INDIKASI-INDIKASI TAUHID DALAM AL-BAQARAH 127-134
Ayat-ayat di atas menunjukkan arti penting tauhid dan pengesaan Allah ta'ala oleh hamba; keagungan tauhid dan ketinggian derajatnya; serta motivasi dan dorongan untuk mengamalkan tauhid. Hal ini ditunjukkan oleh sejumlah indikasi berikut:
1⃣ Vonis kebodohan dan minim akal terhadap orang yang tidak mengamalkan tauhid dan tidak beribadah kepada Allah ta'ala;
2⃣ Menauhidkan Allah ta'ala dan mengeesakan-Nya dalam peribadatan merupakan karakter yang menunjukkan kemuliaan dan ketinggian derajat seorang manusia. Contoh terpopuler manusia yang menerapkan hal tersebut adalah bapak para nabi dan kekasih ar-Rahman, yaitu Ibrahim 'alaihi as-salam;
3⃣ Menauhidkan dan mengesakan Allah ta'ala dalam peribadatan merupakan perintah yang diberikan Allah ta'ala kepada kekasihnya, Ibrahim 'alaihi as-salam; Ibrahim pun bersegera menjalankannya tanpa bersikap ragu dan menunda-nunda;
4⃣ Menauhidkan dan mengesakan Allah ta'ala dalam peribadatan merupakan seruan dakwah para nabi yang ditujukan kepada diri sendiri dan keturunan mereka;
5⃣ Menauhidkan dan mengesakan Allah ta'ala dalam peribadatan merupakan wasiat yang diberikan para nabi kepada keturunan mereka;
6⃣ Menauhidkan dan mengesakan Allah ta'ala dalam peribadatan merupakan opsi yang diberikan dan dipilihkan Allah kepada para hamba-Nya.
#tadabbur
Ayat-ayat di atas menunjukkan arti penting tauhid dan pengesaan Allah ta'ala oleh hamba; keagungan tauhid dan ketinggian derajatnya; serta motivasi dan dorongan untuk mengamalkan tauhid. Hal ini ditunjukkan oleh sejumlah indikasi berikut:
1⃣ Vonis kebodohan dan minim akal terhadap orang yang tidak mengamalkan tauhid dan tidak beribadah kepada Allah ta'ala;
2⃣ Menauhidkan Allah ta'ala dan mengeesakan-Nya dalam peribadatan merupakan karakter yang menunjukkan kemuliaan dan ketinggian derajat seorang manusia. Contoh terpopuler manusia yang menerapkan hal tersebut adalah bapak para nabi dan kekasih ar-Rahman, yaitu Ibrahim 'alaihi as-salam;
3⃣ Menauhidkan dan mengesakan Allah ta'ala dalam peribadatan merupakan perintah yang diberikan Allah ta'ala kepada kekasihnya, Ibrahim 'alaihi as-salam; Ibrahim pun bersegera menjalankannya tanpa bersikap ragu dan menunda-nunda;
4⃣ Menauhidkan dan mengesakan Allah ta'ala dalam peribadatan merupakan seruan dakwah para nabi yang ditujukan kepada diri sendiri dan keturunan mereka;
5⃣ Menauhidkan dan mengesakan Allah ta'ala dalam peribadatan merupakan wasiat yang diberikan para nabi kepada keturunan mereka;
6⃣ Menauhidkan dan mengesakan Allah ta'ala dalam peribadatan merupakan opsi yang diberikan dan dipilihkan Allah kepada para hamba-Nya.
#tadabbur
WAHAI ENGKAU YANG BERGELIMANG HARTA
ما ازْدَادَ رجلٌ من السُّلطانِ قُرْبًا؛ إلا ازْدَادَ عن الله بُعْدًا، ولا كَثُرَتْ أتْباعُهُ؛ إلا كَثُرَت شياطِينُهُ، ولا كَثُرَ مالُهُ؛ إلا اشْتَدَّ حسابُهُ
"Setiap kali kekuasaan hamba bertambah, niscaya ia semakin jauh dari Allah; setiap kali pengikutnya bertambah, niscaya semakin banyak setan yang mengiringi; dan setiap kali hartanya bertambah, niscaya semakin berat hisab yang akan dirasakan." [Riwayat Hannad dari Ubaid ibn Umair secara mursal]
#nasihat
ما ازْدَادَ رجلٌ من السُّلطانِ قُرْبًا؛ إلا ازْدَادَ عن الله بُعْدًا، ولا كَثُرَتْ أتْباعُهُ؛ إلا كَثُرَت شياطِينُهُ، ولا كَثُرَ مالُهُ؛ إلا اشْتَدَّ حسابُهُ
"Setiap kali kekuasaan hamba bertambah, niscaya ia semakin jauh dari Allah; setiap kali pengikutnya bertambah, niscaya semakin banyak setan yang mengiringi; dan setiap kali hartanya bertambah, niscaya semakin berat hisab yang akan dirasakan." [Riwayat Hannad dari Ubaid ibn Umair secara mursal]
#nasihat
SUSAHNYA BERAMAL SHALIH TANPA PAMRIH
اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ
"Ikutilah orang yang beramal baik kepadamu tanpa imbalan (tulus). Mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." [QS.Yasin:21]
Pamrih itu bisa berwujud materi atau immateri. Terkadang seorang beramal shalih tidak butuh imbalan berupa materi, tapi ia "butuh" pamrih.
Ia tidak butuh imbalan upah, tapi ia suka pamrih jika orang lain tahu namanya, kagum terhadap kepintaran dan aktivitasnya.
"PEMBERIAN INI GRATIS KOK, PAK/BU!"
Tapi diposting kemana-mana. Jika terkenal, sikapnya pun berubah, sering tashonnu' dan mudahanah.
Inilah imbalan upah yang tak berwujud.
Pamrih ingn diperhatikan orang
Pamrih ingin disegani masyrakat
Pamrih ingin diutamakan warga.
Semua pamrih itu jadi tuhan-tuhan kecil.
Ada keinginan nafsu berupa pamrih yang mendompleng amal kebaikan.
Lagi-lagi tipu daya iblis itu begitu samar.
#tadabbur
اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ
"Ikutilah orang yang beramal baik kepadamu tanpa imbalan (tulus). Mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." [QS.Yasin:21]
Pamrih itu bisa berwujud materi atau immateri. Terkadang seorang beramal shalih tidak butuh imbalan berupa materi, tapi ia "butuh" pamrih.
Ia tidak butuh imbalan upah, tapi ia suka pamrih jika orang lain tahu namanya, kagum terhadap kepintaran dan aktivitasnya.
"PEMBERIAN INI GRATIS KOK, PAK/BU!"
Tapi diposting kemana-mana. Jika terkenal, sikapnya pun berubah, sering tashonnu' dan mudahanah.
Inilah imbalan upah yang tak berwujud.
Pamrih ingn diperhatikan orang
Pamrih ingin disegani masyrakat
Pamrih ingin diutamakan warga.
Semua pamrih itu jadi tuhan-tuhan kecil.
Ada keinginan nafsu berupa pamrih yang mendompleng amal kebaikan.
Lagi-lagi tipu daya iblis itu begitu samar.
#tadabbur
Akal yang kritis adalah akal yang mau meneliti. Akal yang tidak gampang menerima suatu klaim tanpa keberadaan bukti. Ia tidak menerima bukti yang lemah dan tidak membiarkan kesalahan logika terjadi.
Banyaknya kerancuan berpikir (syubhat) yang menimpa sebagian generasi muda dipengaruhi oleh minimnya pemikiran kritis dan kemampuan akal yang enggan meneliti.
Oleh karena itu, kepedulian untuk menanamkan makna cara berpikir yang tepat, sehingga mampu memilah antara informasi yang benar dan yang salah, dapat dianggap sebagai hal yang sangat penting dalam membentengi diri dari syubhat dan meningkatkan kekebalan intelektual.
Ahmad Yusuf as-Sayyid dalam Sabighat hal. 45
Banyaknya kerancuan berpikir (syubhat) yang menimpa sebagian generasi muda dipengaruhi oleh minimnya pemikiran kritis dan kemampuan akal yang enggan meneliti.
Oleh karena itu, kepedulian untuk menanamkan makna cara berpikir yang tepat, sehingga mampu memilah antara informasi yang benar dan yang salah, dapat dianggap sebagai hal yang sangat penting dalam membentengi diri dari syubhat dan meningkatkan kekebalan intelektual.
Ahmad Yusuf as-Sayyid dalam Sabighat hal. 45
JAWABAN SINGKAT ATAS PERTANYAAN "SIAPA YANG MENCIPTAKAN ALLAH?" (1)
Atheis seringkali menolak bukti keberadaan Allah dengan pertanyaan "siapakah yang menciptakan Allah?"
Pertanyaan ini sendiri secara substansi tidak valid, tidak tepat.
Pertanyaan itu serupa dengan pertanyaan: "Apakah durasi kehamilan seorang pria sama dengan wanita, yaitu selama 9 bulan?"; "Berapa berat derajat suhu?"; dan semisalnya.
Pertanyaan itu merupakan pertanyaan tentang Pencipta dengan sesuatu yang tidak mungkin, yaitu mempertanyakan Sang Pencipta dengan kriteria yang dimiliki makhluk. Allah adalah Sang Khalik yang tak mungkin merupakan makhluk sehingga bisa dipertanyakan siapa yang telah menciptakan-Nya?
Permasalahan yang ada pada pertanyaan tersebut terletak pada penyetaraan Sang Khalik dan makhluk. Selain itu, kesalahan terletak pada penyetaraan antara pernyataan yang berbunyi "setiap yang terjadj/yang bermula pasti ada yang mengadakan" dan pernyataan sebagian orang yang berbunyi "setiap yang wujud pasti ada yang mewujudkan". Kedua penyetaraan tersebut keliru.
Salah satu indikasi invaliditas pertanyaan tersebut adalah pertanyaan ini menyiratkan bahwa alam semesta ini sama sekali tidak ada.
Dapat dipahami bahwa pertanyaan "Siapakah yang menciptakan Allah?" tidak lebih penting dari pertanyaan "Siapakah yang menciptakan Pencipta Allah?" atau pertanyaan "Siapakah yang menciptakan Pencipta dari Pencipta Allah?" dan seterusnya.
Menempuh metode di atas hanya akan berujung pada hasil bahwa alam semesta ini tidak akan pernah memiliki eksistensi, karena eksistensi Pencipta alam semesta ini akan bergantung pada eksistensi Pencipta yang terdahulu, dan Pencipta yang terdahulu juga bergantung pada eksistensi Pencipta sebelumnya, dan demikian seterusnya hingga menjadi rangkaian tanpa akhir.
Hal ini melazimkan Pencipta alam semesta ini tidak akan pernah eksis karena tidak ada Pencipta Pertama (First Creator), dimana rangkaian itu berhenti dan menjadi sumber makhluk yang pertama. Dengan demikian, rangkaian di atas akan terus berlanjut tanpa akhir yang berujung pada ketiadaan alam semesta kecuali ada Sumber Awal yang tak memiliki permulaan.
Uraian ini menampakkan keagungan al-Quran dan karunia Allah ta'ala kepada kita dengan mengutus Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
al-Quran menyebutkan salah satu nama Allah yang indah adalah al-Awwal (Dzat Yang Mahaawal), seperti termaktub dalam Surat al-Hadid ayat 3.
Demikian juga, di dalam al-Hadits, tercantum dalam do'a Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
اللَّهُمَّ أَنْتَ الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ
"Ya Allah, Engkaulah Dzat Yang Mahaawal, tidak ada sesuatu pun yang mendahului-Mu." [HR.Muslim]
Semua itu menjelaskan hikmah terapi nabawi yang terdapat dalam hadits shahih berikut,
يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا حَتَّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ
“Setan mendatangi salah seorang di antara kalian dan berkata, ‘Siapa yang menciptakan ini dan itu?’ hingga dia berkata, ‘Siapa yang menciptakan Tuhan-mu?’ Jadi, ketika dia menimbulkan pertanyaan seperti itu, hendaknya seseorang berlindung kepada Allah dan meninggalkan pemikiran seperti itu.” [HR.Al-Bukhari]
Hadits yang terakhir ini menjelaskan bahwa pertanyaan "Siapakah yang menciptakan Allah?" merupakan pertanyaan yang tidak tepat dan memikirkannya tidak akan membuahkan hasil yang positif kecuali merujuk pada _i'tiqad_ yang terdapat pada sifat Allah yang disampaikan dalam teks agama.
-bersambung-
#tauhid
#ateisme
#agnostik
Atheis seringkali menolak bukti keberadaan Allah dengan pertanyaan "siapakah yang menciptakan Allah?"
Pertanyaan ini sendiri secara substansi tidak valid, tidak tepat.
Pertanyaan itu serupa dengan pertanyaan: "Apakah durasi kehamilan seorang pria sama dengan wanita, yaitu selama 9 bulan?"; "Berapa berat derajat suhu?"; dan semisalnya.
Pertanyaan itu merupakan pertanyaan tentang Pencipta dengan sesuatu yang tidak mungkin, yaitu mempertanyakan Sang Pencipta dengan kriteria yang dimiliki makhluk. Allah adalah Sang Khalik yang tak mungkin merupakan makhluk sehingga bisa dipertanyakan siapa yang telah menciptakan-Nya?
Permasalahan yang ada pada pertanyaan tersebut terletak pada penyetaraan Sang Khalik dan makhluk. Selain itu, kesalahan terletak pada penyetaraan antara pernyataan yang berbunyi "setiap yang terjadj/yang bermula pasti ada yang mengadakan" dan pernyataan sebagian orang yang berbunyi "setiap yang wujud pasti ada yang mewujudkan". Kedua penyetaraan tersebut keliru.
Salah satu indikasi invaliditas pertanyaan tersebut adalah pertanyaan ini menyiratkan bahwa alam semesta ini sama sekali tidak ada.
Dapat dipahami bahwa pertanyaan "Siapakah yang menciptakan Allah?" tidak lebih penting dari pertanyaan "Siapakah yang menciptakan Pencipta Allah?" atau pertanyaan "Siapakah yang menciptakan Pencipta dari Pencipta Allah?" dan seterusnya.
Menempuh metode di atas hanya akan berujung pada hasil bahwa alam semesta ini tidak akan pernah memiliki eksistensi, karena eksistensi Pencipta alam semesta ini akan bergantung pada eksistensi Pencipta yang terdahulu, dan Pencipta yang terdahulu juga bergantung pada eksistensi Pencipta sebelumnya, dan demikian seterusnya hingga menjadi rangkaian tanpa akhir.
Hal ini melazimkan Pencipta alam semesta ini tidak akan pernah eksis karena tidak ada Pencipta Pertama (First Creator), dimana rangkaian itu berhenti dan menjadi sumber makhluk yang pertama. Dengan demikian, rangkaian di atas akan terus berlanjut tanpa akhir yang berujung pada ketiadaan alam semesta kecuali ada Sumber Awal yang tak memiliki permulaan.
Uraian ini menampakkan keagungan al-Quran dan karunia Allah ta'ala kepada kita dengan mengutus Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
al-Quran menyebutkan salah satu nama Allah yang indah adalah al-Awwal (Dzat Yang Mahaawal), seperti termaktub dalam Surat al-Hadid ayat 3.
Demikian juga, di dalam al-Hadits, tercantum dalam do'a Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
اللَّهُمَّ أَنْتَ الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ
"Ya Allah, Engkaulah Dzat Yang Mahaawal, tidak ada sesuatu pun yang mendahului-Mu." [HR.Muslim]
Semua itu menjelaskan hikmah terapi nabawi yang terdapat dalam hadits shahih berikut,
يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا حَتَّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ
“Setan mendatangi salah seorang di antara kalian dan berkata, ‘Siapa yang menciptakan ini dan itu?’ hingga dia berkata, ‘Siapa yang menciptakan Tuhan-mu?’ Jadi, ketika dia menimbulkan pertanyaan seperti itu, hendaknya seseorang berlindung kepada Allah dan meninggalkan pemikiran seperti itu.” [HR.Al-Bukhari]
Hadits yang terakhir ini menjelaskan bahwa pertanyaan "Siapakah yang menciptakan Allah?" merupakan pertanyaan yang tidak tepat dan memikirkannya tidak akan membuahkan hasil yang positif kecuali merujuk pada _i'tiqad_ yang terdapat pada sifat Allah yang disampaikan dalam teks agama.
-bersambung-
#tauhid
#ateisme
#agnostik
JAWABAN SINGKAT ATAS PERTANYAAN "SIAPA YANG MENCIPTAKAN ALLAH?" (2)
Ibnu Taimiyah menuturkan,
فإذا وصل العبد إلى غاية الغايات، ونهاية النهايات، وجب وقوفه، فإذا طلب بعد ذلك شيئا آخر وجب أن ينتهي، فأمر النبي صلى الله عليه وسلم العبد أن ينتهي مع استجارته بالله من وسواس التسلسل، كما يؤمر كل من حصل نهاية المطلوب وغاية المارد أن ينتهي
"Jika hamba telah mencapai tujuan akhir dan titik akhir, maka ia harus berhenti. Jika setelah itu kemudian ia mencari-cari hal yang lain, maka ia pun wajib berhenti. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan setiap muslim untuk berhenti sembari berlindung kepada Allah dari waswas _at-tasalsul_ sebagaimana setiap orang yang telah mencapai akhir pencarian dan akhir upaya diperintahkan untuk berhenti." [Dar-u at-Ta'arudh Baina al-'Aql wa an-Naql 3/314-315]
Adapun pernyataan *"setiap yang wujud pasti ada yang mewujudkan"* tidaklah tepat karena yang tepat adalah pernyataan *"setiap yang terjadj/yang bermula pasti ada yang mengadakan"* . Eksistensi alam semesta ini telah terbukti kejadiannya sehingga pastilah ada yang mengadakannya.
Syaikh Ahmad Yusuf as-Sayyid dalam Sabighat hal. 79-80
Catatan:
Jawaban terhadap pernyataan "setiap yang wujud pasti ada yanf mewujudkan" dapat dibaca pada artikel berikut: https://islamqa.info/amp/ar/answers/121180
#tauhid
#ateisme
#agnostik
Ibnu Taimiyah menuturkan,
فإذا وصل العبد إلى غاية الغايات، ونهاية النهايات، وجب وقوفه، فإذا طلب بعد ذلك شيئا آخر وجب أن ينتهي، فأمر النبي صلى الله عليه وسلم العبد أن ينتهي مع استجارته بالله من وسواس التسلسل، كما يؤمر كل من حصل نهاية المطلوب وغاية المارد أن ينتهي
"Jika hamba telah mencapai tujuan akhir dan titik akhir, maka ia harus berhenti. Jika setelah itu kemudian ia mencari-cari hal yang lain, maka ia pun wajib berhenti. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan setiap muslim untuk berhenti sembari berlindung kepada Allah dari waswas _at-tasalsul_ sebagaimana setiap orang yang telah mencapai akhir pencarian dan akhir upaya diperintahkan untuk berhenti." [Dar-u at-Ta'arudh Baina al-'Aql wa an-Naql 3/314-315]
Adapun pernyataan *"setiap yang wujud pasti ada yang mewujudkan"* tidaklah tepat karena yang tepat adalah pernyataan *"setiap yang terjadj/yang bermula pasti ada yang mengadakan"* . Eksistensi alam semesta ini telah terbukti kejadiannya sehingga pastilah ada yang mengadakannya.
Syaikh Ahmad Yusuf as-Sayyid dalam Sabighat hal. 79-80
Catatan:
Jawaban terhadap pernyataan "setiap yang wujud pasti ada yanf mewujudkan" dapat dibaca pada artikel berikut: https://islamqa.info/amp/ar/answers/121180
#tauhid
#ateisme
#agnostik
2037 - FIKIH NIKAH RINGKAS - eBook.pdf
681.9 KB
Document from Ichwan Muslim
Ada 3 karakter yang dimiliki oleh nabi Yusuf 'alaihi as-salam sehingga memperoleh akhir yang baik dalam kisah kehidupannya. 3 karakter itu adalah:
1⃣ Takwa;
2⃣ Sabar; dan
3⃣ Ihsan (berbuat baik kepada orang lain).
#nasihat
1⃣ Takwa;
2⃣ Sabar; dan
3⃣ Ihsan (berbuat baik kepada orang lain).
#nasihat
2038 - Hak & Kewajiban dalam Bekerja - eBook.pdf
546.8 KB
Document from Ichwan Muslim
رباه جمل في الحياة مسيرتي
واجعل طريقي للجنان يسيرا
Robbah jammil fil hayati masiratiy
Waj'al thoriqiy lil jinani yasira
"Ya Allah, perindahlah perjalanan hidupku;
dan permudahlah jalanku menuju jannah-Mu."
#doa
واجعل طريقي للجنان يسيرا
Robbah jammil fil hayati masiratiy
Waj'al thoriqiy lil jinani yasira
"Ya Allah, perindahlah perjalanan hidupku;
dan permudahlah jalanku menuju jannah-Mu."
#doa
ليس للخائف الذي اشتد خوفه أنفع من ذكر الله تعالى.
"Tak ada yang lebih bermanfaat bagi orang yang sangat ketakutan selain berdzikir kepada Allah ta'ala."
Ibnu al-Qayyim
#nasihat
"Tak ada yang lebih bermanfaat bagi orang yang sangat ketakutan selain berdzikir kepada Allah ta'ala."
Ibnu al-Qayyim
#nasihat
Terkadang meski belum mampu bersedekah, anda bisa merekomendasikan kepada orang yang berharta agar bersedekah kepada orang yang membutuhkan. Dengan demikian, anda memiliki bagian dari pahala bersedekah tersebut; bahkan tindakan anda itu tetap berpahala meski sedekah itu tidak jadi ditunaikan.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
«اشْفَعُوا تُؤجَرُوا
"Berikanlah syafaat (rekomendasi), niscaya kalian akan diberi pahala." [HR.Al-Bukhari dan Muslim]
Kandungan hadits ini dijelaskan sebagai berikut,
هذا الحديث متضمن لأصل كبير وفائدة عظيمة، وهو أنه ينبغي للعبد أن يسعى في أمور الخير، سواء أثمرت مقاصدها ونتائجها أو حصل بعضها، أو لم يتم منها شيء. وذلك كالشفاعة لأصحاب الحاجات عند الملوك والكبراء، ومن تعلقت حاجاتهم بهم
"Hadits ini mengandung sebuah prinsip dan faedah yang besar serta agung, yaitu bahwa sepatutnya seorang hamba berusaha melakukan perkara-perkara kebaikan; entah itu akan membuahkan hasil sepenuhnya, atau hanya membuahkan sebagiannya, atau bahkan tidak membuahkan sama sekali. Contohnya seperti memberikan syafaat kepada orang-orang yang membutuhkannya di hadapan para penguasa dan pembesar, serta pihak-pihak yang hajat mereka berkaitan dengan pihak tersebut."
Hadits ini juga dicantumkan oleh al-Bukhari dalam bab yang berjudul: "بَابُ التَّحْرِيضِ عَلَى الصَّدَقَةِ وَالشَّفَاعَةِ فِيهَا", "Bab Motivasi Bersedekah dan Merekomendasikan untuk Bersedekah" sehingga cukup menjadi isyarat bahwa sekadar memberi syafa'at agar orang lain bersedekah kepada pihak yang membutuhkan juga bernilai pahala.
#hadits
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
«اشْفَعُوا تُؤجَرُوا
"Berikanlah syafaat (rekomendasi), niscaya kalian akan diberi pahala." [HR.Al-Bukhari dan Muslim]
Kandungan hadits ini dijelaskan sebagai berikut,
هذا الحديث متضمن لأصل كبير وفائدة عظيمة، وهو أنه ينبغي للعبد أن يسعى في أمور الخير، سواء أثمرت مقاصدها ونتائجها أو حصل بعضها، أو لم يتم منها شيء. وذلك كالشفاعة لأصحاب الحاجات عند الملوك والكبراء، ومن تعلقت حاجاتهم بهم
"Hadits ini mengandung sebuah prinsip dan faedah yang besar serta agung, yaitu bahwa sepatutnya seorang hamba berusaha melakukan perkara-perkara kebaikan; entah itu akan membuahkan hasil sepenuhnya, atau hanya membuahkan sebagiannya, atau bahkan tidak membuahkan sama sekali. Contohnya seperti memberikan syafaat kepada orang-orang yang membutuhkannya di hadapan para penguasa dan pembesar, serta pihak-pihak yang hajat mereka berkaitan dengan pihak tersebut."
Hadits ini juga dicantumkan oleh al-Bukhari dalam bab yang berjudul: "بَابُ التَّحْرِيضِ عَلَى الصَّدَقَةِ وَالشَّفَاعَةِ فِيهَا", "Bab Motivasi Bersedekah dan Merekomendasikan untuk Bersedekah" sehingga cukup menjadi isyarat bahwa sekadar memberi syafa'at agar orang lain bersedekah kepada pihak yang membutuhkan juga bernilai pahala.
#hadits
Kewajiban Menuntut Ilmu Agama.pdf
1.1 MB
Edit, Sign and Share PDF files on the go. Download the Acrobat Reader app: https://adobeacrobat.app.link/Mhhs4GmNsxb
2039 - Cara Agar Anak Kita Shalih dan Berbakti - EBook.pdf
626.3 KB
Document from Ichwan Muslim
ليس الرجل من يُربيك لفظه، إنما الرجل من يُربيك لحظه
Lelaki sejati tidak dinilai dari omongannya, tapi dinilai dari seberapa besar kepeduliannya.
#nasihat
Lelaki sejati tidak dinilai dari omongannya, tapi dinilai dari seberapa besar kepeduliannya.
#nasihat
2041_Meninjau_Kembali_Arti_Syirik_&_Munafik_Menurut_Masyarakat_Indonesia.pdf
593.5 KB
Edit, Sign and Share PDF files on the go. Download the Acrobat Reader app: https://adobeacrobat.app.link/Mhhs4GmNsxb
DEFINISI TAUHID
🔸Secara bahasa tauhid berarti eksklusifitas (الانفراد) dan mengesakan (الإفراد).
Frasa "توحد الشيء" berarti eksklusifitas sesuatu itu dari selainnya dan frasa "توحيد الشيء" berarti menjadikan dan menetapkan sesuatu itu eksklusif dari selainnya.
🔸Secara syari'at, tauhid dapat didefinisikan
إفراد الله تعالى بما يختص به من الربوبية والألوهية والأسماء والصفات، ونفيها عما سواه
"Mengesakan Allah dalam aspek-aspek kekhususan-Nya yaitu rububiyah, uluhiyah, dan asma wa shifat; serta menafikan aspek-aspek kekhususan tersebut pada selain-Nya."
▫️Kata "إفراد" merupakan karakteristik umum yang menjelaskan inti perbuatan yang bersumber dari hamba. Hal yang dimaksud adalah makna pengesaan secara syar'i yang mengandung makna penghambaan.
▫️Kata "الله تعالى" mengecualikan segala sesuatu selain-Nya, yaitu para makhluk.
▫️Frasa "بما يختص به" karakteristik khusus yang menjelaskan bahwa pengesaan dan tauhid berkaitan erat dengan aspek-aspek kekhususan, dalam hal kesempurnaan dan pokoknya.
▫️Frasa "من الربوبية والألوهية والأسماء والصفات" merupakan karakteristik khusus yang mendefinisikan dan menyorot hal-hal yang berkaitan dengan pemaknaan tauhid secara syar'i.
▫️Frasa "ونفيها عما سواه" merupakan batasan yang mewujudkan salah satu rukun tauhid, yaitu penafian (النفي). Tujuannya adalah menyempurnakan esklusifitas Allah dengan segala sesuatu yang bisa menyempurnakan tauhid.
Sumber: al-Muntaqa min al-Maslak ar-Rasyid, Prof. Dr. Sulthan al-Umairi
#tauhid
🌐 Channel Whatsapp Belajar Tauhid: https://t.ly/belajartauhid
🌐 Channel Telegram Belajar Tauhid: https://t.me/belajartauhidofficial
🔸Secara bahasa tauhid berarti eksklusifitas (الانفراد) dan mengesakan (الإفراد).
Frasa "توحد الشيء" berarti eksklusifitas sesuatu itu dari selainnya dan frasa "توحيد الشيء" berarti menjadikan dan menetapkan sesuatu itu eksklusif dari selainnya.
🔸Secara syari'at, tauhid dapat didefinisikan
إفراد الله تعالى بما يختص به من الربوبية والألوهية والأسماء والصفات، ونفيها عما سواه
"Mengesakan Allah dalam aspek-aspek kekhususan-Nya yaitu rububiyah, uluhiyah, dan asma wa shifat; serta menafikan aspek-aspek kekhususan tersebut pada selain-Nya."
▫️Kata "إفراد" merupakan karakteristik umum yang menjelaskan inti perbuatan yang bersumber dari hamba. Hal yang dimaksud adalah makna pengesaan secara syar'i yang mengandung makna penghambaan.
▫️Kata "الله تعالى" mengecualikan segala sesuatu selain-Nya, yaitu para makhluk.
▫️Frasa "بما يختص به" karakteristik khusus yang menjelaskan bahwa pengesaan dan tauhid berkaitan erat dengan aspek-aspek kekhususan, dalam hal kesempurnaan dan pokoknya.
▫️Frasa "من الربوبية والألوهية والأسماء والصفات" merupakan karakteristik khusus yang mendefinisikan dan menyorot hal-hal yang berkaitan dengan pemaknaan tauhid secara syar'i.
▫️Frasa "ونفيها عما سواه" merupakan batasan yang mewujudkan salah satu rukun tauhid, yaitu penafian (النفي). Tujuannya adalah menyempurnakan esklusifitas Allah dengan segala sesuatu yang bisa menyempurnakan tauhid.
Sumber: al-Muntaqa min al-Maslak ar-Rasyid, Prof. Dr. Sulthan al-Umairi
#tauhid
Please open Telegram to view this post
VIEW IN TELEGRAM