Tauhid merupakan nikmat terbesar yang dianugerahkan Allah ta’ala kepada hamba.
Di awal surat an-Nahl yang juga dinamakan surat an-Ni’am (Berbagai Kenikmatan), Allah ta’ala berfirman,
يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَىٰ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُونِ
“Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Sembahan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku". [QS. An-Nahl:2]
Inilah kenikmatan pertama yang disebutkan dalam surat tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa taufik untuk bertauhid merupakan kenikmatan terbesar yang disempurnakan Allah bagi hamba sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةًۗ
“Dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” [QS. Luqman:20]
Mujahid rahimahullah menafsirkan bahwa kenikmatan yang dimaksud dalam ayat di atas adalah kalimat laa ilaha illallah[1].
Sedangkan Sufyan ibn Uyainah rahimahullah menyatakan,
مَا أنْعَمَ الله على العِبادِ نِعْمَةً أعْظَمَ من أنْ عرّفَهُم لا إلَهَ إلّا الله
“Tak ada kenikmatan yang dianugerahkan Allah kepada hamba melebihi anugerah makrifat terhadap esensi laa ilaha illallah.”[2]
[1] HR. Sa’id ibn Manshur dalam as-Sunan (1730).
[2] Lihat: Kalimat al-Ikhlas hal. 53 karya Ibnu Rajab.
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr dalam Ahadits Ishlah al-Qulub
#tauhid #asma_wa_shifat
Di awal surat an-Nahl yang juga dinamakan surat an-Ni’am (Berbagai Kenikmatan), Allah ta’ala berfirman,
يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَىٰ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُونِ
“Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Sembahan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku". [QS. An-Nahl:2]
Inilah kenikmatan pertama yang disebutkan dalam surat tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa taufik untuk bertauhid merupakan kenikmatan terbesar yang disempurnakan Allah bagi hamba sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةًۗ
“Dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” [QS. Luqman:20]
Mujahid rahimahullah menafsirkan bahwa kenikmatan yang dimaksud dalam ayat di atas adalah kalimat laa ilaha illallah[1].
Sedangkan Sufyan ibn Uyainah rahimahullah menyatakan,
مَا أنْعَمَ الله على العِبادِ نِعْمَةً أعْظَمَ من أنْ عرّفَهُم لا إلَهَ إلّا الله
“Tak ada kenikmatan yang dianugerahkan Allah kepada hamba melebihi anugerah makrifat terhadap esensi laa ilaha illallah.”[2]
[1] HR. Sa’id ibn Manshur dalam as-Sunan (1730).
[2] Lihat: Kalimat al-Ikhlas hal. 53 karya Ibnu Rajab.
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr dalam Ahadits Ishlah al-Qulub
#tauhid #asma_wa_shifat
2019 - SELAYANG PANDANG KEBAHAGIAAN DI SURGA - eBook.pdf
583.5 KB
Document from 𝗜𝗖𝗛𝗪𝗔𝗡 𝗠𝗨𝗦𝗟𝗜𝗠
MENOLAK KEBURUKAN DENGAN KEBAIKAN
Beliau ﷺ adalah pribadi yang mengamalkan firman Allah taála,
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ ۚ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ
“Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. Dan katakanlah: "Ya Rabb-ku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan.” (QS.Al-Mukminun:96-97)
Beliau juga mengamalkan firman Allah taála,
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS.Fushshilah:34)
Sifat ini merupakan etika yang luhur seperti yang disampaikan Ibnu as-Sa’di. Beliau menuturkan,
هذا من مكارم الأخلاق، التي أمر الله رسوله بها فقال: { ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ } أي: إذا أساء إليك أعداؤك، بالقول والفعل، فلا تقابلهم بالإساءة، مع أنه يجوز معاقبة المسيء بمثل إساءته، ولكن ادفع إساءتهم إليك بالإحسان منك إليهم، فإن ذلك فضل منك على المسيء، ومن مصالح ذلك، أنه تخف الإساءة عنك، في الحال، وفي المستقبل، وأنه أدعى لجلب المسيء إلى الحق، وأقرب إلى ندمه وأسفه، ورجوعه بالتوبة عما فعل، وليتصف العافي بصفة الإحسان، ويقهر بذلك عدوه الشيطان، وليستوجب الثواب من الرب، قال تعالى: { فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ }
“Ini termasuk budi pekerti luhur yang diperintahkan Allah agar dilaksanakan oleh rasul-Nya.
Allah berfirman, ”Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik”, artinya jika musuh-musuhmu telah berbuat buruk kepada dirimu dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, maka janganlah engkau menyikapi mereka dengan tindakan buruk.
Meskipun boleh untuk membalas orang yang telah berbuat buruk dengan tindakan serupa, akan tetapi, tolaklah sikap buruk mereka kepadamu dengan berbuat baik kepada mereka. Hal itu merupakan bentuk kemurahan hatimu kepada orang yang telah berbuat buruk itu.
Di antara manfaat sikap tersebut adalah ulah buruknya kepadamu akan berkurang, entah di saat ini atau pun di masa datang. Sifat tersebut lebih efektif untuk menarik orang yang telah berbuat buruk tersebut ke jalan yang benar, lebih menyadarkan dirinya untuk menyesali, bersedih, dan kembali kepada Allah dengan bertaubat dari perbuatannya.
Orang yang memberi maaf, berarti mempunyai sifat ihsan (kebaikan). Dengan itu, dia mampu mempecundangi setan serta berhak menerima pahala dari Allah. Allah berfirman, “Maka barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS.Asy-Syuara:40)”[1]
[1] Taisir al-Karim ar-Rahman hal. 588.
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr dalam Ahadits Ishlah al-Qulub
#tauhid
Beliau ﷺ adalah pribadi yang mengamalkan firman Allah taála,
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ ۚ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ
“Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. Dan katakanlah: "Ya Rabb-ku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan.” (QS.Al-Mukminun:96-97)
Beliau juga mengamalkan firman Allah taála,
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS.Fushshilah:34)
Sifat ini merupakan etika yang luhur seperti yang disampaikan Ibnu as-Sa’di. Beliau menuturkan,
هذا من مكارم الأخلاق، التي أمر الله رسوله بها فقال: { ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ } أي: إذا أساء إليك أعداؤك، بالقول والفعل، فلا تقابلهم بالإساءة، مع أنه يجوز معاقبة المسيء بمثل إساءته، ولكن ادفع إساءتهم إليك بالإحسان منك إليهم، فإن ذلك فضل منك على المسيء، ومن مصالح ذلك، أنه تخف الإساءة عنك، في الحال، وفي المستقبل، وأنه أدعى لجلب المسيء إلى الحق، وأقرب إلى ندمه وأسفه، ورجوعه بالتوبة عما فعل، وليتصف العافي بصفة الإحسان، ويقهر بذلك عدوه الشيطان، وليستوجب الثواب من الرب، قال تعالى: { فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ }
“Ini termasuk budi pekerti luhur yang diperintahkan Allah agar dilaksanakan oleh rasul-Nya.
Allah berfirman, ”Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik”, artinya jika musuh-musuhmu telah berbuat buruk kepada dirimu dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, maka janganlah engkau menyikapi mereka dengan tindakan buruk.
Meskipun boleh untuk membalas orang yang telah berbuat buruk dengan tindakan serupa, akan tetapi, tolaklah sikap buruk mereka kepadamu dengan berbuat baik kepada mereka. Hal itu merupakan bentuk kemurahan hatimu kepada orang yang telah berbuat buruk itu.
Di antara manfaat sikap tersebut adalah ulah buruknya kepadamu akan berkurang, entah di saat ini atau pun di masa datang. Sifat tersebut lebih efektif untuk menarik orang yang telah berbuat buruk tersebut ke jalan yang benar, lebih menyadarkan dirinya untuk menyesali, bersedih, dan kembali kepada Allah dengan bertaubat dari perbuatannya.
Orang yang memberi maaf, berarti mempunyai sifat ihsan (kebaikan). Dengan itu, dia mampu mempecundangi setan serta berhak menerima pahala dari Allah. Allah berfirman, “Maka barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS.Asy-Syuara:40)”[1]
[1] Taisir al-Karim ar-Rahman hal. 588.
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr dalam Ahadits Ishlah al-Qulub
#tauhid
Ibnu al-Qayyim rahimahullah menuturkan,
وَنَحْنُ نُشِيرُ بِعَوْنِ اللَّهِ وتَوْفِيقِهِ إلى الشَّواهِدِ، إشارَةً يُعْلَمُ بِها حَقِيقَةُ الأمْرِ. فَأوَّلُ شَواهِدِ السّائِرِ إلى اللَّهِ والدّارِ الآخِرَةِ: أنْ يَقُومَ بِهِ شاهِدٌ مِنَ الدُّنْيا وحَقارَتِها، وقِلَّةِ وفائِها، وكَثْرَةِ جَفائِها، وخِسَّةِ شُرَكائِها، وسُرْعَةِ انْقِضائِها
“Dengan pertolongan dan taufik Allah, kami berusaha mengisiyaratkan sejumlah kesadaran tersebut dengan isyarat, agar hakikat perkara ini dapat diketahui. Kesadaran pertama bagi seorang salik yang menuju ridha Allah dan kampung akhirat adalah kesadaran terhadap hakikat dunia ini, bahwa ia begitu hina, tidak setia, sering mengecewakan, kerap menipu, dan mudah meninggalkan …” [1]
kemudian beliau melanjutkan,
فَإذا قامَ بِالعَبْدِ هَذا الشّاهِدُ مِنها: تَرَحَّلَ قَلْبُهُ عَنْها، وسافَرَ في طَلَبِ الدّارِ الآخِرَةِ وحِينَئِذٍ يَقُومُ بِقَلْبِهِ شاهِدٌ مِنَ الآخِرَةِ ودَوامِها، وأنَّها هي الحَيَوانُ حَقًّا، فَأهْلُها لا يَرْتَحِلُونَ مِنها، ولا يَظْعَنُونَ عَنْها، بَلْ هي دارُ القَرارِ، ومَحَطُّ الرِّجالِ، ومُنْتَهى السَّيْرِ
“Apabila hamba memiliki kesadaran terhadap dunia yang seperti ini, maka hatinya akan pergi meninggalkannya dan bersafar untuk mencari kehidupan akhirat; sehingga saat itu di dalam hatinya timbul kesadaran terhadap akhirat dan kekekalannya, bahwa kehidupan akhirat itulah kehidupan yang sesungguhnya; bahwa seorang yang telah menghuni surga tak akan lagi berpindah-pindah dan meninggalkannya. Bahkan, surga itulah yang menjadi tempat kediaman yang abadi, fokus dan akhir perjalanan.” [2]
Notes:
[1] Madarij as-Salikin (4/147).
[2] Madarij as-Salikin (4/148).
#nasihat
وَنَحْنُ نُشِيرُ بِعَوْنِ اللَّهِ وتَوْفِيقِهِ إلى الشَّواهِدِ، إشارَةً يُعْلَمُ بِها حَقِيقَةُ الأمْرِ. فَأوَّلُ شَواهِدِ السّائِرِ إلى اللَّهِ والدّارِ الآخِرَةِ: أنْ يَقُومَ بِهِ شاهِدٌ مِنَ الدُّنْيا وحَقارَتِها، وقِلَّةِ وفائِها، وكَثْرَةِ جَفائِها، وخِسَّةِ شُرَكائِها، وسُرْعَةِ انْقِضائِها
“Dengan pertolongan dan taufik Allah, kami berusaha mengisiyaratkan sejumlah kesadaran tersebut dengan isyarat, agar hakikat perkara ini dapat diketahui. Kesadaran pertama bagi seorang salik yang menuju ridha Allah dan kampung akhirat adalah kesadaran terhadap hakikat dunia ini, bahwa ia begitu hina, tidak setia, sering mengecewakan, kerap menipu, dan mudah meninggalkan …” [1]
kemudian beliau melanjutkan,
فَإذا قامَ بِالعَبْدِ هَذا الشّاهِدُ مِنها: تَرَحَّلَ قَلْبُهُ عَنْها، وسافَرَ في طَلَبِ الدّارِ الآخِرَةِ وحِينَئِذٍ يَقُومُ بِقَلْبِهِ شاهِدٌ مِنَ الآخِرَةِ ودَوامِها، وأنَّها هي الحَيَوانُ حَقًّا، فَأهْلُها لا يَرْتَحِلُونَ مِنها، ولا يَظْعَنُونَ عَنْها، بَلْ هي دارُ القَرارِ، ومَحَطُّ الرِّجالِ، ومُنْتَهى السَّيْرِ
“Apabila hamba memiliki kesadaran terhadap dunia yang seperti ini, maka hatinya akan pergi meninggalkannya dan bersafar untuk mencari kehidupan akhirat; sehingga saat itu di dalam hatinya timbul kesadaran terhadap akhirat dan kekekalannya, bahwa kehidupan akhirat itulah kehidupan yang sesungguhnya; bahwa seorang yang telah menghuni surga tak akan lagi berpindah-pindah dan meninggalkannya. Bahkan, surga itulah yang menjadi tempat kediaman yang abadi, fokus dan akhir perjalanan.” [2]
Notes:
[1] Madarij as-Salikin (4/147).
[2] Madarij as-Salikin (4/148).
#nasihat
Ilmu Agama dan Ibadah
من سلك طريقا يلتمس به علما، سهّل الله له العبادة، ويسّرها له؛ فكان في طريق العبادة من السابقين، ولذا يقول بعضُ مشايخنا: إذا أردت أن تعرف شأنك في الإخلاص في العلم؛ فانظر إلى شأنك في العبادة.
"Setiap orang yang menapakkan kakinya untuk menuntut ilmu agama, Allah akan memudahkannya untuk beribadah dan dia termasuk golongan yang paling getol berinisiatif untuk melakukannya.
Oleh karena itu sebagian guru kami mengatakan, "Jika anda ingin mengetahui kadar keikhlasan anda dalam menuntut ilmu, perhatikanlah seberapa intens anda dalam melakukan ibadah."
- Prof. Dr. Sulaiman ar-Ruhailiy dalam al-Ilmu wa Sa-iluhu wa Tsimaruhu hlm. 8-9 -
#nasihat
من سلك طريقا يلتمس به علما، سهّل الله له العبادة، ويسّرها له؛ فكان في طريق العبادة من السابقين، ولذا يقول بعضُ مشايخنا: إذا أردت أن تعرف شأنك في الإخلاص في العلم؛ فانظر إلى شأنك في العبادة.
"Setiap orang yang menapakkan kakinya untuk menuntut ilmu agama, Allah akan memudahkannya untuk beribadah dan dia termasuk golongan yang paling getol berinisiatif untuk melakukannya.
Oleh karena itu sebagian guru kami mengatakan, "Jika anda ingin mengetahui kadar keikhlasan anda dalam menuntut ilmu, perhatikanlah seberapa intens anda dalam melakukan ibadah."
- Prof. Dr. Sulaiman ar-Ruhailiy dalam al-Ilmu wa Sa-iluhu wa Tsimaruhu hlm. 8-9 -
#nasihat
Terdapat pelajaran dalam kisah Yunus 'alaihi as-salam bahwa jika hamba memiliki interaksi yang baik selama hidupnya dengan Allah ta'ala dan senantiasa mengingat-Nya di kala lapang, niscaya Allah akan berterima kasih akan hal tersebut; dan mengenalinya di kala susah dengan mengangkat atau memperingan kesusahan yang dialami.
Allah ta'ala berfirman,
فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Kalaulah ia tidak termasuk orang yang dulunya banyak bertasbih (shalat), niscaya ia akan tetap tinggal di perutnya (hiu) hingga hari dibangkitkan.” (Q.S as-Shoffaat:143)
#tadabbur
Allah ta'ala berfirman,
فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Kalaulah ia tidak termasuk orang yang dulunya banyak bertasbih (shalat), niscaya ia akan tetap tinggal di perutnya (hiu) hingga hari dibangkitkan.” (Q.S as-Shoffaat:143)
#tadabbur
2020 - Kesalahan Dalam Salat - eBOOK.pdf
553.9 KB
Document from 𝗜𝗖𝗛𝗪𝗔𝗡 𝗠𝗨𝗦𝗟𝗜𝗠
Beragam Ketidakberkahan pada Harta
Ketidakberkahan pada harta memiliki rupa yang beragam seperti:
1️⃣ Minim jumlah.
2️⃣ Minim manfaat. Harta banyak, tapi tak ada manfaat dan keberkahan pada harta tersebut.
3️⃣ Tersiksa karena harta, yaitu dengan tidak pernah merasa puas, sehingga selalu mengejarnya, tidak mampu menikmatinya, dan merasa sedih jika melihat orang lain yang lebih unggul.
Jenis yang ketiga ini acapkali tidak diketahui oleh sebagian orang. Bahkan, mayoritas orang beranggapan bahwa ketidakberkahan hanya terbatas pada jenis yang pertama dan kedua.
Jenis yang ketiga ditunjukkan oleh sejumlah hadits seperti:
Hadits Abu Sa'id al-Khudri radhiallahu 'anhu,
وَإِنَّ هَذَا الْمَالَ حُلْوَةٌ مَنْ أَخَذَهُ بِحَقِّهِ وَوَضَعَهُ فِي حَقِّهِ فَنِعْمَ الْمَعُونَةُ هُوَ وَمَنْ أَخَذَهُ بِغَيْرِ حَقِّهِ كَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ
"Sesungguhnya harta ini seperti tanaman yang indah nan hijau. Orang yang memperolehnya dengan cara yang benar dan menempatkannya pada jalan yang benar, maka harta itu akan menjadi penolongnya (untuk taat dan memperoleh pahala). Dan barangsiapa memperolehnya dengan cara yang tidak benar, maka ia seperti orang yang makan dan tidak pernah merasa kenyang." [HR. Muslim]
Hadits Hakim ibn Hizam radhiallahu 'anhu,
إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ
"Sesungguhnya harta ini sesuatu yang hijau dan manis. Siapa mengambilnya dengan jiwa kedermawanan, maka ia mendapatkan keberkahan dalam hartanya. Siapa mengambil harta dengan ketamakan, niscaya tidak akan mendapatkan keberkahan. Ia seperti orang yang makan tetapi tidak kenyang." [HR. al-Bukhari dan Muslim]
Arti "بإشراف نفس" adalah meminta diberikan harta dunia dengan memaksa, cemburu dengan apa yang dimiliki orang lain, tidak bersikap qana'ah, dan tamak untuk menggapai harta dunia.
Dr. Ahmad ibn Muhammad al-Khalil
#nasihat
Ketidakberkahan pada harta memiliki rupa yang beragam seperti:
1️⃣ Minim jumlah.
2️⃣ Minim manfaat. Harta banyak, tapi tak ada manfaat dan keberkahan pada harta tersebut.
3️⃣ Tersiksa karena harta, yaitu dengan tidak pernah merasa puas, sehingga selalu mengejarnya, tidak mampu menikmatinya, dan merasa sedih jika melihat orang lain yang lebih unggul.
Jenis yang ketiga ini acapkali tidak diketahui oleh sebagian orang. Bahkan, mayoritas orang beranggapan bahwa ketidakberkahan hanya terbatas pada jenis yang pertama dan kedua.
Jenis yang ketiga ditunjukkan oleh sejumlah hadits seperti:
Hadits Abu Sa'id al-Khudri radhiallahu 'anhu,
وَإِنَّ هَذَا الْمَالَ حُلْوَةٌ مَنْ أَخَذَهُ بِحَقِّهِ وَوَضَعَهُ فِي حَقِّهِ فَنِعْمَ الْمَعُونَةُ هُوَ وَمَنْ أَخَذَهُ بِغَيْرِ حَقِّهِ كَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ
"Sesungguhnya harta ini seperti tanaman yang indah nan hijau. Orang yang memperolehnya dengan cara yang benar dan menempatkannya pada jalan yang benar, maka harta itu akan menjadi penolongnya (untuk taat dan memperoleh pahala). Dan barangsiapa memperolehnya dengan cara yang tidak benar, maka ia seperti orang yang makan dan tidak pernah merasa kenyang." [HR. Muslim]
Hadits Hakim ibn Hizam radhiallahu 'anhu,
إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ
"Sesungguhnya harta ini sesuatu yang hijau dan manis. Siapa mengambilnya dengan jiwa kedermawanan, maka ia mendapatkan keberkahan dalam hartanya. Siapa mengambil harta dengan ketamakan, niscaya tidak akan mendapatkan keberkahan. Ia seperti orang yang makan tetapi tidak kenyang." [HR. al-Bukhari dan Muslim]
Arti "بإشراف نفس" adalah meminta diberikan harta dunia dengan memaksa, cemburu dengan apa yang dimiliki orang lain, tidak bersikap qana'ah, dan tamak untuk menggapai harta dunia.
Dr. Ahmad ibn Muhammad al-Khalil
#nasihat
Salah satu faidah kisah nabi Adam 'alaihi as-salam adalah setiap orang yang dianugerahi ilmu agama oleh Allah ta'ala setidaknya berkewajiban untuk:
(a) mengakui nikmat tersebut;
(b) meneladani apa yang dikatakan oleh malaikat dalam firman-Nya,
سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا
"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami." [QS.Al-Baqarah:32]
dan
(c) menahan diri untuk berkomentar dalam perkara yang tidak diketahui.
Sesungguhnya ilmu agama merupakan karunia terbesar dan cara bersyukur atas nikmat tersebut adalah dengan: (a) mengakui nikmat itu semata-mata berasal dari Allah; (b) memberi pandangan hanya terhadap hal yang diketahui; dan (c) tak berkomentar terhadap hal yang tidak diketahui.
Wallahu a'lam.
#tadabbur
(a) mengakui nikmat tersebut;
(b) meneladani apa yang dikatakan oleh malaikat dalam firman-Nya,
سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا
"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami." [QS.Al-Baqarah:32]
dan
(c) menahan diri untuk berkomentar dalam perkara yang tidak diketahui.
Sesungguhnya ilmu agama merupakan karunia terbesar dan cara bersyukur atas nikmat tersebut adalah dengan: (a) mengakui nikmat itu semata-mata berasal dari Allah; (b) memberi pandangan hanya terhadap hal yang diketahui; dan (c) tak berkomentar terhadap hal yang tidak diketahui.
Wallahu a'lam.
#tadabbur
Rasa malu merupakan salah satu aspek agama dan sifat hamba Allah yang utama. Ia adalah cabang keimanan terpenting.
Rasa malu merupakan nilai hidup dan sikap moral yang akan mendorong untuk menghiasi diri dengan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk.
Kata “الحياء” (malu) bersumber dari kata “الحياة” (kehidupan). Semakin menguat kehidupan di dalam hati, maka rasa malu pun akan menguat. Sebaliknya, rasa malu di dalam hati akan melemah, jika kehidupan di dalam hati dan jiwa melemah.
Úmar ibn al-Khathab radhiallahu ánhu menuturkan,
مَنْ قَلَّ حَيَاؤُهُ قَلَّ وَرَعُهُ وَ مَنْ قَلَّ وَرَعُهُ مَاتَ قَلْبُهُ
“Setiap orang yang minim rasa malu, maka minim pula sikap kehati-hatiannya. Setiap orang yang minim sikap kehati-hatiannya, maka matilah hatinya.”[1]
[1] Diriwayatkan Ibnu Abi ad-Dunya dalam Makarim al-Akhlaq (93).
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr dalam Ahadits Ishlah al-Qulub
#nasihat
Rasa malu merupakan nilai hidup dan sikap moral yang akan mendorong untuk menghiasi diri dengan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk.
Kata “الحياء” (malu) bersumber dari kata “الحياة” (kehidupan). Semakin menguat kehidupan di dalam hati, maka rasa malu pun akan menguat. Sebaliknya, rasa malu di dalam hati akan melemah, jika kehidupan di dalam hati dan jiwa melemah.
Úmar ibn al-Khathab radhiallahu ánhu menuturkan,
مَنْ قَلَّ حَيَاؤُهُ قَلَّ وَرَعُهُ وَ مَنْ قَلَّ وَرَعُهُ مَاتَ قَلْبُهُ
“Setiap orang yang minim rasa malu, maka minim pula sikap kehati-hatiannya. Setiap orang yang minim sikap kehati-hatiannya, maka matilah hatinya.”[1]
[1] Diriwayatkan Ibnu Abi ad-Dunya dalam Makarim al-Akhlaq (93).
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr dalam Ahadits Ishlah al-Qulub
#nasihat
Imam Ahmad rahimahullah menuturkan,
القدر هو قدرة الله
“Takdir adalah kekuasaan Allah.”
Ibnu al-Qayyim rahimahullah mengatakan,
واستحسن ابن عقيل هذا الكلام جدًّا، وقال: هذا يدل على دقة علم أحمد، وتبحره في معرفة أصول الدين.
وهو كما قال أبو الوفاء، فإن إنكار القدر إنكار لقدرة الربّ على خلق أعمال العباد وكتابتها وتقديرها
“Perkataan imam Ahmad ini sangat dinilai positif oleh Ibnu Aqil. Komentar beliau, “Perkataan ini menunjukkan kedalaman ilmu imam Ahmad dan kepakaran beliau terhadap inti agama Islam”.
Komentar itu serupa dengan apa yang disampaikan Abu al-Wafa.
Sungguh, pengingkaran terhadap takdir merupakan pengingkaran bahwa Allah kuasa untuk menciptakan, mencatat, dan menetapkan perbuatan-perbuatan hamba.”
Dengan demikian, seorang yang mengimani takdir, pada hakikatnya telah mengenal Allah; sedangkan seorang yang tidak mengimani takdir justru memiliki penyimpangan dalam tauhid.
Oleh karena itu, terdapat riwayat dari sahabat Abdullah ibn Abbas radhiallahu ánhuma, beliau menuturkan,
القدر نظام التوحيد فمن آمن بالله وكذب بالقدر نقض تكذيبه توحيده
“Takdir merupakan barometer tauhid. Setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah, namun mendustakan takdir, maka pendustaannya itu menggugurkan tauhidnya.”
Artinya, dengan mendustakan takdir, maka tauhid yang dimiliki pun batal, sehingga sejatinya ia tidaklah beriman kepada Allah.
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr, Ahadits Ishlah al-Qulub
#nasihat
القدر هو قدرة الله
“Takdir adalah kekuasaan Allah.”
Ibnu al-Qayyim rahimahullah mengatakan,
واستحسن ابن عقيل هذا الكلام جدًّا، وقال: هذا يدل على دقة علم أحمد، وتبحره في معرفة أصول الدين.
وهو كما قال أبو الوفاء، فإن إنكار القدر إنكار لقدرة الربّ على خلق أعمال العباد وكتابتها وتقديرها
“Perkataan imam Ahmad ini sangat dinilai positif oleh Ibnu Aqil. Komentar beliau, “Perkataan ini menunjukkan kedalaman ilmu imam Ahmad dan kepakaran beliau terhadap inti agama Islam”.
Komentar itu serupa dengan apa yang disampaikan Abu al-Wafa.
Sungguh, pengingkaran terhadap takdir merupakan pengingkaran bahwa Allah kuasa untuk menciptakan, mencatat, dan menetapkan perbuatan-perbuatan hamba.”
Dengan demikian, seorang yang mengimani takdir, pada hakikatnya telah mengenal Allah; sedangkan seorang yang tidak mengimani takdir justru memiliki penyimpangan dalam tauhid.
Oleh karena itu, terdapat riwayat dari sahabat Abdullah ibn Abbas radhiallahu ánhuma, beliau menuturkan,
القدر نظام التوحيد فمن آمن بالله وكذب بالقدر نقض تكذيبه توحيده
“Takdir merupakan barometer tauhid. Setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah, namun mendustakan takdir, maka pendustaannya itu menggugurkan tauhidnya.”
Artinya, dengan mendustakan takdir, maka tauhid yang dimiliki pun batal, sehingga sejatinya ia tidaklah beriman kepada Allah.
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr, Ahadits Ishlah al-Qulub
#nasihat
𝗘𝗠𝗔𝗡𝗚 𝗕𝗢𝗟𝗘𝗛 𝗗𝗢𝗔𝗞𝗔𝗡 𝗛𝗜𝗗𝗔𝗬𝗔𝗛 𝗨𝗡𝗧𝗨𝗞 𝗡𝗢𝗡 𝗠𝗨𝗦𝗟𝗜𝗠 ❓
🔎𝘈𝘺𝘰 𝘵𝘦𝘮𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘸𝘢𝘣𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘫𝘦𝘭𝘪𝘴 𝘰𝘯𝘭𝘪𝘯𝘦 𝘪𝘯𝘪.
🎙️Bersama 𝙐𝙨𝙩𝙖𝙙𝙯 𝘿𝙧. 𝘼𝙧𝙞𝙨 𝙈𝙪𝙣𝙖𝙣𝙙𝙖𝙧, 𝙎.𝙎, 𝙈.𝙋.𝙄 hafidzahullah
Simak jadwalnya :
⏳ 𝗥𝗮𝗯𝘂, 𝟭𝟯 𝗗𝗲𝘀𝗲𝗺𝗯𝗲𝗿 𝟮𝟬𝟮𝟯 / 𝟭 𝗝𝘂𝗺𝗮𝗱𝗶𝗹 𝗔𝗸𝗵𝗶𝗿 𝟭𝟰𝟰𝟱 𝗛
⏰ 𝗣𝗸. 𝟮𝟬.𝟬𝟬 𝗪𝗜𝗕 - 𝗦𝗲𝗹𝗲𝘀𝗮𝗶
💻 𝗟𝗜𝗡𝗞 𝗭𝗢𝗢𝗠 :
ID Rapat: 807 142 2671
Passcode: kelasmian
🖱️Atau KLIK : https://us06web.zoom.us/j/8071422671?pwd=cE9yVUtxS09WQU5GWWc4R0lEMzlJZz09
✅Kelas 𝗚𝗥𝗔𝗧𝗜𝗦, terbuka untuk 𝗨𝗠𝗨𝗠 & *WAJIB BAGI SANTRI MIAN*
➡️✉️𝘔𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘧𝘰𝘳𝘮𝘢𝘴𝘪 𝘪𝘯𝘪...
Organized by :
🇮🇩𝗠𝗮'𝗵𝗮𝗱 𝗜𝗺𝗮𝗺 𝗔𝗻-𝗡𝗮𝘄𝗮𝘄𝗶 (𝗠𝗜𝗔𝗡)
🎥𝗖𝗶𝘀𝗮𝘂𝗸 𝗠𝗲𝗻𝗴𝗮𝗷𝗶 𝗢𝗳𝗳𝗶𝗰𝗶𝗮𝗹
⬇️Dukung kami, follow :
📱IG : 𝙢𝙞𝙖𝙣.𝙘𝙞𝙨𝙖𝙪𝙠
📺YT : 𝙢𝙞𝙖𝙣.𝙘𝙞𝙨𝙖𝙪𝙠
🌏Web : 𝙬𝙬𝙬.𝙢𝙞𝙖𝙣.𝙤𝙧.𝙞𝙙
🔎𝘈𝘺𝘰 𝘵𝘦𝘮𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘸𝘢𝘣𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘫𝘦𝘭𝘪𝘴 𝘰𝘯𝘭𝘪𝘯𝘦 𝘪𝘯𝘪.
🎙️Bersama 𝙐𝙨𝙩𝙖𝙙𝙯 𝘿𝙧. 𝘼𝙧𝙞𝙨 𝙈𝙪𝙣𝙖𝙣𝙙𝙖𝙧, 𝙎.𝙎, 𝙈.𝙋.𝙄 hafidzahullah
Simak jadwalnya :
⏳ 𝗥𝗮𝗯𝘂, 𝟭𝟯 𝗗𝗲𝘀𝗲𝗺𝗯𝗲𝗿 𝟮𝟬𝟮𝟯 / 𝟭 𝗝𝘂𝗺𝗮𝗱𝗶𝗹 𝗔𝗸𝗵𝗶𝗿 𝟭𝟰𝟰𝟱 𝗛
⏰ 𝗣𝗸. 𝟮𝟬.𝟬𝟬 𝗪𝗜𝗕 - 𝗦𝗲𝗹𝗲𝘀𝗮𝗶
💻 𝗟𝗜𝗡𝗞 𝗭𝗢𝗢𝗠 :
ID Rapat: 807 142 2671
Passcode: kelasmian
🖱️Atau KLIK : https://us06web.zoom.us/j/8071422671?pwd=cE9yVUtxS09WQU5GWWc4R0lEMzlJZz09
✅Kelas 𝗚𝗥𝗔𝗧𝗜𝗦, terbuka untuk 𝗨𝗠𝗨𝗠 & *WAJIB BAGI SANTRI MIAN*
➡️✉️𝘔𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘧𝘰𝘳𝘮𝘢𝘴𝘪 𝘪𝘯𝘪...
Organized by :
🇮🇩𝗠𝗮'𝗵𝗮𝗱 𝗜𝗺𝗮𝗺 𝗔𝗻-𝗡𝗮𝘄𝗮𝘄𝗶 (𝗠𝗜𝗔𝗡)
🎥𝗖𝗶𝘀𝗮𝘂𝗸 𝗠𝗲𝗻𝗴𝗮𝗷𝗶 𝗢𝗳𝗳𝗶𝗰𝗶𝗮𝗹
⬇️Dukung kami, follow :
📱IG : 𝙢𝙞𝙖𝙣.𝙘𝙞𝙨𝙖𝙪𝙠
📺YT : 𝙢𝙞𝙖𝙣.𝙘𝙞𝙨𝙖𝙪𝙠
🌏Web : 𝙬𝙬𝙬.𝙢𝙞𝙖𝙣.𝙤𝙧.𝙞𝙙
2021 - Toleransi Seharusnya Begini - EBook.pdf
522.2 KB
Document from 𝗜𝗖𝗛𝗪𝗔𝗡 𝗠𝗨𝗦𝗟𝗜𝗠
Sejumlah faidah yang diperoleh dari kisah nabi Yusuf 'alaihi as-salam adalah:
1⃣ disyari'atkan menyembunyikan hal yang bersifat rahasia;
2⃣ wajib berbuat adil kepada setiap anak;
3⃣ bersabar dalam menghadapi musibah;
4⃣ tetap tegar di atas kebenaran;
5⃣ tetap berdakwah kepada Allah dalam kondisi senang maupun susah;
6⃣ kemenangan hanya diperoleh setelah menempuh ujian;
7⃣ penyakit 'ain itu nyata dan harus dihindari;
8⃣ disyari'atkan untuk lari dari fitnah yang akam terjadi
#tadabbur
1⃣ disyari'atkan menyembunyikan hal yang bersifat rahasia;
2⃣ wajib berbuat adil kepada setiap anak;
3⃣ bersabar dalam menghadapi musibah;
4⃣ tetap tegar di atas kebenaran;
5⃣ tetap berdakwah kepada Allah dalam kondisi senang maupun susah;
6⃣ kemenangan hanya diperoleh setelah menempuh ujian;
7⃣ penyakit 'ain itu nyata dan harus dihindari;
8⃣ disyari'atkan untuk lari dari fitnah yang akam terjadi
#tadabbur
خضوع الفلب لله هو شعوره وإحساسه بأنه في قبضة وملكه، وتحت صلطانه وتصرفه
"Ketundukan hati kepada Allah adalah kesadaran dan sensitifitas hati bahwa ia berada dalam genggaman dan kuasa Allah; bahwa ia berada dalam pengaturan dan pengelolaan-Nya."
#tauhid
"Ketundukan hati kepada Allah adalah kesadaran dan sensitifitas hati bahwa ia berada dalam genggaman dan kuasa Allah; bahwa ia berada dalam pengaturan dan pengelolaan-Nya."
#tauhid
Salah satu cara al-Quran dalam meringankan penderitaan dan musibah adalah mengingatkan hamba akan beragam kenikmatan yang telah diperoleh.
Oleh karena itu, Allah ta'ala mengingatkan beragam kenikmatan yang diperoleh oleh nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebelum menyampaikan kemudahan yang akan diterima beliau setelah datangnya kesulitan.
Allah ta'ala berfirman,
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ ، وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ ، الَّذِي أَنقَضَ ظَهْرَك ، وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ ،فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ، إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? "Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." [Al-Insyirah:1-7]
Allah menyampaikan 4 kenikmatan agung yang telah diberikan kepda nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam sebelum menyatakan firman-Nya "إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا".
Dengan demikian, pelajaran yang bisa dipetik oleh setiap muslim dari surat al-Insyirah ini adalah ketika mengalami ujian dan musibah, hendaknya kita mengingat betapa banyak nikmat Allah ta'ala yang telah dianugerahkan Allah ta'ala, karena hal itu akan sangat membantu dalam meringankan kepedihan yang kita alami.
#tadabbur
Oleh karena itu, Allah ta'ala mengingatkan beragam kenikmatan yang diperoleh oleh nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebelum menyampaikan kemudahan yang akan diterima beliau setelah datangnya kesulitan.
Allah ta'ala berfirman,
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ ، وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ ، الَّذِي أَنقَضَ ظَهْرَك ، وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ ،فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ، إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? "Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." [Al-Insyirah:1-7]
Allah menyampaikan 4 kenikmatan agung yang telah diberikan kepda nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam sebelum menyatakan firman-Nya "إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا".
Dengan demikian, pelajaran yang bisa dipetik oleh setiap muslim dari surat al-Insyirah ini adalah ketika mengalami ujian dan musibah, hendaknya kita mengingat betapa banyak nikmat Allah ta'ala yang telah dianugerahkan Allah ta'ala, karena hal itu akan sangat membantu dalam meringankan kepedihan yang kita alami.
#tadabbur
Salah satu hal terpenting yang dihadirkan di awal pertaubatan adalah pengakuan bahwa engkau telah berbuat dosa, yang pengakuan itu disampaikan dengan hati yang tunduk dan luluh.
Perhatikan urutan dalam firman Allah ta'ala berikut,
قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Musa mendoa, "Ya Rabb-ku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.Al-Qashash:16)
Ayat ini diawali dengan pengakuan dosa dari Musa 'alaihi as-salam,
قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي
lalu berujung pada natijah (hasil) berupa ampunan,
فَغَفَرَ لَهُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Oleh karena itu, perhatikan bimbingan quraniy ini.
Baarakallaahu fiikum.
#tadabbur
Perhatikan urutan dalam firman Allah ta'ala berikut,
قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Musa mendoa, "Ya Rabb-ku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.Al-Qashash:16)
Ayat ini diawali dengan pengakuan dosa dari Musa 'alaihi as-salam,
قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي
lalu berujung pada natijah (hasil) berupa ampunan,
فَغَفَرَ لَهُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Oleh karena itu, perhatikan bimbingan quraniy ini.
Baarakallaahu fiikum.
#tadabbur
3 Hal Dalam Dosa yang Harus Diwaspadai!
▪️قال الشيخ صالح بن عبد العزيز سندي -حفظه الله-: (فثَمَّة ثلاثة أشياء في الذنوب والمعاصي احذرها أشد من حذرك من السَّبُع:
الإصرار، والمجاهرة، والتهاون.
“Syaikh Prof. Dr. Shalih ibn Abdil Aziz as-Sindi hafizhahullah mengatakan, “Terdapat tiga hal yang terdapat dalam dosa dan kemaksiatan. Anda harus menghindarinya karena bahayanya melebihi serangan binatang buas. Tiga hal itu adalah terus-menerus berbuat dosa (al-ishrar); mengekspos dosa (al-mujaharah); dan meremehkan dosa (at-tahawun).”
🔸 الأمرُ الأوّلُ: الإصرار على الذنب، والاستمرار عليه، والنية على معاودته.
“Hal pertama adalah terus-menerus berbuat dan tetap melakukan, dan memiliki niat untuk senantiasa mengulanginya.”
🔸 الأمر الثاني: أن تُجاهر به -نعوذ بالله- استترْ بستر الله إذا ابتُليت. فكلُّ أمّةِ محمد ﷺ مُعافى إلا المجاهرين كما قال عليه الصلاة والسلام: (كُلُّ أُمَّتِي مُعَافَى إلا المُجَاهِرِينَ).
“Hal kedua adalah mengekspos dosa, naúdzu billah. Hal yang harus dilakukan adalah menutup dosa tersebut jika Allah telah menutup dosa yang anda perbuat. Dosa dari setiap umat Muhammad ﷺ akan dimaafkan kecuali orang-orang yang mengekspos dosanya seperti yang disabdakan beliau,
كُلُّ أُمَّتِي مُعَافَى إلا المُجَاهِرِينَ
“Dosa setiap individu umatku akan dimaafkan kecuali orang-orang yang menampak-nampakkannya.” [HR. Al-Bukhari]
🔸 الأمرُ الثّالثُ: التَّهاون، التساهل، الاستصغار، أنْ تتناولها بشيء من خِفَّة في وَطْأَتِها على القلب.
“Hal ketiga adalah meremehkan dosa, yaitu mengecilkan dan mengerdilkan dosa, anda melakukan dosa tersebut dengan sangat gampang tanpa terasa beban di hati.”
👈🏿 شتَّان مَن يُبتلى بمعصية فيُواقعها وهو يستعظمها، ويجد في قلبه وجلًا عظيمًا من الله سبحانه وتعالى بسببها، كأنّها جبل يريد أن يقع عليه، يدافع نفسه لكنها تغلبه، لكنه يستعظمها، يستثقلها، ويكرهها.
“Hal itu sangatlah berbeda dengan orang yang diuji dengan kemaksiatan sementara ia merasa terbebani dan terdapat rasa takut yang sangat besar terhadap siksa Allah dalam hatinya karena dosa tersebut; seolah-olah dosa itu sebuah gunung yang siap menimpanya. Ia sudah berusaha menolak hawa nafsunya namun ia terkalahkan; ia merasa terbebani dan membenci kemaksiatan itu.”
👈🏿 وآخر الذنب عنده كَشُرب الماء، لا يبالي به سهل. وهذا إنما يكون مع كثرة الوقوع، هذا الاستسهال يكون مع كثرة المُواقَعة، فيصاب الإنسان بهذه البلادة الإيمانية، وعدم الاستعظام والتفخيم في شأن المعصية وإنْ صغرت، لا تنظر إلى صغر المعصية، وانظر إلى عِظَم مَن عصيْت). اهـ
“Sedangkan yang lain justru berbuat dosa semudah meminum air, dia tidak mempedulikannya. Mudah baginya melakukan dosa itu. Dia bisa mencapai tingkatan ini karena sudah sering melakukannya. Memandang enteng dosa ini bisa terjadi karena sudah sering dilakukan, sehingga manusia pun ditimpa dengan kelesuan iman; tidak memandang kemaksiatan meski remeh sebagai suatu hal yang sangat membahayakan. Olah karena itu, janganlah melihat kecilnya kemaksiatan, tapi perhatikan keagungan Dzat yang engkau durhakai.”
Sumber: Syarh al-Aqidah ath-Thahawiyah majelis ke-17 (https://t.me/Drsalehs/3468)
#nasihat
▪️قال الشيخ صالح بن عبد العزيز سندي -حفظه الله-: (فثَمَّة ثلاثة أشياء في الذنوب والمعاصي احذرها أشد من حذرك من السَّبُع:
الإصرار، والمجاهرة، والتهاون.
“Syaikh Prof. Dr. Shalih ibn Abdil Aziz as-Sindi hafizhahullah mengatakan, “Terdapat tiga hal yang terdapat dalam dosa dan kemaksiatan. Anda harus menghindarinya karena bahayanya melebihi serangan binatang buas. Tiga hal itu adalah terus-menerus berbuat dosa (al-ishrar); mengekspos dosa (al-mujaharah); dan meremehkan dosa (at-tahawun).”
🔸 الأمرُ الأوّلُ: الإصرار على الذنب، والاستمرار عليه، والنية على معاودته.
“Hal pertama adalah terus-menerus berbuat dan tetap melakukan, dan memiliki niat untuk senantiasa mengulanginya.”
🔸 الأمر الثاني: أن تُجاهر به -نعوذ بالله- استترْ بستر الله إذا ابتُليت. فكلُّ أمّةِ محمد ﷺ مُعافى إلا المجاهرين كما قال عليه الصلاة والسلام: (كُلُّ أُمَّتِي مُعَافَى إلا المُجَاهِرِينَ).
“Hal kedua adalah mengekspos dosa, naúdzu billah. Hal yang harus dilakukan adalah menutup dosa tersebut jika Allah telah menutup dosa yang anda perbuat. Dosa dari setiap umat Muhammad ﷺ akan dimaafkan kecuali orang-orang yang mengekspos dosanya seperti yang disabdakan beliau,
كُلُّ أُمَّتِي مُعَافَى إلا المُجَاهِرِينَ
“Dosa setiap individu umatku akan dimaafkan kecuali orang-orang yang menampak-nampakkannya.” [HR. Al-Bukhari]
🔸 الأمرُ الثّالثُ: التَّهاون، التساهل، الاستصغار، أنْ تتناولها بشيء من خِفَّة في وَطْأَتِها على القلب.
“Hal ketiga adalah meremehkan dosa, yaitu mengecilkan dan mengerdilkan dosa, anda melakukan dosa tersebut dengan sangat gampang tanpa terasa beban di hati.”
👈🏿 شتَّان مَن يُبتلى بمعصية فيُواقعها وهو يستعظمها، ويجد في قلبه وجلًا عظيمًا من الله سبحانه وتعالى بسببها، كأنّها جبل يريد أن يقع عليه، يدافع نفسه لكنها تغلبه، لكنه يستعظمها، يستثقلها، ويكرهها.
“Hal itu sangatlah berbeda dengan orang yang diuji dengan kemaksiatan sementara ia merasa terbebani dan terdapat rasa takut yang sangat besar terhadap siksa Allah dalam hatinya karena dosa tersebut; seolah-olah dosa itu sebuah gunung yang siap menimpanya. Ia sudah berusaha menolak hawa nafsunya namun ia terkalahkan; ia merasa terbebani dan membenci kemaksiatan itu.”
👈🏿 وآخر الذنب عنده كَشُرب الماء، لا يبالي به سهل. وهذا إنما يكون مع كثرة الوقوع، هذا الاستسهال يكون مع كثرة المُواقَعة، فيصاب الإنسان بهذه البلادة الإيمانية، وعدم الاستعظام والتفخيم في شأن المعصية وإنْ صغرت، لا تنظر إلى صغر المعصية، وانظر إلى عِظَم مَن عصيْت). اهـ
“Sedangkan yang lain justru berbuat dosa semudah meminum air, dia tidak mempedulikannya. Mudah baginya melakukan dosa itu. Dia bisa mencapai tingkatan ini karena sudah sering melakukannya. Memandang enteng dosa ini bisa terjadi karena sudah sering dilakukan, sehingga manusia pun ditimpa dengan kelesuan iman; tidak memandang kemaksiatan meski remeh sebagai suatu hal yang sangat membahayakan. Olah karena itu, janganlah melihat kecilnya kemaksiatan, tapi perhatikan keagungan Dzat yang engkau durhakai.”
Sumber: Syarh al-Aqidah ath-Thahawiyah majelis ke-17 (https://t.me/Drsalehs/3468)
#nasihat
Nasihat bagi Para Pentaubat - Nasihat 1
Ketahuilah, anda ini dahulu laksana mayit, lalu Allah menghidupkanmu dengan cahaya hidayah sehingga mau bertaubat. Pujilah Allah dan bersyukurlah kepada-Nya. Allah ta'ala berfirman,
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا ۚ
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?" [QS.Al-An'am:122]
#nasihat
#40NasihatBagiPentaubat
Ketahuilah, anda ini dahulu laksana mayit, lalu Allah menghidupkanmu dengan cahaya hidayah sehingga mau bertaubat. Pujilah Allah dan bersyukurlah kepada-Nya. Allah ta'ala berfirman,
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا ۚ
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?" [QS.Al-An'am:122]
#nasihat
#40NasihatBagiPentaubat
كل شيء يحدث في وقته المناسب، ثق بتدبير الله واطمئن
"Segala sesuatu akan terjadi di waktu yang tepat; karena itu yakinlah dan tenanglah dengan rencana Allah."
#nasihat
"Segala sesuatu akan terjadi di waktu yang tepat; karena itu yakinlah dan tenanglah dengan rencana Allah."
#nasihat
JANGAN LARUT BERSEDIH
ابتسم فليس هناك ما تخسره فربك موجود ورزقك مكتوب وعمرك محدود كن جميلا لكي ترى الجمال حولك دائما
"Tersenyumlah, tak ada ruginya kok; karena Allah selalu ada bersamamu; rezekimu telah tertulis; usiamu telah ditentukan. Bergembiralah agar kamu selalu melihat kebahagiaan ada di sekitarmu."
#nasihat
ابتسم فليس هناك ما تخسره فربك موجود ورزقك مكتوب وعمرك محدود كن جميلا لكي ترى الجمال حولك دائما
"Tersenyumlah, tak ada ruginya kok; karena Allah selalu ada bersamamu; rezekimu telah tertulis; usiamu telah ditentukan. Bergembiralah agar kamu selalu melihat kebahagiaan ada di sekitarmu."
#nasihat