Fawaaid wa Duror
Jangan menunda taubat
Allah Ta'ala berfirman,
بَلْ يُرِيدُ ٱلْإِنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ
"Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus." [Al-Qiyamah : 5]
Mengomentari ayat ini Sa'id bin Jubair rahimahullah mengatakan,
يُقدِم على الذنب ويؤخّر التّوْبة، فيقول: سَوْفَ أتوب، سوف أعمل، حتى يأتيه الموت على شر أحواله، وأسوأ أعماله
"Dia melakukan kemaksiatan namun menunda-nunda taubat. Dia berkata, " nanti saya bertaubat", "nanti saya beramal shalih" hingga kematian mendatangi ketika dia berada dalam kondisi terburuk, yaitu sedang mengerjakan aktivitas kemaksiatan." [Tafsiir al-Baghawi 5/183]
#fawaaid_wa_duror
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Jangan menunda taubat
Allah Ta'ala berfirman,
بَلْ يُرِيدُ ٱلْإِنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ
"Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus." [Al-Qiyamah : 5]
Mengomentari ayat ini Sa'id bin Jubair rahimahullah mengatakan,
يُقدِم على الذنب ويؤخّر التّوْبة، فيقول: سَوْفَ أتوب، سوف أعمل، حتى يأتيه الموت على شر أحواله، وأسوأ أعماله
"Dia melakukan kemaksiatan namun menunda-nunda taubat. Dia berkata, " nanti saya bertaubat", "nanti saya beramal shalih" hingga kematian mendatangi ketika dia berada dalam kondisi terburuk, yaitu sedang mengerjakan aktivitas kemaksiatan." [Tafsiir al-Baghawi 5/183]
#fawaaid_wa_duror
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
MENGAKUI KEBODOHAN
Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan :
Beruntunglah orang yang bersikap inshof/objektif kepada Rabbnya. Sehingga dia mengakui kebodohan yang meliputi ilmu yang dia miliki. Dia pun mengakui berbagai penyakit yang berjangkit di dalam amal perbuatannya. Dia juga mengakui akan begitu banyak aib pada dirinya sendiri. Dia juga mengakui bahwa dirinya banyak berbuat teledor dalam menunaikan hak Allah. Dia mengakui betapa banyak kezaliman yang dia lakukan dalam bermuamalah kepada-Nya.
Apabila Allah memberikan hukuman kepadanya karena dosa-dosanya maka dia melihat hal itu sebagai bukti keadilan-Nya. Namun apabila Allah tidak menjatuhkan hukuman kepadanya dia melihat bahwa hal itu murni karena keutamaan/karunia Allah kepadanya. Apabila dia berbuat kebaikan, dia melihat bahwa kebaikan itu merupakan anugerah dan sedekah/kebaikan yang diberikan oleh Allah kepadanya.
Apabila Allah menerima amalnya, maka hal itu adalah sedekah kedua baginya. Namun apabila ternyata Allah menolak amalnya itu, maka dia sadar bahwa sesungguhnya amal semacam itu memang tidak pantas dipersembahkan kepada-Nya.
Dan apabila dia melakukan suatu keburukan, dia melihat bahwa sebenarnya hal itu terjadi disebabkan Allah membiarkan dia dan tidak memberikan taufik kepadanya. Allah menahan penjagaan dirinya. Dan itu semuanya merupakan bentuk keadilan Allah kepada dirinya. Sehingga dia melihat bahwa itu semua membuatnya semakin merasa fakir/butuh kepada Rabbnya dan betapa zalimnya dirinya. Apabila Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya hal itu semata-mata karena kebaikan, kemurahan, dan kedermawanan Allah kepadanya.
Intisari dan rahasia dari perkara ini adalah dia tidak memandang Rabbnya kecuali selalu melakukan kebaikan sementara dia tidak melihat dirinya sendiri melainkan orang yang penuh dengan keburukan, sering bertindak berlebihan, atau bermalas-malasan. Dengan begitu dia melihat bahwasanya segala hal yang membuatnya gembira bersumber dari karunia Rabbnya kepada dirinya dan kebaikan yang dicurahkan Allah kepadanya. Adapun segala sesuatu yang membuatnya sedih bersumber dari dosa-dosanya sendiri dan bentuk keadilan Allah kepadanya.
(lihat al-Fawaaid, hlm. 36)
#fawaaid_wa_duror
♻ _Silakan disebarluaskan_
#nasihat
Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan :
Beruntunglah orang yang bersikap inshof/objektif kepada Rabbnya. Sehingga dia mengakui kebodohan yang meliputi ilmu yang dia miliki. Dia pun mengakui berbagai penyakit yang berjangkit di dalam amal perbuatannya. Dia juga mengakui akan begitu banyak aib pada dirinya sendiri. Dia juga mengakui bahwa dirinya banyak berbuat teledor dalam menunaikan hak Allah. Dia mengakui betapa banyak kezaliman yang dia lakukan dalam bermuamalah kepada-Nya.
Apabila Allah memberikan hukuman kepadanya karena dosa-dosanya maka dia melihat hal itu sebagai bukti keadilan-Nya. Namun apabila Allah tidak menjatuhkan hukuman kepadanya dia melihat bahwa hal itu murni karena keutamaan/karunia Allah kepadanya. Apabila dia berbuat kebaikan, dia melihat bahwa kebaikan itu merupakan anugerah dan sedekah/kebaikan yang diberikan oleh Allah kepadanya.
Apabila Allah menerima amalnya, maka hal itu adalah sedekah kedua baginya. Namun apabila ternyata Allah menolak amalnya itu, maka dia sadar bahwa sesungguhnya amal semacam itu memang tidak pantas dipersembahkan kepada-Nya.
Dan apabila dia melakukan suatu keburukan, dia melihat bahwa sebenarnya hal itu terjadi disebabkan Allah membiarkan dia dan tidak memberikan taufik kepadanya. Allah menahan penjagaan dirinya. Dan itu semuanya merupakan bentuk keadilan Allah kepada dirinya. Sehingga dia melihat bahwa itu semua membuatnya semakin merasa fakir/butuh kepada Rabbnya dan betapa zalimnya dirinya. Apabila Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya hal itu semata-mata karena kebaikan, kemurahan, dan kedermawanan Allah kepadanya.
Intisari dan rahasia dari perkara ini adalah dia tidak memandang Rabbnya kecuali selalu melakukan kebaikan sementara dia tidak melihat dirinya sendiri melainkan orang yang penuh dengan keburukan, sering bertindak berlebihan, atau bermalas-malasan. Dengan begitu dia melihat bahwasanya segala hal yang membuatnya gembira bersumber dari karunia Rabbnya kepada dirinya dan kebaikan yang dicurahkan Allah kepadanya. Adapun segala sesuatu yang membuatnya sedih bersumber dari dosa-dosanya sendiri dan bentuk keadilan Allah kepadanya.
(lihat al-Fawaaid, hlm. 36)
#fawaaid_wa_duror
♻ _Silakan disebarluaskan_
#nasihat
[Fawaaid wa Duror]
Mendidik Anak adalah Sebuah Tanggung Jawab, Mintalah Pertolongan kepada Allah dalam Memikulnya
Terkadang jiwa kita sebagai orang tua begitu letih dalam mendidik anak, sedih karena ketidakpatuhan mereka yang menyebabkan kita sedih dan kecewa.
Ibnul Qayyim rahimahullah pernah menuturkan,
إنّ من الذنوب مالا يكفّره إلا الهمّ بالأولاد
“Sungguh ada sebagian dosa yang hanya bisa digugurkan dengan kesedihan yang dijumpai ketia merawat anak-anak.”
Maka, berbahagialah wahai para orang tua karena mendidik anak adalah jalan untuk menggugurkan dosa-dosamu. Apabila anda menjumpai sikap dan tingkah laku mereka yang meletihkan ketika mendidik mereka, maka beristigfharlah kepada Allah.
Berdo’alah kepada Allah sebagaimana yang dituntunkan dalam al-Quran.
وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” [Al-Ahqaf : 15]
وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk" [Ali ‘Imran : 36]
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
"Ya Rabb kami, anuegrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” [Al-Furqan : 74]
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Rabb-ku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” [Ibrahim : 40]
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ
“Ya Rabb kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau” [Al-Baqarah : 128]
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
"Ya Rabb-ku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Mahamendengar doa" [Ali ‘Imran : 38]
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” [Ibrahim : 35]
Merenungi ayat-ayat yang berisi do’a kebaikan kepada anak di atas, engkau akan mengetahui bahwa sebab utama terwujudnya keshalihan anak adalah sering mendo’akan kebaikan agama bagi mereka. Jangan sampai anda lebih mementingkan sarana-sarana pendidikan yang ada saat ini dan melalaikan sarana yang utama dalam mendidik mereka yaitu do’a. Ketahuilah mendidik anak adalah sebuah tanggung jawab yang sangat berat, maka mintalah pertolongan kepada Allah dalam melaksanakan tanggung jawab itu, karena sesungguhnya Dia-lah sebaik-baik Penolong. Dahulu ada yang mengatakan,
الأدب من الآباء والصَّلاح من اللَّه عز وجل
“Etika diperoleh dari ayah, sedangkan keshalihan datangnya dari Allah ‘azza wa jalla.” [Al-‘Iyaal hlm. 329]
Wallahu a'lam.
#fawaaid_wa_duror
♻ _Silakan disebarluaskan_
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Mendidik Anak adalah Sebuah Tanggung Jawab, Mintalah Pertolongan kepada Allah dalam Memikulnya
Terkadang jiwa kita sebagai orang tua begitu letih dalam mendidik anak, sedih karena ketidakpatuhan mereka yang menyebabkan kita sedih dan kecewa.
Ibnul Qayyim rahimahullah pernah menuturkan,
إنّ من الذنوب مالا يكفّره إلا الهمّ بالأولاد
“Sungguh ada sebagian dosa yang hanya bisa digugurkan dengan kesedihan yang dijumpai ketia merawat anak-anak.”
Maka, berbahagialah wahai para orang tua karena mendidik anak adalah jalan untuk menggugurkan dosa-dosamu. Apabila anda menjumpai sikap dan tingkah laku mereka yang meletihkan ketika mendidik mereka, maka beristigfharlah kepada Allah.
Berdo’alah kepada Allah sebagaimana yang dituntunkan dalam al-Quran.
وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” [Al-Ahqaf : 15]
وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk" [Ali ‘Imran : 36]
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
"Ya Rabb kami, anuegrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” [Al-Furqan : 74]
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Rabb-ku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” [Ibrahim : 40]
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ
“Ya Rabb kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau” [Al-Baqarah : 128]
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
"Ya Rabb-ku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Mahamendengar doa" [Ali ‘Imran : 38]
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” [Ibrahim : 35]
Merenungi ayat-ayat yang berisi do’a kebaikan kepada anak di atas, engkau akan mengetahui bahwa sebab utama terwujudnya keshalihan anak adalah sering mendo’akan kebaikan agama bagi mereka. Jangan sampai anda lebih mementingkan sarana-sarana pendidikan yang ada saat ini dan melalaikan sarana yang utama dalam mendidik mereka yaitu do’a. Ketahuilah mendidik anak adalah sebuah tanggung jawab yang sangat berat, maka mintalah pertolongan kepada Allah dalam melaksanakan tanggung jawab itu, karena sesungguhnya Dia-lah sebaik-baik Penolong. Dahulu ada yang mengatakan,
الأدب من الآباء والصَّلاح من اللَّه عز وجل
“Etika diperoleh dari ayah, sedangkan keshalihan datangnya dari Allah ‘azza wa jalla.” [Al-‘Iyaal hlm. 329]
Wallahu a'lam.
#fawaaid_wa_duror
♻ _Silakan disebarluaskan_
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
❌⛔ [Serial Larangan Akidah] Janganlah menyimpang dari jama’ah dan pemimpin kaum muslimin (1) ❌⛔
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ خَرَجَ مِن الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الجماعةَ فماتَ ماتَ مِيتةً جَاهلية،
“Setiap orang yang tidak mau menaati penguasa kaum muslimin (dalam perkara kebajikan) dan memisahkan diri dari jama’ah, kemudian meninggal maka dia meninggal sebagaimana kematian orang yang hidup di masa jahiliyah.” [HR. Muslim]
Penjelasan ringkas
Hadits yang senada diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, beliau menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ إِلَّا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
"Siapapun yang melihat sesuatu dari pemimpinnya yang tak disukainya, hendaklah ia bersabar terhadapnya, sebab siapa yang memisahkan diri sejengkal dari jama'ah, kecuali dia mati dalam jahiliyah." [HR. Al-Bukhari]
Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan hadits di atas dengan perkataannya,
وقوله (شبراً) بكسر المعجمة وسكون الموحدة وهي كناية عن معصيته السلطان ومحاربته، قال ابن أبي جمرة: المراد بالمفارقة السعي في حل عقد البيعة التي حصلت لذلك الأمير ولو بأدنى شيء، فكنى عنها بمقدار الشبر، لأن الأخذ في ذلك يؤول إلى سفك الدماء بغير حق
“Kata ‘sejengkal’ merupakan kiasan atas kemaksiatan dan penentangannya pada penguasa. Ibnu Abi Hamzah mengatakan, Al-Mufaraqah adalah upaya untuk melepaskan diri dari ikatan bai’at yang telah ada untuk penguasa tersebut, meski dengan upaya sekecil apa pun. Upaya itu dikiaskan dengan sejengkal karena meski kecil hal itu bisa berujung pada penumpahan darah tanpa hak.” [Fath al-Baari 13/6-7]
Beliau melanjutkan,
والمراد بالميتة الجاهلية وهي بكسر الميم حالة الموت كموت أهل الجاهلية على ضلال وليس له إمام مطاع، لأنهم كانوا لا يعرفون ذلك، وليس المراد أنه يموت كافراً بل يموت عاصياً
“Kematian dalam kondisi jahiliyah adalah meninggal sebagaimana kematian orang yang hidup di masa jahiliyah yang berada di atas kesesatan dan tidak memiliki pemimpin yang dipatuhi, karena mereka tidak mengenal aturan itu. Bukanlah maksudnya meninggal dalam kondisi kafir, tapi meninggal sedang dia dalam kondisi bermaksiat.” [Fath al-Baari 13/17]
Ibnu Hajar juga mengatakan,
قال بن بطال في الحديث حجة في ترك الخروج على السلطان ولو جار وقد أجمع الفقهاء على وجوب طاعة السلطان المتغلب والجهاد معه وأن طاعته خير من الخروج عليه لما في ذلك من حقن الدماء وتسكين الدهماء، وحجتهم هذا الخبر وغيره مما يساعده، ولم يستثنوا من ذلك إلا إذا وقع من السلطان الكفر الصريح فلا تجوز طاعته في ذلك بل تجب مجاهدته لمن قدر عليها
“Ibnu Bathal mengatakan bahwa dalam hadits ini terdapat dalil haramnya memberontak kepada penguasa (muslim) walaupun ia zalim. Ulama telah sepakat akan kewajiban menaati penguasa yang berhasil menguasai pemerintahan. Wajib berjihad bersamanya. Menaatinya lebih baik daripada memberontak, karena menaatinya akan menjaga darah dan menstabilkan keamanan masyarakat. Dalil mereka adalah hadits ini dan hadits lain yang mendukung. Tidak ada pengecualian dalam hal ini kecuali apabila penguasa melakukan kekufuran nyata, maka tidak boleh menaatinya dalam hal itu bahkan wajib memakzulkannya bagi orang yang mampu.” [Fath al-Baari 13/7]
bersambung
#serial_larangan_akidah
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ خَرَجَ مِن الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الجماعةَ فماتَ ماتَ مِيتةً جَاهلية،
“Setiap orang yang tidak mau menaati penguasa kaum muslimin (dalam perkara kebajikan) dan memisahkan diri dari jama’ah, kemudian meninggal maka dia meninggal sebagaimana kematian orang yang hidup di masa jahiliyah.” [HR. Muslim]
Penjelasan ringkas
Hadits yang senada diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, beliau menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ إِلَّا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
"Siapapun yang melihat sesuatu dari pemimpinnya yang tak disukainya, hendaklah ia bersabar terhadapnya, sebab siapa yang memisahkan diri sejengkal dari jama'ah, kecuali dia mati dalam jahiliyah." [HR. Al-Bukhari]
Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan hadits di atas dengan perkataannya,
وقوله (شبراً) بكسر المعجمة وسكون الموحدة وهي كناية عن معصيته السلطان ومحاربته، قال ابن أبي جمرة: المراد بالمفارقة السعي في حل عقد البيعة التي حصلت لذلك الأمير ولو بأدنى شيء، فكنى عنها بمقدار الشبر، لأن الأخذ في ذلك يؤول إلى سفك الدماء بغير حق
“Kata ‘sejengkal’ merupakan kiasan atas kemaksiatan dan penentangannya pada penguasa. Ibnu Abi Hamzah mengatakan, Al-Mufaraqah adalah upaya untuk melepaskan diri dari ikatan bai’at yang telah ada untuk penguasa tersebut, meski dengan upaya sekecil apa pun. Upaya itu dikiaskan dengan sejengkal karena meski kecil hal itu bisa berujung pada penumpahan darah tanpa hak.” [Fath al-Baari 13/6-7]
Beliau melanjutkan,
والمراد بالميتة الجاهلية وهي بكسر الميم حالة الموت كموت أهل الجاهلية على ضلال وليس له إمام مطاع، لأنهم كانوا لا يعرفون ذلك، وليس المراد أنه يموت كافراً بل يموت عاصياً
“Kematian dalam kondisi jahiliyah adalah meninggal sebagaimana kematian orang yang hidup di masa jahiliyah yang berada di atas kesesatan dan tidak memiliki pemimpin yang dipatuhi, karena mereka tidak mengenal aturan itu. Bukanlah maksudnya meninggal dalam kondisi kafir, tapi meninggal sedang dia dalam kondisi bermaksiat.” [Fath al-Baari 13/17]
Ibnu Hajar juga mengatakan,
قال بن بطال في الحديث حجة في ترك الخروج على السلطان ولو جار وقد أجمع الفقهاء على وجوب طاعة السلطان المتغلب والجهاد معه وأن طاعته خير من الخروج عليه لما في ذلك من حقن الدماء وتسكين الدهماء، وحجتهم هذا الخبر وغيره مما يساعده، ولم يستثنوا من ذلك إلا إذا وقع من السلطان الكفر الصريح فلا تجوز طاعته في ذلك بل تجب مجاهدته لمن قدر عليها
“Ibnu Bathal mengatakan bahwa dalam hadits ini terdapat dalil haramnya memberontak kepada penguasa (muslim) walaupun ia zalim. Ulama telah sepakat akan kewajiban menaati penguasa yang berhasil menguasai pemerintahan. Wajib berjihad bersamanya. Menaatinya lebih baik daripada memberontak, karena menaatinya akan menjaga darah dan menstabilkan keamanan masyarakat. Dalil mereka adalah hadits ini dan hadits lain yang mendukung. Tidak ada pengecualian dalam hal ini kecuali apabila penguasa melakukan kekufuran nyata, maka tidak boleh menaatinya dalam hal itu bahkan wajib memakzulkannya bagi orang yang mampu.” [Fath al-Baari 13/7]
bersambung
#serial_larangan_akidah
❌⛔ [Serial Larangan Akidah] Janganlah menyimpang dari jama’ah dan pemimpin kaum muslimin (2) ❌⛔
Dalam hadits lain, dari Junadah bin Abi Umayyah, ia berkata,
دَخَلْنا علَى عُبادَةَ بنِ الصَّامِتِ، وهو مَرِيضٌ، قُلْنا: أصْلَحَكَ اللَّهُ، حَدِّثْ بحَدِيثٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ به، سَمِعْتَهُ مِنَ النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، قالَ: دَعانا النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فَبايَعْناهُ، فقالَ فِيما أخَذَ عَلَيْنا: أنْ بايَعَنا علَى السَّمْعِ والطَّاعَةِ، في مَنْشَطِنا ومَكْرَهِنا، وعُسْرِنا ويُسْرِنا وأَثَرَةً عَلَيْنا، وأَنْ لا نُنازِعَ الأمْرَ أهْلَهُ، إلَّا أنْ تَرَوْا كُفْرًا بَواحًا، عِنْدَكُمْ مِنَ اللَّهِ فيه بُرْهانٌ.
“Kami masuk menemui Ubadah bin Shamit yang sedang sakit. Kami pun mendoakannya, ‘Semoga Allah memberikan kebaikan kepada Anda’. Sampaikanlah sebuah hadits yang anda dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam semoga Allah memberi manfaat kepada Anda dengannya. Ubadah menuturkan, ”Dahulu Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam memanggil kami agar berbai’at (bersumpah setia) kami kepada beliau. Maka pernyataan sumpah setia yang beliau ambil dari kami adalah agar kami mendengar dan ta’at dalam kondisi suka maupun tidak suka, di waktu lapang maupun sulit, serta di saat penguasa memonopoli harta negara dan mengorbankan kepentingan kami. Dan berbai’at agar tidak menggulingkan penguasa dari kekuasaannya, kecuali jika kami melihat kekufuran yang nyata, yang didukung bukti nyata dari agama Allah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan,
ومعنى الحديث لا تنازعوا ولاة الأمور في ولايتهم ولا تعترضوا عليهم إلا أن تروا منهم منكرا محققا تعلمونه من قواعد الإسلام فإذا رأيتم ذلك فأنكروه عليهم وقولوا بالحق حيث ما كنتم وأما الخروج عليهم وقتالهم فحرام بإجماع المسلمين وإن كانوا فسقة ظالمين وقد تظاهرت الأحاديث بمعنى ما ذكرته وأجمع أهل السنة أنه لا ينعزل السلطان بالفسق
“Makna hadits ini adalah janganlah kalian menentang kekuasaan penguasa. Jangan pula melawan mereka, kecuali kalian melihat mereka melakukan kemungkaran yang nyata, yang diketahui menyimpang dari aturan-aturan Islam. Jika kalian melihat hal itu, maka nasehatilah mereka dan katakan kebenaran di mana pun kalian berada. Adapun melakukan kudeta dan memerangi mereka adalah haram menurut kesepakatan kaum muslimin sekalipun mereka berbuat fasik lagi zalim. Sungguh banyak sekali hadits-hadits yang menjelaskan tentang apa yang aku ungkapkan tersebut dan Ahlu Sunnah bersepakat bahwa tidak boleh memakzulkan penguasa dengan alasan kefasikan (pelaku dosa).” [Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim 12/229]
#serial_larangan_akidah
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Dalam hadits lain, dari Junadah bin Abi Umayyah, ia berkata,
دَخَلْنا علَى عُبادَةَ بنِ الصَّامِتِ، وهو مَرِيضٌ، قُلْنا: أصْلَحَكَ اللَّهُ، حَدِّثْ بحَدِيثٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ به، سَمِعْتَهُ مِنَ النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، قالَ: دَعانا النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فَبايَعْناهُ، فقالَ فِيما أخَذَ عَلَيْنا: أنْ بايَعَنا علَى السَّمْعِ والطَّاعَةِ، في مَنْشَطِنا ومَكْرَهِنا، وعُسْرِنا ويُسْرِنا وأَثَرَةً عَلَيْنا، وأَنْ لا نُنازِعَ الأمْرَ أهْلَهُ، إلَّا أنْ تَرَوْا كُفْرًا بَواحًا، عِنْدَكُمْ مِنَ اللَّهِ فيه بُرْهانٌ.
“Kami masuk menemui Ubadah bin Shamit yang sedang sakit. Kami pun mendoakannya, ‘Semoga Allah memberikan kebaikan kepada Anda’. Sampaikanlah sebuah hadits yang anda dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam semoga Allah memberi manfaat kepada Anda dengannya. Ubadah menuturkan, ”Dahulu Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam memanggil kami agar berbai’at (bersumpah setia) kami kepada beliau. Maka pernyataan sumpah setia yang beliau ambil dari kami adalah agar kami mendengar dan ta’at dalam kondisi suka maupun tidak suka, di waktu lapang maupun sulit, serta di saat penguasa memonopoli harta negara dan mengorbankan kepentingan kami. Dan berbai’at agar tidak menggulingkan penguasa dari kekuasaannya, kecuali jika kami melihat kekufuran yang nyata, yang didukung bukti nyata dari agama Allah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan,
ومعنى الحديث لا تنازعوا ولاة الأمور في ولايتهم ولا تعترضوا عليهم إلا أن تروا منهم منكرا محققا تعلمونه من قواعد الإسلام فإذا رأيتم ذلك فأنكروه عليهم وقولوا بالحق حيث ما كنتم وأما الخروج عليهم وقتالهم فحرام بإجماع المسلمين وإن كانوا فسقة ظالمين وقد تظاهرت الأحاديث بمعنى ما ذكرته وأجمع أهل السنة أنه لا ينعزل السلطان بالفسق
“Makna hadits ini adalah janganlah kalian menentang kekuasaan penguasa. Jangan pula melawan mereka, kecuali kalian melihat mereka melakukan kemungkaran yang nyata, yang diketahui menyimpang dari aturan-aturan Islam. Jika kalian melihat hal itu, maka nasehatilah mereka dan katakan kebenaran di mana pun kalian berada. Adapun melakukan kudeta dan memerangi mereka adalah haram menurut kesepakatan kaum muslimin sekalipun mereka berbuat fasik lagi zalim. Sungguh banyak sekali hadits-hadits yang menjelaskan tentang apa yang aku ungkapkan tersebut dan Ahlu Sunnah bersepakat bahwa tidak boleh memakzulkan penguasa dengan alasan kefasikan (pelaku dosa).” [Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim 12/229]
#serial_larangan_akidah
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Faidah Hadits Umdatul Ahkam
Hadits Kedua
Shalat Takkan Diterima Hingga Berwudhu
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ أَحَدِكُمْ -إذَا أَحْدَثَ- حَتَّى يَتَوَضَّأَ
"Allah tidak menerima shalat salah seorang di antara kalian yang berhadats hingga ia berwudhu." [Al-Bukhari dan Muslim]
Penjelasan ringkas
1⃣ Hadats adalah kondisi yang mewajibkan seseorang untuk mandi dan berwudhu, sehingga hadats mencakup seluruh perkara yang membatalkan wudhu. Wudhu dikhususkan penyebutannya karena ia lebih sering dan banyak terjadi [Ta’sis al-Ahkaam Syarh ‘Umdah al-Ahkaam hlm. 14]
2⃣ Hadits ini menunjukkan bahwa shalat itu batal jika terjadi hadats dan shalat tidaklah sah kecuali dikerjakan dalam kondisi suci. Ash-Shan’ani rahimahullah mengatakan, “Pensyaratan wudhu bagi orang yang berhadats ketika ingin mengerjakan shalat adalah hal yang aksiomatis dalam agama Islam.” [Hasyiyah ‘alaa Ihkaam al-Ahkaam 1/55]
3⃣ Sejumlah ulama mendefinisikan hadats dengan sesuatu yang keluar dari dua jalan (qubul atau dubur) dan segala sesuatu yang keluar dari dua jalan (al-khaarij min ahad as-sabilain) merupakan pembatal wudhu berdasarkan ijmak ulama [Al-Ijma’ hlm. 29].
4⃣ Adapun pembatal wudhu selain sesuatu yang keluar dari dua jalan, diperselisihkan statusnya oleh alim ulama. Ketika memaparkan perkataan Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu yang mendefinisikan hadats dengan buang angin, Ibnu Hajar rahimahullah mengomentari, “Adapun hal lain yang diperselisihkan statusnya sebagai hadats seperti menyentuh kemaluan, menyentuh wanita, muntah sepenuh mulut, dan berbekam, maka nampaknya Abu Hurairah tidak memandang hal itu sebagai pembatal wudhu dan demikianlah yang dipilih oleh penulis, Al-Bukhari, seperti yang akan dijelaskan dalam Bab Orang yang Berpandangan Wudhu hanya Disebabkan oleh Sesuatu yang Keluar dari Dua Jalan.” [Fath al-Baari 1/235]
#faidah_hadits_umdatul_ahkam
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Hadits Kedua
Shalat Takkan Diterima Hingga Berwudhu
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ أَحَدِكُمْ -إذَا أَحْدَثَ- حَتَّى يَتَوَضَّأَ
"Allah tidak menerima shalat salah seorang di antara kalian yang berhadats hingga ia berwudhu." [Al-Bukhari dan Muslim]
Penjelasan ringkas
1⃣ Hadats adalah kondisi yang mewajibkan seseorang untuk mandi dan berwudhu, sehingga hadats mencakup seluruh perkara yang membatalkan wudhu. Wudhu dikhususkan penyebutannya karena ia lebih sering dan banyak terjadi [Ta’sis al-Ahkaam Syarh ‘Umdah al-Ahkaam hlm. 14]
2⃣ Hadits ini menunjukkan bahwa shalat itu batal jika terjadi hadats dan shalat tidaklah sah kecuali dikerjakan dalam kondisi suci. Ash-Shan’ani rahimahullah mengatakan, “Pensyaratan wudhu bagi orang yang berhadats ketika ingin mengerjakan shalat adalah hal yang aksiomatis dalam agama Islam.” [Hasyiyah ‘alaa Ihkaam al-Ahkaam 1/55]
3⃣ Sejumlah ulama mendefinisikan hadats dengan sesuatu yang keluar dari dua jalan (qubul atau dubur) dan segala sesuatu yang keluar dari dua jalan (al-khaarij min ahad as-sabilain) merupakan pembatal wudhu berdasarkan ijmak ulama [Al-Ijma’ hlm. 29].
4⃣ Adapun pembatal wudhu selain sesuatu yang keluar dari dua jalan, diperselisihkan statusnya oleh alim ulama. Ketika memaparkan perkataan Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu yang mendefinisikan hadats dengan buang angin, Ibnu Hajar rahimahullah mengomentari, “Adapun hal lain yang diperselisihkan statusnya sebagai hadats seperti menyentuh kemaluan, menyentuh wanita, muntah sepenuh mulut, dan berbekam, maka nampaknya Abu Hurairah tidak memandang hal itu sebagai pembatal wudhu dan demikianlah yang dipilih oleh penulis, Al-Bukhari, seperti yang akan dijelaskan dalam Bab Orang yang Berpandangan Wudhu hanya Disebabkan oleh Sesuatu yang Keluar dari Dua Jalan.” [Fath al-Baari 1/235]
#faidah_hadits_umdatul_ahkam
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Kumpulan Hadits Seputar Wanita
Hadits Ke-Delapanbelas
Wahai Wanita engkau adalah aurat, maka tutupilah dirimu, jangan sampai setan memanfaatkanmu!
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِنَّ الْمَرْأَةَ عَوْرَةٌ ، فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ
“Sesungguhnya wanita itu aurat. Jika ia keluar dari rumah, maka para setan akan mengintainya.” [HR. At-Tirmidzi. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Irwaa al-Ghaliil]
Faidah Hadits
1⃣ Wanita adalah aurat.
2⃣ Kegembiraan setan dan aktivitas pengintaian yang dilakukan ketika wanita keluar rumah berlaku umum, baik pada wanita yang berhijab maupun tidak.
3⃣ Wanita yang keluar rumah dengan bersolek lebih menggembirakan setan ketimbang yang keluar rumah adalah wanita berhijab.
4⃣ Menetap di rumah merupakan ketentuan yang sangat ditekankan bagi wanita dalam al-Quran, yang tidak boleh ditinggalkan hanya karena alasan yang sepele.
5⃣ Keluar rumah bukanlah hal yang diharamkan bagi wanita selama tidak melanggar ketentuan-ketentuan agama.
#kumpulan_hadits_seputar_wanita
#wanita_shalihah
♻ Silakan disebarluaskan
Hadits Ke-Delapanbelas
Wahai Wanita engkau adalah aurat, maka tutupilah dirimu, jangan sampai setan memanfaatkanmu!
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِنَّ الْمَرْأَةَ عَوْرَةٌ ، فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ
“Sesungguhnya wanita itu aurat. Jika ia keluar dari rumah, maka para setan akan mengintainya.” [HR. At-Tirmidzi. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Irwaa al-Ghaliil]
Faidah Hadits
1⃣ Wanita adalah aurat.
2⃣ Kegembiraan setan dan aktivitas pengintaian yang dilakukan ketika wanita keluar rumah berlaku umum, baik pada wanita yang berhijab maupun tidak.
3⃣ Wanita yang keluar rumah dengan bersolek lebih menggembirakan setan ketimbang yang keluar rumah adalah wanita berhijab.
4⃣ Menetap di rumah merupakan ketentuan yang sangat ditekankan bagi wanita dalam al-Quran, yang tidak boleh ditinggalkan hanya karena alasan yang sepele.
5⃣ Keluar rumah bukanlah hal yang diharamkan bagi wanita selama tidak melanggar ketentuan-ketentuan agama.
#kumpulan_hadits_seputar_wanita
#wanita_shalihah
♻ Silakan disebarluaskan
Pelajari dan amalkan dua hal ini!
Ibnu al-Qayyim rahimahullah mengatakan,
فلا تزول قدما العبد بين يدي الله حتى يسأل عن مسألتين: ماذا كنتم تعبدون؟ وماذا أجبتم المرسلين؟ فجواب الأولى بتحقيق (لا إله إلا الله) معرفة وإقرارًا وعملًا. وجواب الثانية بتحقيق (أن محمدًا رسول الله صلى الله عليه وسلم) معرفة وإقرارًا، وانقيادًا وطاعة
“Kedua kaki hamba tidak akan bergeser di hadapan Allah hingga dia ditanya dua hal, yaitu **“Siapa yang kamu sembah?”** dan **“Bagaimana responmu terhadap dakwah para rasul?”**. Jawaban atas pertanyaan pertama adalah dengan merealisasikan kandungan kalimat “laa ilaha illallah”, dengan mengenal, menetapkan dan mengamalkan kandungannya. Sedangkan jawaban atas pertanyaan kedua adalah dengan merealisasikan kandungan kalimat “anna Muhammadan rasulullah”, dengan mengenal, menetapkan dan mengamalkan kandungannya.”
- Zaad al-Ma’ad fi Hadyi Khair al-Ibad 1/36 -
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Ibnu al-Qayyim rahimahullah mengatakan,
فلا تزول قدما العبد بين يدي الله حتى يسأل عن مسألتين: ماذا كنتم تعبدون؟ وماذا أجبتم المرسلين؟ فجواب الأولى بتحقيق (لا إله إلا الله) معرفة وإقرارًا وعملًا. وجواب الثانية بتحقيق (أن محمدًا رسول الله صلى الله عليه وسلم) معرفة وإقرارًا، وانقيادًا وطاعة
“Kedua kaki hamba tidak akan bergeser di hadapan Allah hingga dia ditanya dua hal, yaitu **“Siapa yang kamu sembah?”** dan **“Bagaimana responmu terhadap dakwah para rasul?”**. Jawaban atas pertanyaan pertama adalah dengan merealisasikan kandungan kalimat “laa ilaha illallah”, dengan mengenal, menetapkan dan mengamalkan kandungannya. Sedangkan jawaban atas pertanyaan kedua adalah dengan merealisasikan kandungan kalimat “anna Muhammadan rasulullah”, dengan mengenal, menetapkan dan mengamalkan kandungannya.”
- Zaad al-Ma’ad fi Hadyi Khair al-Ibad 1/36 -
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Fenomena Keterasingan Islam
Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah (w 751H) mengomentari perihal aktivitas ziarah kubur di saat itu.
Beliau berkata, "Setiap orang yang membandingkan sunnah (tuntunan) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam; perintah dan larangan beliau; serta praktik yang dijalankan para Sahabat terkait dengan hal kuburan, dengan apa yang dipraktikkan mayoritas manusia di saat ini, akan melihat bahwa keduanya saling bertolak belakang dan kontradiktif, sehingga takkan bisa bertemu selamanya.
🌿 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang shalat menghadap kubur, namun mereka justru shalat di sisi kuburan.
🌿 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kuburan dijadikan sebagai tempat pelaksanaan ibadah, namun mereka justru membangun masjid di atasnya dan menyebutnya sebagai masyahid yang menandingi rumah-rumah Allah Ta'ala.
🌿 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang membuat pelita di atas kuburan, namun mereka justru menyalakan lampu-lampu di atasnya.
🌿 Rasulullah melarang menjadikan kuburan sebagai tempat perayaan, namun mereka justru menjadikannya sebagai tempat perayaan dan manasik. Mereka berkumpul di sana seperti aktivitas mereka ketika merayakan 'ied bahkan lebih dari itu.
🌿 Rasulullah memerintahkan untuk meratakan kuburan, namun mereka justru sangat menyelisihi perintah itu, mereka malah meninggikan kuburan layaknya rumah, bahkan membuatkan kubah untuknya.
🌿 Rasulullah melarang mengapur dan membangun kuburan, serta membuat tulisan di atasnya, namun mereka justru membuatkan papan/lembaran di atas kuburan untuk ditulisi ayat Al-Quran atau yang lain.
🌿 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang menambahkan tanah pada kuburan selain tanah yang telah ada, namun tidak hanya tanah, mereka justru menambahkan bata, batu, dan semen pada kuburan.
⚠️ Kesimpulannya, mereka yang mengagungkan kuburan, menjadikannya sebagai tempat perayaan, menyalakan pelita di atasnya, dan membangun masjid dan kubah di atasnya adalah orang yang menyelisihi perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan menentang tuntutan agama yang dibawa beliau." [Ighatsah al-Lahafaan fii Mashaayid asy-Syaithan 1/353-356 secara ringkas]
Teks Arab: http://www.alakhdr.com/?p=1524
Komentar kami : Beliau mengomentari fenomena tersebut di zaman beliau, yaitu sebelum abad ke-7 Hijriah. Bagaimana kiranya kondisi manusia di saat ini?! Tentu kondisinya lebih buruk dan Islam semakin asing, karena bid'ah begitu variatif dan jumlah kuburan yang diagungkan semakin bertambah di seantero negeri, bahkan para pemujanya membentuk yayasan, ormas, dan chanel yang menyeru untuk mengagungkan dan mengultuskan kuburan. Maka mendakwahi mereka menjadi tugas yang berat bagi pemilik akidah yang shahih untuk diemban. Wallahu al-musta'an.
#kekeliruan_yang_tersebar
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah (w 751H) mengomentari perihal aktivitas ziarah kubur di saat itu.
Beliau berkata, "Setiap orang yang membandingkan sunnah (tuntunan) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam; perintah dan larangan beliau; serta praktik yang dijalankan para Sahabat terkait dengan hal kuburan, dengan apa yang dipraktikkan mayoritas manusia di saat ini, akan melihat bahwa keduanya saling bertolak belakang dan kontradiktif, sehingga takkan bisa bertemu selamanya.
🌿 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang shalat menghadap kubur, namun mereka justru shalat di sisi kuburan.
🌿 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kuburan dijadikan sebagai tempat pelaksanaan ibadah, namun mereka justru membangun masjid di atasnya dan menyebutnya sebagai masyahid yang menandingi rumah-rumah Allah Ta'ala.
🌿 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang membuat pelita di atas kuburan, namun mereka justru menyalakan lampu-lampu di atasnya.
🌿 Rasulullah melarang menjadikan kuburan sebagai tempat perayaan, namun mereka justru menjadikannya sebagai tempat perayaan dan manasik. Mereka berkumpul di sana seperti aktivitas mereka ketika merayakan 'ied bahkan lebih dari itu.
🌿 Rasulullah memerintahkan untuk meratakan kuburan, namun mereka justru sangat menyelisihi perintah itu, mereka malah meninggikan kuburan layaknya rumah, bahkan membuatkan kubah untuknya.
🌿 Rasulullah melarang mengapur dan membangun kuburan, serta membuat tulisan di atasnya, namun mereka justru membuatkan papan/lembaran di atas kuburan untuk ditulisi ayat Al-Quran atau yang lain.
🌿 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang menambahkan tanah pada kuburan selain tanah yang telah ada, namun tidak hanya tanah, mereka justru menambahkan bata, batu, dan semen pada kuburan.
⚠️ Kesimpulannya, mereka yang mengagungkan kuburan, menjadikannya sebagai tempat perayaan, menyalakan pelita di atasnya, dan membangun masjid dan kubah di atasnya adalah orang yang menyelisihi perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan menentang tuntutan agama yang dibawa beliau." [Ighatsah al-Lahafaan fii Mashaayid asy-Syaithan 1/353-356 secara ringkas]
Teks Arab: http://www.alakhdr.com/?p=1524
Komentar kami : Beliau mengomentari fenomena tersebut di zaman beliau, yaitu sebelum abad ke-7 Hijriah. Bagaimana kiranya kondisi manusia di saat ini?! Tentu kondisinya lebih buruk dan Islam semakin asing, karena bid'ah begitu variatif dan jumlah kuburan yang diagungkan semakin bertambah di seantero negeri, bahkan para pemujanya membentuk yayasan, ormas, dan chanel yang menyeru untuk mengagungkan dan mengultuskan kuburan. Maka mendakwahi mereka menjadi tugas yang berat bagi pemilik akidah yang shahih untuk diemban. Wallahu al-musta'an.
#kekeliruan_yang_tersebar
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Jangan sia-siakan hidup kita
Bukankah Anda tahu betapa cepatnya orang lain melupakanmu setelah wafat? Jika demikian halnya, mengapa kita menghabiskan sisa umur demi menarik ridha dan simpati selain Allah yang notabene adalah makhluk?! Anehnya, sebagian orang sampai pada taraf mengerjakan amal shalih untuk mencuri perhatian manusia!!!
Allah Ta'ala berfirman,
تَاللَّهِ إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ ؛ إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Demi Allah, sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata. Karena kita menyamakan kamu dengan Rabb semesta alam.” [Asy-Syu’ara : 97-98]
#tadabbur
#quran
#selfreminder
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Bukankah Anda tahu betapa cepatnya orang lain melupakanmu setelah wafat? Jika demikian halnya, mengapa kita menghabiskan sisa umur demi menarik ridha dan simpati selain Allah yang notabene adalah makhluk?! Anehnya, sebagian orang sampai pada taraf mengerjakan amal shalih untuk mencuri perhatian manusia!!!
Allah Ta'ala berfirman,
تَاللَّهِ إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ ؛ إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Demi Allah, sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata. Karena kita menyamakan kamu dengan Rabb semesta alam.” [Asy-Syu’ara : 97-98]
#tadabbur
#quran
#selfreminder
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Betapa pengasihnya Engkau, ya Allah
Allah Ta'ala berfirman,
وَيَوْمَ تَشَقَّقُ السَّمَاءُ بِالْغَمَامِ وَنُزِّلَ الْمَلَائِكَةُ تَنْزِيلًا الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَٰنِ
"Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang. Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah." [Al-Furqan - 25-26]
-
علمت أن قلوب أوليائك الذين تتراءى لهم تلك الأهوال لا تتمالك فلطفت بهم فأضفت "الملك" إلى أعم اسم في الرحمة فقلت: "الرحمن" ولو كان بدله اسمًا آخر كالعزيز لتفطرت القلوب
Ya Rabb, Engkau tahu hati mereka takkan kuasa terkendali ketika membayangkan berbagai kengerian di hari itu. Engkau pun menyisipkan kelembutan-Mu kepada mereka dengan menyandarkan kata "kerajaan-Mu" pada nama-Mu, ar-Rahmaan yang mengandung kasih sayang yang luas. Seandainya disandarkan pada nama-Mu yang lain seperti al-Aziiz, Yang Mahaperkasa, tentulah hati ini akan terpecah." [Tafsir Az-Zarkasyi]
#tadabbur
#balaghah_quran
♻ _Silakan disebarluaskan_
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Allah Ta'ala berfirman,
وَيَوْمَ تَشَقَّقُ السَّمَاءُ بِالْغَمَامِ وَنُزِّلَ الْمَلَائِكَةُ تَنْزِيلًا الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَٰنِ
"Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang. Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah." [Al-Furqan - 25-26]
-
علمت أن قلوب أوليائك الذين تتراءى لهم تلك الأهوال لا تتمالك فلطفت بهم فأضفت "الملك" إلى أعم اسم في الرحمة فقلت: "الرحمن" ولو كان بدله اسمًا آخر كالعزيز لتفطرت القلوب
Ya Rabb, Engkau tahu hati mereka takkan kuasa terkendali ketika membayangkan berbagai kengerian di hari itu. Engkau pun menyisipkan kelembutan-Mu kepada mereka dengan menyandarkan kata "kerajaan-Mu" pada nama-Mu, ar-Rahmaan yang mengandung kasih sayang yang luas. Seandainya disandarkan pada nama-Mu yang lain seperti al-Aziiz, Yang Mahaperkasa, tentulah hati ini akan terpecah." [Tafsir Az-Zarkasyi]
#tadabbur
#balaghah_quran
♻ _Silakan disebarluaskan_
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
*Telegram:* t.me/ayobelajartauhid
*Broadcast harian via WA:* bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
1608 - Mendidik Generasi Rabbani.pdf
357.2 KB
Emailing 1608 - Mendidik Generasi Rabbani.pdf