Kajian Kitab al-Fawaidul Mukhtaroh
3.78K subscribers
5 photos
5 videos
2 files
50 links
Kitab yang ditulis Al Habib Ali bin Hasan Baharun ini adalah salah satu kitab yang berisi kumpulan hikmah dan ilmu yang sangat penting yang didengar dari Gurunya Al-Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith dalam masa belajarnya di Madinah dan referensi lainnya.
Download Telegram
*Footnote 11*
_________

*Penyebab Imam Ghozali mendapatkan Futuh dan Ilmu Ladunni*

Imam Ghozali pergi menemui Syeh Al-Khorrozi,maka beliau berkata kepada Syeh Al-Khorozi : Wahai Syeh Sayyidii aku ingin menimba ilmu darimu,
Maka Syeh Al-Khorozi pun berkata : Saya hawatir kamu tidak akan mampu melaksanakan perintahku.

Maka Imam Ghozali pun kemudian berkata: In Syaa Allah saya kuat melaksanakan perintahmu wahai Syeh...
Maka Syeh Al-khorozi pun menyuruh Imam Ghozali untuk membersihkan (menyapu) tanah seraya mengatakan: Sapulah/bersihkanlah tanah ini !

Ketika Imam Ghozali hendak menyapu/membersihkannya menggunakan Sapu maka Syeh Al-Khorozi pun menyuruhnya agar Imam Ghozali membersihkannya dengan menggunakan tangan (tanpa alat/sapu),lalu beliau (Imam Ghozali) menyapu/membersihkan tanah itu menggunakan tangan kosong,kemudian Imam Ghzoali melihat begitu banyak sekali kotoran berserakan ditanah tersebut,

Kemudian Syeh Al-Khorozi pun berkata: Bersihkan/sapulah kotoran-kotoran ini menggunakan tanganmu (tanpa alat/sapu)!

Ketika Imam Ghozali akan menyingsingkan bajunya (biar tidak kotor-red) maka Syeh Al-Khorozi pun berkata: Bersihkan kotoran itu tanpa kamu harus melepas/menyingsingkan baju!

Maka ketika Imam Ghozali membersihkan kotoran-kotoran itu dengan hati yang Ridlo/bombong/legowo maka Justru Syeh Al-Khorozi mencegahnya dan memerintahkan Imam Ghozali untuk pulang kerumahnya,

Dan tatkala Imam Ghozali kembali melanjutkan belajar mengajar dimadrasahnya ( tempat mengajarkan ilmu para santri) maka beliau berkata kepada para Manusia :Ditempat ini kita bermain bersama anak-anak ,

Allah SWT telah memberikan Ilmu laduni kepada Imam Ghozali,dan pada saat itu beliau melihat bahwasanya semua ilmu yang telah dia ajarkan kepada manusia sangatlah hina/rendah (tidak ada apa-apanya) ketika dibandingkan dengan Ilmu Laduni yang telah Allah curahkan kedalam hati beliau tanpa melalui Kasab dan susah payah yang dialami oleh beliau (tanpa melalui belajar).

Kesimpulan dan hikmah dari kisah diatas adalah :

Bahwasanya kunci utama futuh,keberkahan dan kemanfaatan sebuah Ilmu adalah keikhlasan dan Ridlo dalam berkhidmah/mengabdi kepada guru,sabar dan kuat serta taat kepada perintah-perintah guru.

والله أعلم بالصواب.

Kitab Maroqil ubudiyyah Syarah kitab Bidayatul Hidayah halaman 85-86.

...فذهب الإمام الى الشيخ الخرازى فقال له: يا سيدى أريد أن أخذ العلم منك, فقال : لعلك لا تطيق إطاقة أمرى,فقال : إن شاء الله تعالى أطيق ذلك, فقال اكنس هذه الأرض !,فلما أراد الإمام أن يكنسها بالمكنس أمره بكنسها بيده فكنسها بيده, ثم رأى عذرة كثيرة جدا فى الأرض ,فقال ذلك الشيخ اكنس هذه العذرة ,فلما اراد الإمام أن يفسخ ثيابه قال له الشيخ : اكنسها مع ما انت عليه من اللباس, فلما أراد ان يكنسها برضا قلب نهاه الشيخ عن الكنس وامره بالرجوع الى بيته, فلما رجع الإمام وتعدى الى مدرسته وهو محل تعليم العلوم للطلبة فقال للناس فى هذا محل تلاعبنا مع الصبيان وقد أعطاه الله تعالى العلوم اللدنية وصار حينئذ يرى أن جميع العلوم اللتى علمها للناس حقيرة بالنسبة لهذه العلوم اللتى أفاضها الله تعالى على قلبه من غير كسب وتعب منه رضي الله عنه.
*Footnote 12*
________

Imam Al-Ghazali menjadi imam dalam solat Ashar di sebuah masjid, Beliau baru saja mengajarkan hukum thaharah bagi wanita yang haid.

Tanpa disadari, Beliau saat sholat teringat kepada wanita yang sedang haid. Salah seorang yang menjadi makmum adalah adik kandung imam al-Ghazali.

Setelah selesai sholat, adik Imam Al-Ghozali menegur, "kenapa abang di rakaat kedua mengingat wanita yang lagi haid?"

Imam Al-Ghazali sangat terkejut, selaku orang yang sangat ahli dalam hukum Islam telah hafal Al-Qur'an dan ribuan hadis, telah berpuluh tahun menjadi imam baru sekarang mengetahui kekeliruannya selama ini.

Beliau berkata kepada adiknya, "Tajam sekali mata hatimu, mulai saat ini aku berguru kepada mu".

Imam Al-Ghazali yang terkenal akan ilmu syariatnya, perlu belajar lagi kepada adiknya yang ahli Tarekat Tasawuf Ahlus Shufi, bagaimana menjadi seorang Imam yang sah.
*Footnote 13*
_________

Imam Al-Ghozali dalam salah satu kitabnya, yaitu Ihya' Ulum al-Din menceritakan bahwa suatu saat ketika ia mengarang kitab ada seekor lalat yang terbang mendekat dan hinggap di tinta penanya. pertama al-Ghozali bermaksud mengusir lalat tersebut karena merasa terganggu.

Namun kemudian ia sadar bahwa lalat tersebut sedang kehausan, maka dibiarkanlah lalat itu minum sepuasnya dari tinta al-Ghozali setelah lalat tersebut hilang dahaganya, ia lantas terbang entah kemana.

Malam harinya al-Ghozali bermimpi bahwa ia dihisab di padang mahsyar dan pengadilan akhirat memutuskan untuk memasukkan al-Ghozali di surga. saat itulah muncul suara yang menggema dan berwibawa; "Wahai Ghozali, menurutmu amal apa yang menyebabkan engkau masuk golongan ahli surga?"

al-Ghozali menjawab; "Engkau lebih tahu ya, Alloh tetapi kalau aku boleh menebak, maka kitab-kitab karangankulah yang menyebabkan semua ini."

Suara itu berkata; "Bukan wahai Ghozali, karanganmu memang banyak, kitabmu berjilid-jilid, tetapi yang menyebabkan beratnya timbangan pahalamu adalah seekor lalat yang Engkau biarkan minum ketika ia kehausan."

Sekelumit kisah yang akhirnya diabadikan al-Ghozali dalam ihya' tersebut memberi kita hikmah bahwa hanya karena membiarkan lalat yang kehausan untuk minum saja menjadikan sebab seseorang masuk surga, apalagi memberi shodaqoh bagi sesama yang benar-benar membutuhkan.
*SEPUTAR ADAB*

*Materi ke 39 hal. 68 - 70*


بسم الله الرحمن الرحيم
1- Ibnu Mubarok berkata: *Sedikit dari adab lebih kita butuhkan daripada ilmu yang banyak*. <alManhaj asSawiy: 197> keterangan senada di <ar-Risalah alQusyairiyyah: 285>

2- Imam Syafi'i rohimahullah berkata: "Imam Malik rohimahullah berkata kepadaku:
يامحمد، اجعل علمك ملحا وادبك دقيقا
Wahai muhammad, jadikanlah ilmumu bagaikan garam dan adabmu sebagai tepungnya". (Sebagaimana dalam pembuatan kue, tepungnya lebih banyak daripada garam, begitupula adab sudah seharusnya lebih banyak daripada ilmu.) <alManhaj asSawiy: 198> keterangan senada di <Tanbihul Mughtarrin: 13>

3- Ibnu Mubarok berkata: "Barang siapa meremehkan adab, akan dibalas dengan diharamkannya dia melakukan sunnah. Dan barang siapa meremehkan sunnah, maka akan dibalas dengan diharamkan baginya melaksanakan kewajiban-kewajiban. Dan barang siapa meremehkan yang wajib akan dibalas dengan diharamkannya ma'rifat Allah". <alManhaj as Sawiy: 197> keterangan senada di <Ta'limul Muta'allim: 40>

4- Diceritakan dari Abi Yazid Albushtomy, beliau hendak mengunjungi seseorang yang terkenal dengan kebaikannya, maka beliau menunggunya di masjid, Kemudian orang itu keluar dan membuang dahaknya ke tembok masjid. Melihat itu, akhirnya beliau kembali dan tidak berkumpul dengannya dan berkata: "Orang yang tidak menjaga adab tidak akan diberi amanat atas sir (rahasia) Allah". <alManhaj as Sawiy: 198> keterangan senada di <alJawahir allu 'luiyyah: 347>

5- Rasulullah bersabda:
ما فضلكم ابو بكر بفضل صوم ولا صلاة ولكن بشيء وقر فى قلبه
*Tidaklah Abu Bakar mengungguli kalian dengan banyak puasa dan sholat, akan tetapi dengan sesuatu yang menetap di hatinya (daripada iman, keyakinan dan adabnya kepada Allah dan Rasulnya)"*. <Kasyful Khafa': 2/190>

6- Dihikiyatkan, ada dua orang pergi merantau untuk mencari ilmu. Merekapun belajar bersama-sama. Setelah berjalan bertahun- tahun, mereka kembali ke tanah kelahiran mereka. Salah satu dari mereka menjadi seorang faqih/alim fiqih, sedang satunya lagi tidak. Kemudian hal itu menarik perhatian ulama' ahli fiqih daerah itu, lalu mereka bertanya mengenai haliyah atau keadaan dua orang itu, dan tentang metode pengulangan dalam belajar, serta cara duduk mereka berdua di saat belajar, kemudian mereka mendapat informasi dari banyak orang, bahwasanya duduknya orang yang alim fiqih itu dalam ia belajar selalu menghadap qiblat dan negara mesir, tempat digapainya atau sumbernya ilmu. Sedangkan yang satunya dalarm belajarnya tidak menghadap ke arah qiblat dan wajahnya berpaling dari arah negara mesir. Atas hal itu, para ulama dan ahli fiqih sepakat, bahwa *orang yang alim fiqih itu menjadi alim fiqih, sebab berkahnya menghadap qiblat, karena hal itu merupakan sunahnya duduk*, terkecuali dalam kondisi terdesak (dhorurot), dan disebabkan lagi oleh berkahnya doa dari orang-orang di mesir tidaklah sepi dari orang-orang yang melakukan ibadah dan tidak sepi pula dari ahi kebajikan. Yang jelas, setiap malam hari pasti ada walaupun satu orang ahli ibadah yang mendoakan kepadanya.

7- Abdurrahman bin al-Qasim berkata: "Aku telah melayani Imam Malik selama 20 tahun, 2 tahun untuk ilmu dan 18 tahun untuk belajar adab. Andai saja dulu aku jadikan waktuku semua untuk adab". <alManhaj as Sawiy: 198> keterangan senada di <Tanbihul Mughtarrin :13>

8- Ketika Abu Hafs sampai ke Irak, Imam Junaid datang kepadanya, maka ia melihat teman-teman Abu Hafs berdiri di hadapannya (dengan penuh hormat) melaksanakan apa yang diperintahkannya, tidak melakukan kesalahan kepadanya seorang pun, dia berkata: "Wahai Aba Hafs, engkau telah mendidik teman-temanmu dengan didikan raja-raja". Lalu dia menjawab: "Tidak wahai Abu Qasim, akan tetapi baiknya adab zhahir merupakan tanda baiknya adab batin". <'Awariful Ma'drif: 5/142>

9- Ulama berbeda pendapat antara mendahulukan adab yang baik dan mentaati perintah. *Mendahulukan Adab yang baik adalah madzhabnya para muhaqqiqin,* di antaranya sayyidina Abu Bakar assiddiq ketika Nabi memerintahnya agar tidak mundur dalam mengimami sholat, akan tetapi beliau menolak. Dan
di antaranya, sayyidina Ali bin Abi Thalib ketika Nabi memerintahnya untuk menghapus lafadz "Rasulullah" , beliau menolak. Dan *melaksanakan perintah adalah madzhab kebanyakan ahli fiqh,* di antaranya sayyidina Abdurrahman bin Auf ketika Nabi terlambat sholat untuk bersuci, maka Abdurrahman sholat bersama yang lainnya menjadi imam, kemudian Nabi ﷺ datang dan mereka berada di rakaat kedua, ia hendak mundur tetapi Nabi melarangnya, maka dia menuruti perintah Nabi ﷺ. (atau yang semakna dengan pembahasan ini)

Rabu 25 Juli 2018
*Ubaidillah Arsyad Djaelani*


اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين
*Footnote 1*
_______

*Pendidikan akhlak dan buah mempelajarinya*

Imam Al-Ghazali menuliskan pengertian pendidikan akhlak di dalam kitabnya lhya 'Ulumuddin sebagai berikut:

اكتساب هذه الأخلاق بالمجاهدة والرياضة، واعنى به حمل النفس على الأعمال التى يقتضيها الخلق المطلوب

Usaha secara sungguh-sungguh dan berkelanjutan dalam mendorong jiwa manusia untuk berakhlakul karimah, sehingga terbentuklah akhlakul karimah pada diri manusia.

Pendidikan akhlak sangat mungkin dilakukan, walau ada sebagian orang yang memiliki anggapan bahwa tabiat dan akhlak manusia tidak mungkin dirubah sebagaimana bentuk tubuh manusia tidak dapat dirubah. Akan tetapi anggapan tersebut dibantah oleh Imam ghozali. Imam Ghozali berpendapat bahwa akhlak manusia bisa dirubah melalui pendidikan akhlak berdasarkan kepada kenyataan diutusnya Nabi Muhammad Savw yaitu untuk merubah akhlak yang buruk menuju akhlak yang baik.

Lalu Apa buah dari mempelajari pendidikan akhlak?

وثمرته صلاح القلب وسائر الحواس فى الدنيا والفوز على المراتب فى الاخرة

Hati dan seluruh panca indra pun jadi baik sehingga di dunia ataupun di akhirat mendapat kebahagiaan. <Taisiril Kholaq>

*Ubaidillah Arsyad Djaelani*
*Footnote 2*
_______
Imam Daril Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari adab? Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata,

بالأدب تفهم العلم
“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”

Adab itu lebih penting dari pada ilmu, karena bila ada orang yang berilmu namun tidak beradab, maka jelas ilmunya itu bukan karena Allah. Sebab ilmu yang karena Allah itu pasti akan menghantarkan kepada pemiliknya mencapai adab yang luar biasa secara lahir dan batin.

Bila ada orang yang punya banyak ilmu namun tidak beradab kepada guru dan teman-temannya, maka ilmunya itu kelak akan mengantarkan dia pada puncak kesombongannya, kemudian ilmunya itu akan mampu menjadi sebab kehancurannya.

Na'udzu billaahi min dzaalik..
*Footnote 3*
________

*PENTINGNYA ADAB*

Shalat di Masjid itu penting, tapi Adab dalam Masjid itu lebih penting. Shalat itu penting, namun Adab dalam Shalat itu lebih penting. Membaca Al Qur'an itu penting, namun Adab membaca Al Qur'an itu lebih penting.

*Karena Amalan tanpa Adab sedikit Keberkahannya.* Adab adalah menganggungkan segala sesuatu yang berhubungan dengan Agama.

Ibunda Imam Malik, pernah berpesan kepada putranya, "Wahai Malik, ambillah dari Gurumu Adabnya, sebelum Ilmunya".

Imam Malik berkata; Saat aku kecil ibuku pernah melilitkan sorban di kepalaku sambil berpesan: Wahai Malik, pergilah engkau kerumah Imam Robi'ah untuk menuntut ilmu tetapi hendaknya kau pelajari mengenai adab terlebih dahulu dari pada ilmu.

Salah seorang murid imam Malik berkata kepada anaknya; wahai anakku, ketahuilah bahwa kau pelajari satu bab tentang adab lebih aku suka dari pada kau pelajari 70 bab mengenai ilmu.

Sebagian murid Imam Malik berkata; Aku belajar kepada imam Malik selama 30 tahun, terlebih dahulu beliau berorientasi mendidik murid-muridnya selama 20 tahun terkait adab. Setelah itu baru mengajarkan ilmu selama 10 tahun.

Imam Abu Hanifah rodhiyallohu anhu lebih senang mempelajari kisah-kisah para ulama dibanding menguasai bab fiqih. Karena dari situ beliau banyak mempelajari adab:

ﺍﻟْﺤِﻜَﺎﻳَﺎﺕُ ﻋَﻦْ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﻭَﻣُﺠَﺎﻟَﺴَﺘِﻬِﻢْ ﺃَﺣَﺐُّ ﺇﻟَﻲَّ ﻣِﻦْ ﻛَﺜِﻴﺮٍ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻔِﻘْﻪِ ﻟِﺄَﻧَّﻬَﺎ ﺁﺩَﺍﺏُ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡِ ﻭَﺃَﺧْﻠَﺎﻗُﻬُﻢْ

“Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlaq luhur mereka.”

Lahirnya para Ulama tidak lepas karena orang tuanya memuliakan Adab. Al Fatih, Panglima besar penakluk Konstantinopel (Istanbul) tidak lepas karena orang tuanya sangat memuliakan Adab. Dikisahkan orang tuanya tidak pernah duduk apabila dirumahnya ada Al Qur'an. Raja Romawi mendapatkan keberkahan karena Adab. Ketika mendapat surat dari Baginda Rasulullah ﷺ, dia menjaga surat dan menyimpannya. Maka Baginda Rasulullah ﷺ berkata bahwa Kerajaan Romawi (Eropa) tidak akan runtuh sampai hari Kiamat. Sebaliknya Raja Persia, ketika dikirimi surat oleh Baginda Nabi Rasulullah ﷺ, dia menyobek dan membuangnya, maka Rasulullah ﷺ berkata bahwa Kerajaannya akan runtuh, maka runtuhlah Kerajaan Persia. Dengan Adab, Amal kecil akan bernilai besar dan sebaliknya tanpa Adab amal besar tidak akan bernilai apa-apa.

*Ubaidillah Arsyad Djaelani*
*Footnote 4*
_______

*Menjadi Wali Allâh sebab Adab*

Penyebab tukang sihir Fir'aun beriman kepada Allah karena adab mereka kepada Nabi Musa, dimana dalam pertarungan, mereka menyerahkan kepada Nabi Musa siapa yang lebih dulu melemparkan tongkat.

قالوا يا موسى إما أن تلقي وإما أن نكون نحن الملقين
Ahli-ahli sihir berkata: "Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?" (QS. Al-Araf: 115).

Di ayat ini terdapat sebuah isyarat halus, yaitu bahwa para tukang sihir telah memperhatikan adab yang baik kepada Nabi Musa alaihish-shalatu was-salam, dimana mereka mendahulukan Nabi Musa sebelum diri mereka dalam melempar (tongkat). Tidak diragukan lagi bahwa Allah azza wajalla memberi ganti kepada mereka di mana mereka telah berlaku adab bersama Nabi-Nya, Musa alaihissalam, dengan anugrah iman dan hidayah kepada mereka.

Dan ketika mereka lebih dulu memperhatikan adab itu, dan menampakkan keinginan mereka terhadapnya, Nabi Musa pun berkata kepada mereka, Lemparkanlah (tongkat) kalian lebih dulu." Nabi Musa pun mendahulukan mereka sebelum dirinya melempar tongkatnya.

Allah berfirman melalui perantara malaikat Jibril;
يا موسى ترفق بأولياء الله فقال موسى يا جبريل إنهم السحرة والساحر كافر، قال جبريل يا موسى هم وقت الضحى أعداء الله ولكن بعد الزوال هم أولياء الله وهم بعد العصر عند ربهم في جنات النعيم.

Hai Musa berbelas kasihlah pada para kekasih Allah, Nabi Musa berkata; hai Jibril sesungguhnya mereka adalah Para ahli sihir, padahal ahli sihir adalah orang kafir. Jibril berkata; hai Musa mereka kemarin adalah para musuh Allah tetapi sekarang adalah kekasih Allah dan mereka berada dalam surga na'im.

Mereka memang tidak mendapatkan upah dari Fir'aun, tetapi mendapat pahala dari Allah. mereka memang tidak menang atas Musa, tetapi mereka menang atas Fir'aun karena Walaupun Jasad mereka disalip dan dipotong silang, tetapi hati mereka dipersembahkan kepada Allah bukan kepada Fir'aun. Dan hal ini adalah kemenangan.

*Ubaidillah Arsyad Djaelani*
*Footnote 5*
______

*DOA NABI ﷺ SUPAYA DIANUGERAHI AKHLAK YANG BAIK*

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻰ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻣُﻨْﻜَﺮَﺍﺕِ ﺍﻷَﺧْﻼَﻕِ ﻭَﺍﻷَﻋْﻤَﺎﻝِ ﻭَﺍﻷَﻫْﻮَﺍﺀِ

“Allôhumma innî a’ûdzu bika min munkarôtil akhlâqi wal a’mâli wal ahwâ’.

Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar.” (Sunan at-Tirmidziy, hadist no. 3591)

اللَّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّى سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّى سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ

“Allôhummahdinî li ahsanil akhlâqi lâ yahdî li-ahsanihâ illâ anta, washrif ‘annî sayyi-ahâ, lâ yashrif ‘annî sayyi-ahâ illâ anta.

Artinya: Ya Allah, tunjukkanlah padaku akhlak yang baik, tidak ada yang dapat menunjukannya kecuali Engkau. Dan palingkanlah kejelekan akhlak dariku, tidak ada yang memalingkannya kecuali Engkau". (HR. Muslim no. 771)

*Ubaidillah Arsyad*
*ADAB KEPADA ORANG YANG TUA*

*Materi ke 40 hal. 70 - 71*


بسم الله الرحمن الرحيم

1- Habib Idrus Al-Habsyi mengomentari hadits berikut ini:
إن من وقّر شيخا قيّض الله له من يوقره
*Sesungguhnya barang siapa yang menghormati orang yang tua, Allah akan mendatangkan untuknya orang yang akan menghormatinya (ketika dia tua).*

Bahwasanya hadits tersebut menunjukkan, *menghormati orang yang tua dapat memanjangkan umur sehingga dia menjadi orang tua yang dihormati pula.* <Kalámul Habib 'Idrús al Habsyi: 150>

2- Barang siapa meninggalkan shaf awal karena takut menyempitkan orang yang layak menempatinya seperti orang yang lebih tua atau orang yang lebih mulia darinya lalu dia berdiri di shaf kedua maka Allah akan memberinya pahala seperti pahala shaf awal tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. <'Awáriful Ma'arif: 5/164>

3- Habib Alwy bin Muhammad bin Tohir Al-Haddad berkata: Ulama salaf kita mengutamakan orang yang lebih tua dalam berjalan, dalam majlis dan dalam membaca Fatehah dll.". <al Manhaj as Sawiy 507> keterangan senada di <al Fawaid ad Durriyyah: 44>

4- Imam Ahmad bin Hasan Al-Attos berkata: "Di antara kaidah kaidah salaf adalah agar tidak mendahulukan yang muda dari yang tua kecuali dalam tiga hal:
فى الإمامة اذا كان اهلا، وفى التدريس، وفى الفتوى
di dalam menjadi imam jika yang muda lebih berhak, di dalam mengajar dan di dalam berfatwa". <AlManhaj as Sawy: 507> keterangan senada di <Tadzkirun Nás: 13 I>

5- Diceritakan bahwasanya Sayyidina Ali pergi untuk melaksanakarn sholat subuh berjamaah dengan tergesa-gesa. Lalu beliau bertemu dengan orang tua yang berjalan dengan pelan dan tenang di depannya pada sebuah jalanan yang lebar. Beliau tidak mendahuluinya demi memuliakannya dan ta'dzim karena sudah tua hingga tiba waktu terbit matahari. Ketika mendekati pintu masjid, orang itu tidak masuk ke dalamnya. Dari situ, beliau mengetahui bahwa orang tersebut adalah Nasrani. Lalu beliau masuk ke masjid dan mendapati Nabi dalam keadaan ruku'. Ketika selesai melaksanakan sholat, para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, kenapa Engkau memanjangkan ' di sholat ini? padahal Engkau tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya", Rasulullah bersabda: *Ketika aku ruku' dan membaca subhâna robbiyal 'Adzîm sebagaimana bacaanku biasanya dan aku hendak mengangkat kepalaku, Malaikat Jibril datang dan meletakkan sayapnya di atas punggungku dan menahanku lama. Ketika dia mengangkat sayapnya maka aku mengangkat kepalaku".* Mereka berkata: "Mengapa ia melakukan ini?", Rasulullah ﷺ menjawab: "Aku tidak bertanya kepadanya tentang hal itu". Kemudian Malaikat Jibril datang dan berkata: "Ya Muhammad, sesunguhnya Ali sedang terburu-buru untuk sholat berjamaah, lalu dia bertemu seorang nasrani yang sudah tua dan dia tidak mengetahuinya kalau dia nasrani, dia memuliakannya dan tidak mendahuluinya karena tuanya. Lalu Allah memerintahkanku untuk menahanmu dalam ruku' sehingga dia bisa menyusulmu dalam sholat subuh, dan memerintahkan Malaikat Mikail untuk menahan matahari dengan sayapnya agar tidak terbit untuk menghormati Ali <Qámi'ut Thughyán: 26>

Jum'ah Mubarokah 27 Juli 2018
*Ubaidillah Arsyad Djaelani*


اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين
*KISAH-KISAH TENTANG ADAB*

*Materi ke 41 hal. 73 - 76*


بسم الله الرحمن الرحيم
1. Mimbar Nabi terbuat dari kayu Atsl dan yang memahatnya adalah Bâqum ar-Rûmy. Mimbar tersebut mempunyai tiga tingkatan anak tangga selain tangga yang diberi nama Al-Mustarah. Ketika Nabi berkhutbah, beliau menempati anak tangga ketiga. Dan ketika Abu Bakar menjadi kholifah beliau berkhutbah di tingkat yang kedua turun satu tingkat, lalu Umar turun satu tingkat lagi serta Ali turun satu tingkat di bawahnya. Maka ketika Muawiyah menguasai pemerintahan, dia tidak menemukan anak tangga dari mimbar itu untuk ditempati, lalu dia menambah enam tangga dari bawahnya dengan mengangkat bentuk aslinya dan membuat di bawahnya tangga-tangga hingga menjadi sembilan. Para khalifah menempati anak tangga ke tujuh dan itu yang lebih utama. <Fathul 'Allám: 3/57>

2. Diriwayatkan dari Utsman , beliau berkata:
ما غنيت ولا تمنيت ولا مسست ذكري منذ بايعت رسول الله ﷺ
*Aku tidak pernah menyanyi, tidak pernah berangan-angan dan tidak pernah menyentuh kemaluanku dengan tangan kananku sejak aku membaiat Rasulullah ﷺ* <'Awâriful Ma'ârif: 5/109>.

3.Sayyiduna Hasan bin Ali bin Abi Thalib berkata: "Sungguh aku malu menemui tuhanku sedangkan aku tidak berjalan kaki menuju ka'bah Nya". Maka beliau melaksanakan haji sebanyak 25 kali dari Madinah dengan berjalan kaki, sedangkan unta-unta pilihannya dituntun dihadapannya tidak ditungganginya. <alJawahir al Lu'lu'iyyah: 113>

4. *Jika Imam Malik hendak mambacakan hadits beliau masuk kamar mandi dan membersihkan badannya terlebih dahulu, lalu memakai minyak wangi, pakaian yang baru dan imamah. Kemudian duduk diatas kursi mewahnya dengan khusyu' dan senantiasa dibakar dupa hingga selesai dari hadits tersebut.* Ketika ditanyakan hal itu, beliau menjawab: "Aku ingin mengagungkan hadits Nabi". <alManhaj as Sawisy: 409> keterangan senada di <aljawahir al Lu'lu'iyah: 304>

5. Dari lbnu Mubarok, beliau berkata: "Aku bersama imam Malik dan dia sedang membacakan hadits untuk kami, tiba-tiba kalajengking menyengatnya sebanyak 16 kali hingga dia berubah menjadi pucat, namun dia tidak memutuskan hadits tersebut dan berkata *sesungguhnya aku sabar karena untuk memuliakan hadits Rasulallah* <AlManhaj as Sawy: 408> keterangan senada di <alJawahir al Lu'lu'iyah: 304>

6. Ketika Imam Malik berjalan di gang-gang Madinah, beliau tidak memakai alas kaki dan berkata: "Aku malu kepada Allah jika aku menginjak tanah yang di dalammya terdapat kubur Nabi dengan telapak kaki kuda". <al Manhaj asSawy: 409> keterangan senada di <ar Raudhul Faiq: 202>

7. Syekh Abdul Qodir Jaelani berkata: "Aku bermimpi Nabi sebelum dhuhur, Nabi berkata kepadaku: Wahai anakku, kenapa engkau tidak berbicara (berpidato)?". Aku menjawab: "Wahai ayahku, saya orang yang tidak fasih dalam berbicara, bagaimana saya akan berbicara di hadapan orang-orang fasih Baghdad?. Lalu Nabi berkata: 'bukalah mulutmu! Maka aku membukanya dan Nabi meludahinya 7 kali seraya berkata: Bicaralah kepada manusia dan ajaklah mereka ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan nasehat yang baik!'. Lalu aku bangun sholat dhuhur dan duduk, tiba-tiba datang kepadaku kerumunan orang hingga aku tertegun melihatnya. Kemudian aku melihat sayyidina Ali berdiri di hadapanku dan berkata: Wahai anakku, mengapa engkau tidak berbicara', Aku menjawab; Wahai ayahku, aku tertegun tidak bisa mengucapkan kata-kata. Beliau berkata: Bukalah mulutmu!'. Lalu aku membukanya dan beliau meludahinya 6 kali, aku berkata: Mengapa engkau tidak menyempurnakannya 7 kali?'. Beliau menjawab: 'Karena adab kepada Nabi . Kemudian beliau meninggalkanku dan aku mulai berbicara" <alfawaid al Haditsiyah: 213>

8. Sebagian ahli ma'rifat berkata:
ما مددت رجلى إلى القبلة منذ عشرين سنة.
*Aku tidak pernah menjulurkan kakiku ke arah kiblat sejak 20 tahun* <ar-Risalah al Qusyairiyyah: 285> tanpa menyebutkan kiblat.

9. Ketika Imam Syafi'i shalat didekat makamnya Imam Abi Hanifah beliau melirihkan bacaan basmalah dan doa qunut karena adab bersama Imam Abi Hanifah. <Tadzkirunnnas: 111>

10. Jika Habib Abdullah bin Husain bin Thahir hendak keluar dari rum
ah saudara tuanya Habib Thahir, *beliau keluar dengan tidak membelakanginya, akan tetapi keluar dengan cara mundur, dan tidak berbicara di hadapannya kecuali jika saudaranya memulai pembicaraan.* <atau yang semakna dengan pembahasan ini>

11. Habib Abdullah bin Husain bin Thahir berkata: "Sejak aku tumbuh dan terdidik bersama saudara tuaku Thahir, aku tidak pernah ingat aku mendahuluinya walaupun pada waktu kecil dan bermain, dan aku tidak pernah menaiki loteng sedangkan saudaraku Thahir berada dibawahnya. <Tajul-A'ras: 2/373>

12. كان الإمام بغوى لايدرس الا وهو على طهارة
*Imam Al-Baghawy tidak pernah mengajar kecuali dalam keadaan suci.*(atau yang semakna dengan pembahasan ini).

Jum'ah Mubarokah 3 Agustus 2018
*Ubaidillah Arsyad Djaelani*


اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين
*Footnote 1*
_______

1. Qodli Imam Fakhruddin Al-Arsyabandiy yang menjabat sebagai kepala para imam di marwa, yang amat sangat dimuliakan oleh sultan berkata: "Saya bisa menduduki derajat ini, hanyalah berkah saya menghormati guruku. Aku benar-benar menjadi khodim atau pelayan untuk guruku Qodhi Imam Aba Yazid Ad-Dabusiy, dan aku selalu melayaninya, memasakkan makanannya dan akupun tidak pernah makan dari makanan itu. <Ta'lim Muta'allim>

2. Diceritakan bahwasanya Khalifah Harun ArRasyid mengirim putranya kepada Al-Ashmu'i beliau mengajarkan putranya ilmu dan adab. Pada suatu hari, Khalifah melihat syekh Al-Ashmuiy berwudlu dan membasuh sendiri kakinya, sedangkan putranya hanya menuangkan air pada kaki sang syekh. Maka, Khalifahpun menegur hal itu dan berkata: "Putraku saya kirim kepadamu supaya engkau ajari ilmu dan adab, tapi mengapa engkau tidak memerintahkannya agar satu tangannya menuang air dan satunya lagi membasuh kakimu?" <Ta'lim Muta'allim>

*Ubaidillah Arsyad*
*Footnote 2*
__________

*Berkah Menghadap Qiblat*

وحكي أن رجلين خرجا فى طلب العلم للغربة وكانا شريكين فرجعا بعد سنين إلى بلدهما وقد فقه أحدهما ولم يفقه الآخر، فتأمل فقهاء البلاد وسئلوا عن حالهما وتكرارهما وجلوسهما فأخبروا أن جلوس الذى تفقه فى حال التكرار كان مستقبل القبلة والمصرالذى [حصل العلم فيه] والآخر كان مستدبرا القبلة ووجهه إلى غير المصر. فاتفق العلماء والفقهاء أن الفقيه فقه ببركة استقبال القبلة إذ هو السنة فى الجلوس إلا عند الضرورة، وببركة دعاء المسلمين فإن المصر لا يخلو من العباد وأهل الخير والزهد، فالظاهر أن عابدا دعا له فى الليل.

Dihikiyatkan, ada dua orang pergi merantau untuk mencari ilmu. Merekapun belajar bersama-sama. Setelah berjalan bertahun- tahun, mereka kembali ke tanah kelahiran mereka. Salah satu dari mereka menjadi seorang faqih/alim fiqih, sedang satunya lagi tidak. Kemudian hal itu menarik perhatian ulama' ahli fiqih daerah itu, lalu mereka bertanya mengenai haliyah atau keadaan dua orang itu, dan tentang metode pengulangan dalam belajar, serta cara duduk mereka berdua di saat belajar, kemudian mereka mendapat informasi dari banyak orang, bahwasanya duduknya orang yang alim fiqih itu dalam ia belajar selalu menghadap qiblat dan negara mesir, tempat digapainya atau sumbernya ilmu. Sedangkan yang satunya dalam belajarnya tidak menghadap ke arah qiblat dan wajahnya berpaling dari arah negara mesir. Atas hal itu, para ulama dan ahli fiqih sepakat, bahwa *orang yang alim fiqih itu menjadi alim fiqih, sebab berkahnya menghadap qiblat, karena hal itu merupakan sunahnya duduk, terkecuali dalam kondisi terdesak (dhorurot),* dan disebabkan lagi oleh berkahnya doa dari orang-orang islam di mesir sana, karena di mesir tidaklah sepi dari orang-orang yang melakukan ibadah dan tidak sepi pula dari ahli kebajikan. Yang jelas, setiap malam hari pasti ada walaupun satu orang ahli ibadah yang mendoakan kepadanya. <Ta'lim Muta'allim>

*Ubaidillah Arsyad*
*Footnote 3*
______

Imam Bukhari menyusun kitab yang khusus memuat hadis-hadis yang sahih saja dengan nama Shahȋh al-Bukhȃriy. Penyusunan kitab ini memberikan sumbangan yang sangat berharga untuk mempermudah mengetahui dan membahas hadis bagi para pelajar terutama generasi selanjutnya.

Imam Bukhari meyusun kitab ini karena atas dorongan dan anjuran gurunya yang bernama Ishaq bin Rawaih yang berkata: “Hendaklah kamu menyusun kitab yang khusus berisi sunnah (hadis) Rasulullah yang sahih”. Bukhari berkata:”ucapan itu membekas dan merasuk dalam hatiku, lalu aku menyusun al-Jȃmi’ as-Shahȋh”.
Beliau juga berkata: “Aku bermimpi bertemu Nabi Saw., seolah-olah aku berada di depannya, sambil membawa untuk menjaga beliau dari gangguan. Lalu aku bertanya pada ahli ta’wil mimpi. Dia menjelaskan kepadaku: “Engkau akan mencegah pemalsuan hadis Rasulullah”. Mimpi inilah yang mendorong untuk membuat kitab al-Jȃmi’ as-Shahȋh.

Imam Bukhari menempuh cara tertentu sehingga kesahihan hadisnya dapat dipertanggung jawabkan. Ia berusaha keras untuk meneliti keadaan para perawi , untuk memastikan kesahihan hadis-hadis yang diriwayatkan. Beliau juga membanding-bandingkan hadis yang satu dengan yang lainnya, meneliti dan memilih hadis yang menurutnya paling sahih. Sebagaimana penegasan imam Bukhari: “Saya menyusun kitab al-Jȃmi’ as-Shahȋh ini adalah hasil saringan dari 600.000 hadis selama 16 tahun”.
Di samping metode ilmiah, dalam penelitiannya, ia juga tidak mengabaikan aspek ruhani. Salah satu muridnya yang bernama al-Firbari mengatakan:”Aku mendengar Muhammad Ismail al-Bukhari berkata bahwa: *Aku menyusun al-Jȃmi’ as-Shahȋh ini di masjidil haram, aku tidak akan memasukkan satu hadis pun ke dalam kitab itu sebelum sholat istikharah dua rakaat, dan setelah itu aku betul-betul meyakini bahwa hadis itu sahih”.*
Maksudnya, imam Bukhari mulai menyusun bab dan dasar-dasarnya di Masjidil Haram, kemudian menulis pendahuluan dan pemhasannya di Raudhah (tempat antara makam Nabi dan mimbar). Setelah itu beliau mengumpulkan hadis dan menempatkan pada bab-bab yang sesuai. Semua itu dilakukan di Mekah, Madinah, dan beberapa negara tempat pengembaraannya. Dengan cermat, Imam Bukhari menyusun kitab al-Jȃmi’ as-Shahȋh selama enam belas tahun, beliau meneliti, menyaring, dan memilih hadis sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkannya. Sehingga terwujudlah kitab itu sesuai keinginannya.
Jerih payah maksimal yang dicurahkan untuk menyusun kitab itu, membuat al-Jȃmi’ as-Shahȋh mencapai kebenaran dan mempunyai kedudukan tinggi di hati para ulama dan seluruh umat Islam. Sudah tepatlah bila ia mendapat prediksi sebagai “kitab hadis Nabi yang paling sahih”.

*Ubaidillah Arsyad*
*KEUTAMAAN MENGAJAR DAN BERDAKWAH DI JALAN ALLAH [bag. ke 1]*

*Materi ke 42 hal. 77 - 78*


بسم الله الرحمن الرحيم
1- Rasulullah bersabda:
أفضل الصدقة أن يتعلم المرء المسلم علما ثم يعلمه أخاه المسلم
*Sedekah paling utama adalah seorang Muslim yang belajar satu ilmu lalu mengajarkannya kepada saudara Muslim lainnya* <al-Manhaj as-Sawiy: 117>

2- Nabi Isa berkata:
من يتعلم وعمل وعلّم يدعى عظيما فى ملكوت السموات
*Barang siapa belajar dan mengamalkan serta mengajarkannya, akan disebut orang yang agung di kerajaan langit*. <alManhaj asSawiy: 115> keterangan senada di <al-lhya': 2/141>

3- Diriwayatkan, sesungguhnya Allah memberi wahyu kepada Nabi Musa:
تعلم الخير وعلمه الناس! فإنى منور لمعلم العلم ومتعلميه قبورهم حتى لا يستوحشوا لمكانهم
*Belajarlah suatu kebaikan dan ajarkanlah kepada manusia karena sesungguhnya Aku menyinari kuburan-kuburan orang yang mengajarkan ilmu dan yang mempelajarinya sehingga mereka tidak merasa kesepian di kuburan mereka*. <al Manhaj asSawiy: 118> keterangan senada di <Jami' Bayani-'Ilm wa Fadhlih: 1/61>

4- Ketika mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman, Rasulullah berkata kepadanya: "Wahai Mu'adz, sungguh jika Allah memberi hidayah satu orang musyrik dengan sebabmu, itu lebih baik bagimu daripada unta merah (kendaraan yang paling mewah saat itu)"
Rasul juga berkata kepada Ali "Sungguh jika Allah memberi hidayah kepada seseorang sebab perantara kamu maka itu lebih baik bagimu daripada seekor unta merah. <al Manhaj as Sawiy: 303>

5- Al-Habib Ali Al-Habsyi berkata:
ما شيء يسر قلب النبي مثل نشر العلم وتبليغه والعمل به.
*Tidak ada sesuatu yang bisa membahagiakan hati Nabi sebesar menyebarkan ilmu dan menyampaikannya serta mengamalkannya*. <Kunyzus Sa'adah: 64>

6- Imam Ali bin Muhammad Al-Habsyi berkata:
إن الدعوة إلى الله اقوى ركن للاتصال بالحبيب
*Mengajak kepada Allah (berdakwah) adalah faktor yang paling kuat untuk menyambung dengan Nabi* <AlManhaj as Sawiy: 304>

7- Habib Abdullah bin Alwy al-Haddad berkata: "Seseorang tidak akan mampu memberikan manfaat kepada makhluk Allah sebesar ajakan mereka menuju pintu Allah (berdakwah)". <ALManhaj as-Sawiy: 302> keterangan senada di <ar Risalah alMu'awanah: 15>

8- Rasulullah bersabda:
من حفظ على امتى أربعين حديثا من أمر دينها بعثه الله تعالى يوم القيامة فى زمرة الفقهاء والعلماء
*Barang siapa menyampaikan kepada umatku 40 hadits tentang urusan agama mereka, maka Allah akan mengutusnya di hari kiamat dalam golongan para ahli fiqh dan ulama". Dan dalam riwayat lain: "Allah mengutusnya sebagai orang yang alim.* <AlJawahir al Lu'lu'iyah: 7>

9- افضل الصدقة تعليم الجاهل وافضل صلة الرحم بالعلم
*Sedekah yang paling utama adalah mengajarkan orang yang bodoh, dan silaturrahmi paling utama adalah dengan ilmu.* <atau yang semakna dengan pembahasan ini>

10- Memberi manfaat kepada saudara termasuk amal yang paling mulia, dan memberi manfaat keagamaan seperti mengajar lebih utama daripada memberi manfaat duniawi, karena yang pertama (manfaat keagamaan) menghidupkan jiwa yang kekal, sedangkan yang kedua (manfaat duniawi) menghidupkan jasad yang fana. <atau yang semakna dengan pembahasan ini>

11- الذى يعلم غيره فإن الله تعالى يفتح عليه ويبارك فى علمه ويرسخ علمه فى قلبه
*Barang siapa mengajar orang lain, maka Allah akan membuka hatinya dan memberi berkah dalam ilmunya dan akan dikokohkan ilmu itu dalam hatinya.* <Atau yang semakna dengan pembahasan ini>

12- Telah dikatakan:
إن المعلم ينتفع من المتعلم اكثر مما ينتفع المتعلم منه
*Sesungguhnya guru mengambil manfaat dari murid lebih banyak daripada murid mengambil manfaat dari guru*. <Tatsbitul Fuad: 1/372>

13- Ketika Abu hanifah ditanya: "Dengan apa engkau memperoleh ilmu". Beliau menjawab:
ما استفدت علما الا افدته غيرى
*Aku tidak memperoleh suatu ilmu kecuali aku mengajarkannya kepada selainku*. <Ta'limul Muta 'allim:31> hanya saja disitu disebutkan Abu Yusuf.

14- Habib Ahmad bin Umar bin Sumaith dan yang lain berkata:
من احب أن يطول الله عمره يكون داعى الى الله
*barang siapa ingin Allah panjangkan umurnya hendaknya dia berdakwah* <Kalamul Habib Alwy bin Syiháb: 1/119>
15- Barang siapa mengajarkan suatu ilmu kepada orang lain, lalu orang yang diajari tadi mengajarkannya kepada yang lainnya, maka akan dilipatgandakan pahala orang yang pertama dua kali, dan jika orang yang ketiga mengajarkan kepada orang lain, maka akan dilipatgandakan pahala orang pertama tiga kali, dan pahala orang kedua, dua kali dan begitu seterusnya. <Atau yang semakna dengan pembahasan ini>

Ahad 5 Agustus 2018
*Ubaidillah Arsyad Djaelani*


اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين
*KEUTAMAAN MENGAJAR DAN BERDAKWAH DI JALAN ALLAH [2]*

*Materi ke 43 hal. 79 - 82*


بسم الله الرحمن الرحيم
16- Imam Idrus bin Umar Al Habsyi memberi penjelasan: *Di antara hak-hak guru atas muridnya adalah menjaga ilmu-ilmu dan faedah-faedah dari mereka, dan menyampaikannya kepada generasi setelahnya* agar mereka dapat mengambil faedah tersebut, dan pahala-pahala guru bertambah banyak sebab pahala orang yang mengambil faedah tersebut, dan penyebutan nama guru menjadi langgeng, karena orang yang mendapat petunjuk dan yang mengamalkannya sampai hari kiamat akan mendapat pahala, dan akan diberikan seperti pahala tersebut untuk gurunya, dan bagi gurunya guru dilipatgandakan dua kali, dan bagi guru ketiga dilipatgandakan 3 kali, dan guru yang keempat dilipatgandakan 4 kali, dan begitu seterusnya berlipat ganda setiap tingkatan dengan jumlah pahala setelahnya sampai pada Nabi Muhammad ﷺ. Dan oleh sebab ini diketahui keutamaan ulama terdahulu atas ulama akhir zaman. <al-Manhaj as Sawiy: 124> keterangan senada di <lqdul Yawaqit: 2>

17- من كان مشغولا بطلب العلم أو التدريس أو التأليف فذلك أفضل من الذكر وقراءة القرآن، فإن لم يكن كذلك فالأفضل له الإشتغال بالعبادة

*Orang yang sibuk mencari ilmu atau mengajar atau menyusun (kitab), maka semua itu lebih utama daripada berdzikir dan membaca al-Qur'an, dan jika tidak, maka lebih baik dia menyibukkan diri dengan ibadah* (atau yang semakna dengan pembahasan ini).

18- Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attos mengatakan: "Telah sampai kepada kami cerita syekh Abdullah bin Abdul Baqi As-Sya'Ab Al-Madany, beliau adalah orang yang bertemu Nabi ﷺ dalam keadaan terjaga dan beliau selalu bertanya kepada orang yang datang dari penduduk (Hadramaut): 'ceritakanlah pada diriku tentang *Sayyid Ahmad bin Umar bin Sumaith!* Apa yang dia lakukan dan apa pekerjaannya! karena aku tidak berkumpul dengan Nabi kecuali Nabi terus memuji dan menyanjungnya dengan pujian yang agung'. Lalu dikatakan: *Pekerjaan dan kebiasaannya adalah berdakwah kepada Allah dan mengurus hal-hal yang berkaitan dengan dakwah* Lalu beliau berkata: "Oleh karena itu Nabi ﷺ mencintainya dan menyanjungnya". <al Manhaj as-Sawiy: 304> keterangan senada di <Tuhfatul Asyraf: 1/135>.

19- Diceritakan bahwa Habib Ahmad bin Umar bin Sumaith mengajarkan fiqh kepada penduduk Syibam (suatu kota di Hadramaut) hingga kepada orang-orang yang berkebun dan yang berada di jalanan, sampai dikatakan jika ada orang Syibam masuk masjid, pasti orang tahu para jamaah sedang berada di tasyahud awal atau tasyahud akhir, karena dia mengetahui perbedaan tawarruk dan iftirasy' (tawarruk adalah duduk yang sunnah di tasyahud akhir, dan iftirasy adałah duduk yang sunnah di tasyahud awal), oleh sebab ini salah satu dari para Habaib mengatakan: "Jika kalian melihat salah seorang dari penduduk Syibam sedang sholat, maka sholatlah dibelakangnya (menjadi makmum) <al Fawaidud-Durriyyah: 33>.

20- Disebutkan, bahwa Habib Muhammad bin Ja'far al Attos berkumpul dengan Nabi dalam keadaan terjaga, dan beliau memohon fath yang agung (dibuka mata hati) pada Nabi. Maka Nabi berkata: "fath yang agung ada pada Ahmad bin Umar bin Sumaith". Kemudian Habib Muhammad pergi menuju Syibam hingga beliau bertemu dengan Habib Ahmad bin Umar dan berkata kepadanya: "Nabi mengirimku kepadamu". Beliau (Habib Ahmad) mengatakan: "Kiriman diterima dengan syarat kamu biasakan lisanmu dengan dakwah kepada Allah". Maka beliau menerima syarat tersebut lalu kembali ke kotanya, dan berdakwah hingga Allah memberinya keterbukaan hati yang luas <al Manhaj as-Sawy: 304> keterangan senada di <Nafahâtun Nasim al Hajiri: 230>.

21- Habib Abdullah bin Umar bin Yahya mengatakan:
ما نختار البقا فى الدنيا الا لثلاث: لتعليم اولادنا، وأقسامه الليل، وللدعوة إلى الله
*Kami tidak ingin tetap tinggal di dunia kecuali karena tiga hal: untuk mengajar anak-anak kami, untuk bangun malam dan berdakwah kepada Allah*. <Kalamul Habib 'Alwy bin Syihab: 1/430>.

22- Habib Abdullah Al-Haddad berkata: *Seharusnya di zaman ini guru yang mencari-cari murid walaupun itu berbeda dengan apa yang dilakukan ulama salaf, agar dia dapat mengingat
pelajaran, karena jika tidak mengingat dia pasti lupa, dan juga karena untuk mencari pahala.* <al Manhaj as Sawy: 210> keterangan senada di <Tatsbitul Fuád: 1/379>

23- Imam Sariy As-Saqothi berkata kepada muridnya, Abi Qosim al Junaid: "Wahai junaid, pergilah ke masjid dan beri nasehat kepada orang-orang". Al-Junaid menjawab: "Wahai guru, aku bisa memberi nasehat, hanya saja aku takut tiga ayat dalam kitab Allah". Sang guru berkata: "Apa itu!". Kemudian Junaid menjawab: "Yang pertama firman Allah:

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

"Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, Padahal kamu membaca Kitab! Maka tidaklah kamu berpikir?" (Q.S. al-Baqarah: 44).
yang kedua firman Allah :

وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ ۚ

"...dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang... " (QS. Hud: 88)
dan yang ketiga adalah firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ * كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan!. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan". (Q.S. As-Shaf: 2.3).

Sang guru diam dan al-Junaid pergi ke kamarnya lalu tidur. Dalam tidurnya, Junaid bermimpi Nabi Muhammad ﷺ, beliau berkata kepadanya: "wahai Junaid kenapa engkau tidak menasehati orang orang Pergilah ke masjid dan berilah nasehat kepada mereka!". Seketika itu juga, Junaid bangun dan pergi menemui gurunya dengan gembira, dan antara gurunya dan Rasulullah memiliki hubungan hati, sesampainya dihadapan gurunya (sebelum dia menceritakan mimpinya) tiba-tiba gurunya berkata: "wahai Junaid aku heran denganmu, kamu tidak menasehati orang-orang kecuali dengan perintah dari Nabi" Lalu Junaid pergi ke masjid dan diumumkan kepada orang-orang bahwa dia akan memberi wejangan pada hari itu. Maka orang-orang berkumpul dan telah menyelinap di antara mereka orang musyrik yang memakai pakaian ulama dan masuk masjid untuk membingungkan Junaid dengan pertanyaan. Lalu si musyrik berkata: "Wahai Junaid, jelaskanlah kepadaku sabda Nabi ﷺ: takutlah kalian dengan firasat orang mukmin, karena sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah. Orang-orang menyimak dengan penuh perhatian bagaimana Junaid menjawab pertanyaan ini, dan tidak ada yang mengetahui sesungguhnya orang yang bertanya adalah orang kafir musyrik, akan tetapi Allah memberitahunya, lalu Junaid menjawab untuk membalas pertanyaan si musyrik tadi: "Wahai kamu ini, keterangan hadits ini adalah sesungguhnya kamu orang yang kafir dan bersaksilah bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah!". Maka orang musyrik tersebut seketika itu memeluk agama islam. <Anîsul-Mukminîn: 103>.

Senin, 6 Agustus 2018
*Ubaidillah Arsyad Djaelani*


اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين