This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
﷽ SEGERA TAUBAT DARI ROKOK 🚭
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Merokok hukumnya haram dalam syariat. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan“ (QS. Al Baqarah: 195).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain”. (HR. Ahmad I/313 no.2867, dan Ibnu Majah no.2431).
Sedangkan rokok, disepakati oleh para ahli kesehatan bahwa ia berbahaya dan mematikan.
Allah Ta’ala dalam surat Al Maidah ketika Allah berfirman kepada Nabi-Nya Shallallahu’alaihi Wasallam,
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا أُحِلَّ لَهُمْ قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang dihalalkan bagi mereka? Katakanlah, dihalalkan bagi mereka semua hal yang baik-baik” (QS. Al Maidah: 4).
Dan Allah Ta’ala juga berfirman:
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَآئِثَ
“Dihalalkan bagi kalian semua yang baik-baik dan diharamkan bagi kalian khabaits (yang buruk-buruk)” (QS. Al A’raf: 157).
Dan rokok termasuk khabaits (perkara yang buruk). Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan:
وجميع أنواع التدخين والشيشة من جملة الخبائث الضارة بالإنسان
"Semua jenis rokok dan shisha termasuk khabaits (yang buruk-buruk) yang membahayakan manusia".
Dan merokok juga merupakan kezaliman kepada orang lain. Setiap milimeter kubik asap yang terhirup oleh orang lain, akan dituntut kelak di hari kiamat. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه أو شيء فليتحلله منه اليوم قبل أن لا يكون دينار ولا درهم إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه فحمل عليه
“Orang yang pernah menzalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal shalih, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal shalih, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zhalimi” (HR. Bukhari no.2449).
Maka segera mengucapkan selamat tinggal bagi rokok, demi meraih ridha Allah dan demi keselamatannya di dunia dan akhirat.
Semoga Allah memberi taufik.
@fawaid_kangaswad
📲 @IslamAdalahSunnah
▬▬▬▬▬•◇🚭◇•▬▬▬▬▬
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Merokok hukumnya haram dalam syariat. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan“ (QS. Al Baqarah: 195).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain”. (HR. Ahmad I/313 no.2867, dan Ibnu Majah no.2431).
Sedangkan rokok, disepakati oleh para ahli kesehatan bahwa ia berbahaya dan mematikan.
Allah Ta’ala dalam surat Al Maidah ketika Allah berfirman kepada Nabi-Nya Shallallahu’alaihi Wasallam,
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا أُحِلَّ لَهُمْ قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang dihalalkan bagi mereka? Katakanlah, dihalalkan bagi mereka semua hal yang baik-baik” (QS. Al Maidah: 4).
Dan Allah Ta’ala juga berfirman:
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَآئِثَ
“Dihalalkan bagi kalian semua yang baik-baik dan diharamkan bagi kalian khabaits (yang buruk-buruk)” (QS. Al A’raf: 157).
Dan rokok termasuk khabaits (perkara yang buruk). Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan:
وجميع أنواع التدخين والشيشة من جملة الخبائث الضارة بالإنسان
"Semua jenis rokok dan shisha termasuk khabaits (yang buruk-buruk) yang membahayakan manusia".
Dan merokok juga merupakan kezaliman kepada orang lain. Setiap milimeter kubik asap yang terhirup oleh orang lain, akan dituntut kelak di hari kiamat. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه أو شيء فليتحلله منه اليوم قبل أن لا يكون دينار ولا درهم إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه فحمل عليه
“Orang yang pernah menzalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal shalih, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal shalih, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zhalimi” (HR. Bukhari no.2449).
Maka segera mengucapkan selamat tinggal bagi rokok, demi meraih ridha Allah dan demi keselamatannya di dunia dan akhirat.
Semoga Allah memberi taufik.
@fawaid_kangaswad
📲 @IslamAdalahSunnah
▬▬▬▬▬•◇🚭◇•▬▬▬▬▬
﷽ Semoga Kita Semua Dapat Masuk Ke Surga
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Ketauhilah saudaraku, kita di dunia ini adalah musafir dan sedang melakukan perjalanan. Hal ini harus benar-benar kita sadari dan jangan sampai lalai mengingat hal ini.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata yang artinya, “Manusia sejak diciptakan senantiasa menjadi musafir, Batas akhir perhentian perjalanan mereka adalah surga atau neraka.”
(Al-Fawaid hal 400)
Inilah yang selalu diingatkan oleh Nabi ﷺ, kehidupan dunia ini hanya sebentar dalam sebuah perjalanan.
Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya, “Apa peduliku dengan dunia? Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang "berteduh" di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.”
(HR. Tirmidzi no. 2551. dishahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan At Tirmidzi)
Renungkan juga, ketika perjalanan pulang kampung: “Apakah kita bisa membawa banyak bekal?”
“Apakah yang ada di perantauan kita bisa bawa semuanya ke kampung?”
Demikian juga perjalanan kita ke kampung akhirat, tidak ada dari kekayaan dunia dan kemegahannya yang akan kita bawa. Yang kita bawa adalah amal kebaikan kita saja. Amal ini tidak terlihat (tidak ada bendanya) di dunia, tempat perantauan sekarang.
Ketika manusia akan dibawa ke kubur kelak, semua akan mengikutinya yaitu keluarga, harta, dan amalnya. Yang kembali adalah keluarga dan harta, sedangkan yang tetap mengikuti bersamanya adalah amalnya.
Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya, “Yang mengikuti mayit sampai ke kubur ada tiga, dua akan kembali dan satu tetap bersamanya di kubur. Yang mengikutinya adalah keluarga, harta, dan amalnya. Yang kembali adalah keluarga dan hartanya. Sedangkan yang tetap bersamanya di kubur adalah amalnya.”
(HR. Bukhari, no. 6514; Muslim, no. 2960)
Perlu direnungkan juga bahwa yang namanya perjalanan dan safar pastinya ada kesusahan dan ketidaknyamanan. Selama masa safar dan perjalanan jauh lagi panjang, kita tidak merasa senang dan gembira terus-menerus atau bahkan bermain-main.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan yang artinya, “Orang yang berakal akan tahu bahwa safar itu identik dengan kesusahan dan terpapar berbagai bahaya. Tempat di mana manusia berharap/menuntut adanya nikmat, kelezatan dan kenyamanan hanya ada pada saat safar telah selesai.”
(Al-Fawaid hal 400)
Akhirat lah pemberhentian terakhir dan merupakan kehidupan yang sesuangguhnya. Allah berfirman yang artinya, “Wahai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini adalah kesenangan sementara. Dan sesungguhya akhirat itu adalah negeri tempat kembali”
(QS. Ghafir: 39).
Bagi yang telah dilalaikan dan tertipu oleh kehidupan dunia, ia akan menjalani kehidupan dunia ini dengan bermain-main dan bersenda-gurau serta saling berbangga-bangga saja.
Allah berfirman yang artinya, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.
(al-Hadid: 20).
Semoga kita semua bisa pulang kampung, kampung bapak kita Nabi Adam ‘alaihis salam dan termasuk orang beruntung dan sukses yaitu dimasukkan ke surga dan dijauhkan dari neraka.
Allah berfirman yang artinya, “Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.
(QS. Ali Imran: 185).
🌐 Referensi: https://muslim.or.id/40683-semoga-kita-pulang-kampung-ke-surga.html
اَلَّهُمَّ إِنِّيْ أََسْأَلُكَ ا لْجنَّةَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
📲 @IslamAdalahSunnah
➖✽ஜ🌺🌻🌺🌻🌺🌻🌺ஜ✽➖
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Ketauhilah saudaraku, kita di dunia ini adalah musafir dan sedang melakukan perjalanan. Hal ini harus benar-benar kita sadari dan jangan sampai lalai mengingat hal ini.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata yang artinya, “Manusia sejak diciptakan senantiasa menjadi musafir, Batas akhir perhentian perjalanan mereka adalah surga atau neraka.”
(Al-Fawaid hal 400)
Inilah yang selalu diingatkan oleh Nabi ﷺ, kehidupan dunia ini hanya sebentar dalam sebuah perjalanan.
Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya, “Apa peduliku dengan dunia? Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang "berteduh" di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.”
(HR. Tirmidzi no. 2551. dishahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan At Tirmidzi)
Renungkan juga, ketika perjalanan pulang kampung: “Apakah kita bisa membawa banyak bekal?”
“Apakah yang ada di perantauan kita bisa bawa semuanya ke kampung?”
Demikian juga perjalanan kita ke kampung akhirat, tidak ada dari kekayaan dunia dan kemegahannya yang akan kita bawa. Yang kita bawa adalah amal kebaikan kita saja. Amal ini tidak terlihat (tidak ada bendanya) di dunia, tempat perantauan sekarang.
Ketika manusia akan dibawa ke kubur kelak, semua akan mengikutinya yaitu keluarga, harta, dan amalnya. Yang kembali adalah keluarga dan harta, sedangkan yang tetap mengikuti bersamanya adalah amalnya.
Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya, “Yang mengikuti mayit sampai ke kubur ada tiga, dua akan kembali dan satu tetap bersamanya di kubur. Yang mengikutinya adalah keluarga, harta, dan amalnya. Yang kembali adalah keluarga dan hartanya. Sedangkan yang tetap bersamanya di kubur adalah amalnya.”
(HR. Bukhari, no. 6514; Muslim, no. 2960)
Perlu direnungkan juga bahwa yang namanya perjalanan dan safar pastinya ada kesusahan dan ketidaknyamanan. Selama masa safar dan perjalanan jauh lagi panjang, kita tidak merasa senang dan gembira terus-menerus atau bahkan bermain-main.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan yang artinya, “Orang yang berakal akan tahu bahwa safar itu identik dengan kesusahan dan terpapar berbagai bahaya. Tempat di mana manusia berharap/menuntut adanya nikmat, kelezatan dan kenyamanan hanya ada pada saat safar telah selesai.”
(Al-Fawaid hal 400)
Akhirat lah pemberhentian terakhir dan merupakan kehidupan yang sesuangguhnya. Allah berfirman yang artinya, “Wahai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini adalah kesenangan sementara. Dan sesungguhya akhirat itu adalah negeri tempat kembali”
(QS. Ghafir: 39).
Bagi yang telah dilalaikan dan tertipu oleh kehidupan dunia, ia akan menjalani kehidupan dunia ini dengan bermain-main dan bersenda-gurau serta saling berbangga-bangga saja.
Allah berfirman yang artinya, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.
(al-Hadid: 20).
Semoga kita semua bisa pulang kampung, kampung bapak kita Nabi Adam ‘alaihis salam dan termasuk orang beruntung dan sukses yaitu dimasukkan ke surga dan dijauhkan dari neraka.
Allah berfirman yang artinya, “Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.
(QS. Ali Imran: 185).
🌐 Referensi: https://muslim.or.id/40683-semoga-kita-pulang-kampung-ke-surga.html
اَلَّهُمَّ إِنِّيْ أََسْأَلُكَ ا لْجنَّةَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
📲 @IslamAdalahSunnah
➖✽ஜ🌺🌻🌺🌻🌺🌻🌺ஜ✽➖
﷽ KAKAK SALAFY? AKU SUKA PAKAIAN HITAM MESKI BELUM BERCADAR, APAKAH AKU JUGA SALAFY? SEBUAH KISAH……
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Kakak Salafy ❓❓
⚫ Kak aku suka pakean item item meski belum bercadar, apa aku juga salafy?
Hm, coba disimak baik-baik ya dialog di bawah:
(Dialog antara dua orang perempuan)
Dia bertanya kepadaku: "Apakah aku seorang salafy?"
Aku berkata: "Kita semua adalah salafy."
Dia bertanya: "Apa artinya SALAFY?"
Aku menjawab: "Yaitu engkau beriman kepada Al-Qur'an & As-Sunnah dengan pemahaman Salaf."
Dia bertanya: "Apa artinya SALAF?"
Aku menjawab: "Yaitu para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam serta orang-orang yang mengikuti mereka."
Dia berkata: "Aku beriman kepada Al-Qur'an & As-Sunnah dengan pemahaman para shahabat serta para pengikutnya."
Aku berkata: "Berarti engkau adalah seorang salafy."
Dia berkata: "Tapi aku senang menonton film …"
Aku berkata: "Engkau adalah seorang salafy."
Dia berkata: "Tapi aku senang mendengarkan musik dan lagu …"
Aku berkata: "Engkau adalah seorang salafy."
Dia berkata: "Tapi aku masih memakai seluar panjang …"
Aku berkata: "Engkau adalah seorang salafy."
Dia berkata: "Bagaimana mungkin aku seorang salafy, sedangkan aku menonton apa yang diharamkan oleh Allah, aku mendengar apa yang diharamkan oleh Allah, dan aku memakai pakaian yang diharamkan oleh Allah?"
Aku berkata sambil tertawa: "Engkau telah menjawab pertanyaanmu sendiri."
Dia bertanya: "Bagaimana? (aku tidak mengerti)."
Aku berkata: "Bukankah kau katakan bahwa engkau menonton apa yang diharamkan oleh Allah, engkau mendengar apa yang diharamkan oleh Allah, dan engkau memakai pakaian yang diharamkan oleh Allah?"
Dia berkata: "Benar (aku berkata demikian)."
Aku bertanya: "Siapa yang menyampaikan hadits tersebut dari beliau?"
Dia menjawab: "Para shahabat (yang meriwayatkannya)."
Aku berkata: "Inilah hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan pemahaman para salaf.
Demikian pula pemahamanmu terhadap apa yang kau dengar dari hal-hal yang Allah haramkan, juga pemahamanmu terhadap apa yang kau pakai dari hal-hal yang Allah haramkan."
Dia berkata: "Kalau begitu, berarti aku adalah seorang salafy?"
Aku berkata: "Iya, engkau adalah seorang salafy yang bermaksiat kepada Allah, maka bertaubatlah wahai saudariku fillah!"
Jadi jangan salah kaprah,
salafy itu bukan nama ormas atau aliran dalam agama,
tapi metode beragama,
metode salaf.
kalo kita ikut Al Quran, sunnah, dan jejak salaf -orang terdahulu- in syaa Allah kita ini seorang salafy.
🌐 Keluarga Menuju Surga
✍ Penulis: @as.sundawwy
🌐 Sumber: https://www.fotodakwah.com/2021/11/kakak-salafy-aku-suka-pakaian-hitam.html
بارڪ اللّـہ فيڪمــ وجزاڪمــ اللّـہ خيـرا
📲 @IslamAdalahSunnah
✿❁࿐❁✿🫐🫐✿❁࿐❁✿
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Kakak Salafy ❓❓
⚫ Kak aku suka pakean item item meski belum bercadar, apa aku juga salafy?
Hm, coba disimak baik-baik ya dialog di bawah:
(Dialog antara dua orang perempuan)
Dia bertanya kepadaku: "Apakah aku seorang salafy?"
Aku berkata: "Kita semua adalah salafy."
Dia bertanya: "Apa artinya SALAFY?"
Aku menjawab: "Yaitu engkau beriman kepada Al-Qur'an & As-Sunnah dengan pemahaman Salaf."
Dia bertanya: "Apa artinya SALAF?"
Aku menjawab: "Yaitu para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam serta orang-orang yang mengikuti mereka."
Dia berkata: "Aku beriman kepada Al-Qur'an & As-Sunnah dengan pemahaman para shahabat serta para pengikutnya."
Aku berkata: "Berarti engkau adalah seorang salafy."
Dia berkata: "Tapi aku senang menonton film …"
Aku berkata: "Engkau adalah seorang salafy."
Dia berkata: "Tapi aku senang mendengarkan musik dan lagu …"
Aku berkata: "Engkau adalah seorang salafy."
Dia berkata: "Tapi aku masih memakai seluar panjang …"
Aku berkata: "Engkau adalah seorang salafy."
Dia berkata: "Bagaimana mungkin aku seorang salafy, sedangkan aku menonton apa yang diharamkan oleh Allah, aku mendengar apa yang diharamkan oleh Allah, dan aku memakai pakaian yang diharamkan oleh Allah?"
Aku berkata sambil tertawa: "Engkau telah menjawab pertanyaanmu sendiri."
Dia bertanya: "Bagaimana? (aku tidak mengerti)."
Aku berkata: "Bukankah kau katakan bahwa engkau menonton apa yang diharamkan oleh Allah, engkau mendengar apa yang diharamkan oleh Allah, dan engkau memakai pakaian yang diharamkan oleh Allah?"
Dia berkata: "Benar (aku berkata demikian)."
Aku bertanya: "Siapa yang menyampaikan hadits tersebut dari beliau?"
Dia menjawab: "Para shahabat (yang meriwayatkannya)."
Aku berkata: "Inilah hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan pemahaman para salaf.
Demikian pula pemahamanmu terhadap apa yang kau dengar dari hal-hal yang Allah haramkan, juga pemahamanmu terhadap apa yang kau pakai dari hal-hal yang Allah haramkan."
Dia berkata: "Kalau begitu, berarti aku adalah seorang salafy?"
Aku berkata: "Iya, engkau adalah seorang salafy yang bermaksiat kepada Allah, maka bertaubatlah wahai saudariku fillah!"
Jadi jangan salah kaprah,
salafy itu bukan nama ormas atau aliran dalam agama,
tapi metode beragama,
metode salaf.
kalo kita ikut Al Quran, sunnah, dan jejak salaf -orang terdahulu- in syaa Allah kita ini seorang salafy.
🌐 Keluarga Menuju Surga
✍ Penulis: @as.sundawwy
🌐 Sumber: https://www.fotodakwah.com/2021/11/kakak-salafy-aku-suka-pakaian-hitam.html
بارڪ اللّـہ فيڪمــ وجزاڪمــ اللّـہ خيـرا
📲 @IslamAdalahSunnah
✿❁࿐❁✿🫐🫐✿❁࿐❁✿
ㅤ┏━🌷📚●●●﷽'━━━┓
ㅤ RENUNGAN MALAM
ㅤ┗━━━━━━●●●📚🌷━┛
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
...MODAL KITA ADALAH WAKTU...
(Mari Bermuhassabah 💕)
“Bagaimana kita menghabiskan masa muda kita akan menentukan keadaan kita di usia tua dan keadaan kita saat akan mati!” (Dr. Bilal Philips)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. At-Tiin: 4-6)
Ibnu Qutaibah mengatakan, “Makna firman Allah di atas adalah kecuali orang-orang yang beriman di waktu mudanya, di saat kondisi fit (semangat) untuk beramal, maka mereka di waktu tuanya nanti tidaklah berkurang amalan mereka, walaupun mereka tidak mampu melakukan amalan ketaatan yang sama di saat usia senja.
Karena Allah Ta’ala Maha Mengetahui, seandainya mereka masih diberi kekuatan beramal sebagaimana waktu mudanya, mereka tidak akan berhenti untuk beramal kebaikan. Maka orang yang gemar beramal di waktu mudanya, dia akan diberi ganjaran sebagaimana di waktu mudanya (tiada putus-putus).” (Zaadul Maysir, 9/172-174)
Al Imam Ibnul Jauzi رحمه الله berkata (📚 kitab Laftatul Kabid hal.45-46):
➡️ Jika seseorang memikirkan kadar sisa waktunya di Dunia ini, anggap saja 60 tahun.
➡️ Berarti telah berlalu 30 tahun dia habiskan untuk tidur (di malam hari), dan sekitar 15 tahun untuk masa kanak²nya (masa² sebelum
baligh / belum mukallaf).
➡️ Jika dia menghitung sisanya, ternyata sebagian besarnya ia habiskan untuk mengejar syahwat, menyantap makan, serta bekerja.
➡️ Jika ia menghitung lagi sisanya yang murni untuk Akhirat, ternyata ia dapati telah dinodai oleh Riya', dan banyak kelalaian.
➡️ Lalu dengan apa kehidupan abadi itu dibeli, padahal harganya adalah waktu² ini?!"
➡️ Lebih beratnya lagi wahai saudaraku...
surga itu sangat mahal harganya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
من خاف أدلج، ومن أدلج بلغ المنزلَ، ألا إنّ سلعةَ اللهِ غاليةٌ، ألا إنّ سلعةَ اللهِ الجنَّةُ
"Barangsiapa yang khawatir (tidak mencapai tujuan) maka hendaknya dia meneruskan perjalanannya di malam hari.
Dan siapa saja yang meneruskan safarnya di malam hari kelak ia akan sampai ke tujuan.
Ketahuilah bahwa barang dagangan Allah itu sangat mahal.
Ketahuilah bahwa barang dagangan Allah adalah surga."
(HR. Tirmidzi no.2450 dari shahabat Abu Hurairah, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani رحمه الله)
🛒 Jika seseorang tahu mahalnya Jannah yang abadi, maka pantaskah dia menyia-nyiakan modalnya?
Semoga hal ini menjadi renungan berharga buat kami dan antum semua...
Allahua'lam bishowaab,
Barakallahu Fiikum..
📲 @IslamAdalahSunnah
•┈•◎ ❅ ❀ 🌸 🕰 🌸 ❀ ❅ ◎•┈•
ㅤ RENUNGAN MALAM
ㅤ┗━━━━━━●●●📚🌷━┛
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
...MODAL KITA ADALAH WAKTU...
(Mari Bermuhassabah 💕)
“Bagaimana kita menghabiskan masa muda kita akan menentukan keadaan kita di usia tua dan keadaan kita saat akan mati!” (Dr. Bilal Philips)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. At-Tiin: 4-6)
Ibnu Qutaibah mengatakan, “Makna firman Allah di atas adalah kecuali orang-orang yang beriman di waktu mudanya, di saat kondisi fit (semangat) untuk beramal, maka mereka di waktu tuanya nanti tidaklah berkurang amalan mereka, walaupun mereka tidak mampu melakukan amalan ketaatan yang sama di saat usia senja.
Karena Allah Ta’ala Maha Mengetahui, seandainya mereka masih diberi kekuatan beramal sebagaimana waktu mudanya, mereka tidak akan berhenti untuk beramal kebaikan. Maka orang yang gemar beramal di waktu mudanya, dia akan diberi ganjaran sebagaimana di waktu mudanya (tiada putus-putus).” (Zaadul Maysir, 9/172-174)
Al Imam Ibnul Jauzi رحمه الله berkata (📚 kitab Laftatul Kabid hal.45-46):
➡️ Jika seseorang memikirkan kadar sisa waktunya di Dunia ini, anggap saja 60 tahun.
➡️ Berarti telah berlalu 30 tahun dia habiskan untuk tidur (di malam hari), dan sekitar 15 tahun untuk masa kanak²nya (masa² sebelum
baligh / belum mukallaf).
➡️ Jika dia menghitung sisanya, ternyata sebagian besarnya ia habiskan untuk mengejar syahwat, menyantap makan, serta bekerja.
➡️ Jika ia menghitung lagi sisanya yang murni untuk Akhirat, ternyata ia dapati telah dinodai oleh Riya', dan banyak kelalaian.
➡️ Lalu dengan apa kehidupan abadi itu dibeli, padahal harganya adalah waktu² ini?!"
➡️ Lebih beratnya lagi wahai saudaraku...
surga itu sangat mahal harganya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
من خاف أدلج، ومن أدلج بلغ المنزلَ، ألا إنّ سلعةَ اللهِ غاليةٌ، ألا إنّ سلعةَ اللهِ الجنَّةُ
"Barangsiapa yang khawatir (tidak mencapai tujuan) maka hendaknya dia meneruskan perjalanannya di malam hari.
Dan siapa saja yang meneruskan safarnya di malam hari kelak ia akan sampai ke tujuan.
Ketahuilah bahwa barang dagangan Allah itu sangat mahal.
Ketahuilah bahwa barang dagangan Allah adalah surga."
(HR. Tirmidzi no.2450 dari shahabat Abu Hurairah, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani رحمه الله)
🛒 Jika seseorang tahu mahalnya Jannah yang abadi, maka pantaskah dia menyia-nyiakan modalnya?
Semoga hal ini menjadi renungan berharga buat kami dan antum semua...
Allahua'lam bishowaab,
Barakallahu Fiikum..
📲 @IslamAdalahSunnah
•┈•◎ ❅ ❀ 🌸 🕰 🌸 ❀ ❅ ◎•┈•
ㅤㅤ┏🍃🌺◎◎﷽◎◎◎┓
ㅤㅤ◎ HIKMAH TUA ◎
ㅤㅤ┗◎◎◎◎◎◎◎◎🌺🍃┛
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Bila dicermati, tua adalah nikmat besar yang digiring Allah agar hamba sadar diri, sadar tentang kelemahannya, sadar ia akan kembali pada asal kejadiannya, dari tanah berasal dan akan kembali pada tanah pula untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatannya dikala hidup.
Orang beriman semakin tua, semakin matang persiapannya menyambut kematian, untuk bertemu dengan Allah sang Pencipta, berjumpa dengan rombongan para nabi, shiddiqin, syuhada dan mursalin.
Semakin panjang umur, semakin banyak amal sholeh yang bisa dilakukan, semakin banyak pahala yang diraih, semoga semakin tinggi derajat surga mereka di sisi Allah.
RASA YANG BERBEDA
Semua orang kan tua -bila ajal tak segera menjemputnya-, namun masa tua orang beriman semakin bertambah kwalitas dan kedudukan mereka di sisi Allah, semakin yakin kan berjumpa Allah, yang membuat mereka semakin bersabar dengan segala penderitaan masa tua.
Orang kafir, orang fasiq dan munafik, semua kan menua, dan kan melemah tubuh mereka, namun suasana hati mereka semakin galau, gelisah, tak menentu, menghujat takdir. Semua itu karena mereka tak siap bertemu Allah, tak berharap surga Allah, dan merasa berat meninggalkan dunia yang mereka cintai.
—————
Dari Solo ke kota Jakarta
Naik kereta melintas sawah
Dikala muda dipuji dipuja
Kala tua menjadi sampah
Dikala kabus pandangan nanar
Angin kencang hujanpun lebat
Hidup didunia hanya sebentar
Sabarlah sobat di atas taat
Belilah emas beserta loyang
Emas terjatuh dalam perigi
Dulu dicinta dulu disayang
Bila tua ditinggal pergi..
—————
✍ Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى
🌐 Sumber: https://bbg-alilmu.com/archives/60959
Potongan Dzikir Pagi & Petang:
رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
"Wahai Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di Neraka dan siksaan di kubur.”
آمِــــــــــيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِــــــــــيْنَ
📲 @IslamAdalahSunnah
✰•*¨*•.¸¸★*・゚🌙゚・*☆¸¸.•*✬•.¸¸★
ㅤㅤ◎ HIKMAH TUA ◎
ㅤㅤ┗◎◎◎◎◎◎◎◎🌺🍃┛
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Bila dicermati, tua adalah nikmat besar yang digiring Allah agar hamba sadar diri, sadar tentang kelemahannya, sadar ia akan kembali pada asal kejadiannya, dari tanah berasal dan akan kembali pada tanah pula untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatannya dikala hidup.
Orang beriman semakin tua, semakin matang persiapannya menyambut kematian, untuk bertemu dengan Allah sang Pencipta, berjumpa dengan rombongan para nabi, shiddiqin, syuhada dan mursalin.
Semakin panjang umur, semakin banyak amal sholeh yang bisa dilakukan, semakin banyak pahala yang diraih, semoga semakin tinggi derajat surga mereka di sisi Allah.
RASA YANG BERBEDA
Semua orang kan tua -bila ajal tak segera menjemputnya-, namun masa tua orang beriman semakin bertambah kwalitas dan kedudukan mereka di sisi Allah, semakin yakin kan berjumpa Allah, yang membuat mereka semakin bersabar dengan segala penderitaan masa tua.
Orang kafir, orang fasiq dan munafik, semua kan menua, dan kan melemah tubuh mereka, namun suasana hati mereka semakin galau, gelisah, tak menentu, menghujat takdir. Semua itu karena mereka tak siap bertemu Allah, tak berharap surga Allah, dan merasa berat meninggalkan dunia yang mereka cintai.
—————
Dari Solo ke kota Jakarta
Naik kereta melintas sawah
Dikala muda dipuji dipuja
Kala tua menjadi sampah
Dikala kabus pandangan nanar
Angin kencang hujanpun lebat
Hidup didunia hanya sebentar
Sabarlah sobat di atas taat
Belilah emas beserta loyang
Emas terjatuh dalam perigi
Dulu dicinta dulu disayang
Bila tua ditinggal pergi..
—————
✍ Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى
🌐 Sumber: https://bbg-alilmu.com/archives/60959
Potongan Dzikir Pagi & Petang:
رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
Robbi a’udzu bika minal kasali wa su-il kibar. Robbi a’udzu bika min ‘adzabin fin naari wa ‘adzabin fil qobri.
"Wahai Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di Neraka dan siksaan di kubur.”
آمِــــــــــيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِــــــــــيْنَ
📲 @IslamAdalahSunnah
✰•*¨*•.¸¸★*・゚🌙゚・*☆¸¸.•*✬•.¸¸★
﷽ SIAPAKAH ORANG YANG BANGKRUT ITU ?
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Saudaraku…
Suatu ketika Rasulullah bertanya kepada para sahabatnya, “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu ?
Para sahabat menjawab:
“Orang yang bangkrut dikalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan harta".
Rasulullah kemudian bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala sholat dan zakat namun juga datang dengan membawa dosa kedzoliman.
Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu.
Maka sebagai tebusan atas kedzolimanya tersebut diberikanlah kebaikanya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikanya itu telah habis sementara semua kedzolimanya belum habis. Diambilah kejelekan yang dimiliki oleh orang didzoliminya lalu ditimpakan kepadanya kemudian ia dicampakan kedalam neraka". (HR Muslim).
Hadits ini menjelaskan bahwa hakikat orang bangkrut yang sesungguhnya bukanlah orang yang ketika di dunia tidak memiliki harta benda seperti, uang, rumah, tanah, kendaraan, kebun, ternak dan lain sebagainya.
Namun, hakikat orang bangkrut yang sesungguhnya adalah orang yang kelak di akhirat datang dengan membawa segudang pahala, tapi juga setumpuk dosa kedzoliman.
Ketika di dunia, sholat juga ia dirikan, puasa dikerjakan, zakat dilaksanakan, haji ditunaikan bahkan berkali-kali. Tapi di sisi lain ia juga melakukan berbagai bentuk kedzoliman.
Seperti; mencela orang lain, memfitnah orang lain, mengambil hak orang lain, merampas harta orang lain, memukul, membacok atau bahkan membunuh orang lain tanpa alasan yang dibenarkan serta berbagai bentuk kedzoliman lainya.
Kenapa ia menjadi orang yang bangkrut ?
Karena di akhirat kelak, di pengadilan Allah, pahala shalatnya, zakatnya, puasanya, hajinya, dan semua pahala amal kebaikan yang pernah dikerjakan akan diberikan kepada orang-orang yang pernah didzolimi.
Dan jika amal kebaikanya telah habis semua, sementara dosa kedzolimanya belum juga tuntas. Maka akan diambilah dosa dan kesalahan orang-orang yang pernah didzolimi tersebut lalu ditimpakan kepadanya.
Sudah kehabisan pahala, masih ditimpakan dosa orang lain lagi. Bukankah kalau sudah begitu orang tersebut benar benar telah menjadi bangkrut.
Kalau bangkrutnya di dunia masih ada kesempatan untuk membenahi diri. Tapi kalau bangkrutnya di akhirat, sudah tidak ada kesempatan lagi untuk membenahi diri. Kalau bangkrutnya di dunia, kesengsaraanya akan berakhir dengan datangnya kematian. Tapi kalau bangkrutnya di akhirat, bukankah akhirat negeri yang tak berujung.
Oleh karena itu, selagi kita masih tinggal di dunia hendaknya senantiasa berhati-hati dan menjaga diri. Di samping berusaha untuk melaksanakan perintah-Nya, juga harus berusaha untuk meninggalkan larangan-Nya.
Di samping berusaha untuk mendapatkan banyak pahala, juga harus berusaha untuk menjauhi perbuatan dosa.
Di samping menghindari dosa yang berhubungan langsung terhadap Yang Maha Pencipta, juga harus menghindari dosa yang berhubungan terhadap sesama.
Jangan menganiaya dan mendzolimi orang lain dalam bentuk apapun dan sekecil apapun, terlebih bagi mereka yang diberi kekuasaan kewenangan. Karena akibat dosa inilah seseorang akan menjadi bangkrut kelak di akhirat
Wallahu a'lam.
🌐 Referensi: t.me/mutiaraArrisalah/9011
Semoga Bermanfaat.
📲 @IslamAdalahSunnah
▬▬▬▬▬•◇⚖◇•▬▬▬▬▬
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Saudaraku…
Suatu ketika Rasulullah bertanya kepada para sahabatnya, “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu ?
Para sahabat menjawab:
“Orang yang bangkrut dikalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan harta".
Rasulullah kemudian bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala sholat dan zakat namun juga datang dengan membawa dosa kedzoliman.
Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu.
Maka sebagai tebusan atas kedzolimanya tersebut diberikanlah kebaikanya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikanya itu telah habis sementara semua kedzolimanya belum habis. Diambilah kejelekan yang dimiliki oleh orang didzoliminya lalu ditimpakan kepadanya kemudian ia dicampakan kedalam neraka". (HR Muslim).
Hadits ini menjelaskan bahwa hakikat orang bangkrut yang sesungguhnya bukanlah orang yang ketika di dunia tidak memiliki harta benda seperti, uang, rumah, tanah, kendaraan, kebun, ternak dan lain sebagainya.
Namun, hakikat orang bangkrut yang sesungguhnya adalah orang yang kelak di akhirat datang dengan membawa segudang pahala, tapi juga setumpuk dosa kedzoliman.
Ketika di dunia, sholat juga ia dirikan, puasa dikerjakan, zakat dilaksanakan, haji ditunaikan bahkan berkali-kali. Tapi di sisi lain ia juga melakukan berbagai bentuk kedzoliman.
Seperti; mencela orang lain, memfitnah orang lain, mengambil hak orang lain, merampas harta orang lain, memukul, membacok atau bahkan membunuh orang lain tanpa alasan yang dibenarkan serta berbagai bentuk kedzoliman lainya.
Kenapa ia menjadi orang yang bangkrut ?
Karena di akhirat kelak, di pengadilan Allah, pahala shalatnya, zakatnya, puasanya, hajinya, dan semua pahala amal kebaikan yang pernah dikerjakan akan diberikan kepada orang-orang yang pernah didzolimi.
Dan jika amal kebaikanya telah habis semua, sementara dosa kedzolimanya belum juga tuntas. Maka akan diambilah dosa dan kesalahan orang-orang yang pernah didzolimi tersebut lalu ditimpakan kepadanya.
Sudah kehabisan pahala, masih ditimpakan dosa orang lain lagi. Bukankah kalau sudah begitu orang tersebut benar benar telah menjadi bangkrut.
Kalau bangkrutnya di dunia masih ada kesempatan untuk membenahi diri. Tapi kalau bangkrutnya di akhirat, sudah tidak ada kesempatan lagi untuk membenahi diri. Kalau bangkrutnya di dunia, kesengsaraanya akan berakhir dengan datangnya kematian. Tapi kalau bangkrutnya di akhirat, bukankah akhirat negeri yang tak berujung.
Oleh karena itu, selagi kita masih tinggal di dunia hendaknya senantiasa berhati-hati dan menjaga diri. Di samping berusaha untuk melaksanakan perintah-Nya, juga harus berusaha untuk meninggalkan larangan-Nya.
Di samping berusaha untuk mendapatkan banyak pahala, juga harus berusaha untuk menjauhi perbuatan dosa.
Di samping menghindari dosa yang berhubungan langsung terhadap Yang Maha Pencipta, juga harus menghindari dosa yang berhubungan terhadap sesama.
Jangan menganiaya dan mendzolimi orang lain dalam bentuk apapun dan sekecil apapun, terlebih bagi mereka yang diberi kekuasaan kewenangan. Karena akibat dosa inilah seseorang akan menjadi bangkrut kelak di akhirat
Wallahu a'lam.
🌐 Referensi: t.me/mutiaraArrisalah/9011
Semoga Bermanfaat.
📲 @IslamAdalahSunnah
▬▬▬▬▬•◇⚖◇•▬▬▬▬▬
﷽ MANFAAT SHALAT MALAM
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Di antara manfaat shalat Tahajjud adalah:
Pertama: Seorang manusia bila ia berdiri melakukan shalat Tahajjud karena Allah, maka ia akan mudah berdiri pada hari di mana semua manusia akan berdiri menghadap kepada Rabb alam semesta. Namun bila seseorang bersenang-senang dan menghabiskan hari-harinya dengan kesia-siaan maka ia akan mendapatkan kesulitan di akhirat sana. Maka seseorang yang lelah di dunia ini, akan senang, bahagia dan menikmati suasana di akhirat sana.
Kedua: Laki-laki yang senantiasa melakukan shalat Tahajjud akan diberikan oleh Allah pada hari Kiamat kelak istri-istri yang banyak dari kalangan bidadari. Balasan adalah sesuai dengan amal perbuatan manusia.
Ketiga: Mendapatkan kesehatan badan. Seseorang yang bangun di waktu malam untuk melakukan shalat Tahajjud wajahnya akan dijadikan oleh Allah berwibawa, bersinar dan bercahaya.
Keempat: Hidayah, taufik dan bimbingan manusia kepada kebaikan segala urusannya adalah bila ia menunaikan hak-hak Allah. Maka Allah akan menunjukinya kepada jalan-jalan kebaikan tanpa ia sadari dan berbagai faidah, pemahaman dan karunia datang di tengah gelapnya malam. Bila manusia tidak mampu memahami sesuatu lalu ia bangun untuk melakukan shalat malam maka Allah akan membukakan pemahaman kepadanya.
Kelima: Ini adalah manfaat yang paling besar dan agung, yaitu melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bila para ahli ibadah mengetahui bahwa mereka tidak akan melihat Rabb-nya pada hari Kiamat kelak, maka mereka akan binasa sebagaimana dikemukakan oleh al-Hasan al-Bashri.
MENINGGALKAN SHALAT TAHAJJUD
Keadaan orang yang meninggalkan shalat Tahajjud dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
Pertama: Orang yang meninggalkan rutinitas shalat Tahajjudnya.
Yaitu orang yang tidak bisa melakukan shalat Tahajjud karena ada suatu halangan, seperti sakit, atau ketiduran, atau lainnya. Orang seperti ini dengan izin Allah, tetap dituliskan pahala untuknya sebagaimana hadits yang telah dikemukakan sebelumnya. Namun demikian mereka disunnahkan mengqadha’ shalat Tahajjudnya yang tertinggal itu di siang hari dengan tanpa melakukan witir.
Dari ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu, ia menuturkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ نَامَ عَنْ حِزْبِهِ أَوْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ، فَقَرَأَهُ مَا بَيْنَ صَلاَةِ الْفَجْرِ وَصَلاَةِ الظُّهْرِ، كُتِبَ لَهُ كَأَنَّمَا قَرَأَهُ مِنَ اللَّيْلِ.
“Barangsiapa yang tertidur dari wiridnya atau dari kebiasaannya yang lain, lalu ia membaca bacaannya tersebut pada waktu antara shalat Fajar dan shalat Zhuhur, maka dituliskan untuknya pahala seperti ia membacanya di malam hari".
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia menuturkan:
أَنَّ رَسُـوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، كَانَ إِذَا نَامَ مِنَ اللَّيْلِ مِنْ وَجَعٍ أَوْ غَيْرِهِ، فَلَمْ يُصَلِّ بِاللَّيْلِ، صَلَّى مِنَ النَّهَارِ اِثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً.
“Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila di malam hari tidur karena sakit atau lainnya sehingga beliau tidak melakukan shalat Tahajjud, maka di siang harinya beliau shalat sebanyak dua belas raka’at.”
Kedua: Orang yang meninggalkan shalat Tahajjud setelah sebelumnya rutin melakukannya.
Ketahuilah semoga Allah merahmati kita dan Anda, bahwa tidak seyogyanya Anda meninggalkan shalat Tahajjud, bila anda termasuk orang yang suka melakukannya. Sebab itu mengindikasikan Anda berpaling dari ibadah. ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash mengatakan, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku:
ياَ عَبْـدَ اللهِ لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ، كَانَ يَقُوْمُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ.
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Di antara manfaat shalat Tahajjud adalah:
Pertama: Seorang manusia bila ia berdiri melakukan shalat Tahajjud karena Allah, maka ia akan mudah berdiri pada hari di mana semua manusia akan berdiri menghadap kepada Rabb alam semesta. Namun bila seseorang bersenang-senang dan menghabiskan hari-harinya dengan kesia-siaan maka ia akan mendapatkan kesulitan di akhirat sana. Maka seseorang yang lelah di dunia ini, akan senang, bahagia dan menikmati suasana di akhirat sana.
Kedua: Laki-laki yang senantiasa melakukan shalat Tahajjud akan diberikan oleh Allah pada hari Kiamat kelak istri-istri yang banyak dari kalangan bidadari. Balasan adalah sesuai dengan amal perbuatan manusia.
Ketiga: Mendapatkan kesehatan badan. Seseorang yang bangun di waktu malam untuk melakukan shalat Tahajjud wajahnya akan dijadikan oleh Allah berwibawa, bersinar dan bercahaya.
Keempat: Hidayah, taufik dan bimbingan manusia kepada kebaikan segala urusannya adalah bila ia menunaikan hak-hak Allah. Maka Allah akan menunjukinya kepada jalan-jalan kebaikan tanpa ia sadari dan berbagai faidah, pemahaman dan karunia datang di tengah gelapnya malam. Bila manusia tidak mampu memahami sesuatu lalu ia bangun untuk melakukan shalat malam maka Allah akan membukakan pemahaman kepadanya.
Kelima: Ini adalah manfaat yang paling besar dan agung, yaitu melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bila para ahli ibadah mengetahui bahwa mereka tidak akan melihat Rabb-nya pada hari Kiamat kelak, maka mereka akan binasa sebagaimana dikemukakan oleh al-Hasan al-Bashri.
MENINGGALKAN SHALAT TAHAJJUD
Keadaan orang yang meninggalkan shalat Tahajjud dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
Pertama: Orang yang meninggalkan rutinitas shalat Tahajjudnya.
Yaitu orang yang tidak bisa melakukan shalat Tahajjud karena ada suatu halangan, seperti sakit, atau ketiduran, atau lainnya. Orang seperti ini dengan izin Allah, tetap dituliskan pahala untuknya sebagaimana hadits yang telah dikemukakan sebelumnya. Namun demikian mereka disunnahkan mengqadha’ shalat Tahajjudnya yang tertinggal itu di siang hari dengan tanpa melakukan witir.
Dari ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu, ia menuturkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ نَامَ عَنْ حِزْبِهِ أَوْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ، فَقَرَأَهُ مَا بَيْنَ صَلاَةِ الْفَجْرِ وَصَلاَةِ الظُّهْرِ، كُتِبَ لَهُ كَأَنَّمَا قَرَأَهُ مِنَ اللَّيْلِ.
“Barangsiapa yang tertidur dari wiridnya atau dari kebiasaannya yang lain, lalu ia membaca bacaannya tersebut pada waktu antara shalat Fajar dan shalat Zhuhur, maka dituliskan untuknya pahala seperti ia membacanya di malam hari".
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia menuturkan:
أَنَّ رَسُـوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، كَانَ إِذَا نَامَ مِنَ اللَّيْلِ مِنْ وَجَعٍ أَوْ غَيْرِهِ، فَلَمْ يُصَلِّ بِاللَّيْلِ، صَلَّى مِنَ النَّهَارِ اِثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً.
“Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila di malam hari tidur karena sakit atau lainnya sehingga beliau tidak melakukan shalat Tahajjud, maka di siang harinya beliau shalat sebanyak dua belas raka’at.”
Kedua: Orang yang meninggalkan shalat Tahajjud setelah sebelumnya rutin melakukannya.
Ketahuilah semoga Allah merahmati kita dan Anda, bahwa tidak seyogyanya Anda meninggalkan shalat Tahajjud, bila anda termasuk orang yang suka melakukannya. Sebab itu mengindikasikan Anda berpaling dari ibadah. ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash mengatakan, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku:
ياَ عَبْـدَ اللهِ لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ، كَانَ يَقُوْمُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ.
‘Wahai ‘Abdullah, janganlah kamu seperti si Fulan, dahulunya ia suka melakukan shalat Tahajjud, lalu tidak melakukannya lagi.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Hadits ini menunjukkan disunnahkannya melakukan kebaikan yang biasa dilakukan secara terus-menerus tanpa mengabaikannya. Dari hadits ini juga dapat dipetik kesimpulan tentang dimakruhkannya menghentikan ibadah, walaupun ibadah tersebut bukan ibadah yang wajib.”
Ketiga: Orang yang tidak pernah melakukan shalat malam sama sekali.
Tanpa diragukan lagi, bahwa orang yang tidak melakukan shalat Tahajjud telah mengabaikan menjalin komunikasi dengan Allah ﷻ. Bagaimana seorang mengaku mencintai Allah, lalu ketika terbuka kesempatan baginya untuk ber-khalwah (menyendiri menunajat kepada Allah), ia justru meremehkannya, bermalas-malasan dan tidur. Ia tidak mau untuk menerima shalat Tahajjud ini, yang mana ia merupakan tempatnya berlindung. Ia justru menyia-nyiakan keutamaan dan pahala yang besar serta dorongan Allah untuk melakukan shalat Tahajjud. Hanya Allah-lah tempat memohon pertolongan atas minimnya bagian yang diperoleh dan hilangnya taufik-Nya.
Perhatikanlah sangsi yang diterima oleh orang yang meninggalkan shalat malam!
Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Nabi ﷺ diceritakan tentang seseorang yang tidur, tidak bangun-bangun hingga pagi hari, lalu beliau bersabda,
ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِي أُذُنِهِ.
‘Itu adalah seseorang yang telinganya di-kencingi syaitan!'”
Al-Bukhari rahimahullah berkata, “’Aqdusy Syaithaani ‘ala Qaafiyatir Ra’-si idza lam Yushalli bil Lail, “Bab: Ikatan syaitan mengikat ikatan di pangkal kepala seseorang, apabila ia tidak melakukan shalat Tahajjud.” Kemudian ia meriwayatkan hadits melalui sanadnya yang sampai kepada Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ: عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيْلٌ فَارْقُدْ، فَإِذَا اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللهَ اِنْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ تَوَضَّأَ اِنْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ صَلَّى اِنْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَأَصْبَحَ نَشِيْطًا طَيِّبَ النَّفْسِ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيْثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ.
“Syaitan mengikat sebanyak tiga ikatan di pangkal kepala seseorang dari kalian ketika ia tidur, yang pada masing-masing ikatan itu tertulis, ‘Malammu panjang, maka tidurlah!’ Bila ia bangun lalu berdzikir kepada Allah, maka satu ikatan lepas, lalu bila ia berwudhu’ satu ikatan lagi lepas, lalu bila ia shalat satu ikatan lagi lepas. Maka di pagi harinya ia memiliki semangat dan dengan jiwa yang baik. Namun jika ia tidak melakukan hal itu, maka jiwanya dalam keadaan buruk dan ia pemalas.”
Sebagian kaum Salaf mengatakan, “Bagaimana mungkin seseorang bisa selamat dari buruknya hisab, sedangkan di malam hari ia tidur dan di siang hari ia bermain-main?”
Berusahalah wahai saudaraku -semoga Allah melindungi Anda- untuk melakukan shalat Tahajjud, walaupun hanya dua raka’at yang ringan (pendek) sebelum Fajar, karena di dalamnya terdapat keberkahan. Raka’at yang sedikit dari shalat di malam hari adalah terhitung banyak. Bersabarlah atas hal itu dan lakukanlah secara kontinyu, karena dengan bersabar, khusyu’, meminta dan merendah kepada Allah engkau akan mendapat keteguhan, pertolongan dan hilangnya kelelahan serta beban yang berat.
[Disalin dari kitab “Kaanuu Qaliilan minal Laili maa Yahja’uun” karya Muhammad bin Su’ud al-‘Uraifi diberi pengantar oleh Syaikh ‘Abdullah al-Jibrin, Edisi Indonesia Panduan Lengkap Shalat Tahajjud, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
🌐 Referensi: https://almanhaj.or.id/3496-manfaat-shalat-malam-meninggalkan-shalat-tahajjud.html
اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
[Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu].”
📲 @IslamAdalahSunnah
✰ ✦ ★༻🌙⭐️🌙༺★ ✦ ✰
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Hadits ini menunjukkan disunnahkannya melakukan kebaikan yang biasa dilakukan secara terus-menerus tanpa mengabaikannya. Dari hadits ini juga dapat dipetik kesimpulan tentang dimakruhkannya menghentikan ibadah, walaupun ibadah tersebut bukan ibadah yang wajib.”
Ketiga: Orang yang tidak pernah melakukan shalat malam sama sekali.
Tanpa diragukan lagi, bahwa orang yang tidak melakukan shalat Tahajjud telah mengabaikan menjalin komunikasi dengan Allah ﷻ. Bagaimana seorang mengaku mencintai Allah, lalu ketika terbuka kesempatan baginya untuk ber-khalwah (menyendiri menunajat kepada Allah), ia justru meremehkannya, bermalas-malasan dan tidur. Ia tidak mau untuk menerima shalat Tahajjud ini, yang mana ia merupakan tempatnya berlindung. Ia justru menyia-nyiakan keutamaan dan pahala yang besar serta dorongan Allah untuk melakukan shalat Tahajjud. Hanya Allah-lah tempat memohon pertolongan atas minimnya bagian yang diperoleh dan hilangnya taufik-Nya.
Perhatikanlah sangsi yang diterima oleh orang yang meninggalkan shalat malam!
Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Nabi ﷺ diceritakan tentang seseorang yang tidur, tidak bangun-bangun hingga pagi hari, lalu beliau bersabda,
ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِي أُذُنِهِ.
‘Itu adalah seseorang yang telinganya di-kencingi syaitan!'”
Al-Bukhari rahimahullah berkata, “’Aqdusy Syaithaani ‘ala Qaafiyatir Ra’-si idza lam Yushalli bil Lail, “Bab: Ikatan syaitan mengikat ikatan di pangkal kepala seseorang, apabila ia tidak melakukan shalat Tahajjud.” Kemudian ia meriwayatkan hadits melalui sanadnya yang sampai kepada Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ: عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيْلٌ فَارْقُدْ، فَإِذَا اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللهَ اِنْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ تَوَضَّأَ اِنْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ صَلَّى اِنْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَأَصْبَحَ نَشِيْطًا طَيِّبَ النَّفْسِ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيْثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ.
“Syaitan mengikat sebanyak tiga ikatan di pangkal kepala seseorang dari kalian ketika ia tidur, yang pada masing-masing ikatan itu tertulis, ‘Malammu panjang, maka tidurlah!’ Bila ia bangun lalu berdzikir kepada Allah, maka satu ikatan lepas, lalu bila ia berwudhu’ satu ikatan lagi lepas, lalu bila ia shalat satu ikatan lagi lepas. Maka di pagi harinya ia memiliki semangat dan dengan jiwa yang baik. Namun jika ia tidak melakukan hal itu, maka jiwanya dalam keadaan buruk dan ia pemalas.”
Sebagian kaum Salaf mengatakan, “Bagaimana mungkin seseorang bisa selamat dari buruknya hisab, sedangkan di malam hari ia tidur dan di siang hari ia bermain-main?”
Berusahalah wahai saudaraku -semoga Allah melindungi Anda- untuk melakukan shalat Tahajjud, walaupun hanya dua raka’at yang ringan (pendek) sebelum Fajar, karena di dalamnya terdapat keberkahan. Raka’at yang sedikit dari shalat di malam hari adalah terhitung banyak. Bersabarlah atas hal itu dan lakukanlah secara kontinyu, karena dengan bersabar, khusyu’, meminta dan merendah kepada Allah engkau akan mendapat keteguhan, pertolongan dan hilangnya kelelahan serta beban yang berat.
[Disalin dari kitab “Kaanuu Qaliilan minal Laili maa Yahja’uun” karya Muhammad bin Su’ud al-‘Uraifi diberi pengantar oleh Syaikh ‘Abdullah al-Jibrin, Edisi Indonesia Panduan Lengkap Shalat Tahajjud, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
🌐 Referensi: https://almanhaj.or.id/3496-manfaat-shalat-malam-meninggalkan-shalat-tahajjud.html
اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
ALLAHUMMA A’INNI ‘ALA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBADATIK.
[Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu].”
📲 @IslamAdalahSunnah
✰ ✦ ★༻🌙⭐️🌙༺★ ✦ ✰
﷽ Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 286: Memohon Keringanan Beban Ibadah & Ujian, Tapi Bukan Diartikan Bahwa Allah Tidak Membebani Ujian Di Luar Batas Kesanggupan Manusia
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Tafsir Surat Al Baqarah ayat 286 ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar bisa terhimpun banyak faedah yang kaya khazanah tetapi ringkas dan mudah dipahami.
Kami memaparkannya menjadi beberapa poin dimulai dari redaksi ayat dan artinya. Kemudian diikuti dengan tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas.
1. Allah tidak membebani di luar kemampuan hamba-Nya
Poin pertama dari Surat Al Baqarah ayat 286, Allah tidak membebani di luar kemampuan hamba-Nya.
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya".
Ayat ini menunjukkan Allah sangat lemah lembut kepada hamba-Nya. Juga menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
Ibnu Katsir menjelaskan, sekalipun Allah ﷻ melakukan perhitungan hisab, tetapi Dia tidak menyiksa kecuali terhadap hal-hal yang seseorang memiliki kemampuan untuk menolaknya. Ada pun sesuatu yang seseorang tidak memiliki kemampuan menolaknya, misalnya bisikan hati, manusia tidak dibebaninya. Dan benci terhadap bisikan yang jahat termasuk iman.
Ayat ini merupakan penjelasan –bahkan sebagian ulama menyebutnya menasakh- ayat 284:
وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ
"Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu." (QS. Al Baqarah: 284)
Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan, tidak ada kewajiban yang Allah bebankan kepada seorang hamba melainkan pasti sesuai dengan kesanggupannya.
Misalnya, kewajiban shalat. Bagi yang tidak bisa berdiri, boleh dengan duduk. Yang tidak bisa duduk, boleh dengan berbaring. Kalau masih tidak bisa, boleh dengan isyarat. Jika isyarat saja sudah tidak bisa, berarti disholati dengan Sholat Jenazah.
2. Pahala dan dosa atas perbuatan
Poin kedua dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah pahala dan dosa yang Allah tetapkan berdasarkan apa yang manusia kerjakan.
لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
"Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya."
Seseorang mendapat pahala dari kebaikan yang ia kerjakan dan mendapat siksa dari kejahatan yang ia kerjakan. Bukan terhadap lintasan hati yang manusia tak memiliki kemampuan menolaknya.
Kata laha (لها) terjemahannya adalah baginya, yakni pahala. Sedangkan kata ‘alaiha (عليها) terjemahannya adalah atasnya, yakni dosa. Karena dalam bahasa Arab, ‘ala digunakan antara lain untuk menggambarkan sesuatu yang negatif.
Yang menarik pada ayat ini adalah penggunaan kasabat (كسبت) untuk menunjukkan usaha yang baik dan iktasabat (اكتسبت) untuk menunjukkan dosa. Meskipun akar katanya sama, kasabat menggambarkan usaha yang mudah sedangkan iktasabat menggambarkan usaha ekstra yang sungguh-sungguh. Artinya, meskipun masih berupa niat (yang sangat mudah), kebaikan akan mendapat pahala. Namun untuk kejelekan, ia baru ditulis sebagai dosa jika sudah dikerjakan (bukan sekadar niat di hati).
Kasabat juga bermakna mudah karena sesuai dengan fitrah. Sedangkan iktasabat bermakna berat karena dosa dan kejahatan pasti bertentangan dengan fitrah, menimbulkan pertentangan batin, kegelisahan, dan sebagainya.
3. Allah memaafkan lupa dan kekeliruan
Poin ketiga dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah permohonan kepada Allah agar tidak menghukum karena lupa atau kekeliruan manusia.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا
(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah."
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Tafsir Surat Al Baqarah ayat 286 ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar bisa terhimpun banyak faedah yang kaya khazanah tetapi ringkas dan mudah dipahami.
Kami memaparkannya menjadi beberapa poin dimulai dari redaksi ayat dan artinya. Kemudian diikuti dengan tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas.
1. Allah tidak membebani di luar kemampuan hamba-Nya
Poin pertama dari Surat Al Baqarah ayat 286, Allah tidak membebani di luar kemampuan hamba-Nya.
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya".
Ayat ini menunjukkan Allah sangat lemah lembut kepada hamba-Nya. Juga menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
Ibnu Katsir menjelaskan, sekalipun Allah ﷻ melakukan perhitungan hisab, tetapi Dia tidak menyiksa kecuali terhadap hal-hal yang seseorang memiliki kemampuan untuk menolaknya. Ada pun sesuatu yang seseorang tidak memiliki kemampuan menolaknya, misalnya bisikan hati, manusia tidak dibebaninya. Dan benci terhadap bisikan yang jahat termasuk iman.
Ayat ini merupakan penjelasan –bahkan sebagian ulama menyebutnya menasakh- ayat 284:
وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ
"Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu." (QS. Al Baqarah: 284)
Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan, tidak ada kewajiban yang Allah bebankan kepada seorang hamba melainkan pasti sesuai dengan kesanggupannya.
Misalnya, kewajiban shalat. Bagi yang tidak bisa berdiri, boleh dengan duduk. Yang tidak bisa duduk, boleh dengan berbaring. Kalau masih tidak bisa, boleh dengan isyarat. Jika isyarat saja sudah tidak bisa, berarti disholati dengan Sholat Jenazah.
2. Pahala dan dosa atas perbuatan
Poin kedua dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah pahala dan dosa yang Allah tetapkan berdasarkan apa yang manusia kerjakan.
لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
"Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya."
Seseorang mendapat pahala dari kebaikan yang ia kerjakan dan mendapat siksa dari kejahatan yang ia kerjakan. Bukan terhadap lintasan hati yang manusia tak memiliki kemampuan menolaknya.
Kata laha (لها) terjemahannya adalah baginya, yakni pahala. Sedangkan kata ‘alaiha (عليها) terjemahannya adalah atasnya, yakni dosa. Karena dalam bahasa Arab, ‘ala digunakan antara lain untuk menggambarkan sesuatu yang negatif.
Yang menarik pada ayat ini adalah penggunaan kasabat (كسبت) untuk menunjukkan usaha yang baik dan iktasabat (اكتسبت) untuk menunjukkan dosa. Meskipun akar katanya sama, kasabat menggambarkan usaha yang mudah sedangkan iktasabat menggambarkan usaha ekstra yang sungguh-sungguh. Artinya, meskipun masih berupa niat (yang sangat mudah), kebaikan akan mendapat pahala. Namun untuk kejelekan, ia baru ditulis sebagai dosa jika sudah dikerjakan (bukan sekadar niat di hati).
Kasabat juga bermakna mudah karena sesuai dengan fitrah. Sedangkan iktasabat bermakna berat karena dosa dan kejahatan pasti bertentangan dengan fitrah, menimbulkan pertentangan batin, kegelisahan, dan sebagainya.
3. Allah memaafkan lupa dan kekeliruan
Poin ketiga dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah permohonan kepada Allah agar tidak menghukum karena lupa atau kekeliruan manusia.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا
(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah."
BersamaDakwah
Surat Al Baqarah Ayat 286, Arti, Asbabun Nuzul, Tafsir dan Kandungan
Surat Al Baqarah ayat 286 adalah ayat yang berisi doa dan permohonan ampunan. Berikut ini arti, tafsir dan kandungan maknanya.
Allah mengajarkan kpd hamba-Nya bagaimana cara berdoa dan akan mengabulkannya. Yakni memohon kpd Allah agar tdk menghukum ketika ia lupa atau keliru yg dibenarkan dalam beramal tersebab ketidaktahuan.
Permohonan ini Allah kabulkan. Dan Rasulullah ﷺ juga menjelaskan dalam sabda beliau:
إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ عَنْ أُمَّتِى الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ
"Sesungguhnya Allah memaafkan umatku thd tiga perkara, yaitu keliru, lupa dan dipaksa." (HR. Ibnu Majah; shahih)
Ini juga mengisyaratkan bahwa orang² beriman itu menyadari bahwa dirinya tak sempurna. Terkadang ia lupa dan terkadang ia keliru karena ketidaktahuannya. Dan ia minta kpd Allah agar dua hal ini tdk tercatat dosa baginya.
4. Meminta ❝tdk dibebani❞ amal yg berat
Poin keempat dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah permohonan kpd Allah agar tdk membebankan amal² yg berat.
رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kpd kami beban yg berat sebagaimana Engkau bebankan kpd orang² sebelum kami."
Yakni memohon kpd Allah agar tdk membebankan amal² yg berat sebagaimana kaum terdahulu meskipun sanggup mengerjakannya. Misalnya perintah kpd Bani Israil agar berhenti bekerja sama sekali pada hari Sabtu. Meskipun bisa dilakukan, ini sangat berat. Dan alhamdulillah Allah tdk memberlakukan itu untuk umat Rasulullah. Di hari Jumat, usai Sholat Jumat justru dianjurkan bertebaran di muka bumi untuk mencari karunia-Nya.
5. Meminta ❝tdk dibebani❞ beban yg tdk sanggup memikulnya
Poin kelima dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah permohonan kpd Allah agar tdk membebankan beban yg tak sanggup dipikul.
رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kpd kami apa yg tak sanggup kami memikulnya".
Yakni beban, musibah, dan ujian. Dengan kata lain, ya Allah janganlah Engkau menguji kami dgn cobaan yg kami tdk sanggup menghadapinya.
Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kpd kami apa yg tak sanggup kami memikulnya. Baik itu berupa kewajiban², musibah maupun bencana. Maka, janganlah Engkau menimpakan kpd kami fitnah² yg tiada kuasa bagi kami menghadapinya.”
6. Memohon ampunan dan rahmat
Poin keenam dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah permohonan ampunan dan rahmat.
وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا
"Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami."
Berikutnya, memohon pemaafan dari Allah dan ampunan-Nya atas segala kelalaian dan kekeliruan. Ibnu Katsir menjelaskan, wa’fu anna adalah permohonan maaf atas segala kesalahan yg terjadi antara hamba dgn Allah. Sedangkan waghfirlana adalah permohonan ampun atas segala kesalahan antara hamba dgn sesama manusia.
Juga memohon rahmat-Nya. Di antaranya berupa penjagaan agar tdk terjerumus ke dalam dosa yg lain.
Jadi, seseorang yg berdosa membutuhkan tiga hal. Pertama, pemaafan dari Allah atas dosanya. Kedua, Allah menutupi dosanya dari mata hamba-Nya hingga ia tdk dipermalukan. Ketiga, Allah memeliharanya agar tdk terjerumus pada dosa berikutnya.
7. Meminta pertolongan thd kaum kafir
Poin ketujuh dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah permohonan pertolongan thd kaum kafir.
أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
"Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami thd kaum yg kafir.”
Engkau adalah pelindung dan penolong, ya Allah. Hanya kpd-Mu kami bertawakal. Hanya Engkau-lah yg kami mintai pertolongan. Maka tolonglah kami thd orang² yg kafir kpd-Mu. Menangkanlah kami dlm menghadapi mrk baik dgn argumentasi maupun kekuatan fisik di medan perang.
Demikian Surat Al Baqarah ayat 286 mulai dari tulisan Arab dan latin, terjemah dlm bhs Indonesia, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat dan semakin bertambah keimanan kita. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK حفظه الله / BersamaDakwah]
🌐 Sumber: https://bersamadakwah.net/surat-al-baqarah-ayat-286/
بَارَكَ اللهُ فِيْكُم
📲 @IslamAdalahSunnah
┅═❃✿🌺✿❃═┅
Permohonan ini Allah kabulkan. Dan Rasulullah ﷺ juga menjelaskan dalam sabda beliau:
إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ عَنْ أُمَّتِى الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ
"Sesungguhnya Allah memaafkan umatku thd tiga perkara, yaitu keliru, lupa dan dipaksa." (HR. Ibnu Majah; shahih)
Ini juga mengisyaratkan bahwa orang² beriman itu menyadari bahwa dirinya tak sempurna. Terkadang ia lupa dan terkadang ia keliru karena ketidaktahuannya. Dan ia minta kpd Allah agar dua hal ini tdk tercatat dosa baginya.
4. Meminta ❝tdk dibebani❞ amal yg berat
Poin keempat dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah permohonan kpd Allah agar tdk membebankan amal² yg berat.
رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kpd kami beban yg berat sebagaimana Engkau bebankan kpd orang² sebelum kami."
Yakni memohon kpd Allah agar tdk membebankan amal² yg berat sebagaimana kaum terdahulu meskipun sanggup mengerjakannya. Misalnya perintah kpd Bani Israil agar berhenti bekerja sama sekali pada hari Sabtu. Meskipun bisa dilakukan, ini sangat berat. Dan alhamdulillah Allah tdk memberlakukan itu untuk umat Rasulullah. Di hari Jumat, usai Sholat Jumat justru dianjurkan bertebaran di muka bumi untuk mencari karunia-Nya.
5. Meminta ❝tdk dibebani❞ beban yg tdk sanggup memikulnya
Poin kelima dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah permohonan kpd Allah agar tdk membebankan beban yg tak sanggup dipikul.
رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kpd kami apa yg tak sanggup kami memikulnya".
Yakni beban, musibah, dan ujian. Dengan kata lain, ya Allah janganlah Engkau menguji kami dgn cobaan yg kami tdk sanggup menghadapinya.
Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kpd kami apa yg tak sanggup kami memikulnya. Baik itu berupa kewajiban², musibah maupun bencana. Maka, janganlah Engkau menimpakan kpd kami fitnah² yg tiada kuasa bagi kami menghadapinya.”
6. Memohon ampunan dan rahmat
Poin keenam dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah permohonan ampunan dan rahmat.
وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا
"Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami."
Berikutnya, memohon pemaafan dari Allah dan ampunan-Nya atas segala kelalaian dan kekeliruan. Ibnu Katsir menjelaskan, wa’fu anna adalah permohonan maaf atas segala kesalahan yg terjadi antara hamba dgn Allah. Sedangkan waghfirlana adalah permohonan ampun atas segala kesalahan antara hamba dgn sesama manusia.
Juga memohon rahmat-Nya. Di antaranya berupa penjagaan agar tdk terjerumus ke dalam dosa yg lain.
Jadi, seseorang yg berdosa membutuhkan tiga hal. Pertama, pemaafan dari Allah atas dosanya. Kedua, Allah menutupi dosanya dari mata hamba-Nya hingga ia tdk dipermalukan. Ketiga, Allah memeliharanya agar tdk terjerumus pada dosa berikutnya.
7. Meminta pertolongan thd kaum kafir
Poin ketujuh dari Surat Al Baqarah ayat 286 adalah permohonan pertolongan thd kaum kafir.
أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
"Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami thd kaum yg kafir.”
Engkau adalah pelindung dan penolong, ya Allah. Hanya kpd-Mu kami bertawakal. Hanya Engkau-lah yg kami mintai pertolongan. Maka tolonglah kami thd orang² yg kafir kpd-Mu. Menangkanlah kami dlm menghadapi mrk baik dgn argumentasi maupun kekuatan fisik di medan perang.
Demikian Surat Al Baqarah ayat 286 mulai dari tulisan Arab dan latin, terjemah dlm bhs Indonesia, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat dan semakin bertambah keimanan kita. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK حفظه الله / BersamaDakwah]
🌐 Sumber: https://bersamadakwah.net/surat-al-baqarah-ayat-286/
بَارَكَ اللهُ فِيْكُم
📲 @IslamAdalahSunnah
┅═❃✿🌺✿❃═┅
﷽ Waktu Sedetik Di Dunia Berpengaruh Untuk Kehidupan Di Akhirat ⏱
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Betapa ruginya orang yang sama-sama menghabiskan waktu 24 jam sehari, 7 hari seminggu, atau 12 bulan setahun, tetapi dalam catatan sang Rahman tak memiliki nilai kebaikan.
Ada sebuah ungkapan berbunyi:
«ارحموا من يذوب رأس ماله»
"Kasihanilah orang yang modal pokoknya selalu mencair"..
Apa maksudnya?
Ternyata itu sebuah perumpaan,
Bahwa kita sebagaimana "pedagang es batu”.
Dan es batu itu adalah "modal usia" yang Allah berikan.
Betapa banyak kita lalui waktu dan usia kita,
terus saja meleleh dan menguap, hingga habis tak tersisa,
dan kita gagal menemukan “Pembeli terbaik",
dengan “harga terbaik”.
Jika “Pembeli terbaik” itu hanya Allah,
dan “harga terbaik” itu adalah Surga Firdaus:
Maka betapa ruginya perdagangan kita,
yang selalu menerima tawaran Syetan,
melewati waktu dan usia dalam kelalaian.
Es batu adalah air yang membeku, sementara setiap satu tetesan airnya takkan pernah kembali lagi,
Sebagaimana pula modal pokok usia kita di dunia ini di mana setiap detik yang berlalu dari usia kita takkan pernah kembali kedua kalinya,
Karena itu sebelum meleleh modal pokok kita yaitu sebelum ajal datang, maka jangan sia-siakan kesempatan hidup ini kecuali menjadi orang yang beriman, beramal shalih, saling menasihati dalam kebenaran dan menasihati dalam kesabaran.
(QS. Al-'Asr [103]: Ayat 1 s/d 3)
Dan jika tidak,..
Bukankah dengan begitu Kita lebih layak dikasihani ??
“Sungguh, betapa Kasihannya orang yang dagangannya terus meleleh ini"..
✍ Habibie Quotes, 27/05/2023
***
والله أعلم، وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
📲 @IslamAdalahSunnah
•┈•●●●◎❅❀❖🕝❖❀❅◎●●●•┈•
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Betapa ruginya orang yang sama-sama menghabiskan waktu 24 jam sehari, 7 hari seminggu, atau 12 bulan setahun, tetapi dalam catatan sang Rahman tak memiliki nilai kebaikan.
Ada sebuah ungkapan berbunyi:
«ارحموا من يذوب رأس ماله»
"Kasihanilah orang yang modal pokoknya selalu mencair"..
Apa maksudnya?
Ternyata itu sebuah perumpaan,
Bahwa kita sebagaimana "pedagang es batu”.
Dan es batu itu adalah "modal usia" yang Allah berikan.
Betapa banyak kita lalui waktu dan usia kita,
terus saja meleleh dan menguap, hingga habis tak tersisa,
dan kita gagal menemukan “Pembeli terbaik",
dengan “harga terbaik”.
Jika “Pembeli terbaik” itu hanya Allah,
dan “harga terbaik” itu adalah Surga Firdaus:
Maka betapa ruginya perdagangan kita,
yang selalu menerima tawaran Syetan,
melewati waktu dan usia dalam kelalaian.
Es batu adalah air yang membeku, sementara setiap satu tetesan airnya takkan pernah kembali lagi,
Sebagaimana pula modal pokok usia kita di dunia ini di mana setiap detik yang berlalu dari usia kita takkan pernah kembali kedua kalinya,
Karena itu sebelum meleleh modal pokok kita yaitu sebelum ajal datang, maka jangan sia-siakan kesempatan hidup ini kecuali menjadi orang yang beriman, beramal shalih, saling menasihati dalam kebenaran dan menasihati dalam kesabaran.
(QS. Al-'Asr [103]: Ayat 1 s/d 3)
Dan jika tidak,..
Bukankah dengan begitu Kita lebih layak dikasihani ??
“Sungguh, betapa Kasihannya orang yang dagangannya terus meleleh ini"..
✍ Habibie Quotes, 27/05/2023
***
والله أعلم، وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
📲 @IslamAdalahSunnah
•┈•●●●◎❅❀❖🕝❖❀❅◎●●●•┈•
﷽ BEBERAPA BENTUK BAKTI KEPADA ORANG TUA ❤️
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Berikut ini beberapa adab yang baik dan akhlak yang mulia kepada orang tua:
1. Berkata-kata dengan sopan dan penuh kelembutan, dan jauhi perkataan yang menyakiti hati mereka
2. Bersikap tawadhu’ kepada orang tua dan sikapilah mereka dengan penuh kasih sayang
3. Tidak memandang orang tua dengan pandangan yang tajam, tidak bermuka masam atau wajah yang tidak menyenangkan
4. Tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan orang tua
5. Tidak mendahului mereka dalam berkata-kata
6. Lebih mengutamakan orang tua daripada diri sendiri atau iitsaar (mendahulukan mereka) dalam perkara duniawi
7. Dakwahi mereka kepada agama yang benar
8. Jagalah kehormatan mereka
9. Berikan pelayanan-pelayanan kepada orang tua dan bantulah urusan-urusannya
10. Jawablah panggilan mereka dengan segera
11. Jangan berdebat dengan mereka, jangan mudah menyalah-nyalahkan mereka, jelaskan dengan penuh adab
12. Segera bangkit menyambut mereka ketika mereka masuk rumah, dan ciumlah tangan mereka
13. Jangan menganggu mereka di waktu mereka istirahat
14. Jangan berbohong kepada mereka
15. Jangan pelit untuk menafkahi mereka
16. Sering-seringlah mengunjungi mereka
17. Jika ingin meminta sesuatu kepada mereka, mintalah dengan lemah lembut
18. Jika orang tua dan istri bertikai maka berlaku adillah
19. Bermusyarawahlah dengan mereka dalam urusan-urusanmu
20. Berziarah kubur mereka dan sering-sering doakan mereka
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Berikut ini beberapa adab yang baik dan akhlak yang mulia kepada orang tua:
1. Berkata-kata dengan sopan dan penuh kelembutan, dan jauhi perkataan yang menyakiti hati mereka
2. Bersikap tawadhu’ kepada orang tua dan sikapilah mereka dengan penuh kasih sayang
3. Tidak memandang orang tua dengan pandangan yang tajam, tidak bermuka masam atau wajah yang tidak menyenangkan
4. Tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan orang tua
5. Tidak mendahului mereka dalam berkata-kata
6. Lebih mengutamakan orang tua daripada diri sendiri atau iitsaar (mendahulukan mereka) dalam perkara duniawi
7. Dakwahi mereka kepada agama yang benar
8. Jagalah kehormatan mereka
9. Berikan pelayanan-pelayanan kepada orang tua dan bantulah urusan-urusannya
10. Jawablah panggilan mereka dengan segera
11. Jangan berdebat dengan mereka, jangan mudah menyalah-nyalahkan mereka, jelaskan dengan penuh adab
12. Segera bangkit menyambut mereka ketika mereka masuk rumah, dan ciumlah tangan mereka
13. Jangan menganggu mereka di waktu mereka istirahat
14. Jangan berbohong kepada mereka
15. Jangan pelit untuk menafkahi mereka
16. Sering-seringlah mengunjungi mereka
17. Jika ingin meminta sesuatu kepada mereka, mintalah dengan lemah lembut
18. Jika orang tua dan istri bertikai maka berlaku adillah
19. Bermusyarawahlah dengan mereka dalam urusan-urusanmu
20. Berziarah kubur mereka dan sering-sering doakan mereka
muslim.or.id
Beberapa Bentuk Bakti Kepada Orang Tua
Inilah beberapa adab yang baik dan akhlak yang mulia kepada orang tua
HARAMNYA DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA❗️
Sedangkan penjelasan tentang dosa durhaka kepada orang tua, dosa anak durhaka, durhaka kepada ayah/ibu, dosa durhaka pada ayah/ibu, dan dampak buruk dosa durhaka kepada orang tua, dapat disimak pada uraian berikut.
Imam Bukhari meriwayatkan dalam Kitabul Adab dari jalan Abi Bakrah Radhiyallahu ‘anhu, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أَلاَ أُنَبِّئُكُم بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ ثَلاَثًا قُلْنَا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ : أَلأِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ: أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ، وَشَهَادَةُ الزُّوُرِ، فَمَازَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا : لَيْتَهُ سَكَتَ
"Maukah aku beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yang paling besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, ‘Baiklah, ya Rasulullah’, bersabda Nabi. “Menyekutukan Allah, dan durhaka kepada kedua orang tua, serta camkanlah, dan saksi palsu dan perkataan bohong”. Maka Nabi selalu megulangi, “Dan persaksian palsu”, sehingga kami berkata, “semoga Nabi diam”. [Hadits Riwayat Bukhari 3/151-152 -Fathul Baari 5/261 No. 2654, dan Muslim 87]
Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa dosa besar yang paling besar setelah syirik adalah "uququl walidain" (durhaka kepada kedua orang tua).
Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa di antara dosa-dosa besar yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh diri, dan sumpah palsu [Riwayat Bukhari dalam Fathul Baari 11/555].
"Kemudian di antara dosa-dosa besar yang paling besar adalah seorang melaknat kedua orang tuanya" [Hadits Riwayat Imam Bukhari]
Dari Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّاللَّهَ تَعَالَى حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ اْللأَمَّهَاتِ، وَمَنْعًا وَهَاتِ وَوَأْدَ اْلبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ، وَكَشْرَةَ اْلسُّؤَالِ، إِضَاعَةَ اْلمَالِ
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan minta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)” [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 10/405 No. 5975) Muslim No. 1715 912)]
Hadits ini adalah salah satu hadits yang melarang seorang anak berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya. Seorang anak yang berbuat durhaka berarti dia tidak masuk surga dengan sebab durhaka kepada kedua orang tuanya, sebagaimana hadits dari Abu Darda bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌ وَلاَ مُدْمِنُ خَمْرٍ وَلاَ مُكَذِّبٌ باْلقَدَرِ
“Tidak masuk surga anak yang durhaka, peminum khamr (minuman keras) dan orang yang mendustakan qadar” [Hadits Riwayat Ahmad 6/441 dan di Hasankan oleh Al-Albani dalam Silsilah Hadits Shahihnya 675]
🌐 Sumber:
● https://almanhaj.or.id/417-haramnya-durhaka-kepada-kedua-orang-tua.html
● https://muslim.or.id/47133-beberapa-bentuk-bakti-kepada-orang-tua.html
رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Al-Isra' [17]: 24)
📲 @IslamAdalahSunnah
❥●●●•••┈❀💜❀┈•••●●●❥
Sedangkan penjelasan tentang dosa durhaka kepada orang tua, dosa anak durhaka, durhaka kepada ayah/ibu, dosa durhaka pada ayah/ibu, dan dampak buruk dosa durhaka kepada orang tua, dapat disimak pada uraian berikut.
Imam Bukhari meriwayatkan dalam Kitabul Adab dari jalan Abi Bakrah Radhiyallahu ‘anhu, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أَلاَ أُنَبِّئُكُم بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ ثَلاَثًا قُلْنَا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ : أَلأِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ: أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ، وَشَهَادَةُ الزُّوُرِ، فَمَازَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا : لَيْتَهُ سَكَتَ
"Maukah aku beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yang paling besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, ‘Baiklah, ya Rasulullah’, bersabda Nabi. “Menyekutukan Allah, dan durhaka kepada kedua orang tua, serta camkanlah, dan saksi palsu dan perkataan bohong”. Maka Nabi selalu megulangi, “Dan persaksian palsu”, sehingga kami berkata, “semoga Nabi diam”. [Hadits Riwayat Bukhari 3/151-152 -Fathul Baari 5/261 No. 2654, dan Muslim 87]
Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa dosa besar yang paling besar setelah syirik adalah "uququl walidain" (durhaka kepada kedua orang tua).
Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa di antara dosa-dosa besar yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh diri, dan sumpah palsu [Riwayat Bukhari dalam Fathul Baari 11/555].
"Kemudian di antara dosa-dosa besar yang paling besar adalah seorang melaknat kedua orang tuanya" [Hadits Riwayat Imam Bukhari]
Dari Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّاللَّهَ تَعَالَى حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ اْللأَمَّهَاتِ، وَمَنْعًا وَهَاتِ وَوَأْدَ اْلبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ، وَكَشْرَةَ اْلسُّؤَالِ، إِضَاعَةَ اْلمَالِ
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan minta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)” [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 10/405 No. 5975) Muslim No. 1715 912)]
Hadits ini adalah salah satu hadits yang melarang seorang anak berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya. Seorang anak yang berbuat durhaka berarti dia tidak masuk surga dengan sebab durhaka kepada kedua orang tuanya, sebagaimana hadits dari Abu Darda bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌ وَلاَ مُدْمِنُ خَمْرٍ وَلاَ مُكَذِّبٌ باْلقَدَرِ
“Tidak masuk surga anak yang durhaka, peminum khamr (minuman keras) dan orang yang mendustakan qadar” [Hadits Riwayat Ahmad 6/441 dan di Hasankan oleh Al-Albani dalam Silsilah Hadits Shahihnya 675]
🌐 Sumber:
● https://almanhaj.or.id/417-haramnya-durhaka-kepada-kedua-orang-tua.html
● https://muslim.or.id/47133-beberapa-bentuk-bakti-kepada-orang-tua.html
رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Robbir-hamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo.
"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Al-Isra' [17]: 24)
📲 @IslamAdalahSunnah
❥●●●•••┈❀💜❀┈•••●●●❥
﷽ APA ITU BID’AH?
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Sesungguhnya Allah ﷻ telah menyempurnakan agamaNya. Di dalam firmanNya:
..الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ ..
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah [5]: 3)
Allah menyatakan bahwasannya Islam telah sempurna. Ia tidak lagi membutuhkan tambahan. Ia tidak lagi membutuhkan Rasul selain Rasulullah ﷺ. Tidak pula membutuhkan pemikiran-pemikiran selain apa yang berasal dari Allah dan RasulNya. Maka kewajiban kita adalah meyakini akan kesempurnaan Islam dan bahwasannya Islam telah sempurna disaat Rasulullah ﷺ masih hidup diakhir hayatnya. Maka siapapun yang mengklaim sesuatu itu berasal dari agama padahal tidak ada dalil dari kitabullah, tidak pula sunnaturrasulillah ﷺ berarti dia telah menganggap seakan-akan Islam belum sempurna.
Imam Malik rahimahullah berkata, “Siapa yang membuat-buat satu bid’ah di dalam agama ini, sama saja dia telah menuduh bahwa Rasulullah Muhammad ﷺ telah menghianati risalah”.
PENGERTIAN BID'AH
Bid’ah secara bahasa adalah segala sesuatu yang baru ada, yang sebelumnya tidak ada. Mobil, bid’ah secara bahasa. Demikian pula pesawat, handphone dan segala sesuatu yang baru ada. Namun apakah sesuatu yang bid’ah secara bahasa juga bid’ah secara syariat?
Jawabnya adalah TIDAK. Karena masalah-masalah dunia, pada asalnya halal. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 29:
..هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا
“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (QS. Al-Baqarah [2]: 29)
Para ulama ushul fiqh mengambil kaidah dari ayat ini bahwasannya segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah dunia, pada asalnya halal dan suci. Tidak boleh kita haramkan atau kita najiskan kecuali dengan dalil dari syariat kita. Masalah dunia, pada asalnya halal. Maka dari itu para ulama ketika mendefinisikan bid’ah secara istilah syariat, mereka menyebutkan bahwa ia adalah tata cara dalam beragama. Jadi bid’ah secara istilah hanya ada dalam agama. Dalam tata cara ibadah yang dibuat-buat yang menyerupai syariat yang diinginkan darinya bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah ﷻ.
Jika ada yang berbicara apakah pesawat bid’ah? Maka kita katakan iya. Pesawat bid’ah secara bahasa, tapi secara istilah tidak. Karena itu masalah dunia dan urusan dunia pada asalnya halal.
Jika ada orang yang berkata apakah bid’ah secara istilah artinya sesuatu yang tidak ada di zaman Rasulullah ﷺ dan tidak dilakukan Rasulullah ﷺ, maka saya katakan bahwa itu definisi yang salah. Sesuatu yang Rasulullah tidak lakukan belum tentu bid’ah. Karena sesuatu yang tidak Rasulullah ﷺ lakukan, tidak lepas dari tiga keadaan. Yakni:
1. Belum ada pendorongnya
Rasulullah ﷺ tidak melakukan karena di zaman beliau belum ada pendorongnya. Seperti ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu hadits, tidak ada di zaman Rasulullah. Karena hal ini tidak ada pendorongnya di zaman Rasulullah ﷺ. Para sahabat semua ahli bahasa, mereka semua paling paham tentang Al-Qur’an dan hadits Nabi ﷺ.
Namun ketika Rasulullah ﷺ telah wafat, banyak orang-orang masuk Islam dan mereka tidak memahami tentang bahasa arab. Terjadilah kesalahan yang fatal dalam memahami Al-Qur’an dan hadits dalam membacanya. Maka kemudian dibuatlah ilmu bahasa arab. Ilmu nahwu dan sharaf dalam rangka membela Al-Qur’an dan hadits Rasulullah ﷺ. Maka ilmu-ilmu tersebut tidak dianggap bid’ah secara istilah syariat.
Namun hal itu tidak dilakukan oleh Rasulullah ﷺ karena di zaman beliau belum ada pendorongnya. Adapun ketika beliau telah wafat dan pendorongnya telah muncul dan maslahatnya sangat besar, itu tidak disebut bid’ah secara istilah syariat.
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
Sesungguhnya Allah ﷻ telah menyempurnakan agamaNya. Di dalam firmanNya:
..الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ ..
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah [5]: 3)
Allah menyatakan bahwasannya Islam telah sempurna. Ia tidak lagi membutuhkan tambahan. Ia tidak lagi membutuhkan Rasul selain Rasulullah ﷺ. Tidak pula membutuhkan pemikiran-pemikiran selain apa yang berasal dari Allah dan RasulNya. Maka kewajiban kita adalah meyakini akan kesempurnaan Islam dan bahwasannya Islam telah sempurna disaat Rasulullah ﷺ masih hidup diakhir hayatnya. Maka siapapun yang mengklaim sesuatu itu berasal dari agama padahal tidak ada dalil dari kitabullah, tidak pula sunnaturrasulillah ﷺ berarti dia telah menganggap seakan-akan Islam belum sempurna.
Imam Malik rahimahullah berkata, “Siapa yang membuat-buat satu bid’ah di dalam agama ini, sama saja dia telah menuduh bahwa Rasulullah Muhammad ﷺ telah menghianati risalah”.
PENGERTIAN BID'AH
Bid’ah secara bahasa adalah segala sesuatu yang baru ada, yang sebelumnya tidak ada. Mobil, bid’ah secara bahasa. Demikian pula pesawat, handphone dan segala sesuatu yang baru ada. Namun apakah sesuatu yang bid’ah secara bahasa juga bid’ah secara syariat?
Jawabnya adalah TIDAK. Karena masalah-masalah dunia, pada asalnya halal. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 29:
..هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا
“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (QS. Al-Baqarah [2]: 29)
Para ulama ushul fiqh mengambil kaidah dari ayat ini bahwasannya segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah dunia, pada asalnya halal dan suci. Tidak boleh kita haramkan atau kita najiskan kecuali dengan dalil dari syariat kita. Masalah dunia, pada asalnya halal. Maka dari itu para ulama ketika mendefinisikan bid’ah secara istilah syariat, mereka menyebutkan bahwa ia adalah tata cara dalam beragama. Jadi bid’ah secara istilah hanya ada dalam agama. Dalam tata cara ibadah yang dibuat-buat yang menyerupai syariat yang diinginkan darinya bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah ﷻ.
Jika ada yang berbicara apakah pesawat bid’ah? Maka kita katakan iya. Pesawat bid’ah secara bahasa, tapi secara istilah tidak. Karena itu masalah dunia dan urusan dunia pada asalnya halal.
Jika ada orang yang berkata apakah bid’ah secara istilah artinya sesuatu yang tidak ada di zaman Rasulullah ﷺ dan tidak dilakukan Rasulullah ﷺ, maka saya katakan bahwa itu definisi yang salah. Sesuatu yang Rasulullah tidak lakukan belum tentu bid’ah. Karena sesuatu yang tidak Rasulullah ﷺ lakukan, tidak lepas dari tiga keadaan. Yakni:
1. Belum ada pendorongnya
Rasulullah ﷺ tidak melakukan karena di zaman beliau belum ada pendorongnya. Seperti ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu hadits, tidak ada di zaman Rasulullah. Karena hal ini tidak ada pendorongnya di zaman Rasulullah ﷺ. Para sahabat semua ahli bahasa, mereka semua paling paham tentang Al-Qur’an dan hadits Nabi ﷺ.
Namun ketika Rasulullah ﷺ telah wafat, banyak orang-orang masuk Islam dan mereka tidak memahami tentang bahasa arab. Terjadilah kesalahan yang fatal dalam memahami Al-Qur’an dan hadits dalam membacanya. Maka kemudian dibuatlah ilmu bahasa arab. Ilmu nahwu dan sharaf dalam rangka membela Al-Qur’an dan hadits Rasulullah ﷺ. Maka ilmu-ilmu tersebut tidak dianggap bid’ah secara istilah syariat.
Namun hal itu tidak dilakukan oleh Rasulullah ﷺ karena di zaman beliau belum ada pendorongnya. Adapun ketika beliau telah wafat dan pendorongnya telah muncul dan maslahatnya sangat besar, itu tidak disebut bid’ah secara istilah syariat.
Radio Rodja 756 AM
Apa Itu Bid’ah? – Khutbah Jumat (Ustadz Badrusalam, Lc.)
Apa Itu Bid'ah? ini merupakan rekaman khutbah jum'at yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah
2. Masih ada penghalangnya
Rasulullah ﷺ tidak melakukan karena di zaman beliau masih ada penghalangnya. Seperti misalnya Rasulullah ﷺ hanya shalat tarawih secara berjamaah tiga malam saja. Hal ini dikarenakan Rasulullah ﷺ khawatir diwajibkan atas umatnya.
Ketika di zaman Umar, kekhawatiran ini tidak mungkin terjadi karena wahyu sudah terputus sementara berjamaah dalam shalat tarawih itu sangat besar manfaatnya. Maka Umar pun mengadakan shalat tarawih berjama’ah setiap malamnya. Maka Umar berkata, “sebaik-baik bid’ah adalah ini”. Ibnu Rajab mengatakan bahwa yang dimaksud adalah bid’ah secara bahasa dan bukan secara istilah syariat.
Di zaman Rasulullah ﷺ Al-Qur’an belum dibukukan. Hal ini karena masih ada penghalangnya. Yaitu wahyu terus menerus turun. Setelah Rasulullah ﷺ wafat, banyak penghafal Al-Qur’an banyak yang meninggal dunia di medan peperangan. Sehingga dikhawatirkan Al-Qur’an akan hilang.
Maka kemudian Abu Bakar dan para sahabat mengumpulkan dan menjadikan Al-Qur’an menjadi satu mushaf.
3. Tidak disyariatkan
Keadaan yang ketiga, Rasulullah ﷺ tidak lakukan padahal pendorongnya ada dan penghalangnya tidak ada. Maka ini tanda bahwa suatu amalan tidak disyariatkan.
Sebuah contoh, di zaman Rasulullah ﷺ shalat Idul Fitri dan Idul Adha tanpa adzan dan tanpa iqomah. Padahal (pendorong) untuk adzan dan iqomah ada, penghalangnya pun tidak ada. Rasulullah ﷺ mampu menyuruh Bilal untuk adzan. Tapi Rasulullah ﷺ tidak lakukan. Karena itu menunjukkan bahwa adzan sebelum shalat Idul Fitri dan Idul Adha tidak disyariatkan.
Inilah kaidah yang telah disebutkan oleh para ulama seperti Ibnu Taimiyah, Imam Asy-Syatibi dan yang lainnya. Bahwa tidak setiap perkara yang tidak Rasulullah ﷺ lakukan disebut bid’ah. Maka salah sekali jika ada orang yang berkata bahwa bid’ah adalah sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah ﷺ.
Kewajiban seorang muslim adalah meninggalkan apa yang Rasulullah ﷺ tinggalkan disaat pendorong di zaman Rasulullah ﷺ ada dan penghalangnya tidak ada. Para sahabat mampu merayakan kelahiran Rasulullah ﷺ, dan pendorongnya sangat kuat yaitu cinta kepada Rasulullah ﷺ. Adakah generasi yang paling cinta kepada Rasulullah ﷺ dari para sahabat? Siapa yang lebih cinta kepada Rasulullah ﷺ? kita atau para sahabat? Jawabnya adalah para sahabat yang lebih cinta. Tapi kenapa mereka tidak merayakannya? Padahal mereka mampu, pendorongnya pun ada, penghalangnya tidak ada. Itu menunjukkan bahwa hal tersebut tidak disyariatkan.
Imam Syafi’ai, Imam Ahmad, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, tidak pula mereka merayakannya. Itu baru muncul di zaman Bani Fatimiyyah diabad ke-4 Hijriyah. Mereka orang-orang Syiah yang ekstream sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Maqrizi dalam kita al-Khuthut al-Aridhah.
Pahamilah hakikat ini. Sehingga kita tidak membuka bid’ah selebar-lebarnya. Setiap orang yang memandang baik, dianggap baiklah dalam syariat. Akhirnya ditambahkanlah kedalam syariat setiap yang dipandang baik oleh manusia. Demi Allah kalaulah setiap yang dianggap baik oleh manusia jadi baik, padahal belum tentu jadi baik dimata Allah ﷻ tentu akan rusak agama ini.
Saudaraku, sesungguhnya Islam telah sempurna. Rasulullah ﷺ telah mengingatkan umatnya tentang masalah bid’ah karena hal itu merusak kemurnian Islam. Merusak kemurnian aqidah, ibadah dan bahkan merusak pondasi-pondasi Islam.
Lihatlah bagaimana pemikiran Khawarij muncul mengatakan bahwa orang yang melakukan dosa besar adalah kafir dan murtad dari agama Islam. Lihatlah bagaimana orang-orang Murjiah muncul dan mengatakan bahwa amal tidak termasuk iman. Sehingga mereka menyamakan iman antara iman Abu Bakar dan tokoh munafiqin.
Demikianlah jika kita pelajari tentang hakikatnya. Sungguh bid’ah bisa merusak dan meluluhlantahkan agama kita.
🌐 Sumber: https://www.radiorodja.com/29456-apa-itu-bidah-khutbah-jumat-ustadz-badrusalam-lc/
Nas-alulloha At-Taufiq wal Istiqomah 'alas Sunnah.
📲 @IslamAdalahSunnah
•┈┈• *🍃☆ 🍒 ☆🍃 *•┈┈•
Rasulullah ﷺ tidak melakukan karena di zaman beliau masih ada penghalangnya. Seperti misalnya Rasulullah ﷺ hanya shalat tarawih secara berjamaah tiga malam saja. Hal ini dikarenakan Rasulullah ﷺ khawatir diwajibkan atas umatnya.
Ketika di zaman Umar, kekhawatiran ini tidak mungkin terjadi karena wahyu sudah terputus sementara berjamaah dalam shalat tarawih itu sangat besar manfaatnya. Maka Umar pun mengadakan shalat tarawih berjama’ah setiap malamnya. Maka Umar berkata, “sebaik-baik bid’ah adalah ini”. Ibnu Rajab mengatakan bahwa yang dimaksud adalah bid’ah secara bahasa dan bukan secara istilah syariat.
Di zaman Rasulullah ﷺ Al-Qur’an belum dibukukan. Hal ini karena masih ada penghalangnya. Yaitu wahyu terus menerus turun. Setelah Rasulullah ﷺ wafat, banyak penghafal Al-Qur’an banyak yang meninggal dunia di medan peperangan. Sehingga dikhawatirkan Al-Qur’an akan hilang.
Maka kemudian Abu Bakar dan para sahabat mengumpulkan dan menjadikan Al-Qur’an menjadi satu mushaf.
3. Tidak disyariatkan
Keadaan yang ketiga, Rasulullah ﷺ tidak lakukan padahal pendorongnya ada dan penghalangnya tidak ada. Maka ini tanda bahwa suatu amalan tidak disyariatkan.
Sebuah contoh, di zaman Rasulullah ﷺ shalat Idul Fitri dan Idul Adha tanpa adzan dan tanpa iqomah. Padahal (pendorong) untuk adzan dan iqomah ada, penghalangnya pun tidak ada. Rasulullah ﷺ mampu menyuruh Bilal untuk adzan. Tapi Rasulullah ﷺ tidak lakukan. Karena itu menunjukkan bahwa adzan sebelum shalat Idul Fitri dan Idul Adha tidak disyariatkan.
Inilah kaidah yang telah disebutkan oleh para ulama seperti Ibnu Taimiyah, Imam Asy-Syatibi dan yang lainnya. Bahwa tidak setiap perkara yang tidak Rasulullah ﷺ lakukan disebut bid’ah. Maka salah sekali jika ada orang yang berkata bahwa bid’ah adalah sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah ﷺ.
Kewajiban seorang muslim adalah meninggalkan apa yang Rasulullah ﷺ tinggalkan disaat pendorong di zaman Rasulullah ﷺ ada dan penghalangnya tidak ada. Para sahabat mampu merayakan kelahiran Rasulullah ﷺ, dan pendorongnya sangat kuat yaitu cinta kepada Rasulullah ﷺ. Adakah generasi yang paling cinta kepada Rasulullah ﷺ dari para sahabat? Siapa yang lebih cinta kepada Rasulullah ﷺ? kita atau para sahabat? Jawabnya adalah para sahabat yang lebih cinta. Tapi kenapa mereka tidak merayakannya? Padahal mereka mampu, pendorongnya pun ada, penghalangnya tidak ada. Itu menunjukkan bahwa hal tersebut tidak disyariatkan.
Imam Syafi’ai, Imam Ahmad, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, tidak pula mereka merayakannya. Itu baru muncul di zaman Bani Fatimiyyah diabad ke-4 Hijriyah. Mereka orang-orang Syiah yang ekstream sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Maqrizi dalam kita al-Khuthut al-Aridhah.
Pahamilah hakikat ini. Sehingga kita tidak membuka bid’ah selebar-lebarnya. Setiap orang yang memandang baik, dianggap baiklah dalam syariat. Akhirnya ditambahkanlah kedalam syariat setiap yang dipandang baik oleh manusia. Demi Allah kalaulah setiap yang dianggap baik oleh manusia jadi baik, padahal belum tentu jadi baik dimata Allah ﷻ tentu akan rusak agama ini.
Saudaraku, sesungguhnya Islam telah sempurna. Rasulullah ﷺ telah mengingatkan umatnya tentang masalah bid’ah karena hal itu merusak kemurnian Islam. Merusak kemurnian aqidah, ibadah dan bahkan merusak pondasi-pondasi Islam.
Lihatlah bagaimana pemikiran Khawarij muncul mengatakan bahwa orang yang melakukan dosa besar adalah kafir dan murtad dari agama Islam. Lihatlah bagaimana orang-orang Murjiah muncul dan mengatakan bahwa amal tidak termasuk iman. Sehingga mereka menyamakan iman antara iman Abu Bakar dan tokoh munafiqin.
Demikianlah jika kita pelajari tentang hakikatnya. Sungguh bid’ah bisa merusak dan meluluhlantahkan agama kita.
🌐 Sumber: https://www.radiorodja.com/29456-apa-itu-bidah-khutbah-jumat-ustadz-badrusalam-lc/
Nas-alulloha At-Taufiq wal Istiqomah 'alas Sunnah.
📲 @IslamAdalahSunnah
•┈┈• *🍃☆ 🍒 ☆🍃 *•┈┈•