Ippho Santosa - ipphoright
30.4K subscribers
315 photos
57 videos
18 files
297 links
Download Telegram
Uang, penting.

Ilmu di balik uang jauh lebih penting.

Bayangkan, apa jadinya bila orang miskin tiba-tiba memenangkan lotre dalam jumlah yang besar? Kebayang?

Penelitian para ekonom dari University of Kentucky, University of Pittsburgh, dan Vanderbilt University membuktikan, dalam lima tahun, para pemenang lotre jadi bangkrut. Miskin lagi.

Inilah akibat dari surplus uang tapi minus ilmu.

Ingat, uang bisa datang dan pergi. Tapi dengan ilmu, kita bisa mendatangkan uang, lagi dan lagi.
Bayangkan, apa jadinya bila orang miskin tiba-tiba memenangkan lotre dalam jumlah yang besar? Penelitian dari University of Kentucky, University of Pittsburgh, dan Vanderbilt University membuktikan, dalam lima tahun, para pemenang lotre jadi bangkrut. Miskin lagi.

Perlu contoh? Pada 2003, nama Callie Rogers tiba-tiba menjadi perbincangan di Inggris. Di usia 16, ia memenangkan lotre bernilai 1,8 juta poundsterling atau Rp 35 miliar! Callie Rogers pun menyandang status pemenang lotre termuda di Inggris.

Bergelimangan harta, Callie Rogers menjalani hidup dengan berfoya-foya. Tak lama setelah mendapat hadiah lotere, Callie Rogers tak mau meneruskan sekolah dan bekerja. Sebelum memenangkan lotre tersebut, Callie Rogers bekerja sebagai penjaga toko.

Dia lebih banyak menghabiskan uang untuk baju, pesta, narkoba, operasi plastik, liburan dan hadiah. Dan kini, ibu tiga anak itu harus bersusah payah sebagai perawat demi menyambung hidup karena hartanya sudah habis. Penyesalan selalu datang di akhir ketika Callie Rogers merasa tak sanggup memberikan perawatan yang layak bagi buah hatinya, terutama Blake yang mengidap cerebral palsy. 

Inilah akibat dari surplus uang tapi minus ilmu. Tak mampu mengelola uang. Ingat, uang bisa datang dan pergi. Tapi dengan ilmu, kita bisa mendatangkan uang, lagi dan lagi. Uang, penting. Ilmu di balik uang jauh lebih penting. Teman-teman setuju? Tulisan ini boleh di-share.
Soal godaan nih.

Tahukah Anda, apa godaan terbesar bagi PRIA? Itulah wanita.

Tahukah Anda, apa godaan terbesar bagi WANITA? Itulah online shop. Hehehe.

Shopping. Belanja-belanja. Beli-beli. Milih-milih. Wanita mana yang nggak suka? Ayo ngaku! Anehnya, barang yang terlihat biasa-biasa saja oleh pria, eh bisa terlihat lucu dan unyu oleh wanita. Begitulah wanita. Hehehe.

Kadang, pekerjaan ibu rumahtangga itu melelahkan dan menjemukan. Kan seringnya di rumah. Betul apa betul? Jadi, sekiranya istri sesekali shopping, yah izinkan saja. Toh yang dia shopping itu untuk keluarga dan rumahtangga. Bukan untuk siapa-siapa.

Apabila selama ini suami SUDAH BENAR dalam mengarahkan dan mendidik istri, pastilah yang di-shopping istri itu barang-barang yang bermanfaat untuk keluarga dan rumahtangga. Nggak sia-sia.

Pesan untuk suami. Daripada berdebat nyuruh-nyuruh istri berhenti shopping, lebih baik shopping-nya diarahkan dan diatur. So, everybody wins. Apalagi Anda tahu persis, nggak bakal menang berdebat melawan wanita, hehehe.

Hal ini tentu mesti dilihat secara berimbang, nggak timpang. Di mana istri pun harus tahu berapa kemampuan dan kesukaan suami. Jangan memaksakan diri. Jangan mau enaknya sendiri. Sip?

Setelah menikah, ada yang naik gajinya. Ada pula yang tidak naik gajinya. Namun anehnya, ia malah mampu menafkahi anak-anak, menafkahi orangtua, menyicil rumah, menyicil kendaraan, pokoknya macam-macam.

Aneh kan? Itulah berkah pernikahan. Dan benarlah, Yang Maha Kaya menepati janji-Nya, di mana Dia akan memampukan dan mengayakan orang-orang yang menikah. Pantaslah MENIKAH itu dimaknai dengan Mesra-Nikmat-Berkah.

Yang belum dikaruniai jodoh, saya turut mendoakan. Semoga segera ya. Aamiin. Sekian dari saya, Ippho Santosa.
Kesehatan adalah investasi yang sangat mahal dan bersifat jangka panjang. Kalau kita memilih menu sehat hari ini, mungkin dampaknya tidak langsung terasa pada keesokan harinya. Ya, perlu waktu bertahun-tahun untuk mengetahui dampaknya.

Ingat. Karier, penting. Bisnis, penting. Target, penting. Kesehatan? Jauuuh lebih penting. Pastilah teman-teman setuju dengan statement ini. Saking berharganya, kesehatan tak bisa diukur dengan rupiah. Priceless.

Di sekitar kita ada tiga masalah kesehatan yang sangat mencolok. Apa itu? Kolestrol, diabetes, dan asam urat. Mungkin terkesan remeh, tapi jangan salah, ketiga penyakit sangat mengganggu produktivitas. Tidak jarang, orang-orang muda juga mengalaminya.

Apa saran saya untuk teman-teman yang menderita asam urat? Perbanyak jeruk, ceri, stoberi, apel, delima, seledri, dan teh hijau. Terus, hindari nangka, nanas, durian, rambutan, dan anggur. Lebih baik lagi kalau merutinkan propolis yang berkualitas premium.

Lantas, olahraga apa yang tepat? Lakukan peregangan pada pergelangan tangan, naik-turun tangga, renang, sepeda, dan aerobik. Olahraga-olahraga ini insya Allah sangat membantu.

Sepengalaman saya, memelihara bisnis memerlukan kebiasaan-kebiasaan yang positif. Demikian pula memelihara kesehatan, memerlukan kebiasaan-kebiasaan yang positif. Tidak bisa mengandalkan satu-dua tindakan sesaat saja.

Semoga kita semua selalu sehat, berkah, dan berlimpah. Aamiin. Sekian dari saya, Ippho Santosa.
Rajin sedekah, apakah jaminan surga? Belum tentu. Sekali lagi, belum tentu.

Ada orang yang diberi keluasan rezeki oleh Allah, dikaruniai macam-macam harta. Lalu di akhirat, ia dibawa ke hadapan Allah dan Allah mengabarkan kenikmatan-kenikmatan itu kepadanya.

Allah pun bertanya kepadanya, “Apa yang engkau lakukan di dunia?” Orang yang disebut-sebut ahli sedekah itu menjawab, “Aku menginfakkan hartaku karena-Mu, ya Allah.”

Mendengar itu, Allah membalas, “Engkau berdusta. Sebenarnya engkau melakukan itu semua karena ingin dipuji sebagai dermawan." Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk membawanya. Orang itu pun diseret, masuk ke dalam neraka.

Hadis Abu Hurairah ini diriwayatkan oleh Muslim dan an-Nasai. Sahih insya Allah. Begitulah, ada tiga kelompok orang yang pertama kali akan diadili di akhirat kelak dan ternyata masuk neraka, salah satunya adalah ahli sedekah yang keliru niatnya.

Hati-hati. Niat tak bisa dianggap sepele. Amal kecil bisa terhitung besar, asalkan lurus niatnya. Amal besar bisa terhitung kecil bahkan sia-sia, karena melenceng niatnya. Pada akhirnya, mari kita jaga niat kita.
Tadi malam saya, keluarga saya, dan tim saya ditraktir oleh Mas Akhmad di Sabhu Hachi. Mentraktir, ini bentuk luas dari sedekah. Alhamdulillah, menyenangkan.

Sungguh, murah hati membuat hidup kita tidak murahan. Yang saya yakini, sedekah itu solusi. Bagi yang menerima, juga bagi yang memberi. Itu yang mestinya kita imani dan amini.

Memuliakan sesama, tak perlu diragukan lagi, ini adalah perbuatan mulia. Dan berkah tentunya. Di samping itu, menurut penelitian University of Antwerp di Belgia, berbagi makanan bisa membuat hati menjadi lebih lembut. Termasuk mentraktir makan.

Apalagi guru-guru dunia telah mengajarkan dan menganjurkan, kunci bahagia dalam hidup BUKANLAH mengakumulasi harta. Kuncinya ialah kontribusi dan distribusi, maka peganglah kunci ini baik-baik, jangan pernah lepas.

Menariknya lagi, menurut pengalaman saya, seseorang yang terbiasa dengan sedekah, maka saat menjadi karyawan di kantor:
-       ia tidak terlalu menuntut terhadap perusahaan
-       ia berani berkorban untuk rekan-rekannya dan perusahaan

Dan lihatlah kenyataan. Orang-orang hebat sepanjang sejarah adalah mereka yang ikhlas dan mau berkorban. Seperti pahlawan-pahlawan nasional. Boleh dibilang, mereka lebih banyak memberi daripada mengambil.

Sepanjang bulan Agustus ini, saya rutin menceritakan kisah pahlawan-pahlawan nasional kepada anak-anak saya, mulai Jenderal Sudirman, Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, I Gusti Ngurah Rai, Mohammad Hatta, Pangeran Diponegoro dll.

Bukan sekedar berbagi, tapi juga berkorban. Semoga kita semua dimampukan. Aamiin.
Foto dari IPPHO & TIM KHALIFAH
Menikah itu mengundang rezeki. Bukan saja ada dalilnya, tapi juga ada risetnya.

Penelitian 30 Percent Club asal Inggris, pria yang memiliki istri dan anak, kariernya akan meningkat. Rupanya 74 persen pria yang telah memiliki istri dan anak berhasil beroleh kenaikan jabatan dan gaji lebih dari 5 kali lipat. Ini berdasarkan pengamatan terhadap 4.600 pekerja.

Brittany Solomon dan Joshua Jackson dari Washington University meneliti 4.544 pasutri di Australia. Manakala seseorang dapat diandalkan untuk menjalankan perannya sebagai istri atau suami dengan penuh tanggung-jawab, maka pasangannya memiliki peluang 50 persen lebih besar untuk beroleh promosi karier.

Bagi yang belum menikah, semoga segera ya. Sekian dari saya, Ippho Santosa.
Pendidikan formal saat ini, entah itu SD, SMP, atau SMA, hanya mengarah pada 'angka tertinggi' dan 'kampus favorit'. Apapun dilakukan agar si anak bisa meraih angka tertinggi dan masuk kampus favorit.

Bagaimana dengan minat dan bakat si anak? Bagaimana dengan cita-cita khusus si anak? Itu tidak terlalu dipikirkan. Fenomena ini setidaknya terjadi pada keluarga rata-rata.

Kemarin saya dan istri menonton film 'Big Brother. Two thumbs up for #BigBrother and #DonnieYen. CGI-nya oke, action-nya oke, humornya juga oke. Walaupun beberapa dialognya rada lebay (film di mana-mana yah begitu, ada lebay-lebaynya).

Saya pribadi terkesan dengan pesan-pesan yang tersirat tentang pendidikan di film ini. Ya, bagaimana orangtua dan guru hendaknya memperhatikan minat dan bakat si anak, bukan semata-mata pencapaian akademis. Yang jelas, film ini menghibur!

Saya ini pendidik. Mengelola puluhan TK, SD, dan kampus. Jujur, saya lebih senang melihat murid yang supel (banyak temannya), ada rasa enjoy ketika belajar, dan berkesempatan menyalurkan minat dan bakatnya, daripada sibuk-sibuk melulu dengan pencapaian akademis.

Begini. Bukannya pencapaian akademis itu tidak perlu. Yah perlu. Tapi pergaulan (banyak teman) lebih diperlukan. Demikian pula rasa enjoy ketika belajar. Jangan sampai murid merasa stress ketika belajar. Minat? Bakat? Tentu saja, ini tidak boleh diabaikan.

Mari kita sampaikan (remind) hal ini kepada keluarga kita dan orang-orang di sekitar kita. Insya Allah kalau diterapkan, ini akan menjadi bekal bagi kehidupan mereka kelak. Sekian, semoga berkah berlimpah.
Kemarin saya dan istri nonton di bioskop.

Judulnya biasa, pemain-pemainnya juga biasa, tidak terkenal. Dari awal sampai akhir, semuanya tampil via screen. Tapi ceritanya bener-bener seru dan nggak ketebak. Bikin deg-degan. #Searching judulnya. Selama 4 minggu terakhir, menurut saya, ini adalah the best movie. Remaja dan orang tua mesti nonton!

Film ini berkisah tentang seorang anak (tepatnya anak perempuan) yang tiba-tiba menghilang dari rumah. Si ayah pun bingung dan mau nggak mau harus melacak melalui apa saja, termasuk socmed si anak. Dalam film ini, terlihat si anak tidak terlalu dekat dengan ayahnya dan ini keliru. Sangat keliru.

Di keluarga rata-rata, anak perempuan biasanya relatif dekat dengan ayahnya.

Ternyata ada sederet alasan mengapa anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya. Pertama, ayah itu bagai superhero di mata anak perempuannya, di mana si ayah mengajarkan ketegaran, kemandirian, dan tidak mengekang. Kedua, ayah lebih lembut dan lebih melindungi terhadap anak perempuan ketimbang anak laki-laki. Ketiga, ayah lebih mengandalkan logika ketimbang emosi, sehingga bisa menjadi teman curhat yang solutif.

Lebih lanjut, penelitian di University of Illinois menjabarkan bahwa anak-anak yang dikaruniai ayah yang meluangkan waktu untuk menanyakan apa yang mereka pelajari di sekolah, menanyakan aktivitas mereka sehari-hari, dan menanyakan hubungan sosial mereka dengan lingkungannya, menunjukkan prestasi akademis yang lebih prima di sekolah, dibanding anak-anak yang tidak memiliki hubungan yang hangat dengan ayahnya.

Semoga bermanfaat. Sekian, Ippho Santosa.
Selama 5 tahun terakhir, dunia entrepreneurship berkembang begitu pesat.

Tapi masih ada yang bingung mau usaha apa. Saran saya, nggak harus produksi sendiri. Setidaknya, untuk tahap awal. Kita bisa mulai dengan 'menjual' dan 'menjualkan'. Vendor dan produk bisa dari mana saja. Cara ini relatif mudah dan cost-nya relatif rendah.

Itulah yang saya lakukan bersama mitra-mitra, alhamdulillah. Setahu saya, itu pula yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, yaitu menjual' dan 'menjualkan'. Bukan mustahil beliau seorang reseller atau sejenisnya.

Sejauh ini, banyak sekali yang japri ke ponsel saya, mengeluh soal income (penghasilan). Keluhan mereka, "Pendapatan saya nggak seberapa. Sementara, kebutuhan hidup dan tagihan nggak putus-putus. Ada terus."

Saya pun menyarankan mereka untuk berhemat. Walaupun tidak mudah, mereka berusaha mencoba. Tapi, tetap saja keteteran. Nggak ada pilihan lain, lalu saya menganjurkan mereka untuk berbisnis. Kecil-kecilan dulu. Mulai dari 'menjual' dan 'menjualkan'.

"Bisnis yang bagus, cirinya apa saja?" Kembali mereka bertanya. Saya bilang, perhatikan baik-baik margin-nya dan repeat order-nya. Pastikan oke. Ya, keberlangsungan sebuah bisnis sangat ditentukan oleh repeat order.

Satu lagi. Ada mentor-nya. Pastikan teruji kejujurannya, pastikan teruji kemampuannya. Dalam learning, mentor itu peredam risiko. Penting sekali. Kalau coba-coba sendiri, yah bisa juga. Tapi lebih lama dan lebih berisiko.

Terus, ada juga yang nanya, apa saya bisa jadi #MitraMasIppho ? Saya jawab, yah bisa. Tapi harus tahan banting. Cara-cara yang saya pakai relatif keras. Nggak semua orang suka, hehehe. Contoh kecil saja, mereka yang mengaku mau belajar bisnis sama saya tapi datangnya telat, sering saya suruh pulang.

Tapi ada senang-senangnya juga. Saat senggang, saya dan mitra-mitra pergi travelling. Kadang dalam negeri, kadang luar negeri. Alhamdulillah. Ini bagian dari kebersamaan. Saya sangat mensyukuri moment-moment seperti itu.

Pada akhirnya, saya berharap teman-teman semua bisa sukses besar jadi pengusaha, entah bermitra dengan saya atau tidak. Sekali lagi, sukses besar. Aamiin. Sekiranya masih bekerja, itu pun tak masalah. Alokasikan gajinya untuk membeli properti dan emas. Insya Allah bagus juga hasilnya.

Semoga berkah berlimpah.
Kemarin saya ikut Kajian Musawarah yang diisi oleh Ust Adi Hidayat. Sudah sekian tahun saya ikut kajian ini, alhamdulillah.

Saya pribadi berterimakasih kepada Mas Dimas, Mbak Dhini, Mas Primus, Mbak Jihan, Mas Wisnu, Mbak Shireen dll yang awal-awal mengajak saya dan istri untuk hadir di kajian ini.

Kemarin hadir juga Irwansyah, Prilly, Fenita, Ricky Harun dll. Niatnya belajar juga silaturahim. Doakan niat kami terjaga.

Ust Adi Hidayat, Ust Abdul Somad, Ust Oemar Mita, dan Ust Hanan Attaki adalah beberapa ustadz yang rutin mengisi di Musawarah.

Saya pribadi penasaran, biasanya teman-teman ikut kajian siapa? Jawab di IG ini ya...

https://www.instagram.com/p/Bndw612AWfw/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1rvslnmvd9tl4
Apa bisnis Anda? Apa produk Anda? Detak dan denyut sebuah bisnis ditentukan oleh penjualan. Ya, penjualan.

Sayangnya, tidak sedikit pengusaha dan penjual yang ditolak dalam menawarkan. Kenapa? Karena mereka kurang memahami ilmu komunikasi dan pola sukses dalam penjualan.

Ingat, segala sesuatu ada pola suksesnya. Berkomunikasi dan menaklukkan hati konsumen juga sama, ada pola suksesnya.

Dalam berkomunikasi, terutama untuk penjualan, saya mengajak penjual untuk melakukan digging di awal. Maksudnya, menggali informasi. Inilah yang sampaikan kemarin ketika men-training mitra-mitra.

Jadi, jangan buru-buru jualan. Ketahui dulu, apa dia sudah punya keluarga, apa belum? Apa dia sudah punya anak, apa belum? Berapa kira-kira income-nya? Dari mana kira-kira asalnya? Dan masih banyak lagi.

Dengan digging dan memahami informasi-informasi mendasar ini, kita dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam berkomunikasi.

Misal, kita tahu ternyata dia sudah punya anak. Nah, mungkin saja kita menawarkan suplemen untuk keperluan anaknya. Si ortu kadang tidak peduli dengan kesehatan dirinya. Tapi, kesehatan anaknya? Sangat peduli.

Digging juga membuat dua pihak menjadi lebih akrab. Ya, lebih dekat. Sehingga, kalaupun tidak terjadi transaksi penjualan, silaturahim tetap terjaga. Kan bagus? Praktek ya. Semoga berkah berlimpah.
Hari itu saya bertemu penulis novel Lupus, Hilman Hariwijaya. Sebelum dibukukan, cerpen-cerpen karyanya sempat populer di majalah remaja saat itu, tahun 80-an. Saya salah satu pembacanya. Begitulah. Sejak dulu, saya suka membaca. Sewaktu kecil dan remaja, saya sempat punya novel-novel karya Enid Blyton, selain karya Hilman Hariwijaya dan Bastian Tito.

Saat beranjak dewasa, mulailah saya membaca buku-buku pengembangan diri karya John Maxwell, Tony Robbins, Robert Kiyosaki dll. Al Ries juga termasuk. Kesukaan membaca ini akhirnya diteruskan dengan kesukaan menulis. Jadilah saya kolumnis di belasan koran di Indonesia. Alhamdulillah, saya bersyukur sekali dengan takdir ini.

Pelan-pelan, nama saya mulai dikenal publik.

Nggak cukup sampai di situ, lalu saya menulis buku-buku pengembangan diri yang alhamdulillah kemudian terjual di atas 1 juta eksemplar dan mengantarkan saya berseminar di 5 benua. Tapi, yang paling seru adalah ketika saya 'menulis' buku nikah dan buku tabungan, hehehe.

Saya dan Hilman Hariwijaya adalah jenis penulis yang dipopulerkan oleh media massa. Ya, media massa. Saya dengan koran, Hilman Hariwijaya dengan majalah. Zaman pun berubah. Belakangan ini, dominasi media massa mulai berkurang, seiring menguatnya dan meluasnya pengaruh socmed.

Kemarin saya bertemu #NissaSabyan. Kenal kan? Dia sangat terkenal di socmed dan YouTube. Ini pelajaran buat kita.

Di zaman serba socmed seperti saat ini, kita bisa memasarkan produk, jasa, dan ide tanpa media massa sama sekali. Dengan socmed dan YouTube, kita bisa menghadirkan channel dan halaman kita sendiri. Benar-benar mandiri. Anak-anak muda biasanya lebih paham soal ini dan mau coba-coba sendiri.

Kepada mitra-mitra di BP, saya sampaikan, "Ini bukan soal tua atau muda, tapi apakah kita mau belajar dan memperbaiki diri, atau malah mencari-cari dalih." Pada akhirnya, mari manfaatkan socmed untuk tujuan bisnis, komunikasi, dan pengembangan diri.

Jangan sekedar jadi penonton, jadilah pemain. Sekian dari saya, Ippho Santosa. Semoga berkah berlimpah.
Bolehkah wanita bekerja atau berbisnis?

#KetikaWanitaBerbisnis, inilah tema seminar saya belakangan ini. Wanita memang tidak wajib mencari uang. Tapi boleh, dengan sederet catatan.

Salah satu kelebihan wanita dalam bisnis adalah multi-tasking. Bisa melakukan beberapa hal dalam waktu bersamaan. Selain itu, wanita lebih konsisten dan lebih detail dalam urusan bisnis.

However, prioritas bagi seorang wanita adalah anak, suami, dan rumahnya. Jangan sampai ini dinomorduakan hanya karena bisnis dan rupiah. Kalau ini sampai terjadi, itu namanya salah kaprah.

Ingat. Bagi seorang pria, nafkah keluarga tetaplah tanggung-jawabnya. Istri kaya-raya? Istri durhaka? Istri beda agama? Tetap saja pria (suami) yang harus menafkahi.

"Mas Ippho, istri saya cerdas. Dia S2, bahkan kandidat S3. Kan sayang banget kalau dia di rumah saja," celetuk salah satu peserta seminar.

Begini. Di rumah itu ada anak. Baiknya curahkan kecerdasan dan kehebatan sang ibu itu pada anaknya, the best investment. Anak itu investasi terbaik.

Saat ini, saya diamanahi 3 anak. Anak saya yang kedua, #Fathima. Berkerudung, tapi alhamdulillah juara lari, jago ice skating, dan jago gymnastic. Disebut jago kalau dibandingin pemula sih.

Di rumah dia sangat kritis. Berani mengkritik papa, mama, dan oma-nya, hehehe. Demikian pula anak saya yang pertama, #Khadija. Saya percaya, anak-anak saya bisa tumbuh begitu cerdas karena didampingi sungguh-sungguh oleh ibunya, istri saya.

Teman-teman yang punya bisnis, terutama wanita, hendaknya paham prioritas bagi seorang wanita. Prioritasnya adalah anak, suami, dan rumahnya. Bukan bisnisnya. Bukan profit-nya.

Para pria (para suami) hendaknya lebih giat dalam mencari nafkah. Memang hukumnya begitu. Itu adalah tanggung-jawabmu. Sebisanya, jangan sampai membebani istrimu.
Uang, ada.
Ilmu, ada.
Relasi, ada.

Tapi kok nggak mulai-mulai usahanya?

Kenapa ya? Mungkin karena tidak punya keberanian.

Ketika memulai, kadang muncul rasa takut. Nyali sampai menciut, kening sampai berkerut. Tapi saran saya, tetaplah melangkah, jangan pernah surut. Selagi legal dan halal, tak perlu merasa takut.

Hei, ingat! Rasa takut harus ditaklukkan dengan sadar dan sengaja. Bukan untuk dimanja-manja. Sering kali apa-apa yang kita takutkan itu tak pernah terjadi. Right?

Dan sebenarnya, keberanian itu menular. Benar-benar menular. Maka, ada baiknya kita bergaul dengan orang-orang yang berani. Sedikit-banyak kita akan terpengaruh.

Modal nomor satu bagi pengusaha adalah keberanian. Sekali lagi, keberanian. Kalau melulu play safe, itu bukan pengusaha namanya. Uang mungkin kurang. Ilmu mungkin kurang. Tapi, kalau ada keberanian, sebuah bisnis bisa segera dimulai.

Pada akhirnya, beranilah.

Simak lanjutannya >> https://www.instagram.com/p/BnUz8GTAeoL/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1s95qdfg0tn2t
Malam ini, saya talkshow bareng Merry Riana di Sonora. Jam 7 malam insya Allah. Kalau teman-teman mau bertanya, silakan WA 0812-112-9200. Dua pertanyaan terbaik akan mendapat hadiah buku plus tanda tangan.