Sholeh Tapi Berjudi?
Oleh: Mak Wok
Bagaimana pendapat Anda ketika orang yang rajin sholat, rajin puasa menafkahi keluarganya dengan berjudi? Bahkan Dia punya cita-cita, jika menang besar lagi, Dia akan melanjutkan pembangunan masjid yang sudah dimulainya dan terbengkalai di kampungnya.
Mungkin Anda akan mudah mengambil sikap, jika menemukan fakta seperti itu, tinggal nasehati dan berikan akses kepekerjaan halal lainnya.
Namun faktanya tidak sesederhana itu, Dia mendapat dukungan dari berbagai pihak dengan beragam profesi dan status sosial. Bisa-bisa ketika menasehatinya, Anda akan dianggap musuh mereka bersama.
Setelah mencoba mendalami fakta-faktanya, Anda menemukan banyak alasan dan pernyataan yang sampai ketelinga Anda ketika berinteraksi dengan mereka, diantaranya adalah sebagai berikut.
"Kami sudah coba tawari untuk pekerjaan yang lain, tapi Dia tidak mau, banyak alasannya, tapi Dia baik, rajin ikut gotong-royong". Tutur salah satu warga.
"Menafkahi keluarga kan wajib, Dia sudah berusaha semampunya, dari pada anak istrinya terlantar makan dan pendidikannya, Dia malah berdosa melalaikan kewajiban, kan!", begitu ujar temannya.
"Kami keluarga fakir dan miskin, tidak mampu untuk membantu keluarga mereka.
Kami hanya bisa membantu dengan do'a, semoga Dia menang besar lagi", begitu yang terdengar dari keluarga istrinya.
"Dia rajin sholat dan puasa sunnah lho, makanya Kami adakan do'a bersama di masjid ini.
Semoga Dia menang besar dan bisa membantu melanjutkan pembangunan masjid ini yang terbengkalai. Dahulu juga Dia yang memulai membangun ketika menang judi". Begitu ungkapan pengurus masjid dekat rumah Dia.
"Dia dulu pernah bekerja di tempat judi itu sama seperti Saya. Kami dikeluarkan dan Dia mulai ikutan berjudi setelahnya. Karena cerdas dan mengetahui seluk beluk permainan judi, Dia pernah menang lumayan besar, lho, sehingga bisa bangun masjid. Sekarang Saya hanya bisa sedikit membantu modal berjudinya saja". Begitu tanggapan dari kawannya yang sekarang jadi pedagang dekat arena perjudian.
"Saya sebagai hansip, sering membantu mengawal Dia dengan suka rela ketika berjudi, agar Dia merasa aman dan tidak ada yang mengganggu perjuangannya untuk mengubah nasib Kami bersama". Begitu heroiknya ungkapan penjaga kampungnya.
"Tukang ojek juga sering menggratiskan Dia untuk antar-jemput ke tempat judi, karena Dia memang baik, sopan, cerdas dan suka menolong". Tambahan dari tokoh masyarakat di sana.
"Suami Saya sering mengajak Saya sholat malam berjamaah, agar Dia mendapatkan kemenangan dalam perjudiannya". Istrinya tidak ketinggalan menyampaikan amal sholeh suaminya.
Bahkan ada kesepakatan ulama setempat yang mengajak umat agar membantunya lengkap dengan menukil dalil Al Quran pula. Anda yang bukan ulama akan sulit menasehati mereka.
Akhirnya Anda memilih menahan lisan dulu dan berniat mencari momentum dan cara yang tepat setelah selesai hiruk-pikuk permainan judi besar itu.
Karena Anda teringat dengan kisah Arab Baduy yang kencing di masjid Nabawi.
Sahabat Nabi sudah sangat marah bahkan ada yang sudah mencabut pedangnya. Rasulullah menenangkan mereka semua dan menunggu Dia selesai buang hajatnya. Berikutnya, setelah diinterogasi, ternyata Dia belum tahu bahwa masjid harus suci dari najis seperti air kencing.
Dia kira lantai masjid yang masih beralaskan pasir itu, sama saja dengan pasir gurun di tempat lain.
Nabi memberikan pelajaran kepadanya, agar tidak mengulanginya dan memerintahkan sahabat untuk menyiram pasir bekas kencingnya dengan air yang banyak.
Begitu juga Anda teringat, tidak ada gunanya menasehati orang yang sedang mabuk, baik mabuk khamar atau mabuk judi.
Belakangan, masyarakat heboh mendengar kabar ketika tumpuan harapan mereka kalah dalam perjudian dengan modal sangat besar.
Saking percayanya warga dengan keahliannya berjudi, banyak warga yang ikut bantu _nyawer_ modal judinya.
Oleh: Mak Wok
Bagaimana pendapat Anda ketika orang yang rajin sholat, rajin puasa menafkahi keluarganya dengan berjudi? Bahkan Dia punya cita-cita, jika menang besar lagi, Dia akan melanjutkan pembangunan masjid yang sudah dimulainya dan terbengkalai di kampungnya.
Mungkin Anda akan mudah mengambil sikap, jika menemukan fakta seperti itu, tinggal nasehati dan berikan akses kepekerjaan halal lainnya.
Namun faktanya tidak sesederhana itu, Dia mendapat dukungan dari berbagai pihak dengan beragam profesi dan status sosial. Bisa-bisa ketika menasehatinya, Anda akan dianggap musuh mereka bersama.
Setelah mencoba mendalami fakta-faktanya, Anda menemukan banyak alasan dan pernyataan yang sampai ketelinga Anda ketika berinteraksi dengan mereka, diantaranya adalah sebagai berikut.
"Kami sudah coba tawari untuk pekerjaan yang lain, tapi Dia tidak mau, banyak alasannya, tapi Dia baik, rajin ikut gotong-royong". Tutur salah satu warga.
"Menafkahi keluarga kan wajib, Dia sudah berusaha semampunya, dari pada anak istrinya terlantar makan dan pendidikannya, Dia malah berdosa melalaikan kewajiban, kan!", begitu ujar temannya.
"Kami keluarga fakir dan miskin, tidak mampu untuk membantu keluarga mereka.
Kami hanya bisa membantu dengan do'a, semoga Dia menang besar lagi", begitu yang terdengar dari keluarga istrinya.
"Dia rajin sholat dan puasa sunnah lho, makanya Kami adakan do'a bersama di masjid ini.
Semoga Dia menang besar dan bisa membantu melanjutkan pembangunan masjid ini yang terbengkalai. Dahulu juga Dia yang memulai membangun ketika menang judi". Begitu ungkapan pengurus masjid dekat rumah Dia.
"Dia dulu pernah bekerja di tempat judi itu sama seperti Saya. Kami dikeluarkan dan Dia mulai ikutan berjudi setelahnya. Karena cerdas dan mengetahui seluk beluk permainan judi, Dia pernah menang lumayan besar, lho, sehingga bisa bangun masjid. Sekarang Saya hanya bisa sedikit membantu modal berjudinya saja". Begitu tanggapan dari kawannya yang sekarang jadi pedagang dekat arena perjudian.
"Saya sebagai hansip, sering membantu mengawal Dia dengan suka rela ketika berjudi, agar Dia merasa aman dan tidak ada yang mengganggu perjuangannya untuk mengubah nasib Kami bersama". Begitu heroiknya ungkapan penjaga kampungnya.
"Tukang ojek juga sering menggratiskan Dia untuk antar-jemput ke tempat judi, karena Dia memang baik, sopan, cerdas dan suka menolong". Tambahan dari tokoh masyarakat di sana.
"Suami Saya sering mengajak Saya sholat malam berjamaah, agar Dia mendapatkan kemenangan dalam perjudiannya". Istrinya tidak ketinggalan menyampaikan amal sholeh suaminya.
Bahkan ada kesepakatan ulama setempat yang mengajak umat agar membantunya lengkap dengan menukil dalil Al Quran pula. Anda yang bukan ulama akan sulit menasehati mereka.
Akhirnya Anda memilih menahan lisan dulu dan berniat mencari momentum dan cara yang tepat setelah selesai hiruk-pikuk permainan judi besar itu.
Karena Anda teringat dengan kisah Arab Baduy yang kencing di masjid Nabawi.
Sahabat Nabi sudah sangat marah bahkan ada yang sudah mencabut pedangnya. Rasulullah menenangkan mereka semua dan menunggu Dia selesai buang hajatnya. Berikutnya, setelah diinterogasi, ternyata Dia belum tahu bahwa masjid harus suci dari najis seperti air kencing.
Dia kira lantai masjid yang masih beralaskan pasir itu, sama saja dengan pasir gurun di tempat lain.
Nabi memberikan pelajaran kepadanya, agar tidak mengulanginya dan memerintahkan sahabat untuk menyiram pasir bekas kencingnya dengan air yang banyak.
Begitu juga Anda teringat, tidak ada gunanya menasehati orang yang sedang mabuk, baik mabuk khamar atau mabuk judi.
Belakangan, masyarakat heboh mendengar kabar ketika tumpuan harapan mereka kalah dalam perjudian dengan modal sangat besar.
Saking percayanya warga dengan keahliannya berjudi, banyak warga yang ikut bantu _nyawer_ modal judinya.
Telegram
MakWok
Writer and Surau_2.0 founder
Warga menduga kuat bandar judi bermain mata dengan lawan Dia di perjudian dengan taruhan super besar itu. Tercium kuat aroma kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif yang di lakukan bandar judi dan kaki tangannya.
Bandar judi tentu punya kuasa sebagai penguasa lapangan arena judi. Petugas keamanan yang sangar-sangar. Bahkan bandar sering memberikan bantuan sembako kepada masyarakat sekitar. Agar arena perjudian tetap di dukung mayoritas warga.
Gaji petugas keamanan, pemandu permainan judi, petugas kesehatan di klinik perjudian dan semua karyawan gajinya di naikkan bandar sebelum pertandingan besar diadakan. Tentu agar semuanya patuh kepada atasan dan tidak berbalik jadi lawan.
Bandar punya kepentingan untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur triliunan yang sudah direncanakan dalam jangka menengah dan panjang.
Kan bisa kacau urusan dengan pemilik modal, jika pusat perjudian terbesar di kawasan baru batal, karena jagoan bandar judi yang lain, pernah kalah sebelumnya dari Dia. Dan ada proyek reklamasi pulau judi yang direcokinya dan mau dijadikan objek wisata lengkap dengan masjidnya.
Maka bagaimanapun caranya, yang punya cita-cita membangun masjid lain harus kalah dan dikalahkan.
"Jika masjid semakin bagus dan makmur, berpotensi akan menggerus dan menggerogoti legalitas judi di masa depan". Begitu ungkapan tokoh kaki tangan bandar.
"Masjid dan yang rajin sholat disana berpotensi membangun kekuatan besar yang akan menggilas hukum yang mengatur perjudian". Begitu ungkapan staf bandar judi yang lain.
Anda hanya mengomentari dalam hati. Begitulah tabiat perjudian, tujuannya hanya kemenangan. Pemain hanya korban yang terperangkap dalam lingkaran setannya. Bagaimanapun bandar judi akan selalu menang. Jika ada pemain yang menang itu karena bandar kecolongan atau dimenangkan agar ketagihan.
Cerita fiktif diatas menggambarkan betapa pemahaman terhadap judi akan mempengaruhi respon seseorang.
Karena yang jadi acuan dalam merespon itu adalah asas manfaat. Karena judi dianggap ada manfaatnya, maka judi dijadikan jalan untuk mencapai tujuan dianggap kebaikan.
Karena dianggap baik, maka layak didukung dan diperjuangkan agar tujuan tercapai.
Tujuan yang mengandung manfaat bersama menghalalkan segala cara. Kecurangan, trik dan tipu daya dianggap sebagai strategi mencapai tujuan saja.
Machiavelli adalah "Nabinya" dan sekularisme adalah "aqidah" yang menjadi landasannya.
Batam, #281/260224
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#SholehTapiBerjudi?
#MakWok #Surau_2.0
#BengkelPemikiran
Bandar judi tentu punya kuasa sebagai penguasa lapangan arena judi. Petugas keamanan yang sangar-sangar. Bahkan bandar sering memberikan bantuan sembako kepada masyarakat sekitar. Agar arena perjudian tetap di dukung mayoritas warga.
Gaji petugas keamanan, pemandu permainan judi, petugas kesehatan di klinik perjudian dan semua karyawan gajinya di naikkan bandar sebelum pertandingan besar diadakan. Tentu agar semuanya patuh kepada atasan dan tidak berbalik jadi lawan.
Bandar punya kepentingan untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur triliunan yang sudah direncanakan dalam jangka menengah dan panjang.
Kan bisa kacau urusan dengan pemilik modal, jika pusat perjudian terbesar di kawasan baru batal, karena jagoan bandar judi yang lain, pernah kalah sebelumnya dari Dia. Dan ada proyek reklamasi pulau judi yang direcokinya dan mau dijadikan objek wisata lengkap dengan masjidnya.
Maka bagaimanapun caranya, yang punya cita-cita membangun masjid lain harus kalah dan dikalahkan.
"Jika masjid semakin bagus dan makmur, berpotensi akan menggerus dan menggerogoti legalitas judi di masa depan". Begitu ungkapan tokoh kaki tangan bandar.
"Masjid dan yang rajin sholat disana berpotensi membangun kekuatan besar yang akan menggilas hukum yang mengatur perjudian". Begitu ungkapan staf bandar judi yang lain.
Anda hanya mengomentari dalam hati. Begitulah tabiat perjudian, tujuannya hanya kemenangan. Pemain hanya korban yang terperangkap dalam lingkaran setannya. Bagaimanapun bandar judi akan selalu menang. Jika ada pemain yang menang itu karena bandar kecolongan atau dimenangkan agar ketagihan.
Cerita fiktif diatas menggambarkan betapa pemahaman terhadap judi akan mempengaruhi respon seseorang.
Karena yang jadi acuan dalam merespon itu adalah asas manfaat. Karena judi dianggap ada manfaatnya, maka judi dijadikan jalan untuk mencapai tujuan dianggap kebaikan.
Karena dianggap baik, maka layak didukung dan diperjuangkan agar tujuan tercapai.
Tujuan yang mengandung manfaat bersama menghalalkan segala cara. Kecurangan, trik dan tipu daya dianggap sebagai strategi mencapai tujuan saja.
Machiavelli adalah "Nabinya" dan sekularisme adalah "aqidah" yang menjadi landasannya.
Batam, #281/260224
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#SholehTapiBerjudi?
#MakWok #Surau_2.0
#BengkelPemikiran
Telegram
MakWok
Writer and Surau_2.0 founder
Terpapar Sekularisme?
Oleh: Mak Wok
Sekularisme merupakan anti tesis dari teologis yang marak di Eropa pada abad kegelapan. Merupakan bentuk perlawanan Intelektual kepada pemangku kekuasaan yang di dukung penuh tokoh agamawan. Eropa bisa bangkit dengan mengemban sekularisme, sebaliknya sekularisme menjadi racun mematikan peradaban islam. Periksa tandanya, mana tahu sudah terpapar, kan?
Teologis yang berkolaborasi dengan kekuasaan mengemban kaidah dasar, "suara raja adalah suara Tuhan", sehingga menghasilkan hukum sesuka raja yang banyak menindas.
Muncullah pergolakan pemikiran dengan ide sekularisme. Membela dan berpihak kepada rakyat yang tertindas dengan slogan "suara rakyat adalah suara Tuhan".
Peraturan publik yang awalnya menjadi kewenangan raja diubah dengan mengembalikan kedaulatan membuat aturan ke rakyat/publik (republik).
Agama tetap diakui sebagai bentuk interaksi manusia dengan Tuhannya. Agama diposisikan hanya mengatur urusan pribadi/privat, tapi agama tidak boleh lagi mencampuri urusan publik. Dengan kata lain jangan bawa-bawa agama dalam urusan masyarakat.
Tuhan diposisikan seperti pembuat jam, setelah jam selesai, jam bisa jalan dengan sendirinya.
Tugas Tuhan sebagai pencipta dianggap sudah selesai. Manusia di berikan kebebasan oleh Tuhan untuk mengatur urusan publik manusia, sesukanya manusia.
Intinya adalah _fasluddin anilhayah_ (pemisahan agama dari kehidupan).
Ide ini bisa membuat bangsa Eropa bangkit dari abad _jahiliyah_ (kegelapan).
Diawali dengan _renaisance_, revolusi Prancis dan revolusi industri Inggris.
Bangsa-bangsa Eropa menjelma menjadi bangsa yang maju, kuat dan berlomba menjadi penjajah dengan kemajuan teknologi perang dan semua pendukungnya.
Penjajah membawa tiga misi, yaitu; _gold_ (kekayaan); _glory_ (kekuasaan) dan _gospel_ (agama) yang disingkat 3G, dalam ekspedisi dan ekspansi mereka.
Setiap rombongan akan memuat tiga profesi penting yang menjalankan misi 3G tersebut, yaitu; pengusaha; tentara dan pendeta.
Misi 3G berhasil dengan gemilang menguasai banyak wilayah di benua Asia dan Afrika.
Inggris sebagai adidaya saat itu mengakuisisi benua Amerika serta Australia. Migrasi besar-besaran bangsa Eropa terjadi setelahnya.
Penjajah menguasai dunia dan memaksakan ide sekularisme kepada bangsa-bangsa jajahannya.
Setelah merdeka dengan beragam cerita sejarah, ide penjajah ini tetap dipertahankan sedemikian rupa oleh bangsa bekas jajahan dengan rasa bangga.
Sekularisme memang obat manjur untuk kebangkitan bangsa-bangsa Eropa, karena agama mayoritas yang mereka anut, memang tidak punya aturan agama untuk urusan publik.
Berbeda dengan agama islam yang memiliki aturan lengkap dan paripurna untuk mengatur setiap sendi kehidupan, bahkan mayoritas hukum islam itu mengatur urusan publik.
Sekularisme justru menjadi racun yang mematikan peradaban islam. Ketika Eropa tenggelam dalam abad kegelapan saat diatur raja yang berkedok agama, justru peradaban islam sedang berada dalam masa emasnya.
Sekarang negeri muslim mengekor "lubang biawak" sekularisme. Sudah 100 tahun semenjak runtuhnya peradaban Khilafah Ustmaniyah tahun 1924 M.
Untuk melihat, apakah racun sekularisme sedang dan masih menggerogoti pikiran Kita.
Kita bisa menganalisa beberapa tandanya, sebagai berikut.
Pertama, Ketika dalam melakukan aktifitas apapun Kita tidak menggunakan aturan islam sebagai tolok ukur perbuatan.
Kedua, Kita rela dan redho saja ketika semua hukum Allah _Azza wa Jalla_ tidak tegak dalam setiap sendi kehidupan. Bahkan mati-matian membela hukum selain hukum Allah SWT.
Ketiga, Kita lebih percaya kepada hukum warisan penjajah yang dibuat manusia serakah dari pada hukum warisan Rasulullah dan _Khulafaurrasyidin_ yang menerapkan hukum Allah _Azza wa Jalla_ dalam setiap sendi kehidupan.
Keempat, Kita meyakini bahwa hukum Allah _Azza wa Jalla_ yang mengatur urusan publik sudah tidak relevan untuk mengatur manusia modern. Selagi bisa beribadah _mahdah_ dengan lancar, memilih makanan halal dan menyekolahkan anak keturunan di sekolah islami.
Hukum apapun yang mengatur urusan publik tidak jadi masalah.
Oleh: Mak Wok
Sekularisme merupakan anti tesis dari teologis yang marak di Eropa pada abad kegelapan. Merupakan bentuk perlawanan Intelektual kepada pemangku kekuasaan yang di dukung penuh tokoh agamawan. Eropa bisa bangkit dengan mengemban sekularisme, sebaliknya sekularisme menjadi racun mematikan peradaban islam. Periksa tandanya, mana tahu sudah terpapar, kan?
Teologis yang berkolaborasi dengan kekuasaan mengemban kaidah dasar, "suara raja adalah suara Tuhan", sehingga menghasilkan hukum sesuka raja yang banyak menindas.
Muncullah pergolakan pemikiran dengan ide sekularisme. Membela dan berpihak kepada rakyat yang tertindas dengan slogan "suara rakyat adalah suara Tuhan".
Peraturan publik yang awalnya menjadi kewenangan raja diubah dengan mengembalikan kedaulatan membuat aturan ke rakyat/publik (republik).
Agama tetap diakui sebagai bentuk interaksi manusia dengan Tuhannya. Agama diposisikan hanya mengatur urusan pribadi/privat, tapi agama tidak boleh lagi mencampuri urusan publik. Dengan kata lain jangan bawa-bawa agama dalam urusan masyarakat.
Tuhan diposisikan seperti pembuat jam, setelah jam selesai, jam bisa jalan dengan sendirinya.
Tugas Tuhan sebagai pencipta dianggap sudah selesai. Manusia di berikan kebebasan oleh Tuhan untuk mengatur urusan publik manusia, sesukanya manusia.
Intinya adalah _fasluddin anilhayah_ (pemisahan agama dari kehidupan).
Ide ini bisa membuat bangsa Eropa bangkit dari abad _jahiliyah_ (kegelapan).
Diawali dengan _renaisance_, revolusi Prancis dan revolusi industri Inggris.
Bangsa-bangsa Eropa menjelma menjadi bangsa yang maju, kuat dan berlomba menjadi penjajah dengan kemajuan teknologi perang dan semua pendukungnya.
Penjajah membawa tiga misi, yaitu; _gold_ (kekayaan); _glory_ (kekuasaan) dan _gospel_ (agama) yang disingkat 3G, dalam ekspedisi dan ekspansi mereka.
Setiap rombongan akan memuat tiga profesi penting yang menjalankan misi 3G tersebut, yaitu; pengusaha; tentara dan pendeta.
Misi 3G berhasil dengan gemilang menguasai banyak wilayah di benua Asia dan Afrika.
Inggris sebagai adidaya saat itu mengakuisisi benua Amerika serta Australia. Migrasi besar-besaran bangsa Eropa terjadi setelahnya.
Penjajah menguasai dunia dan memaksakan ide sekularisme kepada bangsa-bangsa jajahannya.
Setelah merdeka dengan beragam cerita sejarah, ide penjajah ini tetap dipertahankan sedemikian rupa oleh bangsa bekas jajahan dengan rasa bangga.
Sekularisme memang obat manjur untuk kebangkitan bangsa-bangsa Eropa, karena agama mayoritas yang mereka anut, memang tidak punya aturan agama untuk urusan publik.
Berbeda dengan agama islam yang memiliki aturan lengkap dan paripurna untuk mengatur setiap sendi kehidupan, bahkan mayoritas hukum islam itu mengatur urusan publik.
Sekularisme justru menjadi racun yang mematikan peradaban islam. Ketika Eropa tenggelam dalam abad kegelapan saat diatur raja yang berkedok agama, justru peradaban islam sedang berada dalam masa emasnya.
Sekarang negeri muslim mengekor "lubang biawak" sekularisme. Sudah 100 tahun semenjak runtuhnya peradaban Khilafah Ustmaniyah tahun 1924 M.
Untuk melihat, apakah racun sekularisme sedang dan masih menggerogoti pikiran Kita.
Kita bisa menganalisa beberapa tandanya, sebagai berikut.
Pertama, Ketika dalam melakukan aktifitas apapun Kita tidak menggunakan aturan islam sebagai tolok ukur perbuatan.
Kedua, Kita rela dan redho saja ketika semua hukum Allah _Azza wa Jalla_ tidak tegak dalam setiap sendi kehidupan. Bahkan mati-matian membela hukum selain hukum Allah SWT.
Ketiga, Kita lebih percaya kepada hukum warisan penjajah yang dibuat manusia serakah dari pada hukum warisan Rasulullah dan _Khulafaurrasyidin_ yang menerapkan hukum Allah _Azza wa Jalla_ dalam setiap sendi kehidupan.
Keempat, Kita meyakini bahwa hukum Allah _Azza wa Jalla_ yang mengatur urusan publik sudah tidak relevan untuk mengatur manusia modern. Selagi bisa beribadah _mahdah_ dengan lancar, memilih makanan halal dan menyekolahkan anak keturunan di sekolah islami.
Hukum apapun yang mengatur urusan publik tidak jadi masalah.
Telegram
MakWok
Writer and Surau_2.0 founder
Kelima, Kita menganggap masalah Palestina itu masalah mereka, karena berbeda teritori dengan Kita.
Keenam, Kita masih terpaku dengan sosok muslim yang sholeh untuk memimpin perubahan, belum fokus kepada kepemimpinan islam.
Beberapa tanda diatas, bisa menjadi indikator bahwah Kita sudah terpapar racun sekularisme yang mematikan peradaban islam.
Semakin banyak tanda itu bersarang dalam akal, semakin parah paparan racun sekularisme menggerogoti pikiran.
Selagi Kita masih berpikir jangan bawa-bawa agama, halal dan haram, surga dan neraka dalam interaksi publik, itu indikator kuat terpapar racun sekularisme yang mematikan.
Kita masing-masing lah yang bisa menganalisanya.
Analisa merupakan wilayah akal, jangan _baper_ (bawa perasaan) dalam mengkaji setiap detilnya.
Pemikir terbuka akan bergejolak pemikirannya, sehingga "panasnya" bisa mendetoksifikasi racun sekularisme yang sudah sangat lama bersarang dalam benaknya.
Batam, #282/050224
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#TerpaparSekularisme #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Keenam, Kita masih terpaku dengan sosok muslim yang sholeh untuk memimpin perubahan, belum fokus kepada kepemimpinan islam.
Beberapa tanda diatas, bisa menjadi indikator bahwah Kita sudah terpapar racun sekularisme yang mematikan peradaban islam.
Semakin banyak tanda itu bersarang dalam akal, semakin parah paparan racun sekularisme menggerogoti pikiran.
Selagi Kita masih berpikir jangan bawa-bawa agama, halal dan haram, surga dan neraka dalam interaksi publik, itu indikator kuat terpapar racun sekularisme yang mematikan.
Kita masing-masing lah yang bisa menganalisanya.
Analisa merupakan wilayah akal, jangan _baper_ (bawa perasaan) dalam mengkaji setiap detilnya.
Pemikir terbuka akan bergejolak pemikirannya, sehingga "panasnya" bisa mendetoksifikasi racun sekularisme yang sudah sangat lama bersarang dalam benaknya.
Batam, #282/050224
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#TerpaparSekularisme #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Telegram
MakWok
Writer and Surau_2.0 founder
Mematut Peradaban
Oleh: Mak Wok
Kaum hawa terkenal dengan kesukaannya mematut diri di depan cermin. Kaum Adam tentu juga terbiasa, walau tidak seekstrim kaum wanita.
Lewat kaca memungkinkan Kita untuk melihat warna bola mata Kita sendiri. Yang mustahil dilakukan tanpa alat bantu untuk merefleksikannya.
Jika refleksi wajah lewat media fisik, maka refleksi kepribadian harus menggunakan "cermin" khusus. Pasangan dan kawan adalah cerminan diri seseorang. Kalau ingin "melihat" seseorang, lihatlah kepada pasangan dan kawan-kawan dekatnya. Kita bisa mengukur kualitas dirinya.
Mematut diri juga bisa dilakukan dengan meminta kripik dan bakwan, eh... maksudnya kritik dan saran.
Semakin objektif kritik dan saran yang disampaikan, semakin akurat penilaian terhadap kepribadian.
Kepribadian (_syaksiyah_) seseorang juga bisa dibandingkan dengan tolok ukur kepribadian yang mulia, yaitu Rasulullah. _Syaksiyah_ melingkupi pola pikir dan pola sikap, yang buahnya terindra dari akhlak dan adab.
Peradaban manusia akan diikat oleh pemikiran, perasaan dan peraturan yang melandasi interaksi terus menerus antar sesama manusia.
Bagi penganut teori evolusi yang bersandar kepada sekularisme.
Peradaban manusia berawal dari berevolusinya manusia dari kera, jutaan tahun yang lalu.
Narasi-narasi disetiap fase peradaban manusia sangat lengkap, yang ditulis dalam buku-buku sejarah di segenap penjuru dunia.
Sejarah yang katanya jutaan tahun yang lalu, ghaib bagi Kita.
Walau ada informasi dan fosil yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur. Untuk informasi tentu hanya Al Quran dan hadist yang masih terjaga. Dalam Al Quran informasinya berbeda dengan sejarah yang diyakini banyak manusia dewasa ini.
Bahkan temuan fosil yang berumur lebih dari 400 juta tahun pun tidak berpihak kepada teori evolusi, seperti fosil kepiting tapal kuda dan _nautilus_ (keduanya hewan laut), ternyata masih hidup sampai sekarang dengan bentuk yang persis sama/identik.
Hewan ini dijuluki dengan "fosil hidup", berbarengan dengan beberapa hewan lainnya, terjadi kontradiksi akut, bukan?
Kontradiksi ini akan hilang jika yang dipakai adalah standar berpikir rasional. Secara rasional dapat di buktikan bahwa Alquran dan Rasulullah pasti benar.
Rasulullah pembawa risalah islam, pasti adalah utusan-Nya.
Dalam islam, fase peradaban manusia itu hanya ada lima saja, yaitu:
_Pertama_, fase _nubuwah_ (kenabian). Fase ini dimulai dengan turunnya manusia pertama dan pasangannya ke muka bumi, yaitu Adam _Alaihissalam_ dan Siti Hawa _Rahimahullah_.
Fase kenabian ini berlangsung ribuan tahun. Peradaban manusia senantiasa dapat _update_ (pembaharuan) dengan diutus-Nya para nabi dan rasul. Allah Azza wa Jalla langsung yang mengajarkaan ilmu dan keterampilan hidup kepada utusan-Nya.
Nabi Adam _Alaihissalam_ diajarkan-Nya semua nama dan hakikat benda.
Nabi Idris _Alaihissalam_ menjadi manusia pertama yang bisa menjahit pakaian.
Nabi Nuh _Alaihissalam_, manusia pertama yang menguasai teknologi perkapalan.
Demikian seterusnya, telah Allah Azza wa Jalla utus ratusan ribu nabi untuk memimpin peradaban kaum-kaum manusia.
Sampailah kepada _khatamul anbiya_ (penutup para nabi) yang diutus-Nya untuk memimpin peradaban seluruh manusia. Para nabi yang diutus sebelumnya terbatas hanya untuk kaumnya saja.
Nabi akhir zaman yang membawa islam yang lengkap dan paripurna.
Tentu Kita hendaknya tidak hanya meneladani akhlak nabi, namun Kita juga harus meneladani metode nabi dalam mendirikan _daulah_ dan meneladani Dia sebagai pemegang kekuasaan di Madinah.
Setelah Rasulullah wafat, fase ini berakhir, atas kehendak-Nya.
_Kedua_, fase _khilafah ala minhajinnubuwah_ (kepemimpinan yang mengikuti metode nabi). Kepemimpinan islam yang dikenal luas dengan istilah _khulafaurrasyidiin_ (para khalifah yang tertunjuki). Khalifah tidak menggantikan nabi sebagai pembawa risalah baru, karena islam telah sempurna, tidak memerlukan tambahan dan pengurangan, namun khalifah adalah pengganti Rasulullah sebagai pemimpin tertinggi _daulah_ (negara).
Oleh: Mak Wok
Kaum hawa terkenal dengan kesukaannya mematut diri di depan cermin. Kaum Adam tentu juga terbiasa, walau tidak seekstrim kaum wanita.
Lewat kaca memungkinkan Kita untuk melihat warna bola mata Kita sendiri. Yang mustahil dilakukan tanpa alat bantu untuk merefleksikannya.
Jika refleksi wajah lewat media fisik, maka refleksi kepribadian harus menggunakan "cermin" khusus. Pasangan dan kawan adalah cerminan diri seseorang. Kalau ingin "melihat" seseorang, lihatlah kepada pasangan dan kawan-kawan dekatnya. Kita bisa mengukur kualitas dirinya.
Mematut diri juga bisa dilakukan dengan meminta kripik dan bakwan, eh... maksudnya kritik dan saran.
Semakin objektif kritik dan saran yang disampaikan, semakin akurat penilaian terhadap kepribadian.
Kepribadian (_syaksiyah_) seseorang juga bisa dibandingkan dengan tolok ukur kepribadian yang mulia, yaitu Rasulullah. _Syaksiyah_ melingkupi pola pikir dan pola sikap, yang buahnya terindra dari akhlak dan adab.
Peradaban manusia akan diikat oleh pemikiran, perasaan dan peraturan yang melandasi interaksi terus menerus antar sesama manusia.
Bagi penganut teori evolusi yang bersandar kepada sekularisme.
Peradaban manusia berawal dari berevolusinya manusia dari kera, jutaan tahun yang lalu.
Narasi-narasi disetiap fase peradaban manusia sangat lengkap, yang ditulis dalam buku-buku sejarah di segenap penjuru dunia.
Sejarah yang katanya jutaan tahun yang lalu, ghaib bagi Kita.
Walau ada informasi dan fosil yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur. Untuk informasi tentu hanya Al Quran dan hadist yang masih terjaga. Dalam Al Quran informasinya berbeda dengan sejarah yang diyakini banyak manusia dewasa ini.
Bahkan temuan fosil yang berumur lebih dari 400 juta tahun pun tidak berpihak kepada teori evolusi, seperti fosil kepiting tapal kuda dan _nautilus_ (keduanya hewan laut), ternyata masih hidup sampai sekarang dengan bentuk yang persis sama/identik.
Hewan ini dijuluki dengan "fosil hidup", berbarengan dengan beberapa hewan lainnya, terjadi kontradiksi akut, bukan?
Kontradiksi ini akan hilang jika yang dipakai adalah standar berpikir rasional. Secara rasional dapat di buktikan bahwa Alquran dan Rasulullah pasti benar.
Rasulullah pembawa risalah islam, pasti adalah utusan-Nya.
Dalam islam, fase peradaban manusia itu hanya ada lima saja, yaitu:
_Pertama_, fase _nubuwah_ (kenabian). Fase ini dimulai dengan turunnya manusia pertama dan pasangannya ke muka bumi, yaitu Adam _Alaihissalam_ dan Siti Hawa _Rahimahullah_.
Fase kenabian ini berlangsung ribuan tahun. Peradaban manusia senantiasa dapat _update_ (pembaharuan) dengan diutus-Nya para nabi dan rasul. Allah Azza wa Jalla langsung yang mengajarkaan ilmu dan keterampilan hidup kepada utusan-Nya.
Nabi Adam _Alaihissalam_ diajarkan-Nya semua nama dan hakikat benda.
Nabi Idris _Alaihissalam_ menjadi manusia pertama yang bisa menjahit pakaian.
Nabi Nuh _Alaihissalam_, manusia pertama yang menguasai teknologi perkapalan.
Demikian seterusnya, telah Allah Azza wa Jalla utus ratusan ribu nabi untuk memimpin peradaban kaum-kaum manusia.
Sampailah kepada _khatamul anbiya_ (penutup para nabi) yang diutus-Nya untuk memimpin peradaban seluruh manusia. Para nabi yang diutus sebelumnya terbatas hanya untuk kaumnya saja.
Nabi akhir zaman yang membawa islam yang lengkap dan paripurna.
Tentu Kita hendaknya tidak hanya meneladani akhlak nabi, namun Kita juga harus meneladani metode nabi dalam mendirikan _daulah_ dan meneladani Dia sebagai pemegang kekuasaan di Madinah.
Setelah Rasulullah wafat, fase ini berakhir, atas kehendak-Nya.
_Kedua_, fase _khilafah ala minhajinnubuwah_ (kepemimpinan yang mengikuti metode nabi). Kepemimpinan islam yang dikenal luas dengan istilah _khulafaurrasyidiin_ (para khalifah yang tertunjuki). Khalifah tidak menggantikan nabi sebagai pembawa risalah baru, karena islam telah sempurna, tidak memerlukan tambahan dan pengurangan, namun khalifah adalah pengganti Rasulullah sebagai pemimpin tertinggi _daulah_ (negara).
Telegram
MakWok
Writer and Surau_2.0 founder
Fase ini tidak lama, namun Khalifah Umar Bin Khattab bisa membebaskan Baitul Maqdis dari Romawi, adidaya dunia di masa itu dan me- _futuhat_ (menaklukan) Persia.
_Ketiga_, fase _mulkan adhan_ (kekuasaan yang menggigit). Sejarahnya panjang terbentang sangat lama dengan wilayah yang sangat luas yang meliputi hampir sepertiga bumi.
Ciri utamanya adalah kedaulatan hukum masih di tangan syara'.
Hukum Allah Azza wa Jalla masih tegak di tengah-tengah umat.
Fase ini diawali dengan kepemimpinan Khilafah Umawiyah, dilanjutkan Khilafah Abbasiyah dan terakhir Khilafah Utsmaniyah, sejarah para khulafa membentang selama lebih dari 1400 tahun.
Para penemu dan ilmuan yang _polymath_ (menguasai beragam disiplin ilmu) lahir pada era peradaban emas ini.
Bahkan diakui juga ketinggian peradabannya, oleh sejarawan non muslim, seperti Michael H. Hart.
Fase ini berakhir dengan runtuhnya Khilafah Utsmaniyah 100 tahun yang lalu (1924 M).
_Keempat_, fase _mulkan jabriyatan_ (kepemimpinan yang memaksakan kehendak/otoriter). Inilah fase yang sedang Kita jalani saat ini.
Fase bercerai-berainya umat dalam sekat semu negara bangsa.
Toleransi antar umat beragama bisa dijaga, namun toleransi antar umat seagama malah sangat mengerikan.
Fitnah terhadap ajaran islam yang tinggi tersebar secara terstruktur, sistematis dan masif.
Umat ketakutan dengan ajaran agamanya sendiri.
Bahkan ada ulama yang menisbatkan zaman ini dengan "neo jahiliyah", "jahiliyah berteknologi tinggi".
Contoh populer, dulu saat Nabi berdakwah pada fase Mekah, riba itu prakteknya hanya dilakukan pribadi, sekarang praktisinya adalah lembaga resmi, bahkan dilakukan oleh negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim.
Apapun sebutan untuk fase ini, fase ini pasti akan berakhir, karena lisan nabi sudah mengabarkan sebuah _bisyarah_ (kabar gembira).
_Kelima_, fase _khilafah ala minhajinnubuwah_. (Kepemimpinan yang mengikuti metode nabi). Ini fase yang masih ghaib kapan waktu mulainya.
Namun fase ini pasti terjadi, karena keluar dari lisan Rasulullah. Rasulullah tidak pernah berbohong.
Yang selayaknya Kita lakukan tentu mengkaji dengan rinci dan teliti, apa dan bagaimana yang disebut "metode kenabian".
Fase peradaban yang paling sesuai tentu fase dakwah baginda Nabi _Shalallahualaihiwassalam_ pada periode Mekah.
Marilah mematut-matut kondisi umat saat ini dengan kondisi umat saat dakwah Rasulullah pada periode Mekah.
Batam, #283/070324
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#MematutPeradaban #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
_Ketiga_, fase _mulkan adhan_ (kekuasaan yang menggigit). Sejarahnya panjang terbentang sangat lama dengan wilayah yang sangat luas yang meliputi hampir sepertiga bumi.
Ciri utamanya adalah kedaulatan hukum masih di tangan syara'.
Hukum Allah Azza wa Jalla masih tegak di tengah-tengah umat.
Fase ini diawali dengan kepemimpinan Khilafah Umawiyah, dilanjutkan Khilafah Abbasiyah dan terakhir Khilafah Utsmaniyah, sejarah para khulafa membentang selama lebih dari 1400 tahun.
Para penemu dan ilmuan yang _polymath_ (menguasai beragam disiplin ilmu) lahir pada era peradaban emas ini.
Bahkan diakui juga ketinggian peradabannya, oleh sejarawan non muslim, seperti Michael H. Hart.
Fase ini berakhir dengan runtuhnya Khilafah Utsmaniyah 100 tahun yang lalu (1924 M).
_Keempat_, fase _mulkan jabriyatan_ (kepemimpinan yang memaksakan kehendak/otoriter). Inilah fase yang sedang Kita jalani saat ini.
Fase bercerai-berainya umat dalam sekat semu negara bangsa.
Toleransi antar umat beragama bisa dijaga, namun toleransi antar umat seagama malah sangat mengerikan.
Fitnah terhadap ajaran islam yang tinggi tersebar secara terstruktur, sistematis dan masif.
Umat ketakutan dengan ajaran agamanya sendiri.
Bahkan ada ulama yang menisbatkan zaman ini dengan "neo jahiliyah", "jahiliyah berteknologi tinggi".
Contoh populer, dulu saat Nabi berdakwah pada fase Mekah, riba itu prakteknya hanya dilakukan pribadi, sekarang praktisinya adalah lembaga resmi, bahkan dilakukan oleh negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim.
Apapun sebutan untuk fase ini, fase ini pasti akan berakhir, karena lisan nabi sudah mengabarkan sebuah _bisyarah_ (kabar gembira).
_Kelima_, fase _khilafah ala minhajinnubuwah_. (Kepemimpinan yang mengikuti metode nabi). Ini fase yang masih ghaib kapan waktu mulainya.
Namun fase ini pasti terjadi, karena keluar dari lisan Rasulullah. Rasulullah tidak pernah berbohong.
Yang selayaknya Kita lakukan tentu mengkaji dengan rinci dan teliti, apa dan bagaimana yang disebut "metode kenabian".
Fase peradaban yang paling sesuai tentu fase dakwah baginda Nabi _Shalallahualaihiwassalam_ pada periode Mekah.
Marilah mematut-matut kondisi umat saat ini dengan kondisi umat saat dakwah Rasulullah pada periode Mekah.
Batam, #283/070324
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#MematutPeradaban #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Telegram
MakWok
Writer and Surau_2.0 founder
Lagi, Lagi dan Lagi
Oleh: Mak Wok
Kalimat lagi, lagi dan lagi biasanya digunakan untuk mengungkapkan kejadian yang mengulang. Konotasinya bisa positif dan negatif, tergantung konteks kata atau kalimat lain yang menyertainya. Rutinitas yang membosankan atau sugesti agar bersungguh-sungguh untuk menggapai sesuatu, atau sebaliknya bisa juga sebagai ungkapan kekecewaan.
Seorang anak yang belum mengerti makna syukur bisa dengan mudah berkata, "telur lagi, lagi dan lagi, bosaaan", merasa kecewa ketika melihat menu yang disajikan itu-itu saja. Anak tentu belum paham kesulitan ortu untuk bertahan dari bulan ke bulan.
Bulan Ramadhan menjelang, dan seperti biasanya ayat favorit akan bergaung dari banyak mimbar, ayatnya tentu itu lagi, lagi dan lagi, yang disampaikan para da'i. Tidak mengapa juga, karena lancar kaji memang karena sering diulang.
Yang jarang disinggung adalah kenapa perbedaan awal berpuasa setiap tahun menghangat lagi, lagi dan lagi.
Apalagi jika lebaran yang berbeda antar umat senegara akan lebih heboh lagi, lagi dan lagi ceritanya.
Cerita biasa jika harga sembako meroket dibulan puasa.
Tiket berbagai moda transportasi juga tidak mau ketinggalan, lagi, lagi dan lagi juga merangkak naik, apalagi mendekati lebaran, harganya naik tinggi..
Seharusnya permintaan sembako rendah, karena ratusan juta orang tidak lagi makan siang.
Biasanya makan tiga kali sehari, bulan puasa tinggal dua kali sehari, lagi, lagi dan lagi yang terjadi justru kebalikannya.
Fenomena sholat taraweh juga terjadi pengulangan cerita lama, ramainya lagi, lagi dan lagi cuma diawal saja. Dibagian akhir ramainya malah di pusat perbelanjaan atau di jalan-jalan.
Lagi, lagi dan lagi pasar kaget yang menjual takjil sebelum berbuka akan menjamur di pinggir jalan atau parkiran.
Lagi, lagi dan lagi kalau orang lapar yang belanja makanan sering kalap, tentengan penuh aneka makanan dan minuman ditangan ketika pulang.
Fenomena yang terjadi selama mudik lebaran kekampung halaman, lagi, lagi dan lagi ceritanya tidak akan jauh berbeda dari tahun ketahun.
Ramadhan di Palestina malah jadi momentum saudara Kita berpulang kekampung akhirat.
Hal ini lagi, lagi dan lagi telah sangat sering terjadi.
Masjid, rumah sakit dan fasilitas lain, lagi dan lagi hancur lagi setelah diperbaiki.
Genosida lagi, lagi dan lagi sering terjadi pada bulan puasa.
Seperti biasa dunia, lagi, lagi dan lagi tutup mata dan telinga.
Dibelahan bumi manapun, jika yang menjadi korban kebiadaban adalah umat islam, maka lagi, lagi dan lagi sikap dunia sama saja.
Banyak lagi, fenomena-fenomena yang mengulang seperti sudah membudaya.
Budaya _bully_ (perundungan) yang sampai menghilangkan nyawa, lagi, lagi dan lagi terjadi.
Persekusi kajian islam, pelecehan ajaran islam, lagi, lagi dan lagi terjadi.
Namun Saya akan mencoba semampunya untuk menulis lagi, lagi dan lagi tentang berbagai hal dengan sudut pandang islami.
Karena Saya ingin mati dengan membawa islam, maka selama hidup harus setiap saat bawa-bawa islam dalam lisan dan tulisan.
Batam, #284/080324
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#Lagi #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Oleh: Mak Wok
Kalimat lagi, lagi dan lagi biasanya digunakan untuk mengungkapkan kejadian yang mengulang. Konotasinya bisa positif dan negatif, tergantung konteks kata atau kalimat lain yang menyertainya. Rutinitas yang membosankan atau sugesti agar bersungguh-sungguh untuk menggapai sesuatu, atau sebaliknya bisa juga sebagai ungkapan kekecewaan.
Seorang anak yang belum mengerti makna syukur bisa dengan mudah berkata, "telur lagi, lagi dan lagi, bosaaan", merasa kecewa ketika melihat menu yang disajikan itu-itu saja. Anak tentu belum paham kesulitan ortu untuk bertahan dari bulan ke bulan.
Bulan Ramadhan menjelang, dan seperti biasanya ayat favorit akan bergaung dari banyak mimbar, ayatnya tentu itu lagi, lagi dan lagi, yang disampaikan para da'i. Tidak mengapa juga, karena lancar kaji memang karena sering diulang.
Yang jarang disinggung adalah kenapa perbedaan awal berpuasa setiap tahun menghangat lagi, lagi dan lagi.
Apalagi jika lebaran yang berbeda antar umat senegara akan lebih heboh lagi, lagi dan lagi ceritanya.
Cerita biasa jika harga sembako meroket dibulan puasa.
Tiket berbagai moda transportasi juga tidak mau ketinggalan, lagi, lagi dan lagi juga merangkak naik, apalagi mendekati lebaran, harganya naik tinggi..
Seharusnya permintaan sembako rendah, karena ratusan juta orang tidak lagi makan siang.
Biasanya makan tiga kali sehari, bulan puasa tinggal dua kali sehari, lagi, lagi dan lagi yang terjadi justru kebalikannya.
Fenomena sholat taraweh juga terjadi pengulangan cerita lama, ramainya lagi, lagi dan lagi cuma diawal saja. Dibagian akhir ramainya malah di pusat perbelanjaan atau di jalan-jalan.
Lagi, lagi dan lagi pasar kaget yang menjual takjil sebelum berbuka akan menjamur di pinggir jalan atau parkiran.
Lagi, lagi dan lagi kalau orang lapar yang belanja makanan sering kalap, tentengan penuh aneka makanan dan minuman ditangan ketika pulang.
Fenomena yang terjadi selama mudik lebaran kekampung halaman, lagi, lagi dan lagi ceritanya tidak akan jauh berbeda dari tahun ketahun.
Ramadhan di Palestina malah jadi momentum saudara Kita berpulang kekampung akhirat.
Hal ini lagi, lagi dan lagi telah sangat sering terjadi.
Masjid, rumah sakit dan fasilitas lain, lagi dan lagi hancur lagi setelah diperbaiki.
Genosida lagi, lagi dan lagi sering terjadi pada bulan puasa.
Seperti biasa dunia, lagi, lagi dan lagi tutup mata dan telinga.
Dibelahan bumi manapun, jika yang menjadi korban kebiadaban adalah umat islam, maka lagi, lagi dan lagi sikap dunia sama saja.
Banyak lagi, fenomena-fenomena yang mengulang seperti sudah membudaya.
Budaya _bully_ (perundungan) yang sampai menghilangkan nyawa, lagi, lagi dan lagi terjadi.
Persekusi kajian islam, pelecehan ajaran islam, lagi, lagi dan lagi terjadi.
Namun Saya akan mencoba semampunya untuk menulis lagi, lagi dan lagi tentang berbagai hal dengan sudut pandang islami.
Karena Saya ingin mati dengan membawa islam, maka selama hidup harus setiap saat bawa-bawa islam dalam lisan dan tulisan.
Batam, #284/080324
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#Lagi #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Telegram
MakWok
Writer and Surau_2.0 founder
Ngopi dan Peradaban
Oleh: Mak Wok
Tulisan ini di buat saat Saya _ngopi_ sambil menunggu anak-anak bermain di taman bermain. Berselancar sebentar menilik sejarah kopi.
Ternyata kedai kopi pertama di dunia itu ada di Istambul sejak tahun 1475 M.
Ini kurang lebih 200 tahun sebelum kedai kopi pertama berdiri di benua Eropa.
Saya langsung teringat tahun 1453 M, penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih, yang sekarang dikenal dengan nama Istambul.
Berarti kedai kopi pertama di dunia berdiri 23 tahun setelah _futuhat_ (penaklukan).
Sholat sunnah _futuhat_, merupakan sholat yang sudah sangat lama tidak pernah bisa khalifah dan umat islam tegakkan lagi.
Semoga tetap terjaga kerinduan dalam relung hati umat, agar berkesempatan melakukan sholat sunnah _futuhat_, apalagi setelah me- _futuhat_ kota Roma nantinya. Roma itu pasti ditaklukkan, karena terucap lewat lisan Rasulullah yang tidak mungkin berbohong.
Jika _bisyarah_ (kabar gembira) yang keluar dari lisan Rasulullah terkait penaklukan kota Heraklius (Konstantinopel), terbukti setelah +- 800 tahun, mungkin pembuktian _futuhat_ kota Roma tidak akan memakan waktu lama lagi dari sekarang, bukan? _wallahuallam_.
Kembali ke kopi, sejarahnya juga dimulai dari peradaban islam, yaitu ketika kepemimpinan islam menguasai Afrika Timur, tepatnya di Ethiopia.
Konon katanya, kurang lebih tahun 1000 M yang lalu, ada kaum sufi yang melihat kambing yang memakan biji-bijian dan kambing tetap terjaga ketika malam tiba.
Kemudian mereka meminum air rebusan biji (kahwah) tersebut, dan mereka bisa terjaga malamnya untuk mengkaji kitab dan berzikir.
Entahlah, agak sulit dibuktikan cerita semisal ini.
Namun yang jelas bahwa Ethiopia saat kopi ditemukan berada di bawah kepemimpinan islam.
Dengan kata lain, peradaban islam sedang tegak ditengah-tengah mereka.
Tidak dipungkiri, bahwa kepemimpinan islam, meninggalkan jejak-jejak peradaban yang tinggi. Dan memberikan sumbangsih yang tidak ternilai bagi peradaban dunia.
Tidak hanya kedai kopi pertama di dunia, bahkan kampus pertama di dunia juga lahir dari peradaban emas islam.
Bagi yang pernah wisuda, tentu pernah memakai topi datar berwarna hitam.
Topi datar itu, dulunya untuk meletakkan Al Quran diatasnya.
Bahkan pakaian jubah hitamnya, merupakan pakaian kehormatan yang juga banyak dipakai oleh khatib dan Imam masjid sampai sekarang.
Belum lagi ilmuan besar penemu yang menjadi tonggak peradaban dunia. Bapak optik dunia, penemu angka nol, bapak kedokteran dunia, perumus algoritma, manusia pertama yang praktek terbang meniru burung dengan alat rancangannya yang mengudara +- 10 menit dan banyak lagi yang lainnya.
Jadi, sejarah peradaban islam itu tinggi dan terbukti pernah jadi mercusuar peradaban dunia. Abad pertengahan ada dua kota metropolis yang paling megah di masanya, yaitu Baghdad dan Cordova. Bahkan anak raja dan bangsawan di Eropa, menuntut ilmu di kedua kota itu. Saat Baghdad di hancurkan tartar dari Mongolia, disinyalir ada 2 juta buku yang dihanyutkan ke sungai, sampai-sampai airnya menghitam karena tintanya.
Peradaban emas yang tinggi itu tercapai ketika islam diterapkan secara _kaffah_ (totalitas) ditengah-tengah umat.
Islam mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, diri sendiri dan sesamanya.
Islam itu tinggi, tidak ada yang lebih tinggi darinya.
Umat akan mulia jika mengambil islam secara menyeluruh, dan umat akan terhina dan sengsara jika hanya mengambil sebagian kecil saja dari ajaran islam.
Semoga senantiasa terpatri dalam relung hati terdalam umat, kerinduan untuk membai'at khalifah.
Khalifah lah yang akan menjaga syariat tetap tegak secara totalitas dan akan memimpin tentara umat untuk membebaskan Palestina, seperti yang pernah dilakukan oleh khalifah Umar Bin Khatab _Radhiallahuanhu_ dan Salahuddin Al Ayyubi _Rahimahullah_.
Khalifah yang akan memimpin peradaban emas islam untuk kali kedua.
Oleh: Mak Wok
Tulisan ini di buat saat Saya _ngopi_ sambil menunggu anak-anak bermain di taman bermain. Berselancar sebentar menilik sejarah kopi.
Ternyata kedai kopi pertama di dunia itu ada di Istambul sejak tahun 1475 M.
Ini kurang lebih 200 tahun sebelum kedai kopi pertama berdiri di benua Eropa.
Saya langsung teringat tahun 1453 M, penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih, yang sekarang dikenal dengan nama Istambul.
Berarti kedai kopi pertama di dunia berdiri 23 tahun setelah _futuhat_ (penaklukan).
Sholat sunnah _futuhat_, merupakan sholat yang sudah sangat lama tidak pernah bisa khalifah dan umat islam tegakkan lagi.
Semoga tetap terjaga kerinduan dalam relung hati umat, agar berkesempatan melakukan sholat sunnah _futuhat_, apalagi setelah me- _futuhat_ kota Roma nantinya. Roma itu pasti ditaklukkan, karena terucap lewat lisan Rasulullah yang tidak mungkin berbohong.
Jika _bisyarah_ (kabar gembira) yang keluar dari lisan Rasulullah terkait penaklukan kota Heraklius (Konstantinopel), terbukti setelah +- 800 tahun, mungkin pembuktian _futuhat_ kota Roma tidak akan memakan waktu lama lagi dari sekarang, bukan? _wallahuallam_.
Kembali ke kopi, sejarahnya juga dimulai dari peradaban islam, yaitu ketika kepemimpinan islam menguasai Afrika Timur, tepatnya di Ethiopia.
Konon katanya, kurang lebih tahun 1000 M yang lalu, ada kaum sufi yang melihat kambing yang memakan biji-bijian dan kambing tetap terjaga ketika malam tiba.
Kemudian mereka meminum air rebusan biji (kahwah) tersebut, dan mereka bisa terjaga malamnya untuk mengkaji kitab dan berzikir.
Entahlah, agak sulit dibuktikan cerita semisal ini.
Namun yang jelas bahwa Ethiopia saat kopi ditemukan berada di bawah kepemimpinan islam.
Dengan kata lain, peradaban islam sedang tegak ditengah-tengah mereka.
Tidak dipungkiri, bahwa kepemimpinan islam, meninggalkan jejak-jejak peradaban yang tinggi. Dan memberikan sumbangsih yang tidak ternilai bagi peradaban dunia.
Tidak hanya kedai kopi pertama di dunia, bahkan kampus pertama di dunia juga lahir dari peradaban emas islam.
Bagi yang pernah wisuda, tentu pernah memakai topi datar berwarna hitam.
Topi datar itu, dulunya untuk meletakkan Al Quran diatasnya.
Bahkan pakaian jubah hitamnya, merupakan pakaian kehormatan yang juga banyak dipakai oleh khatib dan Imam masjid sampai sekarang.
Belum lagi ilmuan besar penemu yang menjadi tonggak peradaban dunia. Bapak optik dunia, penemu angka nol, bapak kedokteran dunia, perumus algoritma, manusia pertama yang praktek terbang meniru burung dengan alat rancangannya yang mengudara +- 10 menit dan banyak lagi yang lainnya.
Jadi, sejarah peradaban islam itu tinggi dan terbukti pernah jadi mercusuar peradaban dunia. Abad pertengahan ada dua kota metropolis yang paling megah di masanya, yaitu Baghdad dan Cordova. Bahkan anak raja dan bangsawan di Eropa, menuntut ilmu di kedua kota itu. Saat Baghdad di hancurkan tartar dari Mongolia, disinyalir ada 2 juta buku yang dihanyutkan ke sungai, sampai-sampai airnya menghitam karena tintanya.
Peradaban emas yang tinggi itu tercapai ketika islam diterapkan secara _kaffah_ (totalitas) ditengah-tengah umat.
Islam mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, diri sendiri dan sesamanya.
Islam itu tinggi, tidak ada yang lebih tinggi darinya.
Umat akan mulia jika mengambil islam secara menyeluruh, dan umat akan terhina dan sengsara jika hanya mengambil sebagian kecil saja dari ajaran islam.
Semoga senantiasa terpatri dalam relung hati terdalam umat, kerinduan untuk membai'at khalifah.
Khalifah lah yang akan menjaga syariat tetap tegak secara totalitas dan akan memimpin tentara umat untuk membebaskan Palestina, seperti yang pernah dilakukan oleh khalifah Umar Bin Khatab _Radhiallahuanhu_ dan Salahuddin Al Ayyubi _Rahimahullah_.
Khalifah yang akan memimpin peradaban emas islam untuk kali kedua.
Jika seorang Abu Ubaidah sudah membuat umat bersuka cita mendengar pidato heroiknya, apatah lagi ketika umat mendengar pidato khalifah yang akan memimpin umat membebaskan Palestina, Khasmir, Uighur dan lainnya.
Bahkan akan berkelanjutan sampai me- _futuhat_ kota Roma, nah kemuliaan itu jatah Kita atau anak keturunan Kita. _lahaulawalakuataillabillah_.
Batam, #285/100324
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#NgopidanPeradaban #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Bahkan akan berkelanjutan sampai me- _futuhat_ kota Roma, nah kemuliaan itu jatah Kita atau anak keturunan Kita. _lahaulawalakuataillabillah_.
Batam, #285/100324
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#NgopidanPeradaban #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Telegram
MakWok
Writer and Surau_2.0 founder
Sepakat Berbeda
Oleh: Mak Wok
Penentuan awal Ramadhan tahun 1445 H kembali berbeda. Faktor yang paling berpengaruh adalah karena adanya sekat semu negara bangsa.
"_agree to disagree_" (sepakat untuk tidak sepakat), begitu kalimat yang biasa digunakan untuk menambal ketidakmampuan menyamakan pendapat. Tepatkah?
Dalam islam, berbeda adopsi fiqih tentu hal yang biasa.
Yang perlu lebih serius didiskusikan adalah kapan perbedaan itu tepat dan di perbolehkan?
Sederhananya umat boleh berbeda pendapat pada area yang memang syara' membolehkannya berbeda.
Umumnya ini terkait ranah yang mengatur hubungan hamba dengan Rabb.
Praktek aqidah dan ibadah yang termasuk area cabang (_furu'_).
Sebaliknya diarea ushul aqidah dan ibadah, hukum syara' tidak memberi ruang untuk berbeda. Sehingga frasa "sepakat untuk berbeda" tidak tepat diamalkan.
Contoh dalam sholat subuh.
Si A mengadopsi pendapat, sholat subuh pakai qunut. Sedangkan Si B mengadopsi pendapat, sholat subuh tidak pakai qunut.
Ketika mereka sholat subuh sendiri-sendiri (_munfarid_), mereka tinggal melakukan praktek sholat subuh sesuai dengan yang mereka yakini.
Akan berbeda ceritanya ketika mereka sholat subuh berjamaah bersama.
Ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi.
_Pertama_, mereka sama-sama menjadi makmum dari imam yang mengadopsi pendapat sholat subuh pakai qunut.
_Kedua_, mereka bermakmum kepada imam yang mengadopsi pendapat sholat subuh tidak pakai qunut.
_Ketiga_, salah satu dari mereka menjadi imam, dan yang lainnya menjadi makmum.
Bagaimana sikap yang tepat?
Sholat berjamaah memiliki hukum syara' khusus yang mengatur tata cara berjamaah.
Salah satunya adalah makmum harus ikut imam, tidak boleh menyelisihinya.
Sikap yang tepat bagi si A, ketika Ia bermakmum kepada imam yang tidak pakai qunut, Ia wajib ikut imam dan tidak perlu qunut sendiri.
Ketika si A diminta jadi imam, Dia harus bertanya tentang _urf_ (kebiasaan jamaah setempat). Jika jamaah disana biasanya tidak pakai qunut, adabnya Dia mengimami sholat subuh tidak pakai qunut.
Begitu juga bagi Si B, ketika Dia bermakmum kepada imam yang pakai qunut, maka Ia mengangkat tangan dan mengaminkan do'a qunut imam, karena makmum wajib ikut imam, tidak boleh menyelisihinya.
Ketika Si B diminta menjadi imam, bagi jama'ah yang biasanya pakai qunut, adabnya Dia mengimami sholat subuh dengan pakai qunut, ini yang dicontohkan oleh Imam Ahmad Bin Hambal _rahimahullah_ ketika mengimami jamaah yang biasanya pakai qunut, padahal beliau mengadopsi pendapat sholat subuh tidak pakai qunut.
Inilah adab yang lebih mengutamakan _ukhuwah islamiyah_ (persatuan umat) dari pada ilmu fiqih. Adab diposisikan lebih utama untuk diamalkan dari pada ilmu, inilah sikap yang tepat.
Penuntut ilmu memahami setiap pendapat yang memiliki sandaran dalil yang jelas, kesemuanya masih tergolong pendapat yang islami, tinggal diamalkan salah satunya.
Seorang _mujtahid_ (penggali hukum syara') ketika _berijtihad_ (mengeluarkan pendapat hukum), jika salah, maka Dia dapat satu pahala, namun jika benar, baginya dua pahala.
Bagi _mukallid_ (pengikut) yang beramal dengan mengikuti pendapat seorang _mujtahid_, tentu dipersilahkan dan adabnya tetap menghormati _mukallid_ lain yang mengamalkan pendapat atau ilmu dari _mujtahid_ yang berbeda dengan yang diyakininya.
Tidak tepat jika sampai saling mencela amal antar sesama saudara seiman, seilsam.
Jika ingin mencari pendapat yang _rajih_ (lebih kuat) tentunya bisa ditempuh dengan berdiskusi secara _ahsan_ (yang baik) tanpa celaan di dalamnya.
Kembali ke qunut subuh, jika si A dan si B ingin mendiskusikannya mana pendapat yang _rajih_, tentu boleh saja.
Asal keduanya sudah matang secara intelektual dan emosional.
Namun jika belum, sebaiknya mengambil sikap _tasammuh_ (berlapang dada) tanpa saling cela dan menyalahkan.
Karena jika mereka bertengkar gara-gara qunut subuh, yang senang adalah setan dan kawan setan yang tidak sholat subuh.
Oleh: Mak Wok
Penentuan awal Ramadhan tahun 1445 H kembali berbeda. Faktor yang paling berpengaruh adalah karena adanya sekat semu negara bangsa.
"_agree to disagree_" (sepakat untuk tidak sepakat), begitu kalimat yang biasa digunakan untuk menambal ketidakmampuan menyamakan pendapat. Tepatkah?
Dalam islam, berbeda adopsi fiqih tentu hal yang biasa.
Yang perlu lebih serius didiskusikan adalah kapan perbedaan itu tepat dan di perbolehkan?
Sederhananya umat boleh berbeda pendapat pada area yang memang syara' membolehkannya berbeda.
Umumnya ini terkait ranah yang mengatur hubungan hamba dengan Rabb.
Praktek aqidah dan ibadah yang termasuk area cabang (_furu'_).
Sebaliknya diarea ushul aqidah dan ibadah, hukum syara' tidak memberi ruang untuk berbeda. Sehingga frasa "sepakat untuk berbeda" tidak tepat diamalkan.
Contoh dalam sholat subuh.
Si A mengadopsi pendapat, sholat subuh pakai qunut. Sedangkan Si B mengadopsi pendapat, sholat subuh tidak pakai qunut.
Ketika mereka sholat subuh sendiri-sendiri (_munfarid_), mereka tinggal melakukan praktek sholat subuh sesuai dengan yang mereka yakini.
Akan berbeda ceritanya ketika mereka sholat subuh berjamaah bersama.
Ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi.
_Pertama_, mereka sama-sama menjadi makmum dari imam yang mengadopsi pendapat sholat subuh pakai qunut.
_Kedua_, mereka bermakmum kepada imam yang mengadopsi pendapat sholat subuh tidak pakai qunut.
_Ketiga_, salah satu dari mereka menjadi imam, dan yang lainnya menjadi makmum.
Bagaimana sikap yang tepat?
Sholat berjamaah memiliki hukum syara' khusus yang mengatur tata cara berjamaah.
Salah satunya adalah makmum harus ikut imam, tidak boleh menyelisihinya.
Sikap yang tepat bagi si A, ketika Ia bermakmum kepada imam yang tidak pakai qunut, Ia wajib ikut imam dan tidak perlu qunut sendiri.
Ketika si A diminta jadi imam, Dia harus bertanya tentang _urf_ (kebiasaan jamaah setempat). Jika jamaah disana biasanya tidak pakai qunut, adabnya Dia mengimami sholat subuh tidak pakai qunut.
Begitu juga bagi Si B, ketika Dia bermakmum kepada imam yang pakai qunut, maka Ia mengangkat tangan dan mengaminkan do'a qunut imam, karena makmum wajib ikut imam, tidak boleh menyelisihinya.
Ketika Si B diminta menjadi imam, bagi jama'ah yang biasanya pakai qunut, adabnya Dia mengimami sholat subuh dengan pakai qunut, ini yang dicontohkan oleh Imam Ahmad Bin Hambal _rahimahullah_ ketika mengimami jamaah yang biasanya pakai qunut, padahal beliau mengadopsi pendapat sholat subuh tidak pakai qunut.
Inilah adab yang lebih mengutamakan _ukhuwah islamiyah_ (persatuan umat) dari pada ilmu fiqih. Adab diposisikan lebih utama untuk diamalkan dari pada ilmu, inilah sikap yang tepat.
Penuntut ilmu memahami setiap pendapat yang memiliki sandaran dalil yang jelas, kesemuanya masih tergolong pendapat yang islami, tinggal diamalkan salah satunya.
Seorang _mujtahid_ (penggali hukum syara') ketika _berijtihad_ (mengeluarkan pendapat hukum), jika salah, maka Dia dapat satu pahala, namun jika benar, baginya dua pahala.
Bagi _mukallid_ (pengikut) yang beramal dengan mengikuti pendapat seorang _mujtahid_, tentu dipersilahkan dan adabnya tetap menghormati _mukallid_ lain yang mengamalkan pendapat atau ilmu dari _mujtahid_ yang berbeda dengan yang diyakininya.
Tidak tepat jika sampai saling mencela amal antar sesama saudara seiman, seilsam.
Jika ingin mencari pendapat yang _rajih_ (lebih kuat) tentunya bisa ditempuh dengan berdiskusi secara _ahsan_ (yang baik) tanpa celaan di dalamnya.
Kembali ke qunut subuh, jika si A dan si B ingin mendiskusikannya mana pendapat yang _rajih_, tentu boleh saja.
Asal keduanya sudah matang secara intelektual dan emosional.
Namun jika belum, sebaiknya mengambil sikap _tasammuh_ (berlapang dada) tanpa saling cela dan menyalahkan.
Karena jika mereka bertengkar gara-gara qunut subuh, yang senang adalah setan dan kawan setan yang tidak sholat subuh.
Telegram
MakWok
Writer and Surau_2.0 founder
Qunut berada pada area yang syara' bolehkan untuk berbeda, tapi jumlah rakaat sholat subuh, membaca alfatiha, kewajiban mengerjakan pada waktu nya, merupakan area yang tidak boleh berbeda.
Tidak ada lagi diskusi jumlah rakaat shalat subuh, atau diskusi shalat subuh itu wajib atau sunnah.
Begitu juga dengan puasa, tidak ada diskusi tentang hukum wajibnya puasa pada bulan Ramadhan. Ajang diskusi terbuka luas tentang penentuan awal Ramadhan, metode yang digunakan.
Silahkan saja diskusikan mana yang lebih _rajih_ dan lebih sesuai dengan fakta yang dihukumi sekarang.
Setidaknya ada tiga metode yang diamalkan oleh komponen umat dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Ketiga bulan ini perlu ditentukan awalnya, karena terkait dengan kewajiban ibadah puasa dan haji.
_Pertama_, metode _rukyat hilal_ (melihat bulan baru) lokal. Ada batasan wilayah (_matla_) 24 _farsakh_ (+-132 km).
_Kedua_, _Rukyat hilal global_ melihat awal bulan tanpa batas jarak atau wilayah tertentu.
_Ketiga_, _hisab_ (perhitungan astronomis). Tidak lagi perlu melihat bulan baru, karena secara astronomis peredaran bulan bisa dihitung dengan presisi.
Dari ketiga metode diatas, Saya mengikuti ulama yang me- _rajih_ -kan metode _rukyat hilal_ global.
Diantara alasannya adalah untuk mensyi'arkan dan menjaga ukhuwah islam. Frasa "sepakat berbeda" dalam hal ini kurang relevan diterapkan.
Bayangkan betapa dahsyatnya jika kedepan +- 2 milyar umat islam sedunia mengawali puasa dan berlebaran bersama.
Jika dalam berpuasa dan berlebaran seluruh umat islam di muka bumi bisa bersatu, maka pembebasan Palestina hanya menunggu waktu.
Mungkinkah?
Tidak mungkin lagi, bahkan itu pasti akan terjadi, walau jalannya pasti akan sangat sulit.
Jika umat Islam di dunia diibaratkan dengan air, maka diperlukan wadah yang tepat untuk menyatukan air-air yang berserak itu.
Umat berserak menjadi lebih dari 50 negara bangsa, sehingga tidak mampu untuk mengawali puasa dan lebaran bersama. Inilah hambatan terbesar persatuan umat saat ini.
Wadah untuk menyatukan umat sedunia tidak mungkin negara bangsa, yang terbukti gagal puluhan tahun. Juga tidak mungkin mazhab aqidah, mazhab fiqih ibadah. "Sepakat berbeda" dan terpecah-belah menjadi banyak negara, menjadi tidak relevan untuk mewujudkan persatuan seluruh umat.
Jika Eropa bisa bersatu dibawah Uni Eropa, kenapa tidak diperjuangkan agar negeri-negeri muslim (_biladil muslimin_) bersatu dibawah kepemimpinan seorang khalifah.
Hanya khalifah lah yang akan bisa menyatukan umat sedunia.
Karena pendapat khalifah akan menghilangkan perbedaan pendapat.
Ketika khalifah sudah menetapkan awal puasa dan lebaran, maka wajib bagi seluruh umat islam di muka bumi mematuhinya, ada dosa jika menyelisihinya. Sama halnya dengan berdosanya makmum yang menyelisihi imam saat sholat subuh.
Khalifah hanya akan melegislasi hukum publik yang memang _taqlif_ (perintah) -nya untuk negara dan yang akan menjaga syi'ar dan persatuan umat.
Tidak usah khawatir bahkan takut, khalifah akan mewajibkan qunut saat sholat subuh, misalnya.
Jangankan itu, bahkan khalifah tidak akan memaksa rakyatnya (kafir _dzimmi_) untuk masuk islam bagi yang belum.
Semoga ada umur Saya untuk berbai'at kepada Khalifah yang akan memimpin _khilafah alaminhajinnubuwah_, agar matinya Saya, tidak disifati dengan mati jahiliyah.
Batam, #286/120324
Ig @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#SepakatBerbeda #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Tidak ada lagi diskusi jumlah rakaat shalat subuh, atau diskusi shalat subuh itu wajib atau sunnah.
Begitu juga dengan puasa, tidak ada diskusi tentang hukum wajibnya puasa pada bulan Ramadhan. Ajang diskusi terbuka luas tentang penentuan awal Ramadhan, metode yang digunakan.
Silahkan saja diskusikan mana yang lebih _rajih_ dan lebih sesuai dengan fakta yang dihukumi sekarang.
Setidaknya ada tiga metode yang diamalkan oleh komponen umat dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Ketiga bulan ini perlu ditentukan awalnya, karena terkait dengan kewajiban ibadah puasa dan haji.
_Pertama_, metode _rukyat hilal_ (melihat bulan baru) lokal. Ada batasan wilayah (_matla_) 24 _farsakh_ (+-132 km).
_Kedua_, _Rukyat hilal global_ melihat awal bulan tanpa batas jarak atau wilayah tertentu.
_Ketiga_, _hisab_ (perhitungan astronomis). Tidak lagi perlu melihat bulan baru, karena secara astronomis peredaran bulan bisa dihitung dengan presisi.
Dari ketiga metode diatas, Saya mengikuti ulama yang me- _rajih_ -kan metode _rukyat hilal_ global.
Diantara alasannya adalah untuk mensyi'arkan dan menjaga ukhuwah islam. Frasa "sepakat berbeda" dalam hal ini kurang relevan diterapkan.
Bayangkan betapa dahsyatnya jika kedepan +- 2 milyar umat islam sedunia mengawali puasa dan berlebaran bersama.
Jika dalam berpuasa dan berlebaran seluruh umat islam di muka bumi bisa bersatu, maka pembebasan Palestina hanya menunggu waktu.
Mungkinkah?
Tidak mungkin lagi, bahkan itu pasti akan terjadi, walau jalannya pasti akan sangat sulit.
Jika umat Islam di dunia diibaratkan dengan air, maka diperlukan wadah yang tepat untuk menyatukan air-air yang berserak itu.
Umat berserak menjadi lebih dari 50 negara bangsa, sehingga tidak mampu untuk mengawali puasa dan lebaran bersama. Inilah hambatan terbesar persatuan umat saat ini.
Wadah untuk menyatukan umat sedunia tidak mungkin negara bangsa, yang terbukti gagal puluhan tahun. Juga tidak mungkin mazhab aqidah, mazhab fiqih ibadah. "Sepakat berbeda" dan terpecah-belah menjadi banyak negara, menjadi tidak relevan untuk mewujudkan persatuan seluruh umat.
Jika Eropa bisa bersatu dibawah Uni Eropa, kenapa tidak diperjuangkan agar negeri-negeri muslim (_biladil muslimin_) bersatu dibawah kepemimpinan seorang khalifah.
Hanya khalifah lah yang akan bisa menyatukan umat sedunia.
Karena pendapat khalifah akan menghilangkan perbedaan pendapat.
Ketika khalifah sudah menetapkan awal puasa dan lebaran, maka wajib bagi seluruh umat islam di muka bumi mematuhinya, ada dosa jika menyelisihinya. Sama halnya dengan berdosanya makmum yang menyelisihi imam saat sholat subuh.
Khalifah hanya akan melegislasi hukum publik yang memang _taqlif_ (perintah) -nya untuk negara dan yang akan menjaga syi'ar dan persatuan umat.
Tidak usah khawatir bahkan takut, khalifah akan mewajibkan qunut saat sholat subuh, misalnya.
Jangankan itu, bahkan khalifah tidak akan memaksa rakyatnya (kafir _dzimmi_) untuk masuk islam bagi yang belum.
Semoga ada umur Saya untuk berbai'at kepada Khalifah yang akan memimpin _khilafah alaminhajinnubuwah_, agar matinya Saya, tidak disifati dengan mati jahiliyah.
Batam, #286/120324
Ig @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#SepakatBerbeda #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Telegram
MakWok
Writer and Surau_2.0 founder
Sudut Pandang
Oleh: Mak Wok
Cerita populer yang sering lewat di media sosial tentang bagaimana sudut pandang akan sangat mempengaruhi bahagia atau tidaknya seseorang.
Bahagia itu ternyata sangat kuat dipengaruhi oleh respon yang dipilih seseorang terhadap fakta dihadapan, mungkin cerita berikut juga sudah pernah Anda ketahui.
Alkisah, ada sepasang suami istri yang sedang beristirahat melepas penat, sambil menikmati teh hangat dan pisang goreng, di gubuk mereka yang ada di tengah sawah yang menghijau.
Di kejauhan mereka melihat mobil mewah mengkilat melintas pelan.
"Alangkah senang dan bahagianya mereka ya, Pak, mereka punya banyak uang, bisa pergi kemana saja dengan mobil tanpa kehujanan dan kepanasan seperti Kita". Ujar sang istri dengan suara lirih.
Raut wajah sedih tergambar jelas dari mukanya.
"Iya, Buk, coba kalau Kita bisa seperti mereka, tentu Kita akan selalu bahagia, ya Buk". Tanggap sang suami menimpali, sambil menyeka keringat yang meleleh karena hawa panas teh yang diseruput.
Walhasil, teh hangat dan sejuknya semilir angin yang menerpa wajah mereka, tidak mampu menghapus rasa kecewa mereka terhadap hidup yang mereka jalani.
Pada saat bersamaan, ternyata pasangan suami istri yang berada di dalam mobil mewah yang sedang melintas pelan, juga berada pada situasi yang dirundung kecewa.
"Alangkah bahagianya mereka berdua ya, Pi, mereka bisa menikmati suasana hijau dan sejuk setiap hari, bebas dari polusi, tidak seperti Kita yang sibuk dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya", keluh istri.
"Iya, Mi, alangkah senangnya, jika bisa menikmati hidup seperti mereka, Papi yakin mereka juga tidak dikejar-kejar target penjualan dan cicilan beraneka ragam, seperti Kita, Mi", sahut suaminya menimpali.
"Semoga nanti Kita bisa seperti mereka ya, Pi". Ucapan nelangsa sang istri dengan lirih.
Mobil mewah super empuk dengan seperangkat audio kelas dunia dan ruang kabin yang sejuk tidak mampu menyejukkan hati mereka yang sedang gundah gulana. Padahal mobil mereka menjadi impian banyak orang untuk dimiliki.
Begitulah sekelumit penggalan cerita yang bisa saja terjadi pada banyak keluarga lainnya.
Cerita berikut, menggambarkan kondisi yang kontradiksi, bisa jadi akan mengherankan banyak orang. Kok bisa?
Ada sekelompok anak-anak pemulung yang bermain dengan riang gembira, tertawa lepas ditemani aroma busuk menyengat dan ketika makan mereka dikerubuti ratusan lalat hijau di tempat pembuangan sampah.
Ada lagi anak pemulung yang tertidur lelap di gerobak reot ditengah teriknya matahari di padatnya jalan penuh polusi.
Tukang becak yang tertidur pulas diatas becaknya menunggu penumpang yang sudah jarang menggunakan jasanya. Tidak terganggu dengan hingar-bingar pasar di dekatnya.
Dari beberapa cerita diatas, terlihat bahwa "uang bukanlah segalanya".
Walau kata banyak orang, "segalanya butuh uang'.
Memang hidup di era sekularisme-kapitalisme dewasa ini tidaklah mudah.
Nyatanya uang dan materi memang menjadi standar dan tolok ukur kebahagiaan bagi kebanyakan.
Padahal kenyataannya uang tidak akan bisa membeli tidur nyenyak, apalagi membeli pikiran dan hati yang tenang.
Jika hidup diukur dengan standar islam, hidup akan ringan dan mudah.
Ketenangan hanya akan tercapai dengan senantiasa mengingat Allah Azza wa Jalla.
Senantiasa sadar akan ikatan dan hubungan dengan-Nya.
Beramal lah seolah-olah Kita melihat -Nya, jika tidak mampu, yakinlah bahwa Allah SWT setiap detik melihat Kita.
Lagian, uang yang banyak bukan lah tanda kemuliaan.
Jika harta tanda kemuliaan, tentu Qarun akan dimuliakan.
Jika jabatan tinggi tanda kemuliaan, tentu Fir'aun akan mulia.
Jika populer tanda kemuliaan, maka Bal'am akan mulia.
Jika penguasaan teknologi tanda kemuliaan, tentu Haman akan mulia.
Alquran mencatat mereka semua Allah SWT hinakan dan dijadikan-Nya contoh buruk sampai hari kiamat
Uang banyak bisa menggapai kemuliaan ketika senantiasa dibelanjakan dijalan Allah _Azza wa Jalla_ dan menjadi sosok dermawan seperti Rasulullah, Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf _Radhiallohuanhuma_
Oleh: Mak Wok
Cerita populer yang sering lewat di media sosial tentang bagaimana sudut pandang akan sangat mempengaruhi bahagia atau tidaknya seseorang.
Bahagia itu ternyata sangat kuat dipengaruhi oleh respon yang dipilih seseorang terhadap fakta dihadapan, mungkin cerita berikut juga sudah pernah Anda ketahui.
Alkisah, ada sepasang suami istri yang sedang beristirahat melepas penat, sambil menikmati teh hangat dan pisang goreng, di gubuk mereka yang ada di tengah sawah yang menghijau.
Di kejauhan mereka melihat mobil mewah mengkilat melintas pelan.
"Alangkah senang dan bahagianya mereka ya, Pak, mereka punya banyak uang, bisa pergi kemana saja dengan mobil tanpa kehujanan dan kepanasan seperti Kita". Ujar sang istri dengan suara lirih.
Raut wajah sedih tergambar jelas dari mukanya.
"Iya, Buk, coba kalau Kita bisa seperti mereka, tentu Kita akan selalu bahagia, ya Buk". Tanggap sang suami menimpali, sambil menyeka keringat yang meleleh karena hawa panas teh yang diseruput.
Walhasil, teh hangat dan sejuknya semilir angin yang menerpa wajah mereka, tidak mampu menghapus rasa kecewa mereka terhadap hidup yang mereka jalani.
Pada saat bersamaan, ternyata pasangan suami istri yang berada di dalam mobil mewah yang sedang melintas pelan, juga berada pada situasi yang dirundung kecewa.
"Alangkah bahagianya mereka berdua ya, Pi, mereka bisa menikmati suasana hijau dan sejuk setiap hari, bebas dari polusi, tidak seperti Kita yang sibuk dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya", keluh istri.
"Iya, Mi, alangkah senangnya, jika bisa menikmati hidup seperti mereka, Papi yakin mereka juga tidak dikejar-kejar target penjualan dan cicilan beraneka ragam, seperti Kita, Mi", sahut suaminya menimpali.
"Semoga nanti Kita bisa seperti mereka ya, Pi". Ucapan nelangsa sang istri dengan lirih.
Mobil mewah super empuk dengan seperangkat audio kelas dunia dan ruang kabin yang sejuk tidak mampu menyejukkan hati mereka yang sedang gundah gulana. Padahal mobil mereka menjadi impian banyak orang untuk dimiliki.
Begitulah sekelumit penggalan cerita yang bisa saja terjadi pada banyak keluarga lainnya.
Cerita berikut, menggambarkan kondisi yang kontradiksi, bisa jadi akan mengherankan banyak orang. Kok bisa?
Ada sekelompok anak-anak pemulung yang bermain dengan riang gembira, tertawa lepas ditemani aroma busuk menyengat dan ketika makan mereka dikerubuti ratusan lalat hijau di tempat pembuangan sampah.
Ada lagi anak pemulung yang tertidur lelap di gerobak reot ditengah teriknya matahari di padatnya jalan penuh polusi.
Tukang becak yang tertidur pulas diatas becaknya menunggu penumpang yang sudah jarang menggunakan jasanya. Tidak terganggu dengan hingar-bingar pasar di dekatnya.
Dari beberapa cerita diatas, terlihat bahwa "uang bukanlah segalanya".
Walau kata banyak orang, "segalanya butuh uang'.
Memang hidup di era sekularisme-kapitalisme dewasa ini tidaklah mudah.
Nyatanya uang dan materi memang menjadi standar dan tolok ukur kebahagiaan bagi kebanyakan.
Padahal kenyataannya uang tidak akan bisa membeli tidur nyenyak, apalagi membeli pikiran dan hati yang tenang.
Jika hidup diukur dengan standar islam, hidup akan ringan dan mudah.
Ketenangan hanya akan tercapai dengan senantiasa mengingat Allah Azza wa Jalla.
Senantiasa sadar akan ikatan dan hubungan dengan-Nya.
Beramal lah seolah-olah Kita melihat -Nya, jika tidak mampu, yakinlah bahwa Allah SWT setiap detik melihat Kita.
Lagian, uang yang banyak bukan lah tanda kemuliaan.
Jika harta tanda kemuliaan, tentu Qarun akan dimuliakan.
Jika jabatan tinggi tanda kemuliaan, tentu Fir'aun akan mulia.
Jika populer tanda kemuliaan, maka Bal'am akan mulia.
Jika penguasaan teknologi tanda kemuliaan, tentu Haman akan mulia.
Alquran mencatat mereka semua Allah SWT hinakan dan dijadikan-Nya contoh buruk sampai hari kiamat
Uang banyak bisa menggapai kemuliaan ketika senantiasa dibelanjakan dijalan Allah _Azza wa Jalla_ dan menjadi sosok dermawan seperti Rasulullah, Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf _Radhiallohuanhuma_
Telegram
MakWok
Writer and Surau_2.0 founder
Karena rezeki itu adalah _qadha_ (ketetapan)-Nya, tentu bagi yang Allah SWT takdirkan sebagai hamba yang disempitkan rezekinya tetap bisa meraih kemuliaan, seperti Abu Hurairah _Radhiyallahuanhu_
Dalam islam orang kaya yang pandai bersyukur dan menjadi dermawan adalah ladang pahala melimpah.
Sebaliknya orang miskin yang _qanaah_ (merasa cukup), dan tetap bersabar dengan _qadha_ -Nya, juga akan menjadi ladang pahala yang banyak.
Bahkan diakhirat nanti, Rasulullah dekat dengan orang miskin dan duluan masuk surga, karena hisabnya lebih cepat dari orang kaya, si kaya akan ditanya dari mana harta diperoleh dan kemana harta dialokasikan.
Sudut pandang menyikapi hidup yang benar, hanya ketika bersandar kepada Allah SWT dan rasul-nya.
Apapun kondisi Kita, selagi tetap taat dan tidak bermaksiat, insyallah selamat.
Respon yang sesuai syariat lah yang akan menghantarkan kepada ketenangan dan kebahagiaan.
Bersyukurlah dengan apapun yang Allah SWT putuskan untuk Kita, maka ketenangan akan senantiasa menyertai.
Jika saat ini galau, gundah dan gulana, perbaiki sudut pandang dalam merespon apapun yang terjadi di hadapan Kita.
Batam, #287/140324
Ig @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#SudutPandang #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Dalam islam orang kaya yang pandai bersyukur dan menjadi dermawan adalah ladang pahala melimpah.
Sebaliknya orang miskin yang _qanaah_ (merasa cukup), dan tetap bersabar dengan _qadha_ -Nya, juga akan menjadi ladang pahala yang banyak.
Bahkan diakhirat nanti, Rasulullah dekat dengan orang miskin dan duluan masuk surga, karena hisabnya lebih cepat dari orang kaya, si kaya akan ditanya dari mana harta diperoleh dan kemana harta dialokasikan.
Sudut pandang menyikapi hidup yang benar, hanya ketika bersandar kepada Allah SWT dan rasul-nya.
Apapun kondisi Kita, selagi tetap taat dan tidak bermaksiat, insyallah selamat.
Respon yang sesuai syariat lah yang akan menghantarkan kepada ketenangan dan kebahagiaan.
Bersyukurlah dengan apapun yang Allah SWT putuskan untuk Kita, maka ketenangan akan senantiasa menyertai.
Jika saat ini galau, gundah dan gulana, perbaiki sudut pandang dalam merespon apapun yang terjadi di hadapan Kita.
Batam, #287/140324
Ig @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#SudutPandang #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Telegram
MakWok
Writer and Surau_2.0 founder
Deraian Rindu
Oleh: Mak Wok
Terasa hangat di dada dan dipelupuk mata membasah karena terbayang orang-orang terkasih yang tidak bisa lagi diraih dan dicium tangannya.
Saat takbir berkumandang terbayang tangan yang sudah mengapal mirip telapak kaki itu karena saking kerasnya dalam menjalani kehidupan untuk memenuhi keperluan anak-anaknya yang banyak.
Sebaliknya sekarang malah banyak anak yang menjadi penuntut kepada orang yang seharusnya disimpuhi kakinya.
Perubahan zaman yang memanjakan anak-anak dengan limpahan kemudahan memang sudah menggerus mental sampai ketitik nadhir.
Mereka belum paham, betapa cubitan keras di pinggang yang dulunya terasa sangat sakit bahkan sampai meninggalkan bekas membiru, malah akan menjadi kerinduan membuncah agar mendapatkan cubitan itu lagi dari tangan kasarnya.
Sulit diterima nalar memang, bagaimana bisa sesuatu yang dulunya menyakitkan berbaliknya menjandi suatu yang sangat dirindukan.
Rindu dengan kata-kata tegasnya yang memutus enaknya permainan dengan kawan-kawan dikala maghrib menjelang.
Rindu dengan teriakan kerasnya ketika menyebutkan nama diri ini dengan panggilan yang khas ditelinga ketika menyuruh sholat.
Rindu dengan kata-kata interogasinya ketika menanyakan apakah diri ini tidak melupakan makan karena asik bermain.
Rindu dengan sosok penuh wibawa yang ketika dimintai uang jajan diri ini sering berderai air mata terlebih dahulu.
Justru disitulah letak pelajaran hidup yang sangat berharga dari beliau agar diri ini tidak lena dengan kemudahan.
Karena generasi yang hidup dengan segala kemanjaan akan tumbuh menjadi pribadi lemah dan cengeng.
Rindu dengan suara dehemannya ketika telah mendekati pintu rumah yang akan membuat rumah yang awalnya heboh dengan candaan berubah tenang tanpa komando.
Rindu melihat tangan kekarnya mengayunkan sabit, cangkul dan parang menyabit padi, menebas rumput liar dan menghantam tanah lembek pematang sawah.
Rindu memeluk badannya yang berisi saat mengendarai motor tua melintasi jalan-jalan berlubang menuju sawah dan ladang.
Rindu duduk di depan diatas tengki minyak motor tuanya menikmati hembusan semilir angin segar di area kaki gunung Merapi.
Rindu agar sekali lagi dapat kesempatan untuk memuntir gas, mengendalikan motor dan menekan kopleng keras motornya.
Rindu mendengar gesekan biolanya yang memanjakan telinga dan melihat lukisan naturalnya yang indah.
Ummy dan Ayah......... semoga diri ini tergolong menjadi anak yang sholeh, sehingga bisa menjadi sebab mengalirnya setiap pahala kebaikan yang diri ini lakukan dan sampainya do'a diri ini kepada Ayah dan Ummy di barzakh sana.
_Rabbighfirliwaliwalidayya kamarabbayanishoghiro_
Perkenankanlah Ya Rabb agar kelak Kami berkumpul lagi di surga-Mu, Ya Rabbalalamiin.
Batam, #288/100424
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#DeraianRindu #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Oleh: Mak Wok
Terasa hangat di dada dan dipelupuk mata membasah karena terbayang orang-orang terkasih yang tidak bisa lagi diraih dan dicium tangannya.
Saat takbir berkumandang terbayang tangan yang sudah mengapal mirip telapak kaki itu karena saking kerasnya dalam menjalani kehidupan untuk memenuhi keperluan anak-anaknya yang banyak.
Sebaliknya sekarang malah banyak anak yang menjadi penuntut kepada orang yang seharusnya disimpuhi kakinya.
Perubahan zaman yang memanjakan anak-anak dengan limpahan kemudahan memang sudah menggerus mental sampai ketitik nadhir.
Mereka belum paham, betapa cubitan keras di pinggang yang dulunya terasa sangat sakit bahkan sampai meninggalkan bekas membiru, malah akan menjadi kerinduan membuncah agar mendapatkan cubitan itu lagi dari tangan kasarnya.
Sulit diterima nalar memang, bagaimana bisa sesuatu yang dulunya menyakitkan berbaliknya menjandi suatu yang sangat dirindukan.
Rindu dengan kata-kata tegasnya yang memutus enaknya permainan dengan kawan-kawan dikala maghrib menjelang.
Rindu dengan teriakan kerasnya ketika menyebutkan nama diri ini dengan panggilan yang khas ditelinga ketika menyuruh sholat.
Rindu dengan kata-kata interogasinya ketika menanyakan apakah diri ini tidak melupakan makan karena asik bermain.
Rindu dengan sosok penuh wibawa yang ketika dimintai uang jajan diri ini sering berderai air mata terlebih dahulu.
Justru disitulah letak pelajaran hidup yang sangat berharga dari beliau agar diri ini tidak lena dengan kemudahan.
Karena generasi yang hidup dengan segala kemanjaan akan tumbuh menjadi pribadi lemah dan cengeng.
Rindu dengan suara dehemannya ketika telah mendekati pintu rumah yang akan membuat rumah yang awalnya heboh dengan candaan berubah tenang tanpa komando.
Rindu melihat tangan kekarnya mengayunkan sabit, cangkul dan parang menyabit padi, menebas rumput liar dan menghantam tanah lembek pematang sawah.
Rindu memeluk badannya yang berisi saat mengendarai motor tua melintasi jalan-jalan berlubang menuju sawah dan ladang.
Rindu duduk di depan diatas tengki minyak motor tuanya menikmati hembusan semilir angin segar di area kaki gunung Merapi.
Rindu agar sekali lagi dapat kesempatan untuk memuntir gas, mengendalikan motor dan menekan kopleng keras motornya.
Rindu mendengar gesekan biolanya yang memanjakan telinga dan melihat lukisan naturalnya yang indah.
Ummy dan Ayah......... semoga diri ini tergolong menjadi anak yang sholeh, sehingga bisa menjadi sebab mengalirnya setiap pahala kebaikan yang diri ini lakukan dan sampainya do'a diri ini kepada Ayah dan Ummy di barzakh sana.
_Rabbighfirliwaliwalidayya kamarabbayanishoghiro_
Perkenankanlah Ya Rabb agar kelak Kami berkumpul lagi di surga-Mu, Ya Rabbalalamiin.
Batam, #288/100424
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis
#DeraianRindu #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Telegram
MakWok
Writer and Surau_2.0 founder