Awalnya hopeless sama comsec taunya keren banget anak2 saya😍
Saya suka banget kalo anak2 saya sudah banyak yang mulai bisa belajar untuk menyalurkan gagasan2nya terlepas dari benar atau tidaknya gagasan tsb!
Saya suka banget kalo anak2 saya sudah banyak yang mulai bisa belajar untuk menyalurkan gagasan2nya terlepas dari benar atau tidaknya gagasan tsb!
Okay lanjut diskusinya di bawah👇
Kenapa orang-orang yang telaten banyak yang jadi pemenang di sekolah tapi pecundang di luar sekolah?
Kenapa orang-orang yang telaten banyak yang jadi pemenang di sekolah tapi pecundang di luar sekolah?
Menarik!
Kesimpulan pendeknya :
Orang-orang yang terbiasa mengikuti pola yang telah disediakan biasanya akan gagap saat menghadapi sesuatu tak berpola.
Walaupun sebenarnya saya tadi ngomongin telaten dan ga telaten dimana kedua hal tsb gaada hubungannya dengan IQ. Justru biasanya orang yang ber-IQ tinggi dikenal ga telaten😁.
Tapi gapapa, opininya menarik dan layak kita kaji bersama!
Kesimpulan pendeknya :
Orang-orang yang terbiasa mengikuti pola yang telah disediakan biasanya akan gagap saat menghadapi sesuatu tak berpola.
Walaupun sebenarnya saya tadi ngomongin telaten dan ga telaten dimana kedua hal tsb gaada hubungannya dengan IQ. Justru biasanya orang yang ber-IQ tinggi dikenal ga telaten😁.
Tapi gapapa, opininya menarik dan layak kita kaji bersama!
Fyi, setelah melakukan tes sebanyak 2 kali pas sekolah, ternyata saya IQ-nya relatif lebih kecil dibandingkan “kebanyakan” teman-teman saya dulu di sekolah. Makanya dulu saya malu buat ngungkapin isi kertas hasil IQ saya dan sempat merekayasa hasilnya saat ditanya oleh teman-teman karena saya gamau image “pinter” saya tiba-tiba hilang (saya dulu punya masalah yang besar dengan pandangan orang lain).
Setelah literasi saya makin berkembang, ternyata kecerdasan itu gabisa dilihat hanya berdasarkan satu variabel saja. Ada beberapa jenis lain yang bisa dilihat seperti kecerdasan kinestetik, linguistik, spasial, dan lain-lain.
Jadj buat anak-anak saya yang mikir “kenapa IQ aku kecil?” Jangan berkecil hati yak!!!!
Setelah literasi saya makin berkembang, ternyata kecerdasan itu gabisa dilihat hanya berdasarkan satu variabel saja. Ada beberapa jenis lain yang bisa dilihat seperti kecerdasan kinestetik, linguistik, spasial, dan lain-lain.
Jadj buat anak-anak saya yang mikir “kenapa IQ aku kecil?” Jangan berkecil hati yak!!!!
Erotomania adalah kondisi psikologis saat merasa orang lain jatuh cinta pada dirinya. Gangguan ini dapat menimbulkan beberapa gejala, salah satunya adalah obsesi berlebih pada seseorang yang mereka sukai.
KESEHATAN MENTAL PRIA
Kenapa saya harus menawarkan tema yang lebih sempit? kenapa tidak lebih general saja? kenapa pria saja? bukankah perempuan juga harus mengadapi kesehatan mentalnya sendiri juga?
Kita hidup di tengah masyarakat yang menuhankan ekspektasi mereka. Ekspektasi itu kemudian secara tidak langsung akan membuat stereotype baru bahwa manusia harus begini dan begitu, jika tidak begini dan begitu maka siap-siap saja menghadapi pelbagai macam sanksi sosial yang akan dilayangkan oleh masyarakat. Salah satu ekspektasi terbesar masyarakat hari ini adalah bagaimana cara mereka memandang para pria. Pria dituntut untuk selalu kuat menghadapi segalanya, pria tak boleh menangis, pria tak boleh mengeluh, dan sebagainya. Bahkan suatu hari saya pernah mendengar salah satu ungkapan dalam sebuah podcast “The primary tenet of masculinity is acting different to how you feel.” Tentu saja dalam banyak momen hal ini dibenarkan dan memang harus begitu, laki-laki dengan fisik dan mentalitas yang lebih kuat memang harus begitu. Saat perempuan dan anak-anak sedang dalam kondisi terpuruk, laki-laki harus berdiri kuat sebagai benteng yang melindungi mereka. Memang begitulah salah satu tujuan Allah menciptakan laki-laki dengan fisik yang lebih kuat. Namun ada satu hal yang kita lupakan bersama, bahwa laki-laki juga punya perasaan. Kita tidak hanya sedang berbicara tentang laki-laki yang selama ini kita lihat “melambai”, bukan mereka saja! tapi laki-laki yang kita yang kita lihat selalu tangguh dengan badan tegap, berotot, dan suara yang berat pun demikian.
Berdasarkan data yang ada pada tahun 2021, jumlah kasus bunuh diri laki-laki empat kali lebih banyak dibandingkan wanita. Terlepas dari fakta bahwa pria memang mendominasi secara populasi tapi memang secara statistik setidaknya hampir 80% pria pernah mencoba untuk bunuh diri. Banyak ilmuwan yang menyebutkan bahwa penyebab terbesar mengapa demikian adalah keengganan para pria untuk berbicara dan mengungkapkan apa yang mereka rasakan, mereka cenderung memilih jalan yang lain salah satunya adalah dengan bunuh diri. Lantas mengapa demikian? Ya tentu saja karena tuntutan stereotype dan budaya masyarakat kita tentang mereka. Salah satu tuntutannya adalah “masculine behavior” dimana atribut, perilaku, dan peran para pria sudah ditentukan dari awal. Apakah “masculine behavior” salah secara total? tentu saja tidak, namun banyak dari “masculine behavior” yang diajukan oleh masyarakat kita cenderung salah arah dan keluar dari tujuan awal. Maka tentu saja ini tugas kita bersama untuk kembali mempertanyakan mana “masculine behavior” yang layak dipertahankan dan tidak layak. Jangan sampai yang seharusnya dipertahankan malah dilonggarkan, begitupula sebaliknya.
Apa yang bisa saya lakukan sebagai pria bila saya merasa ada yang salah dengan mental saya?
Tentu saja ini juga menjadi masalah bagi banyak orang termasuk saya. Namun membuat perubahan sederhana seperti mulai sedikit demi sedikit mengungkapan dan meluapkan perasaan kita kepada orang terdekat dengan cara yang “baik” akan sangat membantu. Tak harus dokter, tak harus banyak orang pula, cukup temukan satu orang saja yang membuat kita nyaman. Mulai mengkonsumsi makanan yang sehat dan sedikit bergerak di pagi hari juga benar-benar membantu. Sebagai seorang Muslim tentu saja hal yang paling penting dan yang paling didahulukan yang paling saya sarankan adalah mulai memperbaiki hubungan kita dengan Allah ﷻ. Manusia terkadang mengecewakan dan pergi, namun yakinlah bahwa Allah selalu menanti.
Wokeh broooooo… take care of urself…
Life is so hard… life is so challenging..
and sometimes we dont know what we can do abt it..
but believe that Allah will create ease after hardship…
Allah always with us…
I’m here for u my brother… u’re not alone….
Love u broooo..
- Kadam Sidik
Kenapa saya harus menawarkan tema yang lebih sempit? kenapa tidak lebih general saja? kenapa pria saja? bukankah perempuan juga harus mengadapi kesehatan mentalnya sendiri juga?
Kita hidup di tengah masyarakat yang menuhankan ekspektasi mereka. Ekspektasi itu kemudian secara tidak langsung akan membuat stereotype baru bahwa manusia harus begini dan begitu, jika tidak begini dan begitu maka siap-siap saja menghadapi pelbagai macam sanksi sosial yang akan dilayangkan oleh masyarakat. Salah satu ekspektasi terbesar masyarakat hari ini adalah bagaimana cara mereka memandang para pria. Pria dituntut untuk selalu kuat menghadapi segalanya, pria tak boleh menangis, pria tak boleh mengeluh, dan sebagainya. Bahkan suatu hari saya pernah mendengar salah satu ungkapan dalam sebuah podcast “The primary tenet of masculinity is acting different to how you feel.” Tentu saja dalam banyak momen hal ini dibenarkan dan memang harus begitu, laki-laki dengan fisik dan mentalitas yang lebih kuat memang harus begitu. Saat perempuan dan anak-anak sedang dalam kondisi terpuruk, laki-laki harus berdiri kuat sebagai benteng yang melindungi mereka. Memang begitulah salah satu tujuan Allah menciptakan laki-laki dengan fisik yang lebih kuat. Namun ada satu hal yang kita lupakan bersama, bahwa laki-laki juga punya perasaan. Kita tidak hanya sedang berbicara tentang laki-laki yang selama ini kita lihat “melambai”, bukan mereka saja! tapi laki-laki yang kita yang kita lihat selalu tangguh dengan badan tegap, berotot, dan suara yang berat pun demikian.
Berdasarkan data yang ada pada tahun 2021, jumlah kasus bunuh diri laki-laki empat kali lebih banyak dibandingkan wanita. Terlepas dari fakta bahwa pria memang mendominasi secara populasi tapi memang secara statistik setidaknya hampir 80% pria pernah mencoba untuk bunuh diri. Banyak ilmuwan yang menyebutkan bahwa penyebab terbesar mengapa demikian adalah keengganan para pria untuk berbicara dan mengungkapkan apa yang mereka rasakan, mereka cenderung memilih jalan yang lain salah satunya adalah dengan bunuh diri. Lantas mengapa demikian? Ya tentu saja karena tuntutan stereotype dan budaya masyarakat kita tentang mereka. Salah satu tuntutannya adalah “masculine behavior” dimana atribut, perilaku, dan peran para pria sudah ditentukan dari awal. Apakah “masculine behavior” salah secara total? tentu saja tidak, namun banyak dari “masculine behavior” yang diajukan oleh masyarakat kita cenderung salah arah dan keluar dari tujuan awal. Maka tentu saja ini tugas kita bersama untuk kembali mempertanyakan mana “masculine behavior” yang layak dipertahankan dan tidak layak. Jangan sampai yang seharusnya dipertahankan malah dilonggarkan, begitupula sebaliknya.
Apa yang bisa saya lakukan sebagai pria bila saya merasa ada yang salah dengan mental saya?
Tentu saja ini juga menjadi masalah bagi banyak orang termasuk saya. Namun membuat perubahan sederhana seperti mulai sedikit demi sedikit mengungkapan dan meluapkan perasaan kita kepada orang terdekat dengan cara yang “baik” akan sangat membantu. Tak harus dokter, tak harus banyak orang pula, cukup temukan satu orang saja yang membuat kita nyaman. Mulai mengkonsumsi makanan yang sehat dan sedikit bergerak di pagi hari juga benar-benar membantu. Sebagai seorang Muslim tentu saja hal yang paling penting dan yang paling didahulukan yang paling saya sarankan adalah mulai memperbaiki hubungan kita dengan Allah ﷻ. Manusia terkadang mengecewakan dan pergi, namun yakinlah bahwa Allah selalu menanti.
Wokeh broooooo… take care of urself…
Life is so hard… life is so challenging..
and sometimes we dont know what we can do abt it..
but believe that Allah will create ease after hardship…
Allah always with us…
I’m here for u my brother… u’re not alone….
Love u broooo..
- Kadam Sidik
FAKTOR EKSTERNAL
Awalnya, Kaneki adalah mahasiswa sastra yang sangat sopan dan baik. Kemudian dia secara tidak sengaja terseret dalam kejadian yang sangat mengerikan. Dia diserang oleh ghoul yang sangat suka memakan daging manusia. Nasib baiknya adalah dia tidak mati begitu saja setelah disantap oleh ghoul itu dan malah menerima transplantasi organ dari ghoul itu. Nasib buruknya adalah organ ghoul hasil transplantasi tadi malah mempengaruhi tubuh dan psikisnya. Dia menjadi sangat liar sampai-sampai hasratnya untuk memakan manusia sebagaimana ghoul pun bangkit, selain itu dia juga semakin susah merasa bahagia atau senang dengan hal-hal yang sederhana sebagaimana sebelumnya.
.
Seorang abang-abang filsuf dari Prancis bernama Muel Kapten pernah berqola :
“Secara alami manusia itu cenderung berbuat kebaikan dan senantiasa bahagia, hanya saja setelah ia hidup bermasyarakat, lingkungan hidup di sekitarnya menghancurkan naluri berbuat kebaikan dan senantiasa bahagia. Akhirnya, ia menjadi orang yang condong berbuat kejelekan dan tidak bahagia.” (Why Good People Sometimes Do Bad Things, 2006 : 11).
.
Hal seperti ini harusnya tidak asing bagi orang-orang Islam, sebab ada banyak sekali hadis-hadis yang berkaitan tentang pentingnya seorang Muslim menjaga lingkungannya. Kita mulai dari hadis yang membahas tentang bagaimana manusia bermula dari rahim ibunya, Rasulullah ﷺ bersabda :
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Artinya: "Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani." (HR Bukhari dan Muslim).
.
Hadis tersebut bila kita interprestasikan agak liar sedikit memberi makna yang sama dengan ucapan abang-abang filsuf tadi bahwa manusia lahir dengan naluri yang baik dan bahagia, kemudian setelah ia bertemu dengan orang tua atau walinya semua berubah dengan perubahan yang luar biasa, entah perubahannya menjadi lebih baik atau tidak.
.
Dalam hadis lain juga disebutkan bahwa faktor penentu bagaimana cara kita bersikap sebagai manusia juga lingkungan. Rasulullah ﷺ bersabda :
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Seseorang dilihat dari agama (akhlak) sahabat karibnya, maka hendaknya salah seorang diantara kalian memperhatikan kepada siapa kalian akan bersahabat.”
.
Manusia adalah makhluk yang dinamis. Ke”dinamis”an seorang manusia tentu saja dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya. Layaknya kaneki yang dipengaruhi oleh ghoul, kita sebagai manusia biasa pun sama saja. Tak perlu digigit atau ditransplantasi oleh ghoul pun kita akan menjadi orang yang berbeda saat bertemu dengan orang yang berbeda pula.
- Ur Father Kadam Sidik
Awalnya, Kaneki adalah mahasiswa sastra yang sangat sopan dan baik. Kemudian dia secara tidak sengaja terseret dalam kejadian yang sangat mengerikan. Dia diserang oleh ghoul yang sangat suka memakan daging manusia. Nasib baiknya adalah dia tidak mati begitu saja setelah disantap oleh ghoul itu dan malah menerima transplantasi organ dari ghoul itu. Nasib buruknya adalah organ ghoul hasil transplantasi tadi malah mempengaruhi tubuh dan psikisnya. Dia menjadi sangat liar sampai-sampai hasratnya untuk memakan manusia sebagaimana ghoul pun bangkit, selain itu dia juga semakin susah merasa bahagia atau senang dengan hal-hal yang sederhana sebagaimana sebelumnya.
.
Seorang abang-abang filsuf dari Prancis bernama Muel Kapten pernah berqola :
“Secara alami manusia itu cenderung berbuat kebaikan dan senantiasa bahagia, hanya saja setelah ia hidup bermasyarakat, lingkungan hidup di sekitarnya menghancurkan naluri berbuat kebaikan dan senantiasa bahagia. Akhirnya, ia menjadi orang yang condong berbuat kejelekan dan tidak bahagia.” (Why Good People Sometimes Do Bad Things, 2006 : 11).
.
Hal seperti ini harusnya tidak asing bagi orang-orang Islam, sebab ada banyak sekali hadis-hadis yang berkaitan tentang pentingnya seorang Muslim menjaga lingkungannya. Kita mulai dari hadis yang membahas tentang bagaimana manusia bermula dari rahim ibunya, Rasulullah ﷺ bersabda :
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Artinya: "Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani." (HR Bukhari dan Muslim).
.
Hadis tersebut bila kita interprestasikan agak liar sedikit memberi makna yang sama dengan ucapan abang-abang filsuf tadi bahwa manusia lahir dengan naluri yang baik dan bahagia, kemudian setelah ia bertemu dengan orang tua atau walinya semua berubah dengan perubahan yang luar biasa, entah perubahannya menjadi lebih baik atau tidak.
.
Dalam hadis lain juga disebutkan bahwa faktor penentu bagaimana cara kita bersikap sebagai manusia juga lingkungan. Rasulullah ﷺ bersabda :
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Seseorang dilihat dari agama (akhlak) sahabat karibnya, maka hendaknya salah seorang diantara kalian memperhatikan kepada siapa kalian akan bersahabat.”
.
Manusia adalah makhluk yang dinamis. Ke”dinamis”an seorang manusia tentu saja dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya. Layaknya kaneki yang dipengaruhi oleh ghoul, kita sebagai manusia biasa pun sama saja. Tak perlu digigit atau ditransplantasi oleh ghoul pun kita akan menjadi orang yang berbeda saat bertemu dengan orang yang berbeda pula.
- Ur Father Kadam Sidik