Kajian Kitab al-Fawaidul Mukhtaroh
3.78K subscribers
5 photos
5 videos
2 files
50 links
Kitab yang ditulis Al Habib Ali bin Hasan Baharun ini adalah salah satu kitab yang berisi kumpulan hikmah dan ilmu yang sangat penting yang didengar dari Gurunya Al-Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith dalam masa belajarnya di Madinah dan referensi lainnya.
Download Telegram
*KITAB AL-FAWAID AL-MUKHTAROH*

بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على اشرف الانبياء والمرسلين وعلى اله وصحبه اجمعين اما بعد
Hati merupakan pusat penilaian Allah Swt, sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya *"Sesungguhnya Allah tidak menilai bentuk fisik dan harta kalian, tetapi Allah menilai hati dan amal-amal kalian".*

Apabila hati manusia bagus, maka semua amal manusia akan bagus, begitu pula sebaliknya, jika hatinya jelek, maka semua amal perbuatannya juga jelek, sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya "Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal darah, jika segumpal darah ini bagus, maka bagus pula semua jasad itu, dan jika segumpal darah ini jelek, maka jelek pula semua jasad itu. ketahuilah! Segumpal darah itu adalah hati"

*Apabila manusia menghendaki hatinya bagus, maka dia harus menghidupkan hati dan menyinarinya dengan samudera hikmah dan mutiara ilmu, karena hati ibarat jasad yang membutuhkan makanan, jika tidak diberi makanan maka ia akan mati,* sebagaimana yang dikatakan oleh al Imam Fathul Mushili kepada murid-muridnya: "Bukankah orang sakit jika tidak diberi makanan, minuman dan obat akan mati? Mereka menjawab: ya, Fathul Mushili berkata "Begitu juga hati, jika tidak diberi kata-kata hikmah dan ilmu selama tiga hari, maka ia akan mati karena makanan hati adalah ilmu dan hikmah, dengan dua hal inilah hati bisa hidup"

Kitab yang ditulis *al Habib Ust. Ali bin Hasan Baharun* ini adalah salah satu kitab yang berisi kumpulan hikmah dan ilmu yang sangat penting yang didengar dari gurunya *al-Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith* dalam masa belajarnya di Madinah Munawwarah dan referensi yang lainnya. Kitab ini patut untuk dimiliki dan dibaca oleh setiap muslim untuk menghidupkan hati dan menyinarinya sehingga hati mereka tidak mati, karena jika hati sudah mati maka seseorang tidak dapat melihat dan menerima kebenaran, dan jika sudah demikian maka dia itu sama dengan binatang bahkan lebih sesat lagi.

وصلى الله على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وسلم والحمد لله رب العالمين

Ahad, 3 Syawwal 1439 H / 17 Juni 2018 M
*Al- Faqîr Ubaidillah Arsyad*
*KEUTAMAAN ILMU DAN MENGAJAR [1]*

*Pertemuan ke 1 Hal : 11*

بسم الله الرحمن الرحيم
1- Allah ﷻ berfirman kepada Nabi-Nya ﷺ:

وقل رب زدنى علما ( طه: ١١٤)
"Dan katakanlah: Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan" (Q.S. Toha: 114).

Dalam ayat ini Allah memerintah Nabi-Nya *agar memohon tambahan ilmu karena hal itu adalah sesuatu yang paling mulia dan kebaikan yang tertinggi* <al-Manhaj as-Sawy: 108 >

2- Diriwayatkan dari Abi Hurairah Ra. bahwasanya dia melewati pasar Madinah dan singgah di tempat itu seraya berkata: "Wahai orang-orang yang di pasar! Alangkah lemahnya kalian?!., mendengar itu, mereka bertanya: "Apa maksudmu Abu Hurairah?". Dia menjawab: "Di sana ada warisan Rasul sedang dibagikan, sedangkan kalian masih di sini. Apakah kalian tidak pergi ke sana untuk mengambil bagian dari warisan itu?" Mereka bertanya: "Di manakah itu?", lalu dia menjawab: "Di masjid" Kemudian mereka bergegas keluar (menuju masjid), sedangkan Abu Hurairah diam menunggu hingga mereka kembali, lalu dia bertanya : Ada apa dengan kalian? mereka menjawab: "Wahai Abu Hurairah, sungguh kami telah mendatangi masjid dan masuk ke dalamnya, akan tetapi kami tidak melihat sesuatu pun dibagikan". Maka Abu Hurairah berkata: "Apakah kalian tidak melihat orang di sana mereka menjawab: "Ya, kami melihat beberapa kelompok orang, di antara mereka ada yang sedang sholat, ada yang sedang membaca alQur'an dan ada yang sedang belajar tentang halal dan haram". Maka Abu Hurairah berkata kepada mereka: "Ah kalian! Itulah warisan Nabi Muhammad ﷺ", mengisyaratkan dengan hadits Rasulullah ﷺ:

*«إن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما وإنما ورّثوا العلم»*

*«Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham (harta akan tetapi mewariskan ilmu»* <Mujib Dar al-salam: 141>

*Al-Faqîr Ubaidillah Arsyad*
*Belajar Mengamalkan ilmu mengajarkan ilmu*

إعلم أن من أجل ثمرات العلم وفوائده تعليمه وبذله للناس، فذلك من افضل القربات، الموصلة الى ارفع المقامات، ويكفى فى شرف ذلك قول النبي عليه الصلاة والسلام «انما بعثت معلما».
Ketahuilah! bahwa di antara buah terbesar dari ilmu dan manfaat- manfaatnya adalah mengajarkan dan memberikannya kepada manusia. Itu termasuk ibadah yang paling utama, yang dapat menyampaikan pada derajat tertinggi. Cukuplah menunjukkan kemuliaan hal itu sabda Nabi Muhammad ﷺ : *"Sesungguhnya aku diutus sebagai pengajar."*
وقال عيسى عليه السلام«من تعلم وعمل وعلّم يدعى عظيما فى ملكوت السموات» فينبغى للعالم أن يعمل بعلمه أولا، ثم يعلّم غيره لكى ينتفع ذلك الغير به، فيبقى له الأجر ويستمر له الثواب مادام يُنتفع بعلمه الى يوم المآب.
Nabi Isa as. mengatakan, "Barangsiapa yang belajar, mengamalkan ilmu pada diri sendiri dan mengajarkan pada orang lain maka ia diseru sebagai seorang yang agung di alam langit." Seseorang yang berilmu hendaklah mengamalkan ilmunya terlebih dahulu, baru kemudian mengajar orang lain agar orang lain mendapat manfaat dengannya. Maka pahala dan ganjarannya akan tetap ia dapatkan selama ilmunya bermanfaat sampai hari Kiamat.
وقال ﷺ «افضل الصدقة أن يتعلم المرأ المسلم علما ثم يعلّمه أخاه المسلم» وورد أن الله تعالى أوحى إلى موسى«تعلمِ الخير وعلِّمه الناس، فإنى منور لمعلم العلم ومتعلميه قبورهم حتى لا يستوحشوا لمكانهم. (المنهج السوي : ١١٥-١١٨)
Nabi Muhammad ﷺ bersabda *Sedekah yang paling utama adalah apabila seorang muslim mempelajari ilmu kemudian mengajarkannya kepada saudaranya sesama muslim*
Terdapat pula keterangan yang menyebutkan bahwa Allah memberikan wahyu kepada Nabi Musa, *"Pelajarilah kebaikan dan ajarkanlah kepada manusia, karena sesungguhnya Aku memberikan cahaya kepada orang yang mengajarkan ilmu dan orang yang mempelajarinya di kubur mereka, sehingga mereka tidak merasa kesepian di tempat mereka.*

*Ubaidillah Arsyad Djaelani*
*KEUTAMAAN ILMU DAN MENGAJAR [2]*

*Pertemuan ke 2 Hal : 12*

بسم الله الرحمن الرحيم
3. Dari Rasulilllah ﷺ beliau bersabda: “Sesungguhnya kalian hidup di zaman yang fuqoha'nya (ulama) banyak dan penceramahnya sedikit, sedikit yang minta-minta dan banyak yang memberi, beramal pada waktu itu lebih baik dari berilmu. Dan akan datang suatu zaman yang ulama'nya sedikit dan penceramahnya banyak, peminta-minta banyak dan yang memberi sedikit, berilmu pada waktu itu lebih baik dari beramal.” (HR. Ath-Thabrani).

4. Imam Hasan al-Bashri berkata: "Jika Ilmu mempunyai bentuk maka bentuknya lebih baik dari bentuknya matahari, bulan, bintang-bintang dan langit".
<al-Manhaj as-Sawy: 90>

5. Ibnu Abbas Ra. berkata: "Nabi Sulaiman diberi pilihan antara ilmu, harta dan kekuasaan. Lalu ia memilih *ilmu,* maka Allah memberinya ilmu sekaligus memberinya harta dan kekuasaan".
<al-Manhaj asSawi: 90> keterangan senada di <Durroh al-Nasihin: 15>

6. Imam Syafi'i berkata: "Barang siapa menginginkan dunia, hendaknya menggunakan ilmu, dan barang siapa ingin akhirat, hendaknya menggunakan ilmu, karena sesungguhnya ilmu itu dibutuhkan di dalam keduanya".
<al-Manhaj as-Sawy: 91> keterangan senada di <al-Bayan: 1/ 59>

7. Diceritakan dalam sebuah riwayat bahwa dunia itu diberikan oleh Allah kepada orang yang dicintainya mau pun yang tidak dicintainya, sedangkan *ilmu tidak diberikan oleh Allah kecuali kepada orang yang dicintainya dari orang-orang yang baik.*
<al-Manhaj as Sawi: 110> keterangan senada di <Nasyr Thiyy alTarif : 98>

Ahad, 17 Juni 2018
*Ubaidillah Arsyad Djaelani*
أوحى الله إلى داود تعلم العلم النافع قال : ما العلم النافع ؟ قال أن تعرف جلالي وعظمتي وكبريائي وكمال قدرتي على كل شئ ، فهذا الذي يقربك إلي.

Allah memberi wahyu pada Dadud As. “Carilah ilmu yang manfaat !”. “Apakah ilmu manfaat itu ? “ Tanya Daud As pada Allah. ”Bila engakau mengenal kebesaranKu, keagunganKu, KemuliaanKu serta kesempurnaan kuasaKu pada setiap hal, itulah ilmu yang membuatmu semakin dekat padaKu” jawab Allah Ta’aala.

قال الغزالي : العلم النافع هو ما يتعلق بالآخرة وهو علم أحوال القلب وأخلاقه المذمومة والمحمودة وما هو مرضي عند الله وذلك خارج عن ولاية الفقيه

Imam alGhazali berkata “Ilmu manfaat adalah ilmu yang berhubungan dengan akhirat, ilmu untuk mengetahui keadaan hati, tingkah laku pemiliknya termasuk tercela atau terpuji, mengetahui yang diridhai Allah, ilmu ini sudah diluar ranah ilmu fiqih”

العلم النافع هو ما باشر القلب فأوجب لها السكينة والخشية والإخبات لله تعالى والتواضع والانكسار له

Ilmu manfaat itu adalah ilmu yg dpt menenangkan hati, takut dan tunduk kpd Allah

ومن علامات العلم النافع هو ما يزيد في بصيرتك بعيوب نفسك، ويفتح بصيرتك بآفات أعمالك حتى تحترز منها. والله اعلم.

Diantara tanda Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa menambah pengetahuan batinmu tentang cacatnya dirimu, bisa membuka mata hatimu untuk melihat bahaya-bahayanya amal-amalmu sehingga engkau bisa menjaga dari bahaya tersebut.

روَى البَيهَقِيُّ أنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "خيرُ النَّاسِ مَن تَعَلَّمَ وعَلَّمَ" أي عِلْمَ الدِّينِ لأنَّ عِلْمَ الدِّينِ هو العِلْمُ النّافعُ في الدُّنيَا والآخرةِ

Al-Baihaqi meriwayatkan Bahwasan-nya Rosul Saw bersabda Sebaik-baik manusia adalah dia yang belajar ilmu & mengajarkan kepada yang lain Yang dimaksud adalah ilmu agama karena ilmu agama adalah ilmu yang membawa kemanfaatan dunia & akhirat.
Memperdalam ilmu fiqh tanpa diimbangi ilmu tasawuf bisa menjadikan keras hati dan jauh dari Allâh

فإن الإنسان إذا تعلم الفقه ولم ينظر فى علم الزهد والحكمة قسا قلبه والقلب القاسى بعيد من الله تعالى ( هامش تنبيه الغافلين: ١٩)

“Barangsiapa bertasawuf tanpa fiqih maka akan menjadi zindiq, barangsiapa berfiqih tanpa tasawuf maka akan menjadi fasiq, dan barangsiapa mengamalkan keduanya maka akan mencapai hakikat”

من تصوف ولم يتفقه فقد تزندق ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسّق ومن جمع بينهما فقد تحقق (كما قاله الامام مالك)
Barang siapa menjalankan syariat tanpa hakikat maka ia fasiq, dan barang siapa menjalankan hakikat tanpa syariat maka ia zindiq”.

Ibnu Manzhur رحمه الله berkata: *“Kefasikan adalah kedurhakaan dan keluar dari perintah Alloh عز وجل dan keluar dari jalan yang benar.”* (Lisanul Arob”/10/hal. 308).

Al Qurthubiy رحمه الله berkata: *“Kefasikan dalam adat penggunaan syariat adalah: keluar dari ketaatan pada Alloh عز وجل . Bisa jadi bermakna keluar dari Islam, kufur, dan bisa pula keluar yang bermakna kemaksiatan saja.”* (“Al Jami\ Li Ahkamil Qur’an”/1/hal. 246).

Syaikh Ali Jum'ah berkata:
Orang yang menjalankan hakikat tanpa syariat disebut zindiq, karena syariat merupakan salah satu pokok utama perjalanan menuju Allah Ta'ala. Syariat adalah start dari segala tahapan setelahnya, dan di situlah tersimpan segala yang diakui baik. Ia tidak boleh ditinggalkan. Syariatlah yang melegalisasi perjalanan sufi, sekaligus yang menjawab tuduhan tidak benar yang diarahkan kepadanya. Dan seharusnya kita melihat perjalanan sufi yang sedang menapaki jalan menuju Allah dengan hal ini.

*Zindiq, sebetulnya ia adalah nama lain dari munafik, nama lain juga untuk 'adamiy.* 'Adamiy adalah orang yang sholat, di samping ia juga melubangi tanah. Apa maksudnya?
Di antara bentuk pencurian dan kriminal paling berbahaya adalah perbuatan seseorang yang sengaja menyewa rumah di dekat rumah orang kaya, lalu membuat terowongan bawah tanah dari rumah sewaannya menuju rumah orang kaya tersebut untuk mencuri harta berharga di dalamnya atau melakukan kejahatan lainnya. Pelaku tidak memilih lewat jendela, pintu, atap, atau jalur lain yang lebih mudah. Ia justru memilih untuk lewat bawah tanah, yang mana pilihannya ini membutuhkan waktu panjang, alat tertentu, dan keahlian khusus. Maka pelaku kejahatan semacam ini benar-benar seorang kriminalis nyata, profesional dalam kejahatan, dan tangguh untuk terus berbuat jahat, karena dia memiliki keahlian, kesabaran, dan waktu yang siap diluangkan. Orang seperti ini akan sulit untuk bertaubat.

Orang dengan kejahatan semacam ini yang telah mendarah daging dan sulit terlepas darinya, jika dia dikenal sebagai orang yang rajin shalat, maka shalatnya tidak lain hanyalah untuk menyembunyikan kejahatannya. Dan hal ini justru menambah dosa baginya, karena telah menjadikan amalan agama untuk melancarkan aksi kriminalnya. Inilah makna ungkapan "shalat, tapi melubangi tanah". Artinya bahwa baginya shalat hanyalah alat untuk menyembunyikan kejahatannya. Orang inilah yang disebut Zindiq.

Orang dengan sifat kontradiktif semacam ini, yang tidak menyesali perbuatannya, enggan kembali ke jalan yang benar, terus melakukan kemaksiatannya, merasa nikmat dengannya, dan menganggapnya halal adalah seorang yang zindiq. Begitulah juga gambaran orang-orang yang meninggalkan syari’at, namun menganggap diri mereka berada dalam kebenaran, menganggap antara Allah dan mereka terdapat kebaikan, merasa tidak lagi butuh pada syari’at ini, karena mereka menyangka bahwa mereka telah sampai kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Sama sekali tidak seperti yang mereka kira. Justru orang semacam itu adalah dajjal dan zindiq, sebagaimana dikatakan oleh para Ulama.
Batasan-batasan ini dibuat untuk melindungi kita selama menapaki jalan menuju Allah dari godaan setan, ajakan membuat suatu bid’ah, atau rayuan kesesatan yang menginginkan kita supaya berpaling dari Allah, Rasul, dan syariat-Nya.

Sayangnya, sebagian orang demi menghindari godaan dan ajakan sesat tersebut justru menutup rapat pintu Tasawuf, yang dengan begitu mereka menuntup kebaikan yang amat besar bagi diri mereka. Padahal Allah menurunkan syariat-Nya untuk membentengi perjalanan spiritual para hamba-Nya dari penyimpangan. Karena perjalanan Tasawuf inilah yang menyinari hati dan membuatnya dalam ketenangan sejati. Ialah yang menuntun pada kebahagiaan hakiki, menjadikan hamba terhormat di sisi Tuhannya, juga bagi dirinya sendiri. Allah Subhanahu wa ta’ala dalam penghormatan-Nya terhadap hamba-Nya berfirman dengan lisan Rasul-Nya: “Sesungguhnya Allah membanggakan (manusia) di hadapan malaikat-Nya”. Dan Na
bi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda dengan memandang ke Ka’bah: “Betapa besarnya penghormatan Allah kepadamu (wahai Ka'bah). Tapi sungguh, darah seorang muslim lebih terhormat di sisi Allah daripada engkau”. Allah Subhanahu wa ta’ala mencintai ciptaan-Nya. Dan yang lebih dicintai Allah di antara ciptaan-Nya adalah yang ta’at kepada-Nya. Dan yang lebih dicintai-Nya di antara yang ta’at kepada-Nya adalah yang mewujudkan ubudiyah di dalam hatinya. Dan hal tersebut tidak mungkin terwujud kecuali buah dari ibadah.
*KEUTAMAAN ILMU DAN MENGAJAR [3]*

*Pertemuan ke 3 Hal : 13*

8. Amirul Mukminin al-Imam Ali bin Abi Tholib berkata:

العلم خير من المال، العلم يحرسك وانت تحرس المال، العلم يزكو على الإنفاق والمال تُنقصه النفقة، العلم حاكم والمال محكوم عليه.

*"Ilmu itu lebih baik daripada harta,* ilmu menjagamu sedangkan engkau menjaga harta, *ilmu akan bertambah dengan diinfaqkan (disebarkan)* sedangkan harta berkurang dengan diinfaqkan (dibelanjakan), ilmu menghukumi sedangkan harta sesuatu yang dihukumi"
<al-Manhaj as-Sawij: 89> keterangan senada di <al-Nashaih al Diniyah: 100>

9. Syekh Abdul Qodir AlJailani berkata: "Tampak kepadaku cahaya yang sangat besar memenuhi cakrawala dan menggantung pada cahaya itu suatu benda yang memanggilku: "Wahai Abdul Qodir, aku adalah tuhanmu dan sungguh telah aku halalkan bagimu segala sesuatu yang haram, maka aku berkata: Menyingkirlah hai yang dilaknat, tiba-tiba cahaya itu menjadi gelap dan benda itu berubah menjadi asap, kemudian memanggilku: *"Hai Abdul Qodir, engkau selamat dariku dengan sebab ilmumu akan tuhanmu serta kedudukanmu,* dan sungguh aku telah menyesatkan dengan kejadian seperti ini 70 orang dari ahli tariqah, lalu aku berkata: "Keutamaan hanya untuk Allah Lalu kejadian itu ditanyakan kepadanya: "Bagaimana kamu mengetahui dia adalah setan", Syekh berkata: Dengan perkataannya, "sungguh telah aku halalkan bagimu segala sesuatu yang haram" <al-Thobaqot al-Kubro: 182>

10. Fath al Mushili berkata:
اليس المريض إذا منع الطعام والشراب والدواء يموت؟ قالوا: بلى، قال: كذلك القلب إذا مُنع الحكمةَ والعلم ثلاثة أيام يموت.

"Bukankah orang yang sakit jika tidak diberi makan, minum dan tidak diberi obat dia akan mati?", mereka menjawab: Ya", lalu beliau meneruskan: *"Begitu pula hati, jika dicegah dari hikmah dan ilmu selama tiga hari, ia pun akan mati"*.
<al-Manhaj as Sawiy: 91> <al-Ihya': 1/14 >.

11. Ilmu adalah nutrisi hati. Oleh karena itu, bila usai dari majlis ilmu, *Habib Idrus bin Umar Al Habsyi* membaca doa:

الحمدلله الذى أطعمني هذا ورزقنيه من غير حول مني ولاقوة.
(Alhamdu lillâhi-lladzî ath'amanî hâdza wa rozaqonîhi min ghoiri haulin minnî wa lâ quwwatin)

Sebagaimana membaca doa ini setelah makan makanan jasmani. atau yang semakna dengan pembahasan ini.

12. Imam Syafi'i berkata:
من لايحب العلم لا خير فيه، فلا تكن بينك وبينه معرفة ولا صداقة، فإن العلم حياة القلوب ومصباح البصائر.
*"Orang yang tidak suka dengan ilmu tidak mempunyai kebaikan, maka jangan sampai ada perkenalan dan persahabatan di antara kamu dan dia, karena ilmu itu kehidupan hati dan lentera mata hati".* <alManhaj as-Sawi: 91> keterangan senada di <Nur al-Abshar: 237>

Senin 17 Juni 2018
*Ubaidillah Arsyad*
*MATINYA HATI SEBAB SEPULUH PERKARA*

ﻣﺮ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺑﻦ ﺃﺩﻫﻢ -ﺭﺣﻤﻪ ﺍللّٰه تعالى- ﺑﺴﻮﻕ ﺍﻟﺒﺼﺮﺓ؛ ﻓﺎﺟﺘﻤﻊ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻟﻴﻪ، ﻭﻗﺎﻟﻮﺍ: ﻳﺎ ﺃﺑﺎ ﺇﺳﺤﺎﻕ: ﻣﺎ ﻟﻨﺎ ﻧﺪﻋﻮﺍ ﻓﻼ ﻳُﺴﺘﺠﺎﺏ ﻟﻨﺎ؟.

Ibrahim bin Adham Rohimahullohu ta'ala melewati pasar di kota Bashroh, maka manusia berkumpul padanya kemudian mereka berkata :

"Wahai Abu Ishaq, mengapa kami berdo'a akan tetapi tidak dikabulkan ?".

ﻗﺎﻝ: "لإﻥ ﻗﻠﻮﺑﻜﻢ ﻣﺎﺗﺖ ﺑﻌﺸﺮﺓ ﺃﺷﻴﺎﺀ!.
ﻗﺎﻟﻮﺍ: ﻭﻣﺎ ﻫﻲ؟!

Ibrahim bin Adham berkata :

"Karena hati-hati kalian telah mati disebabkan 10 perkara."

Mereka pun bertanya : "Apakah itu ?"

Beliau menjawab:

١.ﺃﻧﻜﻢ ﻋﺮﻓﺘﻢ ﺍللّٰه, ﻓﻠﻢ ﺗﺆﺩّﻭﺍ ﺣﻘّﻪ.

‏٢.ﺯﻋﻤﺘﻢ ﺃﻧﻜﻢ ﺗﺤﺒّﻮﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠّٰﻪ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠّٰﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ-، ﺛﻢ ﺗﺮﻛﺘﻢ ﺳﻨّﺘﻪ.

‏٣.ﻗﺮﺃﺗﻢ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ، ﻭﻟﻢ ﺗﻌﻤﻠﻮﺍ ﺑﻪ.

‏٤.ﺃﻛﻠﺘﻢ ﻧﻌﻤﺔ الله، ﻭﻟﻢ ﺗﺆﺩّﻭﺍ ﺷﻜﺮﻫﺎ.

‏٥.ﻗﻠﺘﻢ ﺇﻥّ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﻋﺪﻭّﻛﻢ، ﻭﻭﺍﻓﻘﺘﻤﻮﻩ.

‏٦.ﻗﻠﺘﻢ ﺇﻥ ﺍﻟﺠﻨّﺔ ﺣﻖ، ﻓﻠﻢ ﺗﻌﻤﻠﻮﺍ ﻟﻬﺎ.

‏٧.ﻗﻠﺘﻢ ﺇﻥ ﺍﻟﻨّﺎﺭ ﺣﻖ، ﻭﻟﻢ ﺗﻬﺮﺑﻮﺍ ﻣﻨﻬﺎ.

‏٨.ﻗﻠﺘﻢ ﺇﻥ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﺣﻖ، ﻓﻠﻢ ﺗﺴﺘﻌﺪّﻭﺍ ﻟﻪ.

‏٩.ﺍﻧﺘﺒﻬﺘﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻮﻡ، ﻭﺍﺷﺘﻐﻠﺘﻢ ﺑﻌﻴﻮﺏ ﺍﻟﻨﺎﺱ، ﻭﺗﺮﻛﺘﻢ ﻋﻴﻮﺑﻜﻢ.

‏١٠.ﺩﻓﻨﺘﻢ ﻣﻮﺗﺎﻛﻢ، ﻭﻟﻢ ﺗﻌﺘﺒﺮﻭﺍ ﺑﻬﻢ".

1.Sesungguhnya kalian mengenal Alloh, akan tetapi kalian tidak menunaikan hak_ Nya.

2. Kalian mengaku bahwasannya kalian mencintai Rosululloh Shallallahu 'alaihi Wa Sallam, kemudian kalian meninggalkan sunnahnya.

3. Kalian membaca Al Qur'an, akan tetapi kalian tidak beramal dengannya.

4. Kalian makan nikmat Alloh, akan tetapi kalian tidak mensyukuri nikmat tersebut.

5. Kalian mengatakan bahwa syetan adalah musuh kalian, akan tetapi kalian mendukungnya.

6. Kalian mengatakan sesungguhnya surga benar adanya, akan tetapi kalian tidak beramal untuk surga.

7. Kalian mengatakan sesungguhnya neraka benar adanya, akan tetapi kalian tidak lari darinya.

8. Kalian mengatakan sesungguhnya kematian itu benar adanya, akan tetapi kalian tidak bersiap untuknya.

9. Kalian perhatian dengan tidur dan sibuk dengan aib-aib manusia dan meninggalkan aib-aib kalian.

10. Kalian mengubur orang-orang yang meninggal, akan tetapi kalian tidak mengambil pelajaran darinya.

[Jaami' Bayanil 'Ilmi Wa Fadhlihi]

اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين
*Hati adalah elemen paling pokok dari manusia, matinya hati sama dengan matinya seluruh tubuh.*

Syekh Ibnu 'Athaillah, sebagaimana dikatakan Ibnu 'Ajibah dalam Kitab Iqadhul Himam (syarah al-Hikam), menyebut bahwa *di antara tanda matinya hati adalah hilangnya rasa sedih dan penyesalan ketika berbuat yg bertentangan dgn kehendak Tuhan.*

Ibnu 'Ajibah sendiri mengatakan, *matinya hati dilatari oleh tiga faktor, yakni cinta dunia, lalai dari dzikir kepada Allah, membiarkan anggota badan jatuh dalam perbuatan maksiat.*

Syaikh Hasan Al bashri berkata : salah satu dari tanda matinya hati adalah *beramal dengan amalan akhirat untuk tujuan duniawi.*