KAMUS NAHWU SHOROF
Disusun dalam bentuk kamus ditambah kelebihan lainnya membuat buku ini benar-benar sangat memudahkan bagi segenap pelajar mempelajari Nahwu Shorof.
Adapun kelebihan-kelebihan KAMUS NAHWU SHOROF ini adalah sebagai berikut:
1. Alfabetik/Abjadi
2. Modern
3. Aplikatif
4. Komparatif
Penulis: Kamerun AS Rahman, M.Pd.I
Harga: Rp. 99.000,-
Xii+662 Halaman
16,5 x 24,5, Hard Cover
Berat: 1 Kg.
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Disusun dalam bentuk kamus ditambah kelebihan lainnya membuat buku ini benar-benar sangat memudahkan bagi segenap pelajar mempelajari Nahwu Shorof.
Adapun kelebihan-kelebihan KAMUS NAHWU SHOROF ini adalah sebagai berikut:
1. Alfabetik/Abjadi
2. Modern
3. Aplikatif
4. Komparatif
Penulis: Kamerun AS Rahman, M.Pd.I
Harga: Rp. 99.000,-
Xii+662 Halaman
16,5 x 24,5, Hard Cover
Berat: 1 Kg.
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Tafsir Al Misbah Dalam Sorotan
Penulis: Dr. Afrizal Nur
Sinopsis:
Buku ini adalah kritik terhadap buku Tafsir Al Mishbah yang ditulis oleh salah seorang pakar tafsir di Indonesia, M. Quraish Shihab. Penulis menyoroti beberapa hal dari karya tafsir tersebut, yang dianggap perlu untuk dikoreksi. Di antaranya tentang jilbab, tentang ahli Kitab, tentang kecenderungan tasyayyu’ (Syiah), dan lain sebagainya.
Mengoreksi secara ilmiah sebuah karya tulis adalah tradisi dalam khazanah keilmuan Islam. Tradisi tersebut tentu saja bertujuan untuk mengoreksi dan membangun dialektika keilmuan, agar kekeliruan bisa diluruskan dengan cara yang bermartabat. Karena itu, polemik terhadap sebuah karya tulis adalah hal biasa, selama masing-masing pihak memiliki hujjah yang kuat dan mengedepankan cara-cara yang santun dalam menyampaikan pendapatnya.
Buku ini awalnya adalah disertasi penulis di Universitas Kebangsaan Malaysia. Sebuah karya yang diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, tentu saja buku ini sudah diujikan secara ilmiah. Kami sajikan dengan kemasan yang lebih popular dan ringan, agar buku ini mudah untuk dibaca.
Pendapat Ust Abdul Somad (UAS) tentang buku ini:
“Saya selalu ditanya orang tentang Tafsir Al Mishbah yang ditulis oleh Prof. Qurasih Shihab. Hampir tidak pernah saya jawab. Lalu saya katakan, coba Tanya Ustadz Afrizal Nur, karena beliau menulis tentang itu, disertasi doktor di Universitas Kebangsaan Malaysia. Alhamdulillah sekarang sudah terbit bukunya, “Tafsir Al Mishbah dalam Sorotan”. Buku ini amat sangat mendidik, isinya tidak diragukan karena disertasi doktor; ilmiah, tidak menghujat, tidak mencaci maki, murni ilmiah, keilmuan."
Ustad Abdul Somad (UAS), Lc,.MA, Datuk Seri Ulama Setia Negara
------------------------------------------
Tafsir Al Misbah Dalam Sorotan
Penulis: Dr. Afrizal Nur
No ISBN: 9789795928171
Cover: Soft Cover
Ukuran: 25x15
Harga: Rp 63.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Penulis: Dr. Afrizal Nur
Sinopsis:
Buku ini adalah kritik terhadap buku Tafsir Al Mishbah yang ditulis oleh salah seorang pakar tafsir di Indonesia, M. Quraish Shihab. Penulis menyoroti beberapa hal dari karya tafsir tersebut, yang dianggap perlu untuk dikoreksi. Di antaranya tentang jilbab, tentang ahli Kitab, tentang kecenderungan tasyayyu’ (Syiah), dan lain sebagainya.
Mengoreksi secara ilmiah sebuah karya tulis adalah tradisi dalam khazanah keilmuan Islam. Tradisi tersebut tentu saja bertujuan untuk mengoreksi dan membangun dialektika keilmuan, agar kekeliruan bisa diluruskan dengan cara yang bermartabat. Karena itu, polemik terhadap sebuah karya tulis adalah hal biasa, selama masing-masing pihak memiliki hujjah yang kuat dan mengedepankan cara-cara yang santun dalam menyampaikan pendapatnya.
Buku ini awalnya adalah disertasi penulis di Universitas Kebangsaan Malaysia. Sebuah karya yang diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, tentu saja buku ini sudah diujikan secara ilmiah. Kami sajikan dengan kemasan yang lebih popular dan ringan, agar buku ini mudah untuk dibaca.
Pendapat Ust Abdul Somad (UAS) tentang buku ini:
“Saya selalu ditanya orang tentang Tafsir Al Mishbah yang ditulis oleh Prof. Qurasih Shihab. Hampir tidak pernah saya jawab. Lalu saya katakan, coba Tanya Ustadz Afrizal Nur, karena beliau menulis tentang itu, disertasi doktor di Universitas Kebangsaan Malaysia. Alhamdulillah sekarang sudah terbit bukunya, “Tafsir Al Mishbah dalam Sorotan”. Buku ini amat sangat mendidik, isinya tidak diragukan karena disertasi doktor; ilmiah, tidak menghujat, tidak mencaci maki, murni ilmiah, keilmuan."
Ustad Abdul Somad (UAS), Lc,.MA, Datuk Seri Ulama Setia Negara
------------------------------------------
Tafsir Al Misbah Dalam Sorotan
Penulis: Dr. Afrizal Nur
No ISBN: 9789795928171
Cover: Soft Cover
Ukuran: 25x15
Harga: Rp 63.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
TOLERANSI
Oleh: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
Pada tanggal 17 Nopember tahun 2010, saya diberi tugas Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia untuk mengikuti program Public Diplomacy Campaign ke Austria. Saya menyampaikan kuliah umum di dua universitas yaitu Universität Vienna dan Universität Salzburg.
Di Universität Vienna diadakan di Departement Kajian Ketimuran (Oriental Studies). Dihadiri oleh sekitar 50 orang diantaranya terdapat seorang mahasiswa dan mahasiswi berkebangsaan Arab. Temanya tentang moderasi dan toleransi. Saya menyampaikan toleransi umat Islam Indonesia terhadap kepelbagaian agama, termasuk terhadap pemeluk agama Kristen.
Seorang peserta bertanya, mengapa di Indonesia orang bisa lebih toleran tapi disini dan negara Eropa lainnya tidak. “Saya dan keluarga saya dan saya kira juga kebanyakan keluarga Austria disini tidak tahan bertetangga dengan keluarga Muslim”, lanjutnya. Saya terkejut mendengar pertanyaan dan pernyataan orang Barat yang tulus itu.
Agak lama saya berfikir, tapi kemudian saya ketemu jawabnya. “saya kira anda di Barat terlalu kaku berpegang pada faham sekulerisme sehingga tidak toleran pada agama. Apapun yang berbau agama anda tolak, apalagi kalau hal itu masuk kedalam ruang publik.
“Sesuatu yang tidak mungkin terjadi di Barat adalah masuknya agama ke ruang-ruang publik”, kata saya. Di Indonesia kami telah terbiasa mendengar seorang pendeta berceraham di TV publik dan toleran terhadap perayaan agama selain Islam di ruang publik. Kami selalu menyaksikan perayaan Natal di stadion atau tempat-tempat public yang disiarkan secara nasional oleh stasiun TV. Saya hanya menyatakan bahwa menjadi sekuler itu tidak membuat orang arif dan toleran. Sekuler malah bisa berarti eksklusif.
Universität Salzburg acaranya di handle oleh Fakultas Systematiche Theologie. Mahasiswa Pasca, dosen dan masyarakat umum yang berjumlah sekitar 100 orang menyimak kuliah umum yang bertema Democracy Islam Human Right. Kuliah saya berjudul Redefining Moderate Muslim, Appraising Religio-Political Thought of Indonesian Muslims.
Di acara dinner dengan para dosen saya utarakan problem liberalisasi pemikiran keagamaan yang kami alami di Indonesia. Disini saya sekali lagi juga terkejut. Ternyata para dosen itu mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia Islam. Mereka bahkan merasakan hal yang sama. Saya bertanya apakah mereka setuju dengan faham-faham feminism dan kesetaraan gender, pluralism agama, liberalisasi pemikiran. Ternyata tidak.
Untuk mengetahui kebenaran pandangan mereka saya mencoba pancing dengan ide global theology yang diutarakan oleh John Hick. Ternyata salah seorang dosen systematic theology bernama Profesor Hans Joachim Sander sangat benci pada John Hick. Saya terkejut ketika dia mengatakan bahwa teori pluralisme John Hick itu tidak populer. Dan dalam Kristen idenya itu dianggap sudah usang. Pluralisme teologi itu, katanya adalah proyek Amerika.
Bahkan dia terus terang “Liberalisme itu omong kosong”. Ia juga sepakat ketika saya katakan bahwa semua agama sekarang ini sedang dipinggirkan dan bahkan ditindas. Alatnya adalah pluralisme, liberalisme, feminisme dan demokratisasi beragama. Mereka malah mengetahui nama-nama pemikir Islam yang liberal seperti Nasr Hamid dan Arkoun yang mengingkari otentisitas al-Quran.
Dari pertanyaan hadirin di Wienna jelas yang tidak toleran terhadap agama adalah masyarakat Barat sekuler. Tapi anehnya, yang kini dituduh eksklusif adalah orang-orang beragama. Cara pandang mereka masih dipengaruhi alam pikiran abad ke 16 dan 17, dimana sekte-sekte agama di Eropa waktu itu sering konflik. Sekte-sekte, atau agama-agama itu punya tuhannya sendiri-sendiri (teori geosentris) dan saling menyalahkan. Konflik pun bermuara pada pembunuhan.
Andrew Sullivan di The New York Times Magazine menggambarkan bahwa gara-gara perang salib, inquisisi dan perang agama Eropa abad 16 dan 17 berlumuran darah. Bahkan lebih banyak dibanding di dunia Islam. Tapi anehnya situasi itu dianggap terus terjadi hingga sekarang.
Yang jadi sample adalah peristiwa 11/9 yang sejatinya penuh mis
Oleh: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi
Pada tanggal 17 Nopember tahun 2010, saya diberi tugas Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia untuk mengikuti program Public Diplomacy Campaign ke Austria. Saya menyampaikan kuliah umum di dua universitas yaitu Universität Vienna dan Universität Salzburg.
Di Universität Vienna diadakan di Departement Kajian Ketimuran (Oriental Studies). Dihadiri oleh sekitar 50 orang diantaranya terdapat seorang mahasiswa dan mahasiswi berkebangsaan Arab. Temanya tentang moderasi dan toleransi. Saya menyampaikan toleransi umat Islam Indonesia terhadap kepelbagaian agama, termasuk terhadap pemeluk agama Kristen.
Seorang peserta bertanya, mengapa di Indonesia orang bisa lebih toleran tapi disini dan negara Eropa lainnya tidak. “Saya dan keluarga saya dan saya kira juga kebanyakan keluarga Austria disini tidak tahan bertetangga dengan keluarga Muslim”, lanjutnya. Saya terkejut mendengar pertanyaan dan pernyataan orang Barat yang tulus itu.
Agak lama saya berfikir, tapi kemudian saya ketemu jawabnya. “saya kira anda di Barat terlalu kaku berpegang pada faham sekulerisme sehingga tidak toleran pada agama. Apapun yang berbau agama anda tolak, apalagi kalau hal itu masuk kedalam ruang publik.
“Sesuatu yang tidak mungkin terjadi di Barat adalah masuknya agama ke ruang-ruang publik”, kata saya. Di Indonesia kami telah terbiasa mendengar seorang pendeta berceraham di TV publik dan toleran terhadap perayaan agama selain Islam di ruang publik. Kami selalu menyaksikan perayaan Natal di stadion atau tempat-tempat public yang disiarkan secara nasional oleh stasiun TV. Saya hanya menyatakan bahwa menjadi sekuler itu tidak membuat orang arif dan toleran. Sekuler malah bisa berarti eksklusif.
Universität Salzburg acaranya di handle oleh Fakultas Systematiche Theologie. Mahasiswa Pasca, dosen dan masyarakat umum yang berjumlah sekitar 100 orang menyimak kuliah umum yang bertema Democracy Islam Human Right. Kuliah saya berjudul Redefining Moderate Muslim, Appraising Religio-Political Thought of Indonesian Muslims.
Di acara dinner dengan para dosen saya utarakan problem liberalisasi pemikiran keagamaan yang kami alami di Indonesia. Disini saya sekali lagi juga terkejut. Ternyata para dosen itu mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia Islam. Mereka bahkan merasakan hal yang sama. Saya bertanya apakah mereka setuju dengan faham-faham feminism dan kesetaraan gender, pluralism agama, liberalisasi pemikiran. Ternyata tidak.
Untuk mengetahui kebenaran pandangan mereka saya mencoba pancing dengan ide global theology yang diutarakan oleh John Hick. Ternyata salah seorang dosen systematic theology bernama Profesor Hans Joachim Sander sangat benci pada John Hick. Saya terkejut ketika dia mengatakan bahwa teori pluralisme John Hick itu tidak populer. Dan dalam Kristen idenya itu dianggap sudah usang. Pluralisme teologi itu, katanya adalah proyek Amerika.
Bahkan dia terus terang “Liberalisme itu omong kosong”. Ia juga sepakat ketika saya katakan bahwa semua agama sekarang ini sedang dipinggirkan dan bahkan ditindas. Alatnya adalah pluralisme, liberalisme, feminisme dan demokratisasi beragama. Mereka malah mengetahui nama-nama pemikir Islam yang liberal seperti Nasr Hamid dan Arkoun yang mengingkari otentisitas al-Quran.
Dari pertanyaan hadirin di Wienna jelas yang tidak toleran terhadap agama adalah masyarakat Barat sekuler. Tapi anehnya, yang kini dituduh eksklusif adalah orang-orang beragama. Cara pandang mereka masih dipengaruhi alam pikiran abad ke 16 dan 17, dimana sekte-sekte agama di Eropa waktu itu sering konflik. Sekte-sekte, atau agama-agama itu punya tuhannya sendiri-sendiri (teori geosentris) dan saling menyalahkan. Konflik pun bermuara pada pembunuhan.
Andrew Sullivan di The New York Times Magazine menggambarkan bahwa gara-gara perang salib, inquisisi dan perang agama Eropa abad 16 dan 17 berlumuran darah. Bahkan lebih banyak dibanding di dunia Islam. Tapi anehnya situasi itu dianggap terus terjadi hingga sekarang.
Yang jadi sample adalah peristiwa 11/9 yang sejatinya penuh mis
teri itu. Padahal konflik agama selama ini, jikapun ada, tidak sebesar konflik politik. Tidak sebesar perang teluk dan invasi AS ke Irak dan Afghanistan. Jumlah yang mati sia-sia pun lebih banyak konflik politik.
Untuk memojokkan agama Jack Nelson-Pallmeyer melacak kandungan al-Quran dan Bible. Ia lalu menulis buku berjudul “Is Religion Killing Us? Evidence in the Bible and the Quran”. Kesimpulannya menurutnya bahwa kedua kitab ini memerintahkan pembunuhan.
Padahal konflik antar agama itu sebenarnya bukan karena agama itu. Konflik yang sebenarnya justru antara agama karena dibenturkan dengan sekularisme. Peter Berger terus terang, sekularisme gagal dan diganti dengan pluralisme. Sikap eksklusif itu diganti menjadi sikap inklusif dan pluralis.
Secara teologis agama yang banyak itu, oleh John Hick, diteorikan menjadi bertuhan sama. Teologi agama-agama itu diperkirakan nantinya akan bersatu. Itulah teori global theology John Hick. Anehnya teori yang bermasalah ini ada pengikutnya, termasuk di Indonesia.
Setahun sebelumnya ketika saya berkunjung kembali ke Inggeris saya benar-benar melihat praktek pluralism. Di Leed, saya melewati sebuah gereja. Di depan gereja itu tertulis, “All race, all nation, all religion but one god”. Saya lalu segera menyimpulkan ini pasti penganut paham global theology. Dalam perjalanan saya dari Leed ke London saya kebetulan duduk berdampingan dengan seorang pendeta berkulit hitam. Saya lalu bertanya tentang tulisan gereja di Leed itu. Ternyata bagi dia itu benar “Nothing wrong with religious pluralism” katanya.
Ketika saya berkunjung ke Centre of Islam-Christian Relation, di Selly Oak College, Birmingham, disitu terpasang gambar Jesus tapi kepalanya seperti gambar dewa Wishnu dalam agama Hindu. Itu adalah wujud nyata dari pluralisme yang berupaya mencari kesamaan Tuhan agama-agama. Masalahnya, jika agama-agama itu memilik Tuhan yang sama, apalagi yang harus ditolerir.
Untuk memojokkan agama Jack Nelson-Pallmeyer melacak kandungan al-Quran dan Bible. Ia lalu menulis buku berjudul “Is Religion Killing Us? Evidence in the Bible and the Quran”. Kesimpulannya menurutnya bahwa kedua kitab ini memerintahkan pembunuhan.
Padahal konflik antar agama itu sebenarnya bukan karena agama itu. Konflik yang sebenarnya justru antara agama karena dibenturkan dengan sekularisme. Peter Berger terus terang, sekularisme gagal dan diganti dengan pluralisme. Sikap eksklusif itu diganti menjadi sikap inklusif dan pluralis.
Secara teologis agama yang banyak itu, oleh John Hick, diteorikan menjadi bertuhan sama. Teologi agama-agama itu diperkirakan nantinya akan bersatu. Itulah teori global theology John Hick. Anehnya teori yang bermasalah ini ada pengikutnya, termasuk di Indonesia.
Setahun sebelumnya ketika saya berkunjung kembali ke Inggeris saya benar-benar melihat praktek pluralism. Di Leed, saya melewati sebuah gereja. Di depan gereja itu tertulis, “All race, all nation, all religion but one god”. Saya lalu segera menyimpulkan ini pasti penganut paham global theology. Dalam perjalanan saya dari Leed ke London saya kebetulan duduk berdampingan dengan seorang pendeta berkulit hitam. Saya lalu bertanya tentang tulisan gereja di Leed itu. Ternyata bagi dia itu benar “Nothing wrong with religious pluralism” katanya.
Ketika saya berkunjung ke Centre of Islam-Christian Relation, di Selly Oak College, Birmingham, disitu terpasang gambar Jesus tapi kepalanya seperti gambar dewa Wishnu dalam agama Hindu. Itu adalah wujud nyata dari pluralisme yang berupaya mencari kesamaan Tuhan agama-agama. Masalahnya, jika agama-agama itu memilik Tuhan yang sama, apalagi yang harus ditolerir.
Mengapa pendidikan Barat tidak ada pelajaran menghapal? Karena memang mereka tidak punya teks untuk dihapal. Maka dari itu, selain tidak menghapal, mereka juga anti dg menghapal.
Pendidikan Islam justru diawali dg menghapal. Sebab, kewajiban seorang muslim yg pertama dan utama adalah shalat. Dalam shalat ada gerakan dan bacaan. Shalat tanpa membaca surat al-Fatihah tidak sah shalatnya. Maka, menghapal surat al-Fatihah hukumnya wajib.
Membaca dan menghapal teks al-Quran mendapat pahala tiap hurufnya. Bahkan membaca dg terbata2 tanpa tahu artinya juga dapat pahala 2, pahala membaca dan pahala usaha kerasnya. Anak2 yg hapal al-Quran akan memakaikan mahkota ke kepala orang tuanya di surga. Artinya, sang penghapal akan berada di surga dan orang tuanya akan dibawanya masuk pula ke surga, meskipun mungkin sebelumnya ia berada di neraka. Bisa menghapal al-Quran merupakan kompetensi yg didambakan semua orang Islam yg berakal.
Kehebatan ulama2 kita jaman dahulu sering diukur dg kekuatan hapalan. Imam Syafii hapal al-Quran umur 6 th dan kitab al-Muwatta, karangan gurunya, umur 10 th. Imam Malik ketika dibawakan 30 hadits, sekali diperdengarkan, 29 hadits langsung hapal. Seorang disebut gelar al-Hafidz (bukan hafidz Quran krn hafidz Quran sdh menjadi hal yg biasa dlm masyarakat Islam kala itu) adalah mereka yg hapal 100.000 hadits beserta sanadnya. Orang membuat klasifikasi berdasarkan jumlah hapalan hadits.
Lalu ada pejabat tinggi bidang pendidikan yg bilang dunia tidak membutuhkan anak2 yg jago menghapal. Mungkin benar bagi dunia yg materialistis. Sudah bagus anak2 menghapal di sekolah dasar jadi cerdas, meringankan tugas dia sbg menteri. Alih2 didukung, malah dibuat demotivasi. Ketika menjadi pejabat publik, sebaiknya karakter sektarian atau sekedar dunia yg digelutinya saja ditinggalkan. Mesti diperluas cakrawalanya. Kalau kemarin2 hanya dari A sd D, sekarang harus ditambah dari E sd Z. Mengecilkan dunia pendidikan dari A sd Z menjadi A cuma sampai D, adalah langkah keliru.
Sebenarnya pandai menghapal juga termasuk salah satu bentuk kecerdasan. Ciri2 orang cerdas itu hapal sesuatu. Dalam film2 Hollywood juga sering digambarkan tokoh yg cerdas jago dalam menghapal. Bahkan karena mereka sekuker, kemampuan menghapal itu digunakan juga utk mencari keuntungan perjudian di kasino2.
Ada pakar (bukan) pendidikan menyebut bahwa menghapal bukan termasuk belajar. Dia hanya mengumpulkan informasi2 saja, tidak membentuk pemahaman. Kalaulah jadi pandai karena kebiasaan saja, seperti otot tangan yg dilatih beban lama2 jadi kuat dan membesar.
Keunikan manusia adalah, ketika otak bekerja maka ia akan membuat simpul2 dendrit terhubung. Makin banyak terhubung makin banyak pengetahuan. Wajar kalau ia makin cerdas. Hanya anak kecil yg belum berakal yg menghapal hanya sekedar menghapal.
Kata "Pakar" ini juga, salah kalau dibilang dari kecil rajin menghapal akan ingat sampai dewasa. Kalau tidak dihapal terus ya hilang. Memang tidak salah. Lha wong dihapal saja bisa hilang hapalannya apalagi tidak. Ada2 saja bapak ini....
Kalau hapalan tidak penting buat anak2 sekolah, saya menunggu kebijakan pemerintah bahwa semua ujian, termasuk ujian nasional (kemarin katanya mau dihapus, eh belum lama diralat, nggak jadi) open book!
Kita juga tahu bahwa pemahaman itu penting. Tp dg mengatakan bahwa menghapal tidak penting, apalagi bilang menghapal tidak dibutuhkan, maka pemahaman ini harus diluruskan. Pendidikan di indonesia, tidak sama dg pendidikan di Barat. "Kita kan hidup di Indonesia, bukan di sana. Mereka bukan kita..." kata Utha Likumahuwa.
Saudara2ku kaum muslim, banyak keuntungan menghapal, terutama menghapal al-Quran, doa2 dan dzikir. Banyak orang sakit, sekarat, hati sedang galau, pikiran sedang kacau dan sebagainya, tidak ada quran, tp mulutnya bisa komat kamit membaca quran, doa dan dzikir. Kemudian hati menjadi tenang. Bayangkan jika seseorang berada di rumah sakit dalam.kondisi kritis tidak bisa apa2. Ia hanya bisa memandangi langit2 kamar. Mungkin sdg menunggu malaikat maut mencabut nyawa. Ia ingin sekali turun dari tempat tidur, berw
Pendidikan Islam justru diawali dg menghapal. Sebab, kewajiban seorang muslim yg pertama dan utama adalah shalat. Dalam shalat ada gerakan dan bacaan. Shalat tanpa membaca surat al-Fatihah tidak sah shalatnya. Maka, menghapal surat al-Fatihah hukumnya wajib.
Membaca dan menghapal teks al-Quran mendapat pahala tiap hurufnya. Bahkan membaca dg terbata2 tanpa tahu artinya juga dapat pahala 2, pahala membaca dan pahala usaha kerasnya. Anak2 yg hapal al-Quran akan memakaikan mahkota ke kepala orang tuanya di surga. Artinya, sang penghapal akan berada di surga dan orang tuanya akan dibawanya masuk pula ke surga, meskipun mungkin sebelumnya ia berada di neraka. Bisa menghapal al-Quran merupakan kompetensi yg didambakan semua orang Islam yg berakal.
Kehebatan ulama2 kita jaman dahulu sering diukur dg kekuatan hapalan. Imam Syafii hapal al-Quran umur 6 th dan kitab al-Muwatta, karangan gurunya, umur 10 th. Imam Malik ketika dibawakan 30 hadits, sekali diperdengarkan, 29 hadits langsung hapal. Seorang disebut gelar al-Hafidz (bukan hafidz Quran krn hafidz Quran sdh menjadi hal yg biasa dlm masyarakat Islam kala itu) adalah mereka yg hapal 100.000 hadits beserta sanadnya. Orang membuat klasifikasi berdasarkan jumlah hapalan hadits.
Lalu ada pejabat tinggi bidang pendidikan yg bilang dunia tidak membutuhkan anak2 yg jago menghapal. Mungkin benar bagi dunia yg materialistis. Sudah bagus anak2 menghapal di sekolah dasar jadi cerdas, meringankan tugas dia sbg menteri. Alih2 didukung, malah dibuat demotivasi. Ketika menjadi pejabat publik, sebaiknya karakter sektarian atau sekedar dunia yg digelutinya saja ditinggalkan. Mesti diperluas cakrawalanya. Kalau kemarin2 hanya dari A sd D, sekarang harus ditambah dari E sd Z. Mengecilkan dunia pendidikan dari A sd Z menjadi A cuma sampai D, adalah langkah keliru.
Sebenarnya pandai menghapal juga termasuk salah satu bentuk kecerdasan. Ciri2 orang cerdas itu hapal sesuatu. Dalam film2 Hollywood juga sering digambarkan tokoh yg cerdas jago dalam menghapal. Bahkan karena mereka sekuker, kemampuan menghapal itu digunakan juga utk mencari keuntungan perjudian di kasino2.
Ada pakar (bukan) pendidikan menyebut bahwa menghapal bukan termasuk belajar. Dia hanya mengumpulkan informasi2 saja, tidak membentuk pemahaman. Kalaulah jadi pandai karena kebiasaan saja, seperti otot tangan yg dilatih beban lama2 jadi kuat dan membesar.
Keunikan manusia adalah, ketika otak bekerja maka ia akan membuat simpul2 dendrit terhubung. Makin banyak terhubung makin banyak pengetahuan. Wajar kalau ia makin cerdas. Hanya anak kecil yg belum berakal yg menghapal hanya sekedar menghapal.
Kata "Pakar" ini juga, salah kalau dibilang dari kecil rajin menghapal akan ingat sampai dewasa. Kalau tidak dihapal terus ya hilang. Memang tidak salah. Lha wong dihapal saja bisa hilang hapalannya apalagi tidak. Ada2 saja bapak ini....
Kalau hapalan tidak penting buat anak2 sekolah, saya menunggu kebijakan pemerintah bahwa semua ujian, termasuk ujian nasional (kemarin katanya mau dihapus, eh belum lama diralat, nggak jadi) open book!
Kita juga tahu bahwa pemahaman itu penting. Tp dg mengatakan bahwa menghapal tidak penting, apalagi bilang menghapal tidak dibutuhkan, maka pemahaman ini harus diluruskan. Pendidikan di indonesia, tidak sama dg pendidikan di Barat. "Kita kan hidup di Indonesia, bukan di sana. Mereka bukan kita..." kata Utha Likumahuwa.
Saudara2ku kaum muslim, banyak keuntungan menghapal, terutama menghapal al-Quran, doa2 dan dzikir. Banyak orang sakit, sekarat, hati sedang galau, pikiran sedang kacau dan sebagainya, tidak ada quran, tp mulutnya bisa komat kamit membaca quran, doa dan dzikir. Kemudian hati menjadi tenang. Bayangkan jika seseorang berada di rumah sakit dalam.kondisi kritis tidak bisa apa2. Ia hanya bisa memandangi langit2 kamar. Mungkin sdg menunggu malaikat maut mencabut nyawa. Ia ingin sekali turun dari tempat tidur, berw
udhu, mengambil mushaf dan mengaji, tp tentu tidak bisa. Dg dia hapal al Quran maka pikirannya akan menelusuri lembar demi lembar mushaf al Quran yg sdh dihapalnya itu. Dan ketika malaikat akan mencabut nyawa, ia sdh siap dalam keadaan bersih dan suci.
Rajin menghapal di waktu muda juga mencegah kepikunan di kala tua. Banyak orang sdh tua menjadi pikun krn malas menghapal di waktu muda terutama al-Quran. Sampai2 istrinya pun lupa. Sebuah anekdot, seorang bapak tua memanggil istrinya dg panggilan mesra, "sayangku", "manisku", "adindaku", dan semisalnya. Ada anak muda heran, sdh setua itu rumah tangga pasangan tsb, si bapak kok masih mesra. Maka ditanyakanlah apa resepnya oleh anak muda itu ke bapak tsb. Jawabnya, "Ssst...jangan bilang2, saya sdh 3 bulan ini lupa nama istri saya..."
Ada pula bapak2 yg sdh tua, istrinya protes. "Pak, kenapa sih sdh seminggu ini Bapak tidak cium kening saya sebelum berangkat kerja?" Dalam hati sang bapak kaget, "Loh, siapa yg selama seminggu ini aku cium keningnya..."
Makanya rajin menghapal, biar tua nggak cepat pikun....
- Dr. Budi Handrianto -
Rajin menghapal di waktu muda juga mencegah kepikunan di kala tua. Banyak orang sdh tua menjadi pikun krn malas menghapal di waktu muda terutama al-Quran. Sampai2 istrinya pun lupa. Sebuah anekdot, seorang bapak tua memanggil istrinya dg panggilan mesra, "sayangku", "manisku", "adindaku", dan semisalnya. Ada anak muda heran, sdh setua itu rumah tangga pasangan tsb, si bapak kok masih mesra. Maka ditanyakanlah apa resepnya oleh anak muda itu ke bapak tsb. Jawabnya, "Ssst...jangan bilang2, saya sdh 3 bulan ini lupa nama istri saya..."
Ada pula bapak2 yg sdh tua, istrinya protes. "Pak, kenapa sih sdh seminggu ini Bapak tidak cium kening saya sebelum berangkat kerja?" Dalam hati sang bapak kaget, "Loh, siapa yg selama seminggu ini aku cium keningnya..."
Makanya rajin menghapal, biar tua nggak cepat pikun....
- Dr. Budi Handrianto -
*Dilema Kaum Muslimin*
Prof. Dr. Muhammad An Naquib Al Atthas
Bina Ilmu cet. 1, 1986, New, Ori, Stok Lawas, Mulus.
viii + 176 hlm hvs.
Stok 7 eks.
Harga Rp. 105.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Prof. Dr. Muhammad An Naquib Al Atthas
Bina Ilmu cet. 1, 1986, New, Ori, Stok Lawas, Mulus.
viii + 176 hlm hvs.
Stok 7 eks.
Harga Rp. 105.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
UMAT ISLAM TIDAK TOLERAN?
Oleh: Dr. Adian Husaini
Pada 1 Juli 2009, Dr. Marwa El-Sherbini, seorang Muslimah yang sedang hamil tiga bulan dibunuh oleh seorang non-Muslim di Pengadilan Dresden Jerman. Dr. Marwa dibunuh dengan sangat biadab. Ia dihujani tusukan pisau sebanyak 18 kali, dan meninggal di ruang sidang.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1566256830180928&id=153825841424041
Oleh: Dr. Adian Husaini
Pada 1 Juli 2009, Dr. Marwa El-Sherbini, seorang Muslimah yang sedang hamil tiga bulan dibunuh oleh seorang non-Muslim di Pengadilan Dresden Jerman. Dr. Marwa dibunuh dengan sangat biadab. Ia dihujani tusukan pisau sebanyak 18 kali, dan meninggal di ruang sidang.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1566256830180928&id=153825841424041
Qalbu
Oleh: Dr Hamid Fahmy Zarkasyi
Akhir-akhir ini pendidikan disoroti sebagai terlalu intelektualistis. Terkadang juga dianggap terlalu job-oriented (berorientasi kerja). Sementara pendidikan agama dituduh sebagai terlampau spiritualistis sehingga nampak tidak rasional.
Sebenarnya pendidikan dalam Islam tidak demikian. Ia meliputi seluruh aspek dalam diri manusia. Tidak melulu spiritualistis dan tidak pula terlalu intelektualistis atau pragmatis dan praktis.
Pendidikan dalam Islam berkaitan dengan soal ilmu dan ilmu dalam Islam berdimensi iman dan amal. Oleh sebab itu pendidikan Islam mengharuskan pemahaman tentang dua hal: Pertama, Letak iman, ilmu dan amal tersebut dalam jiwa manusia. Kedua, Bagaimana menanamkan itu semua kedalam diri manusia.
Sistem apa yang cocok untuk pengembangan anak dalam berbagai aspek kejiwaannya dalam sebuah sistem pendidikan yang terpadu, perlu dipikirkan terus menerus dan seksama.
Namun, sebelum berpikir tentang metode atau sistem perlu dijelaskan terlebih dulu konsep jiwa manusia yang akan menjadi obyek pendidikan itu. Sebab jiwa manusia memiliki bagian-bagian penting yang saling berkaitan.
Hakim Tirmidhi seorang ulama abad ke 9 menulis buku berjudul Bayan al-Farq, Bayn al-Sadr wa al-Qalb wa al-Fuad wa al-Lub. (Penjelasan Tentang Perbedaan antara Sadr (sadar), Qalb (kalbu/hati), Fuad (nurani) dan Lubb (akal pikiran).
Istilah-istilah sadr yang dalam bahasa Indonesia menjadi sadar-kesadaran ternyata berbeda artinya dari istilah qalb, hati atau kalbu. Fuad yang diIndonesiakan menjadi nurani berbeda lagi dari lubb yang arti sebenarnya adalah akal pikiran yang beriman. Ulul Albab adalah orang yang berakal pikiran tauhidi.
Namun itu semua merujuk kepada sesuatu yang bersifat batiniyah. Jika seseorang dibedah dadanya tentu sadr, qalb, fuad dan lub itu tidak akan ditemukan secara fisik. Maka dalam buku ini Hakim Tirmidhi menjelaskan bahwa hati atau qalb itu adalah nama yang komprehensif yang kesemuanya bersifat batiniyah alias tidak zahir alias tidak empiris.
Sadr ada di dalam qalb seperti kedudukan putihnya mata didalam mata. Sadr adalah pintu masuk segala sesuatu ke dalam diri manusia. Perasaan waswas, lalai, kebencian, kejahatan, kelapangan dan kesempitan masuk melalui sadr. Nafsu amarah, cita-cita, keinginan, nafsu birahi, itu pun masuk kedalam sadr dan bukan kedalam qalb.
Akan tetapi sadr itu juga tempat masuknya ilmu yang datang melalui pendengaran atau khabar. Maka dari itu pengajaran, hafalan, dan pendengaran itu berhubungan dengan sadr. Dinamakan sadr karena merujuk kepada kata sadara (muncul), atau sadr (pusat). Jadi kesadaran adalah inti atau pusat dari hati (qalb).
Jika sadr ada didalam qalb maka qalb itu ada dalam genggaman nafs atau jiwa. Namun, qalb itu adalah raja dan jiwa itu adalah kerajaannya. “Jika rajanya baik” seperti sabda Nabi, “Maka baiklah bala tentaranya dan jika rusak maka rusaklah bala tentaranya”.
Demikian pula baik-buruknya jasad itu tergantung pada hati (qalb). Hati (qalb) itu bagaikan lampu dan baiknya suatu lampu itu terlihat dari cahaya. Dan baiknya hati terlihat dari cahaya ketaqwaan dan keyakinan.
Sebagai raja, qalb adalah tempat bersemayamnya cahaya Iman, cahaya kekhusyu’an, ketaqwaan, kecintaan, keridhaan, keyakinan, ketakutan, harapan, kesabaran, kepuasan. Karena iman dalam Islam berasaskan pada ilmu, maka qalb juga merupakan sumber ilmu. Karena sadr itu tempat masuknya ilmu, sedangkan qalb itu tempat keimanan, maka didalam qalb itu pun terdapat ilmu.
Jika qalb (hati) itu adalah mata maka fuad itu adalah hitamnya pupil mata. Fuad ini adalah tempat bersemayamnya ma’rifah, ide, pemikiran, konsep, pandangan. Ketika seseorang berpikir maka fuadnya lebih dulu yang bekerja baru kemudian hatinya. Fuad itu ada di tengah-tengah hati, sedangkan hati di tengah-tengah sadar.
Jika qalb adalah mata, sadr adalah putih mata, fuad adalah hitamnya pupil mata, maka lubb adalah cahaya mata. Jika qalb adalah tempat bersemayamnya cahaya keimanan dan sadr tempat cahaya keislaman, dan fuad adalah tempat cahaya ma’rifah maka lubb berkaitan dengan cahay
Oleh: Dr Hamid Fahmy Zarkasyi
Akhir-akhir ini pendidikan disoroti sebagai terlalu intelektualistis. Terkadang juga dianggap terlalu job-oriented (berorientasi kerja). Sementara pendidikan agama dituduh sebagai terlampau spiritualistis sehingga nampak tidak rasional.
Sebenarnya pendidikan dalam Islam tidak demikian. Ia meliputi seluruh aspek dalam diri manusia. Tidak melulu spiritualistis dan tidak pula terlalu intelektualistis atau pragmatis dan praktis.
Pendidikan dalam Islam berkaitan dengan soal ilmu dan ilmu dalam Islam berdimensi iman dan amal. Oleh sebab itu pendidikan Islam mengharuskan pemahaman tentang dua hal: Pertama, Letak iman, ilmu dan amal tersebut dalam jiwa manusia. Kedua, Bagaimana menanamkan itu semua kedalam diri manusia.
Sistem apa yang cocok untuk pengembangan anak dalam berbagai aspek kejiwaannya dalam sebuah sistem pendidikan yang terpadu, perlu dipikirkan terus menerus dan seksama.
Namun, sebelum berpikir tentang metode atau sistem perlu dijelaskan terlebih dulu konsep jiwa manusia yang akan menjadi obyek pendidikan itu. Sebab jiwa manusia memiliki bagian-bagian penting yang saling berkaitan.
Hakim Tirmidhi seorang ulama abad ke 9 menulis buku berjudul Bayan al-Farq, Bayn al-Sadr wa al-Qalb wa al-Fuad wa al-Lub. (Penjelasan Tentang Perbedaan antara Sadr (sadar), Qalb (kalbu/hati), Fuad (nurani) dan Lubb (akal pikiran).
Istilah-istilah sadr yang dalam bahasa Indonesia menjadi sadar-kesadaran ternyata berbeda artinya dari istilah qalb, hati atau kalbu. Fuad yang diIndonesiakan menjadi nurani berbeda lagi dari lubb yang arti sebenarnya adalah akal pikiran yang beriman. Ulul Albab adalah orang yang berakal pikiran tauhidi.
Namun itu semua merujuk kepada sesuatu yang bersifat batiniyah. Jika seseorang dibedah dadanya tentu sadr, qalb, fuad dan lub itu tidak akan ditemukan secara fisik. Maka dalam buku ini Hakim Tirmidhi menjelaskan bahwa hati atau qalb itu adalah nama yang komprehensif yang kesemuanya bersifat batiniyah alias tidak zahir alias tidak empiris.
Sadr ada di dalam qalb seperti kedudukan putihnya mata didalam mata. Sadr adalah pintu masuk segala sesuatu ke dalam diri manusia. Perasaan waswas, lalai, kebencian, kejahatan, kelapangan dan kesempitan masuk melalui sadr. Nafsu amarah, cita-cita, keinginan, nafsu birahi, itu pun masuk kedalam sadr dan bukan kedalam qalb.
Akan tetapi sadr itu juga tempat masuknya ilmu yang datang melalui pendengaran atau khabar. Maka dari itu pengajaran, hafalan, dan pendengaran itu berhubungan dengan sadr. Dinamakan sadr karena merujuk kepada kata sadara (muncul), atau sadr (pusat). Jadi kesadaran adalah inti atau pusat dari hati (qalb).
Jika sadr ada didalam qalb maka qalb itu ada dalam genggaman nafs atau jiwa. Namun, qalb itu adalah raja dan jiwa itu adalah kerajaannya. “Jika rajanya baik” seperti sabda Nabi, “Maka baiklah bala tentaranya dan jika rusak maka rusaklah bala tentaranya”.
Demikian pula baik-buruknya jasad itu tergantung pada hati (qalb). Hati (qalb) itu bagaikan lampu dan baiknya suatu lampu itu terlihat dari cahaya. Dan baiknya hati terlihat dari cahaya ketaqwaan dan keyakinan.
Sebagai raja, qalb adalah tempat bersemayamnya cahaya Iman, cahaya kekhusyu’an, ketaqwaan, kecintaan, keridhaan, keyakinan, ketakutan, harapan, kesabaran, kepuasan. Karena iman dalam Islam berasaskan pada ilmu, maka qalb juga merupakan sumber ilmu. Karena sadr itu tempat masuknya ilmu, sedangkan qalb itu tempat keimanan, maka didalam qalb itu pun terdapat ilmu.
Jika qalb (hati) itu adalah mata maka fuad itu adalah hitamnya pupil mata. Fuad ini adalah tempat bersemayamnya ma’rifah, ide, pemikiran, konsep, pandangan. Ketika seseorang berpikir maka fuadnya lebih dulu yang bekerja baru kemudian hatinya. Fuad itu ada di tengah-tengah hati, sedangkan hati di tengah-tengah sadar.
Jika qalb adalah mata, sadr adalah putih mata, fuad adalah hitamnya pupil mata, maka lubb adalah cahaya mata. Jika qalb adalah tempat bersemayamnya cahaya keimanan dan sadr tempat cahaya keislaman, dan fuad adalah tempat cahaya ma’rifah maka lubb berkaitan dengan cahay
a ketauhidan.
Gambaran diatas mungkin nampak terlalu spiritual atau dalam bahasa Kant transcendent. Tapi memang proses berpikir demikian adanya. Hanya saja yang ditekankan disini bukan bagaimana ilmu didapat akan tetapi bagaimana ia berproses menuju dari ilmu menjadi iman.
Apabila pendidikan Islam memperhatikan potensi batiniyah manusia seperti digambarkan Hakim Tirmidhi diatas maka yang akan lahir adalah manusia-manusia tinggi ilmu dan imannya sekaligus banyak amalnya. Yaitu manusia-manusia yang hati (qalb), kesadaran (sadr), nurani (fuad) dan pikirannya (lubb) berjalan seimbang.
Gambaran diatas mungkin nampak terlalu spiritual atau dalam bahasa Kant transcendent. Tapi memang proses berpikir demikian adanya. Hanya saja yang ditekankan disini bukan bagaimana ilmu didapat akan tetapi bagaimana ia berproses menuju dari ilmu menjadi iman.
Apabila pendidikan Islam memperhatikan potensi batiniyah manusia seperti digambarkan Hakim Tirmidhi diatas maka yang akan lahir adalah manusia-manusia tinggi ilmu dan imannya sekaligus banyak amalnya. Yaitu manusia-manusia yang hati (qalb), kesadaran (sadr), nurani (fuad) dan pikirannya (lubb) berjalan seimbang.
Tafsir Mimpi: Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah
Penulis: Muhammad Ibnu Sirin
Sinopsis:
Mimpi memang seringkali disebut sebagai bunga tidur yang kehadirannya dianggap wajar saja. Namun, bagaimana jika mimpi tersebut membuat kita gelisah, senang berlebihan, bahkan sampai melupakan Allah SWT?
Agar mimpi tidak membawa dampak negatif bagi keseharian, kita perlu memahami tafsir nya. Namun, sebagai seorang Muslim, kita wajib memilih bagaimana cara kita menafsirkan mimpi.
Kita bisa menjadikan buku Tafsir Mimpi: Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah karya Muhammad Ibnu Sirin sebagai referensi untuk memahami seputar tafsir mimpi. Selain dibahas tentang tafsir berbagai jenis mimpi, penulis juga menjelaskan waktu mimpi yang benar, prinsip-prinsip takwil mimpi, dan sebagainya.
Pembahasannya dibuat menurut al-Qur’an dan As-Sunnah, 2 sumber terpercaya sebagai pedoman manusia dalam menjalani hidup. Oleh karena itu, buku ini memberikan manfaat yang luar biasa bagi kita, khususnya dalam memahami tafsir mimpi dan hal-hal yang berkaitan tentang mimpi.
--------------------------
Tafsir Mimpi: Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah
Penulis: Muhammad Ibnu Sirin
ISBN: 978-602-250-563-1
Berat: 1kg
Isi: 384 halaman
Sampul: Hard Cover
Harga Rp. 165.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Penulis: Muhammad Ibnu Sirin
Sinopsis:
Mimpi memang seringkali disebut sebagai bunga tidur yang kehadirannya dianggap wajar saja. Namun, bagaimana jika mimpi tersebut membuat kita gelisah, senang berlebihan, bahkan sampai melupakan Allah SWT?
Agar mimpi tidak membawa dampak negatif bagi keseharian, kita perlu memahami tafsir nya. Namun, sebagai seorang Muslim, kita wajib memilih bagaimana cara kita menafsirkan mimpi.
Kita bisa menjadikan buku Tafsir Mimpi: Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah karya Muhammad Ibnu Sirin sebagai referensi untuk memahami seputar tafsir mimpi. Selain dibahas tentang tafsir berbagai jenis mimpi, penulis juga menjelaskan waktu mimpi yang benar, prinsip-prinsip takwil mimpi, dan sebagainya.
Pembahasannya dibuat menurut al-Qur’an dan As-Sunnah, 2 sumber terpercaya sebagai pedoman manusia dalam menjalani hidup. Oleh karena itu, buku ini memberikan manfaat yang luar biasa bagi kita, khususnya dalam memahami tafsir mimpi dan hal-hal yang berkaitan tentang mimpi.
--------------------------
Tafsir Mimpi: Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah
Penulis: Muhammad Ibnu Sirin
ISBN: 978-602-250-563-1
Berat: 1kg
Isi: 384 halaman
Sampul: Hard Cover
Harga Rp. 165.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
KAMUS AL-WAFI
ARAB - INDONESIA
INDONESIA ARAB
Oleh: Syaikh A. Thoha Husein al-Mujahid dan A. Atho’ilah Fathoni al-Khalil.
Jika sebelumnya kita telah mengenal kamus-kamus sekaliber Kamus Munawir, Kamus Mahmud Yunus, dan sejenisnya. Nah, kini saatnya Anda harus ‘bersua / bertatap muka’ dengan kamus dengan genre ‘termudah’ untuk dipakai. Siapa dia? Inilah “AL-WAFI”, spesial hadir untuk menemani kesibukan Anda dalam mempelajari ilmu Nahwu dan Sharaf.
MENGENAL KAMUS BAHASA ARAB
Kamus adalah sejenis buku rujukan yang menerangkan makna kata-kata. Ia berfungsi untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru. Selain menerangkan maksud kata, kamus juga mungkin mempunyai pedoman sebutan, asal usul (etimologi) sesuatu perkataan dan juga contoh penggunaan bagi sesuatu perkataan. Untuk memperjelas kadang kala terdapat juga ilustrasi di dalam kamus. Biasanya hal ini terdapat dalam kamus bahasa Perancis.
Kata kamus diserap dari bahasa Arab qamus (قاموس), dengan bentuk jamaknya qawamis. Kata Arab itu sendiri berasal dari kata Yunani Ωκεανός (okeanos) yang berarti 'samudra'.
Bahasa Arab merupakan bahasa al-Qur’an, bahasa yang di gunakan oleh Rasulullah - shallallahu 'alaihi wa sallam - dan para sahabatnya untuk berdialog dan menyampaikan wahyu dari Allah - Ta’ala -. Kosakata dalam bahasa Arab sangat banyak, sehingga tidak mungkin akan bisa menguasainya dalam waktu yang cepat. Untuk itu kehadiran kamus akan sangat membantu bagi kita untuk mengetahui arti dari tiap kata bahasa arab.
APA KATA TOKOH TENTANG KAMUS AL-WAFI?
"Alhamdulillah atas hadirnya kamus bahasa Arab yang disusun oleh dua orang bersaudara ini, yaitu A. Thoha Husein dan A. Atho'illah Fathoni. Kamus ini sangat memudahkan dan membantu umat Islam yang berkeinginan belajar bahasa Arab. Kamus ini juga merupakan salah satu sarana umat Islam untuk mengetahui bahasa Arab sebagai bahasa sumber umat agama Islam."
--Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, Guru Besar IPB dan UIKA
-------------------------
Kamus Al-Wafi
Arab - Indonesia Kamus
Sampul: Hardcover,
Tebal: 1466 halaman,
Ukuran buku: 16,5 x 23,5 cm
Berat: 1,9 Kg.
Penulis: A. Husein Al-Mujahid Dan A. Atho'illah Fathoni Al-Khalil
KAMUS AL-WAFI ARAB - INDONESIA
Harga Rp. 243.000,-
KAMUS AL-WAFI INDONESIA-ARAB
Sampul: Hard Cover
Ukuran buku: 16,5 x 23,5 cm
Tebal: 1268 halaman
Berat: 1,6 Kg
Harga Rp. 220.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
ARAB - INDONESIA
INDONESIA ARAB
Oleh: Syaikh A. Thoha Husein al-Mujahid dan A. Atho’ilah Fathoni al-Khalil.
Jika sebelumnya kita telah mengenal kamus-kamus sekaliber Kamus Munawir, Kamus Mahmud Yunus, dan sejenisnya. Nah, kini saatnya Anda harus ‘bersua / bertatap muka’ dengan kamus dengan genre ‘termudah’ untuk dipakai. Siapa dia? Inilah “AL-WAFI”, spesial hadir untuk menemani kesibukan Anda dalam mempelajari ilmu Nahwu dan Sharaf.
MENGENAL KAMUS BAHASA ARAB
Kamus adalah sejenis buku rujukan yang menerangkan makna kata-kata. Ia berfungsi untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru. Selain menerangkan maksud kata, kamus juga mungkin mempunyai pedoman sebutan, asal usul (etimologi) sesuatu perkataan dan juga contoh penggunaan bagi sesuatu perkataan. Untuk memperjelas kadang kala terdapat juga ilustrasi di dalam kamus. Biasanya hal ini terdapat dalam kamus bahasa Perancis.
Kata kamus diserap dari bahasa Arab qamus (قاموس), dengan bentuk jamaknya qawamis. Kata Arab itu sendiri berasal dari kata Yunani Ωκεανός (okeanos) yang berarti 'samudra'.
Bahasa Arab merupakan bahasa al-Qur’an, bahasa yang di gunakan oleh Rasulullah - shallallahu 'alaihi wa sallam - dan para sahabatnya untuk berdialog dan menyampaikan wahyu dari Allah - Ta’ala -. Kosakata dalam bahasa Arab sangat banyak, sehingga tidak mungkin akan bisa menguasainya dalam waktu yang cepat. Untuk itu kehadiran kamus akan sangat membantu bagi kita untuk mengetahui arti dari tiap kata bahasa arab.
APA KATA TOKOH TENTANG KAMUS AL-WAFI?
"Alhamdulillah atas hadirnya kamus bahasa Arab yang disusun oleh dua orang bersaudara ini, yaitu A. Thoha Husein dan A. Atho'illah Fathoni. Kamus ini sangat memudahkan dan membantu umat Islam yang berkeinginan belajar bahasa Arab. Kamus ini juga merupakan salah satu sarana umat Islam untuk mengetahui bahasa Arab sebagai bahasa sumber umat agama Islam."
--Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, Guru Besar IPB dan UIKA
-------------------------
Kamus Al-Wafi
Arab - Indonesia Kamus
Sampul: Hardcover,
Tebal: 1466 halaman,
Ukuran buku: 16,5 x 23,5 cm
Berat: 1,9 Kg.
Penulis: A. Husein Al-Mujahid Dan A. Atho'illah Fathoni Al-Khalil
KAMUS AL-WAFI ARAB - INDONESIA
Harga Rp. 243.000,-
KAMUS AL-WAFI INDONESIA-ARAB
Sampul: Hard Cover
Ukuran buku: 16,5 x 23,5 cm
Tebal: 1268 halaman
Berat: 1,6 Kg
Harga Rp. 220.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
Buku Best Seller:
*TA'LIMUL MUTA'ALLIM*
Sinopsis:
Salah satu buku paling tua dalam jajaran literasi Islam yang membahas tarbiyah (pendidikan).
KETIKA ILMU TANPA ADAB, MAKA:
🗣 Keahlian retorika menjadi senjata untuk memenangkan debat, tanpa peduli benar atau keliru.
🥀 Ilmu mengolah alam menjadi alat keserakahan pribadi, tak peduli dampaknya bagi sesama.
🥊 Kekuasaan dan kepandaian menjadi kendaraan untuk melakukan korupsi dan kesewenang-wenangan.
🚥 Karenanya, para ulama menekankan PENTINGNYA ADAB SEBELUM ILMU.
⭐ Agar ilmu benar-benar hadir sebagai berkah dan rahmatan lil-alamin.
Buku ini adalah salah satu buku paling tua dalam jajaran literasi Islam yang membahas tarbiyah (pendidikan).
Buku wajib di beberapa pesantren yang menekankan pentingnya adab sebelum ilmu.
---------------------------------
✅ Buku Ta'limul Muta'allim
(soft cover, 166 hlm, 14x20 cm, 200 gram). Harga Rp. 53.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...
*TA'LIMUL MUTA'ALLIM*
Sinopsis:
Salah satu buku paling tua dalam jajaran literasi Islam yang membahas tarbiyah (pendidikan).
KETIKA ILMU TANPA ADAB, MAKA:
🗣 Keahlian retorika menjadi senjata untuk memenangkan debat, tanpa peduli benar atau keliru.
🥀 Ilmu mengolah alam menjadi alat keserakahan pribadi, tak peduli dampaknya bagi sesama.
🥊 Kekuasaan dan kepandaian menjadi kendaraan untuk melakukan korupsi dan kesewenang-wenangan.
🚥 Karenanya, para ulama menekankan PENTINGNYA ADAB SEBELUM ILMU.
⭐ Agar ilmu benar-benar hadir sebagai berkah dan rahmatan lil-alamin.
Buku ini adalah salah satu buku paling tua dalam jajaran literasi Islam yang membahas tarbiyah (pendidikan).
Buku wajib di beberapa pesantren yang menekankan pentingnya adab sebelum ilmu.
---------------------------------
✅ Buku Ta'limul Muta'allim
(soft cover, 166 hlm, 14x20 cm, 200 gram). Harga Rp. 53.000,-
Pemesanan silahkan sms/whatsapp ke 087878147997.
Syukran...