) maka tidak mengapa, hal tersebut adalah termasuk acara walimah di zaman dahulu sebelum islam yang dinamakan i’dzaar , walapun manusia di zaman sekarangtelah melupakannya. Acara walimah tersebut bukan sunnah yang ditekankan sebagaimana aqiqah.”[7]
Dan walimah khitan termasuk dalam keumuman agar kita menghadiri acara walimah jika diundang. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا دعا أحدكم أخاه فليجب، عرسا كان أو نحوه.
“Apabila salah seorang di antara kalian mengundang (walimah) saudaranya, hendaklah ia memenuhinya, baik undangan pernikahan atau yang semisalnya”[8]
Disempurnakan di Lombok, Pulau seribu masjid
2 Shafar 1434 H
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
Link Artikel:
https://muslimafiyah.com/menunda-khitan-sampai-besar-dan-hukum-acara-syukuran-khitan.html
Footnote:
[1] FathulBari 10/342, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H, Syamilah
[2] Sumber: http://ibn-jebreen.com/?t=books&cat=1&book=49&toc=2188&page=2024&subid=735
[3] Diriwayatkan oleh Imam Bukhari (11/90-Al-Fath), Imam Ahmad (1/264-287-357)
[4] Sumber: http://ibn-jebreen.com/?t=books&cat=1&book=49&toc=2188&page=2024&subid=735
[5] Dikeluarkan oleh Imam Bukhari (6298-Al-Fath), Imam Muslim (2370), dan Imam Ahmad (2/322-418) dan lafadz hadits ini ada pada beliau.
[6] Majmu’ Al-Fatawa 32/206, Majma’ Malik Fadh, 1416 H, syamilah
[7] Sumber: http://ibn-jebreen.com/?t=books&cat=1&book=49&toc=2188&page=2024&subid=735
[8] HR. Abu Dawud no. 3738
.
Ayo berpartisipasi dakwah bersama kami dengan berdonasi ke:
Bank Syariah Indonesia
No.Rek : 3000444331
A.n. : Muslimafiyah Indonesia
Info dan Konfirmasi :
WA 0895386253373
Yayasan Muslimafiyah Indonesia
______
Gabung grop WA ARTIKEL dakwah dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Insyaallah dikirim artikel setiap hari
Silakan klik link:
https://wa.me/62895341555542
Kirim dengan format:
#Nama#Daerah#Ikhwan/Akhwat
MuslimAfiyah
Menunda Khitan Sampai Besar Dan Hukum Acara Syukuran Khitan - MuslimAfiyah
Kebiasaan di Indonesia seperti ini, yaitu melakukan khitan anak-anak mereka saat berumur seusia anak SD bahkan ada juga yang SMP. Sedangkan jika kita lihat hadits-hadits dan petunjuk Islam bahwasanya usia khitan adalah ketika bayi berumur 7 hari atau ketika…
# Zulqa'dah, Bulan Haram yang Kita Lalaikan.
.
Dalam ajaran agama kita, ada beberapa bulan haram yang perlu kita ketahui.
.
Maksud bulan haram yaitu bulan tersebut adalah bulan yang mulia,
kita lebih ditekankan menjauhi hal yang haram dan lebih ditekankan melakukan amal kebaikan pada bulan haram.
.
Empat bulan tersebut adalah bulan Muharam, Zulqa'dah, Zulhijah, dan Rajab.
.
Keutamaan Zulqa'dah sebagai bulan haram jarang kita sebarkan dan bisa jadi sedikit kaum muslimin yang mengetahuinya
.
Musthafa bin Sa’ad Al-Hambali rahimahullah juga menjelaskan bahwa pahala dan dosa dilipatgandakan pada waktu mulia dan tempat yang mulia.
.
Beliau rahimahullah berkata,
وتضاعف الحسنة والسيئة بمكان فاضل كمكة والمدينة وبيت المقدس وفي المساجد , وبزمان فاضل كيوم الجمعة , والأشهر الحرم ورمضان
“Kebaikan dan keburukan (dosa) dilipatgandakan pada tempat yang mulia seperti Mekkah, Madinah, Baitulmaqdis, dan di masjid. Pada waktu yang mulia seperti hari Jumat, bulan-bulan haram, dan Ramadan.”
(Mathalib Ulin Nuha, 2: 385)
📗Baca selengkapnya:
https://muslim.or.id/67158-zulkaidah-bulan-haram-yang-kita-lalaikan.html
✍️ dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
.
Ayo berpartisipasi dakwah bersama kami dengan berdonasi ke:
Bank Syariah Indonesia
No.Rek : 3000444331
A.n. : Muslimafiyah Indonesia
Info dan Konfirmasi :
WA 0895386253373
Yayasan Muslimafiyah Indonesia
______
Gabung grop WA ARTIKEL dakwah dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Insyaallah dikirim artikel setiap hari
Silakan klik link:
https://wa.me/62895341555542
Kirim dengan format:
#Nama#Daerah#Ikhwan/Akhwat
.
Dalam ajaran agama kita, ada beberapa bulan haram yang perlu kita ketahui.
.
Maksud bulan haram yaitu bulan tersebut adalah bulan yang mulia,
kita lebih ditekankan menjauhi hal yang haram dan lebih ditekankan melakukan amal kebaikan pada bulan haram.
.
Empat bulan tersebut adalah bulan Muharam, Zulqa'dah, Zulhijah, dan Rajab.
.
Keutamaan Zulqa'dah sebagai bulan haram jarang kita sebarkan dan bisa jadi sedikit kaum muslimin yang mengetahuinya
.
Musthafa bin Sa’ad Al-Hambali rahimahullah juga menjelaskan bahwa pahala dan dosa dilipatgandakan pada waktu mulia dan tempat yang mulia.
.
Beliau rahimahullah berkata,
وتضاعف الحسنة والسيئة بمكان فاضل كمكة والمدينة وبيت المقدس وفي المساجد , وبزمان فاضل كيوم الجمعة , والأشهر الحرم ورمضان
“Kebaikan dan keburukan (dosa) dilipatgandakan pada tempat yang mulia seperti Mekkah, Madinah, Baitulmaqdis, dan di masjid. Pada waktu yang mulia seperti hari Jumat, bulan-bulan haram, dan Ramadan.”
(Mathalib Ulin Nuha, 2: 385)
📗Baca selengkapnya:
https://muslim.or.id/67158-zulkaidah-bulan-haram-yang-kita-lalaikan.html
✍️ dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
.
Ayo berpartisipasi dakwah bersama kami dengan berdonasi ke:
Bank Syariah Indonesia
No.Rek : 3000444331
A.n. : Muslimafiyah Indonesia
Info dan Konfirmasi :
WA 0895386253373
Yayasan Muslimafiyah Indonesia
______
Gabung grop WA ARTIKEL dakwah dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Insyaallah dikirim artikel setiap hari
Silakan klik link:
https://wa.me/62895341555542
Kirim dengan format:
#Nama#Daerah#Ikhwan/Akhwat
Muslim.or.id
Zulkaidah, Bulan Haram yang Kita Lalaikan
Dalam ajaran agama kita ada beberapa bulan haram yang perlu kita ketahui. Maksud bulan haram yaitu bulan ini adalah bulan yang mulia,
𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐮𝐚 𝐌𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥 / 𝐒𝐚𝐤𝐢𝐭 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐒𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐁𝐞𝐫𝐡𝐚𝐣𝐢? 𝐒𝐞𝐠𝐞𝐫𝐚 𝐁𝐚𝐝𝐚𝐥𝐤𝐚𝐧 𝐇𝐚𝐣𝐢 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 ...
𝑷𝒓𝒐𝒈𝒓𝒂𝒎 𝑺𝒑𝒆𝒔𝒊𝒂𝒍 𝑫𝑹𝑩 𝑮𝒓𝒐𝒖𝒑
---
﷽
Haji merupakan ibadah yang agung bagi setiap muslim, bahkan merupakan rukun Islam sehingga wajib ditunaikan minimal sekali seumur hidup, ketika sudah mampu.
Namun, tidak dipungkiri banyak pula yang mengalami udzur/halangan sehingga belum bisa menunaikan ibadah haji. Oleh karena itu, kami dari Tim DRB membuka program badal haji untuk memberikan kesempatan bagi Anda yang ingin membantu keluarga 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐭𝐚𝐦𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐮𝐚 serta orang-orang terdekat yang telah meninggal dunia atau sakit berat, agar amal hajinya tertunaikan, biidznillah.
𝐊𝐞𝐭𝐞𝐧𝐭𝐮𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐠𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐀𝐤𝐚𝐧 𝐃𝐢𝐛𝐚𝐝𝐚𝐥𝐤𝐚𝐧
1. Sudah meninggal dunia, atau
2. Sakit berat, yang kemungkinan pulih untuk bisa menunaikan umrah, kecil.
𝐏𝐞𝐥𝐚𝐲𝐚𝐧𝐚𝐧
1. Satu orang dibadalkan oleh satu pelaksana.
2. Pelaksana badal memiliki tasreh / izin haji resmi dari pemerintah Saudk
3. Dokumentasi foto dan video pelaksanaan umrah.
4. Pelaksanaan umrah, sesuai tutunan Nabi Muhammad ﷺ, insya Allah.
5. E-Sertifikat
𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚
Rp 35,000,000
𝐈𝐧𝐟𝐨𝐫𝐦𝐚𝐬𝐢 / 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐟𝐭𝐚𝐫𝐚𝐧
0823-2373-0404 (WA)
Baarakallah fiikum
𝑷𝒓𝒐𝒈𝒓𝒂𝒎 𝑺𝒑𝒆𝒔𝒊𝒂𝒍 𝑫𝑹𝑩 𝑮𝒓𝒐𝒖𝒑
---
﷽
Haji merupakan ibadah yang agung bagi setiap muslim, bahkan merupakan rukun Islam sehingga wajib ditunaikan minimal sekali seumur hidup, ketika sudah mampu.
Namun, tidak dipungkiri banyak pula yang mengalami udzur/halangan sehingga belum bisa menunaikan ibadah haji. Oleh karena itu, kami dari Tim DRB membuka program badal haji untuk memberikan kesempatan bagi Anda yang ingin membantu keluarga 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐭𝐚𝐦𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐮𝐚 serta orang-orang terdekat yang telah meninggal dunia atau sakit berat, agar amal hajinya tertunaikan, biidznillah.
𝐊𝐞𝐭𝐞𝐧𝐭𝐮𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐠𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐀𝐤𝐚𝐧 𝐃𝐢𝐛𝐚𝐝𝐚𝐥𝐤𝐚𝐧
1. Sudah meninggal dunia, atau
2. Sakit berat, yang kemungkinan pulih untuk bisa menunaikan umrah, kecil.
𝐏𝐞𝐥𝐚𝐲𝐚𝐧𝐚𝐧
1. Satu orang dibadalkan oleh satu pelaksana.
2. Pelaksana badal memiliki tasreh / izin haji resmi dari pemerintah Saudk
3. Dokumentasi foto dan video pelaksanaan umrah.
4. Pelaksanaan umrah, sesuai tutunan Nabi Muhammad ﷺ, insya Allah.
5. E-Sertifikat
𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚
Rp 35,000,000
𝐈𝐧𝐟𝐨𝐫𝐦𝐚𝐬𝐢 / 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐟𝐭𝐚𝐫𝐚𝐧
0823-2373-0404 (WA)
Baarakallah fiikum
# Doa Dijauhkan dari Kesyirikan (Sangat Penting Dihapal)
(Mohon diberitahukan kepada kaum muslimin)
Pernahkah kita selama ini berdoa meminta perlindungan dari bahaya kesyirikan? Kesyirikan adalah meyekutukan Allah dalam ibadah dan hak-hak khusus Allah.
Berikut doanya
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ
Allahumma innii a’uudzu bika an usyrika bika wa anaa a’lamu, wa astaghfiruka limaa laa a’lamu
“Yaa Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari berbuat kesyirikan ketika aku mengetahuinya dan aku memohon ampunan Mu ketika aku tidak mengetahuinya”. (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad).
Para Nabi dan orang shalih saja berdoa agar ia dan keturunannya dijauhkan dari kesyrikian,
Mari kita lihat teladan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, beliau berusaha menjaga keluarganya dari praktek kesyirikan dan menjaga agar selalu bertauhid. Beliau berdakwah tauhid kepada bapaknya,
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا
“Ingatlah ketika ia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya; “Wahai Ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong engkau sedikitpun?”. (Maryam/19:42)
Beliau juga berdakwah dan berdoa agar dirinya dan anak keturuan beliau dijauhkan dari kesyirikan
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ ءَامِنًا وَ اجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ اْلأَصْنَامَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata,”Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (Ibrahim:35).
Demikian juga orang-orang shalih pendahulu kita, mereka sangat berusaha menjaga tauhid keluarga mereka dan mencegah dari praktek kesyirikan. Lukman berpesan kepada anak-anaknya,
وَإِذْقَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, pada waktu memberi pelajaran kepadanya,”Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar. ” (Luqman:13)
Bahaya kesyirikan sangat besar:
bahaya kesyirikan:
1.Pelaku Kesyirikan diancam masuk neraka dan diharamkan masuk surga.[1]
Bahkan bisa diancam kekal abadi dineraka lho…[2]
2.Pelaku kesyirikan seluruh amalannya bisa terhapus tanpa tersisa sekali[3]
Udah capek-capek beramal kebaikan, eh dihapus… bangkrut dah pas hari kiamatPelaku kesyirikan tidak akan diampuni oleh Allah jika mati dan belum bertaubat dari kesyirikannya[4]
3. Maksudnya, kalau dosa lainnya, ada kemungkinan diampuni walaupun mati belum bertaubat dari dosa itu, tentunya karena rahmat Allah
4.Kesyirikan adalah kedzaliman yang paling dzalim dan dosa yang paling berdosa[5]
Kalau misalnya Ibu kita dipukul di hadapan kita, tentu marah banget kan.. geram. Nah, ini Rabb kita lho, yang dilanggar haknya, semoga kita gak santai-santai aja atau malah masa bodoh dan pura-pura gak tahu?
5.Kesyirikan itu hakikatnya merendahkan diri kepada makhluk plus pembodohan, padahal manusia itu mulia
Logikanya aja deh
-Masa’ ada sesajen makanan enak-enak buat ditaruh di laut, depan pohon “angker” dan dibiarkan membusuk, mendingkan di makan atau disumbangkan.
-Kepala Sapi dan kerbau yang enak banget dibuat gulai, eh digantung dijembatan atau ditanam dibawah bangunan supaya bangunannya awet dan permisi sama penunggu
-Udah jelas manusia makhluk mulia dan setan aslinya takut ama manusia, eh.. pas lewat pohon atau batu angker malah takut banget sambil bilang “permisi mbah”
-pernah denger gak ada hewan yang kotorannya direbutin buat “ngalap berkah”? coba tanya mbah google deh, wah ini benar-benar “no comment”
Dan masih banyak lagi bahaya kesyirikan, kalau mau tahu ya belajar dan cari infromasi. Karena macamnya dan bentuk ada beberapa macam
Semoga kita dihindari bahaya keyirikan dan selalu bisa menjadi hamba Allah yang bertauhid
Demikian semoga bermanfaat
@Laboratorium Klinik RSUP DR Sardjito, Yogyakarta Tercinta
(Mohon diberitahukan kepada kaum muslimin)
Pernahkah kita selama ini berdoa meminta perlindungan dari bahaya kesyirikan? Kesyirikan adalah meyekutukan Allah dalam ibadah dan hak-hak khusus Allah.
Berikut doanya
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ
Allahumma innii a’uudzu bika an usyrika bika wa anaa a’lamu, wa astaghfiruka limaa laa a’lamu
“Yaa Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari berbuat kesyirikan ketika aku mengetahuinya dan aku memohon ampunan Mu ketika aku tidak mengetahuinya”. (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad).
Para Nabi dan orang shalih saja berdoa agar ia dan keturunannya dijauhkan dari kesyrikian,
Mari kita lihat teladan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, beliau berusaha menjaga keluarganya dari praktek kesyirikan dan menjaga agar selalu bertauhid. Beliau berdakwah tauhid kepada bapaknya,
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا
“Ingatlah ketika ia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya; “Wahai Ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong engkau sedikitpun?”. (Maryam/19:42)
Beliau juga berdakwah dan berdoa agar dirinya dan anak keturuan beliau dijauhkan dari kesyirikan
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ ءَامِنًا وَ اجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ اْلأَصْنَامَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata,”Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (Ibrahim:35).
Demikian juga orang-orang shalih pendahulu kita, mereka sangat berusaha menjaga tauhid keluarga mereka dan mencegah dari praktek kesyirikan. Lukman berpesan kepada anak-anaknya,
وَإِذْقَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, pada waktu memberi pelajaran kepadanya,”Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar. ” (Luqman:13)
Bahaya kesyirikan sangat besar:
bahaya kesyirikan:
1.Pelaku Kesyirikan diancam masuk neraka dan diharamkan masuk surga.[1]
Bahkan bisa diancam kekal abadi dineraka lho…[2]
2.Pelaku kesyirikan seluruh amalannya bisa terhapus tanpa tersisa sekali[3]
Udah capek-capek beramal kebaikan, eh dihapus… bangkrut dah pas hari kiamatPelaku kesyirikan tidak akan diampuni oleh Allah jika mati dan belum bertaubat dari kesyirikannya[4]
3. Maksudnya, kalau dosa lainnya, ada kemungkinan diampuni walaupun mati belum bertaubat dari dosa itu, tentunya karena rahmat Allah
4.Kesyirikan adalah kedzaliman yang paling dzalim dan dosa yang paling berdosa[5]
Kalau misalnya Ibu kita dipukul di hadapan kita, tentu marah banget kan.. geram. Nah, ini Rabb kita lho, yang dilanggar haknya, semoga kita gak santai-santai aja atau malah masa bodoh dan pura-pura gak tahu?
5.Kesyirikan itu hakikatnya merendahkan diri kepada makhluk plus pembodohan, padahal manusia itu mulia
Logikanya aja deh
-Masa’ ada sesajen makanan enak-enak buat ditaruh di laut, depan pohon “angker” dan dibiarkan membusuk, mendingkan di makan atau disumbangkan.
-Kepala Sapi dan kerbau yang enak banget dibuat gulai, eh digantung dijembatan atau ditanam dibawah bangunan supaya bangunannya awet dan permisi sama penunggu
-Udah jelas manusia makhluk mulia dan setan aslinya takut ama manusia, eh.. pas lewat pohon atau batu angker malah takut banget sambil bilang “permisi mbah”
-pernah denger gak ada hewan yang kotorannya direbutin buat “ngalap berkah”? coba tanya mbah google deh, wah ini benar-benar “no comment”
Dan masih banyak lagi bahaya kesyirikan, kalau mau tahu ya belajar dan cari infromasi. Karena macamnya dan bentuk ada beberapa macam
Semoga kita dihindari bahaya keyirikan dan selalu bisa menjadi hamba Allah yang bertauhid
Demikian semoga bermanfaat
@Laboratorium Klinik RSUP DR Sardjito, Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
catatan Kaki:
[1] Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al Maidah: 72).
[2] Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk” (QS. Al Bayyinah: 6).
[3] Allah Ta’ala berfirman,
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am: 88).
[4] Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’: 48).
[5] Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.” (QS. Lukman: 13).
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’: 48).
Link Artikel:
https://muslimafiyah.com/doa-dijauhkan-dari-kesyirikan-sangat-penting-dihapal.html
.
Ayo berpartisipasi dakwah bersama kami dengan berdonasi ke:
Bank Syariah Indonesia
No.Rek : 3000444331
A.n. : Muslimafiyah Indonesia
Info dan Konfirmasi :
WA 0895386253373
Yayasan Muslimafiyah Indonesia
______
Gabung grop WA ARTIKEL dakwah dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Insyaallah dikirim artikel setiap hari
Silakan klik link:
https://wa.me/6289651755537
Kirim dengan format:
#Nama#Daerah#Ikhwan/Akhwat/artikel
Artikel www.muslimafiyah.com
catatan Kaki:
[1] Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al Maidah: 72).
[2] Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk” (QS. Al Bayyinah: 6).
[3] Allah Ta’ala berfirman,
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am: 88).
[4] Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’: 48).
[5] Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.” (QS. Lukman: 13).
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’: 48).
Link Artikel:
https://muslimafiyah.com/doa-dijauhkan-dari-kesyirikan-sangat-penting-dihapal.html
.
Ayo berpartisipasi dakwah bersama kami dengan berdonasi ke:
Bank Syariah Indonesia
No.Rek : 3000444331
A.n. : Muslimafiyah Indonesia
Info dan Konfirmasi :
WA 0895386253373
Yayasan Muslimafiyah Indonesia
______
Gabung grop WA ARTIKEL dakwah dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Insyaallah dikirim artikel setiap hari
Silakan klik link:
https://wa.me/6289651755537
Kirim dengan format:
#Nama#Daerah#Ikhwan/Akhwat/artikel
MuslimAfiyah
Doa Dijauhkan dari Kesyirikan (Sangat Penting Dihapal) - MuslimAfiyah
(Mohon diberitahukan kepada kaum muslimin) Pernahkah kita selama ini berdoa meminta perlindungan dari bahaya kesyirikan? Kesyirikan adalah menyekutukan Allah dalam ibadah dan hak-hak khusus Allah. Berikut doanya, اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ…
# Dua Ilmu yang Sering Dilalaikan Sebelum Memulai Pernikahan
[Rubrik: Faidah Ringkas]
Selain pembahasan aqidah dan tauhid, ada dua ilmu lainnya yang cukup penting namun banyak dilalaikan oleh kaum muslimin. Kedua ilmu tersebut adalah ilmu tentang pernikahan dan ilmu tentang metode mendidik anak.
Setiap orang yang hendak beramal atau melakukan sesuatu, hendaknya dia memahaminya terlebih dahulu agar tidak terjerumus dalam kesalahan. Dalam kitab shahihnya, Imam Bukhari mengatakan,
بَابٌ العِلمُ قَبلَ القَولِ وَالعَمَلِ
“Bab: Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan”
Banyak orang yang akan melangkah menuju pernikahan, hanya bermodalkan bismillah, nanti juga bisa sendiri. Padahal jika tak didasari ilmu, hubungan rumah tangga yang baru saja dijalin bisa jadi akan terus dihantam oleh badai pertengkaran.
Hal itu karena kedua belah pihak tidak berusaha memahami karakter dasar pasangannya, tidak pula mempelajari apa hak pasangannya. Seorang suami mesti mempelajari karakter dasar seorang wanita sehingga dia mengetahui bagaimana ia harus menyikapi ketika istrinya berubah emosi. Demikian pula sebaliknya.
Orang tua yang tidak memahami metode pendidikan anak yang baik dan sesuai kaidah syariat cenderung akan memperlakukan anaknya sebagaimana orang tuanya juga dulu memperlakukannya.
Jika orang tuanya suka memukulnya maka bisa jadi dia juga suka memukul, jika orang tuanya suka memanjakannya maka dia juga akan memanjakan anaknya. Padahal dalam syariat Islam, semua ada ketentuannya kapan waktu yang tepat untuk memanjakan kapan waktu yang tepat untuk memukul.
Oleh karena itu, jika boleh mengusulkan, ilmu tentang pernikahan dan ilmu mendidik anak seyogyanya dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Minimal dimasukkan dalam kurikulum kursus calon pengantin yang diadakan oleh KUA, sehingga setiap orang yang hendak menikah harus melewati pendidikan singkat ini. Walaupun sebenarnya yang semisal dengan ini sudah diadakan oleh KUA tetapi kebanyakan dari kita acuh tak acuh untuk mengikutinya.
Artikel www.muslimafiyah.com (Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp. PK, Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)
Link Artikel:
https://muslimafiyah.com/dua-ilmu-yang-sering-dilalaikan-sebelum-memulai-pernikahan.html
.
Ayo berpartisipasi dakwah bersama kami dengan berdonasi ke:
Bank Syariah Indonesia
No.Rek : 3000444331
A.n. : Muslimafiyah Indonesia
Info dan Konfirmasi :
WA 0895386253373
Yayasan Muslimafiyah Indonesia
______
Gabung grop WA ARTIKEL dakwah dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Insyaallah dikirim artikel setiap hari
Silakan klik link:
https://wa.me/62895341555542
Kirim dengan format:
#Nama#Daerah#Ikhwan/Akhwat
[Rubrik: Faidah Ringkas]
Selain pembahasan aqidah dan tauhid, ada dua ilmu lainnya yang cukup penting namun banyak dilalaikan oleh kaum muslimin. Kedua ilmu tersebut adalah ilmu tentang pernikahan dan ilmu tentang metode mendidik anak.
Setiap orang yang hendak beramal atau melakukan sesuatu, hendaknya dia memahaminya terlebih dahulu agar tidak terjerumus dalam kesalahan. Dalam kitab shahihnya, Imam Bukhari mengatakan,
بَابٌ العِلمُ قَبلَ القَولِ وَالعَمَلِ
“Bab: Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan”
Banyak orang yang akan melangkah menuju pernikahan, hanya bermodalkan bismillah, nanti juga bisa sendiri. Padahal jika tak didasari ilmu, hubungan rumah tangga yang baru saja dijalin bisa jadi akan terus dihantam oleh badai pertengkaran.
Hal itu karena kedua belah pihak tidak berusaha memahami karakter dasar pasangannya, tidak pula mempelajari apa hak pasangannya. Seorang suami mesti mempelajari karakter dasar seorang wanita sehingga dia mengetahui bagaimana ia harus menyikapi ketika istrinya berubah emosi. Demikian pula sebaliknya.
Orang tua yang tidak memahami metode pendidikan anak yang baik dan sesuai kaidah syariat cenderung akan memperlakukan anaknya sebagaimana orang tuanya juga dulu memperlakukannya.
Jika orang tuanya suka memukulnya maka bisa jadi dia juga suka memukul, jika orang tuanya suka memanjakannya maka dia juga akan memanjakan anaknya. Padahal dalam syariat Islam, semua ada ketentuannya kapan waktu yang tepat untuk memanjakan kapan waktu yang tepat untuk memukul.
Oleh karena itu, jika boleh mengusulkan, ilmu tentang pernikahan dan ilmu mendidik anak seyogyanya dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Minimal dimasukkan dalam kurikulum kursus calon pengantin yang diadakan oleh KUA, sehingga setiap orang yang hendak menikah harus melewati pendidikan singkat ini. Walaupun sebenarnya yang semisal dengan ini sudah diadakan oleh KUA tetapi kebanyakan dari kita acuh tak acuh untuk mengikutinya.
Artikel www.muslimafiyah.com (Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp. PK, Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)
Link Artikel:
https://muslimafiyah.com/dua-ilmu-yang-sering-dilalaikan-sebelum-memulai-pernikahan.html
.
Ayo berpartisipasi dakwah bersama kami dengan berdonasi ke:
Bank Syariah Indonesia
No.Rek : 3000444331
A.n. : Muslimafiyah Indonesia
Info dan Konfirmasi :
WA 0895386253373
Yayasan Muslimafiyah Indonesia
______
Gabung grop WA ARTIKEL dakwah dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Insyaallah dikirim artikel setiap hari
Silakan klik link:
https://wa.me/62895341555542
Kirim dengan format:
#Nama#Daerah#Ikhwan/Akhwat
MuslimAfiyah
Dua Ilmu yang Sering Dilalaikan Sebelum Memulai Pernikahan - MuslimAfiyah
[Rubrik: Faidah Ringkas] Selain pembahasan aqidah dan tauhid, ada dua ilmu lainnya yang cukup penting namun banyak dilalaikan oleh kaum muslimin. Kedua ilmu tersebut adalah ilmu tentang pernikahan dan ilmu tentang metode mendidik anak. Setiap orang yang hendak…
# Wanita Hamil Besar Tidak Bisa Ruku’ Dan Sujud, Gimana Cara Shalat?
Wanita hamil besar bisa jadi kesulitan untuk melakukan ruku’ dan sujud karena perut mereka membesar dan agak susah melipat dan membungkuk. Bagaimana cara shalat mereka?
Kaidah umum cara shalat bagi orang tidak mampu
Ibu hamil termasuk golongan yang tidak mampu. Maka mereka termasuk dalam kaidah ini cara shalat orang yang tidak mampu secara umum. Sebagaimana dalam hadits.
صل قائماً فإن لم تستطع فقاعداً، فإن لم تستطع فعلى جنب، فإن لم تستطع فمستلقياً
em>Shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu maka sambil duduk, jika tidak mampu maka sambil berbaring, jika tidak mampu maka sambil telentang”[1]
Ini adalah kemudahan dari Allah Ta’ala, karena memang kita diperintahkan agar bertakwa semampunya dan Allah tidak membebankan melebihi kemampuan hamba-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُم
“Bertaqwalah kepada Allah semampu kalian” (At Taghabun: 16)
Allah Ta’ala berfirman,
لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani satu jiwa kecuali sesuai kemampuannya.” (Al-Baqarah: 286).
Ibu Hamil bisa shalat di kursi
Jika ibu hamil besar tidak bisa shalat di atas kursi atau duduk di lantai, akan tetapi duduk di lantai lebih baik karena sunnahnya adalah shalat duduk bersila di lantai jika mampu.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
فإن كان لا يستطيع القيام صلى جالساً والأفضل أن يكون متربعاً في موضع القيام والركوع
“Jika tidak mampu berdiir maka shalat dengan cara duduk dan yang paling baik caranya dengan duduk bersila pada tempat berdiri dan rukuk.”[2]
Beliau juga menegaskan,
وهذا التربع ليس واجباً ، فله أن يجلس كيفما يشاء لأن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال : ( فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا ) ولم يبين كيفية قعوده
“Shalat duduk bersila bukanlah hal yang wajib, ia bisa shalat dengan cara yang ia inginkan (mudah) karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘jika tidak mampu maka dengan cara duduk’. Beliau tidak menjelaskan tata cara duduknya.”[3]
Bisa berisyarat ketika rukuk dan sujud
Jika mampu berdiri maka hendaknya berisyarat (lebih bungkuk sedikit) jika tidak mampu rukuk dan sujud. Dan ia tetap harus shalat dalam keadaan berdiri. Kemudian jika ia mampu duduk, ia duduk dan berisyarat ketika sujud.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata,
ومن قدر على القيام وعجز عن الركوع أو السجود لم يسقط عنه القيام ، بل يصلي قائماً فيومئ بالركوع ( يعني وهو قائم ) ، ثم يجلس ويومئ بالسجود . . . ويجعل السجود أخفض من الركوع ، وإن عجز عن السجود وحده ركع وأومأ بالسجود . . .
ومتى قدر المريض في أثناء الصلاة على ما كان عاجزاً عنه من قيام أو قعود أو ركوع أو سجود انتقل إليه
“Barang siapa yang mampu berdiri dan tidak mampu sujud atau rukuk, maka tidaklah gugur kewajiban berdiri. Ia tetap shalat berdiri dan berisyarat ketika rukuk (dalam keadaan berdiri) kemudian duduk dan berisyarat untuk sujud. Ia jadikan sujudnya lebih rendah daripada ruku’nya. Jika tidak mampu sujud saja maka ia rukuk dan berisyarat ketika sujud.
Kapanpun seorang sakit ketika shalatnya tidak mampu berdiri, duduk, ruku’ dan sujud maka ia berpaling darinya (tidak dilakukan).”[4]
Alhamdulillah, banyak mengambl faidah dari http://islamqa.info/ar/ref/36738
@G. Radiopoetro FK UGM, 17 Ramadhan 1434 H
penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
Link Artikel:
https://muslimafiyah.com/wanita-hamil-besar-tidak-bisa-ruku-dan-sujud-gimana-cara-shalat.html
Footnote:
[1] HR. Al Bukhari
[2] Shalatul Marid, syaikh Al-Utsaimin
[3] Syarhul Mumti’ 4/462
[4] Ahkamul Shalatil Maridh wa Thaharatuhu
.
Ayo berpartisipasi dakwah bersama kami dengan berdonasi ke:
Bank Syariah Indonesia
No.Rek : 3000444331
A.n. : Muslimafiyah Indonesia
Info dan Konfirmasi :
WA 0895386253373
Yayasan Muslimafiyah Indonesia
______
Gabung grop WA ARTIKEL dakwah dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Insyaallah dikirim artikel setiap hari
Silakan klik link:
https://wa.me/62895341555542
Kirim dengan format:
#Nama#Daerah#Ikhwan/Akhwat
Wanita hamil besar bisa jadi kesulitan untuk melakukan ruku’ dan sujud karena perut mereka membesar dan agak susah melipat dan membungkuk. Bagaimana cara shalat mereka?
Kaidah umum cara shalat bagi orang tidak mampu
Ibu hamil termasuk golongan yang tidak mampu. Maka mereka termasuk dalam kaidah ini cara shalat orang yang tidak mampu secara umum. Sebagaimana dalam hadits.
صل قائماً فإن لم تستطع فقاعداً، فإن لم تستطع فعلى جنب، فإن لم تستطع فمستلقياً
em>Shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu maka sambil duduk, jika tidak mampu maka sambil berbaring, jika tidak mampu maka sambil telentang”[1]
Ini adalah kemudahan dari Allah Ta’ala, karena memang kita diperintahkan agar bertakwa semampunya dan Allah tidak membebankan melebihi kemampuan hamba-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُم
“Bertaqwalah kepada Allah semampu kalian” (At Taghabun: 16)
Allah Ta’ala berfirman,
لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani satu jiwa kecuali sesuai kemampuannya.” (Al-Baqarah: 286).
Ibu Hamil bisa shalat di kursi
Jika ibu hamil besar tidak bisa shalat di atas kursi atau duduk di lantai, akan tetapi duduk di lantai lebih baik karena sunnahnya adalah shalat duduk bersila di lantai jika mampu.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
فإن كان لا يستطيع القيام صلى جالساً والأفضل أن يكون متربعاً في موضع القيام والركوع
“Jika tidak mampu berdiir maka shalat dengan cara duduk dan yang paling baik caranya dengan duduk bersila pada tempat berdiri dan rukuk.”[2]
Beliau juga menegaskan,
وهذا التربع ليس واجباً ، فله أن يجلس كيفما يشاء لأن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال : ( فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا ) ولم يبين كيفية قعوده
“Shalat duduk bersila bukanlah hal yang wajib, ia bisa shalat dengan cara yang ia inginkan (mudah) karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘jika tidak mampu maka dengan cara duduk’. Beliau tidak menjelaskan tata cara duduknya.”[3]
Bisa berisyarat ketika rukuk dan sujud
Jika mampu berdiri maka hendaknya berisyarat (lebih bungkuk sedikit) jika tidak mampu rukuk dan sujud. Dan ia tetap harus shalat dalam keadaan berdiri. Kemudian jika ia mampu duduk, ia duduk dan berisyarat ketika sujud.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata,
ومن قدر على القيام وعجز عن الركوع أو السجود لم يسقط عنه القيام ، بل يصلي قائماً فيومئ بالركوع ( يعني وهو قائم ) ، ثم يجلس ويومئ بالسجود . . . ويجعل السجود أخفض من الركوع ، وإن عجز عن السجود وحده ركع وأومأ بالسجود . . .
ومتى قدر المريض في أثناء الصلاة على ما كان عاجزاً عنه من قيام أو قعود أو ركوع أو سجود انتقل إليه
“Barang siapa yang mampu berdiri dan tidak mampu sujud atau rukuk, maka tidaklah gugur kewajiban berdiri. Ia tetap shalat berdiri dan berisyarat ketika rukuk (dalam keadaan berdiri) kemudian duduk dan berisyarat untuk sujud. Ia jadikan sujudnya lebih rendah daripada ruku’nya. Jika tidak mampu sujud saja maka ia rukuk dan berisyarat ketika sujud.
Kapanpun seorang sakit ketika shalatnya tidak mampu berdiri, duduk, ruku’ dan sujud maka ia berpaling darinya (tidak dilakukan).”[4]
Alhamdulillah, banyak mengambl faidah dari http://islamqa.info/ar/ref/36738
@G. Radiopoetro FK UGM, 17 Ramadhan 1434 H
penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
Link Artikel:
https://muslimafiyah.com/wanita-hamil-besar-tidak-bisa-ruku-dan-sujud-gimana-cara-shalat.html
Footnote:
[1] HR. Al Bukhari
[2] Shalatul Marid, syaikh Al-Utsaimin
[3] Syarhul Mumti’ 4/462
[4] Ahkamul Shalatil Maridh wa Thaharatuhu
.
Ayo berpartisipasi dakwah bersama kami dengan berdonasi ke:
Bank Syariah Indonesia
No.Rek : 3000444331
A.n. : Muslimafiyah Indonesia
Info dan Konfirmasi :
WA 0895386253373
Yayasan Muslimafiyah Indonesia
______
Gabung grop WA ARTIKEL dakwah dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Insyaallah dikirim artikel setiap hari
Silakan klik link:
https://wa.me/62895341555542
Kirim dengan format:
#Nama#Daerah#Ikhwan/Akhwat
islamqa.info
حامل ولا تستطيع الركوع ولا السجود - الإسلام سؤال وجواب