MakWok
72 subscribers
296 photos
310 links
Writer and Surau_2.0 founder
Download Telegram
Salah Paham Salah
Oleh: Mak Wok

Saya yakin Anda akan bingung dengan maksud kalimat ambigu di judul, bukan?
Itu memang disengaja.
Bagi yang bingung dan ingin mengobati rasa bingungnya, silahkan lanjut baca, ya.

Kalimat yang Saya cantumkan di judul memang menyalahi kalimat efektif. Ketika kalimat tidak efektif.
Maka pembaca tidak akan memahami maksud dari penulis. Siapapun penulisnya. Lebih jauh pembaca akan salah paham dengan apa yang dibaca.

Akan berbeda hasilnya, jika kalimat di judul Saya ganti dengan hanya menambahkan tanda baca koma.
Anda mungkin tidak percaya?
Bahwa dengan hanya menambah koma. Makna dari judul yang hanya tiga kata itu akan berbeda.
Berikut penjelasnnya.

Ada dua alternatif yang mungkin dilakukan.
Pertama, judul di tulis seperti ini;
"Salah Paham, Salah"
Kalimat ini akan Anda pahami bahwa salah paham itu sebuah kesalahan.

Frasa salah paham berguna untuk menggambarkan bahwa seseorang tidak memahami seperti seharusnya.

Ketika Anda salah paham terhadap sesuatu, apapun itu. Yang Anda lakukan cukup mencari tahu informasi yang benar terkait sesuatu itu.
Gampang bukan?

Misal, untuk mendapatkan informasi yang benar terhadap seseorang yang Anda salah pahami.
Tinggal konfirmasi langsung kepada orang yang bersangkutan.
Itu yang biasa dikenal dengan istilah _tabayyun_ (tanya ke sumber pertama).

Ketika yang Anda salah pahami sekelompok orang.
Maka yang harusnya Anda lakukan adalah _tabayyun_ kepada otoritas yang menjadi representasi kelompok itu.

Bukan _tabayyun_ namanya, jika Anda mengkonfirmasinya kepada guru Anda, teman Anda, keluarga Anda atau siapapun juga termasuk informasi dari tokoh atau ulama yang Anda suka saja.

Jika Anda tidak punya akses kepada orang yang Anda salah pahami.
Atau sosok yang mewakili kelompok yang Anda salah pahami.
Tinggal cari indormasi valid yang pernah disampaikan oleh yang bersangkutan.
Baik berupa tulisan resmi atau jejak digital lain. Seperti video resmi atau akun resmi dikanal media sosial. Tinggal pastikan bahwa akun itu asli dari yang bersangkutan.

Dengan menempuh langkah-langkah diatas.
InsyaAllah salah paham Anda terhadap orang atau kelompok tertentu akan hilang.
Dan Anda akan memahami kebenaran terhadap yang selama ini salah Anda pahami.

Jika Anda masih tetap salah paham, setelah melakukan hal diatas.
Sebaiknya penulisan judul berikut Anda baca pelan-pelan.

Kedua, tanda koma digeser sedikit, judulnya jadi begini;
"Salah, Paham Salah" Kalimat ini memiliki titik tekan yang berbeda, bukan?

Paham salah tidak bisa diobati dengan _tabayyun_. Karena terkait dengan pemahaman yang sudah Anda yakini dengan kuat.
Bahkan Anda sampai merasa benar, bahkan merasa paling benar.
Tapi sayang, Anda ternyata salah jika dibandingkan dengan standar pemahaman yang benar.

Jika Anda serius ingin mencari kebenaran hakiki.
Maka Anda harus mau belajar lagi kepada siapapun yang sudah berpikir dengan cara yang benar.

Belajar saja masih tidak cukup.
Anda juga harus mau melepas perasaan, terutama ego (_baqo'_) Anda.

Kenapa demikian?
Karena perasaan, sampai kapanpun tidak akan bisa mengukur salah dan benar. Apapun itu.

Perasaan hanya bisa mengukur suka dan tidak suka, senang dan tidak senang.

Untuk menemukan kebenaran. Anda mutlak harus menggunakan proses berpikir yang benar.
Karena benar dan salah itu wilayah akal.

Contoh sederhana.
4 + 3 = 8 (salah).
4 + 3 = 7 (benar).
7 itu sedikit (opini).
7 adalah angka sakti (_hoax_ (dusta)).
Saya suka angka 7 (rasa).
Mak Wok menyesatkan penyuka angka 7 (fitnah).

Paham salah jika meyakini kebenaran sesuatu berdasarkan rasa, opini, dusta, apa lagi fitnah.

Sudah saatnya akal Anda yang menjadi pemimpin diri Anda untuk memahami benar dan salah sesuatu.

Bahkan untuk menjangkau keberadaan zat yang Maha Benar pun harus melalui proses berpikir yang benar. Makanya iman tidak bisa diwariskan dan diturunkan.
Iman diperoleh dengan proses berpikir rasional masing-masing.
Itulah jalan iman yang benar.
Iman yang meyakini dengan derajat pasti (_tasdiqul jazm_).
Tanpa ada keraguan sedikitpun.
Untuk sampai kepada proses berpikir yang benar memang tidak mudah.
Saya yang _fakir_ (miskin dan bodoh) ini memerlukan waktu bertahun-tahun untuk memahami kebenaran hakiki.
Bahkan sampai sekarang masih terus belajar intensif. Minimal 2 jam dalam seminggu.

Mungkin Anda yang pintar dan kaya.
Bisa jadi perlu waktu sebentar saja.

Selagi Anda mau memulai tentunya.
_Open minded_ (buka pikiran) atau _think out of the box_ (berpikir diluar kotak) serta _think without box_ (berpikir tanpa kotak). Begitu kalimat yang sering Saya dengar dari orang pintar.

Semoga Anda tidak salah paham dengan tulisan Saya kali ini, ya.

Jika salah paham, ingat tinggal _tabayyun_ ke Saya tentunya. Telaah paragraf demi paragraf ya. Agar tidak melebar kemana-mana.

Untuk sedikit membantu Anda.
Saya langsung sampaikan maksud dan tujuan tulisan ini serta tulisan lainnya.

Dalam tulisan ini, Saya mencoba membandingkan frasa salah paham dengan paham salah.
Dengan contoh yang langsung Saya praktekkan dengan menulis judul yang salah.

Saya menulis selama ini diiringi dengan rasa cinta kepada sesama.
Tidak merasa paling benar.
Tapi menyampaikan hasil pikiran dalam bentuk tulisan.
Tulisan dibuat dengan metode berpikir yang benar.

Saya juga ingin berbagi kebenaran yang memuaskan akal, menenangkan rasa dan sesuai fitrah.
Didorong rasa cinta kepada saudara seiman. Saya ingin Anda juga mendapatkannya.

Dan yang terpenting, Saya hanya menjalankan kewajiban dakwah.
Jika tidak karena itu. Lebih baik mengunci lisan dan tulisan dizaman fitnah ini.

Batam, #277/160224
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis

#SalahPaham #PahamSalah #MakWok #Surau_2.0
#ItisTimetobeOneUmmah
Gol Berbau _Offside_ Dianulir?

Oleh: Mak Wok

Sepak bola tidak dipungkiri menjadi olah raga paling populer di planet bumi ini. Anda mungkin salah satu penggemarnya, bukan?.
Saya berbeda dalam menyikapi sepak bola yang diorganisir jadi industri sepak bola dengan penggila sepak bola.
Tapi jangan diartikan Saya benci penggemar sepak bola ya.
Itu salah paham dan tidak rasional, begini ceritanya.

Saya sering ikutan main futsal dengan berbagai komunitas.
Maunya sih, main bola di lapangan besar. Saya suka main futsal, terlihat ada kontradiksi dari sikap Saya, kan?
Saya menilai, bermain sepak bola dan industri sepak bola ini dua hal yang jauh berbeda.
Maka wajar, sikap Saya juga berbeda, bukan?

Karena Saya selalu berusaha menyelaraskan amal dengan _ahkamul khamsah_ (5 hukum perbuatan).
Saya mengadopsi kaidah ushul, _"amal perbuatan itu, terikat dengan hukum syariat"_.
Dari kelima hukum yang mengikat perbuatan, main sepak bola itu _mubah_ (boleh) saja. Setiap perbuatan _mubah_ selagi tidak bercampur dengan yang haram, maka tetap pada kebolehannya.

Konsekuensinya, ketika main futsal, Saya tetap menutup aurat dari pusar sampai bawah lutut. Semampunya mengajak kawan sepermainan untuk menutup auratnya juga. Tidak mau ikut pertandingan yang ada unsur judinya.

Dalam aturan futsal tentu tidak ada istilah _offside_ (luar posisi).
Peraturan ini digunakan dalam permainan sepak bola saja.
Gol yang tercipta, setelah sebelumnya pemain yang mencetak gol, berada pada posisi _offside_, maka seharusnya golnya dianulir oleh wasit.

Tim dan suporter yang dirugikan akan sangat gregetan jika itu tidak wasit lakukan.
"Wasit berat sebelah", "wasit berpihak", "wasit sudah terbeli", "wasit menyalahgunakan wewenang". Itu beberapa contoh ungkapan kekecewaan.

Semua itu, mungkin iya, mungkin tidak.
Sulit membuktikannya, apa lagi jika gol itu tidak berpengaruh pada skor kemenangan. Selisih golnya terlalu jauh.

Secara teknis, bisa saja disebabkan oleh komunikasi yang salah.
Karena wasit yang bertugas dalam suatu pertandingan ada tiga orang.
Wasit utama dibantu dua orang wasit garis. Kadang wasit yang dipinggir lapangan telah mengangkat bendera, tanda ada yang _offside_, wasit tengah tidak melihatnya.
Ketika terjadi gol setelahnya, wasit utama malah meniup peluit sebagai tanda sahnya sebuah gol.

Biasanya pemain, pelatih dan suporter tim yang dirugikan akan protes keras dengan caranya masing-masing.
Ya, itu hak mereka, selagi caranya masih dalam koridor aturan.
Tidak jarang pemain yang protes malah diganjar kartu oleh wasit, baik kartu kuning atau kartu merah. Pemain yang kena kartu merah, bisa langsung diusir keluar lapangan oleh wasit.

Ketika tidak ada jalur pembuktian lewat video yang merekam kejadian di lapangan.
Biasanya ini bisa memancing keributan, perkelahian bahkan kerusuhan.

Dalam industri bola memang pernah terjadi kasus pengaturan skor yang melibatkan wasit, pemain, pelatih bahkan pemilik klub dan petinggi otoritas pengatur industri bola.

Itu baru bisa dibuktikan dan diketahui publik lama setelah praktek curang itu dilakukan.
Walau yang terlibat sudah diberikan sanksi yang sesuai menurut otoritas tertinggi dari pengatur industri bola. Tapi itu tidak menutup kemungkinan hal demikian tidak akan terjadi lagi, bukan?
Kecurangan klub yang terstruktur, sistematis dan masif. Kok jadi mirip cerita lain ya?

Ini salah satu faktor yang membuat Saya tidak suka dengan industri bola. Permainan yang awalnya _mubah_ menjelma menjadi raksasa industri yang menerabas apa saja.

Padahal kalau dilihat dari kaca mata syariat islam (_syara'_). _Syara'_ itu mengatur segala sendi kehidupan.
Hanya agama islam yang punya aturan rinci (syariat) terhadap segala sesuatu. Pasti tidak mungkin bertentangan dengan hukum agama lain dalam mengatur urusan publik.
Frasa jangan bawa-bawa agama mungkin cocok untuk agama lain, karena memang agamanya tidak punya aturannya, tapi tidak cocok dialamatkan ke agama islam.
Karena aturan (syariat) islam itu lengkap dan menyeluruh.
Sehingga tidak mungkin, tidak bawa-bawa islam dalam menyikapi fenomena sepak bola dan industrinya.

Ada beberapa pendapat islami yang terkait dengannya, yaitu:

1. Sepak bola haram dengan mutlak. Salah satu alasannya karena bisa melalaikan dari yang wajib dan sunnah.

2. _Mubah_ dengan mutlak dengan bersandar pada kaidah ushul, "hukum asal sesuatu adalah _mubah_ kecuali ada dalil yang mengharamkannya".

3. Mengharamkan sepak bola yang dikemas dalam sebuah industri. Beberapa alasannya, dapat memicu saling benci antar pemain yang membela klub, bahkan para fansnya bisa terlibat tawuran karena _ashobiyah_ (fanatik buta).
Sudah banyak terjadi di berbagai negara, bahkan juga di negeri ini.

Industri bola juga akan menimbulkan industri haram lainnya. Pertaruhan atau perjudian dalam banyak level dan cara, akan selalu mewarnainya.
Dari hanya sekedar taruhan sebungkus rokok, sampai taruhan miliaran rupiah.
Adanya _ikhtilath_ (campur aduk) antara pria dan wanita saat nonton langsung di stadion sepak bola.
Pemain yang tidak menutup auratnya, minuman beralkohol yang menyertai pestanya, lengkap dengan gadis penghiburnya.
Bahkan salah satu mega bintangnya, bangga tinggal serumah tanpa adanya ikatan pernikahan dengan pacarnya.

Saya mengadopsi pendapat yang Saya anggap _rajih_ (terkuat) dan Saya yakini, yaitu:

1. Bermain bola _mubah_ saja, selagi tidak bercampur dengan keharaman dan melalaikan yang wajib. Sesuai kaidah ushul, _alwasilatu ilaharam, haram_ "sesuatu yang mengantarkan kepada yang haram, haram".

2. Sepak bola yang diorganisir dengan profesional dalam bentuk industri haram hukumnya. Karena banyak melanggar syariat islam, serta industri bola merupakan bagian dari jebakan perang pemikiran.
Yang akan menjauhkan umat dari kesadaran akan hubungannya dengan Al khaliq (_idrak sillabillah_).
Sehingga umat terlena dan mabuk oleh hal-hal yang menyenangkan nafsu yang terkait dengan industri bola ini.

Tentu _tabanni_ (adopsi) fiqih Saya ini, tidak akan menghalangi Kita main futsal bareng, ya.
Karena _tabanni_ itu mengikat bagi yang mengadopsinya.
Tentu tidak mengikat Anda yang _tsiqah_ (yakin) dengan pendapat yang lain.
Karena Kita diperintahkan mengikut pendapat yang _rajih_ (terkuat) yang Kita yakini.

Selagi itu pendapat yang islami, ada dalil _syara'_ yang jadi sandaran, Kita sama-sama ber- _tasammuh_ (berlapang dada) saja menyikapinya.

Ketika ada gol berbau _offside_ tidak dianulir wasit. Sehingga Tim yang dirugikan kalah gara-gara itu.
Saya biasa saja dalam menyikapinya, walau itu yang dirugikan adalah timnas Indonesia sekalipun ketika melawan timnas mana saja.
Saya tidak akan sampai melempar televisi segala. Tidak _worth it_ (bernilai) sama sekali.

Ini baru cerita bola, sudah sepanjang ini, apa lagi cerita lain yang jauh lebih kompleks dari industri bola.
Bisa jadi fenomena yang terjadi di industri sepak bola ini, terjadi juga dibidang lainnya, kan?
Tetap saja, bagi Saya syariat islam yang jadi acuan dalam bersikap, selagi mampu Saya lakukan tentunya. Menulis recehan begini salah satu cara yang mampu Saya lakukan.


Batam, #278/190224
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis

#Bola #IndustriBola #GolBerbauOffsideDianulir? #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran #ItisTimetobeOneUmmah
Industri Sepak Bola Merusak?

Oleh: Mak Wok

Tulisan ini berangkat dari usulan salah satu warga grup _klubuku_. Setelah tulisan dengan judul "Gol Berbau _Offside_ Dianulir? Saya kirim ke grup seperti biasanya. Grup ini yang menjadi titik awal Saya mulai menulis. Grup pecinta literasi yang digawangi oleh "_predator_ (pemangsa) buku", begitu gelar dari salah satu warga grup yang disematkan ke beliau.

Cerita dilanjutkan, ditulisan sebelumnya, Saya mengambil pendapat bahwa bermain sepak bola hukumnya boleh (_mubah_), namun industri sepak bola hukumnya haram.

Beberapa alasan sudah disampaikan di tulisan sebelumnya. Bagi Anda yang belum baca, sebaiknya luangkan waktu untuk membacanya agar tidak salah paham.

Semua alasannya berangkat dari kaca mata hukum islam tentunya. Karena hukum islam itu mengatur semua dimensi hubungan manusia.

Cuma ada tiga jenis interaksi yang dialami manusia, yaitu; dimensi _hablumminallah_ (interaksi dengan Allah Azza wa Jalla); _hablumminnafs_ (interaksi dengan diri sendiri); _hablumminannas_ (interaksi dengan manusia). Ketiga dimensi itu sudah diatur dengan sangat rinci dalam khazanah hukum islam.

Industri sepak bola itu bisa merusak ketiga jenis interaksi manusia. Mungkin Anda akan menganggap Saya berlebihan dan termasuk tukang nyinyir, kan?

Manifestasi _hablumminallah_ terkait dengan aqidah dan ibadah.
Ibadah sholat yang terlalaikan gara-gara sepak bola sudah jadi cerita lama. Lebih takut kehilangan momen penting saat menonton sepak bola secara langsung dari pada kehilangan waktu sholat maghrib. Penonton mukim di stadion ada juga yang menjamak maghribnya di waktu isya. Menggampangkan _rukshah_ (keringanan) dalam fiqih sholat dengan alasan yang mengada-ada. Keyakinan bahwa Allah Azza wa Jalla maha mengawasi hilang ditengah sorak-sorai bersama.

Penampakan _hablumminnafs_ akan terdeteksi pada beberapa hal, yaitu: pakaian, makanan, minuman dan akhlak. Kerusakan paling menonjol akibat industri sepak bola, bisa jadi terkait akhlak pendukung fanatiknya. Minuman keras kerap jadi teman pesta pora jika klub kesayangan mereka menang.
Pakaian resmi klub jadi kebanggaan, walau harganya selangit. Belum lagi pernak-pernik lainnya. Yang miris tentu bagi muslimah yang seharusnya pakai hijab _syar'i_, malah memaksakan diri melanggar perintah Illahi.

Perilaku rusak penggila bola yang bahkan sampai merusak fasilitas umum dan milik orang lain. Tawuran dan kerusuhan yang dipicu pertandingan bola sudah sangat sering menghiasi berita media.
Bahkan banyak yang meregang nyawa sia-sia. Padahal meninggal dalam membela _ashobiyah_ tempatnya di neraka.
Begitu besar daya rusak industri bola ini yang kaitannya dengan interaksi dengan manusia lain (_hablumminannas_).

Yang paling menyedihkan adalah ketika rusaknya _ukhuwah islamiyah_ (persaudaraan islam) ditelan _ashobiyah_ klub bahkan _ashobiyah_ bangsa.
Pertandingan bola antar bangsa merupakan alat untuk memupuk ikatan sebangsa setanah air, padahal ikatan ini termasuk ikatan rapuh.
Buktinya ketika timnas berlaga melawan timnas tetangga. Mereka seperti kompak menunjukkan dukungan dengan berbagai rupa dan cara.
Namun ikatan lemah itu akan terputus jika mereka membela klub masing-masing.

Ketika kepentingan bersama tercapai atau musuh bersama hilang, maka saling bermusuhan antar sesama sudah jadi langganan.
Padahal ikatan lemah ini juga terlihat di dunia hewan.
Ketika koloni semut hitam dan kawanan semut merah yang di letakkan dalam satu wadah tertutup secara bersamaan dengan makanan masing-masing tersedia. Mereka akan terlihat akur dan damai.
Tapi ketika wadahnya diguncang dengan keras, maka mereka akan menganggap yang tidak sewarna dan sebau dengan mereka adalah musuh bersama. Mereka akan saling serang mempertahankan koloni mereka mati-matian.
Semut tidak akan bisa berpikir, dan bertanya, siapa yang mengguncang wadah? Padahal itulah musuh bersama mereka.

Ikatan karena kesamaan ras, warna kulit, suku, kesamaan wilayah tempat hidup atau kesamaan lainnya tidak jauh beda dengan ikatan pada koloni semut.
Misalnya, kenapa yang hidup di Sumatera dan pulau sekitar Selat Malaka disebut Indonesia dan yang hidup di Semenanjung Malaka dan bagian utara Pulau Kalimantan disebut Malaysia?, bahkan ada lagi yang namanya Brunei Darussalam terselip di sana.
Padahal ras melayu islam mendominasi di semua area tersebut.
Jawabannya cuma satu yang rasional, yaitu karena penjajahnya berbeda.
Yang satu bekas jajahan Belanda dan yang lain bekas jajahan Inggris.
Pulau Papua dan Timor Leste yang bekas jajahan Portugis, malah punya cerita berbeda.

Kenapa konflik antara Indonesia dengan Malaysia sering terjadi?
"Ganyang Malaysia", Konflik pulau, konflik budaya, bahkan hanya gara-gara pertandingan sepak bola banyak narasi saling benci mengemuka.
Padahal sepak bola itu warisan Inggris sang penjajah.
Betapa rusaknya ukhuwah islamiyah.

Tunggu cerita selanjutnya, ya.

Batam, #279/200224
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis

#IndustriSepakBolaMerusak? #MakWok #Surau_2.0 #BengkelAkal #ItisTimetobeOneUmmah
Industri Olah Raga Melemahkan Umat?

Oleh: Mak Wok

Industri bola yang bergengsi dan melibatkan sumber daya ekonomi yang banyak tentu piala dunia. Bisa jadi olimpiade juga bisa menyamainya. Pertandingan antar bangsa ini berguna untuk memupuk semangat persatuan dan kebangsaan.
Bahkan sampai ada yang menyatakan bahwa atlit dan pemain yang sedang berlaga dalam even tersebut sedang berjihad. Terdengar begitu bijak dan heroik, bukan?

Jihad dalam arti bahasa bersungguh-sungguh, mungkin bisa saja disematkan, tapi jihad sebagai istilah hanya aktifitas-aktifitas yang terkait langsung dengan perang fisik.
Pengerahan tentara, pembuatan senjata, mempelajari ilmu pembuatan senjata dan aktifitas lain yang terkait langsung dengannya.

Seperti _Khilafah Utsmaniyah_ yang mengerahkan semua sumber daya dalam Perang Dunia Pertama.
Walau mereka kalah perang setelah berjihad melawan blok sekutu yang dimotori Inggris dan Prancis.
Pemenang perang, akhirnya membagi-bagi wilayah kekuasaan _Khilafah Utsmaniyah_. Pembagian ini dilakukan dalam perundingan Sykes-Picot.
Lahirlah banyak negara bangsa setelahnya.
Karena pembagian dilakukan diatas peta, sehingga batas-batas negara baru itu lurus-lurus saja, lihatlah batas-batas negara Mesir misalnya.

Hal demikian juga terlihat dari batas negara yang tampak di pulau Papua. Sesama penjajah tentu membagi wilayah jajahan mereka lewat perjanjian dengan menggunakan peta juga.

Hal unik lainnya adalah model dan warna bendera negara yang dulunya menjadi bagian _Khilafah Utsmaniyah_ itu mirip desainnya, baik pola dan pilihan warnanya. Hal itu terjadi karena memang idenya juga lahir dalam perjanjian Sykes-Picot.
Silahkan diperiksa bagian bendera yang ada di ikon grup WA, banyak yang mirip, bukan? Bahkan termasuk bendera Palestina yang masih terjajah secara fisik sampai sekarang. Bagi yang mau memeriksa lebih lanjut, silahkan periksa tahun kemerdekaan negara yang punya kemiripan desain benderanya dengan Palestina tersebut.
Saya pastikan Anda akan menemukan semuanya merdeka setelah tahun 1916 Masehi.

Pemenang perang yang jadi penguasa dunia juga merancang strategi agar umat senantiasa lemah dan tetap berpecah belah. Mereka tidak ingin muncul lagi persatuan hakiki umat islam. Maka tidak heran jika perselisihan bahkan perang antar bangsa, yang rakyatnya mayoritas islam sering terjadi.

Salah satu strategi mereka yaitu dengan merancang "perang semu" untuk memupuk semangat nasionalisme negara-negara bangsa.
Dihadirkanlah ajang piala dunia dan olimpiade yang digunakan untuk tetap memompa semangat persatuan negara bangsa.

Terciptalah _ashobiyah_ kebangsaan dibenak umat dan mereka jadi lalai dan lupa, bahwa dahulunya mereka pernah bersatu dalam satu kepemimpinan yaitu _Khilafah Utsmaniyah_, _Khilafah Abasiyah_, _Khilafah Umawiyah_, _Khulafaurrasyidin_ yang mewarisi kepemimpinan dari Rasulullah _Shalallahualaihiwassalam_.
Khilafah tentu dalam sejarahnya diwarnai dengan pasang surutnya. Karena memang sistem kepemimpinan yang dijalankan manusia bukan malaikat.

Sejarah awal negara bangsa merupakan "lubang kadal gurun (biawak)" yang dirancang keturunan Yahudi dalam rangka mewujudkan mimpi mereka untuk menghegemoni dunia.

Mereka sadar, selagi bangsa-bangsa masih disatukan oleh agama, seperti Eropa yang pernah bersatu dibawah kekristenan dan Arab dibawah islam, mereka tidak punya peluang untuk mewujudkan mimpinya.

Propaganda
mereka berhasil dengan terjadinya _Renaisance_ dan Revolusi Prancis. Revolusi ini yang meruntuhkan kekuasaan berbasis kekristenan di Eropa. Ketika negara bangsa di Eropa juga memusuhi mereka, selanjutnya kepemimpinan islam yang menjadi targetnya. Makar dan propaganda "pan arab" mereka berhasil juga melahirkan Revolusi Arab. Revolusi yang berpengaruh sangat penting terhadap keruntuhan _Khilafah Utsmaniyah_ di tahun 1924 Masehi, walau banyak lagi faktor lainnya.
Mereka berhasil lagi, setelah Perang Dunia Kedua lahirlah negara bangsa impian keturunan Yahudi. "Bidan"-nya Inggris, "dokter"-nya Amerika. Maka wajar Negara bangsa ini selalu di dukung sang "polisi dunia". Negara yang jadi bayangan dari negara-negara arab ini sampai sekarang masih menjajah dan melakukan genosida terhadap umat islam di _Baitul maqdis_. Semoga laknat _Allah Azza wa Jalla_ tetap pada mereka.

Negara bangsa dengan penduduk mayoritas muslim yang lemah dari banyak sisi hanya diam saja.
Karena mereka membela mati-matian bangsa sendiri dan nyaman dalam berpecah belah, tenggelam dalam eforia "perang semu".
"Itu bukan urusan Kita, itu masalah mereka", ungkapan yang terdengar keren dan bijak.

Walau ada kecaman, aksi boycot, bantuan obat-obatan dan makanan dari sebagian umat dan pemimpin umat.
Hal itu tidaklah cukup, karena yang diperlukan adalah segera mengirim kekuatan tentara. Tentara hanya bisa digerakkan oleh pimpinan negara.
Itulah yang dilakukan oleh Khalifah Mu'tashim ketika membela seorang muslimah yang dilecehkan di Amuria. Sang Khalifah mengirim tentaranya, ujungnya sudah sampai di Amuria, ekornya masih di Baghdad. Baghdad saat itu menjadi ibu kota khilafah.

Saya yakin banyak tentara muslim ingin berangkat ke Palestina, Uyghur, Khasmir, Rohingya atau lainnya. Mereka tinggal menunggu perintah jihad saja.

Keinginan Itu hanya akan terjadi, jika segenap komponen umat mau dan rindu kembali bersatu tanpa sekat negara bangsa dan mau berjuang untuk menegakkan khilafah.
Terdengar mimpi dan utopia?. Tidak bagi umat yang kuat keyakinannya terhadap janji Allah _Azza wa Jalla_ dan _bisyarah_ (kabar gembira) dalam hadis Rasulullah _shalallahualaihiwassalam_.

Batam, #280/210224
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis

#IndustriOlahRagaMelemahkanUmat #MakWok
#Surau_2.0 #BengkelPemikiran #ItisTimetobeOneUmmah
Sholeh Tapi Berjudi?

Oleh: Mak Wok

Bagaimana pendapat Anda ketika orang yang rajin sholat, rajin puasa menafkahi keluarganya dengan berjudi? Bahkan Dia punya cita-cita, jika menang besar lagi, Dia akan melanjutkan pembangunan masjid yang sudah dimulainya dan terbengkalai di kampungnya.

Mungkin Anda akan mudah mengambil sikap, jika menemukan fakta seperti itu, tinggal nasehati dan berikan akses kepekerjaan halal lainnya.

Namun faktanya tidak sesederhana itu, Dia mendapat dukungan dari berbagai pihak dengan beragam profesi dan status sosial. Bisa-bisa ketika menasehatinya, Anda akan dianggap musuh mereka bersama.

Setelah mencoba mendalami fakta-faktanya, Anda menemukan banyak alasan dan pernyataan yang sampai ketelinga Anda ketika berinteraksi dengan mereka, diantaranya adalah sebagai berikut.

"Kami sudah coba tawari untuk pekerjaan yang lain, tapi Dia tidak mau, banyak alasannya, tapi Dia baik, rajin ikut gotong-royong". Tutur salah satu warga.

"Menafkahi keluarga kan wajib, Dia sudah berusaha semampunya, dari pada anak istrinya terlantar makan dan pendidikannya, Dia malah berdosa melalaikan kewajiban, kan!", begitu ujar temannya.

"Kami keluarga fakir dan miskin, tidak mampu untuk membantu keluarga mereka.
Kami hanya bisa membantu dengan do'a, semoga Dia menang besar lagi", begitu yang terdengar dari keluarga istrinya.

"Dia rajin sholat dan puasa sunnah lho, makanya Kami adakan do'a bersama di masjid ini.
Semoga Dia menang besar dan bisa membantu melanjutkan pembangunan masjid ini yang terbengkalai. Dahulu juga Dia yang memulai membangun ketika menang judi". Begitu ungkapan pengurus masjid dekat rumah Dia.

"Dia dulu pernah bekerja di tempat judi itu sama seperti Saya. Kami dikeluarkan dan Dia mulai ikutan berjudi setelahnya. Karena cerdas dan mengetahui seluk beluk permainan judi, Dia pernah menang lumayan besar, lho, sehingga bisa bangun masjid. Sekarang Saya hanya bisa sedikit membantu modal berjudinya saja". Begitu tanggapan dari kawannya yang sekarang jadi pedagang dekat arena perjudian.

"Saya sebagai hansip, sering membantu mengawal Dia dengan suka rela ketika berjudi, agar Dia merasa aman dan tidak ada yang mengganggu perjuangannya untuk mengubah nasib Kami bersama". Begitu heroiknya ungkapan penjaga kampungnya.

"Tukang ojek juga sering menggratiskan Dia untuk antar-jemput ke tempat judi, karena Dia memang baik, sopan, cerdas dan suka menolong". Tambahan dari tokoh masyarakat di sana.

"Suami Saya sering mengajak Saya sholat malam berjamaah, agar Dia mendapatkan kemenangan dalam perjudiannya". Istrinya tidak ketinggalan menyampaikan amal sholeh suaminya.

Bahkan ada kesepakatan ulama setempat yang mengajak umat agar membantunya lengkap dengan menukil dalil Al Quran pula. Anda yang bukan ulama akan sulit menasehati mereka.

Akhirnya Anda memilih menahan lisan dulu dan berniat mencari momentum dan cara yang tepat setelah selesai hiruk-pikuk permainan judi besar itu.
Karena Anda teringat dengan kisah Arab Baduy yang kencing di masjid Nabawi.
Sahabat Nabi sudah sangat marah bahkan ada yang sudah mencabut pedangnya. Rasulullah menenangkan mereka semua dan menunggu Dia selesai buang hajatnya. Berikutnya, setelah diinterogasi, ternyata Dia belum tahu bahwa masjid harus suci dari najis seperti air kencing.
Dia kira lantai masjid yang masih beralaskan pasir itu, sama saja dengan pasir gurun di tempat lain.
Nabi memberikan pelajaran kepadanya, agar tidak mengulanginya dan memerintahkan sahabat untuk menyiram pasir bekas kencingnya dengan air yang banyak.
Begitu juga Anda teringat, tidak ada gunanya menasehati orang yang sedang mabuk, baik mabuk khamar atau mabuk judi.

Belakangan, masyarakat heboh mendengar kabar ketika tumpuan harapan mereka kalah dalam perjudian dengan modal sangat besar.
Saking percayanya warga dengan keahliannya berjudi, banyak warga yang ikut bantu _nyawer_ modal judinya.
Warga menduga kuat bandar judi bermain mata dengan lawan Dia di perjudian dengan taruhan super besar itu. Tercium kuat aroma kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif yang di lakukan bandar judi dan kaki tangannya.

Bandar judi tentu punya kuasa sebagai penguasa lapangan arena judi. Petugas keamanan yang sangar-sangar. Bahkan bandar sering memberikan bantuan sembako kepada masyarakat sekitar. Agar arena perjudian tetap di dukung mayoritas warga.
Gaji petugas keamanan, pemandu permainan judi, petugas kesehatan di klinik perjudian dan semua karyawan gajinya di naikkan bandar sebelum pertandingan besar diadakan. Tentu agar semuanya patuh kepada atasan dan tidak berbalik jadi lawan.

Bandar punya kepentingan untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur triliunan yang sudah direncanakan dalam jangka menengah dan panjang.

Kan bisa kacau urusan dengan pemilik modal, jika pusat perjudian terbesar di kawasan baru batal, karena jagoan bandar judi yang lain, pernah kalah sebelumnya dari Dia. Dan ada proyek reklamasi pulau judi yang direcokinya dan mau dijadikan objek wisata lengkap dengan masjidnya.
Maka bagaimanapun caranya, yang punya cita-cita membangun masjid lain harus kalah dan dikalahkan.

"Jika masjid semakin bagus dan makmur, berpotensi akan menggerus dan menggerogoti legalitas judi di masa depan". Begitu ungkapan tokoh kaki tangan bandar.

"Masjid dan yang rajin sholat disana berpotensi membangun kekuatan besar yang akan menggilas hukum yang mengatur perjudian". Begitu ungkapan staf bandar judi yang lain.

Anda hanya mengomentari dalam hati. Begitulah tabiat perjudian, tujuannya hanya kemenangan. Pemain hanya korban yang terperangkap dalam lingkaran setannya. Bagaimanapun bandar judi akan selalu menang. Jika ada pemain yang menang itu karena bandar kecolongan atau dimenangkan agar ketagihan.

Cerita fiktif diatas menggambarkan betapa pemahaman terhadap judi akan mempengaruhi respon seseorang.
Karena yang jadi acuan dalam merespon itu adalah asas manfaat. Karena judi dianggap ada manfaatnya, maka judi dijadikan jalan untuk mencapai tujuan dianggap kebaikan.

Karena dianggap baik, maka layak didukung dan diperjuangkan agar tujuan tercapai.
Tujuan yang mengandung manfaat bersama menghalalkan segala cara. Kecurangan, trik dan tipu daya dianggap sebagai strategi mencapai tujuan saja.
Machiavelli adalah "Nabinya" dan sekularisme adalah "aqidah" yang menjadi landasannya.

Batam, #281/260224
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis

#SholehTapiBerjudi?
#MakWok #Surau_2.0
#BengkelPemikiran
Terpapar Sekularisme?

Oleh: Mak Wok

Sekularisme merupakan anti tesis dari teologis yang marak di Eropa pada abad kegelapan. Merupakan bentuk perlawanan Intelektual kepada pemangku kekuasaan yang di dukung penuh tokoh agamawan. Eropa bisa bangkit dengan mengemban sekularisme, sebaliknya sekularisme menjadi racun mematikan peradaban islam. Periksa tandanya, mana tahu sudah terpapar, kan?

Teologis yang berkolaborasi dengan kekuasaan mengemban kaidah dasar, "suara raja adalah suara Tuhan", sehingga menghasilkan hukum sesuka raja yang banyak menindas.
Muncullah pergolakan pemikiran dengan ide sekularisme. Membela dan berpihak kepada rakyat yang tertindas dengan slogan "suara rakyat adalah suara Tuhan".

Peraturan publik yang awalnya menjadi kewenangan raja diubah dengan mengembalikan kedaulatan membuat aturan ke rakyat/publik (republik).

Agama tetap diakui sebagai bentuk interaksi manusia dengan Tuhannya. Agama diposisikan hanya mengatur urusan pribadi/privat, tapi agama tidak boleh lagi mencampuri urusan publik. Dengan kata lain jangan bawa-bawa agama dalam urusan masyarakat.

Tuhan diposisikan seperti pembuat jam, setelah jam selesai, jam bisa jalan dengan sendirinya.
Tugas Tuhan sebagai pencipta dianggap sudah selesai. Manusia di berikan kebebasan oleh Tuhan untuk mengatur urusan publik manusia, sesukanya manusia.

Intinya adalah _fasluddin anilhayah_ (pemisahan agama dari kehidupan).
Ide ini bisa membuat bangsa Eropa bangkit dari abad _jahiliyah_ (kegelapan).
Diawali dengan _renaisance_, revolusi Prancis dan revolusi industri Inggris.
Bangsa-bangsa Eropa menjelma menjadi bangsa yang maju, kuat dan berlomba menjadi penjajah dengan kemajuan teknologi perang dan semua pendukungnya.

Penjajah membawa tiga misi, yaitu; _gold_ (kekayaan); _glory_ (kekuasaan) dan _gospel_ (agama) yang disingkat 3G, dalam ekspedisi dan ekspansi mereka.
Setiap rombongan akan memuat tiga profesi penting yang menjalankan misi 3G tersebut, yaitu; pengusaha; tentara dan pendeta.

Misi 3G berhasil dengan gemilang menguasai banyak wilayah di benua Asia dan Afrika.
Inggris sebagai adidaya saat itu mengakuisisi benua Amerika serta Australia. Migrasi besar-besaran bangsa Eropa terjadi setelahnya.

Penjajah menguasai dunia dan memaksakan ide sekularisme kepada bangsa-bangsa jajahannya.
Setelah merdeka dengan beragam cerita sejarah, ide penjajah ini tetap dipertahankan sedemikian rupa oleh bangsa bekas jajahan dengan rasa bangga.

Sekularisme memang obat manjur untuk kebangkitan bangsa-bangsa Eropa, karena agama mayoritas yang mereka anut, memang tidak punya aturan agama untuk urusan publik.

Berbeda dengan agama islam yang memiliki aturan lengkap dan paripurna untuk mengatur setiap sendi kehidupan, bahkan mayoritas hukum islam itu mengatur urusan publik.

Sekularisme justru menjadi racun yang mematikan peradaban islam. Ketika Eropa tenggelam dalam abad kegelapan saat diatur raja yang berkedok agama, justru peradaban islam sedang berada dalam masa emasnya.
Sekarang negeri muslim mengekor "lubang biawak" sekularisme. Sudah 100 tahun semenjak runtuhnya peradaban Khilafah Ustmaniyah tahun 1924 M.

Untuk melihat, apakah racun sekularisme sedang dan masih menggerogoti pikiran Kita.
Kita bisa menganalisa beberapa tandanya, sebagai berikut.

Pertama, Ketika dalam melakukan aktifitas apapun Kita tidak menggunakan aturan islam sebagai tolok ukur perbuatan.

Kedua, Kita rela dan redho saja ketika semua hukum Allah _Azza wa Jalla_ tidak tegak dalam setiap sendi kehidupan. Bahkan mati-matian membela hukum selain hukum Allah SWT.

Ketiga, Kita lebih percaya kepada hukum warisan penjajah yang dibuat manusia serakah dari pada hukum warisan Rasulullah dan _Khulafaurrasyidin_ yang menerapkan hukum Allah _Azza wa Jalla_ dalam setiap sendi kehidupan.

Keempat, Kita meyakini bahwa hukum Allah _Azza wa Jalla_ yang mengatur urusan publik sudah tidak relevan untuk mengatur manusia modern. Selagi bisa beribadah _mahdah_ dengan lancar, memilih makanan halal dan menyekolahkan anak keturunan di sekolah islami.
Hukum apapun yang mengatur urusan publik tidak jadi masalah.
Kelima, Kita menganggap masalah Palestina itu masalah mereka, karena berbeda teritori dengan Kita.

Keenam, Kita masih terpaku dengan sosok muslim yang sholeh untuk memimpin perubahan, belum fokus kepada kepemimpinan islam.

Beberapa tanda diatas, bisa menjadi indikator bahwah Kita sudah terpapar racun sekularisme yang mematikan peradaban islam.

Semakin banyak tanda itu bersarang dalam akal, semakin parah paparan racun sekularisme menggerogoti pikiran.

Selagi Kita masih berpikir jangan bawa-bawa agama, halal dan haram, surga dan neraka dalam interaksi publik, itu indikator kuat terpapar racun sekularisme yang mematikan.

Kita masing-masing lah yang bisa menganalisanya.
Analisa merupakan wilayah akal, jangan _baper_ (bawa perasaan) dalam mengkaji setiap detilnya.

Pemikir terbuka akan bergejolak pemikirannya, sehingga "panasnya" bisa mendetoksifikasi racun sekularisme yang sudah sangat lama bersarang dalam benaknya.

Batam, #282/050224
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis

#TerpaparSekularisme #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran
Mematut Peradaban

Oleh: Mak Wok

Kaum hawa terkenal dengan kesukaannya mematut diri di depan cermin. Kaum Adam tentu juga terbiasa, walau tidak seekstrim kaum wanita.
Lewat kaca memungkinkan Kita untuk melihat warna bola mata Kita sendiri. Yang mustahil dilakukan tanpa alat bantu untuk merefleksikannya.

Jika refleksi wajah lewat media fisik, maka refleksi kepribadian harus menggunakan "cermin" khusus. Pasangan dan kawan adalah cerminan diri seseorang. Kalau ingin "melihat" seseorang, lihatlah kepada pasangan dan kawan-kawan dekatnya. Kita bisa mengukur kualitas dirinya.

Mematut diri juga bisa dilakukan dengan meminta kripik dan bakwan, eh... maksudnya kritik dan saran.
Semakin objektif kritik dan saran yang disampaikan, semakin akurat penilaian terhadap kepribadian.

Kepribadian (_syaksiyah_) seseorang juga bisa dibandingkan dengan tolok ukur kepribadian yang mulia, yaitu Rasulullah. _Syaksiyah_ melingkupi pola pikir dan pola sikap, yang buahnya terindra dari akhlak dan adab.

Peradaban manusia akan diikat oleh pemikiran, perasaan dan peraturan yang melandasi interaksi terus menerus antar sesama manusia.

Bagi penganut teori evolusi yang bersandar kepada sekularisme.
Peradaban manusia berawal dari berevolusinya manusia dari kera, jutaan tahun yang lalu.
Narasi-narasi disetiap fase peradaban manusia sangat lengkap, yang ditulis dalam buku-buku sejarah di segenap penjuru dunia.

Sejarah yang katanya jutaan tahun yang lalu, ghaib bagi Kita.
Walau ada informasi dan fosil yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur. Untuk informasi tentu hanya Al Quran dan hadist yang masih terjaga. Dalam Al Quran informasinya berbeda dengan sejarah yang diyakini banyak manusia dewasa ini.
Bahkan temuan fosil yang berumur lebih dari 400 juta tahun pun tidak berpihak kepada teori evolusi, seperti fosil kepiting tapal kuda dan _nautilus_ (keduanya hewan laut), ternyata masih hidup sampai sekarang dengan bentuk yang persis sama/identik.
Hewan ini dijuluki dengan "fosil hidup", berbarengan dengan beberapa hewan lainnya, terjadi kontradiksi akut, bukan?

Kontradiksi ini akan hilang jika yang dipakai adalah standar berpikir rasional. Secara rasional dapat di buktikan bahwa Alquran dan Rasulullah pasti benar.
Rasulullah pembawa risalah islam, pasti adalah utusan-Nya.

Dalam islam, fase peradaban manusia itu hanya ada lima saja, yaitu:

_Pertama_, fase _nubuwah_ (kenabian). Fase ini dimulai dengan turunnya manusia pertama dan pasangannya ke muka bumi, yaitu Adam _Alaihissalam_ dan Siti Hawa _Rahimahullah_.

Fase kenabian ini berlangsung ribuan tahun. Peradaban manusia senantiasa dapat _update_ (pembaharuan) dengan diutus-Nya para nabi dan rasul. Allah Azza wa Jalla langsung yang mengajarkaan ilmu dan keterampilan hidup kepada utusan-Nya.

Nabi Adam _Alaihissalam_ diajarkan-Nya semua nama dan hakikat benda.
Nabi Idris _Alaihissalam_ menjadi manusia pertama yang bisa menjahit pakaian.
Nabi Nuh _Alaihissalam_, manusia pertama yang menguasai teknologi perkapalan.
Demikian seterusnya, telah Allah Azza wa Jalla utus ratusan ribu nabi untuk memimpin peradaban kaum-kaum manusia.

Sampailah kepada _khatamul anbiya_ (penutup para nabi) yang diutus-Nya untuk memimpin peradaban seluruh manusia. Para nabi yang diutus sebelumnya terbatas hanya untuk kaumnya saja.
Nabi akhir zaman yang membawa islam yang lengkap dan paripurna.
Tentu Kita hendaknya tidak hanya meneladani akhlak nabi, namun Kita juga harus meneladani metode nabi dalam mendirikan _daulah_ dan meneladani Dia sebagai pemegang kekuasaan di Madinah.
Setelah Rasulullah wafat, fase ini berakhir, atas kehendak-Nya.

_Kedua_, fase _khilafah ala minhajinnubuwah_ (kepemimpinan yang mengikuti metode nabi). Kepemimpinan islam yang dikenal luas dengan istilah _khulafaurrasyidiin_ (para khalifah yang tertunjuki). Khalifah tidak menggantikan nabi sebagai pembawa risalah baru, karena islam telah sempurna, tidak memerlukan tambahan dan pengurangan, namun khalifah adalah pengganti Rasulullah sebagai pemimpin tertinggi _daulah_ (negara).
Fase ini tidak lama, namun Khalifah Umar Bin Khattab bisa membebaskan Baitul Maqdis dari Romawi, adidaya dunia di masa itu dan me- _futuhat_ (menaklukan) Persia.

_Ketiga_, fase _mulkan adhan_ (kekuasaan yang menggigit). Sejarahnya panjang terbentang sangat lama dengan wilayah yang sangat luas yang meliputi hampir sepertiga bumi.
Ciri utamanya adalah kedaulatan hukum masih di tangan syara'.
Hukum Allah Azza wa Jalla masih tegak di tengah-tengah umat.
Fase ini diawali dengan kepemimpinan Khilafah Umawiyah, dilanjutkan Khilafah Abbasiyah dan terakhir Khilafah Utsmaniyah, sejarah para khulafa membentang selama lebih dari 1400 tahun.
Para penemu dan ilmuan yang _polymath_ (menguasai beragam disiplin ilmu) lahir pada era peradaban emas ini.
Bahkan diakui juga ketinggian peradabannya, oleh sejarawan non muslim, seperti Michael H. Hart.
Fase ini berakhir dengan runtuhnya Khilafah Utsmaniyah 100 tahun yang lalu (1924 M).

_Keempat_, fase _mulkan jabriyatan_ (kepemimpinan yang memaksakan kehendak/otoriter). Inilah fase yang sedang Kita jalani saat ini.
Fase bercerai-berainya umat dalam sekat semu negara bangsa.
Toleransi antar umat beragama bisa dijaga, namun toleransi antar umat seagama malah sangat mengerikan.
Fitnah terhadap ajaran islam yang tinggi tersebar secara terstruktur, sistematis dan masif.
Umat ketakutan dengan ajaran agamanya sendiri.
Bahkan ada ulama yang menisbatkan zaman ini dengan "neo jahiliyah", "jahiliyah berteknologi tinggi".

Contoh populer, dulu saat Nabi berdakwah pada fase Mekah, riba itu prakteknya hanya dilakukan pribadi, sekarang praktisinya adalah lembaga resmi, bahkan dilakukan oleh negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim.
Apapun sebutan untuk fase ini, fase ini pasti akan berakhir, karena lisan nabi sudah mengabarkan sebuah _bisyarah_ (kabar gembira).

_Kelima_, fase _khilafah ala minhajinnubuwah_. (Kepemimpinan yang mengikuti metode nabi). Ini fase yang masih ghaib kapan waktu mulainya.
Namun fase ini pasti terjadi, karena keluar dari lisan Rasulullah. Rasulullah tidak pernah berbohong.
Yang selayaknya Kita lakukan tentu mengkaji dengan rinci dan teliti, apa dan bagaimana yang disebut "metode kenabian".
Fase peradaban yang paling sesuai tentu fase dakwah baginda Nabi _Shalallahualaihiwassalam_ pada periode Mekah.

Marilah mematut-matut kondisi umat saat ini dengan kondisi umat saat dakwah Rasulullah pada periode Mekah.

Batam, #283/070324
IG @makwock
t.me/McWok
fb.me/nowrohis

#MematutPeradaban #MakWok #Surau_2.0 #BengkelPemikiran