Materi Kultum
1.94K subscribers
85 photos
3 videos
8 files
144 links
Materi Referensi Islam
Download Telegram
Malaikat merupakan salah satu makhluk Allah SWT yang senantiasa beribadah kepada-Nya. Malaikat Allah ciptakan dari cahaya memiliki kesucian dan terhindar dari dosa. Malaikat kerap mendoakan dan beristigfar untuk manusia.
Salah satu doa malaikat yang dilantunkan untuk hamba yang diridhoi tercantum dalam QS. Al-Ahzab:43.
Doa dan istigfar dari malaikat ini merupakan kasih sayang mereka terhadap manusia. Doa dan istigfar para malaikat lebih kuat dikabulkan karena mereka mendoakan dari tempat yang tidak dilihat dan tidak diketahui manusia yang didoakannya.
Doa semaca ini, dalam hadits shahih, lebih kuat dikabulkan. Ini tidak lain, karena malaikat melihat dosa-dosa yang dilakukan manusia dan mereka juga tahu dampak buruk akibat dari dosa-dosa tersebut.
Hal ini tentu berbeda dengan manusia, yang mungkin jarang mendoakan sesamanya, bahkan doa yang terlontar terkadang justru hal-hal buruk yang ditujukan kepada sesama manusia. semoga Allah jauhkan kita dari hal demikian.

Malaikat akan memilih manusia yang di doakan yakni manusia yang melakukan amal kebaikan. Manusia bahkan bisa mendapatkan doa dari 70 ribu malaikat sekaligus. Amalan untuk mendatangkan nikmat ini tergolong ringan. Namun keutamaannya tentu sangat besar dibandingkan dengan doa dan istigfar yang dilakukan manusia.

Lantas apa amalan sederhana yang membuat malaikat beristigfar dan berdoa untuk manusia? Salah satu amalan tersebut adalah menjenguk orang yang sakit. Tindakan ini terkesan sederhana, manusia menyisikan sedikit waktunya untuk melihat saudara atau kerabatnya yang sedang sakit. Namun, ternyata hal ini memiliki keutamaan yang sangat besar. Sebanyak 70 ribu malaikat akan mendoakan kebaikannya serta beristigfar dan meminta ampun untuk manusia tersebut.

Menjenguk orang sakit ini merupakan salah satu bentuk kasih sayang terhadap sesama manusia. Hal ini akan berdampak baik terhadap psikologis orang yang menderita sakit. Sehingga akan menumbuhkan sikap optimis orang yang sakit dan akan berdampak kepada kesembuhan mereka.
Rosullulloh Bersabda :
“Tidaklah seorang muslim yang menjenguk muslim lainnya di pagi hari kecuali ada 70 ribu malaikat yang mendoakannya hingga sore hari. Dan jika menjenguknya di sore hari, ada 70 ribu malaikat yang mendoakannya hingga pagi, dan baginya satu kebun di surga.” (HR. Al-Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Tirmidzi).

Siapa jenguk orang sakit di pagi hari, duduk disampingnya menghiburnya, mendoakan kesembuhan untuknya, maka 70 ribu malaikat memintakan ampunan untuknya sampai tiba waktu sore. Amalan ringan tapi memiliki keutamaan yang sangat besar. Ini karena menunjukkan sifat rahmat (kasih sayang) kepada sesamanya sehingga Allah juga limpahkan rahmat-Nya kepadanya. Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata: Rasulullah S allahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Siapa yang mejenguk orang sakit, ia terus dalam naungan rahmat sehingga duduk. Maka apabila ia duduk, ia tenggelam ke dalamnya.” (HR. Ahmad. Dishahihkan Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah, no. 2504)
Sifat mulia ini masuk dalam keumuman sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
“Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayangi pula oleh ar-Rahman (Allah). Maka sayangilah penduduk bumi niscaya penghuni langit pun akan menyayangi kalian.(HR. Ahmad)
1. Orang yang Menuntut Ilmu dan Mengajarkannya

Orang yang mendapatkan doa dari malaikat adalah para penuntut ilmu dan yang mengamalkannya. Hal ini sesuai dengan salah satu hadis berikut:

“ Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air.” (HR. Muslim)

2. Orang yang Tidur dalam Keadaan Suci (Berwudhu)

Orang yang mendapatkan doa dari malaikat adalah orang yang senantiasa dalam keadaan suci bahkan hingga ia tidur.

“ Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci.” (HR. Imam Ibnu Hibban dari Abdullah bin Umar)

3. Orang yang menunggu waktu sholat dan berdiam diri di masjid setelah sholat

Orang yang mendapatkan doa dari malaikat adalah ia yang menunggu waktu sholat dengan keadaan bersuci. Menunggu waktu sholat dilakukan sambil melakukan amalan lainnya, seperti membaca Al Quran, atau berdzikir.

Rasulullah SAW bersabda:

“ Seorang hamba masih dihitung dalam shalat selama ia berada di tempat shalatnya untuk menunggu shalat dan malaikat akan mendoakannya; Ya Allah, ampunilah dia, Ya Allah, rahmatilah dia, hingga ia beranjak atau berhadas.” (HR Muslim)

4. Orang yang Bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Selain untuk meneladani Rasulullah, bersholawat juga akan membuat malaikat mendoakan seorang hamba.

Rasulullah SAW bersabda, “ Tidaklah seorang muslim bershalawat kepadaku kecuali malaikat akan mendoakannya sebanyak ia bershalawat atasku. Maka para hamba hendaknya mempersedikit shalawat atau memperbanyaknya.” (Shahihul Jami' 1/174, hadits nomor 5620)

5. Orang yang Sholat Berjamaah di waktu Subuh dan Ashar

orang yang melaksanakan sholat subuh dan Ashar secara berjamaah juga akan mendapatkan doa dari malaikat. Kedua waktu tersebut adalah waktu dimana malaikat berkumpul dan melakukan tugasnya.

Hal ini sesuai dengan Hadis berikut:

" Dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda : Para malaikat (yang menyertai hamba) di malam hari dan malaikat (yang menyertai hamba) di siang hari berkumpul pada waktu shalat Subuh dan Ashar. Maka mereka berkumpul pada waktu shalat Subuh, lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari naik ke langit, dan malaikat yang bertugas pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat Ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari naik ke langit sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka; ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’ Mereka menjawab; ‘Kami mendatangi mereka, sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka, sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat." (Hadir riwayat Imam Ahmad)

6. Orang yang merapatkan shaf
Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya berdoa bagi orang-orang yang menyempurnakan shaf. Dan barangsiapa menutup celah dalam shaf Allah akan mengangkat derajatnya satu tingkat.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

7. Orang yang mendoakan saudaranya (tanpa sepengetahuan orang lain)
“ Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’ (HR Imam Muslim dari Ummud Darda’, Shahih Muslim 2733)
Tidak sedikit orang tua yang menggunakan kekuatan fisiknya untuk membuat anak tunduk. Sementara mereka lupa, bahwa badan yang kekar ini akan lemah juga. Suara yang keras ini akan sayup-sayup meredup pula. Mata yang selalu melotot ini akan kehilangan ketajamannya juga. Entah karena anak semakin luas ruang geraknya. Atau karena mata kita telah kabur dimakan usia.
Ada anak yang memandang orang tuanya sebagai sosok seram pembawa godam. Atau seperti algojo yang siap mengayunkan pedangnya. Ia sadar bahwa tubuhnya yang kecil tidak mungkin untuk melawannya. Maka ia pun menuruti segala perintah sang raksasa, karena rasa takut.
Namun dapatkah Anda bayangkan jika keadannya telah berbalik? Anak tumbuh menjadi pemuda yang kuat, sementara orang tuanya bertambah lemah dan renta. Akankah anak masih mau menaati orang tuanya? Ataukah sebaliknya, dia akan memperlakukan orang tuanya sebagaimana dahulu orang tuanya memperlakukan dia?
Tujuan hukuman
Satu prinsip yang harus dipahami. Bahwa tujuan adanya hukuman dalam Islam adalah sebagai bentuk nasehat dan perbaikan. Bukan sarana pelampiasan kemarahan atau balas dendam. Sehingga selama anak masih bisa diperbaiki dengan cara selain kekerasan, hindarilah kekerasan.
Imam al-Izz bin Abdussalam rahimahullah (w. 660 H) menjelaskan, “Selama proses pendidikan bisa dilakukan dengan perbuatan dan perkataan yang lembut, maka tidak boleh dengan cara yang keras. Sebab hal itu bakal merusak dan tidak ada manfaatnya. Karena tujuan sudah bisa tercapai tanpa kekerasan”.
Bahaya kekerasan
Seorang anak yang dididik dengan kekerasan akan terbiasa keras. Kekerasan akan mengakibatkan dadanya terasa sempit. Semangatnya hilang. Terjangkiti kemalasan. Terdorong untuk berdusta karena terhantui adanya tangan yang siap melayang untuk memukul. Kekerasan membuat anak mati perasaan. Lemah kemauan. Labil kejiwaannya. Hilang semangat dan harapannya.
Apalagi bila kekekerasan itu merusak kehormatan anak atau menghinakannya. Seperti bila anak dipukul di hadapan orang banyak sehingga menjadi bahan tertawaan. Atau dibeberkan aibnya di antara khalayak. Ingat, kepribadian anak harus kita jaga dan kehormatannya harus kita pelihara.
Salah besar bila kita menganggap bahwa kekerasan adalah jalan pintas yang mendatangkan kebaikan bagi anak. Justru banyaknya pukulan akan membuat anak semakin bandel dan keras kepala.
Kekerasan tidak diperlukan, manakala anak mendapatkan bimbingan yang hikmah dari orang tuanya. Juga selalu memperoleh nasehat-nasehat kebaikan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ“
“Segala sesuatu yang dihiasi kelembutan pasti indah. Sebaliknya bila kehilangan kelembutan, pasti akan terlihat jelek”. HR. Muslim dari Aisyah radhiyallahu ‘anhu.
Seluruh keterangan di atas bukan untuk menihilkan pukulan sama sekali. Apalagi bila diperlukan. Namun penggunaan pukulan itu ada kaidahnya. InsyaAllah pembahasan ini akan dipaparkan di pertemuan berikutnya.
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 28 Muharram 1440 / 8 Oktober 2018
[15/9 11.03] Abu Syadda: *Menjaga Kesehatan Hati*
https://t.me/KonsultasiSyariah

Oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Terdapat banyak dalil bahwa iman, ibadah, dan ketaataan adalah nikmat. Iman itu manis, ibadah itu manis, taat itu manis, yang hanya bisa dirasakan oleh hati yang sehat.

Dalam al-Quran, Allah menyebut wahyu dengan sebutan ar-Ruh,

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا

“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Ruh (al-Quran) dengan perintah Kami…” (QS. as-Syura: 52)

Yang dimaksud Ruh pada ayat di atas adalah wahyu al-Qur’an.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa hadisnya juga menyebutkan bahwa iman itu rasanya lezat. Diantaranya, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ

Ada 3 hal, siapa yang memilikinya maka dia akan bisa merasakan manisnya iman. [1] Allah dan Rasul-Nya menjadi sesuatu yang paling dia cintai melebihi yang lainnya. [2] Mencintai orang lain yang latar belakangnya hanya karena Allah. [3] dan dia benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke neraka. (Bukhari 6941 & Muslim 174)

Kemudian, dalam hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut shalat sebagai sesuatu yang menenangkan. Dalam hadis dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِى فِى الصَّلاَةِ

“Ketenangan hatiku dijadikan dalam shalat.” (HR. Ahmad12293, Nasai 3956, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth)

Mengapa Ketika Ibadah kita Tidak Nyaman?

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa ketika kita melakukan ketaatan, kita selalu merasa tidak nyaman? Kita merasa tidak betah. Bahkan umumnya kita berfikir bagaimana agar ibadah itu segera selesai…

Bukankah taat itu nikmat?

Shalat itu menenangkan?

Ibadah itu rasanya lezat?

Tapi mengapa seolah menjadi beban yang sangat berat bagi kita?

Jawabannya adalah karena hati kita sedang sakit…

Sebagaimana ketika fisik kita sedang sakit, semua terasa pahit, meskipun sejatinya itu nikmat.

Orang sakit diberi makanan selezat apapun, tidak akan bisa dia nikmati. Karena semua terasa pahit.

Bagi orang sehat, mandi dengan air itu menyegarkan, tapi bagi orang sakit, itu menyiksa dirinya.

Karena dia sakit, sehingga tidak bisa menikmati yang lezat…

Bagaimana penawarnya?

Ibnul Qoyim menyebutkan teori pengobatan orang sakit. Teori ini berlaku dalam semua tindakan pengobatan orang yang sakit, baik sakit fisik maupun sakit hati.

Kata Ibnul Qoyim,

ومدار الصحة على حفظ القوة والحمية عن المؤذى واستفراغ المواد الفاسدة ونظر الطبيب دائر على هذه الأصول الثلاثة

Menjaga kesehatan berporos pada 3 hal: [1] Menjaga kekuatan (حفظ القوة), [2] Perlindungan dari sesutau yang memperparah sakitnya (والحمية عن المؤذى) dan [3] Membersihakan sumber penyakit (واستفراغ المواد الفاسدة).

Dan para dokter selalu memperhatikan 3 prinsip ini. (Ighatsah al-Lahafan, 1/16).

Selanjutnya, kita akan merinci secara ringkas,

Pertama, Menjaga kekuatan [حفظ القوة]

Dalam dunia kedokteran, pendekatan pertama yang digunakan dokter untuk mengobati pasiennya adalah menjaga kekuatan fisik pasien. Dokter akan meminta pasien untuk banyak mengkonsumsi makanan bergizi, banyak beristirahat, jangan banyak berfikir berat, dan tidak lupa diberi multivitamin.

Dalam menjaga kesehatan hati yang sakit juga demikian, kita harus memberikan nutrisi bagi hati. Diantaranya dengan banyak berdzikir, banyak mendekatkan diri kepada Allah, banyak belajar agama, dst.
Karena wahyu itu ruh… mendekat kepada wahyu, baik bentuknya amalan maupun menata pemahaman, berarti meningkatkan potensi kehidupan bagi hati.

Kedua, Perlindungan dari sesutau yang memperparah sakitnya [والحمية عن المؤذى]

Dalam dunia kedokteran, pendekatan kedua yang digunakan dokter untuk mengobati pasiennya adalah melindungi pasien dari sesutau yang memperparah sakitnya. Dokter akan menyebutkan beberapa pantangan yang harus dihindari pasien. Tidak boleh makan berlemak, berkolestrol, dst.

Dalam menjaga kesehatan hati yang sakit juga demikian, kita harus menjaga diri dari kondisi yang memperparah penyakit hati kita. Itulah dosa dan maksiat. Karena dosa dan maksiat adalah noda bagi hati.

Ketiga, Membersihakan sumber penyakit [واستفراغ المواد الفاسدة]

Dalam dunia kedokteran, ini pendekatan ketiga. Dokter akan mengobati sumber penyakit pasien. Pasien akan diberi obat misalnya antibiotik, anti radang, anti alergi, dst.

Dalam menjaga kesehatan hati yang sakit juga demikian, kita harus membersihkan sumber penyakit hati. Dengan cara membersihkan noda dosa. Bentuknya, banyak bertaubat kepada Allah, memohon ampun atas kesalahan yang kita lakukan, dst.

Allahu a’lam.

,*SUMBER:*
https://konsultasisyariah.com/28816-menjaga-kesehatan-hati.html

<<<<<< >>>>>>>>
[15/9 12.02] Abu Syadda: https://www.dakwah.id/khutbah-jumat-singkat-tentang-takwa/
Nikmat sehat dan waktu luang, dua nikmat ini seringkali dilalaikan oleh manusia –termasuk pula hamba yang faqir ini-. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Ibnu Baththol mengatakan, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.”
Yuk diperhatikan lagi, cek komen untuk lengkapnya 👍🏻
Forwarded from hadist Rasul | Grup Diskusi
1. SUPPOSITORIA (OBAT BERBENTUK PELURU YANG DIMASUKKAN KE DALAM ANUS ATAU YANG SEMISALNYA).
Tidak membatalkan puasa. [Menurut pendapat asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh.]

2. TETES MATA
Tidak membatalkan puasa.
[Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahumulloh].

3. CELAK
Tidak membatalkan puasa
[Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin].

4. TETES TELINGA
Tidak membatalkan puasa.
[Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahumulloh]

5. TETES HIDUNG
Jika sampai masuk ke lambung maka membatalkan puasa. [asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh]
📝 Adapun asy-Syaikh Ibnu Baz berpendapat tetes hidung TIDAK BOLEH bagi orang yang berpuasa. Dan barangsiapa yang mendapati rasanya di tenggorokannya, maka wajib baginya untuk mengqodho’ (yakni batal puasanya).

6. SPRAYER (SEMPROT) ASMA.
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Baz, aay-Syaikh Ibnu Utsaimin dan al-Lajnah ad-Daimah rahimahumulloh].

7. SUNTIKAN NUTRISI
Membatalkan puasa. 👉🏽Adapun suntikan otot, pembuluh darah atau kulit maka tidak membatalkan.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumalloh].

8. SUNTIK PENICILLIN
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh].

9. SUNTIKAN INSULIN BAGI PENDERITA DIABETES
Tidak membatalkan puasa.
[al-Lajnah ad-Daimah].

10. SUNTIK BIUS (ANAESTESI) PADA GIGI, MENAMBAL DAN MEMBERSIHKANNYA
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahulloh].

11. MENGHIRUP BUKHUR (ASAP GAHARU) DENGAN SENGAJA DALAM KEADAAN TAHU
Membatalkan puasa.
🔻Adapun sekedar mencium aroma bukhur tanpa sengaja menghirupnya, maka TIDAK membatalkan.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh].

12. MEMAKAI MINYAK WANGI DAN MENGHIRUPNYA
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumalloh].

13. PELEMBAB BIBIR
Tidak membatalkan puasa,
👉 Dengan syarat tidak ada yg tertelan sedikitpun darinya.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh].

14. MAKE-UP​
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh].

15. MUNTAH DENGAN SENGAJA
Membatalkan puasa.
🔻Adapun jika tidak sengaja maka tidak membatalkan.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh].

16. EPISTAKSIS (MIMISAN), CABUT GERAHAM DISERTAI KELUARNYA DARAH
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumalloh].

17. DIAMBIL DARAH UNTUK DIPERIKSA
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Baz dan asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh]

18. IHTILAM (MIMPI BASAH)
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumalloh].

19. BERENANG DAN MENYELAM
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh].

20. OBAT KUMUR (SEMISAL LISTERINE​)
Tidak membatalkan puasa.
🔻Dengan syarat tidak ada yang tertelan sedikitpun darinya.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh]

21. SIWAK
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumalloh].

22. PASTA GIGI (GOSOK GIGI)
Tidak membatalkan puasa selama tidak sampai Ke lambung.
🔻(Akan tetapi) yang lebih baik utama tidak menggunakannya, karena memiliki pengaruh (rasa) yang kuat.

23. MENELAN DAHAK
Tidak membatalkan puasa.
[asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh].
🔻adapun asy Syaikh ibnu Baz rahimahulloh berpendapat dahak/riak (النخامة) tidak boleh ditelan dan wajib dibuang (tambahan dari pent).

24. MENCICIPI MAKANAN
Tidak membatalkan puasa,
👉🏽 akan tetapi tidak boleh menelannya, dan tidak melakukannya kecuali memang dibutuhkan.

25. KOYO NIKOTIN
Membatalkan puasa.
[al-Lajnah ad-Daimah]

✍🏻 Al Ustadz Syafi'i Al Idrus
حفظه اللـہ تعالـــــﮯ

📚"Tanbiihaat Syahri Ramadhon" Faedah dari Majmu'ah Manaabir Al-kitab Was Sunnah Dengan Sedikit Perubahan |
Forum Ahlussunnah Ngawi
Nikmat sehat dan waktu luang

1. Perbanyak berdoa diwaktu mustajab
2. Perbanyak bersedekah
3. Perbanyak ibadah Sunnah
BALASAN AMAL DENGAN YANG SEMISAL

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri.”

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Jika kalian baik dalam perbuatan-perbuatan dan uacapan-ucapan kalian, Sesungguhnya kalian berarti telah berbuat baik terhadap diri kalian sendiri.

Sebab pahalanya kembali kepada kalian. Bila kalain bertindak buruk, maka hukumannya (juga) berbalik mengenai kalian sendiri.

Jika nanti telah tiba ketetapan terjadinya kerusakan kedua (yang kalian perbuat), maka Kami akan menjadikan musuh kalian berkuasa atas kalain kembali, untuk menghinakan dan mengalahkan kalian.

Sehingga tampaklah bekas-bekas penghinaan dan penistaan pada wajah-wajah kalian dan lalu merangsek masuk menghadapi kalain ke dalam baitul maqdis untuk menghancurkannya sebagaimana mereka dahulu pernah menghancurkannya, dan kemudian meluluhlantahkan semua yang mereka miliki sehabis-habisnya secara total.
ORANG-ORANG YANG MASUK KE DALAM NERAKA LALU DIKELUARKAN KARENA PERSAHABATANNYA DENGAN ORANG SHOLEH

sc: mahasiswa.salaf

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang syafaat antara sahabat di hari kiamat,

“Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat.

Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.

Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.

Para mukminin inipun MENGELUARKAN BANYAK SAUDARANYA yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya.

Kemudian orang mukmin itu lapor kepada Allah, ”Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa.”

Allah berfirman, ”Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar.”

Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. Kemudian mereka melapor, ”Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dientas…” (HR. Muslim no. 183).