Politisi Sejati
97 subscribers
12 photos
2 videos
18 files
49 links
Download Telegram
Materi Pertama di Certified Menjadi Politisi Sejati

*Makna Politik Yang Hakiki*

_Makna Politik menurut pendapat berbagai pakar politik_

Menurut Asad (1954) Politik adalah menghimpun kekuatan, meningkatkan kualitas dan kuantitas kekuatan, mengawasi dan mengendalikan kekuatan; dan menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuan kekuasaan dalam negara dan institusi lainnya.

Dalam pandangan Abdulgani, perjuangan politik bukan selalu _"dek kunst jet mogelijke"_ tapi malahan seringkali malahan _"dek kunst van onmogelijke"_ (Politik adalah seni tentang yang mungkin dan tidak mungkin). Sering pula politik diartikan _"machtsvorming en machtsaanwending"_ (Politik adalah pembentukan dan penggunaan kekuatan)

Catlin mendefenisikan ilmu politik sebagai _"a study of control or as the act of human or social control"_ (Studi tentang kontrol, yaitu tindakan kontrol manusia dan kontrol masyarakat)

Dari pendapat para pakar Politik tersebut dapat kita lihat dan ambil benang merahnya bahwa Politik adalah pengaturan urusan masyarakat oleh kekuasaan negara maupun oleh masyarakat itu sendiri. Dan dapat kita lihat bahwa Politik bukan hanya ada pada ruang lingkup negara saja.
Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah _Siyasah_ . Asal Makna _siyasah_ (politik) diterapkan pada pengurusan, pengaturan dan pelatihan gembalaan. Lalu, kata tersebut digunakan dalam pengaturan urusan-urusan manusia dan dinamai Politisi _(siyasiyun)_ .

Dalam realitas bahasa Arab dikatakan bahwa ulul amri mengurusi _(yasusu)_ rakyatnya saat mengurusi urusan rakyat, mengaturnya dan menjaganya.

Begitupula dalam perkataan orang Arab dikatakan: ' Bagaimana mungkin rakyatnya terpelihara _(masusah)_ bila pemeliharanya ngengat _(susah)_ , artinya bagaimana mungkin kondisi rakyat akan baik bila pemimpinnya rusak seperti ngengat yang menghancurkan kayu.

Dengan demikian, politik merupakan pemeliharaan _(ri'ayah)_ , perbaikan _(ishlah)_ , pelurusan _(taqwim)_ , pemberian arah petunjuk _(irsyad)_ , dan pengadaban _(ta'dib)_ .

Rasulullah Muhammad saw sendiri menggunakan kata politik _(siyasah)_ dalam sabdanya : _"Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para Nabi _*(tasusuhumul anbiya)*_ . Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada Nabi setelahku, namun akan ada banyak khalifah"_ (HR Bukhari dan Muslim).
Semakin jelaslah bahwa Politik atau _siyasah_ itu maknanya adalah mengurusi urusan masyarakat.

Berkecimpung dalam politik adalah berarti memperhatikan kondisi masyarakat dengan cara menghilangkan kezhaliman penguasa pada masyarakat dan melenyapkan kejahatan musuh dari mereka.

Untuk itu perlu mengetahui apa yang dilakukan penguasa dalam rangka mengurusi urusan masyarakat, mengingkari keburukannya, menasihati pemimpin yang mendurhakai rakyatnya, serta memeranginya pada saat terjadi kezhaliman yang nyata.
Dalam Islam setiap muslim dituntut untuk menjadi seorang Politisi .

Rasulullah Muhammad saw pernah menyampaikan perintah Allah dalam sebuah Hadits Qudsi ,

_"Siapa saja yang bangun pagi dengan gapaiannya bukan Allah maka ia bukanlah (hamba) Allah, dan siapa saja yang bangun pagi namun tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka ia bukan golongan mereka."_ *(HR Al Hakim)*

Pada kesempatan lain Rasulullah saw ditanya tentang Jihad apa yang paling utama. Beliau menjawab _"Kalimat haq yang disampaikan kepada penguasa durhaka"_ *(HR Ahmad)*
Sayangnya realitas Politik yang demikian menjadi pudar pada saat ini, baik muslim dan Non muslim yang berkecimpung di bidang Politik banyak yang menyimpang dari kebenaran. Jadilah politik disifati dengan kedustaan, tipu daya, dan penyebaran yang dilakukan oleh para politisi maupun penguasa negara. Penyelewengan para politisi dari kebenaran, kezhaliman mereka kepada masyarakat, sikap dan tindakan sembrono mereka dalam mengurusi masyarakat, memalingkan makna lurus politik tadi.

Bahkan dengan pandangan seperti itu jadilah penguasa memusuhi rakyatnya bukan sebagai pemerintahan yang berbuat berbuat baik.

Hal ini memicu sebuah propaganda kaum pengemban ideologi sekular untuk menyampaikan bahwa politik harus dijauhkan dari agama termasuk agama Islam. Mereka membuat propaganda pernyataan bahwa orangbyang beragama adalah Orang-Orang suci yang takut kepada Tuhan, sehingga tidak cocok berkecimpung dalam politik yang merupakan dusta, kezhaliman, pengkhianatan, dan tipu daya. Cara pandang yang seperti ini, sadar atau tidak mempengaruhi sebagian kaum muslimin yang juga sebenarnya ikhlas memperjuangkan Islam yang tidak hanya mengatur urusan pribadi dan keagamaan spiritual saja namun juga menyangkut urusan umum dan politik.
Bak pisau bermata dua, propaganda tadi benar-benar bermaksud ganda: mencampurkan pemahaman yang benar dan salah.

*Benar* , dikarenakan seorang muslim mutlak harus menjadi muslim yang melaksanakan Islam secara sempurna dan menyeluruh, jauh dari segala perkara yang bertentangan dengan hukum-hukumnya baik di dalam urusan pribadinya maupun dalam interaksi-interaksi umum dengan sesama manusia. Setiap muslim sungguh tidak diperbolehkan Islam untuk melakukan kedustaan, kezhaliman, pengkhianatan, menipudaya rakyat serta menyerukan aqidah dan syariat selain Islam.

Tetapi juga *Salah*, dikarenakan propaganda tersebut melarang muslim yang terikat dengan hukum syara' dan paham akan agamanya mengambil peran dalam memperbaiki masyarakat dengan dasar hukum-hukum Islam. Padahal, seperti disebutkan dalam hadits-hadits terdahulu, hal ini merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Begitupula propaganda ini digunakan untuk menutup-nutupi kesesatan dan penyesatan mereka dari mata masyarakat umum.
Oleh karena itu, kewajiban orang yang sekarang menyerukan penjauhan Islam dari persoalan politik dengan bersandar pada argumentasi tadi seharusnya adalah menyerukan pelurusan penyelewengan dalam persoalan dan makna politik serta memperbaiki kebengkokan yang ditempuh para politisi dewasa ini _ Bila mereka benar-benar jujur _ .
Selain itu harus pula politik dikembalikan pada aturan-aturan Islam hingga politik kembali pada maknanya yang mulia, yakni mengatur, memperbaiki, mengurusi dan memberi petunjuk.

Dengan demikian, muslim yang berkecimpung dalam dunia perpolitikan berarti muslim yang harus mengatur, memperbaiki dan mengurusi urusan masyarakat dengan hukum-hukum Islam, dan memberi petunjuk Islam kepada masyarakat.
Dalam pernyataan lain, politiknya seorang muslim adalah menerapkan dan menegakkan ajaran Islam dalam segala aspeknya. Bila tidak demikian dan tetap menjauhkan Islam dari Politik berarti :

1. Mereka telah menyimpang dari perintah Allah Swt untuk mengurusi dan memperhatikan urusan kaum muslimin
2. Mereka telah melegalisasi bahwa politik itu seperti apa yang digambarkan ideologi selain Islam yaitu Kapitalisme dan sosialisme, padahal Politik demikian adalah Politik yang bertentangan dengan Politik Islam.
3. Mereka telah melarang sesuatu yang merupakan perintah Allah Swt dan Rasul-Nya.

Jadi semestinya sikap yang diambil bukannya mengasingkan Islam dari politik atau Politik tidak diatur oleh ajaran Islam melainkan justru menggunakan Islam untuk mengatur dan memelihara urusan masyarakat, Islamlah satu-satunya sumber politik bagi seorang muslim seperti yang telah diteladankan oleh Rasulullah Saw.

Singkatnya, politik atas dasar ajaran Islam adalah mengimplementasikan hukum-hukum Islam dalam setiap aspek kehidupan.
Materi kedua Certified Menjadi Politisi Sejati

*Agar Dapat Menjadi Politisi Sejati*

https://t.me/PolitisiSejati/15

Agar dapat menjadi politisi sejati berikut adalah hal-hal yang harus dimiliki:

1. Memahami Makna Politik Yang Hakiki
2. Memiliki Kesadaran Politik
3. Memiliki Pemikiran Politik yang khas
4. Melatih Diri Untuk Mampu Berpikir Politis
5. Beraktivitas Bersama Para Politisi Lainnya Di Tengah Lingkungan Politik Yang Kondusif
6. Selalu Fokus Memikirkan Umat Dengan Terus Mengikuti Berita Seputar Yang Menimpa Masyarakat
7. Memiliki Tradisi Berdiskusi Dan Terbiasa Saling Melemparkan Analisis Politik
8. Memiliki Tradisi Menulis
9. Hadir Di Tengah-Tengah Masyarakat Dalam Rangka Memberi Solusi Atas Masalah Mereka

(Dirumuskan oleh Widya Amata, Seorang Trainer, Life Coach, Mubaligh dan Politisi Internasional)

Yang Mau Berdiskusi hubungi wa.me/6285265337686 atau wa.me/6285263251086
Silahkan berkomentar dengan format 👇

Nama
Usia
Profesi
Domisili
Pertanyaan/Pernyataan
Materi Ketiga Certified Menjadi Politisi Sejati

*Politik Sebagai Benteng Pertahanan Utama Dari Penjajahan*

Dalam Ajaran Islam, dapat ditemukan dua hal yang disebut sebagai Perisai atau Pertahanan. Yaitu Puasa dan Kekuasaan.

*Puasa Adalah Perisai*

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam,

وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخلي فصولل

_“Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, maka ucapkanlah, 'Aku sedang berpuasa”_ *(HR. Bukhari dan Muslim)*

Perisai adalah yang melindungi seseorang biasa digunakan untuk melindungi ketika perang.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,

قَالَ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ: الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ ، وَهُوَ لي وَأيبز

_“Rabb kita 'azza wa jalla berfirman, puasa itu perisai, yang dengannya seorang hamba membentengi diri dari api neraka, dan puasa itu untuk-Ku, Aku-lah yang akan menahannya”_ *(HR Ahmad).*

الصيام من النار كجنة أحدكم من القتال

Artinya: _“Puasa adalah perisai dari neraka, seperti perisai salah seorang diantara kamu dari peperangan"._  *(HR. Ahmad, al-Nasai, dan Ibnu Majah)*

Imam adalah Perisai

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إنما الإمام جنة يقاتل من ورائه ويتقى به, فإن أمر بتقوى الله عز وجل وعدل كان له بذلك أجر, وإن يأمر بغيره كان عليه منه

_“Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya. Jika seorang imam (Khalifah) yang menyelesaikan takwa kepada Allah 'azza wajalla dan berusaha adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala' ', dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.”_ *(HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa'i, Abu Dawud, Ahmad)*

Frase “Imam” dalam hadits ini adalah kontrol al-Khalifah. Al-Imam al-Mawardi dalam al-Ahkam al-Sulthaniyyah berkata, _“Al-Imamah adalah pembahasan tentang Khilafah Nubuwwah untuk pemeliharaan agama dan pembantuan dunia”._ 

Maka wajar ketika al-Imam al-Mula Al-Qari di dalam Mirqât al-Mafâtiih menjelaskan makna imam di dalam hadits ini dengan kata imam yang dimaksud adalah al-Khalifah atau Amirnya.

Makna ungkapan kalimat _“al-imamu junnah”_ adalah perumpamaan sebagai bentuk pujian terhadap imam yang memiliki tugas mulia untuk melindungi orang-orang yang ada di bawah kekuasaannya yang dikendalikan oleh al-Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, _“(Imam itu perisai) yakni seperti as- sitr (pelindung), karena imam ( khalifah ) yang menghalangi / mencegah musuh dari mencelakai kaum muslimin, dan mencegah antar manusia satu dengan yang lain untuk saling mencelakai, menunjang kemurnian ajaran Islam, dan manusia berlindung di belakangnya dan mereka tunduk di bawah tanah kekuasaannya.”_ Dengan pujian indikasi, berita dalam hadits ini adalah pasti, dan berfaidah wajib.

Sedangkan makna ( _yuqaatilu min waraa'ihi_ ) yakni: kaum muslimin akan berperang bersama dengannya ( _al-khalifah_ ) dalam memperbaiki orang-orang kafir, para pemberontak, khawarij dan seluruh kelompok-kelompok pembuat kerusakan dan kezhaliman secara mutlak. Begitulah yang disampaikan al-Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim.

Hal itu selaras dengan ungkapan Imam al-Haramain al-Juwaini dalam kitabnya _Ghiyâts al-Umam fî al-Tiyâts al-Zhulm_ juz I hlm. 22. _Imam al-Mawardi al-Syafi'i dalam al-Ahkam al-Sulthaniyyah_ hlm. 15 juga mengucapkan,

المَامَةُ: مَوْضُوعَةٌ لِخِلَافَةِ النُّبُوَّةِ فِي حِرَاسَةِ الدِّينِ وَسِيَاسَةِ الدُّنْيَا

_“Al-Imâmah: pembahasan terkait khilâfat al-nubuwwah (kelas kenabian) dalam urusan Din ini dan urusan urusan dunia.”_
_Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitabnya al-Iqtishâd fî al-I'tiqâd_ hlm. 128 mengumpamakan din dan kekuasaan (kepemimpinan), sebagai saudara kembar (الدّين وَالسُّلْطَان توأمان),

الدّين أس وَالسُّلْطَان حارس فَمَا لا أس لَهُ فمهدوم وَمَا لا حارس لَهُ فضائع

_“Al-Dîn itu asas dan penguasa itu penjaganya, maka apa-apa yang tidak ada asasnya maka ia akan roboh dan apa-apa yang tidak ada penjaganya maka ia akan hilang.”_

Untuk kalimat _“jika seorang imam (khalifah) menyelesaikan takwa kepada Allah 'Azza wa Jalla dan niat adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala', dan jika dia memerintahkan samping itu, maka ia akan mendapatkan siksa”_ , bisa kita pahami bersama bahwa seorang imam (khalifah) diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya untuk memerintah manusia yang ada dibawah kekuasaannya dalam ketaatan. Demikian juga wajib diberlakukan dengan adil dengan memberlakukan hukum-hukum Allah yaitu dalam pembantuan hak-hak manusia agar tidak ada undang-undang zhalim.
Seorang Tokoh Politik Dunia juga pernah mengatakan bahwa suatu bangsa yang tidak memahami Politik maka akan bangsa itu akan dijajah..

(Maaf saya lupa siapa namanya, jika ada yang tau silahkan memberitahu)
Materi ke Empat Certified Menjadi Politisi sejati

*Politik Menuju Kebangkitan Umat Manusia*

Dilihat dari definisi Politik Yang merupakan pengaturan urusan masyarakat di dalam dan luar negeri, berupa pelaksanan aturan-aturan yang membangun masyarakat dan penyebarluasan ideologi ke luar negeri serta fungsi kontrol yang dijalankan oleh masyarakat. Maka sudah jelas bahwa jika kekuasaan Politik dijalankan sabagaimana mestinya dan kontrol masyarakat berjalan maka sebuah negara mampu membawa masyarakatnya menjadi masyarakat yang bangkit dan membangkitkan umat manusia.

Bahkan meski sebuah negara atau individu beraktivitas politik dengan mengemban ideologi yang keliru. Maka pengembanannya terhadap ideologi tersebut akan mampu membawanya pada kebangkitan, walaupun bisa jadi hanyalah sebuah kebangkitan yang semu.

Jika ditanya kepada kita, apakah kita ingin bangkit dengan kebangkitan yang semu atau kebangkitan yang hakiki? Maka tentu kita akan menjawab dan memilih untuk bangkit dengan kebangkitan yang hakiki.

Nah, jika kita ingin bangkit dengan kebangkitan yang hakiki maka kita harus terlebih dahulu memahami kapan kebangkitan hakiki akan kita peroleh.
Kebangkitan Hakiki akan diperoleh saat seseorang ditopang oleh negara mengemban sebuah ideologi yang benar.

Jika yang diemban adalah ideologi yang salah maka yang muncul hanyalah kebangkitan yang semu.
Ideologi adalah sebuah pemikiran mendasar tentang kehidupan yang dari pemikiran mendasar tersebut lahirlah berbagai pemikiran cabang terkait solusi atas berbagai problematika kehidupan, bagaimana cara melaksanakan pemikiran tersebut, bagaimana cara menjaganya dan bagaimana cara mengemban atau menyebarluaskannya.