kukira kau obat, ternyata luka terhebat.

temukan rumah baru mu, terimakasih telah meberiku tempat singgah. aku pamit ya, maaf sudah bertamu.

aku mati matian memperjuangkan mu sedangkan kamu mati matian mematikan perasaan ku.

satu dua tiga empat,
aku sudah ngasih perasaan eh ternyata salah tempat

dengan pede nya dulu aku menganggap kalau aku sudah berhasil membeli rumah itu, ternyata rumah itu hancur dalam waktu singkat

sedang berusaha mengobati penyakit yang tak akan pernah hilang.

lelah itu wajar, tapi nyerah bukan jalan keluar

aku ga heran kamu ga nyariin aku, kan yg cinta itu aku doang kamu ngga

semesta menyuruhku melepasnya,padahal menggenggam nya saja,aku belum pernah

aku antrian keberapa sih
kok kamu lama bales chatnya

ada kenyamanan, namun tak ada ikatan

kau hanya mencintai
bukan di cintai

gua kira tumbuh dewasa menyenangkan tapi realita berkata tidak

terkadang hinaan seorang musuh lebih jujur, daripada pujian seorang teman.

ada kata yang tak sempat tersampaikan oleh kayu terhadap api yang menjadikanya abu

bohong itu urusanmu, tugas ku hanya untuk pura² percaya

kalo mencintaimu hanya ilusi, maka izinkan aku berimajinasi selamanya

dia hanya menghargai, bukan membalas rasa.

aku pernah menjadi pelangi, untuk dia yang buta warna

ketika sekarang kamu di buang layaknya seperti sampah.
maka suatu saat nanti,
akan ada yg menjagamu layaknya seperti berlian

peranku sebagai payung telah selesai.. badai mu telah usai, hujan mu mulai reda dan pelangi mu sudah muncul.