Warga Palestina di Kota Gaza mengabaikan perintah terbaru Israel yang mendesak mereka untuk pindah ke selatan.

Fatima Shaheen, berusia 70-an, mengatakan bahwa dia lebih baik mati di rumahnya yang hancur daripada melarikan diri.

Bulan lalu, rumahnya di Jabalia hancur oleh bom Israel, tapi ia menolak untuk pergi.

Mohammad Kassab menggemakan tekad Shaheen.

Ia terpaksa meninggalkan rumahnya di lingkungan Tuffah awal pekan ini akibat serangan darat Israel. Kassab memilih untuk pindah lebih jauh ke utara menuju kamp Jabalia daripada melarikan diri ke selatan.

“Saya mengungsi ke Jabalia karena kami memilih untuk teguh,” katanya.

“Kita semua bisa melihat siapa saja yang mengungsi ke selatan yang kini rindu untuk kembali,” tambahnya. “Kebutuhan hidup tidak ada di sana.”

Kassab menekankan bahwa keselamatan akan selalu sulit dicapai ke mana pun Anda pergi di Gaza.

“Kami kesulitan mendapatkan air dan hanya menyediakan makanan kaleng. Tapi kami katakan Alhamdulillah.”

Sumber: MEE

Pasukan Israel dengan kejam mengeksekusi Mohammed Salah Bahar, yang mengidap Down Syndrome dan autisme, setelah menyanderanya selama seminggu di rumah keluarganya sendiri di Shuja'iyya, Jalur Gaza utara.

Pasukan Israel mengubah rumah keluarga Bahar menjadi pos militer setelah menyerbunya pekan lalu. Mohammed dianiaya oleh anjing Israel sebelum dieksekusi. Dilaporkan bahwa ia mengelus anjing tersebut saat mereka menggigitnya.

Pasukan Israel menculik dua saudara laki-lakinya, termasuk jurnalis Mikael Bahar. Saudara laki-laki lainnya telah ditahan dan hilang selama tiga bulan.

Ibunya, saudara perempuannya, serta wanita dan anak-anak lain dalam keluarganya dipaksa mengungsi ke Gaza barat setelah pasukan Israel menyerbu rumah tersebut dan menyerang mereka, meninggalkan Mohammed sendirian bersama tentara sebelum dia dieksekusi.

Sumber: Supressed News

- - - - - - - - - - - - - -

Website Donasi Adara:
https://adaradonation.com