MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)
3.75K subscribers
1.6K photos
237 videos
570 links
MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)
Trainer Spiritual Prosperity | Writer | Public Speaker

- 1 Day Spiritual Prosperity Class
- Servo Prosperity Online Class

Facebook, Fanspage, Youtube, Telegram, Ig: Muhammad Nurul Banan
Website : www.gusbanan.com
Download Telegram
ANZALAS SAKIINAH; ZONA RILEKS ITU DETIK-DETIK KEMENANGAN

Antara 2009 - 2010 saya menulis buku. Waktu itu saya tidak tahu harus apa, mau bisnis, minat besar saya bukan bisnis. Dari di pesantren pun minat saya ke dunia intelektual, lebih menyukai diskusi-diskusi ilmiah, menulis, dan speaker. Karena memang itu minat saya, sekalipun saya hidup di kampung, di antara tetangga para petani dan penderes gula, angan-angan saya jadi penulis.

Tetangga kanan-kiri yang rata-rata petani sedang mencemooh saya, sebagai pengangguran seharusnya saya terlihat turun ke sawah atau mungkin ke pasar mengais rezeki layaknya orang desa, tapi saya malah masuk kamar. Di kamar saya menulis buku, tapi mereka tahunya saya orang stres yang mengurung diri di kamar.

Orang kampung yang tahunya menderes nira kelapa, tentu cuma mencemooh geli lihat kelakuan saya yang alam idealismenya dengan buku-buku.

Tahun 2012 terbit 2 buku karangan saya. Saat itu saya sudah menikah. Saya mengharap buku terbit, hidup saya akan berubah drastis, saya berharga, saya mulia. Eh ternyata 2 buku yang terbit tidak mengefek apapun pada hidup saya. Tidak efek duit, tidak efek publik, tidak efek keilmuan, tidak ada efek apapun.

Sampai akhirnya saya melupakan idealisme diri saya pada buku. Sesudah menikah di tahun 2012, saya lebih berpikir real daripada idealis. Telah berkeluarga, dunia real saya harus menafkahi istri. Saat itu saya masuk ke pasar cari duit. Idealisme menulis, buku, public speaking, keilmuan, dan lain-lain, mulai saya nomorduakan.

Namun dasar minat saya lebih dominan ke alam idealis saya, sudah gagal dan terhambat berjilid-jilid, dan keseharian saya sudah mengelola toko, menulis tetap jalan tanpa terasa.

Saat itu ramai facebook, saya ikut-ikutan facebook-an. Facebook pun—tanpa terasa—menjadi media saya menulis. Saya menulis saja sesuai apa yang saya pikirkan, tidak tahu apa tujuannya, tidak tahu akan merubah hidup apa tidak, tidak tahu ada efek masa depan gemilang apa tidak. Passion saya menulis, facebook jadi media menulis.

Eeh tidak tahunya, dengan media facebook, justru idealisme hidup saya justru diijabah oleh Tuhan. Apa yang dulu saya impikan melalui penerbitan buku, terwujud hanya dengan beranda facebook.

Tadi malam saya baru menyadari hal ini setelah tanpa sengaja saya membaca satu ayat Al-Qur'an;

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan meneguhkan mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (Q.S. Al-Fath : 18)

Ternyata Al-Qur'an telah memberitakan "detik-detik kemenangan" (fathan qariibaa) itu ditandai turunnya rasa rileks (anzalas sakiinah) dalam hati seseorang.

Saat otot-otot syaraf, tenaga dan kemampuan saya, tegang bekerja untuk mewujudkan impian idealisme hidup saya, justru terwujudnya impian tersebut haihaata; jauh panggang dari api.

Dan saat saya mulai dagang dengan mengelola toko karena memikirkan nafkah istri, di situ justru saya sedang melakukan relaksasi atas dunia idealisme saya, saya berada di zona rileks. Di situ saya dikaruniai ketenangan hati (anzalas sakiinah).

Namun pada saat itu walaupun saya tidak menulis buku lagi, saya tetap tidak kehilangan fokus saya pada menulis, justru di facebook saya bisa menulis dengan rileks tanpa beban.

Pada saat semua ketegangan syaraf saya memasuki relaksasi, ternyata impian saya diwujudkan oleh-Nya dengan lantaran media facebook.

Jadi tanda detik-detik hidup Anda akan temukan titik menang (fathan qariibaa), di situ Anda oleh Tuhan akan dituruni rasa tenang alias rileks atas obsesi hidup Anda sendiri.

Amati saja, saat Anda sibuk mengiklankan dagangan Anda, apa ada pembeli? Pembeli datangnya nanti setelah masa promosi Anda selesai, yakni begitu Anda masuk di masa closing promosi. Sebab alam semesta menunggu hati Anda rileks dulu. Saat promosi, hat
i Anda berambisi besar, tegang dan penuh nafsu, saat di masa closing, hati Anda mulai ke zona rileks. Pendaftar workshop saya pun rata-rata positif ikut kelas justru setelah saya tutup promo, yakni 3 hari menjelang hari H workshop.

Anda temukan dompet yang Anda lupa menaruhnya justru setelah Anda lupa kalau Anda mencarinya. Alam semesta menunggu Anda rileks alias sakiinah.

Dulu di masa muda saat Anda mengejar cinta seseorang, Anda kecewa melulu, setelah Anda melupakannya si dia malah mendekat. Alam semesta menunggu Anda rileks alias sakiinah.

Dalam bisnis, saya lumayan cepat temukan duit. Dimulai awal nikah lalu di tahun ke-4 pernikahan, bisnis saya mulai temukan uang gede. Ini terjadi karena saya pengasuh pondok pesantren, pikiran saya lebih banyak memikirkan ngaji daripada bisnis, sehingga saya mudah rileks dengan bisnis. Hasilnya malah bisnis cepat sukses. Beda sekali dengan karir saya di dunia menulis.

Rileks atau sakiinah itu bukan Anda melepaskan obsesi dan ambisi, rileks itu penguasaan diri pada kondisi tenang untuk mencapai kualitas fokus yang berkualitas.

Ketika Anda lupa kalau Anda sedang mencari-cari dompet yang lupa menaruhnya itu bukan berarti Anda sedang tidak mencari-cari dompet. Di keadaan itu Anda tetap merasa kehilangan dompet dan menginginkan bisa ditemukan, hanya saja hati Anda bisa rileks sehingga lupa.

Jadi ciri kemenangan hidup Anda masih jauh itu justru ketika Anda mengarahkan kekuatan dan daya Anda untuk meraihnya. Saat Anda terobsesi promosi dan tawar-tawarkan barang dagangan, dagangan Anda justru tidak laku. Saat Anda sibuk ajukan lamaran pekerjaan ke sana-sini, pekerjaan malah menjauh, justru ditemukannya nanti setelah Anda di zona rileks atas obsesi Anda, saat Anda lupa.

Tapi ingat, beda sekali ya antara Anda yang masuk zona rileks dengan Anda yang lemah kemauan. Zona rileks pasti ditemukan setelah otot-otot Anda menegang, ibarat "ngeseks", penis Anda rileks orgasme setelah menegang kencang. Kalau dari awal tidak ada ketegangan dan langsung rileks berarti itu lemah syahwat.

Jadi dekatnya kemenangan itu ditandai turunnya rasa sakiinah (rileks). Tapi rileks itu sendiri harus Anda dapatkan setelah otot-otot tegang. Kalau sudah rileks dari awal itu bukan sakiinah yang diturunkan Tuhan, namun itu lemah syahwat. Kalau lemah syahwat, serahkan saja pada Maria Ozawa.

Maka ini orang sukses pasti dicirikan tenang mengarungi samudera kehidupan, mereka orang-orang yang rileks, bukan orang-orang yang sibuk.[]

#SpiritualProsperityWorkshop
#SelfUniverseWorkshop
#GusBanan
I'TIDĀL ALAM SEMESTA

Di video yang unggah di sini, sebuah kisah menarik bagaimana seseorang dijatuhkan dengan tragis oleh mekanisme alam.

Alam semesta ini adalah keseimbangan mutlak, sistem-sistemnya telah di titik seimbang, setelah Anda menanjaki jalan dengan energi ekstra besar, Anda pasti akan menemui jalan menurun dengan energi ekstra rendah. Sebab ini di alam semesta ini bila seseorang tidak mampu menyeimbangan diri dalam kehidupannya, ia pun akan dipaksa oleh semesta untuk menyeimbangkan diri.

Di vedo ini satu kisah menarik, di mana seseorang yang telah meninggi ke langit, selanjutnya dipaksa oleh alam semesta untuk menyeimbangkan diri. Maka ini lalu di alam semesta muncul hukum "di atas langit masih ada langit". Selalu ada langit di atas langit sebab untuk menyeimbangkan antara satu hal dengan hal lainnya.

Alam semesta demikian ini karena memang penciptanya, yakni Tuhan merupakan pribadi dengan keseimbangan total. Karakter-karakter-Nya merupakan keterkaitan yang saling terhubung antara satu sama lain. Al-Jabbar (Maha Otoriter) disinkronkan dengan watak Ar-Rauf (Maha Penyantun). Adh-Dhārr (Maha Mencelakai) disinkronkan dengan An-Nāfi' (Maha Bermanfaat). Al-Mutakabbir (Maha Besar diri) disinkronkan dengan Al-Lathīf (Maha Lemah-lembut). Dan seterusnya.

Artinya pribadi Tuhan itu menganut sistem keseimbangan mutlak. Jika Tuhan hanya santun, bermanfaat, lemah-lembut, Dia akan dinilai lemah, lalu Dia mudah disampahkan orang, tanpa wibawa. Juga kalau Tuhan hanya otoriter, mencelakai, sombong diri, Dia akan dinilai preman fasis anti toleransi, Dia hanya ditakuti tanpa kharisma.

I'tidāl shalat merupakan gerakan menyeimbangkan diri antara aktifitas berdiri dan sujud dalam shalat. Berdiri itu meninggi, sujud itu merendah, keduanya ditengahi dengan i'tidāl, yakni "menjadi adil" di antara dua perbuatan ekstrem yang berlawanan sehingga menjadi seimbang.

Karena ini, Tuhan penganut prinsip i'tidāl shalat, Dia berkebijaksanaan pun dengan kebijaksanaan yang seimbang, Dia berkaraktet pribadi pun menganut pola i'tidāl.

Dan alam semesta ini juga mutlak dari akumulasi hukum keseimbangan, yakni sistem i'tidāl, baik secara fisika, biologi, maupun ruhani, karena alam ini dilahirkan oleh Tuhan yang i'tidāl.

Hukum alam merupakan kesepakatan hukum keseimbangan, hukum i'tidāl. Yang paling lemah adalah gaya gravitasi alam semesta, mengimbangi kekuatan gravitasi atom yang merupakan gravitasi paling kuat. Patuh pada hukum i'tidāl alam.

Akan halnya sistem timbangan, satu sisi neraca yang berisi 10 kg batu akan seimbangan dengan 2 karung kapas. Kalau tidak, pasti njomplang. Ia patuh pada hukum i'tidāl alam.

Zakat yang wajib dikeluarkan juga demikian. Zakat wajib dikeluarkan, tentu bagi yang mampu, semata karena mengikuti hukum keseimbangan alam ini. Sebab tiap diri yang terlahir tidak hanya wajib memberi makan dirinya, tetapi juga ada kewajiban untuk orang lain. Andai yang bersangkutan menolak membayar zakat, secara otomatis bayaran zakat tersebut keluar sendiri, ada sebagian hak Anda yang akan dipaksa keluar oleh alam semesta untuk orang lain agar menjadi seimbang. Karena semua yang di dalam semesta patuh dan tunduk pada hukum i'tidāl alam.

Seorang yang sombong, selayaknya dijatuhkan, karena sombong pada hakikatnya naik terus, kalau tidak dijatuhkan menjadi tidak seimbang. Demikian halnya yang tawadhu', ia merendah, selayaknya ia diangkat naik. Seorang yang sombong tidak dijatuhkan pun, ia pasti jatuh sendiri, atau seorang yang tawadhu' tidak diangkat pun ia akan terangkat sendiri, karena patuh pada hukum i'tidāl alam.

Matematika itu lahir dari kesepakakatan. Angka 1 juga lahir dari kesepakatan 1/2 + 1/2. Sehingga tidak ada hukum matematika yang tidak menganut prinsip i'tidāl alam. Semua bilangan dapat dipecah "tengah", sekalipun itu angka al-witr (ganjil).

Anda yang telah berat dengan gaya menanjak akan mendapat keseimbangan ringan pada gaya menuruni. Air yang tumpah dari bejana air pun volumenya sama beratnya dengan berat benda yang masuk, sesuai hukum Archimedes.

Jadi, semua yang di alam semesta ini melakukan gerak i'tidal shala
t. Gerak menyeimbangkan diri di antara dua perihal sebagaimana posisi Tuhan yang selalu dalam i'tidāl shalat.

Ingin seimbang? Mari shalat. Karena di dalam shalat ada i'tidal.

وَكَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ اسْتَوَى، حَتَّى يَعُوْدَ كُلُّ فَقَارٍ مَكَانَهُ.

“Saat mengangkat kepalanya (dari rukuk untuk i'tidal), beliau berdiri lurus hingga setiap faqar (rangkaian tulang punggung, mulai bagian paling atas di dekat leher sampai tulang ekor) kembali ke tempatnya.” (H.R. Al-Bukhari).[]

#SpiritualProsperityWorkshop
#SelfUniverseWorkshop
#GusBanan
UNTUK MENGURANGI CAPEK DAN JENUH

Ada aktifitas-aktifitas tubuh yang Anda tidak menemukan rasa capek dan tidak menemukan titik jenuh disebabkan gerak tubuh tersebut memang telah terprogram dengan gerak sukarela alam semesta. Seperti berak, pipis, lapar, kedipan mata, denyut nadi, dan lain-lain.

Waktunya kebelet berak, Anda tidak bisa menahannya, segera Anda dipaksa untuk BAB. Waktunya belum kebelet, Anda tidak bisa mengusahakan untuk berak, memaksanya untuk BAB. Maka ini Anda tidak bisa mengatur aktifitas berak dengan jadwal terencana.

Berak dijadwal 2 kali sehari, misalkan, di setiap jam 08.00 dan jam 15.00, Anda tidak bisa melakukannya sebab berak adalah gerak sukarela alam semesta sehingga Anda tidak bisa mengontrolnya.

Demikian pula pipis, lapar, kedipan mata, denyut nadi, nafas, dan lain-lain juga demikian.

Karena gerak sukarela, Anda yang melakukan aktifitas gerak sukarela tersebut jadi tidak memiliki rasa capek dan jenuh. Tidak ada sejarahnya Anda capek berak, capek berkedip mata, capek pipis, dan lain-lain.

Berbeda sekali dengan gerakan alam semesta tetapi Anda diberi hak untuk mengontrolnya. Misal gerak tangan untuk mencangkul. Anda mampu mengontrolnya, Anda bisa mengaturnya dengan jadwal terencana, maka ini Anda diberi rasa capek dan jenuh dengan aktifitas mencangkul.

Aliran rasa hati juga termasuk gerak sukarela alam semesta. Anda tidak bisa mengatur jadwal perasaan Anda sesuai kontrol Anda. Anda tidak bisa mengontrol rasa cinta Anda, rasa marah, rasa tersinggung, rasa rindu, dan lain sebagainya.

Pagi waktunya rindu dengan kekasih, sore waktunya cemburu, malam waktunya tersinggung, Anda tidak bisa mengontrolnya. Pagi-pagi Anda didatangkan rasa marah, ya harus marah, didatangkan rasa rindu ya harus rindu.

Karena rasa hati adalah gerak sukarela alam semesta, kemudian banyak pecinta yang tidak punya rasa capek dan jenuh dalam mencintai. Laila dan Majnun, Romeo dan Juliet, Yusuf dan Zulaikha adalah contoh-contoh orang yang tidak dikenali rasa capek dalam mencintai.

Kalau Anda alami patah hati, atau mencintai tapi tidak berjodoh, pikiran inginnya berhenti mencintai, tapi rasa cinta benar-benar getaran sukarela alam semesta, sudah sakit hati, sudah terpisah oleh kenyataan hidup, masih saja Anda mencintainya.

Sebab rasa cinta di luar kontrol kuasa diri Anda seperti halnya berak dan pipis, satu syair Arab berkata;

العيون تنسى من رأت و لكن القلوب لا تنسى من أحبت

"Mata akan lupa siapa yang ia lihat. Akan tetapi hati tidak akan lupa siapa yang ia cinta."

Rasa hati tidak mengenali capek, jenuh dan bosan. Cinta, marah, benci, rindu, tersinggung, empati dan lain sebagainya tidak bisa Anda kontrol sesuai idea diri Anda.

Sebab rasa hati adalah getaran sukarela alam semesta, maka kemudian ikhlas juga ditempatkan di dalam rasa hati. Ikhlas tidak bisa Anda kontrol dengan kuasa diri Anda, ikhlas mengalir sukarela sesuai kehendak-Nya. Maka ini ketika Nabi Muhammad SAW ditanya apa itu ikhlas, Nabi SAW tidak tahu. Beliau tanyakan pada Jibril, Jibril juga tidak tahu. Yang tahu ikhlas itu hanya Tuhan, dijawab oleh Tuhan sebagai "Rahasia-Ku", sebab ikhlas memang getaran sukarela alam semesta. Ikhlas itu seperti berak, di luar kontrol dan kuasa Anda.

Tuhan pun bergelar Muqallibal Quluub (Zat Yang Membolak-balikkan rasa hati), dalam Islam ada doa yang sangat populer;

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ

“Wahai Zat Yang Membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu." (H.R. Ahmad dan Tirmidzi)

Ikhlas atau tidak, cinta atau tidak, rindu atau tidak, benci atau tidak, kesal atau tidak, itu hak paten Allah membolak-balikkannya di bawah getaran sukarela alam semesta.

Berak, pipis, dan semua gerak sukarela alam semesta tidak mengenali capek, tidak mengenali jenuh dan bosan, maka ini ciri orang ikhlas ia pun tidak mengenali capek, jenuh dan bosan dalam beramal baik.

Dipuji atau dicela, menguntungkan atau merugikan, berhasil atau gagal, bagi orang-orang ikhlas semuanya sama, baginya yang penting berbuat baik. Semoga kita dianugerahi getaran mental ini. Amin.

Kemarin saya tertegun baca tuli
san Rosyiid Gede Prabowo, dia menceritakan bagaimana dirinya mengalami rasa capek dan bosan pada satu urusan. Dia menganalisa dirinya sendiri, ternyata karena dia dalam beraktifitas belum tulus, masih mengharap pengembalian.

Saya sendiri begitu, sering alami kejenuhan dan rasa capek berbagi, entah berbagi ilmu, berbagi uang, dan berbagai hal, di situ saya merasa jenuh dan capek sehingga kemudian terjeda atau malah berhenti sama sekali.

Berak tidak pernah capek dan jenuh, pipis juga demikian, karena telah bergerak di bawah kontrol sukarela. Ya saat kita jenuh dan capek dalam amal kebaikan, itu indikasi amal kita tidak di bawah kontrol sukarela alias tidak tulus.

Kalau Anda menarik gerobak berisi pasir terus-terusan, bukankah Anda merasa capek? Ada yang "Anda tarik" itu penyebab kecapean. Jadi ketika Anda mengalami rasa capek dan jenuh dalam satu aktifitas hidup, itu artinya masih ada sesuatu yang Anda tarik-tarik ke dalam diri Anda. Terus menerus menarik, makin mudah capek dan jenuh, makin kuat lagi tarikannya, makin kuat juga capek dan jenuhnya.

Dulu almarhum guru saya, K.H. Abdurrohman Chudlori, pengasuh Asrama Perguruan Islam Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, begitu istiqamah mengajar para santri. Jadwal dakwah dan ceramah beliau di pelosok nusantara, belum lagi jadwal mengurus organisasi masyarakat dan organisasi politik. Tapi beliau sering saya lihat, begitu kondur (pulang) ke rumah, begitu mobil sampai di garasi rumah, beliau langsung menuju kelas untuk mengajar santri-santri tanpa mampir lebih dulu ke rumah.

Ya begitulah, tidak ada lagi yang beliau tarik, sehingga beliau seperti tidak ada capeknya, laksana matahari yang menyinari, laksana hujan yang mengguyur, laksana angin yang bertiup, laksana gerak sukarela tubuh, beliau tidak punya capek dan jenuh. Dan itu istiqamah beliau lakukan hingga akhir hayat, saya sendiri sebagai saksinya.

Jadi untuk mengurangi capek dan jenuh dalam aktifitas kebaikan, kita harus sadari berak kita, pipis kita, kedipan mata kita, yang semuanya bergerak sukarela. Ciri orang yang sukarela alias tulus, ia bergerak dengan sedikit beban tarikan.

Tanda ketidaktulusan, Anda merasa capek dan jenuh dalam satu aktifitas.

Benar sekali, getaran emosi adalah getaran sukarela yang tidak dapat Anda kontrol dan kendalikan, tetapi Anda dimampukan untuk mendidik dan melatihnya. Maka ini muncul sistem pendidikan dan pelatihan di alam semesta ini, apalagi yang dididik dan dilatih dari diri Anda kalau bukan emosi dan mental Anda? Emosi macan saja bisa dididik untuk jinak, apalagi Anda?"

#SpiritualProsperityWorkshop
#SelfUniverseWorkshop
#GusBanan
YOGYAKARTA
SPIRITUAL PROSPERITY WORKSHOP
Atrium Hotel | Minggu 14 Juli 2019

Desakan rasa di dalam diri memunculkan tendangan ke luar diri. Ketika hidup menendang kesana-kemari, Anda bisa gambarkan capai dan penatnya. Apa hasilnya ada?

Maka salah satu karakter kaya sebenarnya, tenang di dalam diri, punya kualitas baik menerima keadaan. Efeknya, dalam aksi di luar dirinya menjadi tertib, tertata, rapi, elegan dan eksekutif.

Maka ini, ciri orang yang masih berkarakter miskin itu dia banyak menendang ke luar dirinya sebagai reaksi dari desakan di dalam dirinya.

Banyaknya tendangan ke luar diri itu proyeksi banyaknya desakan di dalam diri, dan itu salah satu karakter masyarkat miskin. Hidup sekali, jangan untuk miskin. Ubah dari dalam diri Anda, kehidupan Anda berubah.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾

"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (Q.S. Al-Fajr : 27-30).

Pendaftaran:
Klik bit.ly/SpiritualProsperityJOGJA

Narahubung: Nur Eka Widayati (0812-2750-1037)

#SpiritualProsperityWorkshop
#SelfUniverseWorkshop
#GusBanan
MENYAKSIKAN MAHA CAHAYA

۞ اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

"Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.S. An-Nuur : 35)

Ketika Anda berkendara di malam hari berpapasan dengan kendaraan lain dengan sorot lampu jarak jauh yang tajam, apa Anda bisa melihat jalan yang Anda lalui? Karena mata Anda penuh cahaya dari sorot lampu motor kendaraan yang papasan, justru Anda tidak dapat melihat jalan, saat itu Anda tidak beda dengan melihat kegelapan.

Tuhan itu cahaya di atas cahaya. Bukan Zat-Nya tidak terlihat, Dia Azh-Zhāhir (Zat Fisikal) tentu bisa dilihat telanjang mata, yang tidak terlihat telanjang mata itu sesuatu yang gaib.

Tuhan tidak punya sifat atau asmā' "al-ghāib" (maha gaib). Yang gaib itu jin dan malaikat.

Tuhan Azh-Zhāhir; apa ada zat fisika yang tidak bisa terindera mata?

Tentu mustahil zat fisika tidak terindera mata telanjang. Tetapi Zat-Nya penuh dengan cahaya, cahaya yang cahaya di atas cahaya. Setiap mata yang menatap cahaya, justru sama saja menatap kegelapan.

Sehingga bukan Zat Tuhan tidak terindera mata, tetapi mata Anda yang tidak mampu menembus dimensi kebercahayaan-Nya.

Maka lihatlah Tuhan dengan mata batin Anda.[]

#SpiritualProsperityWorkshop
#SelfUniverseWorkshop
#GusBanan
QANA'AH (MERASA CUKUP) ITU SEENAKNYA DAN SEBUTUHNYA PADA UANG

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ, ورُزِقَ كَفَافًا, وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ”

"Dari Abdullah bin ‘Amr R.A, ia berkata, “Rasulullah S.A.W bersabda, “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan diberikan oleh Allah sikap qana’ah (rasa cukup) terhadap pemberian-Nya” (H.R. Tirmidzi)

Banyak orang yang melakukan qana'ah tapi pada prakteknya dia mencukup-cukupkan uang. Ia merasa qana'ah tetapi selalu menemukan keadaan "uang harus dicukup-cukupkan".

Uang dicukup-cukupkan itu bukan qana'ah, itu indikasi telak kekurangan.

Qana'ah adalah satu karakter mental di mana Anda merasa cukup dengan anugerah rezeki, merasa bisa menerima apa yang telah diberikan sehingga terasa tidak ada yang kurang sedikitpun dari apa yang telah dianugerahkan Tuhan.

Kalau untuk bayar tagihan listrik, beli BBM kendaraan, belanja rumah tangga, merokok, dan segala hal kebutuhan hidup Anda masih harus mencukup-cukupkan dari penghasilan finansial Anda, itu kekurangan yang nyata.

Anda tidak perlu mencari-cari air ketika Anda berada di sungai yang penuh air. Di sungai Anda merasa kecukupan air sehingga tidak perlu mencari air. Apalagi mencari air, khawatir kekurangan air juga sepertinya naif.

Di tengah sungai yang penuh air, Anda merasa kecukupan air sehingga tidak khawatir kekurangan air. Tidak khawatir boro-boro Anda mau mencukup-cukupkan diri dalam memakai air, justru Anda cenderung "seenaknya sendiri" dalam memakai air.

Sebab ini, sikap qana'ah justru tidak mencukup-cukupkan uang, malah sebaliknya cenderung seenaknya sendiri pada uang.

Dikisahkan oleh K.H. Marzuki Mustamar, ketua PWNU Jawa Timur yang saya kutip di media islamindonesia.id. Gus Dur suatu hari baru kembali dari Italia membawa uang yang cukup banyak. Ia tidak langsung pulang ke rumahnya namun mampir dahulu di Kantor PBNU.

Uang yang dibawa tersebut langsung habis dibagikannya kepada seluruh pegawai di kantor NU. Tidak ada yang tersisa untuk keluarga di rumah. Ketika Ibu Shinta Nuriyah (Istri Gus Dur) menanyakan uang tersebut untuk mengirim biaya putrinya yang sedang kuliah di Universitas Gajah Mada, Gus Dur pun menjawab bahwa uang tersebut sudah dibagikannya ke pegawai di Kantor NU.

Ibu Shinta pun jengkel dan menanyakan alasan kenapa uang tersebut dihabiskan di Kantor NU. Di tengah Ibu Shinta meluapkan kejengkelannya, Gus Dur malah bisa tertidur pulas, tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh istrinya. Ternyata prinsip “Emang Gue Pikirin, Gitu Aja Kok Repot” benar-benar tertanam dalam diri Gus Dur. Ia tetap sabar dan ikhlas walaupun dimarahi dan diomong apapun oleh orang lain.

Sikap Gus Dur di atas yang disebut qana'ah, merasa cukup. Bukankan cenderung seenaknya sendiri? Qana'ah kok uangnya dicukup-cukupkan itu si kekurangan uang.

Seenaknya sendiri, kalau berbagi seenaknya sendiri, belanja juga seenaknya sendiri, dengan uang seenaknya sendiri, qana'ah justru terindikasi seenaknya sendiri.

Tapi Anda jangan meniru sikap Gus Dur bila merasa belum tahu seluk-beluk mentalitasnya.

Kecukupan kebutuhan finansial atau qana'ah itu sendiri tidak ada batasnya. Apakah kecukupan itu berarti harus jadi milyader, jadi jutawan, atau cukup dengan kesederhanaan, sebab kebutuhan itu tiap orang berbeda-beda, sehingga merasa kecukupannya pun berbeda-beda nominalnya.

Seorang Sultan Hasanah Bolkiah punya satu mobil masih sangat belum kecukupan, beliau butuh ratusan mobil mewah. Tapi bagi Anda yang hidup di kampung, satu mobil Toyota Avanza keluaran terbaru sudah sangat cukup. Anda dengan Sultan Hasanah Bolkiah sudah beda level kebutuhannya, maka ini soal berapa ukuran kebutuhan Anda itu tidak bisa dibatasi oleh apapun dan siapapun, batasnya berada pada perasaan Anda masing-masing.

Seorang Bill Gates butuh jutaan dollar AS untuk kebutuhan rumahnya, seorang Ki Ageng Suryamentaraman cuma butuh gubuk bambu untuk kebutuhan rumahnya.

Dalam mengukur berapa kebutuhan Anda, Anda jangan munafik. Butuh mo
bil tidak mampu beli lalu mengaku, "Saya sudah cukup dengan motor saja," itu bukan mencukupkan diri tapi kekurangan nyata. Anda butuh kaya tidak dosa, butuh sederhana juga tidak dosa. Jadi orang miskin ada salahnya, jadi orang kaya juga ada salahnya.

Ukurlah kebutuhan Anda dengan selera hidup Anda masing-masing. Bill Gates selera hidup mewah, Ki Ageng Surya Mentaram selera hidup sederhana, sesuaikan saja dengan selera Anda, yang penting jangan munafik mengaku-ngaku cukup tapi ternyata tidak mampu. Selera mewah, silakan! Selera sederhana juga monggo.

Kecukupan tidak mengenali miskin atau kaya, tidak mengenali sederhana atau mewah. Demikian pula kekurangan juga tidak mengenali itu semua.

Banyak orang punya gaji besar, tapi gajinya selalu ludes untuk cicil kreditan. Ada orang terlihat perlente, rumah tampak megah, tapi butuh uang 1 juta saja masih harus cari hutangan. Ada suami istri aktif bekerja, menanggung hanya 2 anak, tapi kerjaannya bersi tegang urusan uang dengan pasangannya. Ada orang yang kehidupan finansialnya tinggi, serba wah, namun kemerungsung duitnya setiap hari. Mereka tampak kaya, tapi hakikatnya alami kemiskinan nyata.

Banyak juga kekurangan terjadi pada orang miskin. Seumur hidup sudah irit, tapi makin melarat. Prinsip utama harus bisa menabung, namun tetap saja layak dapat BLT. Sudah dicukup-cukupkan segalanya, namun tetap saja ketika Idul Fitri layak terima Zakat Fitrah. Mereka hidup selalu tegang kekurangan uang. Mereka terlihat hidup sederhana tapi hakikatnya alami kekurangan nyata.

Kecukupan atau qana'ah bisa berada pada pola hidup mewah juga bisa berada pada pola hidup sederhana.

Kecukupan dalam pola kemewahan ataupun kesederhanaan, cirinya nilai dirinya lebih berharga daripada hartanya.

Daud A.S dan Sulaiman A.S keduanya memilih hidup mewah. Namun yang menonjol dari keduanya adalah catatan-catatan hikmah kehidupan. Keduanya tidak punya riwayat hidup arogan, glamour, hedon, dan keburukan mental lainnya yang disebabkan kalahnya mental manusia atas harta. Nilai diri keduanya lebih tinggi dari kemewahan harta yang dimiliki.

Ki Ageng Suryamentaram memilih hidup sederhana tapi dia kecukupan hidupnya. Kenyataannya dalam kesederhanaannya itu dia sangat dihormati Ir. Soekarno, Presiden RI waktu itu. Sampai-sampai secara khusus Ki Ageng dipanggil hadir ke Istana Negara. Artinya walaupun Ki Ageng Surya Mentaraman hidup di gubuk bambu, tetapi hakikatnya beliau sederajat dengan presiden. Andai level tersebut dimaterikan, harta beliau menyamai presiden.

Muhammad S.A.W sangat sederhana hidupnya, sampai-sampai perutnya sering diganjal batu untuk menahan lapar. Namun Nabi S.A.W biasa melakukan diplomasi dengan para raja baik melalui diplomat ataupun surat menyurat, seperti dengan Kaisar Romawi; Heraclius. Artinya, Nabi sering menahan lapar, tetapi levelnya di level para raja. Andai level beliau dimaterikan, harta beliau tidak beda jauh dengan Kaisar Heraclius.

Simpulnya, orang yang berkecukupan itu mau hidup mewah atau sederhana sudah tidak berpengaruh untuk dirinya. Dia telah kecukupan atas dirinya sendiri, kemewahan hartanya sudah tidak berpengaruh atas martabat dirinya seperti Daud dan Sulaiman, kesederhanaannya pun tidak pengaruh atas dirinya seperti Ki Ageng dan Nabi S.A.W.

Gagah terhormat karena kekayaannya, terhina karena kemiskinannya, itu bukan kecukupan, justru itu inti orang yang kekurangan, ia tidak pernah qana'ah.

Qana'ah itu cukup dengan dirinya sendiri, ia tidak perlu apapun dari luar dirinya. Ia berharga tanpa harta, entah dalam pola hidup mewah ataupun sederhana, sebab segala isi alam semesta yang seharusnya butuh kepada Anda; makhluk ahsani taqwim, bukan Anda yang butuh kepada mereka.

Qana'ah itu seenaknya sendiri saja, sebutuhnya sesuai selera Anda, karena semua terfitrahkan menyukupi Anda.

Ki Ageng Suryamentaram mengajarkannya dalam kawruh begja (ilmu bahagia) dengan ajaran "6 Sa" yaitu "Sabutuhe, Saperlune, Sacukupe, Sapenake, Samesthine, Sabenere”, artinya 'Sebutuhnya, Seperlunya, Secukupnya, Seenaknya, Semestinya, dan Sebenar-benarnya."

Bukan saya telah sempurna mencapai itu se
mua, saya menuliskannya di sini sebagai pengingat diri saya.

Lalu bagaimana agar mencapai kecukupan (qana'ah)? Bersambung ke tulisan lanjutannya.[]

#SpiritualProsperityWoekshop
#SelfUniverseWorkshop
#GusBanan
BESOK TAYANG SELAMA 3 HARI
DAN TAK AKAN ANDA TEMUKAN LAGI

Anda bukanlah Sidharta tak perlu menjadi Sidharta.
Anda bukanlah Siliwangi tak perlu menjadi Siliwangi.
Anda bukanlah Hawkins tak perlu menjadi Hawkins.

Jadilah diri Anda sesuai dengan jati diri Anda sendiri

Tindakan yang Anda lakukan dapat terwujud
tergantung dari konverter yang Anda pasang

Ikuti pelatihan online-nya nanti malam dan dapatkan hadiah 1 buku 70 Spiritual Values Kesemestaan seharga 350K.

Materi pelatihan:
1. Konversi Energi Spiritual
2. Konversi Energi Spiritual Prosperity
3. Materi Bonus: Kesemestaan Doa

Ambil kesempatannya sekarang hanya dengan biaya 400K.

bit.ly/bukugusbanan
bit.ly/bukugusbanan
bit.ly/bukugusbanan
AGAR BERKECUKUPAN DIRI

Anda kalau punya harta karena dapat warisan, apa Anda berharga? Dibangunkan rumah, misalkan, oleh orang tua, tetangga Anda paling-paling membatin, "Lah tinggal terima dari orang tua, monyet saja bisa."

Ketika masih di-image-kan demikian, itu artinya nilai diri Anda masih belum menyukupi atas harta. Harta masih lebih berharga daripada diri Anda sendiri.

Kecuali kalau kemudian Anda berkreasi dengan jerih payah, kemudian image tersebut hilang. Misal seperti Erick Tahir dan Sandi Uno, keduanya anak orang kaya, dapat warisan, tapi kemudian jerih payah keduanya mengangkat diri mereka lebih tinggi dari warisan yang mereka dapatkan, dan image orang pun bergeser, itu namanya Erick Tahir dan Sandi Uno sudah berkecukupan dengan diri mereka sendiri atas harta.

Kalau Anda masih tetap tidak bisa lepas dari image "harta warisan", kehidupan financial Anda pun tidak akan pernah tercukupi, pola rezeki Anda masih "tarik bagian depan, menyincing bagian belakang".

Sekalipun mungkin rumah Anda megah, mobil Anda kinclong karena warisan, namun jika kualitas diri Anda tidak bisa naik level, Anda tetap tidak akan pernah hidup berkecukupan, tetap ada-ada saja urusan finansial yang bikin Anda sesak nafas.

Maka ini, negara-negara kaya karena warisan alamnya tetap tidak bisa dikategorikan negara maju. Qatar, Kuwait, UEA, Arab Saudi, Brunei Darussalam, dan sederet negara lain yang melimpah hartanya karena dapat warisan alam tetap tidak dikategorikan negara maju di dunia.

Kehormatan Anda sebagai manusia tidak dapat tercukupi oleh harta, sehingga sudah punya harta warisan, Anda masih ditanyakan, "Mana jerih payahmu?"

Dan ketika Anda tidak tercukupi kehormatannya, sistem finansial Anda juga tidak akan pernah tercukupi, sebab seluruh komponen alam semesta ini dihadirkan semata-mata untuk menyukupi kebutuhan hidup Anda.

Anda tuannya di alam semesta ini, lainnya hanya pelayan. Karena pelayan kecenderungannya menghormat pada tuannya. Maka ini jika diri Anda kalah martabat oleh harta warisan orang tua atau harta warisan alam, itu artinya Anda belum layak duduk di singgasana tuan besar, dan harta pun belum mau hormat pada Anda.

Ketika harta belum hormat, Anda tidak akan pernah kecukupan. Pengemis banyak yang punya uang, tetapi mereka tidak bisa kecukupan, nyatanya Anda malu kalau mendaftarkan KTP Anda lalu pada kolom profesi Anda tulis "pekerjaan : pengemis".

Pengemis secara finansial tidak kecukupan, bahkan di sana-sini lebih kelihatan kekurangannya, karena memang pengemis konsisten merendahkan martabatnya kepada harta. Itu tanda jika kehormatan Anda tidak tercukupi, maka finansial Anda pun tidak pernah tercukupi.

Ketika harta belum hormat kepada Anda, maka pola harta yang datang kepada Anda adalah harta yang "belas kasihan" kepada Anda. Anda memberi duit kepada pengemis itu pemberian karena rasa belas kasihan, "Kasihan sekali ini orang, saya bantu ah," itu yang saya maksud "harta yang belas kasihan."

Seharusnya harta datang karena rasa hormat kepada Anda, bukan karena rasa belas kasihan. Maka ini orang yang pola hadirnya harta karena dibelaskasihani orang, hidupnya tetap susah menemukan perubahan. Lah iya, yang terima BLT, zakat, subsidi pemerintah, dan lain-lain, itu adalah mereka yang terima harta karena dibelaskasihani, nyatanya yang tetap miskin juga mereka.

Pola harta membelaskasihani Anda itu tidak pernah merubah hidup Anda. Trilyunan zakat mal tiap tahun dikeluarkan, nyatanya mereka yang terima juga tetap miskin.

Maka ini, jika hidup Anda ingin berubah, buatlah agar harta yang datang kepada Anda dengan rasa hormat, buatlah agar nilai diri Anda lebih tinggi dari harta.

Misal, Anda seorang yang berminat tinggi pada ilmu, sehingga saat sekolah Anda menempuhnya dengan tekun. Prestasi pun mendatangi Anda, akhirnya Anda dapat bea siswa. Setelah lulus sekolah, karena ter-image sebagai anak berprestasi, Anda pun dimudahkan sebagai Asisten Sipil Negara (ASN). Itu namanya harta yang datang pada Anda melalui gaji sebagai ASN adalah harta yang hormat. Image orang pun akan berkata, "Itu anak memang luar biasa", di situ Anda