Didalam kitab مغني المحتاج :
(ﻓﺎﻷﺻﺢ ﺃﻧﻪ ﻳﻮاﻓﻘﻬﻢ) ﻭﺟﻮﺑﺎ (ﻓﻲ اﻟﺼﻮﻡ ﺁﺧﺮا) ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻗﺪ ﺃﺗﻢ ﺛﻼﺛﻴﻦ؛ ﻷﻧﻪ ﺑﺎﻻﻧﺘﻘﺎﻝ ﺇﻟﻰ ﺑﻠﺪﻫﻢ ﺻﺎﺭ ﻭاﺣﺪا ﻣﻦﻫﻢ ﻓﻴﻠﺰﻣﻪ ﺣﻜﻤﻬﻢ. ﻭﺭﻭﻱ ﺃﻥ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺃﻣﺮ ﻛﺮﻳﺒﺎ ﺑﺬﻟﻚ.
" Pandangan al-Ashah bahawa wajib dia bersama mereka (orang ramai) pada puasa penghujung walaupun dia telah menyempurnakan 30 hari, kerana sesungguhnya dengan sebab berpindah kepada negeri mereka jadilah dia seumpama mereka, maka hukum mereka itu wajib atasnya juga. Dan diriwayat bahawa Ibnu Abbas memerintahkan kepada Kuraib perkara tersebut"
.
.
KESIMPULAN
Rakyat Malaysia yang berada di Negara yang berpuasa Ramadhan bermula hari Sabtu apabila mereka pulang ke Malaysia pada penghujung Ramadhan maka wajib atas mereka berpuasa dan berhari raya bersama dengan penduduk Malaysia walaupun dia akan berpuasa selama 31 hari.
.
.
والله أعلم بالصواب
Oleh:
Ustaz Abu Usamah Mohd Hanapiah bin Hj Hussin
(ﻓﺎﻷﺻﺢ ﺃﻧﻪ ﻳﻮاﻓﻘﻬﻢ) ﻭﺟﻮﺑﺎ (ﻓﻲ اﻟﺼﻮﻡ ﺁﺧﺮا) ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻗﺪ ﺃﺗﻢ ﺛﻼﺛﻴﻦ؛ ﻷﻧﻪ ﺑﺎﻻﻧﺘﻘﺎﻝ ﺇﻟﻰ ﺑﻠﺪﻫﻢ ﺻﺎﺭ ﻭاﺣﺪا ﻣﻦﻫﻢ ﻓﻴﻠﺰﻣﻪ ﺣﻜﻤﻬﻢ. ﻭﺭﻭﻱ ﺃﻥ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺃﻣﺮ ﻛﺮﻳﺒﺎ ﺑﺬﻟﻚ.
" Pandangan al-Ashah bahawa wajib dia bersama mereka (orang ramai) pada puasa penghujung walaupun dia telah menyempurnakan 30 hari, kerana sesungguhnya dengan sebab berpindah kepada negeri mereka jadilah dia seumpama mereka, maka hukum mereka itu wajib atasnya juga. Dan diriwayat bahawa Ibnu Abbas memerintahkan kepada Kuraib perkara tersebut"
.
.
KESIMPULAN
Rakyat Malaysia yang berada di Negara yang berpuasa Ramadhan bermula hari Sabtu apabila mereka pulang ke Malaysia pada penghujung Ramadhan maka wajib atas mereka berpuasa dan berhari raya bersama dengan penduduk Malaysia walaupun dia akan berpuasa selama 31 hari.
.
.
والله أعلم بالصواب
Oleh:
Ustaz Abu Usamah Mohd Hanapiah bin Hj Hussin
Facebook
Log in or sign up to view
See posts, photos and more on Facebook.
Mengusap Wajah Setelah Salam, Betulkah Bidah?
Sejak di pondok saya mempelajari kitab Fikih Syafi'i tentang salat belum menjumpai sunah haiat mengusap wajah setelah salam.
Mengusap wajah setelah salam ada dua macam:
1. Mengusap Karena Ada Bekas Tanah Di Kening
ﻋﻦ ﺑﺮﻳﺪﺓ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻗﺎﻝ: " «ﺛﻼﺙ ﻣﻦ اﻟﺠﻔﺎء: ﺃﻥ ﻳﺒﻮﻝ اﻟﺮﺟﻞ ﻭﻫﻮ ﻗﺎﺋﻢ، ﺃﻭ ﻳﻤﺴﺢ ﺟﺒﻬﺘﻪ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﻳﻓﺮﻍ ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻪ، ﺃﻭ ﻳﻨﻔﺦ ﻓﻲ ﺳﺠﻮﺩﻩ» ".
ﺭﻭاﻩ اﻟﺒﺰاﺭ ﻭاﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ ﻓﻲ اﻷﻭﺳﻂ ﻭﺭﺟﺎﻝ اﻟﺒﺰاﺭ ﺭﺟﺎﻝ اﻟﺼﺤﻴﺢ.
Dari Buraidah bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda: "Tiga hal yang tidak baik, kencing berdiri, mengusap dahi sebelum selesai salat dan meniup tempat sujud" (HR Al-Bazzar dan Thabrani. Para perawi Al-Bazzar adalah perawi sahih)
Namun mengusap kening atau wajah setelah salat tidak sampai dilarang sebagaimana disampaikan oleh Syekh Ibnu Rajab Al-Hambali:
ﻭﺭﻭﻯ اﻟﻤﻴﻤﻮﻧﻲ، ﻋﻦ ﺃﺣﻤﺪ، ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻥ اﺫا ﻓﺮﻍ ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻪ ﻣﺴﺢ ﺟﺒﻴﻨﻪ.
Al-Maimuni meriwayatkan bahwa Ahmad bin Hambal jika selesai salat beliau mengusap keningnya (Fathul Bari, 3/360)
Ada pula ulama hadis yang memakruhkan seperti Imam An-Nasa'i yang menulis Bab:
باب ترك مسح الوجه بعد التسليم
"Bab tidak mengusap wajah setelah salam." An-Nasa'i kemudian menyampaikan hadis bahwa setelah salam masih terlihat bekas kerikil dan air di kening Nabi. Sebab zaman Nabi kalau salat langsung ke tanah.
Tapi para ulama ahli hadis tidak menyebut bidah.
2. Mengusap Wajah Sambil Berdoa
ﻭَﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲِ ﺑْﻦِ ﻣَﺎﻟِﻚٍ: «ﺃَﻥَّ اﻟﻨَّﺒِﻲَّ - ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ - ﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَا ﺻَﻠَّﻰ ﻭَﻓَﺮَﻍَ ﻣِﻦْ ﺻَﻼَﺗِﻪِ ﻣَﺴَﺢَ ﺑﻴﻤﻴﻨﻪ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﺃْﺳِﻪِ ﻭَﻗَﺎﻝَ: " ﺑِﺴْﻢِ اﻟﻠَّﻪِ اﻟَّﺬِﻱ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﻫُﻮَ اﻟﺮَّﺣْﻤَﻦُ اﻟﺮَّﺣِﻴﻢُ، اﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺫْﻫِﺐْ ﻋَﻨِّﻲ اﻟْﻬَﻢَّ ﻭَاﻟْﺤَﺰَﻥَ» ".
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam setelah selesai dari shalat maka beliau mengusap kepala dengan tangan kanan dan berdoa: "Dengan nama Allah yang tiada Tuhan selain Allah, maha Rahman dan Rahim. Ya Allah hilangkan susah dan sedih dariku"
ﻭَﻓِﻲ ﺭِﻭَاﻳَﺔٍ: «ﻣَﺴَﺢَ ﺟَﺒْﻬَﺘَﻪُ ﺑِﻴَﺪِﻩِ اﻟْﻴُﻤْﻨَﻰ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻓِﻴﻬَﺎ: " اﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺫْﻫِﺐْ ﻋَﻨِّﻲ اﻟْﻬَﻢَّ ﻭَاﻟْﺤَﺰَﻥَ».
Dalam riwayat lain Nabi mengusap kening/ dahi dan berdoa: "Ya Allah hilangkan susah dan sedih dariku"
Terkait status hadis ini berikut penilaian Al-Hafidz Al-Haitsami:
ﺭَﻭَاﻩُ اﻟﻄَّﺒَﺮَاﻧِﻲُّ ﻓِﻲ اﻷَْﻭْﺳَﻂِ، ﻭَاﻟْﺒَﺰَّاﺭُ ﺑِﻨَﺤْﻮِﻩِ ﺑِﺄَﺳَﺎﻧِﻴﺪَ، ﻭَﻓِﻴﻪِ ﺯَﻳْﺪٌ اﻟْﻌَﻤِّﻲُّ، ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺛَّﻘَﻪُ ﻏَﻴْﺮُ ﻭَاﺣِﺪٍ، ﻭَﺿَﻌَّﻔَﻪُ اﻟْﺠُﻤْﻬُﻮﺭُ، ﻭَﺑَﻘِﻴَّﺔُ ﺭِﺟَﺎﻝِ ﺃَﺣَﺪِ ﺇِﺳْﻨَﺎﺩَﻱِ اﻟﻄَّﺒَﺮَاﻧِﻲِّ ﺛِﻘَﺎﺕٌ، ﻭَﻓِﻲ ﺑَﻌْﻀِﻬِﻢْ ﺧِﻼَﻑٌ.
HR Thabrani dan Bazzar dengan beberapa sanad. Di dalamnya ada Zaid Al-Ammi, lebih dari 1 ulama menilai terpercaya dan kebanyakan ulama menilai dhaif. Perawi lain dari 2 sanad Thabrani adalah terpercaya, sebagiannya diperselisihkan. (Majma' Az-Zawaid)
Sementara bagi ahli hadisnya Salafi, Syekh Albani, hadis-hadis di atas nilai sangat dhaif semua. Kecuali satu riwayat berikut yang masuk kategori daif yang masih boleh diamalkan:
(ﻛﺎﻥ ﺇﺫا اﻧﺼﺮﻑ ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻪ ﻣﺴﺢ ﺟﺒﻬﺘﻪ ﺑﻴﺪﻩ اﻟﻴﻤﻨﻰ ﻭﻗﺎﻝ: ﺑﺎﺳﻢ اﻟﻠﻪ اﻟﺬﻱ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﻫﻮ ﻋﺎﻟﻢ اﻟﻐﻴﺐ ﻭاﻟﺸﻬﺎﺩﺓ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ، اﻟﻠﻬﻢ! ﺃﺫﻫﺐ ﻋﻨﻲ اﻟﻬﻢ ﻭاﻟﺤﺰﻥ) .
Jika Nabi selesai salat maka mengusap keningnya dengan tangan kanan dan berdoa: "Dengan nama Allah, yang tiada Tuhan selain Allah, yang maha tahu alam gaib dan alam nyata. Maha pengasih dan penyayang. Ya Allah hilangkan susah dan sedih dariku"
Syekh Albani mengatakan:
ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺃﺳﻠﻢ اﻟﻮاﺳﻄﻲ ﻓﻲ "ﺗﺎﺭﻳﺨﻪ"
Hadis riwayat Aslam Al-Wasithi dalam Tarikhnya
ﻗﻠﺖ: ﻭﻫﺬا ﺇﺳﻨﺎﺩ ﺿﻌﻴﻒ ﻣﺮﺳﻞ، ﻭﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﻗﻴﺲ ﺟﻤﻊ ﻣﻦ اﻟﺘﺎﺑﻌﻴﻦ ﻓﻤﻦ ﺩﻭﻧﻬﻢ، ﻭﻟﻢ ﺃﻋﺮﻑ ﻫﺬا ﻣﻦ ﺑﻴﻨﻬﻢ.
Sanadnya daif secara Mursal. Amr bin Qais mengumpulkan dari Tabiin dan sesudahnya. Saya tidak tahu ini dari mereka
ﻭﻋﻨﺒﺴﺔ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻮاﺳﻄﻲ؛ ﻟﻢ ﺃﺟﺪﻩ.
Anbasah bin Abdul Wasithi, saya tidak mengetahuinya (Silsilah Dhaifah, 8/378)
Pada intinya mengusap wajah setelah salam boleh saja terlebih jika disertai dengan membaca doa tersebut, sebagaimana hadis ini disampaikan oleh Imam Nawawi di kitab Al-Adzkar 1/73.
KH Ma'ruf Khozin NU Jatim
Sejak di pondok saya mempelajari kitab Fikih Syafi'i tentang salat belum menjumpai sunah haiat mengusap wajah setelah salam.
Mengusap wajah setelah salam ada dua macam:
1. Mengusap Karena Ada Bekas Tanah Di Kening
ﻋﻦ ﺑﺮﻳﺪﺓ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻗﺎﻝ: " «ﺛﻼﺙ ﻣﻦ اﻟﺠﻔﺎء: ﺃﻥ ﻳﺒﻮﻝ اﻟﺮﺟﻞ ﻭﻫﻮ ﻗﺎﺋﻢ، ﺃﻭ ﻳﻤﺴﺢ ﺟﺒﻬﺘﻪ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﻳﻓﺮﻍ ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻪ، ﺃﻭ ﻳﻨﻔﺦ ﻓﻲ ﺳﺠﻮﺩﻩ» ".
ﺭﻭاﻩ اﻟﺒﺰاﺭ ﻭاﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ ﻓﻲ اﻷﻭﺳﻂ ﻭﺭﺟﺎﻝ اﻟﺒﺰاﺭ ﺭﺟﺎﻝ اﻟﺼﺤﻴﺢ.
Dari Buraidah bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda: "Tiga hal yang tidak baik, kencing berdiri, mengusap dahi sebelum selesai salat dan meniup tempat sujud" (HR Al-Bazzar dan Thabrani. Para perawi Al-Bazzar adalah perawi sahih)
Namun mengusap kening atau wajah setelah salat tidak sampai dilarang sebagaimana disampaikan oleh Syekh Ibnu Rajab Al-Hambali:
ﻭﺭﻭﻯ اﻟﻤﻴﻤﻮﻧﻲ، ﻋﻦ ﺃﺣﻤﺪ، ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻥ اﺫا ﻓﺮﻍ ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻪ ﻣﺴﺢ ﺟﺒﻴﻨﻪ.
Al-Maimuni meriwayatkan bahwa Ahmad bin Hambal jika selesai salat beliau mengusap keningnya (Fathul Bari, 3/360)
Ada pula ulama hadis yang memakruhkan seperti Imam An-Nasa'i yang menulis Bab:
باب ترك مسح الوجه بعد التسليم
"Bab tidak mengusap wajah setelah salam." An-Nasa'i kemudian menyampaikan hadis bahwa setelah salam masih terlihat bekas kerikil dan air di kening Nabi. Sebab zaman Nabi kalau salat langsung ke tanah.
Tapi para ulama ahli hadis tidak menyebut bidah.
2. Mengusap Wajah Sambil Berdoa
ﻭَﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲِ ﺑْﻦِ ﻣَﺎﻟِﻚٍ: «ﺃَﻥَّ اﻟﻨَّﺒِﻲَّ - ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ - ﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَا ﺻَﻠَّﻰ ﻭَﻓَﺮَﻍَ ﻣِﻦْ ﺻَﻼَﺗِﻪِ ﻣَﺴَﺢَ ﺑﻴﻤﻴﻨﻪ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﺃْﺳِﻪِ ﻭَﻗَﺎﻝَ: " ﺑِﺴْﻢِ اﻟﻠَّﻪِ اﻟَّﺬِﻱ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﻫُﻮَ اﻟﺮَّﺣْﻤَﻦُ اﻟﺮَّﺣِﻴﻢُ، اﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺫْﻫِﺐْ ﻋَﻨِّﻲ اﻟْﻬَﻢَّ ﻭَاﻟْﺤَﺰَﻥَ» ".
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam setelah selesai dari shalat maka beliau mengusap kepala dengan tangan kanan dan berdoa: "Dengan nama Allah yang tiada Tuhan selain Allah, maha Rahman dan Rahim. Ya Allah hilangkan susah dan sedih dariku"
ﻭَﻓِﻲ ﺭِﻭَاﻳَﺔٍ: «ﻣَﺴَﺢَ ﺟَﺒْﻬَﺘَﻪُ ﺑِﻴَﺪِﻩِ اﻟْﻴُﻤْﻨَﻰ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻓِﻴﻬَﺎ: " اﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺫْﻫِﺐْ ﻋَﻨِّﻲ اﻟْﻬَﻢَّ ﻭَاﻟْﺤَﺰَﻥَ».
Dalam riwayat lain Nabi mengusap kening/ dahi dan berdoa: "Ya Allah hilangkan susah dan sedih dariku"
Terkait status hadis ini berikut penilaian Al-Hafidz Al-Haitsami:
ﺭَﻭَاﻩُ اﻟﻄَّﺒَﺮَاﻧِﻲُّ ﻓِﻲ اﻷَْﻭْﺳَﻂِ، ﻭَاﻟْﺒَﺰَّاﺭُ ﺑِﻨَﺤْﻮِﻩِ ﺑِﺄَﺳَﺎﻧِﻴﺪَ، ﻭَﻓِﻴﻪِ ﺯَﻳْﺪٌ اﻟْﻌَﻤِّﻲُّ، ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺛَّﻘَﻪُ ﻏَﻴْﺮُ ﻭَاﺣِﺪٍ، ﻭَﺿَﻌَّﻔَﻪُ اﻟْﺠُﻤْﻬُﻮﺭُ، ﻭَﺑَﻘِﻴَّﺔُ ﺭِﺟَﺎﻝِ ﺃَﺣَﺪِ ﺇِﺳْﻨَﺎﺩَﻱِ اﻟﻄَّﺒَﺮَاﻧِﻲِّ ﺛِﻘَﺎﺕٌ، ﻭَﻓِﻲ ﺑَﻌْﻀِﻬِﻢْ ﺧِﻼَﻑٌ.
HR Thabrani dan Bazzar dengan beberapa sanad. Di dalamnya ada Zaid Al-Ammi, lebih dari 1 ulama menilai terpercaya dan kebanyakan ulama menilai dhaif. Perawi lain dari 2 sanad Thabrani adalah terpercaya, sebagiannya diperselisihkan. (Majma' Az-Zawaid)
Sementara bagi ahli hadisnya Salafi, Syekh Albani, hadis-hadis di atas nilai sangat dhaif semua. Kecuali satu riwayat berikut yang masuk kategori daif yang masih boleh diamalkan:
(ﻛﺎﻥ ﺇﺫا اﻧﺼﺮﻑ ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻪ ﻣﺴﺢ ﺟﺒﻬﺘﻪ ﺑﻴﺪﻩ اﻟﻴﻤﻨﻰ ﻭﻗﺎﻝ: ﺑﺎﺳﻢ اﻟﻠﻪ اﻟﺬﻱ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﻫﻮ ﻋﺎﻟﻢ اﻟﻐﻴﺐ ﻭاﻟﺸﻬﺎﺩﺓ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ، اﻟﻠﻬﻢ! ﺃﺫﻫﺐ ﻋﻨﻲ اﻟﻬﻢ ﻭاﻟﺤﺰﻥ) .
Jika Nabi selesai salat maka mengusap keningnya dengan tangan kanan dan berdoa: "Dengan nama Allah, yang tiada Tuhan selain Allah, yang maha tahu alam gaib dan alam nyata. Maha pengasih dan penyayang. Ya Allah hilangkan susah dan sedih dariku"
Syekh Albani mengatakan:
ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺃﺳﻠﻢ اﻟﻮاﺳﻄﻲ ﻓﻲ "ﺗﺎﺭﻳﺨﻪ"
Hadis riwayat Aslam Al-Wasithi dalam Tarikhnya
ﻗﻠﺖ: ﻭﻫﺬا ﺇﺳﻨﺎﺩ ﺿﻌﻴﻒ ﻣﺮﺳﻞ، ﻭﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﻗﻴﺲ ﺟﻤﻊ ﻣﻦ اﻟﺘﺎﺑﻌﻴﻦ ﻓﻤﻦ ﺩﻭﻧﻬﻢ، ﻭﻟﻢ ﺃﻋﺮﻑ ﻫﺬا ﻣﻦ ﺑﻴﻨﻬﻢ.
Sanadnya daif secara Mursal. Amr bin Qais mengumpulkan dari Tabiin dan sesudahnya. Saya tidak tahu ini dari mereka
ﻭﻋﻨﺒﺴﺔ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻮاﺳﻄﻲ؛ ﻟﻢ ﺃﺟﺪﻩ.
Anbasah bin Abdul Wasithi, saya tidak mengetahuinya (Silsilah Dhaifah, 8/378)
Pada intinya mengusap wajah setelah salam boleh saja terlebih jika disertai dengan membaca doa tersebut, sebagaimana hadis ini disampaikan oleh Imam Nawawi di kitab Al-Adzkar 1/73.
KH Ma'ruf Khozin NU Jatim
Antara istilah yang digunakan di dalam kitab² fiqh mazhab Syafi’I termasuk kitab al-Umm adalah ‘Khilāf al-Sunnat’ (خلاف السنّة) dan ‘Mā Laisa Bi Sunnat’ (ما ليس بسنّة). Terjemahan literal bagi kedua² istilah ini ialah ‘Menyalahi Sunnah’ dan ‘Sesuatu yang bukan sunnah’.
Namun begitu, apabila merujuk maksudnya sebenar fuqaha Syafi’iyyah dalam penggunaan kedua² terma tersebut bukanlah menurut makna zahir atau literal. Ia sebenarnya menjurus kepada makna² hukum taklifi. Menurut Sheikh Abdul Hamid al-Syarawani di dalam karyanya ‘Hasyiah Tuhfah al-Muhtaj’:
وقال عبد الرءوف في شرح مختصر الإيضاح الفرق بينهما أن خلاف الأولى من أقسام المنهي عنه وخلاف السنة لا نهي فيه
Maksudnya: “Menurut (Imam) Abdul Ra'uf di dalam Syarḥ Mukhtaṣar al-Idāḥ, "Perbezaan antara kedua2nya bahawa ‘Khilaf Awla’ termasuk dalam bahagian perkara yang dilarang (tetapi tidak sampai tahap haram), manakala ’Khilaf Sunnah’ tidak termasuk dalam larangan".”
Maksud yang lebih jelas lagi bahawa makna ‘Khilaf al-Awla’ sesuatu perkara afdal ditinggalkan, atau menurut sebahagian ulama ia merujuk kepada makna makruh yang ringan. Manakala ‘Khilaf al-Sunnah’ hukumnya lebih ringan berbanding ‘Khilaf al-Awla’.
Ada juga sebahagian ulama Syafi’iyyah menyamakan istilah Khilaf Sunnah sama maknanya dengan Khilaf Awla, antaranya Imam Ibn Hajar al-Haitami sepertimana perbahasan yang beliau rungkaikan tentang hukum bacaan surah selepas al-Fatihah pada rakaat ketiga dan keempat hukumnya bukan Khilaf Awla dan Khilaf Sunnah. Hukumnya yang tepat menurut beliau ialah bukan sunnah (ليست بسنة).
Manakala istilah ‘Ma Laisa Bi Sunnah’ (ما ليس بسنة) makna yang sebenarnya adalah harus (mubah) sepertimana yang dijelaskan oleh Imam al-Kurdi. Oleh hukumnya di sini lebih ringan dari Khilaf Awla dan Sunnah kerana ia tidak termasuk dalam larangan syarak.
Kesimpulannya, sebelum membaca kitab² turath fiqh mazhab perlu diketahui peri pentingnya memahami istilah² digunakan fuqaha di dalam kitab² mereka. Sudah tentu istilah² tersebut tidak boleh difahami secara literal meskipun seseorang itu mempunyai kemahiran bahasa Arab yang sangat tinggi. Jikalau hanya berpandukan kamus Arab biasa, ia bakal melahirkan pemahaman yang salah terhadap teks kitab.
Bayangkan jika perkara tertentu dihukumkan sebagai menyalahi afdaliyyah (bukan haram dan bukan makruh), tiba² ada yang menunggang istilah yang disebut di atas sebagai amalan bidaah kerana menyalahi sunnah.
Wallahu A'lam
Dr. Ustaz Syed Shahridzan Ba ‘Alawi
Namun begitu, apabila merujuk maksudnya sebenar fuqaha Syafi’iyyah dalam penggunaan kedua² terma tersebut bukanlah menurut makna zahir atau literal. Ia sebenarnya menjurus kepada makna² hukum taklifi. Menurut Sheikh Abdul Hamid al-Syarawani di dalam karyanya ‘Hasyiah Tuhfah al-Muhtaj’:
وقال عبد الرءوف في شرح مختصر الإيضاح الفرق بينهما أن خلاف الأولى من أقسام المنهي عنه وخلاف السنة لا نهي فيه
Maksudnya: “Menurut (Imam) Abdul Ra'uf di dalam Syarḥ Mukhtaṣar al-Idāḥ, "Perbezaan antara kedua2nya bahawa ‘Khilaf Awla’ termasuk dalam bahagian perkara yang dilarang (tetapi tidak sampai tahap haram), manakala ’Khilaf Sunnah’ tidak termasuk dalam larangan".”
Maksud yang lebih jelas lagi bahawa makna ‘Khilaf al-Awla’ sesuatu perkara afdal ditinggalkan, atau menurut sebahagian ulama ia merujuk kepada makna makruh yang ringan. Manakala ‘Khilaf al-Sunnah’ hukumnya lebih ringan berbanding ‘Khilaf al-Awla’.
Ada juga sebahagian ulama Syafi’iyyah menyamakan istilah Khilaf Sunnah sama maknanya dengan Khilaf Awla, antaranya Imam Ibn Hajar al-Haitami sepertimana perbahasan yang beliau rungkaikan tentang hukum bacaan surah selepas al-Fatihah pada rakaat ketiga dan keempat hukumnya bukan Khilaf Awla dan Khilaf Sunnah. Hukumnya yang tepat menurut beliau ialah bukan sunnah (ليست بسنة).
Manakala istilah ‘Ma Laisa Bi Sunnah’ (ما ليس بسنة) makna yang sebenarnya adalah harus (mubah) sepertimana yang dijelaskan oleh Imam al-Kurdi. Oleh hukumnya di sini lebih ringan dari Khilaf Awla dan Sunnah kerana ia tidak termasuk dalam larangan syarak.
Kesimpulannya, sebelum membaca kitab² turath fiqh mazhab perlu diketahui peri pentingnya memahami istilah² digunakan fuqaha di dalam kitab² mereka. Sudah tentu istilah² tersebut tidak boleh difahami secara literal meskipun seseorang itu mempunyai kemahiran bahasa Arab yang sangat tinggi. Jikalau hanya berpandukan kamus Arab biasa, ia bakal melahirkan pemahaman yang salah terhadap teks kitab.
Bayangkan jika perkara tertentu dihukumkan sebagai menyalahi afdaliyyah (bukan haram dan bukan makruh), tiba² ada yang menunggang istilah yang disebut di atas sebagai amalan bidaah kerana menyalahi sunnah.
Wallahu A'lam
Dr. Ustaz Syed Shahridzan Ba ‘Alawi
Facebook
Log in or sign up to view
See posts, photos and more on Facebook.